Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko
TSUNAMI Bahan Pengayaan Bagi Guru SMA/MA/SMK/MAK Cover dalam
Penulis: Drs. Djuharis Rasul, M.Ed Nara Sumber: Subandono
PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL JAKARTA, 2009
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Bahan Pengayaan Bagi Guru SMA/MA/SMK/MAK Penulis: Drs. Djuharis Rasul, M.Ed Nara Sumber: Subandono Editor: Ninil R Mitahul Jannah dan Dian Ariyanie Ilustrator Sampul : Adinda Mubarina (SD Glagah Yogya Timur Yogyakarta) Ilustrator Isi:
Rizki Goni, Feri Rahman, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rigan A.T. Lay Out Isi:
Galang Gumilar, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rudini Rusmawan, Ardi H, Agusbobos. ISBN : 978-979-725-236-6
Program Safer Communities through Disaster Risk Reduction (SCDRR) Jl. Tulung Tulung Agung No. 46, Jakarta Jakarta 10310, INDONESIA
Telp Fax E-mail Website
: +62 21 390 5484 (hunting) : +62 21 391 8604 :
[email protected] [email protected] g : www.sc-drr.or www.sc-drr.org g
Program masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana (Saer Communities through Disaster Risk Reduction disingkat SCDRR) , merupakan proyek kerja sama antara United Nations Development Programme (UNDP) , BAPPENAS, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri, dengan dukungan dana UNDP, Department or International Development (DFID) Pemerintah Inggris dan Australian Agency For For International International Development (AusAID)
KEPALA PUSAT KURIKULUM
SAMBUTAN
I
ndonesia yang merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia berada di kawasan yang disebut cincin api, dimana risiko untuk terjadi bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, letusan gunung api, banjir dan longsor sangat tinggi. Bencana alam ini telah menimbulkan ribuan korban jiwa, kerugian materil dan meninggalkan banyak orang untuk berjuang membangun kembali tempat tinggal dan mata pencahariannya. Kesiapsiagaan merupakan hal yang penting dan harus dibangun pada setiap tingkat kelompok di masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwa kehancuran akibat bencana dapat secara drastis dikurangi jika semua orang lebih siap menghadapi bencana. Sekolah adalah pusat pendidikan yang tidak hanya memberikan kita ilmu pengetahuan tetapi juga bekal untuk kelangsungan hidup kita, kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan bagian dari ketrampilan untuk kelangsungan hidup kita. Sekolah juga seringkali menjadi tempat penghubung dan tempat belajar bagi seluruh masyarakat. Anak-anak merupakan peserta ajar yang paling cepat dan mereka tidak hanya mampu memadukan pengetahuan beru ke dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan bagi keluarga dan masyarakatnya dalam hal prilaku yang sehat dan aman, yang mereka dapatkan di sekolah. Oleh karenanya, menjadikan pencegahan bencana menjadi salah satu okus di sekolah dengan memberdayakan anak-anak dan remaja untuk memahami tanda-tanda peringatan bencana dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko dan mencegah bencana, merupakan suatu langkah awal yang penting dalam membangun ketangguhan bencana seluruh masyarakat. Jadi kesiapsiagaan haruslah menjadi bagian dari materi yang diberikan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah. Pusat Kurikulum sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam pengembangan model-model kurikulum sebagai reerensi satuan pendidikan dalam pengembangan kurikulumnya, telah berhasil dalam menyusun serangkaian modul ajar dan modul pelatihan untuk pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam tingkat satuan pendidikan. Secara keseluruhan modul ini terdiri atas 15 modul ajar dan 3 modul pelatihan, yaitu:
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Pengurangan Risiko Gempa untuk SD. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMP. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Pengurangan Risiko Gempa untuk SMA. Modul Ajar Pengintegrasian Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SD. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMP. Modul Ajar Pengintegrasian Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Pengurangan Risiko Longsor untuk SD. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMP. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Pengurangan Risiko Longsor untuk SMA. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SD. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMP. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Pengurangan Risiko Banjir untuk SD. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMP. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA. Modul Pelatihan Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana untuk SD, SMP dan SMA.
Penyusunan modul-modul tersebut merupakan hasil kerjasama antara Pusat Kurikulum dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENAS dalam sebuah Program Saer Community Through Disaster Risk Reduction (SCDRR) In Development yang didanai oleh United Nations Development Program (UNDP) yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagai upaya pengurangan risiko bencana. Setiap modul ajar dilengkapi dengan contoh-contoh silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan model bahan ajar. Sedangkan modul pelatihan terdiri dari panduan asilitasi dan bahan bacaan bagi pelatih mengenai penyelenggaraan penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, sekolah siaga bencana, pendidikan PRB, dan strategi pengintegrasian pendidikan PRB ke dalam kurikulum satuan pendidikan. Diharapkan modul-modul tersebut dapat bermanaat dan dijadikan bahan acuan bagi para pihak yang berkepentingan dalam kesiapsiagaan di sekolah.
Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Kurikulum
Dra. Diah Harianti, M.Psi
KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
SAMBUTAN
I
ndonesia sebagai negara kepulauan dengan letak geograsnya pada posisi pertemuan 4 lempeng tektonik, merupakan wilayah yang rawan bencana. Selain itu dengan kompleksitas kondisi demogra, sosial dan ekonomi di Indonesia yang berkontribusi pada tingginya tingkat kerentanan k erentanan masyarakat masyarakat terhadap ancaman bencana, serta minimnya kapasitas masyarakat dalam menangani bencana menyebabkan risiko bencana di Indonesia menjadi tinggi. Pada tahun 2005, Indonesia menempati peringkat ke-7 dari sejumlah negara yang paling banyak dilanda bencana alam (ISDR 2006-2009, World Disaster Reduction Campaign, UNESCO).
Berangkat dari hal tersebut dan guna mendukung paradigma pengurangan risiko bencana di sektor pendidikan, maka Pusat Kurikulum-sebuah unit eselon II di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan pada Kementerian Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENAS tengah melaksanakan kegiatan Program Saer Community Through Disaster Risk Reduction (SCDRR) In Development D evelopment melalui dana hibah UNDP. Kegiatan ini bertujuan membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagai upaya pengurangan risiko bencana. Dalam kerjasama ini, Pusat Kurikulum telah mengembangkan kurikulum khususnya dalam mengintegrasikan materi-materi dan kompetensi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ke dalam mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani yang ada di sekolah mulai dari jenjang SD atau yang sederajat sampai SMA atau yang sederajat. sederajat. Model pengintegrasian materi dan kompetensi PRB dengan mata pelajaran-mata pelajaran-mata pelajaran pelajaran ini bertujuan agar muatan kurikulum dan beban belajar tidak menjadi lebih berat. Disamping mengintegrasikan ke mata pelajaran yang sudah ada PRB juga bisa dijadikan muatan lokal (Mulok) ser ta ekstra kurikuler. Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini disusun dalam rangka untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan tentang bencana dan mensosialisasikan langkah-langkah preventi untuk mengurangi risiko bencana yang dapat menimpa di wilayah Indonesia. Tanpa adanya upaya terus-menerus untuk mendiseminasikan inormasi tentang ancaman dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko-risiko yang dapat ditimbulkannya, ditimbulk annya, sulit bagi kita untuk mewujudkan guru dan peserta didik yang tangguh dalam menghadapi bencana. Modul ini dapat menjadi salah satu solusi yang memungkinkan bagi para guru untuk mengajarkan peserta didik dari hari ke hari di sekolah secara berkesinambungan, sehingga proses, internalisasi pengetahuan kebencanaan bukan hanya dipahami
dan diketahui dalam ingatan belaka tapi juga mendorong munculnya munculnya respon cepat penyelamatan penyelamatan yang benar dari peserta peser ta didik ketika menghadapi bencana. Diharapkan modul ini dapat dimanaatkan, antara lain: Sebagai alat pemandu dalam membantu para guru dalam melakukan pengajaran tentang pengurangan risiko bencana kepada peserta didik di sekolah sebagai upaya membangun kesiapsiagaan dan keselamatan dari bencana di sekolah. Membuka peluang dan membangun kreatitas guru dalam menerapkan pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana yang disesuaikan dengan konteks sekolah yang dibinanya Memberikan gambaran secara lebih sistematis dan komprehensi cara pengintegrasian pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana ke dalam mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri di Sekolah. Mendorong inisiati para guru, sekolah dan gugus dalam mengupayakan pengurangan risiko bencana dan membangun budaya keselamatan di sekolah, lingkungan rumah dan lingkungan sekitar.
Semoga Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini menjadi bermanaat dan membantu bagi semua guru untuk meningkatkan pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan membentuk sikap anak untuk menjadi lebih tanggap terhadap ancaman bencana.
Jakarta, Desember 2009 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional
Pro. Dr. H. Mansyur Ramly
DIREKTUR KAWASAN KHUSUS DAN DAERAH TERTINGGAL, BAPPENAS SELAKU NATIONAL NATIONAL PROJECT PROJEC T DIRECTOR SCDRR
SAMBUTAN
M
enyikapi situasi kejadian bencana dan kenyataan luasnya cakupan wilayah tanah air yang memiliki berbagai ancaman bencana, pemerintah Indonesia telah melakukan sejumlah inisiati guna mengurangi risiko bencana ditanah air. Pada akhir tahun 2006 Bappenas meluncurkan buku Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) 2006 – 2009, sebagai komitmen dalam mengarusutamakan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan nasional, yang merupakan pelengkap dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RP (RPJMN) JMN) 2005 – 2009 yang telah ada. Berdasarkan RAN PRB 2006 – 2009 tersebut, Pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk program pencegahan dan pengurangan risiko bencana, sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) mulai tahun 2007. Lebih lanjut pada April 2007, Pemerintah menerbitkan Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang menjadi tonggak sejarah dalam upaya penanggulangan bencana di Indonesia, dan diikuti dengan peraturan turunannya, serta dibentuknya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) melalui Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun Tahun 2008.
Untuk mendukung prakarsa – prakarsa yang telah dimulai oleh Pemerintah Indonesia tersebut, UNDP bekerjasama dengan Bappenas, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri telah menginisiasi sebuah program yang ditujukan untuk mewujudkan masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana dalam pembangunan atau yang dikenal dengan Program Saer Communities Through Disaster Risk Reduction in Development (SCDRR in Development) . Program SCDRR ini kan berlangsung selama 5 tahun (2007 – 2012) dan dirancang untuk mendorong agar pengurangan risiko bencana menjadi sesuatu yang lazim dalam proses pembangunan yang terdesentralisasi. Untuk mewujudkan hal itu maka upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana kedalam proses pembangunan mutlak harus dijalankan. Upaya tersebut dilaksanakan melalui 4 pilar sasaran program SCDRR, yaitu : (1) Diberlakukannya kebijakan, peraturan dan kerangka kerja regulasi pengurangan risiko bencana; (2) Diperkuatnya kelembagaan pengurangan risiko bencana dan kemitraan diantara mereka; (3) Dipahaminya risiko bencana dan tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko tersebut oleh masyarakat dan pengambil kebijakan melalui pendidikan dan penyadaran publik; (4) Didemonstrasikannya pengurangan risiko bencana sebagai bagian dari program pembangunan. Terkait dengan sasaran ketiga mengenai perlunya pendidikan dan penyadaran publik terhadap pengurangan risiko bencana, selama beberapa tahun ini pemerintah bersama-sama beberapa lembaga swadaya masyarakat, dan institusi pendidikan di tingkat nasional maupun daerah telah melakukan berbagai upaya dalam pendidikan kebencanaan, termasuk memasukkan materi kebencanaan kedalam muatan lokal, pelatihan untuk guru, kampanye dan advokasi, hingga school road show untuk kegiatan simulation drill di sekolah-sekolah. Namun demikian, kegiatan-kegiatan tersebut belum terkoordinasi dengan baik dan belum terintegrasi dalam satu kerangka yang dapat
disepakati bersama. Dilain pihak, pemetaan aktivitas pendidikan diberbagai wilayah rawan bencana di Indonesia serta intervensi dan dukungan peningkatan kapasitas untuk pendidikan masih sangat minim dan terpusat, khususnya k hususnya di wilayah Jawa dan Sumatera. Kajian kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana yang telah dilakukan di berbagai wilayah menunjukkan rendahnya tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dibanding masyarakat serta aparat (LIPI, 2006 – 2007). Hal ini sangat ironis, karena sekolah adalah basis dari komunitas anak-anak, yang merupakan kelompok rentan yang perlu dlindungi dan secara bersamaan perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Di sisi lain, tantangan dalam mengintegrasikan upaya-upaya pengurangan risiko bencana kedalam sistem pendidikan juga telah banyak dikaji, seperti : (1) Beratnya beban kurikulum siswa; (2) Kurangnya pemahaman guru mengenai bencana ; (3) Kurangnya kapasitas dan keahlian guru dalam integrasi PRB kedalam kurikulum; (4) Minimnya panduan, silabus dan materi ajar yang terdistribusi dan dapat diakses oleh guru; (5) Terbatasnya Terbatasnya sumberdaya (tenaga, biaya dan sarana); dan (6) Kondisi bangunan sik sekolah, sarana dan prasarana pada ummnya memprihatinkan, tidak berorientasi pada AMDAL dan konstruksi tahan gempa. Untuk menjawab tantangan tersebut dan guna melaksanakan integrasi pengurangan risiko bencana ke dalam sistem pendidikan, dalam rangka mewujudkan budaya aman dan siaga bencana, maka SCDRR telah mendukung Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana kedalam Sistem Pendidikan Nasional. Strategi ini akan disahkan melalui suatu bentuk kebijakan ditingkat nasional yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaksanaan integrasi PRB ke dalam sistem pendidikan baik intra maupun ekstrakurikuler secara nasional. Untuk mendukung implementasi kebijakan tesebut, maka mak a SCDRR mendukung Pusat Kurikulum, Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun modul ajar dan modul pelatihan pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam intra dan ekstrakurikuler. Modul-modul ini berisi model pembelajaran, materi ajar lengkap dengan panduan pengajarannya, dalam hal integrasi PRB kedalam intra dan ekstrakurikuler. Diharapkan modul-modul yang disusun oleh Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional ini dapat menjadi acuan standar st andar dan/atau memperkaya bahan-bahan yang sudah ada dan sudah su dah disusun oleh berbagai pihak lainnya, sehingga dapat bermanaat dan digunakan oleh praktisi pendidikan dan pemangku kepentingan lainnya dalam rangka peningkatan kesiapsiagaan sekolah terutama didaerah rawan bencana. Terima Terima Kasih.
Jakarta, Desember 2009 Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, Tertinggal, Bappenas Selaku National Project Director SCDRR
Dr.Ir Suprayoga Hadi, MSP
DAFTAR ISI SAMBUTAN KEPALA PUSAT KURIKULUM
III
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
V
SAMBUTAN DIREKTUR KAWASAN KHUSUS DAN DAERAH TERTINGGAL, BAPPENAS SELAKU NA NATIONAL TIONAL PROJECT DIRECTOR SCDRR VII DAFTAR ISI
IX
DAFTAR TABEL
XI
DAFTAR GAMBAR
XIII
DAFTAR KOT KOTAK AK
XV
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Landasan dan Pedoman 1.1.1 Landasan Filosos 1.1.2 Landasan Sosiologis 1.1.3 Landasan Yuridis 1.1.4 Pedoman Pengembangan Produk 1.1.5 Pengintegrasian Pengintegrasian Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana ke Dalam Sistem Pendidikan Nasional
1 3 4 4 5
1.2 Kerangka Kerja Pendidikan untuk Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana 1.2.1 Pendidikan untuk Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan 1.2.2 Konsep Pendidikan untuk Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana
7
6
7 8
BAB II FENOMENA DAN PERISTIW PERISTIWA A TSUNAMI
10
2.1 Fenomena Fenomena Tsunami di Indonesia
10
2.2 Peristiwa Tsunami Tsunami di Indonesia
18
BAB III PENGURANGAN RISIKO TSUNAMI
22
3.1 Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana 3.1.1 Bencana
22 23
Datar Isi
3.1.2 Risiko Bencana, Konstruksi dari Ancaman, Kerentanan Kerentanan dan Kapasitas 3.1.3 Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana 3.1.4 Upaya Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana 3.2 Kesiapsiagaan Tsunami Tsunami 3.2.1 Tindakan Tindaka n Sebelum Terjadi Tsunami 3.2.2 Tindakan Tindaka n Saat Terjadi Tsunami 3.2.3 Tindakan Tindaka n Setelah Terjadi Tsunami BAB IV MA MATERI TERI PEMBELAJARAN PENGURANGAN RISIKO TSUNAMI
30 30 32 35 39
4.1 Identikasi Materi Pembelajaran Pembelajaran Pengurangan Pengurangan Risiko Tsunami Tsunami
39
4.2 Pemetaan Indikator Siswa
41
4.3 Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar
43
BAB V PENGINTEGRASIAN MATERI MATERI POKOK PENGURANGAN RISIKO TSUNAMI KE DALAM KURIKULUM TINGKAT SA SATUAN TUAN PENDIDI PENDIDIKAN KAN DASAR (SMA/MA (SMA/MA/SMK/MA /SMK/MAK) K)
44
5.1 Pengintegrasian Pengintegrasia n Pengurangan Risiko Risik o Tsunami ke dalam Mata Pelajaran 5.1.1 Identikasi Materi Pembelajaran Pembelajaran 5.1.2 Analisis Kompetensi Dasar (KD) yang dapat diintegrasikan 5.1.3 Penyusunan Penyusunan Silabus Integrasi 5.1.4 Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 5.1.5 Bahan Ajar
46 57 61 65
5.2 Pengintegrasian Pengintegrasia n Pengurangan Risiko Risik o Tsunami ke dalam Muatan Lokal 5.2.1 Analisis Konteks Muatan Lokal
71 72
5.2.2 Penyusunan Penyusunan Standar Kompetensi (SD) (SD) dan Kompetensi Kompetensi Dasar (KD) Muatan Lokal Pengurangan Risiko Tsunami Tsunami 5.2.3 Penyusunan Penyusunan Silabus dan RPP Muatan Lokal Pengurangan Pengurangan Risiko Tsunami Tsunami 5.3 Pengintegrasian Pengintegrasia n Pada Kegiatan Pengembangan Diri
x
25 27 27
44 45
73 75 81
DAFTAR ISTILA ISTILAH H
85
DAFTAR PUSTAKA
89
DAFTAR DAFT AR TABE ABEL L Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 5.1 Tabel 5.2
Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6
Aktitas Tsunami di Indonesia Kejadian Tsunami Tsunami di Indonesia sejak tahun 1961-2007 Identikasi Materi Pembelajaran Pembelajaran Pengurangan Pengurangan Risiko Tsunami Pemetaaan Indikator Siswa Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Risik o Tsunami Pemetaan SK-KD ke dalam Mata Pelajaran Pendidikan Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Geogra, Sosiologi, dan Pendidikan Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan, Teknologi Inormasi dan Komunikasi Model Silabus, RPP, RPP, dan Bahan Ajar Integrasi Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana Tsunami dalam Mata Pelajaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal PRB Tsunami Tsunami Contoh Model Silabus Muatan Lokal PRB Tsunami Contoh Program Kegiatan Pengembangan Diri(Pramuka) Diri(Pram uka) yang menintegrasikan PRB Tsunami
19 20 40 41 46
47 59 75 79 84
Datar Tabel
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3
Mesjid di Aceh yang selamat dari Tsunami Tsunami Perbedaan Perbedaan gelombang angin dan gelombang tsunami Peta distribusi Tsunami di Indonesia tahun 1600 -2007 Proses Terjadinya Bencana Wilayah di Asia yang terkena dampak tsunami 26 Desember 2004 Persentase Orang Terkena Bencana Berdasarkan Jenis Bencana
10 17 20 23 24 25
Datar Gambar
xiv
DAFTAR KOTAK Kotak 5.1.1 Kotak 5.2.1
Contoh Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Contoh Model RPP Muatan Lokal PRB Tsunami Tsunami
62 80
Datar Kotak
xvi
PENDAHULUAN
BAB I
1.1 Landasan dan Pedoman Berdasarkan hasil Konerensi Sedunia tentang Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana (World Conerence on Disaster Reduction) yang diselenggarakan pada tanggal 18-22 Januari 2005 di Kobe, Hyogo, Jepang; dan dalam rangka mengadopsi Kerangka Kerja Aksi 2005-2015 dengan tema ‘Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas Terhadap Bencana’ memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konerensi tersebut menekankan perlunya mengidentikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana. Pada bulan Januari 2005, lebih dari 4.000 perwakilan pemerintah, organisasi nonpemerintah (NGO), institusi akademik, dan sektor swasta berkumpul di Kobe, Jepang, pada World Conerence on Disaster Reduction (WCDR) kesebelas. Konerensi Konerensi tersebut mengakhiri perundingan-perundingan tentang Kerangka Kerja Aksi Hyogo 20052015 : Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas terhadap Bencana (HFA). Kerangka aksi ini diadopsi oleh 168 negara dan menetapkan tujuan yang jelas – secara substansial mengurangi kerugian akibat bencana, baik korban jiwa maupun kerugian terhadap aset-aset sosial, ekonomi, dan lingkungan suatu masyarakat dan negara – dan merinci seperangkat prioritas untuk mencapai tujuan setidaknya pada tahun 2015. HFA HFA menekankan bahwa pengurangan risiko bencana adalah isu i su sentral kebijakan pembangunan, selain juga menjadi perhatian berbagai bidang ilmu, kemanusiaan, dan lingkungan. Bencana merusak hasil-hasil pembangunan, memelaratkan rakyat dan negara. Tanpa usaha yang serius untuk mengatasi kerugian akibat bencana, bencana akan terus menjadi penghalang besar dalam pencapaian Sasaran Pembangunan Millenium. Untuk membantu pencapaian hasil yang diinginkan, HFA mengidentikasi lima prioritas aksi yang spesik: (1) Membuat pengurangan risiko bencana sebagai prioritas; (2) Memperbaiki inormasi risiko dan peringatan dini; (3) Membangun budaya keamanan dan ketahanan; (4) Mengurangi risiko pada sektor-sektor utama; (5) (5) Memperkuat kesiapan untuk bereaksi.
