Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko
KEBAKARAN Bahan Pengayaan Bagi Guru G uru SMA/SMK/MA/MAK Cover dalam
Penulis: Sapto Aji Wirantho Nara Sumber: Sardio Sardi
PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL JAKARTA, 2009
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Bahan Pengayaan Bagi Guru SMA/SMK/MA/MAK Penulis: Sapto Aji Wirantho Nara Sumber: Sardio Sardi Editor: Ninil R Mitahul Jannah dan Dian Ariyanie Ilustrator Sampul : Hastiah (SDN 3 Imogiri Yogyakarta) Yogyakarta) Ilustrator Isi: Isi: Rizki Goni, Feri Rahman, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rigan A.T. Lay Out Isi: Isi: Galang Gumilar, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rudini Rusmawan, Ardi H, Agusbobos. ISBN : 978-979-725-230-4
Program Safer Communities through Disaster Risk Reduction (SCDRR) Jl. Tulung Agung No. 46, Jakarta 10310, INDONESIA
Telp Fax E-mail Website
: +62 21 390 5484 (hunting) : +62 21 391 8604 :
[email protected] [email protected] g : www.sc-drr.or www.sc-drr.org g
Program masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana (Safer Communities through Disaster Risk Reduction disingkat SCDRR) , merupakan proyek kerja sama antara United Nations Development Programme (UNDP), (UNDP) , BAPPENAS, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri, dengan dukungan dana UNDP, Departement for International Development (DFID) Pemerinta Pemerintah h Inggris dan dan AustralianAgencyFor Internationa International l Development (AusAID)
KEPALA PUSAT KURIKULUM
SAMBUTAN
I
ndonesia yang merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia berada di kawasan yang disebut cincin api, dimana risiko untuk terjadi bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, letusan gunung api, banjir dan longsor sangat tinggi. Bencana alam ini telah menimbulkan ribuan korban jiwa, kerugian materil dan meninggalkan banyak orang untuk berjuang membangun kembali tempat tinggal dan mata pencahariannya. Kesiapsiagaan merupakan hal yang penting dan harus dibangun pada setiap tingkat kelompok di masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwa kehancuran akibat bencana dapat secara drastis dikurangi jika semua orang lebih siap menghadapi bencana. Sekolah adalah pusat pendidikan yang tidak hanya memberikan kita ilmu pengetahuan tetapi juga bekal untuk kelangsungan hidup kita, kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan bagian dari ketrampilan untuk kelangsungan hidup kita. Sekolah juga seringkali menjadi tempat penghubung dan tempat belajar bagi seluruh masyarakat. Anak-anak merupakan peserta ajar yang paling cepat dan mereka tidak hanya mampu memadukan pengetahuan beru ke dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan bagi keluarga dan masyarakatnya dalam hal prilaku yang sehat dan aman, yang mereka dapatkan di sekolah. Oleh karenanya, menjadikan pencegahan bencana menjadi salah satu okus di sekolah dengan memberdayakan anak-anak dan remaja untuk memahami tanda-tanda peringatan bencana dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko dan mencegah bencana, merupakan suatu langkah awal yang penting dalam membangun ketangguhan bencana seluruh masyarakat. Jadi kesiapsiagaan haruslah menjadi bagian dari materi yang diberikan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah. Pusat Kurikulum sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam pengembangan model-model kurikulum sebagai reerensi satuan pendidikan dalam pengembangan kurikulumnya, telah berhasil dalam menyusun serangkaian modul ajar dan modul pelatihan untuk pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam tingkat satuan pendidikan. Secara keseluruhan modul ini terdiri atas 15 modul ajar dan 3 modul pelatihan, yaitu: Modul Ajar Pengintegrasian Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SD. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMP. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMA. Modul Ajar Pengintegrasian Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SD. Modul Ajar Pengintegrasian Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMP. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA. Modul Ajar Pengintegrasian
Modul Ajar Pengintegrasian Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SD. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMP. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMA. Modul Ajar Pengintegrasian Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SD. Modul Ajar Pengintegrasian Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran K ebakaran untuk SMP. SMP. Modul Ajar Pengintegrasian Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA. Modul Ajar Pengintegrasian Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SD. Modul Ajar Pengintegrasian Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir B anjir untuk SMP. SMP. Modul Ajar Pengintegrasian Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA. Modul Ajar Pengintegrasian Modul Pelatihan Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana untuk SD, SMP dan SMA.
Penyusunan modul-modul tersebut merupakan hasil kerjasama antara Pusat Kurikulum dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENAS dalam sebuah Program Safer Community Through Disaster Risk Reduction (SCDRR) In Development yang didanai oleh United Nations Development Program (UNDP) yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagai upaya pengurangan risiko bencana. Setiap modul ajar dilengkapi dengan contoh-contoh silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan model bahan ajar. Sedangkan modul pelatihan terdiri dari panduan asilitasi dan bahan bacaan bagi pelatih mengenai penyelenggaraan penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, sekolah siaga bencana, pendidikan PRB, dan strategi pengintegrasian pendidikan PRB ke d alam kurikulum satuan pendidikan. Diharapkan modul-modul tersebut dapat bermanaat dan dijadikan bahan acuan bagi para pihak yang berkepentingan dalam kesiapsiagaan di sekolah.
Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Kurikulum
Dra. Diah Harianti, M.Psi
KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
SAMBUTAN
I
ndonesia sebagai negara kepulauan dengan letak l etak geograsnya pada posisi pertemuan 4 lempeng tektonik, merupakan merupa kan wilayah yang rawan bencana. Selain itu dengan kompleksitas kondisi demogra, sosial dan ekonomi di Indonesia yang berkontribusi pada tingginya tingkat kerentanan masyarakat terhadap ancaman bencana, serta minimnya kapasitas masyarakat dalam menangani bencana menyebabkan risiko bencana di Indonesia menjadi tinggi. Pada tahun 2005, Indonesia menempati peringkat ke-7 dari sejumlah negara yang paling banyak dilanda bencana alam (ISDR 2006-2009, World Disaster Reduction Campaign, UNESCO). Berangkat dari hal tersebut dan guna mendukung paradigma pengurangan risiko bencana di sektor pendidikan, maka Pusat Kurikulum-sebuah unit eselon II di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan pada Kementerian Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENAS tengah melaksanakan kegiatan Program Safer Community Through Disaster Risk Reduction (SCDRR) In Development D evelopment melalui dana hibah UNDP. Kegiatan ini bertujuan membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagai upaya pengurangan risiko bencana.
Dalam kerjasama ini, Pusat Kurikulum telah mengembangkan kurikulum khususnya dalam mengintegrasikan materi-materi dan kompetensi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ke dalam mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani yang ada di sekolah mulai dari jenjang SD atau yang sederajat sampai SMA atau yang yang sederajat. Model pengintegrasian materi dan kompetensi kompetensi PRB dengan mata pelajaran-mata pelajaran-mata pelajaran ini bertujuan agar muatan kurikulum dan beban belajar tidak menjadi lebih berat. Disamping mengintegrasikan ke mata pelajaran yang sudah ada PRB juga bisa dijadikan muatan lokal (Mulok) serta ekstra kurikuler. Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini disusun dalam rangka untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan tentang bencana dan mensosialisasikan langkah-langkah preventi untuk mengurangi risiko bencana yang dapat menimpa di wilayah Indonesia. Tanpa adanya upaya terus-menerus untuk mendiseminasikan inormasi tentang ancaman dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko-risiko yang dapat ditimbulkannya, sulit bagi kita untuk mewujudkan guru dan peserta didik yang tangguh dalam menghadapi bencana. Modul ini dapat menjadi salah satu solusi yang memungkinkan bagi para guru untuk mengajarkan peserta didik dari hari ke hari di sekolah secara berkesinambungan, sehingga proses, internalisasi pengetahuan kebencanaan bukan hanya dipahami
dan diketahui dalam ingatan belaka tapi juga mendorong munculnya respon cepat penyelamatan penyelamatan yang benar dari peserta didik ketika menghadapi bencana. Diharapkan modul ini dapat dimanaatkan, antara lain: Sebagai alat pemandu dalam membantu para guru dalam melakukan pengajaran tentang pengurangan risiko bencana kepada peserta didik di sekolah sebagai upaya membangun kesiapsiagaan dan keselamatan dari bencana di sekolah. Membuka peluang dan membangun kreatitas guru dalam menerapkan pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana yang disesuaikan dengan konteks sekolah yang dibinanya d ibinanya Memberikan gambaran secara lebih sistematis dan komprehensi cara pengintegrasian pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana ke dalam mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri di Sekolah. Mendorong inisiati para guru, sekolah dan gugus dalam mengupayakan pengurangan risiko bencana dan membangun budaya keselamatan di sekolah, lingkungan rumah dan lingkungan sekitar. Semoga Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini menjadi bermanaat dan membantu bagi semua guru untuk meningkatkan pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan membentuk sikap anak untuk menjadi lebih tanggap terhadap ancaman bencana.
Jakarta, Desember 2009 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional
Pro. Dr. H. Mansyur Ramly
DIREKTUR KAWASAN KHUSUS DAN DAERAH TERTINGGAL, BAPPENAS SELAKU NATIONAL NATIONAL PROJECT PROJEC T DIRECTOR SCDRR
SAMBUTAN
M
enyikapi situasi kejadian bencana dan kenyataan luasnya cakupan wilayah tanah air yang memiliki berbagai ancaman bencana, pemerintah Indonesia telah melakukan sejumlah inisiati guna mengurangi risiko bencana ditanah air. Pada akhir tahun 2006 Bappenas meluncurkan buku Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) 2006 – 2009, sebagai komitmen dalam mengarusutamakan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan nasional, yang merupakan pelengkap dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah M enengah Nasional (RP (RPJMN) JMN) 2005 – 2009 yang telah ada. Berdasarkan RAN PRB 2006 – 2009 tersebut, Pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk program pencegahan dan pengurangan risiko bencana, sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) mulai tahun 2007. Lebih lanjut pada April 2007, Pemerintah menerbitkan Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang menjadi tonggak sejarah dalam upaya penanggulangan bencana di Indonesia, dan diikuti dengan peraturan turunannya, serta dibentuknya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) melalui Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun Tahun 2008.
Untuk mendukung prakarsa – prakarsa yang telah dimulai oleh Pemerintah Indonesia tersebut, UNDP bekerjasama dengan Bappenas, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri telah menginisiasi sebuah program yang ditujukan untuk mewujudkan masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana dalam pembangunan atau yang dikenal dengan Program Safer Communities Through Disaster Risk Reduction in Development (SCDRR in Development). Development) . Program SCDRR ini kan berlangsung selama 5 tahun (2007 – 2012) dan dirancang untuk mendorong agar pengurangan risiko bencana menjadi sesuatu yang lazim dalam proses pembangunan yang terdesentralisasi. Untuk mewujudkan hal itu maka upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana kedalam proses pembangunan mutlak harus dijalankan. Upaya tersebut dilaksanakan melalui 4 pilar sasaran program SCDRR, yaitu : (1) Diberlakukannya kebijakan, peraturan dan kerangka kerja regulasi pengurangan risiko bencana; (2) Diperkuatnya kelembagaan pengurangan risiko bencana dan kemitraan diantara mereka; (3) Dipahaminya risiko bencana dan tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko tersebut oleh masyarakat dan pengambil kebijakan melalui pendidikan dan penyadaran publik; (4) Didemonstrasikannya pengurangan risiko bencana sebagai bagian dari program pembangunan. Terkait dengan sasaran ketiga mengenai perlunya pendidikan dan penyadaran publik terhadap pengurangan risiko bencana, selama beberapa tahun ini pemerintah bersama-sama beberapa lembaga swadaya masyarakat, dan institusi pendidikan di tingkat nasional maupun daerah telah melakukan berbagai upaya dalam pendidikan kebencanaan, termasuk memasukkan materi kebencanaan kedalam muatan lokal, pelatihan untuk guru, kampanye dan advokasi, hingga hi ngga school road show untuk show untuk kegiatan simulation drill di drill di sekolah-sekolah. Namun demikian, kegiatan-kegiatan tersebut belum terkoordinasi dengan baik dan belum terintegrasi dalam satu kerangka yang dapat
disepakati bersama. Dilain pihak, pemetaan aktivitas pendidikan diberbagai wilayah rawan bencana di Indonesia serta intervensi dan dukungan peningkatan kapasitas untuk pendidikan masih sangat minim dan terpusat, khususnya di wilayah Jawa dan Sumatera. Kajian kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana yang telah dilakukan di berbagai wilayah menunjukkan rendahnya tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dibanding masyarakat serta aparat (LIPI, 2006 – 2007). Hal ini sangat ironis, karena sekolah adalah basis dari komunitas anak-anak, yang merupakan kelompok rentan yang perlu dlindungi dan secara bersamaan perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Di sisi lain, tantangan dalam mengintegrasikan upaya-upaya pengurangan risiko bencana kedalam sistem pendidikan juga telah banyak dikaji, seperti : (1) Beratnya B eratnya beban kurikulum siswa; (2) Kurangnya pemahaman guru mengenai bencana ; (3) Kurangnya kapasitas dan keahlian guru dalam integrasi PRB kedalam kurikulum; (4) Minimnya panduan, silabus dan materi ajar yang terdistribusi dan dapat diakses oleh guru; (5) Terbatasnya Terbatasnya sumberdaya (tenaga, biaya dan sarana); dan (6) Kondisi bangunan sik sekolah, sarana dan prasarana pada ummnya memprihatinkan, tidak berorientasi pada AMDAL dan konstruksi tahan gempa. Untuk menjawab tantangan tersebut dan guna melaksanakan integrasi pengurangan risiko bencana ke dalam sistem pendidikan, dalam rangka mewujudkan budaya aman dan siaga bencana, maka SCDRR telah mendukung Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana kedalam Sistem Pendidikan Nasional. Strategi ini akan disahkan melalui suatu bentuk kebijakan ditingkat nasional yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaksanaan integrasi PRB ke dalam sistem pendidikan baik intra maupun ekstrakurikuler secara nasional. Untuk mendukung implementasi kebijakan tesebut, maka SCDRR mendukung Pusat Kurikulum, Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun modul ajar dan modul pelatihan pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam intra dan ekstrakurikuler. Modul-modul ini berisi model pembelajaran, materi ajar lengkap dengan panduan pengajarannya, dalam hal integrasi PRB kedalam intra dan ekstrakurikuler. Diharapkan modul-modul yang disusun oleh Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional ini dapat menjadi acuan standar dan/atau memperkaya memperk aya bahan-bahan yang sudah ada dan sudah disusun oleh berbagai pihak lainnya, sehingga dapat bermanaat dan digunakan oleh praktisi pendidikan dan pemangku kepentingan kepentingan lainnya lainnya dalam rangka peningkatan kesiapsiagaan sekolah terutama didaerah did aerah rawan bencana. Terima Terima Kasih. Kasi h.
Jakarta, Desember 2009 Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, Bappenas Selaku National Project Director SCDRR
Dr.Ir Suprayoga Hadi, MSP
DAFTAR ISI SAMBUTAN KEPALA PUSAT KURIKULUM
iii
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
v
SAMBUTAN DIREKTUR KAW SAMBUTAN KAWASAN ASAN KHUSUS DAERAH TERTINGGAL SELAKU NPD SC-DRR vii DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR KOT KOTAK AK
xv
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Landasan & Pedoman 1.1.1 Landasan Filosos 1.1.2 Landasan Sosiologis 1.1.3 Landasan Yuridis 1.1.4 Pedoman Pengembangan Pengembangan Produk 1.1.5 Pengintegrasian Pengintegrasian Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Sistem Pendidikan Nasional
1 3 4 4 4
1.2 Kerangka Kerja Pendidikan untuk Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana 1.2.1 Pendidikan untuk untuk Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan 1.2.2 Konsep Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana
7
BAB II FENOMENA DAN PERISTIW PERISTIWA A KEBAKARAN 2.1 Fenomena Kebakaran
5
7 8 9 9
2.2 Peristiwa Kebakaran di Indonesia
11
BAB III PENGURANGAN RISIKO KEBAKARAN
12
3.1 Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana 3.1.1 Pencegahan Pencegahan 3.1.2 Mitigasi 3.1.3 Kesiapsiagaan
12 12 12 13
Datar Isi
3.2 Kesiapsiagaan 3.2.1 Tindakan Sebelum Terjadi Kebakaran 3.2.2 Tindakan Saat Terjadi Kebakaran 3.2.3 Tindakan Setelah Terjadi Kebakaran BAB IV MA MATERI TERI PEMBELAJARAN PENGURANGAN RISIKO KEBAKARAN
37
4.1 Identikasi Materi Pembelajaran Pembelajaran Pengurangan Risiko Kebakaran
37
4.2 Pemetaan Indikator Prilaku Siswa
39
4.3 Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar
40
BAB V PENGINTEGRASIAN PENGURANGAN RISIKO KEBAKARAN KE DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MENENGAH ATAS (SMA/S (SMA/SMK/MA/MA MK/MA/MAK) K)
43
5.1 Pengintegrasian Pengintegrasian Materi Pembelajaran Pembelajaran Pengurangan Pengurangan Risiko Kebakaran Ke Dalam Mata Pelajaran 5.1.1 Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 5.1.2 Penyusunan Penyusunan Silabus Pengurangan Risiko Kebakaran 5.1.3 Penyusunan Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pengajaran Pengajaran
43 43 50 60
5.2 Pengembangan Pengembangan Model Muatan Lokal Pengurangan Pengurangan Risiko Kebakaran 5.2.1 Analisis konteks Muatan Lokal 5.2.2 Penyusunan Penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal 5.2.3 Penyusunan Penyusunan Silabus dan RPP Muatan Lokal
86 88
5.3 Pengintegrasian Pengintegrasian Pengurangan Pengurangan Risiko Kebakaran Pada Kegiatan Pengembangan Pengembangan Diri 5.3.1 Kegiatan Pengembangan Pengembangan Diri Palang Merah Remaja (PMR) 5.3.2 Kegiatan Pengembangan Pengembangan Diri Pramuka
91 94 95
DAFTAR ISTILAH DAFTAR PUSTAKA
x
15 15 27 33
84 84
99 101
DAFTAR DAFT AR TABE ABEL L Tabel Tabel 4.1
Materi Pembelajaran Pengurangan Pengurangan Risiko Kebakaran untuk setiap Jenjang Kelas 39 Tabel Tabel 4.2 Indikator Perilaku Siswa Tabel 5.1 Pemetaan SK-SD kedalam mata pelajaran pelajara n IPA, IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Pendidikan jasmani 44 Tabel Tabel 5.2 Contoh Model Silabus Pengintegrasian Pengintegrasian Pengurangan Pengurangan Risiko Kebakaran Kedalam mata pelajaran Geograpi 54 Tabel Tabel 5.3 Contoh Model Silabus Pengintegrasian Pengintegrasian Pengurangan Pengurangan Risiko Kebakaran Kedalam mata pelajaran Fisika 55 Tabel Tabel 5.4 Contoh Model Silabus Pengintegrasian Pengintegrasian Pengurangan Pengurangan Risiko Kebakaran Kedalam mata pelajaran Kimia 56 Tabel Tabel 5.5 Contoh Model Silabus Pengintegrasian Pengintegrasian Pengurangan Pengurangan Risiko Kebakaran Kedalam mata pelajaran Sosiologi 59 Tabel Tabel 5.6 Contoh Silabus dan RPP Muatan Lokal 89
40
Datar Tabel
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 3.9 Gambar 3.10 Gambar 3.11 Gambar 5.1
Kebakaran di perumahan padat penduduk Proses terjadinya El Nino Diagram proses terjadinya api. Korek api Latihan cara keluar menyelamatkan menyelamatkan diri jika berlaku kebakaran Menyimpan selimut api dan pemadam api di dalam dapur Racun Api Hidran Detektor Asap Titik Panggil Manual Sprinkler Kebakaran di bangunan tinggi Pertolongan pertama pada luka bakar Skema Pengembangan Pengembangan Silabus
9 9 15 20 22 22 25 25 26 26 27 29 32 51
Datar Gambar
Kotak 5.1
xiv
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran
61
DAFTAR KOTAK Kotak 5.1.1 Kotak 5.2.1 Kotak 5.3.1 Kotak 5.4.1 Kotak 5.5.1 Kotak 5.6.1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran Rencana Pengajaran Dan Penilaian Rencana Pengajaran Dan Penilaian Contoh Bahan Ajar Sosiologi RPP Muatan Lokal
61 64 67 69 72 90
Datar Kotak
xvi
PENDAHULUAN
BAB I
1.1 Landasan dan Pedoman
B
erdasarkan hasil Konerensi Sedunia tentang Pengurangan Risiko Bencana yang diselenggarakan pada tanggal 18-22 Januari 2005 di Kobe, Hyogo, Jepang; dan dalam rangka mengadopsi Kerangka Kerja Aksi 2005-2015 dengan tema ‘Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas Terhadap Bencana’ memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konerensi tersebut menekankan perlunya mengidentikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana. Pada bulan Januari 2005, lebih dari 4.000 perwakilan pemerintah, organisasi nonpemerintah , institusi akademik, dan sektor swasta berkumpul di Kobe, Jepang, pada World Conerence on Disaster Reduction (WCDR) kesebelas. Konerensi tersebut mengakhiri perundingan-perundingan tentang Kerangka Kerja Aksi Hyogo 20052015 : Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas terhadap Bencana (HFA) . Kerangka Aksi ini diadopsi oleh 168 negara dan menetapkan tujuan yang jelas secara substansiil mengurangi kerugian akibat bencana, baik korban jiwa maupun kerugian terhadap aset-aset sosial, ekonomi, dan lingkungan suatu masyarakat dan negara dan merinci seperangkat prioritas untuk mencapai mencapai tujuan setindaknya pada tahun 2015. HFA HFA menekankan bahwa pengurangan risiko bencana adalah isu sentral kebijakan pembangunan, selain juga menjadi perhatian berbagai bidang ilmu, kemanusiaan, dan lingkungan. Bencana merusak hasil-hasil pembangunan, memelaratkan rakyat dan negara. Tanpa usaha yang serius untuk mengatasi kerugian akibat bencana, bencana akan terus menjadi penghalang besar dalam pencapaian Sasaran Pembangunan Milenium. Untuk membantu pencapaian hasil yang diinginkan, HFA HFA mengidentikasi lima Prioritas Aksi yang spesik: (1) Membuat Pengurangan Risiko Bencana sebagai prioritas; (2) Memperbaiki inormasi risiko dan peringatan dini; (3) Membangun budaya keamanan dan ketahanan; (4) Mengurangi risiko pada sektor-sektor utama; (5) (5) Memperkuat kesiapan untuk bereaksi. bereaksi.
Pendahuluan
HFA HFA memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konerensi tersebut menekankan perlunya mengidentikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana. Karena bencana dapat diredam secara berarti jika masyarakat mempunyai inormasi yang cukup dan didorong pada budaya pencegahan dan ketahanan terhadap bencana, yang pada akhirnya memerlukan pencarian, pengumpulan, dan penyebaran pengetahuan dan inormasi yang relevan tentang bahaya, kerentanan, dan kapasitas. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha antara lain: (1) menggalakkan dimasukkannya pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana sebagai bagian yang relevan dalam kurikulum pendidikan di semua tingkat dan menggunakan jalur ormal dan inormal lainnya untuk menjangkau anak-anak muda dan anakanak dengan inormasi; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen instrinsik dalam dekade 2005–2014 untuk Pendidikan bagi Pembangunan Pembangunan Berkelanjutan (United Nations Decade o Education or Sustainable Development) ; (2) menggalakkan pelaksanaan penjajagan risiko tingkat lokal dan program kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembagalembaga pendidikan lanjutan; (3) menggalakkan pelaksanaan program dan aktivitas di sekolah-sekolah untuk pembelajaran tentang bagaimana meminimalisir eek bahaya; (4) mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana dengan sasaran sektor-sektor tertentu, misalnya: para perancang pembangunan, penyelenggara tanggap darurat, pejabat pemerintah tingkat lokal, dan sebagainya; (5) menggalakkan inisiati pelatihan berbasis masyarakat dengan mempertimbangkan peran tenaga sukarelawan sebagaimana mestinya untuk meningkatkan kapasitas lokal dalam melakukan mitigasi dan menghadapi bencana; (6) memastikan kesetaraan akses kesempatan memperoleh pelatihan dan pendidikan bagi perempuan dan konstituen yang rentan; dan (7) menggalakkan pelatihan tentang sensitivitas gender dan budaya sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pelatihan tentang Pengurangan Risiko Bencana. ‘Kampanye Pendidikan tentang Risiko Bencana dan Keselamatan di Sekolah’ yang dikoordinir oleh UN/ISDR (United Nations/International Strategy or Disaster Reduction) hingga penghujung tahun 2007 dengan didasari berbagai pertimbangan. Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan selama kejadian bencana, terutama yang sedang bersekolah pada saat berlangsungnya kejadian. Pada saat bencana, gedung sekolah hancur, mengurangi usia hidup murid sekolah dan guru yang sangat berharga dan terganggunya hak memperoleh pendidikan sebagai dampak bencana. Pembangunan kembali sekolah juga memerlukan waktu yang tidak sebentar dan pastilah sangat mahal. Kampanye ditujukan kepada murid sekolah dasar dan menengah, para guru, pembuat kebijakan pendidikan, orangtua, insinyur dan ahli bangunan. Selain itu juga ditujukan kepada lembaga pemerintah yang bertanggung-jawab atas isu manajemen bencana, mendiknas, para pemimpin politik di tingkat nasional, pembuat keputusan di masyarakat, dan otoritas lokal. Pesan yang bisa disampaikan antara lain: (1) pendidikan tentang risiko bencana menguatkan anak-anak dan membantu membangun kesadaran yang lebih besar isu tersebut di dalam 2
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
masyarakat; (2) asilitas bangunan sekolah yang bisa menyelamatkan hidup dan melindungi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dari suatu kejadian bencana alam; dan (3) pendidikan tentang risiko bencana dan asilitas keselamatan di sekolah akan membantu negara-negara menuju ke arah pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium. Sekolah dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap generasi muda, yaitu dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan menyampaikan pengetahuan tradisional dan konvensional kepada generasi muda. Untuk melindungi anakanak dari ancaman bencana alam diperlukan dua prioritas berbeda namun tidak bisa dipisahkan aksinya yaitu pendidikan untuk mengurangi risiko bencana dan keselamatan dan keamanan sekolah. Sekolah juga harus mampu melindungi anak-anak dari suatu kejadian bencana alam. Investasi dalam memperkuat struktur gedung sekolah sebelum suatu bencana terjadi, akan mengurangi biaya/anggaran jangka panjang, melindungi generasi muda penerus bangsa, dan memastikan kelangsungan kegiatan belajarmengajar setelah kejadian bencana. Pendidikan di sekolah dasar dan menegah membantu anak-anak memainkan peranan penting dalam penyelamatan hidup dan perlindungan aset/milik masyarakat pada saat kejadian bencana. Menyelenggarakan pendidikan tentang risiko bencana ke dalam kurikulum sekolah sangat membantu dalam membangun kesadaran akan isu tersebut di lingkungan masyarakat. Mengurangi risiko bencana dimulai dari sekolah. Seluruh komponen, dalam hal ini anak-anak sekolah, para guru, para pemimpin masyarakat, orangtua, maupun individu yang tertarik dengan pendidikan tentang risiko bencana dan keselamatan di sekolah, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi lok al/ regional/nasional/ internasional, internasional, sektor swasta dan publik untuk dapat berpartisipasi berpar tisipasi secara akti. Keterlibatan media juga diperlukan untuk mendorong sebuah budaya ketahanan terhadap bencana dan keterlibatan komunitas yang kuat dalam rangka kampanye pendidikan publik secara terus-menerus dan dalam konsultasi publik di segenap lapisan masyarakat. Bencana?! Jika Siap Kita Selamat. Padatnya kurikulum pendidikan nasional tidak boleh kita jadikan alasan untuk tidak melakukan kegiatan Pengurangan Risiko Bencana di sekolah secara berkelanjutan. Pembelajaran Pengurangan Risiko Bencana di sekolah-sekolah bisa dilaksanakan dengan mengintegrasikan materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Bencana ke dalam (1) mata pelajaran pokok/paket, (2) muatan lokal, dan (3) ekstrakurikuler dan pengembangan diri. Atau secara khusus megembangkan dan menyelenggarakan kurikulum muatan lokal dan ektrakurikuler/pengembangan diri yang didedikasikan khusus untuk pendidikan pengurangan risiko bencana. 1.1.1 Landasan Filosofs Bencana merupakan suatu bentuk gangguan terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat, oleh karena itu, secara losos, pengurangan risiko bencana merupakan bagian dari pemenuhan tujuan bernegara Republik Indonesia, yaitu melindungi segenap rakyat dan bangsa, serta seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 3
Pendahuluan
Upaya melindungi segenap rakyat dan bangsa dikuatkan pula dengan hak setiap orang atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dari ancaman ketakutan untuk untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi, hak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (Pasal (Pasal 28G ayat (1) dan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945. 1.1.2 Landasan Sosiologis Ada tiga pertimbangan sosiologis yang patut diketengahkan, yaitu Pertama secara geogras, demogras dan geologis, Indonesia merupakan negara rawan bencana, baik bencana alam dan bencana akibat ulah manusia, seperti kegagalan atau mala praktik teknologi. Kedua, adalah bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kondisi sosial masyarakat, telah menimbulkan dampak negati terhadap lingkungan yang berakibat pada terjadinya bencana. Ketiga, adalah kondisi struktur manajemen bencana itu sendiri. Kematian, cidera dan kerugian materi, serta masalah lingkungan dan ekonomi dapat dikurangi apabila penyelenggaraan penanggulangan bencana telah dilakukan secara komprehensi yang mencakup pendekatan yang bersiat pencegahan, pengurangaan risiko, tindakan kesiapsiagaan tindakan tanggap terhadap bencana, serta upaya pemulihan. Disamping itu, pendekatan yang mengedepankan pentingnya pentingnya partisipasi dari semua tingkat pemerintahan, baik pemerintah pusat dan daerah, mengambil peran yang akti dalam menciptakan manajemen bencana yang eekti. Serta pentingnya partisipasi publik dan d an pemangku kepentinga dalam penanganan bencana. 1.1.3 Landasan Yuridis Pertimbangan yuridis adalah menyangkut masalah-masalah hukum serta peran hukum dalam penanganan bencana. Hal ini dikaitkan dengan peran hukum dalam pembangunan, baik sebagai pengatur perilaku, maupun instrumen untuk penyelesaian masalah. Hukum sangat diperlukan, karena hukum atau peraturan perundang-undangan dapat menjamin adanya kepastian dan keadilan dalam penanganan bencana. Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana ditempatkan guna memberikan jawaban atau solusi terhadap permasalahan yang berkaitan dengan penangan bencana, merupakan landasan yuridis paling dekat untuk pelaksanaan usahausaha pengurangan risiko bencana di Indonesia. I ndonesia. 1.1.4 Pedoman Pengembangan Produk Program pendidikan pengurangan risiko bencana (PRB) bertujuan untuk meminimalisir risiko bencana dan meningkatkan kapasitas sekolah dalam melaksanakan pengurangan risiko bencana, kesiapsiagaan, mitigasi, dan peringatan dini. PRB oleh satuan pendidikan dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikan materi pendidikan pengurangan risiko bencana dalam kurikulum yang berlaku di sekolah, mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri dan ekstrakurikuler, ekstrakurikuler, dan bahan ajar.
4
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
Dasar hukum yang menjadi pedoman perancangan dan pengembangan serial modul dan modul pelatihan adalah: 1. Undang-undang No. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Undang-undang No. No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Perlindungan Anak 3. Undang-undang No. No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Penanggulangan Bencana 4. Undang-undang No. 17 Tahun Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun Tahun 2005 - 2025 5. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 - 2009 6. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 7. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Penanggulangan Bencana 8. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2008 tentang Pengesahan ASEAN Agreement Agreement on Disaster Management and Emergency Response (Persetujuan ASEAN mengenai Penanggulangan Bencana dan Penanganan Darurat) 9. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Penanggulangan Bencana 10. Peraturan Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun Tahun 2006 tentang Standar Isi 11. Peraturan Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi K ompetensi Lulusan 12. Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, yang disempurnakan dengan Peraturan Mendiknas No. 6 Tahun Tahun 2007 13. Peraturan Mendiknas No. 40 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Tata Kerja Balitbang Depdiknas 14. Peraturan Mendiknas Mend iknas No. 50 Tahun Tahun 2007 tentang t entang Standar Sta ndar Pengelolaan Pengelola an Pendidikan oleh Pemerintah Provinsi 15. Peraturan Peraturan Mendiknas M endiknas No. 24 tTahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA 16. Surat Edaran Mendiknas No. 33/MPN/SE/2007 tentang Sosialisasi K TSP
1.1.5 Pengintegrasian Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Sistem Pendidikan Nasional UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 Ayat (2): Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah
5
Pendahuluan
Kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penyusunan kurikulum merupakan tanggung jawab setiap satuan pendidikan (sekolah dan madrasah). Oleh karena itu tidak lagi dikenal apa yang disebut dengan kurikulum nasional, yang pada periode sebelumnya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 menyebutkan: 1. Kurikulum tingkat satuan pendidikan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/ SMA/ MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik 2. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK dan departemen yang mengurusi urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK Penjabaran kurikulum dilakukan dengan penyusunan silabus dan bahan ajar sesuai dengan kondisi geogras dan demogras untuk daerah, kebutuhan, potensi dan karkateristik satuan pendidikan dan peserta peser ta didik, yang selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Pasal 1: 1. Satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan pendidikan. 2. Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar kompetensi lulusan. 3. Kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan dasar dan menengah setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah atau Komite Madrasah. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal Pasal 32 Ayat 1, juga telah mengakomodasi mengakomodasi kebutuhan pendidikan bencana dalam terminologi ‘pendidikan layanan khusus’. Yakni “pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi”.
6
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
1.2 Kerangka Kerja Pendidikan untuk Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana 1.2.1 Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan Pada bulan Desember 2002, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi 57/254 untuk menempatkan Dekade Pendidikan Bagi Pembangunan Berkelanjutan, mulai 2005-2014, dibawah koordinasi UNESCO. UNESCO. Pendidikan untuk pengurangan bencana (alam) telah diidentikasi sebagai masalah inti yang akan dibahas di bawah DESD . Pendidikan dipandang dalam konsep yang lebih luas. Sebagaimana didenisikan dalam Bab 36 dalam Agenda 21, “Pendidikan sangat penting untuk mencapai perlindungan lingkungan dan kesadaran etika, nilai-nilai dan sikap, keterampilan dan perilaku yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan. Baik ormal dan pendidikan non-ormal sangat diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan “.“. Pendidikan dan pengetahuan berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya (alam) serta kerentanan dan ancaman yang ada yang dihadapi oleh masyarakat. Juga memberikan kontribusi untuk menumbuhkembangkan keterampilan hidup. Dasawarsa ini didukung oleh Kerangka Aksi Hyogo 2005 – 2015 yang menyoroti pentingnya pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dari prioritas aksi, menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat. Inisiati pengurangan risiko bencana harus berakar di semua lembagalembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah dan memasukkan dalam program pendidikan. Pendidikan pengurangan risiko bencana yang mencakup semua aspek peningkatan kesadaran publik, pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk menciptakan dan atau meningkatkan budaya pencegahan melalui identikasi dan pemahaman risiko, serta belajar mengenai langkahlangkah pengurangan risiko bencana, dan tanggap bencana. Oleh karena itu Pendidikan Pendidikan untuk Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana - sebagai bagian dari Pengurangan Risiko Bencana (PRB) - harus melekat dengan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (Education ( Education or Sustainable Development - ESD ), ), dan mendukung kerangka ESD yang ESD yang mencakup 3 aspek, yaitu: 1. Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah interdisipliner. interdisipliner. Oleh karena itu, pertimbangan penting diberikan kepada dampak, dan hubungan antara, masyarakat, lingkungan, ekonomi dan budaya. 2. Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana dan meningkatkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah, dan ketrampilan hidup sosial dan emosional untuk pemberdayaan kelompok kelompok rentan atau terkena terkena bencana. 3. Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana mendukung Tujuan Pembangunan Pembangunan Milenium. M ilenium. Tanpa Tanpa mempertimbangkan Pengurangan Pengurangan Risiko R isiko Bencana dalam perencanaan pembangunan, semua upaya pembangunan termasuk inisiati DESD inisiati DESD dihancurkan dihancurkan dalam hitungan detik.
7
Pendahuluan
Kerangka kerja Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana atau pendidikan pengurangan risiko bencana dikembangkan mengikuti arahan UN-ISDR sebagai berikut: “Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah sebuah proses pembelajaran bersama yang bersiat interakti di tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko bencana lebih luas daripada pendidikan ormal di sekolah dan universitas. Termasuk Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan d an penggunaan kearian tradisional dan pengetahuan lokal bagi perlindungan terhadap bencana alam.” alam.” HFA pada PRIORITAS AKSI 3, Poin Aktivitas kunci termaktub rekomendasi bahwa PRB dimasukkan dalam kurikulum sekolah, pendidikan ormal dan inormal. “Menggalakkan dimasukkannya pengetahuan pengurangan risiko bencana dalam bagian yang relevan dalam kurikulum sekolah di semua tingkat dan menggunakan jalur ormal dan inormal lainnya untuk menjangkau pemuda dan anak-anak; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen intrinsik Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Pembangunan Berkelanjutan (2005-2015) dari PBB “. 1.2.2 Konsep Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran untuk memberdayaan peserta didik dalam upaya untuk pengurangan risiko bencana dan membangun budaya aman serta tangguh terhadap bencana. Pendidikan PRB lebih luas dari penddidikan bencana, bahkan lebih dari pendidikan tentang pengurangan risiko bencana. Tetapi mengembangkan motivasi, ketrampilan, dan pengetahuan agar dapat tertindak dan mengambil bagian dari upaya untuk pengurangan risiko bencana. Tujuan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah: 1. Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan 2. Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana bencana 3. Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, bencana, pemahaman tentang kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan sik, serta kerentanan prilaku dan motivasi, 4. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk pencegahan dan pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana 5. Mengembangkan upa upaya ya untuk pengurangan pengurangan risiko bencana diatas, baik secara individu maupun kolekti 6. Meningkatkan pengetahuan pengetahuan dan ketrampilan siaga bencana 7. Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana 8. Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan karena terjadinya bencana 9. Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan mendadak
8
FENOMENA DAN PERISTIWA KEBAKARAN
BAB II
2.1 Fenomena Kebakaran Kebakaran selalu selalu menghantui menghantui warga di perkotaan perkotaan dimana terdapat terdapat banyak kelurahan rawan rawan kebakaran di seluruh seluruh wilayah Indonesia. Umumnya kelurahankelurahankelurahan itu padat penduduk, rumahnya berdempetan, akses jalan sempit, dan banyak instalasi listrik yang tidak sesuai aturan.
Gambar 2.1 Kebakaran di perumahan padat penduduk
El Nino merupakan enomena alam yang terjadi secara natural setiap tahun. Terjadinya El Nino ini disebabkan temperatur di perairan tropis di bagian timur Samudra Pasik bertambah panas secara tidak wajar yang menyebabkan terjadinya pergerakan uap air. Udara yang lebih panas tersebut pada akhirnya menimbulkan kekeringan di sejumlah kawasan Asia Pasik, seperti Indonesia.
Gambar 2.2 Proses terjadinya El Nino
Fenomena Fenom ena dan Peristiwa Kebakaran Kebak aran
Pengaruh El Nino di Jawa Barat telah menyebabkan kelembapan udara di Kota Bandung dan wilayah lainnya di Jabar sangat rendah. Jika biasanya saat musim kemarau kelembapan udara Kota Bandung mencapai 75 persen, kini hanya sekitar 40 persen. Akibatnya, musibah kebakaran dan kesulitan air lebih rentan terjadi pada masa ini. Kebakaran pemukiman adalah sebuah risiko maka kita akan berupaya sekuat tenaga untuk menghindari risiko kebakaran, kita semua akan berhati-hati dalam menggunakan dan memperlakukan kompor, lilin, rokok, lampu tempel dan listrik untuk menghindari risiko kebakaran, termasuk juga dalam menata ruangan, akses masuk dan lain sabagainya. Di Jakarta, listrik dan kompor merupakan penyebab utama kebakaran untuk rumah tangga. Selama 10 tahun terakhir telah terjadi lebih dari 800 kebakaran setiap tahun atau sekitar 2 hingga 3 kali k ali kebakaran per hari, dengan korban meninggal mencapai 27 jiwa dan kerugian langsung mencapai nilai Rp 250 miliar setiap tahunnya. Lebih dari 45 persen kebakaran terjadi di bangunan permukiman, dan lebih dari 25 persen terjadi di bangunan umum, seperti pasar tradisional, usaha kecil dan menengah, dan industri manuaktur. Kebakaran telah memberikan dampak kepada lebih dari 22.000 orang setiap tahunnya. Dengan demikian kebakaran sangat berpotensi meninggalkan trauma pada masyarakat luas, dan menyebabkan kerugian perekonomian masyarakat luas. Dari berbagai penelitian yang dilakukan, tampak bahwa kecerobohan atau ketidakdisiplinan, bersama dengan kegagalan peralatan, dan sistem proteksi yang tidak memadai sering kali menjadi penyebab utama kecelakaan, termasuk terjadinya kebakaran. Untuk itu, hal utama yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan upaya pencegahan dengan membangun disiplin teknik keselamatan kebakaran yang memokuskan upaya pencegahan dan penanganan kebakaran sejak suatu bangunan dirancang dan dioperasikan. Di Inggris disiplin ini dikenal sebagai fre engineering , dan di Amerika Serikat dikenal sebagai fre protection engineering . Terminologi fre saety engineering relati engineering relati baru digunakan untuk menjelaskan disiplin yang memanaatkan prinsip-prinsip sains (matematika, sika, kimia, statistika) dan teknik (termodinamika, mekanika fuida, perpindahan kalor dan massa, mekanika benda padat) untuk melindungi manusia, lingkungan buatan dan lingkungan alamiah. Fenomena kebakaran merupakan kejadian unik dan khas Indonesia yang nampaknya sebagai konsekwensi dari meningkatnya perumahan atau permukiman padal penduduk di perkotaan yang kerap kumuh sehingga kurang memperhatikan ketentuan dan persyaratan keamanan terhadap bahaya kebakaran. Kebakaran besar ini jelas berimplikasi luas menyangkut aspek sosial, ekonomi, psikologis massa, politik dan lingkungan. Kebakaran jenis ini (kebakaran gedung dan permukiman) pada dasarnya adalah disebabkan oleh kalalian manusia, yaitu karena pemilihan bahan bangunan yang mudah terbakar, pemasangan instalisi listrik yang tidak sesuai dengan aturan, pemakaian alat elektronik yang tidak terpantau dengan baik. baik . 10
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
2.2 Peristiwa Kebakaran Di Indonesia Sementara itu, berkaitan dengan kebakaran pemukiman yang terjadi di Jakarta berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana, korsleting arus pendek listrik masih menjadi aktor tertinggi penyebab terjadinya kebakaran. Sepanjang tahun 2009, ada sekitar 191 kebakaran yang disebabkan karena korsleting listrik dari total kebakaran yang jumlahnya mencapai 316 kasus. Sementara penyebab lain dari kebakaran seperti akibat ledakan kompor ada sekitar 34 kasus, lampu tempel tiga kali dan rokok delapan kasus. Dari jumlah kasus kebakaran tersebut, sedikitnya menyebabkan kerugian material sebesar Rp 83,2 miliar. Sedangkan luas areal yang terbakar mencapai 85.779 meter persegi. Kebakaran juga menyebabkan 6.457 jiwa kehilangan tempat tinggal atau sekitar 1.724 Kepala Keluarga (KK). Adapun waktu terjadinya kebakaran, terjadi siang hari 99 kasus, malam hari 85 kasus, pagi hari 75 kasus, dan dini hari 57 kasus. Berdasarkan data diatas untuk mengurangi risiko kebakaran maka perlu di sekolahsekolah diberikan Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana dalam bentuk PRB yang di integrasikan ke mata pelajaran, program pengembangan diri dan muatan lokal. Dengan harapan sekolah sekolah (guru,karyawan,siswa) memiliki kompetensi yang yang dapat digunakan untuk mengurangi risiko kebakaran kebakaran baik kebakaran pemukiman maupun kebarakan hutan. Api kecil jadi sahabat api besar jadi lawan. Kata-kata ini mungkin dulu sering kita dengar tetapi belum tentu benar karena api besar kita butuhkan untuk berbagai keperluan kita yang bermanaat. Api kecil juga bisa membuat masalah yang tidak dikehendaki jika tidak sesuai dengan pemanaatan yang kita inginkan. Api bisa merusak semuanya semuanya dan apapun yang ia sentuh. sentuh. Cobalah lihat lihat data statistik di daerah anda, bahkan dinegara kita berapa kali terjadi kebakaran dan berapa yang terluka hingga kehilangan nyawa serta berapa kerugian yang diakibatkannya. Upaya pemerintah sendiri dalam melakukan sosialisasi dan penyuluhan pencegahan pencegahan kebakaran kepada masyarakat masyarakat dirasakan masih belum eekti. eekti. Media cetak dan elektronik umumnya juga lebih tertarik meliput kebakaran sebagai kecelakaan ketimbang mengungkap akar penyebabnya. penyebabnya. Indonesia sampai kini belum mempunyai angka statistik nasional tentang nilai ekonomi kerugian kebakaran baik korban jiwa, luka-luka, maupun harta benda. Dengan demikian persepsi kebakaran sebagai risiko belum dipahami dari aspek nilai ekonomi. Sedangkan pendidikan proteksi kebakaran yang ada masih sangat bersiat sementara belum merupakan kebutuhan pokok. Saat ini belum ada sekolah kebakaran terakreditasi. Yang ada, hanyalah diklat kebakaran milik pemerintah DKI Jakarta dan Kursus kilat yang lebih diminati karena sertikat yang diterbitkan diterbitkan ketimbang kompetensinya. kompetensinya. Di lain pihak sampai saat ini, perguruan tinggi yang membuka program studi kebakaran masih sangat terbatas sekali. Agar bangunan seperti rumah, kantor, sekolah, gudang dan lain sebagainya tidak terbakar dan menimbulkan kebakaran, maka diperlukan pencegahan kebakaran dengan cara memberikan pendidikan pengurangan risiko bencana (kebakaran) kepada siswa dengan berbagai pengetahuan, tips dan trik untuk mencegah terjadinya kebakaran. 11
BAB III
PENGURANGAN RISIKO KEBAKARAN
3.1 Pengurangan Risiko Kebakaran Langkah-langkah pengurangan Risiko bencana dipahami sebagai pengembangan dan penerapan secara luas dari kebijakan-kebijakan, strategi-strategi dan praktekpraktek untuk meminimalkan kerentanan dan risiko bencana di masyarakat yang berbasis masyarakat. Upaya mengurangi risiko bencana dilakukan melalui tiga langkah yaitu: 3.1.1 Pencegahan Pencegahan Pencegahan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan di lakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan atau mengurangi ancaman bencana. Sebagai contoh, untuk mencegah terjadinya kebakaran dilakukan tindakan pemasangan instalasi listrik yang benar, benar, pemilihan bahan bangunan yang tidak mudah terbakar, jangan menempatkan menempatkan bahan yang mudah terbakar di dekat sumber dan sebagainya. 3.1.2 Mitigasi Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan sik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.Tindakan mitigasi disebut sebagai tindakan struktural dan non struktural. Tindakan mitigasi yang bersiat struktural contohnya adalah pemasangan instalasi listrik oleh orang yang propesinal, bahan bangunan yang tidak mudah terbakar seperti kerangka baja ringan untuk kap rumah. Tindakan mitigasi yang bersiat non struktural misalnya pelatihan untuk membangun kepedulian masyarakat terhadap bahaya yang dihadapi, pelatihan dan pengorganisasian sukarelawan bagi kegiatan bencana kebakaran. Tujuan Tujuan pokok dari tindakan mitigasi mitig asi adalah: a. Mengurangi ancaman Sebagian bencana tidak dapat dicegah agar tidak terjadi, tetapi ancamannya dapat dikurangi. Misalnya: struktur bangunan yang tahan api.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
b. Mengurangi Menguran gi kerentanan Berbagai aktor seperti actor sik, social, ekonomi maupun kondisi geogras dapat menurunkan kemampuan masyarakat untuk mempersiapkan diri maupun menanggulangi dampak akibat bahaya kebakaran. Hal terpenting dalam kegiatan pengelolaan risiko bencana kebakaran adalah menurunkan kerentanan sehingga masyarakat menjadi tahan terhadap bencana kebakaran. c. Meningkatkan kapasitas Kapasitas merupakan kemampuan masyarakat dalam d alam menghadapi bencana pada semua tahapannya, melalui berbagai sistem yang dikembangkannya. Contoh peningkatan kapasitas adalah dalam menghadapi kebakaran yang bersiat musiman, kelompok masyarakat memiliki posko kebakaran yang akan siap setiap kebakaran terjadi. Peningkatan kapasitas juga bisa dilakukan dengan meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran, pelatihan tanggap darurat, dan sebagainya. 3.1.3 Kesiapsiagaan Kesiapsiagaan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Sebagai contoh: membangun system peringatan dini, penyiapan jalur evakuasi bila terjadi bencana, laztihan simulasi bencana. Kesiapsiagaan diri, keluarga dan sekolah akan sangat membantu dalam mengurangi dampak bencana, baik kerugian harta maupun korban jiwa, Kesiapsiagaan dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Memahami potensi potensi ancaman ancaman yang ada di daerah masing-masing 2. Memahami penyebab penyebab atau tanda-tanda tanda-tanda akan terjadinya bencana 3. Memahami apa yang harus dipersiapkan dan yang harus dilakukan baik sebelum, saat dan sesudah bencana. Tingkat kerentanan perkotaan di Indonesia adalah suatu hal yang sangat penting untuk diketahui sebagai salah satu hal yang berpengaruh terhadap terjadinya bencana alam. Tingkat kerentanan kota-kota besar di Indonesia dapat ditinjau dit injau dari kerentanan sik , sosial kependudukan, dan ekonomi. Kerentanan sik menggambarkan tingkat kerusakan terhadap sik bila ada aktor berbahaya tertentu. Melihat dari berbagai aktor seperti persentase kawasan terbanguin, kepadatan bangunan, persentase bangunan konstruksi darurat, jaringan listrik, rasio panjang jalan, jaringan telekomunikasi, jaringan PDAM, jaringan rel KA, maka perkotaan di Indonesia dapat dikatakan berada pada kondisi yang sangat rentan karena persentase di antara unsur-unsur tersebut sangat rendah. Kerentanan sosial menunjukkan tingkat tingkat kerentanan terhadap keselamatan keselamatan jiwa/kesehatan penduduk apabila ada bahaya. Dari beberapa indikator antara lain kepadatan pendusuk, laju pertumbuhan penduudk, persentase penduduk usia tua-balita dan penduduk wanita, maka kota-kota bsar di Indonesia
13
Pengurangan Penguranga n Risiko Kebakaran
memiliki kerentanan sosial yang sangat tinggi. Belum lagi jika kita melihat kondisi sosial saat ini yang semakin rentan terhadap bncana non-alam, seperti rentannya kondisi sosial masyarakat terhadap kerusuhan, tingginya angka pengangguran, instabilitas politik, dan tekanan ekonomi. Kerentanan ekonomi menggambarkan besarnya kerugian atau rusaknya kegiatan ekonomi (proses ekonomi) yang terjadi bila ada ancaman bahaya. Indikator yang dapat kita lihat menunjukkan tingkat kerentanan ini misalnya persentase rumah tangga yang bekerja pada sektor rentan rentan (jasa dan distribusi) distri busi) dan persentase rumah tangga miskin. Beberapa kerentana sik, sosial, dan ekonomi tersebut di atas`menunjukkan bahwa kota-kota besar di Indonesia memiliki kerentanan yang tinggi , sehingga hal ini menyebabkan tingginya risiko terjadi bencana. Tingginya risiko kebakaran gedung dan pemukinan pada berbagai ungsi atau penggunaan bangunan dapat dinyatakan dengan analisis sebagai berikut: 1. Adanya risiko kebakaran karena hadirnya aktor-aktor penyebab kebakarana di setiap tempat dalam kehidupan sehari-hari, seperti: listrik dan peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik, kompor (gas atau listrik), lampu tempel/lilin, rokok, obat nyamuk bakar, membakar sampah, dan kembang api/petasan. Kondisi ini apabila dipicu oleh tindakan yang salah atau lalai dapat memunculkan terjadinya kebakaran. 2. Ketiadaan sarana pemadan kebakaran pada suatu lingkungan atau bangunan. Atau kurang terawatnya sarana peringatan dini (sistem alarm kebakaran) dan sarana pemadam kebakaran; sehingga dalam banyak kasus ditemukan berbagai sarana pemadaman kebakaran yang tidak berungsi. Kondisi ini secara jelas berperan mengurangi atau melemahkan kemampuan suatu lingkungan atau bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi kebakaran apabila suatu saat terjadi. 3. Perilaku orang-orang pada suatu lingkungan atau yang menghuni bangunan yang cenderung ceroboh/lalai, rendahnya kesadaran menjaga lingkungan, kurang pengetahuan tentang bahaya api, pembiaran terhadap anak-anak yang bermain api, keterpaksaaan karena keterbatasan ekonomi serta vandalisme. Kesemuanya ini merupakan aktor yang ikut menyumbangkan tingkat kerawanan terhadap kebakaran pada suatu bangunan atau lingkungan. Upaya pengurangan risiko kebakaran kebakaran di lingkungan sekolah dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai berikut: a. Melengkapi bangunan sekolah sekolah dengan sarana sarana proteksi kebakaran kebakaran dan sarana jalan keluar/penyelamatan jiwa b. Memberikan penyuluhan penyuluhan atau pelatihan pelatihan pencegahan pencegahan dan penanggulangan penanggulangan kebakaran kepada kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidik an c. Memberikan materi pembelajaran pembelajaran pengurangan pengurangan risiko, risiko, termasuk risiko kebakaran kepada siswa d. Menyediakan panduan/prosedur tetap untuk untuk menghadapi menghadapi bencana bencana
14
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
3.2 Kesiapsiagaan 3.2.1 Tindakan Sebelum Terjadi Kebakaran Karakteristik ancaman a. Pengertian Api Api, adalah reaksi kimia yang terjadi secara berantai dan cepat antara bahan bakar, zat asam, dan panas dalam perbandingan yang sesuai d iikuti dengan evolusi pengeluaran cahaya dan panas. b. Pengertian Kebakaran Adalah bentuk nyala api yang sudah tak terkendali c. Pengertian Titik Nyala Adalah tingkatan energi bahan untuk terbakar pada suhu bakarnya, yakni suhu terendah saat bahan bakar mulai terbakar. d. Terjadinya Api Berikut ini diagram proses terjadinya api. Api terjadi ketika tiga unsur penyebabnya tersedia.
Gambar 3.1 Diagram proses terjadinya api.
e. Bahan Bakar Bahan bakar adalah materi atau zat yang dapat seluruhnya atau sebagian mengalami perubahan secra kimia dan sika bila terbakar. Bahan bakar dapat berbentuk padat, cair maupun gas. Gas: Gas: Gas alam, Acetylene, Propane, Hidrogen, Butan dll Cairan: Cairan: Bensin, Minyak M inyak tanah, Turpentine, Turpentine, cat, varnish, alkohol dll Padat: Padat: Batubara, Kayu, kertas, kain, plastik dll
15
Pengurangan Penguranga n Risiko Kebakaran
. Oksigen Oksigen adalah unsur kimia pembakar, yang terdapat dalam jumlah yang cukup di udara (sekitar 21 %). Oksigen merupakan unsur pembentuk api karena reaksi pembakaran yang ditimbulkan. Sebagian besar bahan bakar memerlukan paling sedikit 15% oksigen untuk dapat menimbulkan api untuk serangkaian reaksi kimia. sementara udara normal kita mengandung mengandung kurang lebih 21 % oksigen, suatu kadar yang yang cukup untuk menimbulkan api/kebakaran. Oksigen yang ditambahkan dengan bahan bakar dalam suatu reaksi kimia disebut oksid asi g. Sumber Panas Beberapa jenis sumber panas diantaranya:
Sinar matahari Matahari merupakan sumber utama panas. Sinar matahari dapat memanaskan permukaan atau uap/gas dan kalau uap itu mencapai titik nyala sendiri dan terdapat oksigen maka nyala api / kebakaran bisa terjadi.
Kobaran Api Terbuka Penggunaan api pada tempat-tempat dimana terdapat bahan mudah terbakar.
Gesekan)
Reaksi kimia penyebab kebakaran Adanya dua zat kimia atau lebih, bila bercampur, dapat menimbulkan reaksi. Beberapa reaksi kimia mengeluarkan panas (eksoterm). Panas yang dikeluarakan oleh reaksi kimia tersebut dapat menyebabkan timbulnya uap (gas) atau membakar uap yang sudah ada di dekatnya. Penggabungan panas, uap dan Oksigen (dari reaksi atau yang terdapat dalam atmosr) dapat menyebabkan kebakarn. Kebakaran ini disebabkan oleh reaksi kimia atau tidak adnya sumber panas dari luar, disebut kebakaran spontan.
Listrik Kebakaran paling banyak disebabkan panas sehingga dapat menyulut bahan mudah terbakar.
Percikan listrik Percikan listrik adalah suatu sentakan keluarnya arus yang secara tibatiba mempunyai energi cukup tinggi untuk menyulut bahan mudah terbakar yang terdapat disekitarnya.
Loncatan listrik Loncatan listrik Adalah energi listrik yang meloncat diantara 2 titi k. Contoh : Busi
Tahanan listrik Semua konduktor memiliki tahan tersendiri terhadap arus listrik. Energi listrik yang hilang dalamtahanan diubah menjadi panas dan atau cahaya
16
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
(lampu, alat pemanas listrik dan kompor listrik). Semua memanaatkan tahanan listrik agar berungsi).
Percikan listrik statis Terjadi ketika dua zat berbeda muatan listrik mengalami kontak. Kalaun kedua zat tersebut tidak dihubungkan ke tanah (bounded atau grounded) untu mecegah timbulnya percikan listrik statis, penyalaan uap mudah terbakar dapat terjadi.
Pemampatan / pemadatan Bila udara atau gas yang dipadatkan/ditekan dengan suatu tekanan yang melebihi tekanan normal, hal ini bisa menyebabkan panas atau ledakan.
h. Jenis Pemindahan Panas
Konduksi Perpindahan panas melalui zat perantara. Panas merambat melalui dinding pemisah ruangan, bagian dinding pada ruangan berikutnya menerima kalor atau panas yang dapat membakar permukaan bendabenda yang terletak pada dinding-dinding tersebut.
Konveksi Perpindahan panas dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Panas merambat melalui bagian bangunan yang terbuka seperti tangga dan koridor gang dengan media pengantar udara..
Radiasi Perpindahan panas dalam bentuk pancaran. Panas merambat antara ruang dan bangunan yang berdekatan. hal ini akan lebih cepat terjadi jika sebaran api dibantu oleh tekanan udara ud ara atau angin kearah bangunan lainnya.
i. Klasifkasi jenis kebakaran Jenis kebakaran berdasarkan materi atau benda yang terbakar dapat dibagi menjadi 4 (empat) kelas, sebagai berikut:
Kebakaran Klas A Kebakaran dari bahan biasa yang mudah terbakar seperti: kayu, kertas, pakaian dan sejenisnya. Jenis alat pemadam: yang menggunakan air harus digunakan sebagai alat pemadam pokok.
Kebakaran Klas B Kebakaran bahan cairan yang mudah terbakar seperti minyak bumi, gas, lemak dan sejenisnya. Jenis alat pemadam yang digunakan adalah jenis busa sebagai alat pemadam pokok.
Kebakaran Klas C Kebakaran listrik (seperti kebocoran listrik, korsleting) termasuk kebakaran pada alat-alat listrik. Jenis alat pemadam: yang digunakan adalah jenis kimia dan gas sebagai alat pemadam pokok.
17
Pengurangan Penguranga n Risiko Kebakaran
Kebakaran Klas D Kebakaran logam seperti Zeng, Magnesium, serbuk Aluminium, Sodium, Titanium dan lain-lain. Jenis alat pemadam: yang harus digunakan adalah jenis khusus yang berupa bubuk kimia kering.
j. j. Gas Beracun Hasil Pembakaran Mengapa asap menjadi penyebab utama selain api itu sendiri? Hal ini dikarenakan asap mengandung bermacam-macam gas beracun yang dihasilkan oleh peristiwa pembakaran. Beberapa gas beracun yang paling banyak dan selalu ada pada peristiwa kebakaran dapat dilihat dibawah ini.
Karbon monoksida Karbon monoksida (CO (CO ) adalah pembunuh terbesar dalam peristiwa kebakaran karena tingkat kehadirannya yang sangat tinggi dan juga cepatnya ia mencapai konsentrasi mematikan pada peristiwa kebakaran. Karbon monoksida adalah hasil produksi dari pembakaran tidak sempurna yang dihasilkan dari pembakaran senyawa-senyawa organic dan berbagai bentuk karbon. Sering juga kematian akibat karbon monoksida terjadi akibat masuknya asap knalpot ke kabin mobil. Karbon monoksida berbahaya karena ia adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak terlihat. Gas ini mematikan pada konsentrasi 1,28 persen volume dalam udara dalam 1 sampai 3 menit; 0,64 persen mematikan dalam 10 sampai 15 menit; 0,32 persen mematikan dalam 30 sampai 60 menit, dan 0,16 persen mematikan dalam waktu 2 jam. Pada konsentrasi 0,05 persen gas ini tetap menyimpan bahaya.
Karbon dioksida Karbon dioksida adalah hasil dari pembakaran sempurna senyawa organic atau senyawa karbon. Bertambahnya konsentrasi karbon dioksida akan mengakibatkan meningkatnya kecepatan pernaasan; sampai di mana tubuh tidak mampu lagi. Kegagalan pernaasan akhirnya akan terjadi. Karbon dioksida dalam jumlah yang sangat banyak dapat mengakibatkan sesak naas karena kekurangan oksigen dalam darah, selain itu juga dapat berungsi sebagai bahan pemadam api. Konsentrasi lebih dari 5 persen di lingkungan dapat merupakan tanda bahaya, bukan karena keberadaannya keberadaannya akan tetapi karena kondisi tersebut adalah kondisi yang jauh dari kondisi normal.
18
Hidrogen sianida Walau Hidrogen sianida (HCN (HCN ) jauh lebih beracun dari Karbon monoksida tetapi dalam kebakaran,biasanya, jumlahnya sangat kecil. Pada konsentrasi 100 ppm dapat menyebabkan kematian dalam waktu 30 sampai 60 menit. Hidrogen sianida dihasikan dari pembakaran senyawan hirokarbon terklorinasi di udara, plastik, kulit karet, sutra,
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
wool, atau juga kayu. Seperti halnya karbon monoksida hydrogen sianida lebih ringan dari udara u dara sehingga tingkat bahayanya lebih tinggi pada kebakaran dalam ruangan, dibanding kebakaran luar ruangan.
Phosgene Phosgene juga dihasilkan pada dekomposisi atau pembakaran senyawa hidrokarbon terklorinasi, seperti karbon tetraklorida, Freon, atau etilene diklorida. Phosgene beracun dan berbahaya pada konsentrasi yang sangat kecil sekalipun. Konsntrasi 25 ppm dapat mematikan dalam waktu 30 sampai 60 menit. Hidrogen klorida Hidrogen klorida (HCl (HCl ) dihasilkan oleh pembakaran bahan-bahan yang mengandung klorin. Walau tidak beracun seperti hydrogen sianida ataupun phosgene, HCl berbahaya apabila kita berada dalam waktu yang cukup lama di lingkungan yang terdapat gas ini.
Kebanyakan kebakaran di rumah bermula di dapur 1. Dapur masak adalah menjadi pencetus pencetus utama kebakaran. kebakaran. 2. Jangan ditinggalkan makanan yang sedang dimasak. 3. Jangan dibiarkan dapur dan pemanggang berlumuran dengan minyak dan lemak saat digunakan 4. Pakai baju berlengan berlengan tangan ketat apabila memasak. 5. Jangan dibiarkan api menyala menyala semasa anda tidur atau keluar rumah. 6. Pastikan abu benar-benar benar-benar sejuk sebelum sebelum dibuang. 7. Jangan dibiarkan anak-anak anak-anak dekat api atau pemanas tanpa kehadiran seorang dewasa. 8. Jauhkan lilin dari langsir dan lain-lain bahan yang mudah terbakar. terbakar. 9. Tempatkan lilin di atas tempat yang tidak mudah terbakar.
Kerusakan instalisi/kabel listrik mendatangkan bahaya 1. Pastikan semua kabel-kabel kabel-kabel listrik berada dalam keadaan baik, jangan dibiarkan penutup kabel listrik terkelupas. 2. Gunakan juru elektrik yang telah bersartikat atau dari PLN untuk memperbaiki kerusakan, jangan dikerjakan sendiri. 3. Sambungan listrik listrik jangan terlalu banyak, banyak, penggandanya penggandanya tidak boleh lebih lebih dari Saturda. Penyesuai berganda yang lebih dari satu dan papan kuasa boleh membebankan poin kuasa. 4. Jangan diletakkan sambungan kabel di bawah permadani/karpet atau perabot.
19
Pengurangan Penguranga n Risiko Kebakaran
Penggunaan alat-alat elektrik 1. Pastikan semua alat elektrik digunakan mengikuti buku panduan pabrik pembuat. 2. Pastikan alat-alat alat-alat elektrik berada berada dalam keadaan baik. Jika anda merasa ragu pada kondisi alat, panggil seorang juru elektrik supaya memeriksa alat-alat tersebut. 3. Untuk memperbaiki memperbaiki alat-alat di rumah harus dengan orang yang ahlinya. 4. Jika terjadi kebakaran dirumah, lakukan pemutusan arus listrik dari skring utama. Peringatan Bagi Perokok 1. Jangan sekali-kali merokok merokok di atas atas kasur. 2. Jangan buang abu rokok sembarangan. 3. Pastikan puntung rokok dipadamkan sebelum dibuang. Kebakaran dapat disebabkan oleh anak-anak, maka; 1. Simpan semua korek api, pemetik api dan lilin di tempat tempat tidak mudah diambil anak-anak. 2. Gunakan pemetik pemetik api yang tidak mudah dinyalakan dinyalakan oleh kanak-kanak. 3. Ajar anak-anak anak-anak kecil supaya menyerahkan menyerahkan semua semua mancis api api dan pemetik pemetik api kepada seorang dewasa. 4. Pastikan korek korek api boleh digunakan digunakan oleh anak-anak anak-anak hanya jika seorang dewasa ada bersama mereka. 5. Ajar anak-anak anak-anak supaya supaya memanggil 113 dalam keadaan darurat kebakaran. 6. Didik anak-anak supaya mereka mereka tahu bagaimana keluar dari rumah jika terjadi kebakaran. 7. Jalankan latihan kebakaran selalu selalu bersama anak-anak supaya mereka mereka tahu dimana keluarga harus berkumpul sesudah keluar dari rumah. 8. Ajar anak-anak anak-anak supaya merangkak merangkak dan cepat bergerak bergerak jika ada asap di dalam rumah. 9. Ajar anak-anak anak-anak supaya berhenti, merebahkan merebahkan badan dan bergolek-golek jika pakaian mereka terbakar.
Gambar 3.2 Korek api
20
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
k . Alarm Kebakaran Pada saat kita tidur, kita tidak bisa mencium/memabui asap, untuk maka di setiap rumah diperluakan system alarm asap. Dengan alat ini asap akan terdeteksi dengan mengeluarkan bunyi yang dapat membangunkan anda saat tidur apabila ada bahaya api/asap. Untuk mengurangi risiko bencana kebakaran, maka dianjurkan setiap rumah penduduk memasang alarm pendeteksi asap. Dan alarm pendeteksi asap yang mudah didapat adalah alarm yang menggunakan batrai. Untuk memastikan alarm kebakaran berungsi dengan baik, maka anda diharapkan:
Uji alat setiap minggu. Gunakan ujung tangkai sapu/kayu dan tekan butang ujian untuk memastikan ada bunyi bip.
Bersihkan permjukaan alarem dengan kain kering/sapu.
Ganti bateri sekurang-kurangnya sekali setahun.
Ada dua jenis alarm asap – alarm terion yang mendeteksi asap yang sangat kecil, dan alarm oto-elektrik yang lebih baru yang mendeteksi asap yang dapat dilihat. Alarm asap tidak boleh digunakan selama-lamanya dan biasanya masa pakainya lebih-kurang 10 tahun sahaja. Jika alarm asap anda lebih tua dari 10 tahun, disarankan untuk diganti. Cara pemasangan alarm pendeteksi asap
pasang alarm asap diluar setiap kamar atau ruang tidur di rumah anda. Jika anda tinggal di rumah yang bertingkat, pasang alarm asap di setiap tingkat. Adalah lebih baik jika semua alarm asap berhubungan antara satu dengan lain, supaya jika satu alarm berbunyi yang lain juga akan berbunyi. Rumah-rumah yang memiliki kamar tidur anak-anak mesti meny menyediakan ediakan alarm asap yang bersampung dengan alarm asap yang berdekatan dengan kamar orang tuanya. Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa 85% anak-anak yang tidur tidak terjaga walaupun alarm asap berbunyi. Oleh karena itu i tu perlu diadakan latihan cara menyelamatkan diri jika kebakaran terjadi.
21
Pengurangan Penguranga n Risiko Kebakaran
Gambar 3.3 Latihan cara keluar menyelamatkan diri jika berlaku kebakaran
Terdapat Terdapat juga alarm asap untuk orang-orang yang cacat pendengaran. Alarm asap khusus ini boleh dibeli untuk orang-orang yang cacat pendengaran. Alarm ini dicirikan oleh lampu strob yang memancar dan/atau pad bergetar pad bergetar yang diletakkan di bawah bantal yang akan akti apabila alarm asap berbunyi.
Gambar 3.4 Menyimpan selimut api dan pemadam api di dalam dapur
22
Api yang kecil di rumah cepat merebak, maka setiap rumah perlu memiliki alat-alat penjinak api yang diletakkan di di tempat yang mudah diraih. Pastikan rumah anda memiliki pemadam api dan selimut api yang dijaga baik dan belajar bagaimana menggunakannya. Belilah alat-alat yang memenuhi standar. Sebaiknya alat penjinak api disimpan di dapur kerena pada umumnya api bermula dari dapur
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
Jika kebakaran itu kecil dan dapat dikendalikan sendiri maka sebaiknya dipadamkan langsung menggunakan selimut api atau pemadam api. Alat-alat ini dapat dibeli toko bangunan atau toko alat rumah tangga
Pencegahan Kebakaran Prinsip-prinsip pencegahan pencegahan kebakaran pada bangunan gedung meliputi halhal sebagai berikut: 1. Identifkasi bahaya yang dapat mengakibatkan kebakaran pada gedung Identikasi ini meliputi : a. Bahan Mudah Terbakar, seperti karpet, kertas, karet, dan lain-lain; b. Sumber Panas, Panas, seperti Listrik, Listrik statis, nyala nyala api rokok, ruang dapur, ruang laundry dan lain-lain. 2. Penilaian Risiko Melakukan analisis risiko terjadinya kebakaran dan kemungkinan kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat kebakaran (harta-benda, citra/image citra/ image perusahaan, terhentinya kegiatan operasional perusahaan selama masa rekonstruksi bangunan dan korban jiwa). 3. Pemeliharaan / Perawatan Perawatan Inspeksi utilitas bangunan seperti: instalasi kelistrikan, dan Instalasi Peralatan Peralatan proteksi/pemadam Kebakaran. 4. Latihan dan gladi pemadaman kebakaran dan evakuasi Karyawan gedung, khususnya yang ditugaskan pada unit tanggap darurat kebakaran harus mendapat latihan tentang prinsip-prinsip pencegahan dan keselamatan kebakaran. Selain mereka, para penghuni gedung, terutama pada gedung-gedung yang menampung banyak orang harus juga mendapat latihan tentang cara-cara penyelamatan jiwa pada saat terjadi kebakaran (gladi evakuasi). Pelaksanaan gladi evakuasi penghuni ini dianjurkan minimal dua kali dalam setahun. 5. Rencana Tindakan Keadaan Darurat (RTDK) Rencana Tindakan Tanggap Darurat adalah suatu rencana yang berisi tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh pengelola gedung apabila terjadi suatu keadaan darurat, termasuk dalam keadaan kebakaran. Isi RTDK meliputi diantaranya : susunan nama-mana Tim Tanggap Darurat, struktur organisasi, uraian masing-masing regu (misalnya: Regu Pemadam, Regu P3K, Regu Pengamanan, Regu Dokumen, Regu Evakuasi), ProsedurProsedur, dan lain-lain. Mencegah Kebakaran akibat Konsleting Listrik Perlu diketahui bahwa hubungan arus pendek pendek atau korsleting adalah kontak langsung antara kabel positi dan negati yang biasanya dibarengi dengan percikan bunga api, dan bunga api inilah yang memicu kebakaran. PLN telah memasang MCB yang terpadu dengan kWh dan OA Kast yang berungsi sebagai pembatas bila pemakaian beban melebihi kapasitas daya sekaligus sebagai pengaman bila terjadi hubungan arus pendek.
23
Pengurangan Penguranga n Risiko Kebakaran
Hindari pemakaian listrik secara illegal karena disamping membahayakan keselamatan jiwa, tindakan itu juga tergolong tindak kejahatan yang dipidanakan. Jadi sebelum hal-hal yang tak diinginkan terjadi seper ti musibah kebakaran menimpa Anda, sebaiknya kita melakukan tindakan/upaya pencegahan. Bukankah mencegah itu lebih baik daripada mengobati! Ada beberapa cara untuk mencegah bahaya kebakaran akibat korsleting listrik: 1. Percayakan Percayakan pemasangan instalasi rumah/bangunan anda pada instalatir yang terdatar sebagai anggota AKLI (Assosiasi Kontraktor Listrik Indonesia) dan terdatar di PLN. Secara legal instalatir mempunyai tanggung jawab terhadap keamanan instalasi. 2. Jangan menumpuk steker atau colokan colokan listrik terlalu banyak banyak pada satu tempat karena sambungan seperti itu akan terus menerus menumpuk panas yang akhirnya dapat mengakibatkan korsleting listrik. 3. Jangan menggunakan menggunakan material listrik sembarangan yang yang tidak standar walaupun harganya murah. Tetapi memiliki sertikat Sistim Pengawasan Mutu (SPM) yang berlabel tulisan Standar Nasional Indonesia (SNI) . 4. Jika sering putus jangan jangan menyambungnya menyambungnya dengan dengan serabut kawat yang bukan ungsinya karena setiap sekring telah diukur kemampuan menerima beban tertentu. 5. Lakukan pemeriksaan secara rutin terhadap kondisi isolasi pembungkus kabel. bila ada isolasi yang terkupas atau telah menipis agar segera dilakukan penggantian. Gantilah instalasi rumah/bangunan anda secara menyeluruh minimal lima tahun sekali. pekerjaan pemeriksaan dan penggantian sebaiknya dilakukan oleh instalatir anggota AKLI dan terdatar di PLN. 6. Gunakan jenis dan ukuran kabel sesuai peruntukan dan kapasitas hantar arusnya. 7. Bila terjadi kebakaran kebakaran akibat korsleting korsleting listrik akibat pengaman Main Circuit Breaker (MCB) Breaker (MCB) tidak berungsi dengan baik, matikan segera listrik dari kWh meter. meter. Jangan menyiram sumber kebakaran dengan air bila masih ada arus listrik.
Peralatan Pencegahan Kebakaran 1. Racun Api Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multi guna karena dapat dipakai untuk jenis kebakaran A,B dan C. Peralatan ini mempunyai berbagai ukuran beratnya, sehingga dapat ditempatkan sesuai dengan besar-kecilnya besar-kecilnya risiko kebakaran yang mungkin timbul dari daerah tersebut, misalnya tempat penimbunan bahan bakar terasa tidak rasional bila di situ kita tempatkan racun api dengan ukuran 1,2 Kg dengan jumlah satu tabung. Bahan yang ada dalam tabung pemadam api tersebut ada yang dari bahan kinia kering, oam / busa dan CO2, untuk Halon tidak diperkenankan dipakai di Indonesia. halon. halon. Khusus alat pemadam pemadam jenis
24
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
Halon saat ini tidak diperkenankan lagi dipakai karena media pemadam ini termasuk mengandung bahan yang dapat merusak ozon yang berpengaruh terhadap terjadinya pemanasan global.
Gambar 3.5 Racun Api
2. Hidran Ada 3 jenis hidran, yaitu hidran gedung, hidran halaman dan hidran kota. Sesuai namanya, hidran gedung ditempatkan dalam gedung, hidran halaman ditempatkan di halaman, sedangkan hidran kota biasanya ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan Unit Pemadam Kebakaran suatu kota mengambil cadangan air.
Gambar 3.6 Hidran
25
Pengurangan Penguranga n Risiko Kebakaran
3 Detektor Asap Salah satu jenis peralatan proteksi kebakaran pada bangunan gedung adalah sistem instalasi alarm kebakaran. Di dalam sistem tersebut terdapat suatu komponen, yakni pengindera (detector ( detector ). ). Pada kebanyakan gedung terpasang 3 (tiga) jenis pengindera, yakni pengindera asap, asap, pengindera panas dan pengindera nyala api. Pengindera atau detektor dalam suatu sistem alarm kebakaran tersebut mampu mengindera (mendeteksi) gejala kebakaran yang berbentuk asap, panas dan nyala api. Cara bekerjanya, apabila terdapat sekumpulan asap atau panas pada temperatur tertentu atau nyala api pada daerah di sekitar detektor tersebut terpasang, maka detektor tersebut secara otomatis merespons dan kemudian mengirim signal/tanda ke Panel Kontrol, dan kemudian dari Panel Kontrol akan memproses signal tersebut untuk kemudian membunyikan alarm dan atau lampu indikasi kebakaran di lantai-lantai tertentu.
Gambar 3.7 Detektor Asap
4. Titik Panggil Manual Adalah suatu komponen dalam sistem instalasi alarm kebakaran gedung, yang terpasang pada setiap lantai pada suatu bangunan gedung yang berungsi untuk memberitahukan terjadinya keadaan darurat (kebakaran). Cara mengaktikannya adalah, apabila terjadi kebakaran maka alat ini dipecahkan kemudian ditekan/ditarik tombolnya. Dengan menekan/ menarik tombol ini maka sistem alarm kebakaran gedung akan akti, bel alarm pada lantai-lantai akan berbunyi serentak – sebagai tanda terjadinya suatu keadaan darurat.
Gambar 3.8 Titik Panggil Manual
26
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
5. Sprinkler Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan memancarkan air secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah di mana ada sprinkler sprink ler tersebut terpasang.
Gambar 3.9 Sprinkler
Prinsip Penangan Bahan Rawan Api 1. Kendalikan panas agar tidak melebihi suhu nyala bahan. 2. Kendalikan bahan-bahan agar tidak bereaksi bereaksi yang memicu kenaikan temperatur. 3. Kendalikan perjalaran perjalaran panas, gas agar tidak masuk pada pada tempratur sumber api. Jenis Media Pemadam 1. Jenis Padat, Padat, misalnya misalnya pasir, pasir, tanah, selimut api, tepung kimia 2. Jenis Cair, Cair, misalnya misalnya air ,busa, cairan mudah menguap 3. Jenis Gas, misalnya Gas CO2, gas lemas (N2), argon dan sebagainya
3.2.2 Tindakan Saat Terjadi Kebakaran Prinsip Pemadaman Kebakaran Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita kehendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Api terjadi karena persenyawaan dari: 1. Sumber panas, seperti energi elektron elektron (listrik statis atau dinamis), sinar matahari, reaksi kimia dan perubahan kimia. 2. Benda mudah terbakar, terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bahan bakar, bakar, kayu, plastik dan sebagainya. 3. Oksigen (tersedia di udara) Apabila ketiganya bersenyawa bersenyawa maka akan ak an terjadi api. Dalam pencegahan terjadinya kebakaran kita harus bisa mengontrol sumber panas dan benda mudah terbakar, misalnya dilarang merokok ketika sedang melakukan pengisian bahan bakar, pemasangan tanda-tanda peringatan, dan sebagainya.
27
Pengurangan Penguranga n Risiko Kebakaran
Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan adanya oksigen dalam kebakaran tersebut, misalnya: seperti ketika kita menghidupkan lilin, lalu coba kita tutup dengan gelas maka api pada lilin tersebut akan mati karena oksigen yang berada di luar gelas tidak dapat masuk dan oksigen yang berada dalam gelas berubah menjadi Karbon Dioksida (CO2) yang mematikan api. Ketika kita memadamkan kebakaran dengan mengunakan racun api, karung goni yang basah atau pasir, maka yang terjadi adalah kita mengisolasi adanya oksigen dalam api tersebut. Namun syaratnya, syaratnya, semua permukaan api tersebut harus tertutupi oleh media pemadaman yang digunakan (air, (air, karung goni basah, atau pasir) tersebut. Bila kita menggunakan air sebagai media pemadaman maka terjadi reaksi pendinginan panas dan isolasi oksigen dari kebakaran tersebut. Tindakan Penyelamatan Diri Saat terjadi kebakaran, waktu sangatlah menentukan. Setiap detik sangat berharga untuk menyelamatkan diri. Berikut adalah hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi terjadi kebakaran : a. Jangan panik dan menangis. Usahakan untuk untuk tetap tenang b. Segeralah menyelamatkan diri dan jangan menunda-nunda. Jangan membuang waktu untuk menyelamatkan barang-barang berharga ataupun mencari hewan peliharaan. c. Jika terdapat asap, asap, jangan berdiam berdiam diri di dalam ruangan ruangan yang terbakar, terbakar, merangkaklah serendah mungkin dibawah asap dan usahakan untuk menutup mulut. d. Saat menyelamatkan menyelamatkan diri, bukalah pintu yang diperlukan sebagai jalan keluar dan tutup juga pintu-pintu pintu-pintu yang telah telah anda lewati lewati sepanjang jalan menuju keluar. Sebelum membuka pintu keluar, rasakan pegangan atau badan pintu terlebih dahulu. Jika pintu terasa panas, ada kemungkinan terdapat api dibalik pintu. Carilah jalan keluar yang lain, missal melalui jendela atau mengibarkan kertas atau kain berwarna mencolok untuk mengundang perhatian orang. e. Jangan bersembunyi bersembunyi di kamar mandi, karena jika api membesar dan air di bak mandi akan mendidih dan mengering. . Apabila pakaian kita terkena api, yang harus dilakukan adalah :
Berhenti, jangan berlari dengan pakaian yang terbakar karena akan mengakibatkan api membesar. membesar.
Berbaring, berbaringlah di lantai dan tutupi muka dengan tangan.
Berguling, bergulinglah di lantai untuk memadamkan api.
g. Jangan kembali kembali kedalam bangunan yang yang terbakar untuk alasan apapun. Hal ini dapat mengancam keselamatan jiwa. h. Setelah berhasil keluar rumah, rumah, segera segera hubungi hubungi pemadam kebakaran.
28
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
Menyelamatkan Diri dari kebakaran di Bangunan Tinggi
Bangunan tinggi adalah bangunan yang mempunyai ketinggian dari permukaan tanah atau lantai dasar lebih dari 40 meter atau lebih dari 8 (delapan) lantai
Gambar 3.10 Kebakaran di bangunan tinggi
Karakteristik bangunan tinggi
Jalan keluar terbatas
Proses evakuasi kritis
Bahaya jebakan asap
a. Pemadaman kebakaran hanya eekti dilakukan dari dari dalam gedung Pemadaman kebakaran kebakaran dalam bangunan tinggi eekti eekti dilakukan dengan sarana proteksi kebakaran yang tersedia di dalam bangunan bangunan seperti racun api, Hidran dan Sprinker otomatis b. Bangunan dikondisikan siap & mandiri dalam menanggulangi kebakaran Kemampuan suatu bangunan memadamkan kebakaran yang terjadi di dalamnya secara mandiri menurut kesiapan dari peralatan proteksi yang dipasang. Oleh sebab itu kesiapan sarana proteksi kebakaran yang tersedia pada bangunan harus selalu di jaga dan dipaksa kesiapannya termasuk kesediaan dari kapasitas air sebagai bahan pemadam utama c. Penyelamatan Penyelamatan jiwa eekti dilakukan melalui sarana jalan keluar dari dalam gedung atau tangga darurat kebakaran. Kendala yang sering dilakukan dalam penggunaan sarana jalan keluar adalah sarana jalan keluar sering digunakan sebagai gudang penyimpan barang bekas atau akses menuju jalan keluar terhalang oleh barangbarang serta panah menuju arah lokasi pintu sarana jalan keluar tidak jelas. Untuk eektinya penggunaan sarana jalan keluar yang telah tersedia perlu dilakukan pengawasan dan pemeriksaan secara harian d. Evakuasi penghuni bangunan terbakar diarahkan ke bawah Hal ini dimaksudkan agar tidak terperangkap oleh asap panas dan api yang cenderung menjalar ke lantai atas.
29
Pengurangan Penguranga n Risiko Kebakaran
e. Menuju tenpat tenpat berhimpun berhimpun sementara di luar bangunan Pada saat kebakaran tidak dapat dikendalikan, seluruh penghuni gedung diperintahkan untuk evakuasi (keluar gedung), tapi tidak boleh langsung pergi ke sembarang tempat, melainkan harus langsung menuju tempat berhimpun sementara (assembly (assembly area ). ). Mengapa harus berkumpul dulu di tempat ini, karena pengelola (manajemen) gedung perlu memastikan apakah ada di antara penghuni gedung yang mungkin terperangkap di dalam dan perlu pertolongan segera. Kepastian tersebut dapat diperoleh diperoleh setelah dilakukan pengecekan terhadap seluruh penghuni yang selamat dan berada di tempat berhimpun tersebut. Menyelamatkan Diri dari kebakaran di Rumah Berikut ini adalah tindakan yang perlu dilakukan sebagai upaya membangun kesiapsiagaan menghadapi bahaya kebakaran di rumah: a. Buatlah rencana rencana penyelamatan penyelamatan rumah. Rencana Rencana penyelamatan penyelamatan diri berisi denah rumah, rencana jalan keluar untuk menyelamatkan diri, serta tempat berkumpul di luar rumah jika terjadi kebakaran. b. Upayakan agar sedapat-dapatnya terdapat terdapat 2 (dua) jalan keluar pada pada setiap rumah untuk menyelamatkan diri. Pastikan setiap anggota keluarga mengetahui hal tersebut. c. Pastikan seluruh anggota keluarga keluarga mengikuti latihan latihan dan mengetahui mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan saat terjadi kebakaran serta rencana penyelamatan penyelamatan diri yang telah dibuat. d. Berlatih keluar dari rumah dengan cara merangkak dan upayakan untuk untuk menutup mulut. e. Berlatih menajamkan intuisi untuk untuk mencari jalan keluar dengan mata tertutup. Saat terjadi kebakaran dan asap kebakaran semakin tebal, kemungkinan kita tidak dapat melihat apapun. .
Berlatih untuk berhenti, menjauhkan diri ke lantai, serta menggulingkan menggulingkan badan di lantai jika pakaian pak aian kita terbakar.
g. Jika memugkinkan, pasanglah alarm kebakaran di setiap rumah. Cara Memadamkan Api Sebagaian besar api yang besar berasal dari api yang kecil. Api yang kecil dapat dipadamkan dengan cara: a. Menutup api dengan karung atau kain yang basah b. Menimbun api dengan pasir dan tanah c. Menggunakan racun api d. Penggunaan selang pemadam kebakaran Sebelum memutuskan untuk memadamkan api kecil sendiri dengan menggunakan alat pemadam api yang tersedia, kita harus yakin mengenai: 1. Mengetahui apa yang terbakar sehingga dapat mengetahui jenis jenis media pemadam kebakaran yang dinutuhkan. 30
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
2. Walaupun kita sudah memiliki alat pemadam kebakaran, kemungkinan terjadinya ledakan dan gas beracunyang keluar dari kebakaran tetap dapat terjadi. Jika kita tidak mengetahui apa yang terbakar, terbakar, jangan memadamkan api sendiri, sendiri, serahkan pada petugas pemadam kebakaran. 3. Jika api telah telah membesar dan menyebar menyebar dengan cepat, segera segera selamatkan diri dan jangan mencoba untuk memadamkan api sendiri. Jangan memadamkan api sendiri jika: 1. Tidak memiliki alat untuk memadamkan api yang memadai: 2. Tercium bau menyengat yang diduga gas beracun. Material sintetik seperti benang nilon yang berasal dari karpet atau busa kursi soa yang terbakar akan membentuk gas hydrogen sianida, amonia, dan karbon monoksida yang berasap dan beracun. Kondisi seperti ini apabila terhirup akan sangat berbahaya bagi saluran pernaasan dan paru-paru kita. 3. Tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk memadamkan api sndiri. Jika terjadi kebakaran di dapur 1. Usahakan memadamkan memadamkan api sebisa mungkin. Jika tersedia alat pemadam apai. Jika tidak tersedia alat pemadam api ringan, soda kue dapat digunakan untuk memadamkan api. Alat lain yang dapat digunakan untuk memadamkan api adalah menggunakan karung goni atau kain yang telah dibasahi air. Kain atau karung basah menutup pori-pori, sehingga memecah udara masuk. 2. Jangan menyiram menyiram air pada kebakaran yang disebabkan oleh minyak. minyak. Menyiram air keatas kompor yang terbakar justru akan memperluas daerah yang terbakar. 3. Jika kebakaran disebabkan oleh listrik, segera putuskan aliran listrik lebih dulu, baru kemudian kemudian padamkan percikan apinya. apinya. 4. Apabila panci terbakar, segera tutup panci panci tersebut. Jangan Jangan pindahkan panci yang terbakar karena api akan menyambar. menyambar. 5. Jika api tidak kunjung padam, segeralah segeralah menyelamatkan diri, hubungi Dinas Pemadam Kebakaran setempat, dengan menekan nomor 113. Usahakan memberi inormasi yang benar dan jelas, seperti jati diri penelpon, apa yang terbakar dan dimana lokasinya agar petugas pemadam kebakaran dapat mengirim unit pemadam kebakaran yang sesuai kebutuhan. 6. Cara menggunakan alat alat pemedaman pemedaman api ringan (racun (racun api) Tahapan yang harus dilakukan adalah :Tarik, :Tarik, Arahkan, Remas, Sapukan. S apukan. Tarik Tarik pen pengaman (pin) yang ada di sisi alat pemadam api ringan kemudian tarik slangnya.
Arahkan Arahkan ke dasar/bagian bawah api, yakni mengenai bahan bakarnya.
31
Pengurangan Penguranga n Risiko Kebakaran
Tekan Tekan handle pada bagian kepala tabung pemadam api, maka bahan pemadam akan tersembur keluar dari dalam tabung.
Sapukan. Mulai dari jarak yang agak jauh, sapukan hose (slang) pemadam kebakaran ke kiri dan kekanan, bergerak ke depan perlahan-lahan sampai api padam.
Yang harus anda lakukan jika terjadi kebakaran di rumah rumah anda Semua keluarga harus harus tenang dan berlatih menyelamatkan menyelamatkan diri. 1. Untuk dapat bersikap tenang, tenang, maka semua anggota keluarga keluarga harus tahu jalan untuk menyelamat menyelamat diri ke luar rumah dan mengetahui tempat tempat berkumpul yang aman 2. Sediakan nomor-nomor nomor-nomor panggilan panggilan darurat untuk untuk kejadian kebakaran yaitu nomor 113 3. Letakkan nomor-nomor nomor-nomor panggilan panggilan kebakaran, polisi, dan ambulan di dekat telepon rumah 4. Jika ada asap di dalam rumah, cepat cepat merangkakdan terus bergerak bergerak keluar keluar 5. Sentuh handel/pegangan pintu dengan punggung tangan untuk mengetahui apakah pegangan pintu panas, panas, kemudian merangkak keluar. keluar. 6. Jika pintu pintu panas, panas, gunakan jalan keluar lain. 7. Keluarkan setiap anggota keluarga dari rumah secepat mungkin. 8. Beritahu petugas pemadam kebakaran apabila ada anggota keluarga yang masih di dalam rumah saat rumah kebakaran. 9. Jangan masuk ke dalam rumah rumah untuk mengambil benda apapun apabila kobaran api telah besar Sejukkan bahagian tubuh yang terbakar dengan air yang mengalir. mengalir.
Gambar 3.11 Pertolongan pertama pada luka bakar
32
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
3.2.3 Tindakan Setelah Terjadi Kebakaran Jika seorang terbakar 1. Berhentikan proses kebakaran atau padam api 2. Tanggalkan pakaian, kecuali jika pakaian melekat ke kulit 3. Sejukkan bahagain yang terbakar 4. Rendam atau siram bagian yang terbakar terbakar dengan air yang mengalir selama selama 15 hingga 20 menit. Jangan gunakan minyak, mentega atau salap. 5. Tutup bahagian yang yang terbakar dengan dengan kain bersih bersih atau ‘cling wrap’ dan jangan dibiarkan korban kebakaran kedinginan. Pengobatan Luka Bakar Luka Bakar adalah cedera pada jaringan tubuh akibat panas, bahan kimia maupun arus listrik. 1. Jenis Luka Bakar
Luka bakar akibat panas Yaitu luka bakar yang disebabkan oleh paparan panas yang merusak kulit. Penyebabnya Penyebabnya antara lain api, cairan panas,uap panas , atau bendabenda panas lainnya.
Luka bakar bakar akibat bahan kimia Yaitu luka bakar yang disebabkan oleh paparan bahan-bahan kimia pada kulit, seperti cairan pembersih lantai, ammonia , pemutih, dan pembersih kuku. Luka bakar jenis ini disebabkan oleh perubahan energi kimia menjadi energi panas. Reaksi kimia dapat bersiat setempat maupun sistemik (seluruh tubuh). Jika luka bersiat setempat, luka ditandai dengan kulit yang kemerahan atau timbul ruam-ruam. Proses terbakarnya kulit akan terus berlanjut sepanjang bahan k imia mengenai kulit.
Luka bakar akibat arus listik
Yaitu luka pada kulit atau organ internal internal akibat terpapar arus listrik. Luka yang diakibatkan dapat terlihat kecil, tetapi kerusakan yang diakibatkannya dapat cukup luas karena panas akan mengikuti aliran arus listrik keseluruh tubuh melalui pembuluh darah dan syara.
Luka bakar akibat radiasi Yaitu luka yang disebabkan oleh paparan radiasi tinggi. Contohnya adanya luka akibat terpapar sinar matahari.
Luka bakar karena gesekan Yaitu luka yang diakibatkan diak ibatkan gesekan kulit dengan benda-benda, seperti karpet, pakaian atau akibat aktivitas oleh raga, gesekan menghasilkan panas yang menyebabkan kulit kemerahan, mengelupas, dan melepuh.
33
Pengurangan Penguranga n Risiko Kebakaran
2. Tingkatan luka bakar Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman luka:
Luka bakar tingkat I Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah, nyeri, sangat sensiti terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak. Jika ditekan, daerah yang terbakar akan ak an memutih; belum terbentuk lepuhan.
Luka bakar tingkat II Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam, kulit melepuh, dasarnya tampak merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri.
Luka bakar tingkat tingkat III Menyebabkan kerusakan yang paling dalam, permukaannya bisa berwarna putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut/bulu di tempat tersebut mudah dicabut dari akarnya. Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung sara pada kulit telah mengalami kerusakan.
3. Pengobatan luka bakar Untuk membantu menghentikan luka bakar dan mencegah luka lebih lanjut,
Sebaiknya lepaskan semua pakaian penderita. Kulit segera dibersihkan dari bahan kimia (termasuk asam, basa dan senyawa organik) dengan mengguyurnya dengan air.
Penderita perlu dirawat di rumah sakit jika: jika: 1.
Luka bakar mengenai wajah, tangan, alat kelamin atau kaki
2.
Penderita akan mengalami kesulitan dalam merawat lukanya secara baik dan benar di rumah
3.
Penderita berumur kurang dari 2 tahun atau lebih dari 70 tahun
4.
Terjadi luka bakar pada organ dalam.
Luka bakar ringan
34
1.
Jika memungkinkan, luka bakar ringan harus segera dicelupkan ke dalam air dingin.
2.
Luka bakar kimia sebaiknya dicuci dengan air sebanyak dan selama mungkin
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
3.
Luka bakar dibersihkan secara hati-hati dengan sabun dan air untuk membuang semua kotoran yang melekat.
4.
Jika kotoran sukar dibersihkan, daerah yang terluka diberi obat bius dan digosok dengan sikat.
5.
Lepuhan yang telah pecah biasanya dibuang.
6.
Jika daerah yang terluka telah benar-benar bersih, maka dioleskan krim antibiotik (misalnya perak suladiazin).
7.
Untuk melindungi luka dari kotoran dan luka lebih lanjut, biasanya dipasang verban. Sangat penting untuk menjaga kebersihan di daerah yang terluka, karena jika lapisan kulit paling atas (epidermis) mengalami kerusakan maka bisa terjadi ineksi yang dengan mudah akan menyebar. menyebar. Jika diperlukan, untuk mencegah ineksi bisa diberikan antibiotik,
8.
Untuk mengurangi pembengkakan, lengan atau tungkai yang mengalami luka bakar biasanya diletakkan/digantung dalam posisi yang lebih tinggi t inggi dari jantung.Pembidaian harus dilakukan pada persendian yang mengalami luka bakar derajat II atau III, karena pergerakan bisa memperburuk keadaan persendian.
9.
Mungkin perlu diberikan obat pereda nyeri selama beberapa hari. Pemberian booster tetanus disesuaikan dengan status imunisasi penderita.
Luka bakar berat 1.
Luka bakar yang lebih berat dan membahayakan nyawa penderitanya harus segera ditangani, sebaiknya dirawat di rumah sakit.
2.
Kepada korban kebakaran biasanya diberikan oksigen melalui sungkup muka (masker) untuk membantu menghadapi eek dari karbon monoksida (gas beracun yang sering terbentuk di lokasi kebakaran).
3.
Di ruang emergensi, dilakukan pemeriksaan terhadap ungsi pernaasan, luka lainnya di tubuh serta dilakukan pengobatan untuk menggantikan cairan yang hilang dan untuk mencegah ineksi.
4.
Untuk mengobati luka bakar yang berat kadang digunakan terapi oksigen hiperbarik, dimana penderita ditempatkan dalam ruangan khusus yang mengandung oksigen bertekanan tinggi.
5.
Jika terjadi cedera pada saluran udara dan paru-paru akibat kebakaran, untuk membantu ungsi pernaasan bisa dipasang di pasang sebuah selang yang dimasukkan ke dalam tenggorokan.
6.
Selang tersebut perlu dipasang jika cedera menimpa wajah atau jika pembengkakan pada tenggorokan menyebabkan terganggunya ungsi pernaasan. 35
Pengurangan Penguranga n Risiko Kebakaran
7.
Jika tidak terjadi gangguan pada sistem pernaasan maka yang perlu dilakukan hanya memberikan oksigen tambahan melalui sungkup muka.
Membantu Korban Kebakaran Kebakaran mendatangkan kerugian dan penderitaan bagi korbannya. Untuk membantu korban bencana kebakaran, usaha-usaha yang bisa kita lakukan adalah: 1. Mendirikan tenda-tenda pengungsian. Tenda Tenda pengungsian ini dapat digunakan d igunakan sebagai penampungan sementara untuk para korban. Tenda-tenda ini didirikan di tempat-tempat tempat-tempat yang aman. 2. Mendirikan dapur-dapur umum Dapur umum berungsi untuk menyediakan makanan dan minuman bagi para korban kebakaran. Keberadaan dapur umum ini memberikan banyak manaat bagi para korban. 3. Pos kesehatan Pos kesehatan perlu didirikan di tempat-tempat pengungsian karena sesudah terjadi kebakaran biasanya ada saja korban mengalami cedera atau luka-luka, dari cedera ringan sampai berat. Pos kesehatan ini menyediakan obat-obatan yang diperlukan. 4. Mengumpulkan bantuan dan membagikannya kepadakorban. Sumbangan dapat berupa: pakaian pantas pakai, makanan siap saji (mie instan, susu, biskuit, minuman, dsb), obat-obatan, selimut, dan sebagainya. 5. Menyediakan air bersih Para korban kebakaran sangat membutuhkan air bersih terutama untuk minum, memasak dan mandi sementara air yang tersedia sudah tercemar berbagai macam bakteri sehingga tidak layak untuk di konsumsi. Bantuan dan penyediaan air bersih sangat dibutuhkan bagi para korban bencana.
36
MATERI PEMBELAJARAN MATERI PENGURANGAN RISIKO KEBAKARAN
BAB IV
4.1. Identifkasi Materi Pembelajaran Materi pembelajaran adalah bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka memenuhi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang tertuang di dalam standari isi pendidikan. Materi pembelajaran dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Prinsip relevansi Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghaal akta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa akta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain. 2. Prinsip konsistensi Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. 3 .Prinsip kecukupan Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedik it, dan tidak boleh terlalu banyak. Materi pembelajaran tentang Pengurangan Risiko Bencana dapat mencakup tiga ranah sekaligus yaitu: ranah kogniti, aekti dan psikomotorik. 1. Ranah Kogniti jika Kogniti jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, aplikasi, analisis, sintesis, sintesis, dan penilaian. 2. Ranah Psikomotorik Psikomotorik jika kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak awal, semi rutin, dan rutin. 3. Ranah Aekti (Sikap) (Sikap)jika jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.
Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Kebakaran
Identikasi materi pembelajaran tentang PRB mempertimbangkan hal-hal berikut: 1. Potensi peserta didik; 2. Relevansi dengan karakteristik daerah; Daerah dengan karakteristik rawan bencana dapat menyesuaikan materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan daerah dengan tetap memperhatikan tuntutan kompetensi dasar. Pada saat mengidentikasi materi pembelajaran ini sudah harus ditetapkan dan dirumuskan materi pembelajaran yang sesuai dengan jenis bencana yang ada di daerah tersebut. 3. Tingkat perkembangan sik, intelektual, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik; 4. Kebermanaatan bagi peserta didik 5. Struktur keilmuan; 6. Aktualitas, kedalaman, dan keluasan keluasan materi materi pembelajaran; pembelajaran; 7. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; Materi pembelajaran yang relevan dan dibutuhkan serta sesuai dengan tuntutan lingkungan di daerah rawan bencana dapat dimasukkan ke dalam silabus yang disusun. Contoh: a. Tanda-tanda Tanda-tanda bencana kebakaran akan ak an terjadi b. Tindakan penyelamatan penyelamatan disaat bencana kebakaran c. Tindakan yang harus dilakukan setelah bencana kebakaran 8. Alokasi waktu.
38
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
Tabel berikut ini adalah identikasi materi pembelajaran pengurangan risiko kebakaran yang dikelompokkan menurut kelas. kelas. Tabel T abel 4.1 Materi M ateri Pembelajaran Pengurangan Pengurangan Risiko Kebakaran untuk setiap Jenjang Kelas
KELAS X
KELAS XI
1. Api a. Pengertian: api, kebakaran, dan titik nyala. b. Terjadinya api, terjadi ketika tiga unsur penyebabnya tersedia, yaitu: Bahan Bakar (Fuel), Oksigen, dan Sumber Panas. c. Penyebab terjadinya panas diantaranya yaitu: konduksi, konveksi, dan radiasi.
1. Tahap kebakaran dalam ruangan, yaitu: tahap awal setelah terjadi penyulutan (titik nyala), tahap penyalaan bebas, tahap api mengecil.
2. Klasikasi jenis kebakaran: Klas A, B, C, dan D.
2. Mencegah Kebakaran akibat Konsleting Listrik di Rumah, Kantor, Sekolah, Gedung, dsb.
3. Gas beracun hasil pembakaran adalah karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, phosgene (COCl2), hidrogen klorida.
3. Peralatan Pencegahan Kebakaran, yaitu: APAR / Fire Extinguishers/Racun Api, Hydran, Detektor Asap/Smoke Detector D etector,, Fire Alarm, dan Sprinkler.
KELAS XII
6. Faktor Penyebab Keparahan kebakaran. 7. Data Penyebab Kebakaran. 8. Prinsip Penanganan Bahan Rawan Api. 9. Jenis Media Pemadam.
4.2. Indikator Prilaku Siswa Sebelum pendidikan pengurangan risiko bencana kebakaran diberikan kepada siswa di sekolah, perlu dilakukan identikasi terlebih dahulu sikap-sik ap dan perilaku yang bagaimana, yang diperlukan dan harus dimiliki siswa untuk mengurangi risiko terjadinya bencana kebakaran. Indikator sikap dan perilaku siswa yang diperlukan untuk mengurangi risiko atau dampak bencana kebakaran dapat diidentikasi sebagai berikut :
39
Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Kebakaran Tabel 4.2 Indikator I ndikator Perilaku Siswa KELAS X
XI
XII
4.3. Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar Memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai pendidikan Pengurangan Risiko Bencana mempunyai arti penting, karena siswa adalah sasaran yang paling utama dalam pendidikan ini. Mendidik siswa si swa dalam Pengurangan Risiko Bencana memerlukan pendekatan kegiatan belajar mengajar yang mampu merangsang siswa untuk memahami dan memandang penting pengurangan risiko bencana kebakaran ini. Di bawah ini beberapa metode yang disarankan dalam pembelajaran pendidikan Pengurangan Risiko Bencana kebakaran, yaitu: 1. Gunakan metode metode yang menyenangkan dan sebisa mungkin menggunakan menggunakan media visual (bergambar). Anak lebih tertarik jika melihat gambar secara langsung dan dapat lebih okus memperhatikan penjelasannya, serta lebih lama diingat.
40
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
2. Praktekkan! Pengalaman praktek dapat membekas di ingatan dan bisa langsung dipahami oleh anak-anak. Kalau hanya sekedar tahu dan tidak mempraktekkan, mereka bisa lupa. 3. Lakukan pemeriksaan pemahaman! Untuk mengetahi sejauh mana anak dapat memahami materi yang sudah disampaikan, maka lakukan cek pemahaman. Caranya dengan menanyakan langsung materi tersebut atau dengan menggunakan kartu permainan. kartu permainan ini bisa dibuat sepasang, dengan menunjukkan mana yang benar atau yang salah. 4. Berikan tugas yang harus harus dikerjakan di rumah, yang memungkinkan memungkinkan anak bisa berdiskusi dengan anggota keluarga di rumah. Misal: anak diberi tugas untuk membuat jalur evakuasi di rumah. 5. Lakukan praktek simulasi berulang-ulang sehingga sehingga anak benar-benar paham dan dapat melakukan penyelamatan penyelamatan diri secara mandiri. Pembelajaran Pengurangan Risiko Bencana Kebakaran menggunakan beberapa prinsip yaitu: • Dida Didasa sarka rkan n pada pada pote potens nsi, i, perk perkem emba bang ngan an dan pote potens nsi i pese peserta rta didik didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan. •
Men Menerap erapka kan n lima lima pilar ilar belaj elajar ar yait yaitu u a) belaj elajar ar untu untuk k beri berim man dan dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b) belajar untuk memahami dan menghayati; c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara eekti; d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain; e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses pembelajaran yang akti, kreati, eekti dan menyenangkan.
• Memungkinpeserta Memungkinpesertadidik didikmendapat mendapatpelayanan pelayananyangbersifat yangbersifatperbaikan, perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi keTuhanan, keTuhanan, keindividuan, dan moral. • Dila Dilaks ksan anaka akan n dala dalam m suas suasan ana a hubu hubung ngan an pese peserta rta didik didik dan pend pendidi idik k yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat dengan prinsip Tut Tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, k arsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan). •
Dila Dilakksana sanaka kan n den dengan gan mend menda ayagun aguna akan kan kon kondisi disi ala alam, sosi sosia al dan dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
41
Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Kebakaran
Di sekolah, guru dapat memberikan latihan kesiapsiagaan bencana kebakaran kepada siswa sebagai berikut: 1. Persiapan menghadapi kebakaran: •
Pahamige Pahamigejala-g jala-gejala ejalaalam alamsepe seperti:musi rti:musimkem mkemarau arau..
•
Menempatkan Menempatkandokum dokumen-doku en-dokumena menagaram garamanda andarikeb rikebakaran akaran
•
Tida idak bermain dengan benda-benda yang dapat menyebabkan kan kebakaran, seperti; korek api/macis, petasan, dan lilin .
•
Menyiapkan Menyiapkanobat-o obat-obatan batanuntu untukluka klukabakarr bakarringan ingan..
•
Memadamkank Memadamkankompor ompordana danaliran liranlistr listrikdir ikdirumah umah
•
Memaha Memahamij mijalu alurd rdan antem tempat patev evaku akuasi asi
•
Melakukanko Melakukankoordin ordinaside asidengan ngansesam sesameang eanggotam gotamasyar asyarakat akat
•
Meng Menghu hubu bung ngi i piha pihakk-pi piha hak k yang yang berwe berwena nang ng untuk untuk mena menang nggu gula lang ngi i kebakaran.
2. Simulasi situasi dan kondisi terburuk pada pada saat kebakaran. kebakaran. Persiapkan Persiapkan rencana tindak penyelamatan diri berdasarkan kebutuhan untuk situasi dan kondisi kebakaran. Selain memberikan latihan kesiapsiagaan bencana, guru juga harus mampu untuk memberikan latihan untuk meningkatkan kapasitas siswa dalam Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana. Bencana. Kapasitas merupakan merupakan kemampuan dalam menghadapi bencana pada semua tahapannya termasuk kemampuan untuk menanggulangi dan bertahan hidup akibat bencana yang terjadi. Penguatan atau peningkatan kapasitas siswa sangat penting dalam upaya Pengurangan Risiko Bencana. Peningkatan kapasitas dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan penyelamatan di air, pelatihan P3K, simulasi evakuasi ancaman kebakaran, dan sebagainya.
42
PENGINTEGRASIAN MATERI PENGURANGAN RISIKO KEBAKARAN KE DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MENENGAH ATAS (SMA/SMK/MA/MAK)
BAB V
5.1 Pengintegrasian Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Kebakaran Ke Dalam Mata Pelajaran Prinsip pengembangan integrasi materi pembelajaran pengurangan risiko kebakaran adalah: 1. Tidak menambah mata pelajaran baru. 2. Dikembangkan terintegrasi melalui mata pelajaran. 3. Tidak menambah alokasi waktu waktu yang tersedia. 4. Materi yang dikembangkan kontekstual dan aktual. 5. Tidak merubah struktur kurikulum yang berlaku. 6. Kompetensi Pengarusutamaan Pengarusutamaan Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana kebakaran kebakaran dapat diintegrasikan diintegrasikan atau dirumuskan kedalam indikator atau kegiatan pembelajaran. Langkah awal dalam pengintegrasian materi Pengurangan Risiko Kebakaran adalah melakukan pemetaan materi pembelajaran tentang Pengurangan Pengurangan Risiko Kebakaran, yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Selanjut dipetakan mata pelajaran tertentu yang dapat digunakan dalam mengintegrasikan materi pembelajaran tersebut. Adapun beberapa mata pelajaran yang telah teridentikasi adalah Fisika, Biologi, Kimia, Bahasa Indonesia, Sosiologi dan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
5.1.1 Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Berikut adalah beberapa Kompetensi Dasar untuk beberapa mata pelajaran di tingkat satuan pendidikan menengah atas (SMA/MA) yang dapat diintegrasikan dengan materi Pengurangan Risiko Kebakaran. Berikut ini adalah Tabel Pemetaan SK KD ke dalam mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani.
i n a m s a j n a k i d i d n e P n a d a i s e n o d n I a s a h a B , S P I , A P I n a r a j a l e p a t a m m a l a d e k D S K S n a a t e m e P 1 . 5 l e b a T
a , g y n n a n a y i n a d r n d a a n i , k n a h n a n - a n t u i s g a e u r , s n k n a n g h e r u , e b a a n s b k e g a s u m a n g a h n a t r n e d r a a e m e n s p p g u b a i g a m d n d n d a o m l i a a r u a b y h i e e d r n b p k r d a b , k n k u a n t m m a o o k y r u n l a p b a l r d a i a a a i r t k h s m d d p
I S R N A E D T N E A P T M S O K
a . d a i . p g a r i y g e n n r e e n a n n r e a u h k i s u a a g v b n r e u r e s e p n p n o i a k a d p g a i s a k i n b i s r r e p b
N A A R T A A J A M L E P
a k i s i F
a i m i K
U K A L I R E A P W R S O I T S A K I D N I
. r . a a k y a n b n a a i k . u r g a l a b k n a a b . g m e n n a p o a r k l n a u a o l k t d . n a r . r n a b n a e g e p k n a e k r o a m i a h . b a l d r k u a k o a a a g t k j b k k o r n r e e e a l u a d t k b l p
N A I R R A J E A T L A E B M M E P
, a : . d n i a , a s ) : l a n 2 r k k a u n a : t e l a y i e o a i y u r C n d n a d k n g t e a b o o y i , a e i O k , b a r m y j a . i b ) s t r p y l d C n a e D e m i ( e r , e m i y k k p n i , t t e h e . a u u d n v n i l u , i s i , n a a F S j a s o a n a p i s ( r n i e d n d a a a p n d b e r n r r d e a o j : d e , h a g i A u r i t k s a , t a r s s n n a a k d C n i , o e a , , n k k o l a a y g t b i i s a i s o B a u h i t a r k h i n n . k , c a d p r a i t a B e . b d k i l e d a y n g s e s u s A a , n i a n a e g k n a a a k a d i y a j a s r s i e d s n b r i b n d h n n o a n t a l b a i g d l k a o e a a a e e e e o b a r n i P k T k b B O P P p k r K K s n r . . a a a d p . . c d G a r k i s i A a b h . . 1 2
R A S A D I S N E T E P M O K
S A L E K
X
R A S A D I S N E T E P M O K
. k i g ) a l n a 1 / i a u y t u y n , a X g c a n m n a a l ( i g r d u l t r e n a , n a r i ) p . a p e d a n g s / 1 t i s i a i n e s t k n d X l u a a a t a a ( , n i d p p n m a b i e n , a r e s h a i c t l n a i d t l e e j t a r e e w r p k d a a j i r e k n y , n a e g s i s ) . a n a a r s n c i d 1 g a r a d a k u t n , / a h g u g e a b X n t p ( u u a b n g m a i u n n s w i r b k e h e e a a a j a d u k a t k b t d j t
I S R N A E D T N E A P T M S O K
. a y n a n r a a g i m c n a a n e l i l a a d n d i d i i a i a l i d n u a s n g e s n n m s a a u a y d d j n n n r n a a u a k r k h r a e u u g g t t u n u g b e b n e e a k y k m
N A A R T A A J A M L E P
h a l . n O n a , n a k i a t i n a d i a d , d m a h e n s g s e a a e P J R K
U K A L I R E A P W R S O I T S A K I D N I
. r . a a k y a n b n a a i k . u r g a l a b k n a a b . g m e n n a p o a r k l n a u a o l k t d . n a r . r n a b n a e g e p k n a e k r o a m i a h . b a l d r k u a k o a a a g t k j b k k o r n r e e e a l u a d t k b l p
N A I R R A J E A T L A E B M M E P
, a : . d n i a , a s ) : l a n 2 r k k a u n a : t e l a y i e o a i y u r C n d n a d k n g t e a b o o y i , a e i O k , b a r m y j a . i b ) s t r p y l d C n a e D e m i ( e r , e m i y k k p n i , t t e h e . a u u d n v n i l u , i s i , n a a F S j a s o a n a p i s ( r n i e d n d a a a p n d b e r n r r d e a o j : d e , h a g i A u r i t k s a , t a r s s n n a a k d C n i , o e a , , n k k o l a a y g t b i i s a i s o B a u h i t a r k h i n n . k , c a d p r a i t a B e . b d k i l e d a y n g s e s u s A a , n i a n a e g k n a a a k a d i y a j a s r s i e d s n b r i b n d h n n o a n t a l b a i g d l k a o e a a a e e e e o b a r n i P k T k b B O P P p k r K K s n r . . a a a d p . . c d G a r k i s i A a b h . . 1 2
S A L E K
X
R A S A D I S N E T E P M O K
I S R N A E D T N E A P T M S O K
N A A R T A A J A M L E P U K A L I R E A P W R S O I T S A K I D N I
N A I R R A J E A T L A E B M M E P
S A L E K
t i k i a a s n r r k m a g a r a a a n g g e t t n e d t y s e n n s a n s n n n i a ) n u a e y g a e a s i a e y o f s s s t m m i n n n n d p t e ) a u g . a , o o p a l i n e i k a a r r / t t i d n u t p a s i t p k s 1 i t s i m d c a r . e a i i / a n y a n s ) a n y s I a g a p u o r n 1 k k k k u k r m X n i a a r r r b n / a a n t e . I e d e d ( e u i d a e d e ) p d X n k t a j t t f a d a , / , p a h 1 t / a , l ( t y a u i i e e i e r a / r a n e s s I r k p p t n X k g n i i a k g n i a k u k r i e p l t s s t u ( n n a d s n n a d d n k a t n a , i s p l n a u a u i n a t a a i a u a i i n k e a a r r s n k u f l n k r a j a j s m r a r a e p k i g s f s s t l , , e l r e t e r l s s s a a ( a p a r e t a u a a p n . e w b u l s d a e u t k t m e t k t d e a ) r d i j j j e g a 2 a e d a a a k k a a i s n e n a s h n u t p d n u t p r n l / r w t n r r o I e i e e e m e e r r a a a e n r a e e t s e d t s e d k s k M s p M s p M a p y p h X ( M 1 1 2 4 . . . . 1 3 3 3 l i c e k r n / n a n a e a d n t n y a i i d a t n n k i a i d n r i s a g a r u s l t u u . e n k k u t i i s u l a n k k a u , a r g u t u m p m r a s m t g i t b m e s n n n n a t i e . e a a a r t y t g s r i n m l n k s g e i r t t s e l a e a a o k a s p l h i i S n a d a s u j e i s a y a a i m g d n g w j d e n h e n e n e r e M u e a u k M f f h p t p . . 1 3
i g o l o i B . ) t a a a r r a a e e w a r n i s j d d e a e e n a c c . d d a d e k n k a c n k a a a t a p a g n n n i g a r u u i l l n n m g o . o d n . l . a . n k n a l k l k a a y l n o a o a o a e a t t y g g n t . n n n r n . . . . n n n o r u t u a n i e l n n n e l e l r i r i n a a r p p u e a a m a a j a g p n a j r n m r r r r n a h h a a a a a a a a a a a a g k k k k h l e k r a r b n g k g k a a a i y a e e n g i n n a a a l h n b d d m r n r g b b b a r n i e b e a j e k e e d e e a a e e a j a j a k k k a p k c c p b l l l n a w a t p m a l a a p u h l u a a y a t d h n , p a s n t e a a a p r : i h b . a u t d a t e l i k i a , b c a j a r ) a n e b y e l , t a g e n a n k a h a y l e p g l a n a y m a n e k i h a t i t n p a u e i t e T r s ( p a . 3 I X
i d , k h i r a t l n s a o i r a L k e k g S a i n r , b t o . e l e t b k s n s h n a d a o K , g K , g e t h n c a a u n b m e i u d e k M . a R G 4
n . r / u , l e r c n R r o t k a A a o n i t c h P R / e r k a A t s e e p g : r t S e u t e e D n c i h n a a s D i , e d e y , u n k , P n o g a r m m n a n r r i a S a t d t a x y / l a k E l H A a p a , r b r e i a r e p s i e e P K i F A A F . 5
R A S A D I S N E T E P M O K
I S R N A E D T N E P A M T S O K
N A A R T A A J A M L E P
U K A L I R E A P W R S O I T S A K I D N I
. n a m a n . a i d n p a t a a m k n a a c e g n d n a . r a i n e . t n b r a r g m a a r a n a e d k g n a a k y a i a b b n r e m e e i a k p d k
N A I R R A J E A T L A E B M M E P
n . n a n a h a r h a . r a a a k b m p a n a e d k b e a a n b k a m a b g e b a n p e b a y . e n i a . n n y e i d e a n p p e r e p a a r k p n m p i o s s i t a a t i n a k b a n w r a e e F k D P a J . . . r . 6 7 8 9
S A L E K
I I X
R A S A D I S N E T E P M O K
I S R N A E D T N E A P T M S O K
N A A R T A A J A M L E P
n a n d n a a r t a r a i k o s a a f p g n a a n a a r l i b a d a r g a t e n k i n g t a b e i a b r i r n r a d k a e . t n n a k b ) n a s k a i i r / 1 e l i d a I m r e d I o n e . b i X ) ( g a r b 1 n n n o m m / i I a e p s e p e I i M a m X l M o l ( 1 2 . . 1 1
k r r . u , s a u m n r , n ) t p a u h s a 2 a s s e a u l / n d n f l t s m n a I i I u s , a y e u k u a u d X u l - t i - a n r ( r h d s n k a i n a a , a y i k a a i t r u t l s f m y i i e t t n a t d i a a s k a t k f n a a a a h i f , f a u i u i , t h a h n b w i r n g i a s a b n s m e a f a n a n i a n a d a s . i r a ) m y k i s n k a t d - a a d 2 m e n h i r t e i s g u s a / e s p s n , w I k d a r i , n I p p f a s d i , i i n X k t n a u n i r u r f e n s n s ( s s a a k i t a f k r ( t n a i ) a o d p s k s e n i s t a l . e d u i s a u e a a n ) k a y e r r d d n i p u s r 2 o d u / i d n j e a e a n i e n c n n I r n e n s h e d k i g I e e i m a k a n e s e e e i a M k k r t k k l d u k M a r k X ( M 2 3 4 . . . 3 3 3
i r a d i s a . m n r a o r f o n i p i a l m i a a h g a a b m e r e b M . 1
, a . y m k i a n l t s , a a i y i r g a e d n t i h k t a a y a r n b n a e t n p a a k r i p d a u m s n d a n a r h u e - a a r n t u a m u t s g r e n e e M u k s . 3
a i s a s e a n h o a B d n I
a i m i K
U K A L I R E A P W R S O I T S A K I D N I
N A I R R A J E A T L A E B M M E P
S A L E K
I I X
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
5.1.2 Penyusunan Silabus Pengurangan Risiko Kebakaran Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Penyusunan silabus Integrasi SK/KD pada Standar Isi dengan PRB harus memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut: 1. Ilmiah: keseluruhan materi dan kegiatan yang yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan 2. Relevan: Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat ti ngkat perkembangan sik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik. 3. Sistematis: Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara ungsional dalam mencapai kompetensi. 4. Konsisten: Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara Kompetensi Dasar, indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian. 5. Memadai: Cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian Kompetensi Dasar. Dasar. 6. Aktual dan Kontekstual: Cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. 7. Fleksibel: Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika di namika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. 8. Menyeluruh: Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kogniti, aekti, psikomotor). Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Penyusunan Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok. Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum. Silabus terdiri dari beberapa beberapa komponen sebagai berikut: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Dasar, Materi Pokok/Pembelajaran, Pokok/Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar. Belajar. Silabus dikembangkan melalui mekanisme yang digambarkan pada skema berikut ini, 50
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
Materi Pokok / Pembelajaran
Analisis SI / SKL / SK - KD
KD - Indikator
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
Sumber Belajar Penilaian
Gambar.. 5.11 Skema Pengembangan Gambar Pengembangan Silabus
Pengembangan Pengembangan Silabus dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengkaji dan Menentukan Standar Kompetensi Mengkaji standar kompetensi mata pelajaran pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut:
Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI; Keterkaitan antar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam mata pelajaran; Keterkaitan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar antarmata pelajaran.
2. Mengkaji dan Menentukan Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar mata pelajaran dikaji dengan memperhatikan hal-hal berikut:
Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada dalam SI; Keterkaitan antar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam mata pelajaran; Keterkaitan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar antar mata pelajaran.
3. Mengidentifkasi Materi Pokok/Pembelajaran Pokok/Pembelajaran Cara mengidentikasi materi pokok telah diuraikan pada bagian sebelumnya.
51
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
4. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran perlu diperhatikan halhal sebagai berikut:
Kegiatan pembelajaran harus memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara berurutan untuk mencapai Kompetensi Dasar. Penentuan Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik yaitu kegiatan siswa dan materi pembelajaran.
5. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah. Pada rumusan indikator dapat diintegrasikan perubahan-perubaan perilaku yang berhubungan kebencanaan sesuai dengan tuntutan Kompetensi Dasar. Rumusan Indikator dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur atau diobservasi. Tingkatan kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata kerja dalam Kompetensi Dasar atau Standar Kompetensi. 6. Menentukan Jenis Penilaian Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menasirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi inormasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portoolio, dan penilaian diri. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan penilaian:
Menggunakan acuan kriteria.
Menggunakan sistem penilaian berkelanjutan.
Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.
52
Untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik, yang dilakukan berdasarkan indikator. i ndikator.
Sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
7. Menentukan Alokasi Waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap Kompetensi Dasar didasarkan pada jumlah minggu eekti dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah Kompetensi Dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat tingk at kepentingan Kompetensi Dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai Kompetensi Dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. 8. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan sik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
53
T / A R L E A B / N M A U H S A B i p a r g o e g n a r a j a l e p a t a m m a l a d e k n a r a k a a t b o e k K n a o d k i a s s i e R d l n a a i s g a n p s a r i s u k g a r n e e t P n i n a t a r i e s s a r n g a g e t n n u i b g n u n a h e , l h P a a i y s s a u l i a p b w s a , l e n i p a S r l n a a b e d d e s h r o a e y M a p l i l h a o w o t s p i n s i t l s i i o s n a l i C e n 2 . S m a a n g a 5 a I n g l r P ) a 5 4 e g / u x e n e d b o I I ( 4 M . M a e X 2 5 1 T G : : : : : :
i s n r e a t s a n n u e p D a t m i r a k s s a u j o n a a r r w K e l e i r t u t e J s s a e P / e a d p s a k n m t a m l o a a e e l t o M K S A S K
I ) S U T A T I K K N O A E L W M A (
. h g a a . a r n r j a a u g g a r s o e d G o g , , o D n e ) e s t G a G 7 a e n a r : : t G B r o 7 a s i s 9 , a i e t 1 k a r . ) t e a 9 d n r ( a l b a y u i 9 a v d t a t m m n t g k u a 9 o l n u i o o a 1 ( K A S B K Y F U M
5 4 x 2 1
: u n d a i v i h i d . g n n i a a t s g s a i n a n g l u e J T U
. r u : t n k u a r h t i s g r a e T n b k a r n u t o a n p i a e a r B L U
N A N R A A T J A A I L G E E B K M E P
g n n a t a n g e n . t e a i t s d o u a k k y a s n i d n s e , a d t k i o a n p k a g m a n o s l e a e d b k i s m a r n e a t e k r c e o e S p p
g n a t n e t i s u k . s a i d s , e k d o r p u t m k o u l t e r s k i a r r i a c c i r e i S c
R O T A K I D N I
n a g a n s a e b d i s m e n k r e t e o p p n i s a a g k n e i t d . n a a e y t d o i n n k g a n i t a s e a e M k d
N A I A L I N E P
N A I R R A J E A T L A E B M M E P
: t a l a / r e b m u S
a s e d g n a s a e u . D r r a i t s u o t k n k e t u n o r t a P S d
r u t k u r t s i r i c i r i c i s a k . i t a n s e e d i d g g n n e a M u r
: u n d a i v i h i d . g n n i a a t s g s a i n a n g l u e J T U
. r u : t n k u a r h t i s g r a e T n b k a r n u t o a n p i a e a r B L U
g n a t n e t i s u k s . i d a t , o k k o r p u t m k o u l t e r s k i a r r i a c c i r e i S c
l a i s a a s p i s l a r n u a t g k n u t e r s i m r , k o e o t p l e m o d l o e k m l a r e . a a t c d e o o S m k
g i s n k a a y r e r t o n t i k a a y f - n r i o t d a . k j a r a f e t i t o s i a k k h u r a i t a s n g e e n d d l i e a g p i s n m a e e p M m s
i s k a r e t n i n a t . a h u a k y e a k l i g w n a u u t d i h a g r n a t e n M a
r u t k u r t s i r i c i r i c i s a k i t . n a t e o k d i g g n n e a M u r
i r o e t l e d o m - . l e a t d o k o l m a i s s i s a i l p a s n r a u t g k n u e r t M s
g i s n k a a y r e r t o n t i k a a y f - n r i o t d a . k j a r a f e t i t o s i a h k k u r a i t a s n g e e n d d l i e a g p i s n m a e e p M m s
i s k a r e t n i n a t . a h u a k y e a k l i g w n a u u t d i h a g r n a t e n M a
. a t o k n a d a s e d i s k a r e t n I
a k i s i F n a r a j a l e p a t a m m a l a d e K n a r a k a b e K o k i s i R n a g n a r u g n e P n a i s a r g e t n i g n e P s u b a l i S l e d o M h o t n o C 3 . 5 l e b a T
i g o l o n k e t k u d o r p i a g a b r e b n a d h a l a s a m n a i a s e l e y n e p i a g a b r e b m a l a d n a k i r t s i l e k p e s n o k n a k p a r e ) n a e a u A k i d M s / ( M . S i F X 2 5 : : : : : i s n e t e n h a n p a r l a a m s o j u o k l a r K r e e u e r t a S P J s a a / s e d n m t a m a a a l e e t N M K S S
R E B M U S I S U A T K K O A L W A
. a k i s i F t e k : r a e p b u k m u u S B
. i s a , t a n j e r s e e k r r p : a n n a b a h h m a e a B L b
. m a j 4
N A I A L I N E P
, . n i s a l s u a t g r e u t n s e e P t
R O T A K I D N I
m i a i r s s l a a a k u r d h e a s h i t n a n r n a a e p e a p d s u i a g r k d e i . n n i r h i t e e r s e a i M p l k h
N A R A J A L E B M E P N A T A I G E K
K O K O P I R E T A M I S N R E T A E S P A D M O K
. i s a t n , e r , s e p e t r e o p k m s i a i : t l o d t l i a u s e l A M O M
n i k s s l i a a u a p k r b u a - i i . t n k d r a h i n a l a e p o e d b k h i a i r g r k m a e n n i a t l e e r a h s e i M p l d s
- ) r k e i n i r : t b l a s ) i m - i a y i l n n u i d n n s a i l l a r a a a l s n a r t n a i i h n e a m a u s d i r ( l g k , a n r g a i o g l n n a t h i e d s e b a s a , p - r n e n m o r k a n a - p . a l u p t e f o g u g l e d i n t a b , d i v d n e i s , i h a V d t a r e e a d n T t m u , i a k h b h b m u a r a r ( l a m a a m p c e a a m a y e n e a s M s d u r l . n s C a u r s D p a u r n u n a . a d i a d h a n k i C e n a l a A k u d b h k g k i m g a r r l a a t l n a s e e o i a L d P s b i i r m a s k i a a r t l k i s a h e l d s i t n C n n a e p D a p d n u i a a g r d e d i i . n n r e e C h e a M p A k h
n a i a k g n a k r i t a s i d r a e t p . k l a a e r l g g a a r n k a a i t s p - h a i k r a e i t s m n n u r e a t i d i a d g b k i n m t e a r s i M h l
a y a d n a d i . g r k i e r t n i s E l
g n i s a g m n a g y i n k s i r a t s m i l i h a g r e m n u r e i g d n n . u a n t k i a h a l u n g b n u r e i g e M d p
R E B M U S
a i m i K n a r a j a l e p a t a m m a l a d e K n l . a r u k a e k l a o b m e o r K k a o k m i s a i R w a n y a n e g s n n a r a d u i g s n g e n u P f s n u a i g s u a g r r g a e s t a n d i s g a n t a e P k i s n a u g b r a o l i a S w l a e y d n o e s M t m a a f j h i s o 3 t t n a H f i o s U C i k 4 t m u . a n 5 h u l a ( e m m b A e a a I j T A I M 2 M / 0 . 2 M S : K : X : 4 : :
i s n e t r e e h n p u t a t a r s m l a e o k o j a k l m W e a e K r e S S P a i s / a a s d a t l a n k m a o a e a t l N M K S A
I S U A T K K O A L W A
, a . j . r a e d : i o k m r : r o e i k n a m b u a b y l k h m m u u a e o S B B L m . m a j 7
. m a j 2
N A I A L I N E P
: . n . s . a k n i l . h e u i o t g p n a k m r a s u g t a m s u e . n t r t s g l o i a n s t s i u l e n e u e K n T B T e - k - U J - - i -
R O T A K I D N I
n o . n b r a a n a k k t k o a o r k d n i p i a n h k m r a o a l s h e w a u a n g a y d n n e r j e e e M e s b k
. a , n a u a n k m a l a l k a n a n i a r d e a w a b a y n m n e e e l k M s a
N A R A J A L E B M E P N A T A I G E K
d d n o o a t a o o a w k i a m m y y s y l i l o o n n . s a e e j m m n a n n n u a d a k k a l k a i p a a g s n n n u n o a u e k s d i b g i r d g t d a a n n n k n e a e e k g m m l m i a ) o t n d , t n a a a a g p a a n t a n a a d k e d u a l D ( b p a
K O K O P I R E T A M
n a d a n e k l a , . a a n n a u k l k l A a
I S N R E T A E S P A D M O K
. a , n a u n l a k k a l a n a k d i s a n t e a k f i l S a
h n o i d b r a . i a y a d k n n i k o a i f y a t r s t n k i s l a r d a t i l u u n h e t r k p a a m l u g u r m w n i t k s a a y n u g e y n b n n l n e u e e o a M h s d m d
. k o k i i p t s i d m u t k o o s n i o l a d e m k d y a i l w s h m i o a a u d l y i k m a n s d d i n e d k n a s i t o k r i i u a e l t b . n m r a a a t a u o l e m a k g i a d a g s m n a w n n n a s a . e a o t i l k b y k m a a n t u r o t a n n p a n n a e s k a g m g e o h n h o n n r i e l t d a e l e e e i e k L M l D m h
a w a y n e s . . r i e s n o b m k a r o e a s I R k
n a n k a g n n d a y t n o a a n a f o y n i l a b k . s a a r n r a o a g n g w k s r u a w t n g a a k o d u g a y r n n y r r u b n n e i d e u e e t s h b M e s h d s 2 . 4
r e , a u m k a o t i r g a t s n i e ) i n a r s m a e g o . k ( k n e ) s u u t r f g r n a , e n u r t i e k t s i , n u s m s e r o i o s t c M s p i (
a n u a k n l a a h r n a e d d a e s n e . i s k s k l a l a a , e e a k r n i a s n k a l u k k s s a i u a d m w m u a y l r a e n a e M s d
, i s i . k s i u s t a a a i i e t s , n r n s k a a u i i , a d n l k s b m e u a a a r p k a s i d i l l n i e n a s s k i a n a a k s k a d k o a s a , i i e a l h w a s r r a n k , e u e r y e a i n d s i n e e n k e a l r d M s e s a ( a d
R E B M U S I S U A T K K O A L W A
. a : i . m t r i e k e b u n r e k t m u u n S B I
. r , t e a j r u e p k : r m o n a k a b , h m D a e C B L L
. m a j 4
N A I A L I N E P
: n . a k . h i o n g p a a s m . g t a s n s g o i i a l u e u l n T K U k e J - -
R O T A K I D N I
s n a a g k n n u t a a n d k e i s b i p m i r m e u k s p b e s k . d e a y n s n m e o a r i l M p m a
N A R A J A L E B M E P N A T A I G E K
K O K O P I R E T A M I S N R E T A E S P A D M O K
. s . : i ) l n u n h e t a s l a i a r l k m r e t o u k u t u r p t a t s n s a r e L e ( m e n T t B i - -
n e n o p n m u s i . o u n k y m a n u k n e e b s n a l o p k e p a a j y n m m n e o a t i M k u m
s , , a i n h m i a u s b b n l e i s m b k . e a u a r h y t a m n k k i u a k a o m m p b , p i i m n s m a m a a r o d l o u h e l b n a k p k a b s a d n a k j a r e y i r n a a e i k g i m k m n i k a m a s r b a t l n k o t m a e a r e e D t f p p
. k o p m o l e k a j r e k l i s a h i s a t n e s e r P
. i m u b k a y n i M
. i m u b k a y n i m i s k a r F
. n i a a y n k i a n n s m u u k i a k b n t k s n a a n k h r a a l k a f e - a e i s i e s n j e b t s y a u s n o t k m m n n g e r e a e a i r e e k r m s M p p d p f 3 . 4
t i a s k k g a r n n n f a i t a i k s g r k s i k a e a n a i b b l k r . e e f n j n a a n t n m u g k n a b r i n e a i h m s l k d a f s a k r i a u y y u a n n t s m n e e n a e i M p u d p m
. n i s n e b u t u M
. r n a a r k a a k k a a b n p b a m m h a e a D p b
s a t n . i l a a k a y u r n k a n s a n a t a d k r k a e o d b n e a n g b i s n m n a e e l i M b b
k a p n a m a h a p d b a s i n d . s a n i l r a a a a h r g n k t e n a a r u g b a k n m k g e e a n i M p b l
R E B M U S I S U A T K K O A L W A N A I A L I N E P
R O T A K I D N I
. a i . m t : i r k e e u n r b k e t m u n u B I S - -
. a j r . r e k e t r u a : b . p n a m D m h e C o a L L K B - - -
. m a j 2
: n . a k . h i o n g p a a s m . g t a s n s g o i i l a u e u l n T k K U e J - -
. s : i n l n . e u t a s i r l k m r e o t u u t u r p t t s n s a r e e e n T L t B i - -
a m a . n w a l a y a n k n d a i s a n e n g s o p d i n i r n s b a i k r a s a s a p e n o k g d u p n r a n g m o e e o d i i d M k k h b
n a m a d w a n a l a y a g n k n d a i s a n e n d s p d o n i r n i s b a i k r s s a s a . e a o g n k n d u p o n a n g m r a p e e o d i a i d M k k h b p
N A R A J A L E B M E P N A T A I G E K
. k a , u i s g a n u w u t a n t i a n a a k y g a - i s i u n h m n d i a i d e a b k s m k p r o n e u o a p n g m a b r t h a a d n k e a m a a l p b o n d a k a l y i d u i i u r e t n t k g b n n i s a e a u m u g a k j a d ( r i m d b i a n a l e s l s n e i k a a a k a i s t h k k d p i t m e g i a n a t a i i k t o p s n l l , e e m g a n b d e r g n p e n i a n a h i a i k s d a d a m d u g o g n r d i r k e n a s e d n n a s i i a a i e D m h s s d y b
K O K O P I R E T A M
o r m d i a i . h l r a n a a d a p h w n u a o d i r y b i a n r h h e a e e S k k s
I S N R E T A E S P A D M O K
a m a n w a l n a y a a k n n d d i s a e n i p d s o n i r n i s b e . i k r s s a s a a e a o g k k n d u p o n i t n g m r a e t e e o d i s i d M k k h b e
, n a , n g p n a n d n a a n a i a o p g n i r d k n i s b a , n i , g a s a . r n a a a a s p h a a o b n n g a l w u i k k a d n e i a a , t r j u p a m d i a m y o d i e r l a h a g n g m n l n d h t n r e e o e d e n i a e e a a a e s k k s h d k s d p s p s e M 4 . 4
/ / R N E T B A A H L M A U A S B i g o l o i s o S n a r a j a l e p a t a m m a l a d e K n a r a k a b e K o k i s i R n a g n a r u g n e P n a i s a r g e t n i g n e P s u b a l i S l l a e i s d o o s M a g h a o b t l n a m i o e s C o l i S 5 m . i 5 g u a ) l l h m a l e o u t o I b i / a m a s I T o I S ( e S X 1 M : : : :
i s n e t e m n a p a r r m g a j o o a r r K l e P e t r P / s a s e d a t a m n a l e e a t M K S S
I S U A T K K O A L W A
N A I A L I N E P
, a g n g a n i , a a r : d l g i r t n E r o i s l e o , 9 t l o h b r l 9 i s d m o u 9 o u H H 1 s Y u S
. m a j 2
. m a j 2
. . m m a j a j 6 2
. e m u s e R
e . d s e o t t e n o M N
. s e t n o N
. s e t n n o a d N
. i s a m r o f n I
. i s a v r e s b O
. i s u k s i D
i u l a l e u m a t g i n s a a a n t a n . m e l r a t a k o a a i f s t s o n s i s s i a l u a p m a g e g k a a g i b n a d t e m e a e M d m l
. ) h a n l a o t a l k e a s i m a s i s g o s a r n a e e p p g a o n b k a , k m e h u l a k l o a a k l e d e a s M p (
n a a t n g r a a a d u m a n l e g a r k n e a e p g p a l n b i i . s s a k m a u u e h l i k s m i u i e s l a d n g l n e n e a u m M f d
k u t n e B
E D O T E M
N A N R A A T J A A I L G E E B K M E P
I K R E O T K A O P M
R O T A K I D N I
. l a i s o s a g a b m e l
. l a i n s a n o k a s s i t a a l r g e a e j g n n b e e m e M p l
. l a i e s i t p o s t n i - a e e d i i p g a g t b n i s m e a e M k l
I S N E R T A E S P A D M O K O N
. a g r a u l e k a g n a a b k n m . s a e a a d l l g i r e j n s a a g n r u e e n l e u k M p f
n a k s t a a a g . l e k a l j b a e n k i e a m s e o M h l s
. i s l a a i s k o i s s a e a l p g k i a g t - b n e e p m i e M t l
n i s . a g l k a i n s u i s f p o i r n s k a a s d g e a d n b n a e r e m e M p l
1 . 1
2 . 1
3 . 1
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
5.1.3 Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pengajaran RPP (Rencana pelaksanaan Pembelajaran) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu Kompetensi Dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) Kompetensi Dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih. lebih. Setiap RPP minimal harus mencakup komponen berikut ini; 1. Tujuan Pembelajaran 2. Materi Pembelajaran Pembelajaran 3. Metode Pembelajaran 4. Sumber Belajar 5. Penilaian Hasil Belajar Rumusan Materi Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, dan Indikator pada silabus yang sudah mengintegrasikan materi tentang bencana dan kesiapsiagaan bencana selanjutnya diikuti oleh rumusan Indikator, Tujuan Pembelajaran, Pembelajaran, Materi Ajar, Ajar, dan Langkah Pembelajaran di Rencana Pelaksanaan Pelaksanaan Pembelajaran yang juga memperlihatkan pengintegrasian materi tentang bencana dan kesiapsiagaan bencana. Langkah-langkah menyusun RPP sebagai berikut: 1. Mengisi kolom identitas. 2. Menentukan alokasi alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah telah ditetapkan. 3. Menentukan SK, KD, KD, dan Indikator yang akan digunakan ( terdapat terdapat pada silabus yang telah disusun). 4. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan. (Lebih rinci dari KD dan Indikator Indik ator,, pada saat-saat tertentu rumusan indikator sama dengan tujuan pembelajaran, karena indikator sudah sangat rinci sehingga tidak dapat dijabarkan lagi.) 5. Mengidentikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran. 6. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan. 7. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran pembelajaran yang terdiri dari kegiatan kegiatan awal, inti, dan akhir. 8. Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan. 9. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, pengamatan, contoh soal, teknik teknik penskoran, dll.
60
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK Kotak 5.1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Nama Sekolah
: SMA
Mata Pelajaran
: Geogra
Kelas/Jurusan
: XII /IPS
Semester
: 2 (dua)
Alokasi Waktu
: 3 x 45 menit
Standar Kompetensi
: Menganalisis wilayah dan pewilayahan
Kompetensi Dasar
: Menganalisis pola persebaran, spasial, hubungan serta interaksi spasial desa dan kota
Indikator
: Struktur ruang kota
TUJUAN PEMBELAJARAN (INDIKATOR) 1.
Menjelaskan struktur wilayah kota
2.
Menjelaskan sebaran pemukiman di kota
3.
Mejelaskan ciri-ciri kota
4.
Mempraktikkan penanggulangan kebakaran di kota
MATERI POKOK 1.
Struktur wilayah kota
2.
Sebaran pemukiman di kota
3.
daerah pusat
daerah penyangga
daerah luar
Ciri-ciri kota
Kepadatan penduduk tinggi
Pusat keramaian
Fasilitas Fasilitas umum lengkap lengka p
4. Bahaya kebakaran di kota METODE DAN PENDEKATAN 1.
Metode : inormasi, diskusi, demonstrasi (simulasi)
2.
Pendekatan : p pendekatan endekatan proses proses melalui melalui CTL ( Contectstual Learning )
61
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
KEGIATAN BELAJAR PERTEMUAN 1 1. Pendahuluan ( persiapan) Melakukan doa bersama untuk memperkuat mental spiritual dalam pendekatan kepada Yang Yang Maha Kuasa agar dimudahkan dalam da lam belajar. Mengabsen dan mengingatkan agar senantiasa selalu belajar untuk kepentingan diri dan masyarakat sekitar. Bertanya jawab secara sederhana tentang keberadaan rumah masingmasing pesera didik dan memberikan tanggapan terhadap penjelasan tersebut. 2. Kegiatan Inti ( kegiatan pokok ) Menjelaskan secara singkat disertai tanya jawab tentang struktur dan sebaran pemukiman wilayah kota. Membentuk kelompok peserta didik yang terdiri dari 4 siswa setiap kelompok. Membagikan tema diskusi kepada masing-masing kelompok tentang ciriciri kota dan dampak negati kepadatan penduduk serta risiko kebakaran. Setelah diskusi kelompok masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain menanggapi. Guru bersama siswa menyimpulkan dari materi yang dibahas.
3. Penutup ( kegiatan akhir ) Guru meminta salah satu siswa untuk menggapi proses belajar yang sudah dilakukan. Guru menekankan pentingnya perlindungan anggota keluarga terutama dari bahaya kebakaran yang dapat meminta korban harta benda bahkan jiwa. Guru mengajak doa bersama agar senantiasa selalu siap sedia mencegah musibah kebakaran sebaga imana sering terjadi. Guru menutup menutup pelajaran dan mengingatkan penyiapan tugas untuk untuk pertemuan berikutnya dalam bentuk demontrasi (simulai) mengatasi kebakaran.
PERTEMUAN 2 1. Pendahuluan ( persiapan) Melakukan doa bersama untuk memperkuat mental spiritual dalam pendekatan kepada Yang Yang Maha Kuasa agar dimudahkan dalam belajar. Mengabsen dan mengingatkan agar senantiasa selalu belajar untuk kepentingan diri dan masyarakat sekitar. Bertanya jawab secara sederhana tentang bentuk perlindungan yang ada di rumah masing-masing pesera didik dan memberikan tanggapan terhadap penjelasan tersebut.
2. Kegiatan Inti ( kegiatan pokok ) Menjelaskan secara singkat tentang tugas umum yang harus dilakukan oleh peserta didik dalam materi upaya pencegahan, mengatasi saat terjadi dan pasca kebakaran.
62
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
Membentuk kelompok peserta didik yang terdiri dari 4 siswa setiap kelompok. Membagikan tugas khusus kepada masing-masing kelompok yang akan melakukan demonstrasi (simulasi) penanganan kebakaran rumah. Mendiskusikan hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa tentang pelaksanaan demonstrasi penanganan kebakaran rumah. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk mengatsi saat terjadi kebakaran secara sedrhana dan modern. Siswa membuat kesimpulan dari hasil pengamatan dan demonstrasi tentang kebakaran.
3. Penutup ( kegiatan akhir ) Guru meminta salah satu siswa untuk menggapi proses belajar yang sudah dilakukan. Guru menekankan pentingnya perlindungan anggota keluarga terutama dari bahaya kebakaran yang dapat meminta korban harta benda bahkan jiwa. Guru mengajak doa bersama agar senantiasa selalu siap sedia mencegah musibah kebakaran sebagaimana sering terjadi. Guru menutup menutup pelajaran dan mengingatkan penyiapan penyiapan tugas tugas untuk pertemuan berikutnya dalam bentuk laporan tentang proses penanganan kebakaran rumah dan manaat melakukan pencegahan kebakaran.
SUMBER BELAJAR 1..
Bintarto: Geogra Kota(1977), Yogyakarta, Fakultas Fakultas Geogra Universitas Gajah Mada
2. . Daldjoeni, Daldjoeni, N.(1999 N.(1999), ), Geogra Geogra Kota Kota dan Desa. Desa. Alumni. Alumni. Bandung Bandung 3.
Modul kebakaran kebak aran
4.
Media Med ia massa mas sa
PENILAIAN 1. . Proses Proses : Penilaian Penilaian proses proses dilakukan dilakukan pada saat saat proses proses pembelajaran pembelajaran dengan dengan car mengamati sikap dan perilaku siswa. Penilaian proses dapat pula dilakukan dalam bentuk ceklis atau kuesioner serta wawancara 2.
Hasi Ha sill Jenis
: Tes dan non tes
Bentuk
: Tes uraian
Laporan tentang ulasan hasil pengamatan mengenai cara mengatasi saat kebakaran dan pasca kebakaran secara individual. Laporan dikumpulkan seminggu setelah pemberian tugas (pertemuan berikutnya). Jakarta,
Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran,
63
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK) Kotak 5.2.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran
Nama Sekolah
: SMA
Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/Jurusan
: X/-
Semester
: 2 (dua)
Alokasi Waktu
: 3 x 45 menit
Standar Kompetensi
: Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi.
Kompetensi Dasar
: Mengidentikasi penerapan listrik AC dan DC dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator
: Mengidentikasi penerapan arus listrik bolak-balik dalam kehidupan sehari-hari.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mengidentikasi alat-alat rumah tangga yang berarus AC.
Menjelaskan bahaya hubungan pendek pada listrik arus AC.
Mempraktikkan penanggulangan kebakaran akibat hubungan pendek.
MATERI MA TERI POKOK
Alat-alat rumah tangga yang menggunakan arus listrik AC.
Proses dan cara mencegah hubungan pendek pada arus listrik AC.
Pencegahan dan penganggulangan kebakaran.
METODE DAN PENDEKATAN Metode : inormasi, diskusi, demonstrasi (simulasi) Pendekatan : pendekatan proses melalui CTL ( Contectstual Learning )
KEGIATAN BELAJAR PERTEMUAN 1 1. Pendahuluan ( persiapan)
64
Melakukan doa bersama untuk memperkuat mental spiritual dalam pendekatan kepada Yang Yang Maha Kuasa agar dimudahkan dalam belajar Mengabsen dan mengingatkan agar senantiasa selalu belajar untuk kepentingan diri dan masyarakat sek itar. Bertanya jawab secara sederhana tentang keberadaan rumah masingmasing pesera didik dan memberikan tanggapan terhadap penjelasan tersebut.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
2. Kegiatan Inti ( kegiatan pokok ) Menjelaskan secara singkat disertai tanya jawab tentang arus Ac dan alatalat yang menggunakan arus AC. Membentuk kelompok peserta didik yang terdiri dari 4 siswa setiap kelompok. Membagikan tema diskusi kepada masing-masing kelompok tentang terjadinya hubungan pendek (korsleting) pada arus Ac dan risiko kebakaran. Setelah diskusi kelompok masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain menanggapi. Guru bersama siswa menyimpulkan dari materi yang dibahas.
3. Penutup ( kegiatan akhir ) Guru meminta salah satu siswa untuk menggapi proses belajar yang sudah dilakukan. Guru menekankan pentingnya perlindungan anggota keluarga terutama dari bahaya kebakaran yang dapat meminta korban harta benda bahkan jiwa. Guru mengajak doa bersama agar senantiasa selalu siap sedia mencegah musibah kebakaran sebagaimana sering terjadi. Guru menutup menutup pelajaran dan mengingatkan mengingatkan penyiapan penyiapan tugas untuk pertemuan berikutnya dalam bentuk demontrasi (simulai) mengatasi kebakaran. PERTEMUAN 2 1. Pendahuluan ( persiapan) Melakukan doa bersama untuk memperkuat mental spiritual dalam pendekatan kepada Yang Yang Maha Kuasa agar dimudahkan dalam belajar. Mengabsen dan mengingatkan agar senantiasa selalu belajar untuk kepentingan diri dan masyarakat sekitar. Bertanya jawab secara sederhana tentang bentuk perlindungan yang ada di rumah masing-masing pesera didik dan memberikan tanggapan terhadap penjelasan tersebut.
2. Kegiatan Inti ( kegiatan pokok ) Menjelaskan secara singkat tentang tugas umum yang harus dilakukan oleh peserta didik dalam materi upaya pencegahan, mengatasi saat terjadi dan pasca kebakaran. Membentuk kelompok peserta didik yang terdiri dari 4 siswa setiap kelompok. Membagikan tugas khusus kepada masing-masing kelompok yang akan melakukan demonstrasi (simulasi) penanganan kebakaran rumah. Mendiskusikan hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa tentang pelaksanaan demonstrasi penanganan kebakaran rumah. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk mengatasi saat terjadi kebakaran secara sederhana dan modern. Siswa membuat kesimpulan dari hasil pengamatan dan demonstrasi tentang kebakaran.
65
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
3. Penutup ( kegiatan akhir )
Guru meminta salah satu siswa untuk menggapi proses belajar yang sudah dilakukan. Guru menekankan pentingnya perlindungan anggota keluarga terutama dari bahaya kebakaran yang dapat meminta korban harta benda bahkan jiwa. Guru mengajak doa bersama agar senantiasa selalu siap sedia mencegah musibah kebakaran sebagaimana sering terjadi. Guru menutup menutup pelajaran dan mengingatkan penyiapan penyiapan tugas untuk untuk pertemuan berikutnya dalam bentuk laporan tentang proses penanganan kebakaran rumah dan manaat melakukan pencegahan kebakaran.
SUMBER BELAJAR 1.
Buku Fisika kelas X
2.
Modul kebakaran
3.
Media massa
PENILAIAN 1.
Proses : Penilaian Penilaian proses dilakukan pada saat proses pembelajaran pembelajaran dengan car mengamati sikap dan perilaku siswa. Penilaian proses dapat pula dilakuk an dalam bentuk ceklis atau kuesioner serta wawancara
2.
Hasi Ha sill Jenis
: Tes dan non tes
Bentuk
: Tes uraian
Laporan tentang ulasan hasil pengamatan mengenai cara mengatasi saat kebak aran dan pasca kebakaran secara individual. Laporan dikumpulkan seminggu setelah pemberian tugas (pertemuan berikutnya). Jakarta,
Kepala Sekolah
66
Guru Mata Pelajaran,
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK Kotak 5.3.1 Rencana Pengajaran Dan Dan Penilaian
Nama Sekolah
: SMA
Mata Pelajaran
: KIMIA
Kelas/Semester
: X/2
Standar Kompetensi
: Memahami siat-siat senyawa organik atas dasar gugus ungsi dan senyawa makromolekul.
Kompetensi Dasar
: Menjelaskan proses pembentukan dan teknik pemisahan raksi-raksi minyak minyak bumi serta kegunaannya.
Indikator
: Menganalisis dampak terhadap lingkungan.
Alokasi Waktu
: 2 jp
pembakaran
bahan
bakar
TUJUAN PEMBELAJARAN (INDIKATOR) 1.
Menjelaskan dampak pembakaran terhadap lingkungan.
2.
Menjelaskan upaya menanggulangi kebakaran.
MATERI MA TERI POKOK 1.
Dampak pembakaran pada lingkungan.
2.
Eek rumah kaca.
3.
Merusak pernaasan.
4.
Penanggulangan kebakaran.
METODE DAN PENDEKATAN Metode
: inormasi, diskusi, demonstrasi (simulasi).
Pendekatan
: pendekatan proses melalui CTL ( Contectstual Learning ).
KEGIATAN BELAJAR PERTEMUAN 4 1. Pendahuluan ( persiapan)
Melakukan doa bersama untuk memperkuat mental spiritual dalam pendekatan kepada Yang Yang Maha Kuasa agar dimudahkan dalam belajar. Mengabsen dan mengingatkan agar senantiasa selalu belajar untuk kepentingan diri dan masyarakat sek itar. Bertanya jawab secara sederhana tentang bentuk perlindungan yang ada di rumah masing-masing pesera didik dan memberikan tanggapan terhadap penjelasan tersebut.
67
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
2. Kegiatan Inti ( kegiatan pokok )
Menjelaskan secara singkat disertai tanya jawab tentang dampak pembakaran terhadap lingkungan.
3. Kegiatan Inti ( kegiatan pokok )
Menjelaskan secara singkat tentang tugas umum yang harus dilakukan oleh peserta didik dalam materi upaya pencegahan, mengatasi saat terjadi dan pasca kebakaran. Membentuk kelompok peserta didik yang terdiri dari 4 siswa setiap kelompok. Membagikan tugas khusus kepada masing-masing kelompok yang akan melakukan demonstrasi (simulasi) penanganan kebakaran rumah. Mendiskusikan hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa tentang pelaksanaan demonstrasi penanganan kebakaran rumah. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk mengatsi saat terjadi kebakaran secara sederhana dan modern. Siswa membuat kesimpulan dari hasil pengamatan dan demonstrasi tentang kebakaran.
4. Penutup ( kegiatan akhir )
Guru meminta salah satu siswa untuk menanggapi proses belajar yang sudah dilakukan. Guru menekankan pentingnya perlindungan anggota keluarga terutama dari bahaya kebakaran yang dapat meminta korban harta benda bahkan jiwa. Guru mengajak doa bersama agar senantiasa selalu siap sedia mencegah musibah kebakaran sebagaimana sering terjadi. Guru menutup pelajaran dan mengingatkan penyiapan tugas untuk pertemuan berikutnya dalam bentuk laporan tentang proses penanganan kebakaran rumah dan manaat melakukan pencegahan kebakaran.
SUMBER BELAJAR 1.
Buku kimia.
2.
Modul kebakaran.
PENILAIAN 1.
68
Proses : Penilaian Penilaian proses dilakukan pada saat proses pembelajaran pembelajaran dengan car mengamati sikap dan perilaku siswa. Penilaian proses dapat pula dilakukan dalam bentuk ceklis atau kuesioner serta wawancara
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
2.
Hasil Jenis
: Tes dan non tes
Bentuk
: Tes uraian
Laporan tentang ulasan hasil pengamatan mengenai cara mengatasi saat kebakaran dan pasca kebakaran secara individual. Laporan dikumpulkan seminggu setelah pemberian tugas (pertemuan berikutnya). Jakarta,
Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran, Kotak 5.4.1 Rencana Pengajara Pengajaran n Dan Penilaian
SATUAN SATUAN PENDIDIKAN PENDIDIK AN
: SMA
MATA MATA PELAJARAN PELAJA RAN
: SOSIOLOGI
KELAS / SEMESTER
: XII / IPS
STANDAR STANDAR KOMPETENSI
: Memahami lembaga sosial
KOMPETENSI DASAR
: Mendeskripsikan peran dan ungsi lembaga sosial
INDIKATOR INDIKATOR
: Menjelaskan peran dan ungsi proteksi dalam keluarga
ALOKASI WAKTU
: 4 jp
A.
TUJUAN PEMBELAJARAN (INDIKA (INDIKATOR) TOR)
1.
Menjelaskan peran keluarga dalam melakukan proteksi.
2.
Menjelaskan ungsi proteksi dalam keluarga.
3.
Memberi contoh bentuk proteksi dalam keluarga.
B. 1.
MATERI POKOK Peran anggota keluarga dalam proteksi.
Menjalankan kewajiban sebagai anggota keluarga. Peran anggota keluarga terdiri atas :
-
Peran ayah sebagai kepala keluarga.
-
Peran ibi sebagai anggota keluarga.
-
Peran anak sebagai anggota keluarga.
Memberikan perlindungan anggota keluarga . -
Perlindungan dari dalam keluarga.
-
Perlindungan dari luar keluarga.
69
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
2.
Proteksi merupakan ungsi keluarga dalam melindungi anggotanya. Perlindungan tersebut dalam bentuk:
C.
Perlindungan secara sik. -
Pemberian tempat perlindungan (rumah) yang aman.
-
Pencegahan terjadinya bencana (kebakaran).
Perlindungan secara mental spiritual. -
Perlindungan perkembangan mental spiritual anggota keluarga.
-
Pencegahan pengaruh buruk pada perkembangan mental spiritual.
METODE DAN PENDEKAT PENDEKATAN AN
1.
Metode : inormasi, diskusi, demonstrasi (simulasi)
2.
Pendekatan : pendekatan proses melalui CTL ( Contectstual Learning )
D. KEGIATAN BELAJAR PERTEMUAN 1 1. Pendahuluan ( persiapan)
Melakukan doa bersama untuk memperkuat mental spiritual dalam pendekatan kepada Yang Yang Maha Kuasa agar dimudahkan dalam belajar. Mengabsen dan mengingatkan agar senantiasa selalu belajar untuk kepentingan diri dan masyarakat sekitar. Bertanya jawab secara sederhana tentang bentuk perlindungan yang ada di rumah masing-masing pesera didik dan memberikan tanggapan terhadap penjelasan tersebut.
2. Kegiatan Inti ( kegiatan pokok )
Menjelaskan secara singkat disertai tanya jawab tentang peran keluarga dalam melindungi anggotanya. Membentuk kelompok peserta didik yang terdiri dari 4 siswa setiap kelompok. Membagikan tema diskusi kepada masing-masing kelompok tentang upaya sebelum, saat terjadi, dan pasca kebakaran. Setelah diskusi kelompok masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain menanggapi. Guru bersama siswa menyimpulkan dari materi yang dibahas.
3. Penutup ( kegiatan akhir )
70
Guru meminta salah satu siswa untuk menanggapi proses belajar yang sudah dilakukan. Guru menekankan pentingnya perlindungan anggota keluarga terutama dari bahaya kebakaran yang dapat meminta korban harta benda bahkan jiwa. Guru mengajak doa bersama agar senantiasa selalu siap sedia mencegah musibah kebakaran sebagaimana sering terjadi.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
Guru menutup pelajaran dan mengingatkan penyiapan tugas pertemuan berikutnya dalam bentuk demontrasi (simulasi) mengatasi kebakaran.
untuk
PERTEMUAN 2 1. Pendahuluan ( persiapan)
Melakukan doa bersama untuk memperkuat mental spiritual dalam pendekatan kepada Yang Yang Maha Kuasa agar dimudahkan dalam belajar. Mengabsen dan mengingatkan agar senantiasa selalu belajar untuk kepentingan diri dan masyarakat sekitar. Bertanya jawab secara sederhana tentang bentuk perlindungan yang ada di rumah masing-masing pesera didik dan memberikan tanggapan terhadap penjelasan tersebut.
2. Kegiatan Inti ( kegiatan pokok )
Menjelaskan secara singkat tentang tugas umum yang harus dilakuk an oleh peserta didik dalam materi upaya pencegahan, mengatasi saat terjadi dan pasca kebakaran. Membentuk kelompok peserta didik yang terdiri dari 4 siswa setiap kelompok. Membagikan tugas khusus kepada masing-masing kelompok yang akan melakukan demonstrasi (simulasi) penanganan kebakaran rumah. Mendiskusikan hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa tentang pelaksanaan demonstrasi penanganan kebakaran rumah. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk mengatasi saat terjadi kebakaran secara sederhana dan modern. Siswa membuat kesimpulan dari hasil pengamatan dan demonstrasi tentang kebakaran.
3. Penutup ( kegiatan akhir )
Guru meminta salah satu siswa untuk menggapi proses belajar yang sudah dilakukan. Guru menekankan pentingnya perlindungan anggota keluarga terutama dari bahaya kebakaran yang dapat meminta korban harta benda bahkan jiwa. Guru mengajak doa bersama agar senantiasa selalu siap sedia mencegah musibah kebakaran sebagaimana sering terjadi. Guru menutup pelajaran dan mengingatkan mengingatkan penyiapan penyiapan tugas untuk pertemuan berikutnya dalam bentuk laporan tentang proses penanganan kebakaran rumah dan manaat melakukan pencegahan kebakaran.
71
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
E.
SUMBER BELAJAR
1.
Sosiologi 1, Horton dan Hull, Erlangga, 1999
2.
Sosiologi suatu pengantar, pengantar, Kamanto S, FEUI, 2000
3.
Modul kebakaran
4.
www.kompas-cybermedia.com
5. www.liputan6.com
F.
PENILAIAN
1.
Proses: Penilaian proses dilakukan dilakukan pada saat proses pembelajaran pembelajaran dengan car mengamati sikap dan perilaku siswa. Penilaian proses dapat pula dilakukan dalam bentuk ceklis atau kuesioner serta wawancara
2.
Hasil Jenis
: Non tes
Bentuk : Laporan tentang ulasan hasil pengamatan mengenai cara mengatasi saat kebakaran dan pasca kebakaran secara individual. Laporan dikumpulkan seminggu setelah pemberian tugas (pertemuan berikutnya). Jakarta,
Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran, Kotak 5.5.1 Contoh Bahan Ajar Sosiologi
Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta didik mampu: 1.
Menjelaskan peran keluarga dalam melakukan proteksi.
2.
Menjelaskan ungsi proteksi dalam keluarga.
3.
Memberi contoh bentuk proteksi dalam keluarga.
PENTINGNYA PROTEKSI TERHADAP KEBAKARAN Proteksi kebakaran adalah ilmu mengurangi korban jiwa dan harta dengan mencegah atau menanggulangi kebakaran. Era Proteksi kebakaran modern di Indonesia ditandai dengan terbitnya Peraturan Daerah DKI Jakarta Jakar ta Nomor 3 Tahun 1975 tentang Ketentuan Penanggulangan Bahaya Kebakaran dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Gubernur Ali Sadikin ketika itu menyadari pentingnya peraturan kebakaran bagi Jak arta yang pada tahun 1970-an mulai membangun gedung-gedung tinggi, sementara institusi kota belum mampu memproteksi gedung tinggi dari bahaya kebakaran. Para ahli teknik dan birokrat juga belum memahami tentang aplikasi yang benar dari persyaratan proteksi kebakaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun penanganannya. Regulasi yang siap dalam menghadapi pembangunan gedung tinggi
72
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
yang pesat di Jakarta belum ada. Hal itu menyebabkan banyaknya gedung tinggi yang tidak aman dari segi proteksi kebakaran. Baru setelah sejumlah gedung tinggi di Jakarta terbakar berat pada tahun 1983/1984, pemerintah pusat sadar akan ungsinya dalam pembinaan teknis kepada daerah. Untuk itu telah diterbitkan berbagai regulasi bidang proteksi kebakaran baik berupa keputusan menteri, standar nasional, maupun undang undang seperti UU No.1 th. 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan UU No. 28 th. 2002 tentang Bangunan Gedung. Namun meskipun regulasi di bidang proteksi kebakaran telah tersedia, untuk melaksanakan peraturan proteksi kebakaran tersebut di daerah ternyata tidak mudah. Padahal untuk menyelenggarakan proteksi kebakaran yang baik dibutuhkan banyak peraturan yang mengatur berbagai bidang terkait. Banyaknya peraturan proteksi kebakaran yang harus dipersiapkan tentu menuntut penguasaan atau pemahaman aspek teknis yang lebih tinggi. Masih terbatasnya tenaga proesional di bidang proteksi kebakaran dan kekurangpedulian masyarakat dalam pengelolaan risiko kebakaran adalah salah satu kendala kurang tersosialisasinya peraturan proteksi kebakaran hingga saat ini. Hal ini akan sangat berpengaruh pada keamanan bangunan. Oleh karenanya pemerintah daerah harus memberlakukan peraturan proteksi kebakaran secara konsisten. Sampai kini sayangnya belum jelas sanksi bagi pemerintah daerah yang tidak memberlakukan regulasi proteksi kebakaran di daerahnya. Padahal peraturan proteksi kebakaran, baik yang termuat dalam Peraturan Bangunan (Building Code) Code) maupun dalam Peraturan Kebakaran (Fire (Fire Code); Code); selain penting bagi perencana, kontraktor, pemilik dan pengguna bangunan gedung; juga mempunyai ungsi pengawasan. Fungsi pengawasan merupakan ungsi utama pencegahan kebakaran dari instansi pemadam kebakaran di daerah. Di samping itu pemerintah daerah juga mempunyai kewajiban dalam penyediaan prasarana dan sarana proteksi kebakaran, penyediaan SDM, dan bantuan pasca kebakaran. Tetapi masalah yang dihadapi oleh pemerintah daerah umumnya sama yaitu masih adanya kesenjangan antara prasarana dan sarana proteksi kebakaran dengan semakin tingginya risiko kebakaran yang ada. Sejalan dengan itu standar kompetensi personil proteksi kebakaran baik pada pemerintah maupun swasta juga masih belum mantap. Gambaran di atas menyimpulkan bahwa risiko kebakaran pada perkotaan di Indonesia masih cukup besar. Lingkungan pemukiman padat dan kumuh juga selalu menjadi masalah perkotaan sebagai akibat ketimpangan sosial yang ada. Lingkungan seperti ini memiliki risiko kebakaran yang tinggi dan tentu menuntut keadilan dalam mendapatkan pelayanan proteksi kebakaran. Sedangkan bangunan yang memiliki ungsi publik, seperti bangunan vital, bangunan bersejarah, bangunan pendidikan, bangunan rumah sakit, panti-panti, bangunan industri, bangunan peribadatan, dan bangunan rekreasi perlu mendapat proteksi kebakaran yang maksimal. Semua proteksi terhadap bangunan tersebut harus diarahkan agar dapat mengatasi kebakaran yang terjadi secara mandiri mengingat minimnya prasarana dan sarana proteksi kebakaran.
73
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
TINDAKAN AGAR TIDAK TIMBUL KEBAKARAN Tentu Tentu Anda pernah melihat peristiwa kebakaran bukan? Tapi mungkin juga Anda tidak pernah melihat peristiwa kebakaran rumah di daerah sekitar tempat tingla Anda. Hal itu berarti masyarakat di sekitar tempat tinggal Anda sudah menyadari akan pentingnya menghindari kebakaran rumah. Tapi Anda jangan berbangga berlebihan, ingatkanlah selalu keluarga, teman, dan masyarakat lainya agar senantiasa berupaya untuk mencegah terjadinya kebakaran. Sekarang coba Anda diskusikan dengan teman, bagaimana upaya mencegah kebakaran rumah! Kemudian tuliskan upaya-upaya tersebut! …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… ………………………..…………………………………………………………………… ……………….................................. Memang benar bahwa upaya pencegahan selalu lebih baik dari pada mengatasi peristiwa yang telah terjadi. Sering kali kita pada saat tidak terjadi apa-apa lupa untuk melakukan upaya pencegahan. Kita telah terbiasa baru bertindak ketika peristiwa telah terjadi. Bahkan hampir dalam segala hal, misalnya belajar dengan mati-matian saat akan ulangan atau ujian tetapi tidak menyiapkan belajar secara rutin setiap hari, ketika terjadi banjir saling menyalahkan tetapi ketika musim kering tidak memperhatikan saluran air dan sebagainya. Demikian pula dengan rumah, tidak memikirkan dan menyediakan alat-alat untuk pencegahan kebakaran, tetapi jira sudah terjadi kebakaran baru bertindak dengan panik. Nah, mulai Sekarang cobalah untuk selalu berusaha melakukan pencegahan sebelum benar-benar terjadi peristiwa kebakaran. Untuk mencegah bahaya kebakaran dapat dilakukan upaya yaitu:
74
1.
Upayakan jangan mengisi mengisi minyak minyak ke dalam kompor kompor terlalu luber atau atau jangan biarkan minyak di dalam kompor menjadi kosong. Mengisi minyak hingga luber (sampai tumpah) dapat menyebabkan tumpahan minyak tersambar api. Jika tumpahan api yang menyambar kemudian dekat dengan bahan lain yang mudah terbakar maka dapat membahayakan (kebakaran). Begitu pula kompor yang menyala dengan minyak yang hampir kosong akan mmberikan panas dalam tabung. Karena pemanasan dalam tabung kompor menyebabkan minyak yang berbentuk cair berubah menjadi gas. Siat gas sangat mudah untuk disambar oleh api. Karena itu, jika di rumah Anda masíh menggunakan kompor minyak usahakan senantiasa memeriksa keadaan minyak yang ada dalam kompor.
2.
Usahakan sumbu kompor tidak ada yang panjang sebelah atau ompong, ompong, karena bisa menyulut kebakaran. Seringkali pengguna kompor minya tidak memeriksa keadaan sumbu kompor. Padahal sumbu sangat penting dalam penyalaan api kompor.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
3.
Jangan menaruh kompor terlalu dekat ke dinding. Jarak yang terlalu dekat dengan dinding menyebabkan ruang sela yang mudah panas sehingga dapat menimbulkan ledakan pada kompor. Sebaiknya kompor diletakkan agak jauh dengan benda lainnya.
4.
Jangan menyimpan menyimpan barang yang mudah mudah terbakar, terbakar, seperti bensin bensin atau atau minyak minyak tanah di kolong meja kompor, atau dekat dengan sumber api. Kelalaian yang sangat berbahaya jika menempatkan atau menyimpan bahan bakar di dekat sumber api.
5.
Bila menggunakan menggunakan kompor gas, taruhlah kompor dan tabung gas di tempat yang ventilasinya bagus atau mencukupi agar udara mudah keluar masuk. Sehingga bila terjadi kebocoran, gas akan langsung terbawa angin. Hindari menempatkan kompor gas di dekat barang yang mudah terbakar. Juga, jangan menaruh kompor gas di sebelah kompor minyak. Apabila terpaksa, taruhlah kompor gas sekitar 1-2 meter dari kompor minyak.
6.
Periksalah saluran gas dari tabung ke kompor. kompor. Pemerikasaan Pemerikasaan kondisi pipa gas gas sangat penting untuk mencegah bahaya kebakaran
7.
Untuk listrik, jangan memasang lampu berlebihan dan jangan menempelkan stop kontak bertumpuk-tumpuk. Pasalnya, kabel akan panas dan meleleh, dan dapat menyebabkan percikan api yang lama-lama bisa menyulut kebakaran.
8.
Jangan merokok merokok di tempat tidur. Kebiasaan yang harus dihindari agar tidak merokok sembarangan. Merokoklah pada tempat terbuka.
9.
Jangan menaruh obat nyamuk bakar terlalu dekat dengan barang-barang yang mudah terbakar. Penggunaan obat nyamuk bakar sering menjadi penyebab terjadinya kebakaran rumah. Tanpa disadari obat nyamuk menyulut benda-benda di sekitarnya
10. Jangan biarkan anak kecil bermain korek api. Sangat berbahaya apabila membiarkan anak kecil bermain api di dalam atau sekitar rumah. Mereka belum dapat mengerti bahaya yang ditimbulkan karena bermain api tersebut. 11. Jangan membakar sampah di tengah terik matahari atau deraan angin kencang. Jika Anda membakar sampah hendaknya ditunggu hingga api menjadi kecil atau mati. Mengapa? Jika Anda tinggal sedang api masih besar maka angin dapat menyebarkan api ke sekitarnya. Hal ini jika jik a tidak dikendalikan dapat menyebabkan kebakaran. Bakarlah sampah pada tempat terbuka dan jauh dari rumah. Jarak tempat pembakaran dengan rumah akan sangat membahayakan.
BAGAIMANA BAGAIMAN A JIKA KEBAKARAN TAK TAK BISA DICEGAH? 1.
Usahakan memadamkan api sebisa mungkin. Bila kompor yang terbakar, Anda bisa memadamkannya dengan menggunakan karung atau kain yang telah dibasahi air. Api terdiri atas tiga unsur, yaitu unsur benda, udara, dan panas. Dengan kain atau karung basah, konsepnya adalah menghilangkan unsur udara. Kain atau karung basah menutup pori-pori, sehingga mencegah udara masuk.
2.
Jangan sekali-kali menyiramkan air ke atas kompor yang terbakar. Cara ini ini tidak akan memadamkan, namun sebaliknya, justru akan memperluas daerah yang terbakar.
3.
Jika kebakaran kebakaran disebabkan disebabkan listrik, listrik, putuskan putuskan aliran aliran listrik secepatnya dan padamkan percikan apinya.
75
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
4.
Bila api tak kunjung padam, utamakan keselamatan keselamatan diri diri Anda. Anda. Segera menghubungi dinas pemadam kebakaran dengan menekan nomor 113.
5.
Usahakan memberikan memberikan inormasi yang jelas, seperti apa yang terbakar dan dimana lokasinya. Ini dimaksudkan agar petugas PMK dapat mengirimkan unit pemadam yang sesuai dengan kejadian. Pasalnya, penanganan musibah kebakaran berbeda satu sama lain. Misalnya jika yang terbakar pom bensin, petugas akan mengirimkan mobil pemadam yang mempunyai peralatan khusus, seperti mobil oam, sementara jika yang terbakar gedung bertingkat, petugas akan mengirimkan mobil tangga.
6.
Bila memasuki sebuah gedung bertingkat, biasakan biasakan untuk untuk mencari tahu letak tangga darurat. Karena jika terjadi kebakaran, secara otomatis lit tidak bisa digunakan.
7.
Ingat pula pula dimana dimana posisi alarm dan alat pemadam pemadam kebakaran, agar dapat digunakan saat terjadi kebakaran.
8.
Bila menghadapi menghadapi gejala gejala akan terjadi kebakaran, berbuatlah sesuatu. Paling tidak, berteriak atau nyalakan alarm, sebelum api menyentuh alat otomatis yang telah terpasang. Ingat, alarm yang paling peka adalah tubuh kita.
9.
Bila terkurung asap, asap, usahakan berjalan di bawah asap dengan merangkak. merangkak. Pasalnya Pasalnya berat jenis asap lebih ringan dari udara, sehingga asap akan memenuhi bagian atas ruangan. Jangan lupa, tutup mulut dan hidung dengan kain. Penyebab jatuhnya korban yang terbanyak adalah karena menghisap banyak asap, bukan akibat terbakar api.
10. Jangan bersembunyi di kamar mandi. Pasalnya, jika api membesar dan kamar mandi kering, air akan mendidih. Banyak kejadian membuktikan, korban tewas banyak ditemukan di dalam kamar mandi atau dalam posisi berendam di dalam bak air. 11. Di rumah, buatlah jalan alternati yang dapat digunakan untuk menyelamatkan menyelamatkan diri jika terjadi musibah kebakaran. 12. Bila terpaksa harus menggunakan teralis, usahakan teralis teralis dapat dibuka dari dalam. Pasalnya, seperti yang sudah-sudah, teralis menjadi penghalang bagi Anda untuk penyelamatkan diri, sekaligus bagi petugas pemadam. 13. Jika Anda mengalami luka akibat terbakar, terbakar, secepatnya dinginkan dengan es atau disiram air mengalir atau air yang ditambah garam, sambil menunggu penanganan dari tenaga medis.
SIKAP DALAM PENCEGAHAN KEBAKARAN
76
1.
Jangan panik (tenang dan tabah).
2.
Berani bertindak dengan penuh perhitungan.
3.
Pemadaman tidak berlawanan dengan arah angin.
4.
Perhatikan benda yang terbakar/asap.
5.
Perhitungan lokasi kebakaran kebakaran dan bahaya-bahaya lainnya yang mungkin terjadi terjadi (bahaya listrik, reruntuhan bangunan, dsb).
6.
Pahami benar bahaya kebakaran dan dan penyebab penyebab kebakaran sehingga sehingga penghuni secara sadar dapat mencegah terjadinya kebakaran.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
7.
Hindari penggunaan bahan mudah terbakar.
8.
Pelajari dengan benar rute atau jalan keluar darurat.
9.
Pelajari dengan cermat tempat penyimpanan alat pemadam kebakaran.
10. Perhatikan tempat dan cara mematikan tombol listrik dan gas. 11. Catat nomor penting penting yang harus dihubungi dihubungi misalnya Dinas pemadam Kebakaran.
ANTISIPASI RISIKO KEBAKARAN Antisipasi Jauh Hari Berikut ini adalah hal-hal yang jauh hari dapat Anda lakukan untuk mencegah risiko terburuk jika terjadi kebakaran. 1.
Pada saat membangun membangun rumah, pertimbangkanlah desain yang memberikan memberikan tingkat keamanan tertinggi jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran, misalnya desain ventilasi, jendela, pintu dan sebagainya. Mintalah pihak pengembang/kontraktor/ arsitek untuk memberikan masukan sesuai yang Anda inginkan.
2.
Pasanglah alarm kebakaran di setiap setiap ruangan rumah Anda (minimal 1 ruangan dipasang 1 alarm, termasuk pendeteksi asap – smoke detector ). ).
3.
Gantilah secara teratur teratur baterai alarm tersebut dan sebulan sebulan sekali lakukan perawatan serta pengetesan apakah alarm masih berungsi baik atau tidak.
4.
Tuliskan nomor telpon darurat seperti nomor telpon pemadam kebakaran dan ambulan di tempat yang mudah untuk ditemukan sehingga Anda dapat menghubungi nomor tersebut bahkan dalam keadaan panik.
5.
Hal lain lain yang tidak kalah penting adalah dengan melatih seluruh anggota anggota keluarga Anda untuk menghadapi kebakaran, misalnya: menghubungi nomor darurat jika terjadi kebakaran, merencanakan jalur evakuasi jika terjadi kebakaran, titik berkumpul jika terjadi kebakaran dan hal-hal penting lainnya.
6.
Sebelum risiko kebakaran terjadi, simpanlah barang-barang barang-barang berharga Anda dengan baik. Sertikat, ijazah, uang, perhiasan dan surat berharga lainnya sangat dianjurkan untuk disimpan di tempat yang tidak dapat terbakar, misalnya lemari besi. Saat ini telah banyak jasa penyimpanan barang berharga yang dapat Anda pilih. Bank-bank ternama menyediakan alternati penyimpanan barang berharga yang kita kenal dengan “safe “safe deposit box ”. ”. Kenapa Anda tidak mencobanya?
7.
Ikutlah asuransi yang menjamin kerugian dari kebakaran. Hal ini akan membantu memperkecil kerugian yang akan Anda alami jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran.
SAAT TERJADI KEBAKARAN A. KEBAKARAN RUMAH Kasus kebakaran tempat tinggal atau perumahan sangat banyak terjadi baik di kota maupun desa. Perumahan yang padat jika terjadi kebakaran biasanya merembet ke rumah-rumah lainnya. Keadaan rumah yang padat biasanya tidak memiliki akses jalan yang cukup untuk upaya pemadaman api. Jalan yang sempit, jarak rumah yang rapat, bahan rumah yang berasal dari kayu/tripleks, dan sulitnya sumber air menjadi aktor yang menghambat saat terjadi kebakaran. Apakah
77
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran di rumah? Bagaimana upaya untuk memadamkan api? Untuk menjawabnya, silahkan Anda membaca dengan seksama uraian berikut ini. Pada umumnya kebakaran rumah disebabkan oleh kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan panas. Sebelum api menjadi besar segeralah bertindak untuk memadamkannya. Api yang baru menyala atau kebakaran awal ak an menjadi lebih mudah mengatasinya dari pada jika api kebakaran sudah mulai membesar. Oleh karena itu kita harus mengenal sumber kebakaran yang biasa terjadi di rumah dan cara mengatasinya. Sumber kebakaran tersebut yaitu: 1. Kompor minyak tanah Penggunaan kompor minyak tanah sangat banyak khususnya pada masyarakat kelas bawah. Meskipun pemerintah telah menghimbau untuk beralih ke bahan bakar lain (konversi ke gas) namun masih banyak anggota masyarakat yang sulit berubah. Penggunaan kompor minyak tanah yang sudah akrab sejak dulu sulit untuk berubah ke bahan bakar lainnya. Jika sumber kebakaran berasal dari kompor minyak tanah, maka lakukan hal sebagai berikut!
Jangan disiram dengan air karena penyiraman air ke minyak justru akan memperbesar kobaran api. Jangan diangkat/tindakan lain yang dapat tergulingnya kompor. Kompor yang sedang terbakar jangan diangkat karena k arena kompor akan menjadi panas. Panas yang dirasakan akan, akan secara tidak sadar (refeks) membuang kompor yang sedang terbakar sehingga mudah menyulut benda-benda di sekitar. Gunakan karung basah/sejenisnya untuk menutupi kebakaran tersebut. Penggunaan karung basah sangat membantu untuk mematikan nyala api pada kompor. Gunakan alat pemadam kebakaran. Jika di rumah ada alat pemadam kebakaran maka harap tenang dan menyemprotkan tabung pemadam kebakaran pada kompor yang terbakar.
2. Kompor Gas LPG (Elpiji) Pengguanaan kompor gas LPG sekarang sedang pesat. Hal ini berkaitan dengan kebijakan pemerintah melakukan konversi ke bahan bakar gas. Gas LPG yang mudah didapat, hemat biaya, ramah lingkungan dan cepat panas menjadi pilihan yang tepat terutama di perkotaan. Untuk menyukseskan konversi tersebut pemerintah memberikan kompor dan tabung secara gratis kepada masyarakat. Nah, jika kompor gas LPG yang menjadi sumber kebakaran, maka lakukan hal berikut!
78
Cabut regulatornya. Setiap tabung gas dilengkapi dengan regulator (alat pengatur keluarnya gas dari dalam tabung). Jika terjadi kebakaran pada kompor gas, segera cabut regulatornya. Tindakan ini akan memutuskan aliran gas ke kompor. kompor. Tutup kran/ valvenya. valvenya. Tindakan berikutnya adalah dengan menutup kran yang menghubungkan selang dengan tabung gas LPG. Penutupan kran dimaksudkan agar gas tidak mengalir ke kompor sehingga tidak memperbesar api kebakaran. Dinginkan/balut tabung LPG dengan karung basah/sejenis. Upaya ini dimaksudkan agar tabung gas LPG tidak menjadi panas yang dapat menyebabkan tabung meledak.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
3. Hubungan singkat/korsleting listrik. Penyebab Penyebab kebakaran terbanyak terbanyak pada kasus kebakaran rumah adalah akibat hubungan singkat arus listrik (korslet). Penggunaan daya listrik yang melebihi beban seharusnya menyebabkan kabel menjadi panas dan mengelupas. Pengelupasan ini lah yang menyebabkan terjadi hubungan pendek. Upaya yang harus dilakukan jika terjadi hubungan pendek/korsleting listrik adalah:
Turunkan handel/NCB/cabut skringnya. Tindakan ini akan menyebabkan terputusnya arus listrik sehingga listrik menjadi padam. Jangan gunakan air, busa/(oam) bila aliran listrik belum diputuskan. Penggunaan air pada kebakaran listrik yang korslet sangat membahayakan. Mengapa? Karena air merupakan benda pengubung (konduktor) arus listrik meskipun lemah. Segera padamkan kebakaran yang terjadi, sesuai dengan klasnya. Setelah listrik terputus segera padamkan api yang telah menyambar benda-benda di sekitarnya.
B. TINDAKAN SAAT SAAT KEBAKARAN DI RUMAH Siapa yang ingin rumahnya terkenah musibah kebakaran? Pasti semua orang tidak menginginkannya. Namun demikian kita harus tetap berjaga-jaga agar rumah tidak sampai terjadi kebakaran. Siapa yang bisa menolak dan menduga jika musibah tersebut terjadi pada rumah kita? Mari kita berdoa agar musibah kebakaran tidak mengenai rumah kita. Untuk berjaga-jaga agar jika suatu saat terjadi musibah kebakaran di rumah kita, mari kita pelajari langkah apa yang seharusnya dilakukan. 1. Berusaha untuk tetap tenang dan tidak panik Ketika rumah terbakar usahakan untuk tidak panik dan tetap tenang. Kepanikan akan menyebabkan akal sehat kita tidak bisa berungsi dengan normal. Kepanikan seringkali menyebabkan orang melakukan tindakan di luar kesadarannya (lose (lose control ) bahkan cenderung tidak rasional. 2. Beritahu penghuni penghuni lain dengan dengan segera segera tentang terjadinya kebakaran Begitu Anda melihat rumah terbakar jangan lupa segera memberitahukan kepada para tetangga. Tentu Tentu saja harus dengan tindakan yang cepat misalnya dengan meneriakkan kebakaran. Manaat dari respon tetangga yang mendengar teriakan kita adalah mereka akan beramai-ramai membantu memadamkan api. 3. Hubungi segera instansi yang berwenang. Selama para tetangga membantu memadamkan api yang sedang berkobar, silahkan Anda untuk menghubungi instansi yang berwenang. Segera telepon kantor pemadam kebakaran dan kepolisian. Semakin cepat Anda melakukan pemanggilan maka akan semakin besar kemungkinan api a pi dapat dipadamkan. Oleh karena itu, jangan lupa menuliskan nomor telepon penting dan tempelkan di tempat yang mudah dilihat. 4. Bila tersedia alat pemadam pemadam dan yakin maka gunakan dengan dengan segera. segera. Apabila di rumah Anda tersedia alat pemadam kebakaran dan Anda dapat menggunakannya, maka segera ambil dan semprotkan ke arah api. Selama api belum terlalu besar maka penggunakan pemadam api akan sangat eekti.
79
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
5. Jika tidak ada alat alat pemadam maka maka siram dengan air atau gunakan gunakan karung basah tetapi dengan tetap memperhatikan keselamatan diri. Penggunaan air untuk menyiram api atau dengan karung basah akan mempercepat api padam dan mencegah menjalarnya api. Karena itu jangan lupa menyiapkan ember untuk mengambil air jika sewaktu-waktu diperlukan untuk mengatasi kebakaran. 6. Pahami kondisi bahan penyebab kebakaran. Tidak kalah pentingnya apabila Anda mengenal bahan penyebab timbulnya kebakaran. Pada uraian terdahulu Anda telah mempelajari bahan penyebab kebakaran. Dengan mengetahui sumber api dan karakteristik bahan penyebab kebakaran maka akan ak an membantu pemadaman api. Ingat jangan panik dan terus tetap tenang. Jika sumber kebakarannya adalah kompor minyak, apakah yang harus Anda lakukan? Jangan sekali-kali menyiram dengan air. