KETIDAKADILAN DAN DISKRIMINASI GENDER Berbagai ketimpangan bersumber pada keyakinan gender. Berawal dari perbedaan jenis kelamin maka wilayah peran pun seakan dibedakan. Semua hanya berawal dari ketika seorang bayi dinyatakan laki dan perempuan maka sederet peran, kewajiban, dan ciri tentang dirinya telah mengikutinya. Seiring hal itu maka ketidakadilan dan diskriminasi gender ada. Ketidak adilan gender adalah kondisi kesenjangan atau ketimpangan, akibat dari sietem tersebut. Ketidakadilan dan diskriminasi gender terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradapan manusia ada dalam berbagai bentuk. Hal tersebut tidak hanya terjadi pada perempuan tetapi juga
pada laki-laki, walaupun
kenyataannya perempuanlah yang lebih banyak merasakan ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender tergambar dalam beberapa bentuk: 1. Marginalisasi (pemiskinan, peminggiran) Marginalisasi adalah sikap perilaku masyarakat atau negara yang berakibat pada penyisihan bagi perempuan dan laki-laki. Marginalisasi lebih kepada peminggiran ekonomi. Marginalisasi juga didasarkan akibat perbedaan gender yang memberi batasan pada peran perempuan. Contohnya, perempuan kurang mendapat tempat untuk memegang posisi jabatan tinggi dalam birokrasi dan militer, sangat sedikit sekali peluangnya. Dan pada laki-laki ia kurang mendapat tempat untuk bidang yang memerlukan ketelitian dan telaten seperti buruh garmen atau rokok. 2. Subordinasi (menomorduakan) Adalah suatu keyakinan bahwa jenis kelamin satu lebih diutamakan dari pada jenis kelamin yang lainnya. Sehingga, menimbulkan ketidaksetaraan, merasa menjadi nomor dua, tidak mendapat ruang berpendapat dan lainya. Apalagi didukung oleh budaya, adat istiadat, tafsir agama, peraturan birokrasi yang menjadikan perempuan sebagai subordinat, perempuan kurang memiliki peluang untuk mengambil keputusan. Contohnya, ada profesi tertentu yang menjadikan ciri sebagai profesi perempuan seperti sekertaris dan guru TK. Dalam profesi tertentu ada pembedaan gaji antara perempuan dan laki-laki,dimana laki-laki lebih besar. 3. Stereotype (pelabelan)
Penandaan yang acap kalibersifat negatif. Secara umum terhadap salah satu jenis kelamin tertentu. Stereotipe menghasilkan ketidakadilan dan diskriminasi gender. Contohnya, perempuan hanya dikaitkan dengan sektor domestik. Wanita juga digambarkan sebagai mahluk yang lemah, emosional, tidak bisa memimpin, kurang rasional dalam seumur hidupnya. Standar penilaian terhadap perempuan dan laki-laki berbeda tetapi standar penilaian itu lebih hanya merugikan perempuan. 4. Peran ganda Beban pekerjaan jenis kelamin satu dengan jenis kelamin yang lain lebih banyak. Contohnya, seorang perempuan yang bekerja, ia tetap berperan menjadi ibu ketika dirumah. Ujung-ujungnya peran tersebut dilimpahkan kepada asisten rumah tangga, yang juga perempuan. Jadi beban tersebut tidak berpindah ke jenis kelamin yang lain. Misalnya, berbagi peran dengan suami tentang pengasuhan anak. 5. Kekerasan (violance) Kekerasan merupakan bentuk kekerasan baik fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh salah satu jenis kelamin, keluarga, masyarakat, negara kepada jenis kelamin lainya. Kekerasan semata-mata ada bermula dari pembedaan antara feminim dan maskulin. Pembedaan tersebut telah memicu kekerasan terjadi. Contohnya, pemerkosaan, kekerasan seksual, pelecehan seksual, pemukulan, penghinaan, eksplotasi seks pada perempuan dll. Bentuk-bentuk ketidakadilan pada perempuan menunjukan bahwa ketidakadilan dalam gender dari dulu hingga sekarang tetap ada. Bahkan akan terus ada, dan realitanya perempuan menjadi pihak yang banyak mendapat perlakuan tidak adil. Jika keadilan terwujud maka kesetaraan gender pun terwujud. Dan keadilan akan terwujud selama laki-laki, masyarakat, negara sadar akan gender.[panani]