Pendahuluan
HFA HFA memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konerensi tersebut menekankan perlunya mengidentikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana. Karena bencana dapat diredam secara berarti jika masyarakat mempunyai inormasi yang cukup dan didorong pada budaya pencegahan dan ketahanan terhadap bencana, yang pada akhirnya memerlukan pencarian, pengumpulan, dan penyebaran pengetahuan dan inormasi yang relevan tentang bahaya, kerentanan, dan kapasitas. k apasitas. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha antara lain: (1) menggalakkan dimasukkannya pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana sebagai bagian yang relevan dalam kurikulum pendidikan di semua tingkat dan menggunakan jalur ormal dan inormal lainnya untuk menjangkau anak-anak muda dan anakanak dengan inormasi; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen instrinsik dalam dekade 2005–2014 untuk Pendidikan bagi Pembangunan Berkelanjutan ( United Nations Decade o Education or Sustainable Development); (2) menggalakkan pelaksanaan penjajagan risiko tingkat lokal dan program kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembagalembaga pendidikan lanjutan; (3) menggalakkan pelaksanaan program dan aktivitas di sekolah-sekolah untuk pembelajaran tentang bagaimana meminimalisir eek bahaya; (4) mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana dengan sasaran sektor-sektor tertentu, misalnya: para perancang pembangunan, penyelenggara tanggap darurat, pejabat pemerintah tingkat lokal, dan sebagainya; (5) menggalakkan inisiati pelatihan berbasis masyarakat dengan mempertimbangkan peran tenaga sukarelawan sebagaimana mestinya untuk meningkatkan kapasitas lokal dalam melakukan mitigasi dan menghadapi bencana; (6) memastikan kesetaraan akses kesempatan memperoleh pelatihan dan pendidikan bagi perempuan dan konstituen yang rentan; dan (7) menggalakkan pelatihan tentang sensitivitas gender dan budaya sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pelatihan tentang pengurangan risiko bencana. ‘Kampanye Pendidikan tentang Risiko Bencana dan Keselamatan di Sekolah’ yang Nations/InternationalStrategyor DisasterReduction) dikoordinir oleh UN/ISDR (UnitedNations/International hingga penghujung tahun 2007 dengan didasari berbagai pertimbangan. Anakanak adalah kelompok yang paling rentan selama kejadian bencana, terutama yang sedang bersekolah pada saat berlangsungnya kejadian. Pada saat bencana, gedung sekolah hancur, mengurangi usia hidup murid sekolah dan guru yang sangat berharga dan terganggunya hak memperoleh pendidikan sebagai dampak bencana. Pembangunan kembali sekolah juga memerlukan waktu yang tidak sebentar dan pastilah sangat mahal. Kampanye ditujukan kepada murid sekolah dasar dan menengah, para guru, pembuat kebijakan pendidikan, orangtua, insinyur dan ahli bangunan. Selain itu juga ditujukan kepada lembaga pemerintah yang bertanggung-jawab atas isu manajemen bencana, mendiknas, para pemimpin politik di tingkat nasional, pembuat keputusan di masyarakat, dan otoritas lokal. Pesan yang bisa disampaikan antara lain: (1) pendidikan tentang risiko bencana menguatkan anak-anak dan
2
Modul Ajar Pengintegr Pengintegrasian asian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
membantu membangun kesadaran yang lebih besar isu tersebut di dalam masyarakat; (2) asilitas bangunan sekolah yang bisa menyelamatkan hidup dan melindungi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dari suatu kejadian bencana alam; dan (3) pendidikan tentang risiko bencana dan asilitas keselamatan di sekolah akan membantu negara-negara menuju ke arah pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium. Sekolah dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap generasi muda, yaitu dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan menyampaikan pengetahuan tradisional dan konvensional kepada generasi muda. Untuk melindungi anakanak dari ancaman bencana alam diperlukan dua prioritas berbeda namun tidak bisa dipisahkan aksinya yaitu pendidikan untuk mengurangi risiko bencana dan keselamatan dan keamanan sekolah. Sekolah juga harus mampu melindungi anak-anak dari suatu kejadian bencana alam. Investasi dalam memperkuat struktur gedung sekolah sebelum suatu bencana terjadi, akan mengurangi biaya/anggaran jangka panjang, melindungi generasi muda penerus bangsa, dan memastikan kelangsungan kegiatan belajarmengajar setelah kejadian bencana. Pendidikan di sekolah dasar dan menegah membantu anak-anak memainkan peranan penting dalam penyelamatan hidup dan dan perlindungan perlindungan aset/milik masyarakat masyarakat pada saat kejadian kejadian bencana. bencana. Menyelenggarakan Menyelenggarakan pendidikan tentang risiko bencana ke dalam kurikulum sekolah sangat membantu dalam membangun kesadaran akan isu tersebut di lingkungan masyarakat. Mengurangi risiko bencana dimulai dari sekolah. Seluruh komponen, dalam hal ini anak-anak sekolah, para guru, para pemimpin masyarakat, orangtua, maupun individu yang tertarik dengan pendidikan tentang risiko bencana dan keselamatan di sekolah, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi lokal/ regional/nasional/ internasional, internasional, sektor swasta dan publik untuk dapat berpartisipasi secara akti. Keterlibatan media juga diperlukan untuk mendorong sebuah budaya ketahanan terhadap bencana dan keterlibatan komunitas yang kuat dalam rangka kampanye pendidikan publik secara terus-menerus dan dalam konsultasi publik di segenap lapisan masyarakat. Bencana?! Jika Siap Kita Selamat. Padatnya Padatnya kurikulum pendidikan nasional tidak boleh kita jadikan jadik an alasan untuk tidak melakukan kegiatan pengurangan risiko bencana di sekolah secara berkelanjutan. Pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana di sekolah-sekolah bisa dilaksanakan dengan mengintegrasikan materi pembelajaran pengurangan risiko bencana ke dalam (1) mata pelajaran pokok/paket, (2) muatan lokal, dan (3) ekstrakurikuler dan pengembangan diri. Atau secara khusus mengembangkan dan menyelenggarakan kurikulum muatan lokal dan ektrakurikuler/pengembangan diri yang didedikasikan khusus untuk pendidikan pengurangan risiko bencana. 1.1.1 Landasan Filosofs
Bencana merupakan suatu bentuk gangguan terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat, oleh karena itu, secara losos, pengurangan risiko
3
Pendahuluan
bencana merupakan bagian dari pemenuhan tujuan bernegara Republik Indonesia, yaitu melindungi segenap rakyat dan bangsa, serta seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Upaya melindungi segenap rakyat dan bangsa dikuatkan pula dengan hak setiap orang atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dari ancaman ketakutan untuk untuk berbuat atau tidak t idak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi, hak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta ser ta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (Pasal (Pasal 28 G ayat (1) dan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945. 1.1.2 Landasan Sosiologis
Ada tiga pertimbangan sosiologis yang patut diketengahkan, yaitu Pertama secara geogras, demogras dan geologis, Indonesia merupakan negara rawan bencana, baik bencana alam dan bencana akibat ulah manusia, seperti kegagalan atau mal praktik teknologi. Kedua, adalah bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kondisi sosial masyarakat, telah menimbulkan dampak negati terhadap lingkungan yang berakibat pada terjadinya bencana. Ketiga, adalah kondisi struktur manajemen bencana itu sendiri. Kematian, cidera dan kerugian materi, serta masalah lingkungan dan ekonomi dapat dikurangi apabila penyelenggaraan penanggulangan bencana telah dilakukan secara komprehensi yang mencakup pendekatan yang bersiat pencegahan, pengurangaan risiko, tindakan kesiapsiagaan tindakan tanggap terhadap bencana, serta upaya pemulihan. Disamping itu, pendekatan yang mengedepankan pentingnya partisipasi dari semua tingkat pemerintahan, baik pemerintah pusat dan daerah, mengambil peran yang akti dalam menciptakan manajemen bencana yang eekti. Serta pentingnya partisipasi publik dan pemangku kepentingan dalam penanganan bencana. 1.1.3 Landasan Yuridis
Pertimbangan yuridis adalah menyangkut masalah-masalah hukum serta peran hukum dalam penanganan bencana. Hal ini dikaitkan dengan peran hukum dalam pembangunan, baik sebagai pengatur perilaku, maupun instrumen untuk penyelesaian masalah. Hukum sangat diperlukan, karena hukum atau peraturan perundang-undangan dapat menjamin adanya kepastian dan keadilan dalam penanganan bencana. Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana ditempatkan guna memberikan jawaban atau solusi terhadap permasalahan yang berkaitan dengan penanganan bencana, merupakan landasan yuridis paling dekat untuk pelaksanaan usahausaha pengurangan risiko bencana di Indonesia.
4
Modul Ajar Pengintegr Pengintegrasian asian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
1.1.4 Pedoman pengembangan produk
Program pendidikan pengurangan risiko bencana (PRB) bertujuan untuk meminimalisir risiko bencana dan meningkatkan kapasitas sekolah dalam melaksanakan pengurangan risiko bencana, kesiapsiagaan, mitigasi, dan peringatan dini. PRB oleh satuan pendidikan dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikan materi pendidikan pengurangan risiko bencana dalam kurikulum yang berlaku di sekolah, mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri dan ekstrakurikuler, ekstrakurikuler, dan bahan ajar. Dasar hukum yang menjadi pedoman perancangan dan pengembangan serial modul dan modul pelatihan adalah: 1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang tentang Sistem Pendidikan Pendidikan Nasional 2. Undang-undang Undang-un dang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 3. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang tentang Penanggulangan Penanggulangan Bencana 4. Undang-undang No. 17 Tahun Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun Tahun 2005 - 2025 5. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 - 2009 6. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 7. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Penanggulangan Bencana 8. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2008 tentang Pengesahan ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Response (Persetujuan ASEAN mengenai Penanggulangan Bencana dan Penanganan Darurat) 9. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Penanggulangan Bencana 10. Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi 11. Peraturan Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan 12. Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, yang disempurnakan dengan Peraturan Mendiknas No. 6 Tahun 2007 13. Peraturan Mendiknas No. 40 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balitbang Depdiknas 14. Peraturan Mendiknas No. 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Provinsi 15. Peraturan Mendiknas No. 24 tTahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA 16. Surat Edaran Mendiknas No. 33/MPN/SE/2007 tentang Sosialisasi KTSP
5
Pendahuluan
1.1.5 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Sistem Pendidikan Nasional
UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 Ayat (2): Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah Kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penyusunan kurikulum merupakan tanggung jawab setiap satuan pendidikan (sekolah dan madrasah). Oleh karena itu tidak lagi dikenal apa yang disebut dengan kurikulum nasional, yang pada periode sebelumnya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 menyebutkan: 1 Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/ MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik 2 Sekolah dan komite komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK dan departemen yang mengurusi urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MTs, MA, dan MAK Penjabaran kurikulum dilakukan dengan penyusunan silabus dan bahan ajar sesuai dengan kondisi geogras dan demogras untuk daerah, kebutuhan, potensi dan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik, yang selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Pasal 1: 1 Satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan pendidikan. 2 Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar kompetensi lulusan. 3 Kurikulum satuan pendidikan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan dasar dan menengah setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah atau Komite Madrasah.
6
Modul Ajar Pengintegr Pengintegrasian asian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 Ayat Ayat 1, juga telah mengakomodasi kebutuhan kebutuhan pendidikan bencana dalam terminologi ‘pendidikan layanan khusus’. Yakni “pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi”.
1.2 Kerangka Kerja Pendidikan Untuk Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana 1.2.1 Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan Untuk Pembangunan Berkelanjutan
Pada bulan Desember 2002, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi 57/254 untuk menempatkan Dekade Pendidikan Bagi Pembangunan Berkelanjutan (Decade o Education or Sustainable Development - DESD), mulai 2005-2014, dibawah koordinasi UNESCO. Pendidikan untuk pengurangan bencana (alam) telah diidentikasi sebagai masalah inti yang akan dibahas di bawah DESD. Pendidikan dipandang dalam konsep yang lebih luas. Sebagaimana didenisikan dalam Bab 36 dalam Agenda 21, “Pendidikan sangat penting untuk mencapai perlindungan lingkungan dan kesadaran etika, nilai-nilai dan sikap, keterampilan dan perilaku yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan. Baik ormal dan pendidikan non-ormal sangat diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan “. Pendidikan dan pengetahuan berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya (alam) serta kerentanan dan ancaman yang ada yang dihadapi oleh masyarakat. Juga memberikan kontribusi untuk menumbuhkembangkan keterampilan hidup. Dasawarsa ini didukung oleh Kerangka Aksi Hyogo 2005 – 2015 yang menyoroti pentingnya pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dari prioritas aksi, menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat. Inisiati pengurangan risiko bencana harus berakar di semua lembagalembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah dan memasukkan dalam program pendidikan. Pendidikan pengurangan risiko bencana yang mencakup semua aspek peningkatan kesadaran publik, pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk menciptakan dan atau meningkatkan budaya pencegahan melalui identikasi dan pemahaman risiko, serta belajar mengenai langkahlangkah pengurangan risiko bencana, dan tanggap bencana. Oleh karena itu Pendidikan untuk Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana - sebagai bagian dari Pengurangan Risiko Bencana (PRB) - harus melekat dengan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan ( Education or Sustainable Development ESD), dan mendukung kerangka ESD yang mencakup 3 aspek, yaitu: 1 Pendidikan untuk untuk pengurangan risiko bencana adalah interdisipliner. interdisipliner. Oleh karena itu, pertimbangan penting diberikan kepada dampak, dan hubungan antara, masyarakat, lingkungan, ekonomi dan budaya. 2 Pendidikan untuk pengurangan pengurangan risiko bencana dan meningkatkan
7
Pendahuluan
pemikiran kritis dan pemecahan masalah, dan ketrampilan hidup sosial dan emosional untuk pemberdayaan pemberdayaan kelompok rentan atau terkena bencana. 3 Pendidikan untuk pengurangan pengurangan risiko bencana mendukung mendukung Tujuan Tujuan Pembangunan Pembangunan Milenium. Mi lenium. Tanpa Tanpa mempertimbangkan Pengurangan Pengurangan Risiko R isiko Bencana dalam perencanaan pembangunan, semua upaya pembangunan termasuk inisiati DESD dihancurkan dalam hitungan detik. Kerangka kerja Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana atau pendidikan pengurangan risiko bencana dikembangkan mengikuti arahan UN-ISDR sebagai berikut: “Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah sebuah proses pembelajaran bersama yang bersiat interakti di tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko bencana lebih luas daripada pendidikan ormal di sekolah dan universitas. Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearian tradisional dan pengetahuan lokal bagi perlindungan terhadap bencana alam.” alam.” HFA pada PRIORITAS AKSI 3, Poin Aktivitas kunci termaktub rekomendasi bahwa PRB dimasukkan dalam kurikulum sekolah, pendidikan ormal dan inormal. “Menggalakkan dimasukkannya pengetahuan pengurangan risiko bencana dalam bagian yang relevan dalam kurikulum sekolah di semua tingkat dan menggunakan jalur ormal dan inormal lainnya untuk menjangkau pemuda dan anak-anak; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen intrinsik Dekade Dek ade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (2005-2015) (2005-201 5) dari dar i PBB “.“. 1.2.2 Konsep Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana
Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran untuk memberdayakan peserta didik dalam upaya untuk pengurangan risiko bencana dan membangun budaya aman serta tangguh terhadap bencana. Pendidikan PRB lebih luas dari penddidikan bencana, bahkan lebih dari pendidikan tentang pengurangan risiko bencana. Tetapi mengembangkan motivasi, keterampilan, dan pengetahuan agar dapat tertindak dan mengambil bagian dari upaya untuk pengurangan risiko bencana. Tujuan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah: 1 Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan 2 Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana 3 Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman tentang kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan sik, serta kerentanan prilaku dan motivasi, 4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk pencegahan pencegahan dan pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana 5 Mengembangkan upaya untuk pengurangan risiko bencana diatas, baik secara individu maupun kolekti 8
Modul Ajar Pengintegr Pengintegrasian asian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
6 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siaga bencana 7 Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana 8 Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan karena terjadinya bencana 9 Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan mendadak
9
BAB II
FENOMENA DAN PERISTIWA TSUNAMI
2.1 Fenomena Fenomena Tsunami Tsunami di Indonesia Bencana merupakan enomena yang terjadi karena komponen-komponen pemicu, ancaman dan kerentanan bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyebabkan menyebabkan terjadinya risiko pada komunitas. Bencana secara sederhana didenisikan sebagai suatu gangguan serius terhadap keberungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya mereka sendiri. Pemicu merupakan aktor-aktor luar yang menjadikan potensi ancaman yang tersembunyi muncul ke bermukaan sebagai ancaman nyata. Ancaman adalah kejadian-kejadian, gejala alam atau kegiatan manusia yang berpotensi untuk menimbulkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial ekonomi atau kerusakan lingkungan. Apakah yang dimaksud dengan dengan tsunami? Secara harah, tsunami tsunami berasal dari Bahasa Jepang. Tsu berarti “pelabuhan” dan nami berarti “gelomban “gelombang” g”.. Secara umum tsunami diartikan sebagai gelombang laut yang besar di pelabuhan. Jadi, secara bebas kita bisa mendeskripsikan tsunami sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan gangguan impulsi yang terjadi pada medium laut. Gangguan impulsi itu bisa berupa gempa bumi tektonik di laut, erupsi vulkanik (meletusnya gunung api) di laut, longsoran di laut, atau jatuhnya meteor di laut. Dalam literatur berbahasa Inggris, tsunami kadang-kadang disebut pula sebagai tidal wave atau gelombang pasang. Istilah ini sebenarnya tidak tepat karena sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan enomena pasang surut air laut sebagaimana lazimnya, yang ditentukan oleh gaya tarik benda-benda astronomis (gaya tarik menarik antara bumi, bulan dan matahari).
Gambar 2.1 Mesjid di Aceh yang selamat dari Tsunamii (sumber: google) Tsunam
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
Gelombang tsunami yang ditimbulkan oleh gaya impulsi ini bersiat transien, yakni gelombangnya bersiat sesar. Gelombang seperti ini berbeda dengan gelombang laut lainnya yang bersiat kontinyu seperti gelombang laut yang ditimbulkan oleh gaya gesek angin atau gelombang pasang surut yang ditimbulkan oleh gaya tarik benda angkasa. Perbedaan gelombang tsunami dengan gelombang yang dibangkitkan oleh angin adalah terletak pada gerakan airnya. Gelombang yang dibangkitkan oleh angin hanya menggerakkan partikel air laut di permukaan air laut bagian atas. Namun pada gelombang tsunami menggerakkan seluruh kolom air dari permukaan sampai dasar laut. Ciri lainnya dari tsunami adalah panjang gelombangnya yang besar, besar, bisa mencapai puluhan kilometer. Kecepatan rambatnya di laut yang dalam berkisar dari 400 sampai 1.000 km/jam. Kecepatan penjalan tsunami tersebut sangat tergantung dari kedalaman laut dan penjalarannya dapat mencapai ribuan kilometer dari pusatnya. Dalam buku literatur oseanogra sik atau coastal engineering , terdapat teori yang mengatakan bahwa gelombang tsunami disebut gelombang perairan dangkal apabila nilai perbandingan antara kedalaman laut dengan panjang gelombang lebih kecil dari seperduapuluh. Karena nilai perbandingan antara kedalaman laut dengan panjang gelombang tsunami lebih kecil dari seperduapuluh (1/20) maka tsunami sering dianggap sebagai gelombang perairan dangkal Pemicu Tsunami
Tsunami dapat dipicu oleh bermacam-macam gangguan berskala besar terhadap air laut, misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng, meletusnya gunung berapi di bawah laut, atau tumbukan benda langit. Pada dasarnya tsunami dapat terjadi apabila dasar laut mengalami perubahan secara tibatiba dan bergerak secara vertikal. Berikut ini beberapa aktor-aktor yang bisa menimbulkan tsunami. 1. Longsoran Lempeng Bawah Laut
Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di pertemuan antar lempeng tektonik. Celah retakan antara kedua lempeng tektonik ini disebut dengan sesar. Pada sesar terjadi gerakan vertical antara kedua lempeng yang bisa menimbulkan longsoran. Sebagai contoh, di sekeliling tepian Samudra Pasik yang biasa disebut dengan lingkaran api, lempeng samudra yang lebih padat menghunjam masuk ke bawah lempeng benua, sementara lempeng benua cenderung naik secara vertikal. Proses ini dinamakan dengan penghunjaman. Gerakan subduksi sangat eekti menimbulkan longsoran bawah laut yang bisa membangkitkan gelombang tsunami. 2. Gempa Bumi Bawah Laut
Gempa tektonik merupakan salah satu gempa yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng bumi. Jika gempa semacam semacam ini terjadi di di bawah bawah laut, maka air di atas wilayah lempeng yang yang bergerak tersebut berp berpindah indah dari posisi keseimbangannya menimbulkan gelombang. Gelombang terjadi karena air 11
Fenomena dan Peristiwa Tsunami
ini bergerak akibat pengaruh gravitasi mencari posisi keseimbangannya yang baru. Bila gempa yang terjadi menimbukan gerakan yang bersiat vertikal (naik atau turun),maka gelombang tsunami dapat terjadi. 3. Aktivitas Vulkanik
Adanya gunung berapi yang terletak di dasar samudra dapat menaikkan air dan membangkitkan gelombang tsunami. Contoh yang terjadi pada meletusnya Gunung Krakatau di Selat Sunda tahun 1883 yang menimbukan gelombang tsunami setinggi lebih dari 30 m, menerjang dan menyapu pantai di sebelah barat Jawa dan sebelah selatan Sumatera. 4. Tumbukan Tumbukan Benda Luar Angkasa
Tumbukan dari benda luar angkasa seperti meteor merupakan gangguan terhadap air laut yang datang dari luar permukaan air. Kejadian Kejadian tsunami yang disebabkan aktor ini sangat jarang terjadi, namun dampaknya bisa jadi lebih merusak, karena datangnya yang sulit diduga dimana tempatnya akan jatuh. Di samping itu juga, besar dan kecepatan meteor ketika tumbukan dengan permukaan laut sangat menentukan besarnya gelombang tsunami yang akan ditimbulkannya. Karakteristik Tsunami
Perilaku gelombang tsunami sangat berbeda dari ombak laut biasa. Gelombang tsunami bergerak dengan kecepatan tinggi dan dapat merambat menyeberangi samudra tanpa banyak kehilangan energi. Hal ini karena amplitudo gelombang begitu kecil tapi sangat panjang. Seperti diketahui energi gelombang dipengaruhi oleh besar amplitudo dan panjang gelombang. Dengan amplitude yang begitu kecil, energi gelombang tidak mudah hilang atau terserap, sementara panjang gelombang yang begitu panjang menjamin gelombang mampu merambat dengan kecepatan tinggi. Tsunami dapat merambat melalui wilayah yang berjarak ribuan kilometer dari sumbernya, sehingga mungkin ada selisih waktu beberapa menit antara munculnya gelombang ini dengan bencana yang akan ditimbulkannya di pantai. Begitu mendekati pantai pantai ke tempat yang lebih dangkal, dangkal, amplitude gelombang membesar yang diikuti dengan melambatnya kecepatan rambat gelombang. Gelombang meninggi menerjang segala macam benda yang menghalanginya. Periode tsunami cukup bervariasi, mulai dari 2 menit hingga lebih dari 2 jam. Panjang gelombangnya sangat besar, antara 100 – 1000 km. Bandingkan dengan ombak laut biasa di pantai yang mungkin hanya memiliki periode beberapa detik dan panjang gelombang beberapa meter. Oleh karena itulah pada saat masih di tengah laut, gelombang tsunami hampir tidak nampak dan hanya terasa seperti ayunan air saja. Bila lempeng samudra bergerak naik, air di sekitar wilayah tersebut akan ikut naik, namun di sekitar pantai akan surut. Selanjutnya gelombang tsunami akan datang menerjang pantai.
12
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
PERBANDINGAN GELOMBANG TSUNAMI TSUNAMI DAN OMBAK LAUT BIASA Parameter Gelombang Tsunami Tsunami
Ombak Biasa
Periode gelombang
2 menit - 2 jam
≤ 10 detik
Panjang gelombang
100 - 1000 km
≤ 50 m
Bila lempeng samudra bergerak turun, air laut di pantai tersebut akan ikut surut. Pada pantai yang landai, surutnya air bisa mencapai lebih dari 500 meter menjauhi pantai. Masyarakat yang tidak sadar akan datangnya bahaya kemungkinan akan tetap tinggal di pantai karena rasa ingin tahu apa yang sedang terjadi. Atau justru mereka memanaatkan momen saat air laut surut tersebut untuk mengumpulkan ikan-ikan yang banyak bertebaran di pantai. Bila lempeng samudra bergerak turun (atau naik), di wilayah pantai air laut akan surut sebelum datangnya tsunami. Gelombang tsunami mempunyai amplitude yang memperhitungkan kedalaman laut. Ini yang membedakan dengan gelombang pada ombak biasa. Gelombang tsunami diakibatkan perubahan struktur bumi di kedalaman laut, sementara ombak biasa diakibatkan oleh arus udara (angin). Oleh karena itu, gelombang tsunami sangat dipengaruhi kedalaman laut. Makin dangkal kedalaman laut, makin lambat perambatan gelombang. Gelombang tsunami bergerak dengan kecepatan yang setara dengan akar kuadrat hasil perkalian antara percepatan gravitasi (g = 9,8 m/ det2 ) dan kedalaman air laut. v ≈ √ (g d) dimana v = kecepatan g = gravitasi = 9,8 m/det2 d = kedalaman Sebagai contoh, di Samudra Hindia, dimana kedalaman air pada daerah gempa sebelah barat Aceh sekitar 2000 meter, meter, gelombang tsunami merambat dengan kecepatan 140 m/det (504 km/jam) dengan hanya sedikit energi yang hilang, bahkan untuk jarak yang jauh. Sementara pada kedalaman 10 meter, mendekati pantai kecepatannya hampir mencapai 10 m/det (36 km/jam), sama dengan kecepatan lari manusia tercepat, kita harus lari dengan sepenuh tenaga agar bisa lolos dari gelombang tersebut. Energi dari gelombang tsunami merupakan ungsi perkalian antara besar gelombang dan kecepatannya. Besar gelombang ditentukan oleh tinggi (amplitudo) dan panjang gelombang. Makin besar amplitude dan panjang
13
Fenomena dan Peristiwa Tsunami
gelombang, maka energi gelombang juga makin besar. Nilai energi ini dianggap konstan, yang berarti besar gelombang berbanding terbalik dengan kecepatan merambat gelombang. Oleh karena itu, ketika gelombang mencapai daratan, tingginya meningkat sementara kecepatannya menurun. Saat memasuki wilayah pantai yang lebih dangkal, kecepatan gelombang tsunami menurun sedangkan tingginya meningkat, menciptakan gelombang yang berpotensi sangat merusak. Karena λ v=T Maka v~λ dimana v = kecepatan λ = panjang gelombang T = periode Karena kecepatan bergantung pada panjang gelombang, maka makin lambat kecepatan rambat gelombang, panjang gelombang juga makin pendek. Sementara itu, periode gelombang dianggap konstan. Sementara itu, energi gelombang sebanding dengan kuadrat kecepatan rambat gelombang. E ~ v2 ~ λ A dimana E = Energi gelombang A = amplitude (tinggi gelombang) Persamaan di atas menunjukkan bahwa ketika kecepatan rambat v berkurang, maka panjang gelombangnya ? juga menurun, sementara tinggi gelombang A justru meningkat.
14
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
Sumber: Wikipedia
Kedalaman (m)
Kecepatan (km/jam)
Panjang Gelombang (km)
7000
943
282
4000
713
213
2000
504
151
200
159
48
100
113
34
50
80
23
10
36
11
Selagi orang-orang yang berada di tengah laut bahkan tidak menyadari adanya tsunami, gelombang tsunami dapat mencapai ketinggian hingga 30 meter atau lebih ketika mencapai wilayah pantai dan daerah yang lebih dangkal. Tsunami Tsunami dapat menimbulkan kerusakan yang sangat parah di wilayah yang jauh dari sumber terjadinya gelombang, meskipun peristiwa terjadinya gelombang di tengah laut itu sendiri kemungkinan tidak dapat dirasakan oleh seseorang yang kebetulan berada di atas permukaannya. Gelombang tsunami bergerak maju ke segala arah dari sumbernya, sehingga wilayah yang berada di sekitar daerah sumber gelombang berpotensi akan terkena dampaknya. Namun demikian, gelombang tsunami dapat saja berbelok akibat adanya gangguan berupa benda padat seperti daratan. Bukan hanya itu, gangguan tersebut dapat meredam energi gelombang dan mengubah pola gelombang, seperti periode, panjang gelombang, dan kecepatan rambatnya. Hal ini bergantung peristiwa alam yang mempengaruhinya dan kondisi geogras wilayah sekitarnya.
15
Fenomena dan Peristiwa Tsunami
Megatsunami
Berbagai bukti yang menunjukkan bahwa megatsunami, yaitu tsunami yang mencapai ketinggian gelombang hingga 100 meter, memang mungkin terjadi. Peristiwa yang langka ini biasanya disebabkan oleh sebuah pulau yang cukup besar amblas ke dasar samudra. Megatsunami juga bisa disebabkan oleh adanya benda benda angkasa luar dengan massa yang yang cukup besar, besar, jatuh ke laut dengan kecepatan tinggi. Energi yang ditimbulkannya cukup besar untuk menimbulkannya megatsunami. Faktor lain yang berpotensi menimbulkan megatsunami adalah jatuhnya sebongkah besar es (di Antartika) ke laut dari ketinggian ratusan meter. Gelombang yang ditimbulkannya dapat menyebabkan kerusakan yang sangat dahsyat pada cakupan wilayah pantai yang sangat luas. Seiche
Satu hal yang berkaitan dengan tsunami antara lain adalah seiche, yaitu fuktuasi atau pengalunan permukaan danau atau badan air yang kecil yang disebabkan oleh gempa-bumi kecil, angin, atau oleh keragaman tekanan udara. Seringkali gempa yang besar menyebabkan tsunami dan seiche sekaligus, atau sebagian seiche justru terjadi karena tsunami. Tsunami Dengan Gelombang Tertinggi Tertinggi
Gelombang tsunami tertinggi yang tercatat sampai saat ini adalah tsunami di Alaska pada tahun 1958 yang disebabkan oleh amblasnya lempeng tektonik di Teluk Lituya. Tsunami ini memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan menghancurkan pohon-pohon dan tanah pada dinding ford . Saat gelombang tsunami kembali ke laut, gelombang tersebut langsung menyebar dan tingginya menurun dengan cepat. Tingginya Tingginya gelombang saat berada di pantai lebih disebabkan karena topogra wilayahnya, daripada karena energi yang dikeluarkan oleh peristiwa amblasnya lempeng. Fjord
suatu teluk sempit di antara tebing-tebing atau lahan terjal. Biasa djumpai di Norwegia, Alaska, Selandia Baru, dll. Sebelumnya ford ini merupakan sungai gletser yang terbentuk di wilayah pegunungan di kawasan pantai. Saat suhu menjadi hangat, sungai gletser ini mencair, akibatnya permukaan air laut naik dan membanjiri lembah di sela-sela pegunungan tersebut. Tanda Peringatan
Tsunami bisa terjadi kapan saja, pada saat musim hujan ataupun musim kemarau baik siang maupun malam hari. Tanda peringatan akan terjadinya bencana tsunami antara lain: 1. Biasanya diawali gempa bumi yang sangat kuat dan biasanya sekurangkurangnya 6,5 skala richter , berlokasi di bawah laut. Setiap orang akan ak an dapat merasakan gempa tersebut jika berada di dekat dengan pusat gempa. Namun tsunami bisa tetap terjadi meskipun tidak merasakan goncangan goncangan sama sekali. Disamping itu, tsunami tidak selalu diawali gempa bumi di laut, bisa juga karena meletusnya gunung api di laut, longsoran tanah di laut atau jatuhnya meteor di laut. 16
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
2. Bila Anda Anda menyaksikan menyaksikan permukaan laut turun secara tiba-tiba, tiba-tiba, waspadalah waspadalah karena itu tanda gelombang raksasa akan datang (merupakan tanda peringatan datangnya tsunami) 3. Timbul bau garam dan angin dingin dingin di pantai. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa di laut lepas sedang terjadi turbulensi air laut. 4. Laut menjadi berubah warna atau mendengar mendengar suara gemuruh gemuruh lebih keras dari biasanya. Hal itu akibat resonansi bunyi gulungan air dengan dasar laut yang terus mengalami pendangkalan. Berarti gelombang tsunami sedang mendekat. Di atas telah dijelaskan tanda-tanda akan terjadinya tsunami, tsunami juga disebabkan oleh Gempa dalam skala besar yang menimbulkan patahan berdimensi ratusan kilometer jaraknya dari pusat gempa. Hal itu juga menyebabkan timbulnya deormasi vertikal di sumber gempa. Deormasi berupa penurunan permukaan dasar laut mengakibatkan penjalaran energi menjadi gelombang tsunami di pantai.
Gambar 2.2 Perbedaan gelombang angin angin dan gelombang tsunami (sumber: google)
Selain tenggelamnya pulau-pulau kecil, rusaknya industri turisme pantai dan inrastruktur pesisir, hancurnya industri perikanan, dan rusaknya pertanian yang ditimbulkan oleh tsunami, maka banyak aspek kehidupan lain yang juga akan terkena dampak negati tsunami. Dalam rangka mengantisipasi dampak negati tersebut, pemerintah Indonesia melakukan 3 (tiga) macam riset tentang tsunami: 1. Riset yang ditujukan untuk mengidentikasi mengidentikasi lokasi pusat gempa dan karakteristik gempa. 2. Riset yang diarahkan untuk membuat model model penjalaran tsunami dan dan prediksi tinggi gelombang tsunami pada saat mencapai pantai. 3. Riset yang ditujukan untuk mencari cara-cara cara-cara yang tepat dalam dalam pemantauan pemantauan tsunami dan perlindungan pantai terhadap bahaya tsunami. 17
Fenomena dan Peristiwa Tsunami
Perkembangan Perkembangan riset tsunami di Indonesia masih dalam tahap pengembangan yang melibatkan berbagai instansi terkait seperti Badan Meteorologi Meteorologi dan Geo Fisika (BMG), BPPT, LIPI, dan ITB. Akan tetapi riset ini berjalan lamban karena beberapa aktor penghambat penghambat antara lain: 1. Minimnya jumlah ilmuwan ilmuwan dan dan asilitas yang tersedia. tersedia. 2. Kurang tertariknya ilmuwan melakukan riset tsunami mungkin dikarenakan kegiatan ini secara ekonomi tergolong “kering”. 3. Fasilitas Fasilitas untuk pemantauan, baik untuk pemantauan gempa gempa sebagai sumber dan penyebab tsunami juga masih dirasa kurang. Idealnya untuk tiap jarak 100 km di sepanjang pantai yang ada di kepulauan Indonesia diletakkan satu alat pemantau gempa dan gelombang. 4. Masih kurangnya kurangnya koordinasi dan komunikasi komunikasi di antara antara pusat-pusat pusat-pusat kegiatan kegiatan riset tsunami yang ada di Indonesia
2.2 Peristiwa Tsunami di Indonesia Selama ini, tindakan dalam usaha penanggulangan bencana dilakukan oleh pemerintah yang pelaksanaannya kemudian dilakukan bersama antara pemerintah daerah dengan organisasi-organisasi terkait dan masyarakat yang tertimpa bencana. Pada saat menghadapi bencana, masyarakat yang belum mampu untuk menanganinya sendiri harus menunggu bantuan yang kadang-kadang k adang-kadang tidak segera datang. Untuk mengurangi mengurangi dampak dampak yang ditimbulkan oleh bencana disuatu disuatu wilayah, tindakan pencegahan bencana perlu dilakukan oleh masyarakat. Pada saat bencana terjadi, korban yang timbul umumnya disebabkan oleh kurangnya persiapan. Persiapan yang baik akan bisa membantu masyarakat untuk melakukan tindakan yang tepat guna dan tepat waktu. Bencana bisa menimbulkan kerusakan dan korban jiwa. Dengan mengetahui cara pencegahannya masyarakat bisa mengurangi risiko ini. Penanggulangan bencana ini hendaknya menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pihakpihak yang terkait. Kerjasama ini sangat penting untuk memperlancar proses penanggulangan bencana. Geogras Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada lempeng bumi yang labil, memiliki pantai terpanjang kedua di dunia. Lempeng bumi yang labil disisi barat Sumatra, di selatan Jawa ke timur Indonesia dan berputar ke utara melalui Nusa Tenggara, Maluku, dan diteruskan ke Sulawasi. Lempeng bumi yang labil ini mempunyai potensi besar terjadinya gempa bumi pada dasar laut dalam yang memungkinkan terjadinya tsunami. Potensi tersebut menjadi lebih besar lagi karena sebagian besar pusat gempa tektonik terletak di bawah dasar laut dalam yang posisinya relati dekat dengan pantai terutama pantai barat Sumatra dan pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi Berdasarkan hubungan antara tsunami, aktivitas kegempaan, dan karakteristik seismotektonik, latie, et.al (2000) membagi ke dalam enam zona seismotektonik. 18
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
Tabel 2.1 Aktivitas tsunami di Indonesia Zona
Daerah
A B C D E F
Busur Sunda bagian barat Busur Sunda bagian timur Busur Banda Selat Makasar Selat Maluku Papua bagian utara
Jumlah tsunami
Presentasi Kejadian (%)
Jumlah korban jiwa
19 11 35 9 32 3 109
17,43 10,09 32, 11 8,26 29,36 2,75 100
>300.000 3.260 5.570 1.020 7.570 360
(sumber: Hidup akrab dengan gempa dan tsunami)
Zona A meliputi Busur Sunda bagian barat yang terletak di sebelah barat laut Selat Sunda antara lain Pulau Sumatera dan Pulau Andalas. Pada zona A telah terjadi tsunami sebanyak 19 kali dalam kurun waktu 1600-2007. Kontribusi kejadian tsunami yang telah terjadi di zona ini adalah 17,73%, 17 diantaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 2 lainnya diakibatkan oleh meletusnya gunung api di bawah laut. Zona B meliputi Busur Sunda bagian timur yang terbendang antara Selat Sunda ke timur sampai Sumba. Wilayah itu meliputi Pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa dan Sumba. Pada zona ini telah terjadi tsunami sebanyak 11 kali dalam kurun waktu 1600-2007. Kontribusi kejadian tsunami yang telah terjadi di zona ini terhadap keseluruhan tsunami yang telah terjadi di Indonesia adalah 10,09%. 10 kali diantaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 1 lainnya diakibatkan oleh meletusnya gunung api di bawah laut. Zona C terletak di Laut Banda antara lain Flores, Timor, Timor, Kepulauan Banda, Kepulauan Tanimbar, Seram, dan Pulau Buru. Pada zona ini telah terjadi tsunami sebanyak 35 kali dalam kurun waktu 1600-2007. Kontribusi kejadian tsunami yang telah terjadi di zona ini terhadap keseluruhan tsunami yang telah terjadi di Indonesia adalah 32,11%. 32 kali diantaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 2 lainnya diakibatkan oleh meletusnya gunung api di bawah laut dan 1 tsunami diakibatkan oleh longsoran. Tsunami Tsunami Flores 1992 merupakan tsunami yang terjadi di zona ini. Zona D berada di Selat Makassar. Pada zona ini telah terjadi tsunami sebanyak 9 kali dalam kurun waktu 1600-2007. Kontribusi kejadian tsunami yang telah terjadi di zona ini terhadap keseluruhan tsunami yang telah terjadi di Indonesia adalah 8,26%. Tsunami di daerah daerah ini semuanya diakibatkan oleh gempa bumi dan menimbulkan menimbulkan korban jiwa sekitar 1.020 orang. Zona E terletak di Laut Maluku termasuk di dalamnya Sangihe dan Halmahera. Pada zona ini telah terjadi tsunami sebanyak 32 kali k ali dalam kurun waktu 1600-2007. Kontribusi kejadian tsunami yang telah terjadi di zona ini terhadap keseluruhan tsunami yang telah terjadi di Indonesia adalah 29,36%. 28 kali diantaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 4 lainnya diakibatkan oleh meletusnya gunung api di bawah laut. 19
Fenomena dan Peristiwa Tsunami
Zona F berada di sebelah utara Papua. Pada zona ini telah terjadi tsunami sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 1600-2007. Kontribusi kejadian tsunami yang telah terjadi terjadi di zona ini terhadap keseluruhan tsunami yang telah terjadi di Indonesia adalah 2,75%. 2 kali diantaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 2 lainnya diakibatkan oleh meletusnya gunung api di bawah laut.
Gambar 2. 3 Peta distribusi Tsunami Tsunami di Indonesia tahun 1600 -2007 (sumber: Hidup akrab dengan gempa dan tsunami).
Kalau diinventarisasi berdasakan laporan media massa dan dari berbagai sumber, maka sepanjang tahun 1961 – 2007 ada sekitar seki tar 22 kejadian tsunami yang melanda kawasan pesisir di Indonesia. Daerah bencana beserta dampak tsunami bisa dilihat pada tabel 3 dibawah ini: Tabel Tab el 2.2 Kejadian Tsunam Tsunamii di Indonesia sejak tahun 1961 – 2007
20
Run-up maksimum Jumlah korban (meter) (tewas/luka)
No
Tahun
Pusat Gempa
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1961 1964 1965 1967 1968 1969 1977 1977 1979
8,2 LS & 122,0 BT 5,8 LS & 95,6 BT 2,4 LS & 126,0 BT 3,7 LS & 119,3 BT 0,7 LS & 119,7 BT 3,1 LS & 118,8 BT 11,1 LS & 118,5 BT 8,0 LS & 125,3 BT 8,4 LS & 115,9 BT
Tidak terdata Tidak terdata Tidak terdata Tidak terdata 8-10 10 Tidak terdata Tidak terdata Tidak terdata
2/6 110/479 71 tewas 58/100 392 tewas 64/97 316 tewas 2/25 27/200
10 11
1982 1987
8,4 LS & 123,0 BT 8,4 LS & 124,3 BT
Tidak terdata Tidak terdata
13/400 83/108
12 13 14
1989 1992 1994
8,1 LS & 125,1 BT 8,5 LS & 121,9 BT 5,8 LS & 95,6 BT
Tidak terdata 11,2-26,2 19,1
7 tewas 1.952/2.126 38/400
Daerah Bencana NTT, Flores Tengah Sumatera Maluku, Seram dan Sanana Tinambung (Sulsel) (Sulsel) Tambo (Sulteng) Majene (Sulsel) NTB dan Pulau Sumbawa NTT, Flores dan P. Atauro NTB, Sumbawa, Bali dan Lombok NTT, Larantuka NTT, Flores Timur, dan P. Pantar NTT dan P. alor NTT, Flores dan P. Babi Banyuwangi (Jatim)
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K Run-up maksimum Jumlah korban (meter) (tewas/luka)
No
Tahun
Pusat Gempa
15 16 17 18 19 20 21
1996 1996 1998 2000 2004 2005 2006
5,8 LS & 95,6 BT 0,5 LS & 136,0 BT 2,0 LS & 124,9 BT 0,6 LS & 119,9 BT 2,9 LS & 95,6 BT 2,06 LS & 97,01 BT 9,4 LS & 107,2 BT
Tidak terdata 13,7 2,75 3 34 3,5 7,6
3/63 107 tewas 34 tewas 4 tewas >210.000 tewas Tidak terdata 668 tewas
22
2007
4,67 LS & 101,3 BT
3,6
-
Daerah Bencana Palu (sulteng) P. Biak (Papua) Tabuna Tabuna Maliabu (Maluku) Banggai (Sulteng) NAD dam Sumut Pulau Nias Jawa Barat, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta Bengkulu dan Sumatera Barat
Sumber: Hidup akrab dengan gempa dan tsunami.
21
BAB III
PENGURANGAN RISIKO TSUNAMI
3.1 Pengurangan Pengurangan Risiko Tsunami Pengelolaan yang tidak baik dalam sumber daya alam dan sumber daya manusia akan mengakibatkan terjadi bencana. Selain itu, kondisi alam dan keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia dapat juga menyebabkan terjadinya bencana alam, bencana akibat ulah manusia, dan kedaruratan kompleks. Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat aktor geologi (gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hidrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), bencana akibat aktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, nuk lir, pencemaran pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konfik antar manusia akibat perebutan sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi dan besaran kekuatannya. Sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, letusan gunungapi, dan tsunami masih dapat diramalkan sebelumnya. Meskipun demikian kejadian bencana selalu memberikan dampak kejutan dan menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi. Kejutan tersebut terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya. Secara umum terdapat peristiwa bencana yang terjadi berulang setiap tahun. Bahkan sekarang ini peristiwa bencana menjadi lebih sering dan terjadi silih berganti, misalnya dari kekeringan, kemudian kebakaran, lalu diikuti banjir. Akibatnya muncul anggapan bahwa bencana tersebut sebagai sesuatu hal yang memang harus terjadi. Padahal semua itu merupakan enomena alamiah yang melekat pada bumi dan timbulnya korban dan kerugian disebabkan oleh beberapa aktor ketidaksiapan. Beberapa aktor tersebut adalah : 1. Kurangnya Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya 2. Sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan kualitas sumberdaya sumberdaya alam
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
3. Kurangnya Kurangnya inormasi/peringatan dini yang menyebabkan ketidaksiapan; dan 4. Ketidakberdayaan/ketidakmampuan Ketidakberdayaan/ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya. 3.1.1 Bencana
Bencana merupakan enomena yang terjadi karena komponen-komponen, ancaman, dan kerentanan bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyebabkan terjadinya risiko pada komunitas. Ancaman merupakan kejadian-kejadian, gejala alam atau kegiatan manusia yang berpotensi untuk menimbulkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial ekonomi atau kerusakan lingkungan. Kerentanan adalah kondisi-kondisi yang ditentukan oleh aktor-aktor atau proses-proses sik, sosial ekonomi dan lingkungan hidup yang meningkatkan kerawanan suatu komunitas terhadap dampak ancaman bencana. Risiko merupakan suatu peluang peluang dari timbulnya timbulnya akibat buruk, atau kemungkinan kerugian dalam hal kematian, luka-luka, kehilangan dan kerusakan harta benda, gangguan kegiatan mata pencaharian dan ekonomi atau kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi antara ancaman bencana dan kondisi kerentanan. Dalam Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh aktor alam dan/atau aktor non alam maupun aktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Menurut ISDR bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri. Adapun komponen yang berpengaruh terhadap besar kecilnya dampak suatu bencana antara lain sebagai berikut: bahaya, kerentanan, risiko bencana, dan kapasitas. Terjadinya Bencana Kejadian
Bahaya
RISIKO BENCANA
BENCANA
Kerentanan
Gambar 3.1 Proses terjadinya bencana
23
Pengurangan Risiko Tsunami
Berdasarkan sumber bencananya, terdapat tiga jenis bencana: (1) bencana alam, yaitu bencana yang murni yang disebabkan oleh peristiwa alam, contohnya gempa bumi, gunung meletus, angin puting beliung. (2) bencana akibat ulah manusia, yaitu bencana yang disebabkan oleh kekhilapan manusia seperti kebakaran dan kornsleting listrik. (3) bencana kompleks, yaitu bencana yang diakibatkan oleh gabungan antara perilaku alam dan ulah manusia sebagai contoh banjir akibat hujan diluar normal dan penggundulan hutan. Bahaya
Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan potensi bencana yang sangat tinggi. Beberapa potensi bencana yang ada antara lain adalah bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor, dan lain-lain. Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama dan potensi bahaya ikutan. Potensi bahaya utama ini dapat dilihat antara lain pada peta potensi bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi bencana letusan gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana banjir, dan lain-lain.
Gambar 3. 2: Wilayah di Asia yang terkena dampak tsunami 26 Desember 2004
Dari indikator-indikator di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi bahaya utama yang tinggi. Hal ini tentunya sangat tidak menguntungkan bagi negara Indonesia. Disamping tingginya potensi bahaya utama, Indonesia juga memiliki potensi bahaya ikutan yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator misalnya likuiaksi, persentase bangunan yang terbuat dari kayu, kepadatan bangunan, dan kepadatan industri berbahaya. Potensi bahaya ikutan \ ini sangat tinggi terutama di daerah perkotaan yang memiliki kepadatan, persentase bangunan kayu (utamanya di daerah pemukiman kumuh perkotaan), dan
24
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
jumlah industri berbahaya, yang tinggi. Dengan indikator diatas, perkotaan Indonesia merupakan wilayah dengan potensi bencana yang sangat tinggi. 3.1.2 Risiko Bencana, Konstruksi dari Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas Epidemik, 4%
Gempa, 31 %
Banjir, 38 %
Kebakaran, 17 % Mass movwet, Letusan 2 % Gunung Api,
Kekeringan, 6%
3% Gambar 3.3 Persentase Orang Terkena Bencana Berdasarkan Jenis Bencana
Gambar di atas menunjukkan persentase orang terkena bencana berdasarkan jenis bencana di Indonesia antara kurun waktu 1980 – 2008. Kejadian bencana bencana di Indonesia terus meningkat sepanjang tahun. Ini membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara yang rapuh dalam menghadapi ancaman bencana. Perbedaan kemampuan dalam mengenali karakteristik bahaya membuat besaran risiko yang mengena pada situasi bencana juga ak an berbeda. Semakin mampu untuk mengenali dan memahami enomena bahaya itu dengan baik, maka manusia akan semakin dapat mensikapinya dengan lebih baik. Sikap dan tanggap yang didasarkan atas pengenalan dan pemahaman yang baik akan dapat memperkecil risiko bencana. Kehancuran dahsyat yang terjadi akibat gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara, serta ser ta DI Yogyakarta Yogyakarta dan Jawa Tengah, juga memunculkan kebingungan bagaimana harus mensikapinya; hiruk pikuk di Alor dan Palu saat terjadi gempa menunjukkan betapa bangsa Indonesia belum mampu dengan baik menghadapi ancaman bahaya yang melingkupi.
25
Pengurangan Risiko Tsunami
Ancaman Bencana
Ancaman bencana seperti yang tertuang dalam UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Penanggulangan Bencana Bencana adalah adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana. Sedangkan menurut Dr. Krishna S. Pribadi ancaman bencana merupakan: 1. Suatu peristiwa besar yang jarang terjadi, dalam lingkungan alam atau lingkungan binaan, yang mempengaruhi kehidupan, harta atau kegiatan manusia, sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan bencana. 2. Suatu enomena alam atau buatan manusia yang yang dapat menimbulkan kerugian sik dan ekonomi atau mengancam jiwa manusia dan kesejahteraannya, bila terjadi di suatu lingkungan permukiman, kegiatan budi daya atau industri. Ancaman bencana dapat bersiat membahayakan bagi suatu lingkungan akibat kondisi lingkungan yang rentan. Kerentanan
Kerentanan adalah seberapa besar suatu masyarakat, bangunan, pelayanan atau suatu daerah akan mendapat kerusakan atau terganggu oleh dampak suatu bahaya tertentu, bergantung kepada kondisinya, jenis konstruksi dan kedekatannya kepada suatu daerah yang berbahaya atau rawan bencana. Faktor-aktor Faktor-aktor yang dapat menyebabkan kerentanan tersebut adalah : 1. Institusi lokal yang yang lemah dalam membuat membuat kebijakan dan dan peraturan peraturan serta penegakan kebijakan tersebut, terutama terkait dengan penanggulangan bencana dan upaya pengurangan risiko bencana, termasuk di dalamnya adalah lemahnya aparat penegak hukum; 2. Kurangnya Kurangnya penyebaran inormasi inormasi mengenai kebencanaan, kebencanaan, baik melalui penyuluhan, pelatihan serta keahlian khusus yang diperlukan dalam upaya-upaya pengurangan risiko bencana; dan 3. Penduduk Penduduk terkait dengan dengan pertumbuhan penduduk yang yang sangat cepat. Kenyataan menunjukkan kerentaan cukup tinggi dari masyarakat, inrastruktur serta elemen-elemen di dalam kota/kawasan yang berisiko bencana. Karena kurangnya pemahaman adanya bahaya sekitarnya, maka masyarakat dikatakan rentan terhadap bencana. Bangunan dibantaran sungai, bangunan tepat di lereng tempat mengairnya lahar gunung berapi, bangunan di tepi pantai, bangunan yang permanen dan tidak tahan gempa dan lain-lain merupakan contoh kerentaan suatu lingkungan Kapasitas
Kapasitas adalah kemampuan dari masyarakat dalam menghadapi bencana. Misalnya pengetahuan rendah, maka kapasitasnya rendah, contohnya: contohnya: 1. Tidak tahu tahu kalau di dekat rumahnya rumahnya terdapat terdapat ancaman tanah longsor longsor 2. Tidak tahu kalau membangun rumah di bantaran kali dapat menyebabkan menyebabkan banjir 3. Tidak tahu kalau mengikis tebing untuk diambil tanahnya dapat menyebabkan longsor, 26
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
4. Tidak tahu kalau menebang pohon tanpa mengganti dengan dengan pohon baru dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor 5. Tidak memiliki keterampilan keterampilan bagaimana bagaimana membuat membuat rumah tahan gempa gempa 6. Tidak memiliki keterampilan bagaimana meng-evakuasi kalau terjadi gempa 7. Tidak memiliki keterampilan keterampilan bagaimana menyelamatkan diri dan orang orang lain ketika terjadi bencana, dan lain-lain. 3.1.3 Pengurangan Risiko Bencana
Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengelola aktoraktor penyebab dari bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kejadian yang merugikan. 3.1.4 Upaya Pengurangan Risiko Bencana Mitigasi Bencana
Tujuan dari mitigasi bencana gempa bumi adalah untuk mengembangkan strategi mitigasi yang dapat mengurangi hilangnya kehidupan dari alam sekitarnya serta harta benda, penderitaan manusia, kerusakan ekonomi dan biaya yang diperlukan untuk menangani korban bencana yang dihasilkan oleh bencana gempa bumi. Rencana mitigasi bencana gempa bumi dapat meningkatkan cara pandang yang luas dan terintegrasi terhadap sistem pengurangan risiko bencana yang meliputi elemen-elemen berikut : 1. Identikasi bencana dan kerentananny kerentanannyaa serta evaluasi risiko bencana tersebut. 2. Strategi pengurangan pengurangan bencana bencana yang bersumber bersumber dari wilayah wilayah dan dimiliki oleh pemegang kebijakan. 3. Seperangkat peraturan, perundang-undangan dan regulasi yang menyediakan kerangka kerja yang komprehensi untuk interaksi antara berbagai organisasi dan institusi yang berbeda. 4. Mekanisme koordinasi institusi yang kuat. 5. Sistem yang yang solid untuk mengendalikan mengendalikan pemenuhan pemenuhan dan penguatan kode dan standar untuk konstruksi bangunan yang aman. 6. Perencanaan Perencanaan dan tataguna lahan lahan dan pemukiman yang menggabungkan kepedulian akan bencana dan pengurangan risiko. 7. Penggunaan peralatan komunikasi untuk pengurangan risiko akibat bencana yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bencana, pendidikan, pelatihan dan penilaian. 8. Manajemen kesiapsiagaan dan kedaruratan berdasarkan pemahaman risiko. 9. Kerjasama dan dan koordinasi koordinasi antar instansi, antar kota, antar organisasi. Dalam upaya mengurangi risiko bencana maka diperlukan kesiapsiagaan yang lebih baik. Oleh karena itu siswa juga harus harus memahami pengertian
27
Pengurangan Risiko Tsunami
dari tsunami, sebab-sebab terjadinya, dampaknya, serta hal-hal apa saja yang harus diperhatikan sebelum, saat dan setelah terjadinya tsunami tersebut. Penanggulangan Bencana
Dalam Undang-Undang Republik Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Penanggulangan Bencana, pasal 33-38, dinyatakan, bahwa: Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi: 1. prabencana; 2. saat tanggap darurat; dan 3. pasca bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana meliputi: 1. dalam situasi tidak terjadi bencana; dan 2. dalam situasi terdapat terdapat potensi terjadinya bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana sebagaimana dimaksud meliputi: 1. perencanaan penanggulangan bencana; 2. pengurangan risiko bencana; 3. pencegahan; 4. pemaduan dalam perencanaan pembangunan; 5. persyaratan analisis risiko bencana; 6. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; ruang; 7. pendidikan dan pelatihan; dan 8. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana. Perencanaan Perencanaan penanggulangan penanggulangan bencana meliputi: 1. pengenalan dan pengkajian ancaman bencana; 2. pemahaman tentang kerentanan masyarakat; 3. analisis kemungkinan dampak bencana; 4. pilihan tindakan pengurangan risiko bencana; 5. penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan penanggulangan dampak bencana; bencana; dan 6. alokasi tugas, kewenangan, dan sumber sumber daya daya yang tersedia. Pengurangan risiko bencana , dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana. Kegiatan meliputi: 1. pengenalan dan pemantauan risiko bencana; 2. perencanaan partisipati penanggulangan bencana; 3. pengembangan budaya sadar bencana; 4. peningkatan komitmen terhadap terhadap pelaku pelaku penanggulangan penanggulangan bencana; dan
28
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
5. penerapan upaya sik, nonsik, dan pengaturan penanggulangan bencana. Pencegahan Pencegahan meliputi: 1. Identikasi dan pengenalan pengenalan secara pasti pasti terhadap sumber bahaya bahaya atau ancaman bencana; 2. kontrol terhadap terhadap penguasaan dan pengelolaan pengelolaan sumber daya daya alam yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana; 3. pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana; 4. penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; dan 5. penguatan ketahanan sosial masyarakat. Berdasarkan inormasi dari Undang-undang tersebut, banyak hal yang dapat diidentikasi, dijadikan bahan pengayaan bagi guru, yang tidak diajarkan ke siswa. Selain kompetensi yang harus dikuasai siswa tentu harus dikuasai guru, sebaiknya kepala sekolah dan guru menambah kompetensi lainnya seperti: 1. menyusun Program Program untuk meningkatkan keamanan sekolah terhadap Bencana. 2. menyusun rencana aksi sekolah, seperti. 3. perencanaan penanggulangan bencana; 4. pengurangan risiko bencana; 5. pencegahan; 6. pemaduan dalam perencanaan pembangunan; 7. persyaratan analisis risiko bencana; 8. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; ruang; 9. Perencanaan Perencanaan penanggulangan bencana meliputi: pengenalan dan pengkajian ancaman bencana; pemahaman tentang kerentanan masyarakat; analisis kemungkinan dampak bencana; pilihan tindakan pengurangan risiko bencana; penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana; dan alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia. 10. Pengurangan risiko bencana , dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana. Kegiatan meliputi: pengenalan dan pemantauan risiko bencana; perencanaan partisipati penanggulangan bencana; pengembangan budaya sadar bencana; peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana; dan
29
Pengurangan Risiko Tsunami
penerapan upaya sik, nonsik, dan pengaturan penanggulangan bencana. 11. Pencegahan meliputi: identikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana; kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana; pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana; penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; dan penguatan ketahanan sosial masyarakat.
3.2 Kesiapsiagaan 3.2.1 Tindakan sebelum terjadi tsunami
Penanggulangan bencana tsunami selama ini dilakukan oleh pemerintah yang pelaksanaannya kemudian dilakukan bersama antara pemerintah daerah dengan organisasi-organisasi yang terkait dan masyarakat yang tertimpa bencana. Seharusnya masyarakat dapat melakukan beberapa tindakan dalam rangka pengurangan risiko bencana tsunami yaitu: 1. Hindari bertempat tinggal di daerah tepi tepi pantai yang landai landai kurang dari 10 meter dari permukaan laut. Berdasarkan penelitian, daerah ini merupakan daerah yang mengalami kerusakan terparah akibat bencana Tsunami, badai dan angin ribut. 2. Disarankan untuk menanam tanaman tanaman yang mampu menahan menahan gelombang gelombang seperti bakau, palem, ketapang, waru, beringin atau jenis lainnya 3. Ikuti tata guna guna lahan yang telah telah ditetapkan oleh pemerintah pemerintah setempat setempat 4. Buat bangunan bangunan bertingkat bertingkat dengan ruang aman di bagian atas 5. Bagian dinding dinding yang lebar usahakan tidak sejajar dengan garis pantai Selain itu, bencana dapat direduksi apabila masyarakat sadar dan siapsiaga menghadapi bencana, caranya dengan mempersiapkan diri dengan cara: 1. Mempromosikan budaya pencegahan dan keselamatan menghuni di kawasan ini. 2. Mempersiapkan rencana manajemen menghadapi bencana 3. Mendorong terbentuknya kepanitiaan dan dan gugus tugas di wilayah ini. 4. Mempersiapkan peralatan peralatan tepat tepat guna untuk pelatihan pelatihan bagi generasi muda muda atau siswa dalam mereduksi terjadinya terjadinya bencana. 5. Membiayai kegiatan-kegiatan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pada reduksi terjadinya terjadinya bencana baik diakibatkan oleh alam maupun kegiatan manusia. 6. Mereduksi risiko melalui organisasi ormil maupun non ormil (pemerintah dan swasta).
30
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
Ada beberapa strategi perencanaan wilayah dalam rangka mencari solusi rancangan untuk menghadapi bencana Tsunami, antara lain: 1. Dalam lingkup makro, makro, pemilihan kegiatan untuk daerah tertentu tertentu harus tepat, misalnya: perencanaan evakuasi dan jalur mitigasi. Bercermin dari kasus di Banda Aceh dan Pangandaran maka dapat ditawarkan escape hill , jalur mitigasi dan early warning system dan pengamatan visual ke laut. perencanaan zoning, yakni: - defend artinya pantai dilengkapi dengan barrier untuk menahan terjangan gelombang. - retreat artinya menarik kegiatan menjauhi garis pantai, dan sepanjang pantai ditanami dengan penghijauan yang berungsi sebagai sabuk hijau. - accomodate artinya meletakkan kegiatan yang cocok di daerah garis pantai, misalnya daerah ini dibuat tambak. - counter attack artinya pantai dilengkapi denga sarana penghadang gelombang mencocokkan aktivitas dengan kondisi pantai dan yang terakhir menjauhkan kegiatan vital dari garis pantai. 2. Dalam lingkup mikro, ada beberapa alternati antara lain: Menghindari daerah terpaan. Menghindari daerah bahaya tsunami, adalah dengan metode penanggulangan yang paling eekti. Pada perencanaan wilayah, hal ini mencakup penempatan bangunan dan inrastruktur di bagian tapak yang tinggi atau menaikkan struktur di atas terpaan tsunami atau menguatkan podium (tempat berpijak bangunan).
Batas air
Memperlambat arus air. Teknik memperlambat arus air termasuk membuat penahan serta daya hancur gelombang. Hutan buatan yang dirancang khusus, saluran air, jalur hijau, dapat memperlambat dan menahan arus dan puing-puing yang dibawa ombak. Agar teknik ini eekti harus ada perkiraan yang tepat dari terpaan yang akan terjadi.
31
Pengurangan Risiko Tsunami Elemen Guna Menghambat Gelombang
Membelokkan kekuatan air. Teknik pembelokkan kekuatan tsunami, menjauh dari struktur bangunan yang lemah, yaitu dengan menata struktur, melalui penggunaan tembok-tembok bersudut dan saluran air, dan menggunakan permukaan dengan lapisan yang memudahkan jalannya air. air. Dinding Bypass
Menghambat terpaan air. Struktur kokoh seperti tembok, terasering (penahan gundukkan/tanah curam berbentuk anak tangga) atau jalur hijau, struktur parkir dan kontruksi lain yang kokoh dapat menahan kekuatan gelombang. Menahan, bagaimanapun juga dapat mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang ke arah lain. Dinding Penahan
Selain itu pengurangan risiko kerusakan kerusakan akibat tsunami dapat diperkecil bila: menyediakan jarak ruang yang maksimum antar bangunan, meninggikan bangunan di atas batas ketinggian terpaan banjir dan menempatkan akses-akses utama di luar area banjir, dan jalan-jalan akses penunjang tegak lurus dengan tepi pantai. 3.2.2 Tindakan Tindakan saat terjadi bencana.
Beberapa tindakan yang perlu dilakukan untuk menghindari bertambahnya jumlah korban pada saat terjadi bencana akan diuraikan di bawah ini. 1. Tindakan untuk mengurangi kemungkinan risiko
Beberapa tindakan untuk mengurangi kemungkinan risiko yaitu:
32
Mewujudkan keberdayaan individu, keluarga, komunitas, masyarakat, dan negara; serta mengatasi ketidakberlanjutan pembangunan
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
Membangun pondasi rasa aman yang segala kegiatannya mendorong untuk ketercukupan kebutuhan dasar. dasar. Membangun berbagai berbagai perangkat pengurangan pengurangan risiko bencana (PRB) dan kegiatan-kegiatan yang dapat mengurangi risiko bencana melalui mencegah dan memitigasi bahaya, serta meredam kerentanan dari ancaman Seluruh kemampuan komunitas digunakan untuk menangani ancaman. Sehingga tidak diperlukan bantuan eksternal karena kemampuan yang ada dapat menanganinya Mengidentikasi, mengevaluasi, & memonitor risiko-risiko bencana dan meningkatkan pemanaatan peringatan dini Menggunakan Menggunaka n pengetahuan, inovasi, danpendidikan untuk membangun suatu budaya aman dan ketahanan pada semua tingkatan Mengurangi aktor-aktor risiko dasar Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana dengan respon yang eekti pada semua tingkatan Selain itu, lakukanlah mengungsi dengan cepat, jika ada pemberitahuan untuk mengungsi. Otoritas lokal tidak akan meminta orang untuk meninggalkan tempat, jika memang sungguh-sungguh keadaan belum dalam bahaya. Kita perlu menuruti nasehat mereka. Selanjutnya, dengarkan radio dan televisi lokal dan ikuti instruksi dari pejabat yang menangani keadaan darurat. Pada saat terjadi bencana pakailah pakaian pelindung dan sepatu yang kokoh. Karena wilayah bencana dan bekasnya berisi banyak risiko. kuncilah rumah. jika kita hanya mempunyai waktu sedikit seperti kasus tsunami, rebut kebutuhan yang telah disediakan dalam kotak persediaan bencana dan pergilah. Jangan lupa membawa kotak P3K, meliputi resep dokter, gigi palsu, kacamata, dan alat bantu pendengar. pendengar. kotak persedian bencana. pakaian pengganti dan sleeping bag. Serta kunci mobil dan atau motor (jika punya mobil/motor).
2. Penyelamatan Penyelamatan Diri Di dalam Ruangan
Cara-cara yang dilakukan untuk menyelamatkan diri pada saat tsunami berlangsung apabila sedang berada di dalam ruangan: -
Jangan panik Segera berlari mencari tempat yang lebih tinggi Naik ke lantai yang lebih tinggi atau atap rumah . Tidak perlu menunggu peringatan tsunami Selamatkan diri anda, bukan barang anda Jangan hiraukan kerusakan di sekitar, teruslah mencari tempat yang tinggi
33
Pengurangan Risiko Tsunami
-
Tetaplah bertahan di daerah ketinggian sampai ada pemberitahuan resmi dari pihak berwajib tentang keadaan aman Jika anda berpegangan berpegangan atap rumah saat gelombang gelombang tsunami berlangsung jangan membelakangi arah laut supaya terhindar dari benturan benda benda yang dibawa - oleh gelombang. Anda dapat membalikan badan saat gelombang berbalik arah kembali ke laut Tetap berpegangan kuat hingga gelombang benar-benar reda
Di luar Ruangan
Prinsip-prinsip sebagai cara untuk menyelamatkan diri pada saat tsunami berlangsung apabila sedang berada di luar ruangan -
Jangan panik Bila sedang berada di pantai pantai atau dekat laut dan merasakan merasakan bumi bergetar, Segera berlari ke tempat yang tinggi dan jauh dari pantai. Naik ke lantai yang lebih tinggi, atap rumah atau memanjat pohon. Tidak perlu menunggu peringatan Tsunami Tsunami Tsunami Tsunami dapat dapat muncul melalui sungai dekat laut, jadi jangan berada di sekitarnya Selamatkan diri anda, bukan barang anda Jangan hiraukan kerusakan di sekitar, teruslah berlari Jika terseret tsunami, carilah benda terapung yang dapat digunakan sebagai rakit Selamatkan diri melalui jalur evakuasi tsunami ke tempat evakuasi yang sudah disepakati bersama Tetaplah bertahan di daerah ketinggian sampai ada pemberitahuan resmi dari pihak berwajib tentang keadaan aman Jika anda berpegangan berpegangan pada pada pohon saat saat gelombang tsunami berlangsung jangan membelakangi arah laut supaya terhindar dari benturan benda benda yang dibawa oleh gelombang. Anda dapat membalikan badan saat gelombang berbalik arah kembali ke laut Tetap berpegangan kuat hingga gelombang benar-benar reda
Di dalam Gedung Bertingkat
Beberapa tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan diri pada saat tsunami berlangsung apabila sedang berada di dalam gedung bertingkat: ber tingkat: -
34
Jangan panik Segera berlari menuju lantai yang paling tinggi Naik ke lantai yang lebih tinggi atau atap gedung. Tidak perlu menunggu peringatan tsunami
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
-
-
Selamatkan diri anda, bukan barang anda Jangan hiraukan kerusakan di sekitar, teruslah menuju lantai yang tertinggi Tetaplah bertahan sampai ada pemberitahuan resmi dari pihak berwajib tentang keadaan aman Jika anda anda berpegangan pada sesuatu balok atau kayu di lantai gedung tersebut saat gelombang tsunami berlangsung, berlangsung, jangan membelakangi membelakangi arah laut supaya terhindar dari benturan benda benda yang dibawa oleh gelombang. Anda dapat membalikan badan saat gelombang berbalik arah kembali ke laut Tetap berpegangan kuat hingga gelombang benar-benar reda
3.2.3 Tindakan Sesudah Terjadi Bencana
Segera setelah bencana tsunami menimpa, masyarakat dari berbagai daerah di sekitar bencana dan dari daerah-daerah yang jauh bahkan dari luar negeri berbondong-bondong mendatangi daerah-daerah bencana untuk memberikan bantuan darurat serta membantu membersihkan puing, mendirikan tenda dan MCK darurat dan mengerjakan apa saja untuk mengurangi penderitaan mereka yang selamat. Tidak ada satu kelompok atau satu organisasi tunggal yang dapat menangani keseluruhan akibat bencana. Karena bencana merupakan permasalahan kompleks yang menuntut adanya penanganan kolekti yang melibatkan berbagai disiplin dan kelompok kelembagaan yang berbeda – dengan kata k ata lain, melalui kemitraan. Ini merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan. Masyarakat harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya langkah-langkah yang harus dilakukan setelah bencana tsunami terjadi dengan cara: 1. kapasitas untuk mengelola selama kejadian-kejadian yang mendatangkan malapetaka 2. kapasitas untuk memulihkan diri setelah bencana tsunami 3. kapasitas untuk menyerap tekanan atau kekuatan-kekuatan yang menghancurkan, melalui perlawanan atau adaptasi Masyarakat perlu memperkuat kapasitas mereka, karena tidak ada masyarakat yang sepenuhnya aman dari bahaya alam ataupun bahaya-bahaya terkait kegiatan manusia. Masyarakat merupakan sesuatu yang kompleks dan seringkali tidak berbentuk satu kesatuan. Di antara orang-orang yang tinggal di suatu daerah yang sama ada perbedaan-perbedaan dalam hal kekayaan, status sosial dan pekerjaan, dan mungkin pula ada pembagian-pembagian lain yang lebih serius di dalam masyarakat.
35
Pengurangan Risiko Tsunami
1. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan setelah tsunami berlalu berlalu yaitu:
36
Hindari instalasi listrik bertegangan tinggi dan laporkan jika menemukan kerusakan kepada PLN Hindari memasuki wilayah kerusakan kecuali setelah dinyatakan aman Jauhi reruntuhan bangunan Laporkan diri ke lembaga pemerintah, lembaga adat atau lembaga keagamaan Upayakan penampungan sendiri kalau memungkinkan. Ajaklah sesama warga untuk melakukan kegiatan yang positi. Misalnya mengubur jenazah, mengumpulkan benda-benda benda-benda yang dapat dapat digunakan kembali, sembahyang bersama, dan lain sebagainya. Tindakan ini akan dapat menolong kita untuk segera bangkit, dan membangun kembali kehidupan Bila diperlukan, carilah bantuan dan bekerja sama dengan sesama serta lembaga pemerintah, adat, keagamaan atau lembaga swadaya masyarakat Ceritakan tentang bencana ini kepada keluarga, anak, dan teman anda untuk memberikan pengetahuan yang jelas dan tepat. Ceritakan juga apa yang harus dilakukan bila ada tanda-tanda tsunami akan datang. Tenang dan sabar. Tetap tenang dan berpikir rasional akan membantu menyelamatkan menyelamatkan kita dan terhindar dari tindakan ti ndakan yang tidak masuk akal. Biasanya banyak orang yang akan mencari pemenuhan kebutuhan untuk keselamatan keluarganya sendiri. Kesabaran akan membantu semua orang terbebas dari situasi sulit dengan mudah. Mendengarkan radio dan televisi lokal yang memberitakan inormasi dan instruksi. Otoritas lokal akan ak an menyediakan jalan keluar yang sesuai dengan situasi terakhir. terakhir. Memeriksa luka-luka. Memberi bantuan P3K untuk diri sendiri dan kemudian membantu orang lain sampai mendapat bantuan. Membantu tetangga yang memerlukan bantuan khusus – bayi, orang jompo, orang dengan kecacatan – dan orang lain yang membutuhkan bantuan. Melihat kemungkinan kerusakan di rumah. Bencana dapat menyebabkan kerusakan yang besar karenanya kita harus berhati-hati. Menggunakan lampu senter atau lentera yang menggunakan baterei. Menghindari penggunaan lilin. Lilin dapat menyebabkan kebakaran. Memeriksa saluran listrik dan gas yang dapat mengakibatkan kebakaran. Memeriksa bagian bangunan yang dianggap rawan untuk segera dirobohkan. Mengambil gambar dari kerusakan untuk kebutuhan klaim asuransi. Hubungi anggota keluarga lain untuk pemberitahuan.
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
Yakin kita mempunyai persediaan air yang cukup, jika aliran air terputus, karena air mudah tercemar pada saat terjadi bencana.
2. Menjalin Kerjasama
Penanggulangan bencana tsunami hendaknya menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah serta pihak-pihak terkait. Kerjasama ini sangat penting untuk memperlancar proses penanggulangan bencana. Dalam setiap kejadian bencana di Indonesia ada beberapa pihak yang bekerja sama dalam melakukan usaha-usaha penanganannya. Adalah hak masyarakat untuk menghubungi instansi terkait ini karena keberadaan pihak-pihak ini adalah untuk mendampingi masyarakat dalam usaha penanggulangan bencana. Hubungan dengan pihak-pihak ini sebaiknya dijalin dalam tahap sebelum bencana, saat bencana dan setelah bencana. Untuk memperkuat kesiapsiagaan, masyarakat bisa mendapatkan pelatihan dan bantuan dari instansi/organisasi dibawah ini : Dinas Sosial : Adalah instansi Pemerintah yang menangani bidang kesejahteraan dalam membantu masyakakat yang dilanda bencana. Tentara Nasional Indonesia (TNI) : Bisa memberi pelatihan kepada masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang operasi di lapangan. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofsika (BMKG): Adalah instansi Pemerintah yang memberi inormasi tentang perkembangan cuaca, gempa bumi dan kegiatan gunung berapi. Search and Rescue (SAR): Adalah lembaga yang bertugas dalam hal melakukan pencarian, pertolongan dan penyelamatan terhadap orang yang mengalami musibah atau diperkirakan hilang dalam suatu bencana. Rumah Sakit (Unit Gawat Darurat): Adalah instansi pemerintah maupun swasta yang memiliki kapasitas/kewenangan dalam hal pelayanan kesehatan masyarakat luas. Dalam hal penanganan bencana, rumah sakit melakukan penanganan korban bencana baik dalam penanganan penderita gawat darurat maupun tindakan-tindakan perawatan korban bencana secara berkelanjutan. Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat): Adalah instansi pemerintah yang memiliki tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan di tingkat lapisan masyarakat terkecil, dan instansi ini memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan penanganan penderita gawat darurat sebelum dilakukan evakuasi selanjutnya ke rumah sakit. Polisi Daerah: Adalah instansi pemerintah yang memiliki kewenangan dalam hal keamanan dan ketertiban masyarakat sekaligus memiliki ungsi sebagai pihak yang melakukan tindakan-tindakan yang bersiat darurat dalam penanganan bencana di masyarakat. Instansi kepolisian biasanya ada di setiap tingkatan masyarakat hingga yang terkecil. Hansip/Linmas: adalah kelompok masyarakat yang ditugaskan untuk membantu tugas kepolisian dalam melakukan pengamanan wilayah domisili tugas mereka. Kelompok ini terdiri dari anggota-anggota
37
Pengurangan Risiko Tsunami
38
masyarakat terpilih dan dipercayai untuk melakukan pengawasan terhadap keamanan dan ketertiban wilayah. Palang Merah Indonesia (PMI): Adalah lembaga yang bertugas untuk membantu masyarakat dalam meringankan penderitaan masyarakat yang dilanda bencana. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) : LSM lokal bisa bekerja sama dengan masyarakat dalam menanggulangi bencana dan membantu masyarakat untuk membina hubungan ke luar. Media Massa: Media Massa Cetak maupun Elektronik (televisi dan radio) bisa menyebarkan berita tentang bencana dan bisa membantu untuk mencari bantuan. Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB): Terdiri atas anggota-anggota masyarakat yang pembentukannya adalah hasil dari keputusan masyarakat bersama. Satkorlak/Satlak/BPBD: badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah. BNPB: lembaga pemerintah non-departemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. perundang-undangan.
MATERI MA TERI PEMBELAJARAN PEMBELA JARAN PENGURANGAN RISIKO TSUNAMI
BAB IV
4.1 Identifkasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami Muatan Pendidikan PRB untuk siswa SMA/MA/SMK/MAK disusun dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a. Kepentingan dan kemampuan peserta didik dan lingkungannya Muatan pendidikan PRB dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki peluang atau kesempatan untuk selamat dan membantu orang lain agar selamat ketika ketik a Tsunami Tsunami terjadi. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut perlu peningkatan kompetensi/kapasitas peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan, termasuk kearian lokal yang dimiliki masyarakat dalam lingkungan tersebut. Kegiatan pembelajaran PRB berpusat berpusat pada peserta didik. b. Keragaman risiko bahaya bahaya dan karakteristik daerah daerah dan lingkungan Setiap daerah memiliki risiko, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan PRB sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum harus mengakomodir keragaman tersebut yang relevan dengan kebutuhan pendidikan PRB. c. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat Pengembangan muatan pendidikan PRB dilakukan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat diperlukan, termasuk kearipan lokal yang ada. d. Peningkatan kesadaran akan adanya adanya risiko bencana akibat gempa Muatan pendidikan PRB dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan kesadaran siswa akan adanya risiko bahaya tsunami. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman terjadinya tsunami, hal-hal yang terjadi ketika dan setelah tsunami. e. Peningkatan kompetensi/kapasitas diri agar dapat mengurangi bahaya bencana yang diakibatkan tsunami Pendidikan PRB dilakukan secara sistematik dan terpadu dengan pendidikan mata pelajaran lain, untuk meningkatkan kompetensi siswa secara holistik
Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko R isiko Tsunami
yang memungkinkan potensi diri (aekti, kogniti, psikomotor) berkembang secara optimal, agar selamat ketika tsunami terjadi. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peser ta didik. .
Menyeluruh dan berkesinambungan Substansi muatan pendidikan PRB mencakup keseluruhan dimensi kompetensi yang diperlukan, dimensi kogniti, psikomotor dan aekti.
g. Belajar sepanjang hayat Pengembangan muatan pendidikan PRB diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Adapun materi pembelajaran pengurangan risiko tsunami untuk setiap jenjang kelas adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Identikasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami MATERI PEMBELAJARAN
KELAS
Sebelum Tsunami
Sebelum Tsunami
Sebelum Tsunami
40
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
4.2 Pemetaan Indikator Siswa Kompetensi tersebut dapat dielaborasi ke dalam indikator - indikator sebagai berikut : Tabel Ta bel 4.2 Pemetaaan Indikator Siswa KELAS
MATERI PEMBELAJARAN
INDIKATOR PERILAKU SISWA
Sebelum Tsunami
41
Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko R isiko Tsunami
KELAS
XI SMA (2 SMA)
MATERI PEMBELAJARAN
Sebelum Tsunami
XII SMA (3 SMA)
INDIKATOR PE PERILAKU SISWA
Sebelum Tsunami
-
42
-
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
4.3 Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar Terapan pendidikan kesiapsiagaan bencana maupun pendidikan bencana, bermuara pada (1) Pemahaman tentang bencana, (2) Pemahaman tentang kerentanan, (3) Pemahaman tentang kerentanan sik dan asilitas-asilitas penting untuk keadaan darurat bencana, dan (4) Sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana. Tujuan pendidikan pengurangan risiko bencana, dalam pelaksanaan di sekolah perlu dijabarkan menjadi indikator perilaku siswa. Penetapan indikator perilaku siswa dalam pengurangan risiko bencana mempertimbangan beberapa aspek, yaitu: 1. Perkembangan Perkembangan psikologis psikologis anak, diperlukan terutama terutama dalam menentukan isi/ materi yang diberikan kepada anak agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan anak dan peristiwa bencana yang dialami oleh anak. 2. Berbasis lingkungan, dengan mengutamakan mengutamakan nilai-nilai kearian kearian lokal. Ini mempunyai makna bahwa siswa diajak untuk bersahabat dengan alam lingkungan sekitar yang sarat dengan nilai-nilai kearian lokal. lok al. 3. Mempunyai nilai aplikati aplikati yang tinggi, karena karena siswa bisa langsung langsung menerapkan menerapkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang benar-benar diperlukan pada saat bencana maupun tanggap darurat. Adapun pendekatan yang dapat dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran PRB, agar lebih menyenangkan siswa, sebaiknya digunakan pendekatan cooperative learning dan simulasi, serta pendekatan dan metode lainnya jika diperlukan. Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah sebuah proses pembelajran bersama yang bersiat interakit di tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko bencana lebih luas daripada pendidikan ormal di sekolah dan universitas. Termasuk Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearian tradisional dan pengetahuan terhadap bencana (UN-ISDR). Pengintegrasian materi ajar PRB di dalam kurikulum harus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan KTSP. Oleh karena itu perlu adanya kajian terhadap mata pelajaran-mata pelajaran yang dapat dikembangkan dengan materi ajar PRB gempa bumi.
43
BAB V
PENGINTEGRASIAN PEMBELAJARAN PENGURANGAN RISIKO RISIKO TSUNAMI TSUNAMI KE DALAM DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MENENGAH (SMA/MA/SMK/M (SMA/MA/SMK/MAK) AK)
5.1 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Tsunami ke dalam Mata Pelajaran Tahapan dalam pengintegrasian materi PRB terhadap mata pelajaran di tingkat SMA/MA/SMK/MAK SMA/MA/SMK/MAK sebagai berikut : a. Identikasi Materi Pembelajaran Pembelajaran tentang PRB Konsep mengenai pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran pokok dalam kurikulum, diantaranya: IPA, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan Pendidikan jasmani. b. Analisis Kompetensi Dasar yang yang memungkinkan memungkinkan dapat diintegrasikan dengan PRB Kompetensi-kompetensi Kompetensi-kompetensi dasar yang terdapat pada KTSP dapat diintegrasikan dengan materi PRB dalam bentuk model KTSP daerah bencana. Model ini disusun sesuai dengan kondisi, kebutuhan, potensi, dan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik di daerah bencana yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau reerensi bagi satuan pendidikan di daerah lain yang punya karakteristik yang sama. Setelah kurikulum, bahan ajar sebagai acuan yang lebih operasional dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, merupakan komponen yang sangat berperan dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai bencana dan kesiapsiagaan bencana terhadap warga negara, khsusnya peserta didik. Melalui bahan ajar yang disusun pada pembelajaran tematik dan di setiap mata pelajaran dapat diintegrasikan mengenai jenis-jenis bencana beserta penyebabnya, usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam menghindari terjadinya beberapa bencana, apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana, dampak yang ditimbulkan oleh bencana dan usaha-usaha yang dalam mengurangi dampak dampak tersebut, apa yang dilakukan setelah bencana itu terjadi, dan lain-lain. c. Menyusun Silabus yang Terintegrasi PRB Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar yang diintegrasikan
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
dengan nilai-nilai Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Silabus Integrasi PRB dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masingmasing sekolah dan jenis ancaman bencana yang rentan di wilayahnya. Langkah-langkah penyusunan silabus yang mengintegrasikan PRB diantaranya adalah sebagai berikut: Mengkaji dan menentukan Standar Kompetensi (SK) yang dapat diintegrasikan dengan PRB. Mengkaji dan menentukan Kompetensi Dasar (KD) yang sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) yang diintegrasikan. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi (dengan mengacu pada SK dan KD). Mengidentikasi Materi Pokok/Pembelajaran yang sesuai dengan PRB tsunami. Mengembangkan kegiatan pembelajaran berintegrasi PRB tsunami, seperti penyampaian inormasi bahaya tsunami, simulasi penyelamatan diri, pertolongan pertama, dan lainnya. Menentukan Jenis Penilaian. Menentukan Alokasi Waktu. Menentukan Sumber Belajar yang berhubungan dengan PRB tsunami.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pembelajaran merupakan langkah awal dari suatu menejemen pembelajaran yang berisi kebijakan strategic tentang pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam rencana pembelajaran selalu terdapat komponen yang saling berkaitan yaitu tujuan, bahan ajar, metode/ teknik, media, alat evaluasi, dan penjadwalan setiap langkah kegiatan. Komponen-komponen tersebut saling berkaitan dan diintegrasikan dengan nilai-nilai usaha Pengurangan Risiko Bencana (PRB). RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. RPP yang terintegrasi PRB tsunami disusun sesuai dengan KD yang relevan dengan materi ajar PRB tsunami. Untuk lebih jelasnya, tahapan pengintegrasian dijelaskan sebagai berikut.: 5.1.1 Identifkasi Materi Pembelajaran
Setelah dianalisis, pengurangan risiko tsunami dapat diintegrasikan pada beberapa mata pelajaran. Pemetaan materi pembelajaran untuk pengintegrasian pengintegrasian pengurangan risiko tsunami adalah sebagai berikut:
45
Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK/MAK)
MATERI PEMBELAJARAN
KELAS
Sebelum Tsunami
Sebelum Tsunami
Sebelum Tsunami
5.1.2 Analisis Kompetensi Dasar (KD) yang dapat diintegrasikan
Berikut adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk beberapa Mata Pelajaran di tingkat satuan pendidikan menengah atas (SMA/SMK/MA/ MAK) yang dapat diintegrasikan dengan materi Pengurangan Risiko Tsunami.
46
I I X
a a , n s r m a t n k , g a i r a a c a i h r n l n e e t i n s a a s t p a u a u d r u b k k h n d t ) i a h i d e d l u t o a i , s m e b i e g m n e r n j n e n a n h s i e n n n m n a g e n a e k d p a e a a p o m r a a p n j t r s a t d , k n k k a ( ) s e i m r r k e p n a p k l t a s u a e d : t k r b a a a a a a i n a u a i s c t i u , k k k c ( n s s r t n h g h y i i t n n a g r o n l a o u a i t n a a n a a j a i n e u l t s d l k h e , p h n g u i s n t i u k a a ) r k y g g m a g m a a l a a r m s e o s l a a n n a n a n n n b r d s e e i r u l e l a n e r e k a h n e e a e e a o i r k d b M d t d b ( b a d s t k m m 1 . 3
I X
i n r g a ) a n n a h p e a n a ) y a m i a k n i r s ) i s i r a a o a d l l e c , e s d a t h : i r d e s r e r , h k e s l a e a n s u a i u g i p s a h b t l r g n o t n a a n i a n a u m e t s s b h j a p k m m r a t u l t e s d u n n n a e b ( m r d a a a d g ( t a a i d a a n s a s a s u g c h i a o l j a a a e t a n k n t n n a r r r r a k ( o l n e e e s a a l s a n l , k r a p p p t r k e m a e t n n n n e k a r t a a a a o p b a u n i n b k k n n k o o s r i a a k l e a u k p a t t k e t t a s g a a a a n d a s i i e g r m m y y y r n n a l a n n n n e a n m a s e c a a e e e t d e M r e r m s d d m m m 1 . 7
I X
i , , i r n , r g n u g t s i a a u a a a t n t a k a t n n h p ) a n , e h n h p ) u a a e a ) a m t j a e i i t t y a ) a r u m i e i r y a s i e u i k e r r n s s n s l n a i n ) k k n u r s s s n i a ) l m g a a a r o a a o a d t e h e a a s a o a d l e a n e l a c s u s d n a : t h l o n r n k k a d c s s i e r r d a a : n e i r e d l s e s a k l e r p , h e s l a ( e r s r t o e u a n p , i e h a a e e u n k s i a s s a i p g i d l r b g m n s a i a b u b n t a a t d t d p p g i a a h t s t a m a h s n a t d u a a e n g r l a : l n e i n u a n n o t a n a u d i n a a n o i t e s b a p a c s n n r i s s b a p t a c s m a a d r u y a m p a n c s u a h h k i l n d l u r u d e e d i a h k h l t r s d u k r n n t e t d e a s u n n a o r r ( e i e a a e m s t t ( m r d e a a , a r d e a a m s a a u i d t t a a k i ( u t a a i d t a a d e b t m m m n d t e b ( u i n p a h a n m n n i c h i m l g n g , h s s s a s j c a l g k g i a n s n s j a p i e t a a a a n a n k a a e t a a e g a n a a n a r a a n k n r s r t o a n a r p r r r r n a r i o n e k t r n a a a k l n l , d k a k t t i n a e e e e ( l k ( o l n l s i s a s n , k ) n e f r h i n k , k a s p p a l o p r t s r a t p p e a s r t d a t e a l ) i k s e e e s i r k s a a n t a e a , e t l n n n a r e a d a b s e t n n n m n e b k a r t a a k a n r t n e m n e b k s ) h n n g a a a a n o p a a a a u u n b i g o l k k n n a r n i n a a i n p n d o i r k k k k b i n n k p o o a i a a a n a d i a k o l a e b a p k s e a u a k l r a n o s r a a t t u e p e t a t t t t a t u k k t k d a e p d n g e s t k a s d n g s i a a a e a i a s a n i n i g a g a g o a m r u a p i a a r m m y a s g y y y y y s r b i m e d m a n c n r s r s t a c i l i n a a n n n n r m n a l n n m a n n n n e a e r i e s g r a r e n n m e e e s e c l h e m c e e e e e s e a a a n u a e d d m e e a e a a e m s e e d M p h M r r s a a k t b t d r ( ( r l m m p p M t d r m s d m m m m m 1 1 2 . . . 7 4 4
X
P M a n a . c p n e m o b K a g a i s
s a s i r a g h g a n B I
a g l a n j e a g b n m a l o k i e s g p i m i r u . . r i k . . c . s i . . . - m . u . . . e i r a . . . d c r . . . . . . n a . . . . . n . . e c . . . . a e . M . d s . . 1 2 . . 3 . 1 1 1
I I X
I X
, l , n n e n l a a a r e r b r a , a b a a t k a b n k t g a k g a a e y u y t y k i n n n n t l a i u s n n t l n n e , , e s a b i s a u p a n i y e r a r a m n n n a n e a n b a k k g m r a a g , a p u m , a l n k k g g a r a m a l n m i n s a a e d a e r u f u n a d t p a t p k t a a a a a a b a t d t u d n t e r a b r e e g k m d m s n m s n a a a t a a a r e k r e u t t l e r c g i g i v j v i a a i e a h a b i g y i g g n s , d o n d o n a r a m e n n e n n e u t a a a a k a M d d M d d M u d 1 2 3 . . . 1 1 1
, a l r a n d a o n a t k k i a t a r p u n i r t ) k e u a o j m a a u e t t v t k a p i l a v a e n k w i n k r n i a k s s a c n e e a e a a k a b i t n g N d s w h r r n k s a a e r n l a n n a m a s g r n a m r a e , k n d o a u a s a a k d g s g s k u d n r , j e n e r u p u n b a r i a n b e a s g i u l H n e k t e j s d a i s g n s l e a p i n k m b n i s n a i p l i r a n s k r i k a k l e a l p r a a u a r c e a e p i k k p r r n e n g , u a g e a m n a a u a r g k e a g s k g g e p g t k a n a s l s n a u n a t n n n a n e e e d e b a a e r n a e u e o m p d s d M M M M M ( g k 1 2 1 2 3 . . . . . 1 1 2 2 2
X
P M
a n a . c p n e m o b K a g a i s
, n i I n t k I e a a g a u a h r n n m d t g a a y a m m e a m u a n n r d n l k a s m n k u a g k i a a a a u k e p u d g r t l k , l t u e n t u a a u e a n u a a k d k h a r u a a t n m k p g d r r u a i a u b a d h d y s a a a r n a r l a a t l s r n t m n u n a a a t t e o e a a i m y y s a a n u a s a y d n n h i g b g k k i a u l n k n n k , a r a a i e a h - n e t g k r u g a n a r n s n i n m n k n r a m a n n g a u a a a s h a u u u r a e a a g o h s a a n k k r p r u a b t a p r h n g n p i l u r u g h g d r a e n t n m a u d r a - a a l k o e n n a r a r e u r n a t n s m a e r d a g a m s k r k r e e h h e g a n u u m e a g i e u t b g i u n b a a i e k n e e b n h n m r e v b n r t e n e u r g k m a u d m a a b e a e o , e e g t u u e a g h e r u k p h s n k y n p b a p a h d p h g n n k r m i e h u u n l a i s h d s n a e s a a i s i , r t i s a k s u o s a s k s n n t u t s a e t n i i i i a r a k n a s e r t i i l s d a i s s w i s i s r s n e a n d s g i p e l k i i i r e e n a e s l l r n l a l i l a n k u h k m s u o i e n b t n s a a a a N a t a g a a u s a e j i t u a p k e u h m s k l h n n t n n n n a n b k p i k i u r p n n a a p l a a a g g a a a a a a e o r n n e e e o u m t l y f s g i g l g g g b k e u g a n g g m m m d e a u s i e n k l a a n n n n n m w s n h n l n n l n t n n n u r a n h e e e e a k a e e e r e k u e f e e e a e o e e o o e a e e i e i d h M s M d M p k M m d M k m k m N m b d k M m m M M M 1 2 3 4 5 6 7 1 2 . . . . . . . . . 1 1 1 1 1 1 1 2 2
a k i t a m e t a M
a k i s i F
I I X
I X
X
P M
a n a . c p n e m o b K a g a i s
r n a n a s h r r t r a a a u a e a p a e g y d m i y n n j s b e r s n l b e a n n n a e s p a t e k a i i , m a u n a n s d s n a l n w n r m d b u m a i n a a n n r t S o g u t i n t e k i o n n a S S a g g a e i m k k r a a c t e n d n a a a r i n n t r l s n a n t a d u i i a e a p k l n n e a e u i o r f S w u p n a f n n j t ) b a k a n u b n d j e e a n m e t t p m a G a a n h n j n i t a I s t a a a a n a a n a a a d i s r g a a r y l r a n h a i i l s f a f a f S t t i e s e d a a n h m n r n f i e i n ( a n a r r n k e r m a a a s a n n a p e d r t n a y b t e e n n , a n a r r u s n r p a e a e a a h l y a p g a a g a g j n l a e s e m a p a a u t i k t l a a r i l a g m r n n n b n i m m b u n e i a e g o g e a w e i e s e e e e a a d a n a t e j n t a p k p p n d k e p w n a e a e c k i b k p s p p p . k n n o i i a . e s s k s u a s p n i s n g e i h m m . s s r i a i i . n s n n s p m s m n p e k n a a G e . s b a s n a i s a n . i t n e l a l a i a i a i n i i i i k . u t l r a t p p l l . i r r u a a l s a h a k k n k . k m m m e g n s . k . a p a a a a a s s l s l s d l . . a a n h a n d n n a b g n a n k a e l a a a k n a n . . . . s s n . . . h a a a , y m d r a . . n a a . d n l a h c a a l r a u . e m a l a e . . n j e u a a A l . l . l a i a g a e f e A i e A d e i l e g b . . . p b d d p d . e r g i j . . j g j g . j g i n n g . . g . a a a k s y e n w k . a o n s n s n m . n y n y n y n g n n u m n a n e f . . . t m t . r . . . a r e e n o e . . e a d . e n e i e e e e e e e e e l a a . . e e e . e e e e i i n M n p p i d M . . . b M u t . D M D M D M l h p M p M p . M . . . M . M p I M s s M w e p M p b 1 2 3 2 3 1 2 1 2 3 2 1 2 3 . . . 4 . 1 . . . . . . . . 1 . . . . . 1 1 1 1 2 2 2 3 3 1 1 1 2 2 3 3 3 n n n n a a a a p p p d u u u a a d d a r n n d r n i n i i y g n g a a a a h r t h a h o a d h r e e o d d u e a e k e t s e k a b r k r k s e g a g k e e a p p i r p f a f u p h i t p k r f s a s p s e a e i a m e a e d d o a t m o r u s d s a p s d r a a a n n j a b n i n n i m n n o h d h i h t a d r a d r r i o e e a e r e i h t e k p p k s n k i i e i a t s s s g s s t a p i i i m n n n p n k p s n m m a s s a a a i a u i i u n a i a i y u u l u l r k r a l y b y b k k k a b r t a a a n y s s s k s k n n n n k a l a n e d k a l a a l a s a n a a k a a a k l e s e a e r a d r a a k g p u r r e e e e e b n j j g j d g j d d g f p k u g e s n n o n n o n m n a n c n p u n m m m m m e m a i e e e e e e e e e g e e o t a i a i e d a M i j k l d M M g M M g M p M d d M d d M 1 3 1 2 1 2 3 . 2 . . 4 . . . . . . 1 1 1 1 2 2 3 3 3
i a h a g i a r o r g l m a o i j o i e e B K S G
I I X
, k t t m a s n a a k n m u e a a u a l r a l d b b a t g a d , i d m u t m s l u d e m n a e a t e a n a r t b g e p p e p p n a k k m t a a e i i m a a a n d s d r n s n a n d r u a n e r u e i a e l k t l r a p k t a i i t s t s t a d k g a n g a a v , u n k a n k u a j r t t a u n a g n g y g n n a a b u y n e g n e b g s n n a s m n m n n a e e o r e e e a e o r e r e r k k i p p M i p p M d g M 1 2 3 . . . 2 2 2
I X
i n r g a ) a a n p e h n n a ) a m i y a a k n i r s ) s i r a i a o a d l e c , l s d a t i r d e e s r h e : r , h e s l k a e a n s u a i u l r g p g s i t b n o a n a a n i t h a n a u m e t s s b h j a p m m r a t l t e u s d u k n n n a e b ( a a a r d d g ( t m i d a a a a n a h s s a s u c a o l g i j a a e t a n n t a r r a r n r a k n a k ( o n e e l s a p p e a l s l n t , k p a r r a e m n e k a t e k t n n n r b a a a a a n o r p u n b k k k o i s e n n k i a a a o l a u a k k t p t t t e a s a g a a a n d s i i e g r m m y y y r n n a n n a e a n m l n e n e e a s e c a a t d e M r e r m s d d m m m 1 . 7
I X
i n t s a e k a k u n k t l r u i , , u r l l t t a e e n e e n k p t t n n u h b h b u n e u a g e I a a a a l r d k m l n k t m s n e , r s o o t a , m o s , a e u r k s k e n g t s a g r t e u k k r a n k w n t n n e g e e g i n o p u a p s I e t t a i n a r a p i i a l i s b i d p a u a i m s s d r i e i g a a s a d n a n m n i y s a i r s a y c k b e r n e i a n a m r a f o e b n a a a a e m n r i m m v d u v d n a n w m r e m r e s , i u n r , k n r o n f a n , f t k o k b g n i a n a a a k o a e s a a o g n i n u n n d k h b d g b l k p k e i k i a f i l r a a t i m r k n o k n n . t n k h n e k . s . e m e a a s n t a a d . a d a l u r . s a t u a a a I g e . n r u u l g . h e g g o d l , e . . b a , g a k g e s s d p g p c g r . j k k n k n e n m n m n n e n a e g a e p m s e e e r e e e e e g n a n r e k e r M a k a M k M a g g m M M M m m M 1 2 5 1 3 . . 3 . 4 . . . 2 . . 1 1 1 1 1 2 2 2
X
P M a n a . c p n e m o b K a g a i s
i s i i a g s k a o i l n n o m r a u n o d k f e n m o T I K
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
5.1.3 Penyusunan Silabus Integrasi
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/ tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Di dalam menyusun silabus, haruslah memperhatikan beberapa prinsip antara lain: 1. Ilmiah adalah : Keseluruhan materi dan kegiatan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan (dikaitkan dengan PRB tsunami). 2. Relevan adalah : Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan sik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik (contoh: peserta didik di Sekolah Dasar mendapat materi tentang bencana tsunami relevan dengan tingkat kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian di SD). 3. Sistematis adalah: Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara ungsional dalam mencapai kompetensi (dikaitkan juga PRB tsunami) 4. Konsisten adalah: Adanya Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, belajar, dan sistem penilaian (yang mampu menilai materi PRB tsunami). 5. Memadai adalah: Cakupan indikator, indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar (sesuai dengan jenjang pendidikan dasar). 6. Aktual dan Konstekstual adalah: Cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi (terutama dikaitkan dengan PRB tsunami). 7. Fleksibel adalah: Keseluruhan Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat (misal: peserta didik yang pernah terkena bencana tsunami tentu akan lebih mendalami materi dibandingkan peserta didik yang belum pernah mengalaminya). 8. Menyeluruh adalah: adalah: Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kogniti, aekti, aekti, psikomotor). Hal ini dimungkinkan karena PRB tsunami dapat diaplikasikan peserta didik pada saat terjadinya tsunami. Adapun Komponen Silabus adalah: 1. Standar Kompetensi 2. Kompetensi Dasar 3. Indikator 57
Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK/MAK)
4. Materi Pokok/Pembelajaran Pokok/Pembelaja ran 5. Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran (mengacu pada indikator) 6. Penilaian 7. Alokasi Waktu 8. Sumber Belajar Langkah-langkah pengembangan silabus sebagai berikut: 1. Mengkaji dan Menentukan Standar Kompetensi 2. Mengkaji dan Menentukan Kompetensi Dasar 3. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi 4. Mengidentikasi Materi Pokok/Pembelajaran Pokok/Pembelajaran 5. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran 6. Menentukan Jenis Penilaian 7. Menentukan Alokasi Waktu 8. Menentukan Sumber Belajar. Belajar.
58
/ / R N E T B A A H L M A U A S B I S U A T K K O A L W A N A I A L I N E P
N A N R A A T J A I A L G E E B K M E P
N A I R R A E J T A A L E M B M E P
R O T A K I D N I
X 1 : :
I S N R E T A E S P A D M O K
/ n / i i s t a a k / i m i d v e a e e r s t p l a k a e a a e e e d m c T T K r t 5 i 4 n x e 4 m e t b g m h a i s i n e l m n a n c m i a t a l l a A a a a n a d s a i k i t e a t l i d a n m r a a a a a a p p e a r t t t i c i a i n m n r a r c r r b i e e e u e e e s e b i b b g s t b b s a p m e g m a l a h t a e a n c a m c i A l a n i k e m b a a g n p a t n u a i s r a t r e e t n b b n a e i e d s t b i i r u a s a t d k ) e a , / g t n n , a a t i u s k i r s i a e g v c n l e a b a a e b n i t l i ( t r d a e n / m b o a g i r n n a o a d i a k a e S r y r n t ) u s t i t l r a t n n a i a u p t , s m u a i a g k a d l a m r i k n i d a r n l g m h e a e l n a n a j u s d l a n k a s i o a h n e t y a d e a e p a d g t r p d g m n p n i e n a a g a t a r t d n i , k b a n u t e u h n t h u a y n j r e b a y n a i u a e u d a u p s t b t b i a e m t r a n u i s a y a r a i m n r g r m g m e v g a n a e b e n o l n l a e a i c n f e e a e d d d m m s s n ( t i t i n i r a r a k i a d n n i s i s o r i a o t n p k m e n a r a g o l g f e d ) n i n i a a t a a t r i n u d i e r e a e t e b ( b M a m 1 . 1 n
r e t s s e a m l e e K S
a r a
a I r g c e k S a n s i a R N s a n d A E n i y a i t a m a D T t k i / k g a i a g r h r N E n n a a e p u A P g s u s T M n m c m g u a g S O e e a s n n t i a a K d l n M a d l . e 1 M
/ / R N E T B A A H L M A U A S B I S U A T K K O A L W A N A I A L I N E P
N A N R A A T J A I A L G E E B K M E P
N A I R R A E J T A A L E M B M E P
R O T A K I D N I
I S N E R T A E S P A D M O K
I S R N A E D T N E A P T M S O K
/ t / / h e a n a a n l i a r d s s a j e r e a o a t n M m K M I
/ t / / h e a n a a n l i a r d s s a j e r e a o a t n M m K M I
t 5 i 4 n x e 4 m
t 5 i 4 n x e 4 m
) i s n n o a p t s e a r m (
s a k u f g i k n s a a i r r i b g k n a a r a a r a s i a a d t p c e k a p s g t a n n a i i t a r k
n a g u n a t e i a d m , l n a e n k a u i t g s r t n a u m , b a a u l t i a r h r e a e n b b a g c m u a u t n n i k k l a e u a u l y b u b d b s ) , r a V m n I a k i a l f t a s l H / a i a S a a m r d e u n t D n I a b k a g a A c t a i , n d r i n s a e t e i a a y b l y l n b u , m a S m s r s u o a a i R l t a k A a a y u f m n b i ( S d k n n i , r a a a k i t i d a r i p p e m b a a m d a n n n r a a i s a u h u a e k k s b r d r c a t e g a u t t m s b a n n b a u a s b n s d a i i k y r a h k e e a d a a h t , c a i g b l d a t e e l m u a b j k m a s l a i r r e b r t a a e a e e b s t p m d , l e - k - r i d e i t r n b i a g r a , n a k a i a t ) s ( y d i u u n r e k k a b s h u a i k i b d l a u a u n s e a m g a a t e m t b a M 2 . 2 n , a n d l a , n i u a a n l n k a a e n a k a p s l e r d a a e i , k r m b s i g e s a n p u n , a a k i t u n r t s a g m i a e a d c r n i r i r a o g r r c e k i f e e i e n k b b M p i b r . e 2 B
u k a r b e k r b a e i m b d u t s f m n i u a a a s d r i g g a a a u r g b k r a e a a p b b b t s a a m i k l a g n k i r a a p u f r a k a r a a e r c b e t b s e a g k a r b p a n a a d t u m d i p a a a p c l n n k i a a a e a a b d p d b t f i s r n e e s i b t s k r k i k m a e n e t d u s k k a a e c i t o r t a i a s g k u b a a l o s a p m n b r l e o e e e d i n b m m i a t a r s g a a s i a a b r n g c e o a a b n b b i n r e m m a a b e a c h a n m a k a a b i c m n a e s g n k k b e e e M m . t d t e 3 M
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
5.1.4 Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai mencapai satu kompetensi dasar. dasar. RPP paling paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang meliputi 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih. Dalam menyusun RPP yang akan diintegrasikan tentang bencana tsunami perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain: a. Memperhatikan perbedaan perbedaan individu peserta peserta didik (misal: peserta peserta didik yang telah mengerti tentang tsunami dan yang belum). b. Mendorong partisipasi partisipasi akti peserta didik (contoh: peserta peserta didik diajak untuk memecahkan masalah apabila terjadinya bencana tsunami). c. Mengembangkan budaya membaca dan dan menulis yang berkaitan berkaitan dengan bencana tsunami d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut lanjut dikaitkan dengan bencana bencana tsunami e. Keterkaitan dan keterpaduan keterpaduan antara materi materi bencana tsunami dengan dengan indikator pencapaiannya . Menerapkan teknologi inormasi dan komunikasi (contoh: gambar-gambar dan inormasi dari Internet mengenai tsunami) Langkah-langkah menyusun RPP yang mengintegrasikan PRB Tsunami: Tsunami:
1. Mengisi kolom identitas 2. Menentukan alokasi alokasi waktu yang yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah telah ditetapkan 3. Menentukan SK, KD, KD, dan Indikator yang akan digunakan (terdapat pada pada silabus yang telah disusun) 4. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan. (Lebih rinci dari KD dan Indikator, pada saat-saat tertentu rumusan indikator sama dengan tujuan pembelajaran, karena indikator sudah sangat rinci sehingga tidak dapat dijabarkan lagi) 5. Mengidentikasi materi ajar berdasarkan berdasarkan materi materi pokok/pembelajaran pokok/pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/ pembelajaran dikaitkan dengan PRB tsunami. 6. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan digunakan 7. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang yang terdiri dari dari kegiatan awal, inti, dan akhir dikaitkan dengan PRB tsunami. 8. Menentukan alat/bahan/ alat/bahan/ sumber belajar belajar yang digunakan sesuai dengan dengan PRB tsunami. 9. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, pengamatan, contoh soal, soal, teknik penskoran, dll sesuai dengan PRB tsunami. Dibawah ini akan merupakan contoh penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran (RPP).
61
Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK/MAK) Kotak 5.1.1 Contoh Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/ Semester
: X / Ganjil
Pertemuan Ke
: 1
Alokasi
: 1 X Pertemuan ( 2 x 45 Menit)
Standar Kompetensi
: Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung
Kompentensi Dasar
: Menanggapi siaran atau inormasi dari media elektronik (berita dan non berita)
1. Tujuan Pembelajaran : Melalui diskusi, siswa dapat menuliskan isi siaran radio/ televisi tentang tsunami dalam beberapa kalimat dengan urutan yang runtut dan mudah dipahami Berdasarkan hasil analisis kelompok, siswa dapat menyampaikan secara lisan isi berita tentang tentang tsunami yang yang telah didiskusikan didiskusikan secara runtut dan jelas Dengan menganalisis semua artikel yang ada, mengajukan pertanyaan per tanyaan / tanggapan berdasarka isi inormasi yang di dengar (menolak, menyetujui, menambahkan pendapat)
2. Materi Ajar
: Siaran berita dari radio/televise tentang Tsunami
3. Metode Pengajaran
: Diskusi, Tanya jawab
4. Langkah Pembelajaran : Kegiatan awal : - Sebelum masuk kedalam kelas, siswa sudah memperoleh berita dari media elektronik tentang tsunami di Aceh, Papua, Flores, Pangandaran - Siswa mendengarkan inormasi berdasarkan siaran berita yang diperdengarkan oleh guru - Siswa mencatat hal-hal pokok isi berita Kegiatan inti : - Siwa menganalisis pokok-pokok pikiran berdasarkan isi berita yang didengan secara lisan - Secara berkelompok siswa diberikan tugas yang berbeda, membahas kejadian tsunami di daerah tertentu dengan menggunakan outline yang sudah disiapkan oleh guru - Anggota dari suatu kelompok bergabung dengan kelompok lain
62
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
yang membahas kejadian tsunami didaerah yang lain. Anggota baru tersebut akan menjelaskan menjelaskan hasil kelompok asalnya dan mendiskusikan kesamaan dan perbedaan kejadian tsunami yang terjadi - Setiap kelompok menyajikan perbedaan dan kesamaan kejadian tsunami hasil diskusi kelompoknya - Siswa memberikan tanggapan berupa menambah kesimpulan yang sudah dibuat atau menyanggah pendapat dengan pemikiran yang lain, - Guru mengajak siswa membuat membuat kesimpulan dan rangkuman rangkuman tentang hasil diskusi kelompok maupun tanggapan yang muncul tanpa terkesan menyalahkan pendapat siswa yang muncul. Kegiatan akhir : - Guru membuat penguatan ke ke siswa bila ada yang ragu-ragu ragu-ragu terhadap pendapat yang sudah mereka paparkan - Guru melakukan refeksi tentang langkah-langkah kegiatan yang sudah dilakukan - Guru melakukan post test baik secara tertulis ataupun secara lisan untuk mengetahui tingkat daya serap yang sudah dikuasai oleh siswa - Guru memberikan tugas rumah yang harus dilakukan atau dipersiapkan oleh setiap siswa sebelum dimulai pelajaran di hari berikutnya
5. Sumber Belajar : Berita di Radio/Televisi Radio/Televisi Buku pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
6. Penilaian : Jenis tagihan : Tugas individu Bentuk instrument : Uraian bebas
7. Instrumen : Simaklah siaran berita di televisi/radio
63
Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK/MAK)
INDIKATOR
PENILAIAN
PENCAPAIAN KOMPETENSI
Teknik
Bentuk
Instrumen
1. Menjelaskan pengertian tsunami
Paper and pencils test
- Pilihan ganda - Isian singkat
Terlampir Terlampir
2. Mendiskusikan jenis-jenis tsunami
Performance test
- Diskusi - Tanya jawab
Terlampir Terlampir
3. Mendeskripsikan daerah rawan tsunami
Performance test
- Penugasan
Terlampir Terlampir
4. Menunjukkan cara-cara penyelamatan diri saat terjadinya tsunami
Performance test
- Presentasi
Terlampir Terlampir
Skoring
NO
KEGIATAN
SKOR
1
Menentukan hal-hal pokok isi berita yang tepat
3
2
Menentukan isi berita yang kurang tepat
2
3
Menentukan isi berita yang tidak tepat
1
Mengetahui, Kepala SMA Negeri Tsunami Tsunami
Indonesia, .... Desember 2009 Guru Bidang Studi
Dra. Gempa bumi Nip. 131 000 000
64
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
5.1.5 Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan inormasi, alat, dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk u ntuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Jadi dapatlah dikatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Sedangkan ungsi bahan ajar adalah : 1. Pedoman bagi guru 2. Pedoman bagi siswa 3. Alat evaluasi Tujuannya adalah: 1. Membantu siswa 2. Memberikan banyak pilihan 3. Memudahkan guru 4. Lebih menarik Langkah-langkah Menyusun Bahan Ajar yang Mengintegrasikan PRB Tsunami
1. Memahami Teknik Penyusunan Bahan Ajar 2. Mengidentikasi Materi Pembelajaran Pembelajaran tentang PRB PRB Tsunami Tsunami 3. Menganalisis Kompetensi Kompetensi Dasar yang Dapat Dapat Diintegrasikan materi materi PRB Tsunami 4. Menyusun Silabus Silabus dan RPP RPP yang mengintegrasikan mengintegrasikan Materi Materi PRB Tsunami Tsunami 5. Menyusun Bahan Bahan Ajar yang Mengintegrasikan Mengintegrasikan Materi PRB Tsunami Tsunami Contoh Bahan ajar terintegrasi PRB Tsunami Tsunami pada mata m ata pelajaran Bahasa Indonesia SMA Kelas X semester 1 Kemampuan yang diharapkan
Peserta didik dapat: 1. menuliskan isi siaran radio/ televisi tentang tsunami tsunami dalam beberapa kalimat dengan urutan yang runtut dan mudah dipahami 2. menyampaikan secara lisan isi berita tentang tsunami yang telah didiskusikan secara runtut dan jelas 3. dengan menganalisis menganalisis semua artikel yang ada, ada, mengajukan pertanyaan pertanyaan / tanggapan berdasarkan isi inormasi yang di dengar (menolak, menyetujui, menambahkan pendapat)
65
Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK/MAK)
Apakah Tsunami Tsunami itu?
Kamu tentu sudah pernah mengenal berbagai bencana yang pernah terjadi di Negara kita. Seperti: banjir, tanah longsor, tsunami, gempa bumi, dan sebagainya. Coba kamu dengarkan dan amati berita yang diputarkan ini Pemutaran Berita dari tape recorder yang sudah disiapkan guru atau pemutaran video rekaman atau flm tentang peristiwa tsunami dibeberapa daerah tertentu
Apa pendapatmu tentang isi berita atau lm yang sudah di paparkan diatasa? Pernahkah kamu mengalami mengalami bencana bencana tsunami? Tahukah Tahukah kamu apakah tsunami itu? Sekarang bacalah penjelasan berikut ini! Tsunami Tsunami adalah perpindahan perpindahan badan air air yang disebabkan disebabkan oleh perubahan perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh tsunami yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut. Kata tsunami berasal dari bahasa Jepang yaitu dari kata Tsu berarti “pelabuhan “pelabuhan”” dan nami bearti bear ti “gelombang”. “gelombang”. Tsunami Tsunami tidak ti dak kelihatan kelihata n saat masih berada bera da jauh di tengah lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat cepat ini akan semakin membesar. membesar. Tsunami Tsunami merupakan rangkaian gelombang. Bukan gelombang pertama yang besar dan mengancam, tetapi beberapa saat setelah gelombang pertama akan menyusul gelombang yang jauh lebih besar. besar. Kata tsunami terdapat juga di beberapa bahasa lain, yaitu: Aazhi Peralai Peralai Bahasa Tamil, Beuna atau alôn buluëk. buluë k. Bahasa Aceh adalah contohnya. Sebagai catatan, dalam bahasa Tagalog versi Austronesia , bahasa utama di Filipina, alon berarti “gelombang”. Di Pulau Simeulue, daerah pesisir barat Sumatera, Indonesia, dalam Bahasa Deayan , Semong berarti tsunami. Sementara dalam Bahasa Sigulai , Emong berarti tsunami. Jenis-jenis Tsunami Tsunami
Tsunami Tsunami ada beberapa jenis yaitu: 1. Tsunami iring udara: Sinonim Sinoni m untuk Tsunami Atmoser. 2. Tsunami Tsunami atmoser: atmoser: Gelombang Gelombang yang menyerupai tsunami yangditimbulkan yangditimbulkan oleh tekanan atmoser berlaju cepat yang bergerak di atas laut dangkal pada kecepatan yang hampir sama dengan kecepatan gelombang, sehingga memungkinkan keduanya beriring. 3. Tsunami Tsunami lokal: Tsunami dari suatu sumber yang yang letaknya tidak jauh dan dampak destruktinya terbatas hanya pada pantai dalam radius 100 km dari sumber. Tsunami lokal biasanya timbul karena gempa bumi, tetapi dapat pula disebabkan oleh tanah longsor atau aliran lahar vulkanik dari letusan gunung berapi.
66
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
4. Mikrotsunami : Tsunami Tsunami yang memiliki amplitudo demikian kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat dan tidak mudah mendeteksinya secara kasatmata. Penyebab Terjadinya Terjadinya Tsunam sunamii
Tahukah Tahukah kamu aktor-aktor yang menyebabkan terjadinya tsunami? Tsunami paling sering disebabkan oleh gempa bumi, tetapi dapat juga disebabkan oleh letusan gunung gunung berapi dibawah dibawah laut, atau yang sangat jarang jarang terjadi diakibatkan oleh jatuhnya jatuhnya meteor kedalam lautan. Tsunami terjadi terutama karena adanya pergeseran lempeng bumi yang menyebabkan gempa bumi di bawah laut . Lempeng kerak bumi (crustal blocks) yang terdorong ke atas dan ke bawah memberi energi potensial pada massa air sehingga terjadi perubahan drastis pada permukaan air laut di daerah yang terkena benturan lempeng bumi tersebut. Energi yang dilepas ke dalam massa air itu menimbulkan gelombang panjang. Enerji tersebut akan menimbulkan gelombang air laut yang relatimasih kecil karena terurai kebeberapa arah. Namun enerji tersebut akan menimbulkan gelombang yang besar dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama pada saat mencapai pantai karena hanya bergerak ke satu arah tertentu saja. Tidak seluruh kejadian gempa bumi akan menimbulakan peristiwa tsunami. Gempa bumi yang terjadi di sepanjang punggungan pemekaran lantai samudera tidak cukup kuat untuk menghasilkan sebuah tsunami. Gempa bumi yang besar dan dangkal juga terjadi di sepanjang patahan mendatar antar lempeng, tetapi ketika terjadi patahan hanya menghasilkan gerakan vertikal kecil saja sehingga tidak mengakibatkan tsunami. Tsunami Tsunami dapat juga ditimbulkan oleh longsor di dasar laut atau longsor bagian kecil daerah yang memasuki wilayah air. Karena letak geogras dan kondisi geologis akan menyebabkan negara Indonesia akan memiliki banyak sekali daerah-daerah yang rawan terhadap ancaman Tsunami. Daerah di Indonesia yang rawan bencana tsunami antara lain: Aceh, Sumatera Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, Jawa Barat, Barat, Jawa Timur, Timur, Kepulauan Mentawai, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Papua Tugas
Berdasarkan tabel kejadian tsunami yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia seperti dibawah ini, diskusikanlah kenapa kejadian tsunami sering terjadi didaerah tersebut. Peristiwa tsunami di Indonesia dalam dasawarsa terakhir adalah: TANGGAL
LOKASI
PERKIRAAN KORBAN JIWA
12 Dec 1992
Flores
1000
3 Jun 1994
Jawa
222
1 Jan 1996
Papua
9
17 Feb 1996
Sulawesi
110
26 Desember 2004
Aceh
79.940
67
Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK/MAK)
Peristiwa tsunami sebelumnya di Indonesia pada abad 20. PERKIRAAN TAHUN
LOKASI
TINGGI AIR LAUT
KORBAN JIWA
1965
Seram
20 m
70
1968
Sulawesi Tengah
10 m
390
1969
Sulawesi Selatan
8m
60
1977
Sumba NTT
15 m
190
1979
Lomblen Maluku Utara
10 m
540
1992
Flores NTT
26 m
2.100
1994
Banyuwangi Jatim
14 m
240
1996
Sulawesi Tengah
4m
10
1996
Biak Papua
8m
160
1998
Taliabu Maluku Utara
3m
30
Dampak Tsunami
Coba perhatikan uraian berikut ini! Dampak tsunami sangat tergantung pada banyak hal. Diantaranya adalah besarnya magnitudo gempa bawah laut, morologi dasar laut, bentuk pantai, lingkungantumbuhandipantai,jumlahpendudukyang berdiamdipesisirpantai dan inra struktur pantai. Masalah teoritis tersebut dapat diimplementasikan dalam bentuk yang sederhana. Seseorang dapat memperkirakan secara kasar k asar jumlah energi yang dipindahkan dari sumber tersebut yang bergerak ke pesisir pantai dengan besar enerji yang sama. Tindakan Penyelamatan Saat Terjadinya Tsunami
Apabila terjadi tsunami, apa yang harus kamu lakukan? Tindakan secara umum 1. Jangan panik 2. Jika air laut laut surut dari dari batas normal, kemungkinan kemungkinan tsunami akan terjadi 3. Bergeraklah dengan dengan cepat ke tempat yang lebih tinggi ajaklah keluarga keluarga dan orang di sekitar turut serta. Tetaplah di tempat yang aman sampai air laut benar-benar surut. Jika Anda sedang berada di pinggir laut atau dekat sungai, segera berlari sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi. Jika memungkinkan, berlarilah menuju bukit yang terdekat 4. Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi evakuasi yang sudah ditentukan
68
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
5. Jika situasi tidak memungkinkan memungkinkan untuk melakukan tindakan tindakan seperti di di atas, (erroconcrete building), carilah bangunan bertingkat yang bertulang baja (erroconcrete gunakan tangga darurat untuk sampai ke lantai yang paling atas jangan gunakan lit (sedikitnya sampai ke lantai 3). 6. Jika situasi memungkinkan, pakai pakai jaket hujan dan pastikan tangan anda bebas dan tidak membawa apa-apa Tindakan penyelamatan diri, bila sedang berada ditempat berikut. 1. Di dalam ruangan Cara-cara yang dilakukan untuk menyelamatkan diri pada saat tsunami berlangsung apabila sedang berada di dalam ruangan: Segera berlari mencari tempat yang lebih tinggi t inggi Naik ke lantai yang lebih tinggi atau atap rumah . Tidak perlu menunggu peringatan Tsunami Selamatkan diri kamu, bukan barang-barang kamu Jangan hiraukan kerusakan di sekitar, teruslah mencari tempat yang tinggi Tetaplah bertahan di daerah ketinggian sampai ada pemberitahuan resmi dari pihak berwajib tentang keadaan aman Jika kamu berpegangan atap rumah saat gelombang tsunami berlangsung jangan membelakangi arah laut supaya terhindar dari benturan benda benda yang dibawa oleh gelombang. kamu dapat membalikan badan saat gelombang berbalik arah kembali ke laut Tetap berpegangan kuat hingga gelombang benar-benar reda 2. Di luar Ruangan Prinsip-prinsip sebagai cara untuk menyelamatkan diri pada saat tsunami berlangsung apabila sedang berada di luar ruangan
Bila sedang berada di pantai atau dekat laut dan merasakan bumi bergetar, bergetar, segera berlari ke tempat yang tinggi dan jauh dari pantai. Naik ke lantai yang lebih tinggi, atap rumah atau memanjat pohon. Tidak perlu menunggu peringatan Tsunami Tsunami dapat muncul melalui sungai dekat laut, jadi jangan berada di sekitarnya Selamatkan diri kamu, bukan barang-barang kamu Jangan hiraukan kerusakan di sekitar, teruslah berlari Jika terseret tsunami, carilah benda terapung yang dapat digunakan sebagai rakit Selamatkan diri melalui jalur evakuasi tsunami ke tempat evakuasi yang sudah disepakati bersama Tetaplah bertahan di daerah ketinggian sampai ada pemberitahuan resmi dari pihak pihak berwajib tentang keadaan keadaan aman
69
Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK/MAK)
Jika kamu berpegangan pada pohon saat gelombang tsunami berlangsung jangan membelakangi arah laut supaya terhindar dari benturan benda benda yang dibawa oleh gelombang. kamu dapat membalikan badan saat gelombang berbalik arah kembali ke laut Tetap berpegangan kuat hingga gelombang benar-benar reda 3. Di dalam Gedung Bertingkat Beberapa tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan diri pada saat tsunami berlangsung apabila sedang berada di dalam gedung bertingkat: ber tingkat:
Segera berlari menuju lantai yang paling tinggi t inggi Naik ke lantai yang lebih tinggi ti nggi atau atap gedung. Tidak perlu menunggu peringatan Tsunami Tsunami Selamatkan diri kamu, bukan barang-barang kamu Jangan hiraukan hiraukan kerusakan di di sekitar, sekitar, teruslah menuju lantai yang tertinggi Tetaplah bertahan sampai ada pemberitahuan resmi dari pihak berwajib ber wajib tentang keadaan aman Jika kamu berpegangan pada sesuatu balok atau kayu di lantai gedung tersebut saat gelombang tsunami berlangsung, berlangsung, jangan membelakangi membelakangi arah laut supaya terhindar dari benturan benda benda yang dibawa oleh gelombang. Kamu dapat membalikkan badan saat gelombang berbalik arah kembali ke laut Tetap berpegangan kuat hingga gelombang benar-benar reda
Dampak Terjadinya Tsunami
Tahukah kamu apa akibat dari terjadinya tsunami? Kerugian atau kerusakan yang ditimbulkan oleh tsunami ganas. Lebih spesik lagi, kerusakan yang disebabkan langsung oleh tsunami dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Kematian dan luka-luka; 2. Rumah-rumah yang porak-poranda, rusak sebagian, terendam banjir, karam atau terbakar; 3. Kerusakan dan kerugian harta benda benda lain; 4. Kapal, sampan, perahu perahu terbawa terbawa hanyut, hanyut, rusak rusak atau hancur; 5. Kayu gelondongan hanyut terbawa air; 6. Instalasi laut hancur; 7. Hancurnya asilitas umum – seperti rel kereta kereta api, jalan, pembangkit daya listrik, instalasi pasokan air, dan seterusnya. seterusnya.
UJI KOMPETENSI 1. Pilihlah salah satu jawaban yang paling paling tepat tepat antara antara a, b, b, c dan d 70
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
1. Yang harus kita lakukan ketika tsunami adalah . . . a. Jangan panik b. Segera pergi ke tempat terbuka c. Berlindung dio bawah meja d. a, b, c benar 2. Dampak negati tsunami adalah adalah . . . a. Tanah subur b. Korban jiwa c. Senang d. Keuntungan 3. Faktor Faktor penyebab penyebab terjadinya terjadinya tsunami adalah . . . a. Penggundulan Penggundulan hutan b. Tanah longsor c. Pergerakan lapisan bumi d. Banjir 4. Tsunami Tsunami yang disebabkan oleh tekanan atmosr disebut . . . a. Tsunami asmosr b. Tsunami tektonik c. Tsunami longsoran d. Tsunami lokal 5. Yang sangat jarang jarang mnyebabkan mnyebabkan terjadinya terjadinya tsunami adalah adalah . . . a. Pergeseran Pergeseran lapisan tanah b. Letusan gunung berapi c. Runtuhan di bawah permukaan tanah d. Hantaman Meteor di laut 2. Isilah titik-titik di bawah ini 1. Jelaskan pengertian tsunami ? 2. Sebutkan beberapa beberapa penyebab terjadinya tsunami ? 3. Sebutkan tindakan penyelamatan penyelamatan yang harus dilakukan ketika tsunami terjadi ? 4. Jelaskan upaya pengurangan risiko tsunami dalam bentuk penataan rencana tata ruang dan wilayah? 5. Sebutkan tindakan tindakan yang diperlukan sesudah terjadinya tsunami?
5.2 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami Tsunami ke dalam Muatan Lokal Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran Muatan Lokal ditentukan oleh satuan pendidikan 71
Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK/MAK)
disesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing. Muatan Lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi dan harus diwujudkan dalam kurikulum tingkat ti ngkat satuan pendidikan. Keberadaan mata pelajaran Muatan Lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan mata pelajaran Muatan Lokal mendukung dan melengkapi mata pelajaran yang lain. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis Muatan Lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran Muatan Lokal. Pelaksanaan pembelajaran Muatan Lokal dapat dilaksanakan secara berkesinambungan sesuai dengan kompetensi yang dicapai. 5.2.1 Analisis Konteks Mata Pelajaran Muatan Lokal
Analisis konteks diperlukan untuk menjawab sejumlah pertanyaan: 1. Mengapa pelajaran pengurangan risiko Tsunami diperlukan? 2. Seberapa penting siswa memiliki kompetensi kompetensi tersebut? 3. Bagaimana ketersediaan bahan ajar? 4. Siapa yang mengajarkan? Adakah Adakah guru yang yang terlatih untuk mengajarkan hal tersebut? 5. Bagaimana metode pembelajarannya? pembelajarannya? Jangan Jangan sampai sampai pembelajaran pembelajaran hanya hanya bersiat teori, karena yang diperlukan bukan penguasaan teori, melainkan sikap dan prilaku. 6. Bagaimana sistem penilaiannya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan mengkaji peluang dan tantangan yang dihadapi oleh masing-masing daerah dan sekolah. Adapun pengembangan mata pelajaran muatan lokal pengurangan risiko tsunami yang dilakukan oleh sekolah atau komite sekolah, hendaknya memperhatikan langkah-langkah berikut: 1. Mengidentikasi keadaan dan kebutuhan daerah Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan seperti Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait, Perguruan Tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah seperti telah disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari: 72
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan daerah, baik pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan berkelanjutan (sustainable development); Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuankemampuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan; Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya 2. Menentukan ungsi dan dan susunan atau komposisi muatan lokal lokal Berdasarkan kajian dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan ungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk memahami dan mangantisipasi bencana yang terjadi, pelestarian alam dan pengembangan daerah, serta konservasi alam dan pemberdyaannya. pemberdyaannya.
3. Menentukan bahan kajian muatan lokal Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut: Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik; Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan; Tersedianya sarana dan prasarana Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah; Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan situasi daerah. 4. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP.
Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah langkah awal dalam membuat mata pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah. 5.2.2 Penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal Pengurangan Risiko Tsunami
Di atas telah dikatakan bahwa muatan lokal sebagai mata pelajaran haruslah memiliki Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang dikembangkan pada satuan pendidikan masing-masing. Mata pelajaran Muatan Lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.
73
Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK/MAK)
Langkah-langkah yang dapat ditempuh sekolah apabila belum mampu mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran muatan lokal PRB Tsunami antara antara lain: 1. Analisis mata pelajaran Muatan Lokal yang sudah sudah ada di di sekolah. Apakah Apakah sudah ada mulok tentang PRB Tsunami? Tsunami? 2. Bila mata pelajaran Muatan Lokal Lokal yang diterapkan di di sekolah tersebut belum belum ada mulok PRB tsunami maka kegiatan berikutnya adalah mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PRB Tsunami. 3. Bila mata mata pelajaran pelajaran Muatan Muatan Lokal Lokal PRB Tsunami tersebut dianggap tidak layak (kurang bagus), maka sekolah dapat menggunakan mata pelajaran Muatan Lokal PRB Tsunami yang ditawarkan oleh Pemerintah Daerah setempat (apabila Pemda sudah membuat). Di dalam menyusun SK dan KD Mulok PRB Tsunami memperhatikan hal-hal berikut: 1. Peserta didik didik menjadi lebih mengenal mengenal dan akrab dengan lingkungan alam, alam, sosial, dan budayanya terutama bencana tsunami yang pernah mereka alami ataupun belum pernah dialami 2. Peserta didik memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya dan juga PRB Tsunami yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya, 3. Peserta didik memiliki sikap dan perilaku dalam rangka menyelamatkan menyelamatkan diri dari bencana tsunami dan menolong korban bencana tsunami untuk menunjang pembangunan nasional. 4. Peserta didik menyadari lingkungan dan masalah-masalah di lingkungannya dan juga masalah bencana tsunami yang ada di masyarakat sekitar serta dapat membantu mencari pemecahannya. 5. Peserta didik didik memiliki keterampilan keterampilan khusus berkaitan muatan lokal dan pengurangan risiko bencana tsunami Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah langkah awal dalam membuat mata pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah. Adapun langkah-langkah dalam mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Pengembangan Standar Kompetensi Standar Kompetensi adalah ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti suatu proses pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu. Sedangkan kompetensi itu didenisikan sebagai kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki peserta didik. Penentuan Standar Kompetensi dengan didasarkan pada materi sebagai basis pengetahuan. 2. Pengembangan Pengembangan Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa.
74
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
Penentuan ini dilakukan dengan melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai dan ahli lain yang relevan. Tabel Ta bel 5.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal PRB Tsunami STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
1. Mengetahui arti dan jenis Tsunami Tsunami dan karakteristiknya
1. Mendeskripsikan pengertian Tsunami Tsunami 2. Mengenal jenis-jenis tsunami dan karakteristiknya
2. Memiliki kepedulian terhadap bencana tsunami yang terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggalnya
1. Memahami upaya-upaya kesiapsiagaan yang harus dilakukan untuk dirinya sendiri, keluarga, sekolah, dan masyarakat 2. Menunjukkan peran aktif dalam kegiatan peduli bencana tsunami (misal: mengumpulkan mainan, dana, dana, alat sekolah, buku bacaan yang dapat disumbangkan kepada korban)
3. Melakukan tindakan penyelamatan korban Tsunami
5.2.3 Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mutan Lokal Pengurangan Risiko Tsunami Tsunami
Langkah-langkah Pengembangan Pengembangan Silabus Muatan Lokal PRB sebagai berikut: 1. Mengkaji Standar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar Muatan Lokal PRB Tsunami, Tsunami, dengan memperhatikan hal-hal berikut: urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI, keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran Muatan Lokal PRB Tsunami Tsunami , keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran. 2. Mengidentikasi Materi Pokok/Pembelajaran Pokok/Pembelajaran Mengidentikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
potensi peserta didik, relevansi dengan karakteristik daerah, tingkat perkembangan sik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik, kebermanaatan bagi peserta didik, 75
Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK/MAK)
struktur keilmuan, aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran, relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan, dan alokasi waktu. 3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan sik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara proesional. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. Penentuan Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi. 4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
5. Menentukan Jenis Penilaian Penilaian pencapaian kompetensi kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portoolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menasirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga 76
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
menjadi inormasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah criteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa inormasi yang dibutuhkan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portoolio, dan penilaian diri Pelaporan mata pelajaran muatan lokal dinilai secara kuantitati 6. Menentukan Alokasi Waktu Penentuan jumlah jam pelajaran tiap minggu untuk mata pelajaran Muatan Lokal 2 jam pelajaran. Jika jumlah jam pelajaran dianggap belum mencukupi dalam satu minggu maka kekurangan jam pelajaran tersebut dapat mengambil dari 4 jam pelajaran pada struktur kurikulum yang ditentukan. Alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu eekti dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
7. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan sik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar st andar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator 77
Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK/MAK)
pencapaian kompetensi. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masingmasing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (Pelaksanaan Pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Muatan Lokal PRB Tsunami Setelah silabus selesai dibuat, maka guru perlu merencanakan pelaksanaan pembelajaran untuk satu kali tatap muka. Adapun komponen dari RPP berisi antara lain: 1. Tujuan Pembelajaran, 2. Materi Ajar, 3. Metode Pembelajaran, 4. Kegiatan Pembelajaran, Pembelajaran, 5. Sumber Belajar, 6. Penilaian.
78
/ R R N A E A J B A H L M E U A S B B I S U A T K K O A L W A N A I A L I N E P i m a n u s T B R P l a k o L n a t a u M s u b a l i S l e d o M h o t n o C 5 . 5 l e b a T
2 : : : :
i s n e r t e e p h n t a a r s m l a o j e o k l m K e a e r e S S P a a a / s d t a n m a a l e a t N M K S
R O T A K I D N I
N A N R A A T J A I A L G E E B K M E P
N A I R R A E J T A A L E M B M E P
D K
u k u r n a b a u b g v k n m n l e u a a a e B d g y r
t 5 i 3 n X e 4 m
e c n a m r o f r t s e e P t
e c n a m r o f r t s e e P t
e p e i i s k p m a k a k u a n t d i a u t n h n e r s t e b e a - t d n i k n a g u t c a n n l i e e u n e M . b d b 1
m a l a i i m d l f u a i n t d k e u a p s t n n a a n r a t a e a c i p r g n e e e B k b . 2
a w - a i k r t n u e a s t t i n c r e n n e a e p i b i r i - l a m k u b m d p a b a u t e a n n n e p d m a u e a u g s t b k h s t
n i a m a u t n g n a b a r a n a a a g k o n n b c n u k u e n a k g s t t m e a y l e n n i b i a m n d o a n a l n m t o a d k a n a c a u b a a n p n n t r n r e a e e a n o u p d m b d u k s t
a n a c n e b i i l m u a n d u e s P t
n t a i a k f k i i t g e l u k k i j u a a n m n d a n u m e c a a p n n n a l e r e a n e u t M p d a b s 2 . 2
Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK/MAK) Kotak 5.2.1 Contoh Model RPP Muatan Lokal PRB Tsunami
Sekolah
:
Mata Pelajaran
:
Kelas/Semester
:
Alokasi Waktu
: 2 X 35 menit (1 X pertemuan)
A. Standar Kompetensi
:
B. Kompetensi Dasar
:
C. Tujuan Pembelajaran
:
Setelah mempelajari kompetensi dasar ini, peserta didik mampu: 1. Mengidentikasi bentuk-bentuk kepedulian terhadap bencana tsunami 2. Berperan akti dalam kegiatan peduli bencana tsunami D. Materi Pembelajaran: Bencana tsunami, bentuk-bentuk kepedulian bencana E. Model/Metode Pembelajaran: Pembelajaran: Diskusi, tanya jawab, VCT pelaksanaan F. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran: 1. Awal
2. Inti
: Menceritakan bencana tsunami yang terjadi di Indonesia melalui gambar dan video (kalau ada) : Mengamati gambar peristiwa tsunami Tanya jawab bentuk-bentuk bentuk-bentuk kepedulian terhadap bencana tsunami Mendiskusikan peranan yang dapat dilakukan menolong korban bencana tsunami Menggalang dana dan tenaga untuk membantu korban bencana tsunami
3. Akhir
80
Menemutunjukkan pada peta daerah-daerah terkena bencana tsunami Menugaskan peserta didik mengumpulkan dana dan buku-buku layak pakai dari lingkungan sekitar
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
G. Sumber belajar
: Buku-buku yang relevan tentang tsunami, gambargambar tentang tsunami
H. Penilaian INDIKATOR
PENILAIAN
PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Mengidentikasi bentuk-bentuk kepedulian terhadap bencana tsunami
Teknik
Bentuk
Instrumen
Performance test
- Diskusi - Tanya jawab
Terlampir
- Diskusi - VCT pelaksanaan
Terlampir
2. Berperan aktif dalam kegiatan Performance test peduli bencana tsunami
5.3 Pengintegrasian Pada Kegiatan Pengembangan Diri Kegiatan ekskul lebih dikenal dengan istilah kegiatan pengembangan diri (istilah di dalam KTSP). Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan dirijuga merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler. Untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan guna pengembangan kreativitas dan karir, sedangkan untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah. Pengembangan Pengembangan diri bertujuan bertuj uan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan : 1. Bakat 2. Minat 3. Kreativitas 4. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan 5. Kemampuan kehidupan keagamaan 6. Kemampuan sosial
81
Pengintegrasian Pembelajaran Pengurangan Risiko Tsunami ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK/MAK)
7. Kemampuan belajar 8. Wawasan dan perencanaan karir 9. Kemampuan pemecahan masalah 10. Kemandirian
Fungsi Kegiatan Ekstra Kurikuler
1. Pengembangan, Pengembangan, yaitu ungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka. 2. Sosial, yaitu ungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik. 3. Rekreati, yaitu ungsi kegiatan kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan. 4. Persiapankarir,yaitu ungsikegiatanekstrakurikuler untukmengembangkan kesiapan karir peserta didik. Prinsip Kegiatan Ekstra Kurikuler
1. Individual, yaitu prinsip kegiatan kegiatan ekstra kurikuler yang yang sesuai dengan potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing. 2. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan dengan keinginan keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik. 3. Keterlibatan akti, yaitu yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang yang menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh. 4. Menyenangkan, Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler dalam suasana suasana yang disukai dan mengembirakan peserta didik. 5. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil. 6. Kemanaatan sosial, yaitu prinsipkegiatan ekstra kurikuler yang yang dilaksanakan dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat. Jenis Kegiatan Ekstra Kurikuler
1. Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA). 2. Karya Ilmiah, meliputi meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan kegiatan penguasaan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian. 3. Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnaistik, teater, keagamaan. 4. Seminar, Seminar, lokakarya, dan dan pameran/bazar pameran/bazar,, dengan dengan substansi antara antara lain karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan perlindungan HAM, keagamaan, keagamaan, seni budaya
82
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
Format Kegiatan Ekstra Kurikuler
1. Individual, yaitu ormat ormat kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik secara perorangan. 2. Kelompok, yaitu ormat kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti oleh kelompok-kelompok kelompok-kelompok peserta didik. 3. Klasikal, yaitu ormat ormat kegiatan ekstra kurikuler yang yang diikuti peserta didik dalam satu kelas. 4. Gabungan, yaitu ormat kegiatan kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik antar kelas/ antar sekolah/madrasah. Pelaksanaan Kegiatan Ekstra Kurikuler
1. Kegiatan ekstra kurikuler yang bersiat rutin, spontan spontan dan keteladanan keteladanan dilaksanakan secara langsung oleh guru, konselor dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah. 2. Kegiatan ekstra ekstra kurikuler yang terprogram terprogram dilaksanakan dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat dan pelaksana sebagaimana telah direncanakan. Penilaian Pengembangan Diri
Hasil dan proses kegiatan ekstra kurikuler dinilai secara kualitati dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan lainnya oleh penanggung jawab kegiatan.
83
MATERI KEGIATAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
METODOLOGI
ALOKASI WAKTU
MEDIA
SUMBER BELAJAR/ REFERENSI
1. Memahami Arti, penyebab & karakteristik tsunami
arti, penyebab dan karakteristik tsunami
2 x 45’
Bencana” dan bukubuku lain yang relevan
1. mengetahui dampak tsunami
sikan dampak yang ditimbulkan tsunami
2 x 45’
Bencana” dan bukubuku lain yang relevan
2. Mengetahui caracara pengurangan risiko tsunami
sikan cara-cara mengurangi risiko dampak tsunami
2 x 45’
Bencana” dan bukubuku lain yang relevan
4 x 45’
Bencana” dan bukubuku lain yang relevan
lapangan
6 x 45’
Bencana” dan bukubuku lain yang relevan
2. Menunjukkan Perilaku kesiapsiaga- kegiatan kesiapan bencana tsunami siagaan bencana secara sederhana dan praktis, yang mungkin dapat dilakukan diri sendiri, keluarga, sekolah, dan masyarakat
3. Berperan aktif sebagai pramuka dalam program pengurangan risiko Bencana tsunami
dalam upaya kesiapsiagaan bencana di lingkungan sekolah dan masyarakat “leader” dalam hal kesiapsiagaan bencana dalam kegiatan kesiapsiagaan bencana tsunami
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
DAFTAR ISTILAH Pengurangan Risiko Bencana
Pengurangan Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengelola aktor-aktor penyebab dari bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaanan terhadap kejadian yang merugikan. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara akti mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan Negara Pengarusutamaan PRB
Proses dimana pertimbangan-pertimbangan pengurangan risiko bencana dikedepankan oleh organisasi/individu yang terlibat di dalam pengambilan keputusan dalam pembangunan ekonomi, sik, politik, sosial-budaya suatu negara pada level nasional, wilayah daerah dan/atau lokal; serta proses-proses dimana pengurangan risiko bencana dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan tersebut Pendidikan Siaga Bencana
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara akti mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecakapan hidup dalam mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian dan langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Komite Sekolah
Organisasi mandiri yang dibentuk dalam dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan esiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Ia menjadi ruang bagi orangtua, masyarakat, dan pihak sekolah menyampaikan aspirasi dan merumuskan kebijakan bagi peningkatan pendidikan di sekolah. Ia merupakan badan independen yang tidak memiliki hubungan hirarkis dengan Kepala Sekolah. Ia menjadi mitra kepala sekolah dalam menjalankan peran dan ungsinya dalam memajukan sekolah. KTSP
Kurikulum operasional yang disusun disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Sekolah dan kepala sekolah mengembangkan KTSP dan silabus berdasarkan a). Kerangka dasar kurikulum, b). Standar kompetensi, dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Provinsi. Kurikulum
Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 85
Datar Istilah
Ekstrakurikuler
adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Standar Kompetensi
ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti suatuproses pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu. Kompetensi
kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki peserta didik. Standar Nasional Pendidikan
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI. Lingkup standar standar nasional pendidikan pendidikan meliputi: a. standar isi, b. standar proses, c. standar kompetensi lulusan, d. standar pendidik dan tenaga kependidikan, e. standar sarana dan prasarana, . standar pengelolaan, g. standar pembiayaan, h. standar penilaian pendidikan. Sumber/bahan belajar
adalah rujukan, obyek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, sumber, serta lingkungan sik, alam, sosial, dan budaya. Standar isi
adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. tertentu. Standar proses
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar kompetensi lulusan
adalah kualikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan sik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Standar sarana dan prasarana
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, 86
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi inormasi dan komunikasi. Standar pengelolaan
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai esiensi dan eektivitas penyelenggaraan penyelenggaraan pendidikan. Standar pembiayaan
adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun; dan Standar penilaian pendidikan
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Bencana
adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau ulah manusia, yang dapat terjadi secara tibatiba atau perlahan-lahan, yang menyebabkan hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan, di mana masyarakat setempat dengan segala kemampuan dan sumberdayanya tidak mampu untuk menanggulanginya. Bahaya
adalah situasi, kondisi, atau karakteristik biologis, geogras, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan. kerusak an. Kerentanan
adalah tingkat kekurangan kemampuan suatu masyarakat untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya tertentu. Kerentanan dapat berupa kerentanan sik, ekonomi, sosial dan tabiat, yang dapat ditimbulkan oleh beragam penyebab. Kemampuan
adalah penguasaan sumberdaya, cara, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat, yang memungkinkan mereka untuk, mempersiapkan diri, mencegah, menjinakkan, menanggulangi, mempertahankan diri serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana Risiko
adalah kemungkinan timbulnya kerugian pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang timbul karena suatu bahaya menjadi bencana. Risiko dapat berupa kematian, luka, sakit, hilang, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat. Pencegahan
adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana bencana dan jika mungkin mungk in dengan meniadakan bahaya.
87
Datar Istilah
Mitigasi
adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana, baik secara sik struktural melalui pembuatan bangunan-bangunan sik, maupun non sikstruktural melalui perundang-undangan dan pelatihan. Kesiapsiagaan
adalah upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Peringatan Dini
adalah upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi, yang menjangkau masyarakat, segera, tegas tidak membingungkan, resmi Tanggap Darurat
adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian. Bantuan Darurat
merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara, perlindungan, kesehatan, sanitasi dan air bersih Pemulihan
adalah proses pengembalian kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula dengan melakukan upaya memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dll). Rehabilitasi
adalah upaya langkah yang dilakukan setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, asilitas umum dan asilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian. Rekonstruksi
adalah program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan sik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya. Penanggulangan Bencana
adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana, mencakup tanggap darurat, pemulihan, pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan
88
Modul Ajar Penginteg Pengintegrasian rasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA/MA/SMK/MA SMA/MA/SMK/MAK K
DAFTAR DAFT AR PUSTAKA
BadanNasionalPenanggulanganBencana.2008.Jakarta: ImplementasiPengurangan Risiko Bencana di Indonesia I ndonesia 2007-2008 SC-DRR/UNDP.2008. Jakarta: Drat Nol Strategi Nasional Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Dalasm Sistem Pendidikan Konsorsium Pendidikan Bencana.2008. Jakarta. Drat Kerangka Kerja Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Sekolah UN/ISDR. 2007. Perkataan Menjadi Tindakan: Panduan Untuk Mengimplementasikan Kerangka Kerja Hyogo. UN/ISDR. 2009. Terminology Terminology on Disaster Risk Reducation ERA/UNDP. 2008. Yogyakarta. Drat Panduan Desa Tangguh. Tidak dipublikasikan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008. Jakarta: Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesi. 2005. Jakarta. Naskah Akademis Undang-Undang Penanggulangan Bencana INEE/UNESCO. INEE/UNESCO. 2004. Paris. Minimum Standards or Education in Emergencies , Chronic Crises and Early Reconstruction.
Tsunami Evaluation Evaluation Coalition (TEC). (T EC). SIDA. 2008. Laporan Ringkas: Sebuah Riak Ri ak Dalam Pembangunan? Perspekti Jangka Panjang Tanggap Bencana Tsunami Samudera Hindia, 2004 RiskRED. 2008. Concept Note: Formal and Inormal Education or Disaster Risk Reduction A contribution rom Risk RED or the International Conerence on School Saety, Islamabad, May 2008
UNSECO. UNSECO. 2007. Bangkok. Natural Disaster Preparedness and Education or Sustainable Development The German Committee or Disaster Reduction (DKKV) & the UN ISDR Thematic Platorm on Knowledge and Education (TPK&E). Bonn. 2009. Concept Note Learning
to Live with Risk - Disaster Risk Reduction to encourage Education or Sustainable Development. World Conerence on Education or Sustainable Development (WCESD) 31 March – 2 April 2009, Bonn Lassa, Jonatan. 2008. Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas. Presentasi dalam Lokakarya Pembelajaran Pengembangan Model Desa Tangguh, ERA/UNDP, Yogyakarta, Desember 2008
89
Datar Pustaka
Diposaptono, Subandono, Budiman. Hidup akrab dengan Gempa dan Tsunami. Buku ilmiah populer. Bogor. Januari 2008. Jannah, Ninil RM. 2008. Pengintegrasian Materi Tentang Bencana Kedalam Pendidikan Nasional, Memadukan Pendekatan Praktis dan Teoritis. Makalah presentasi dalam Lokakarya Pengintegrasian Materi Pendidikan Bencana Dalam Kurikulum Sekolah, diselenggarakan MPBI di Yogyakarta 25 September 2008. PLAN Internasional Indonesia. 2009. Jakarta. Konsep Keselamatan Sekolah dan Sekolah Ramah Anak. Tidak dipublikasikan, ditulis untuk Konsorsium Pendidikan Bencana H, Anastasia Rima. 2009. Jakarta. Sistem Pendidikan Nasional. Tidak dipublikasikan, ditulis untuk Konsorsium Pendidikan Bencana Konsorsium Pendidikan Bencana. 2009. Jakarta. Laporan Lokakarya di 4 Wilayah dalam Review Drat Nol Strategi Nasional Pengurangan Risiko Bencana di Dalam Sistem Pendidikan. Tidak dipublikasikan.
90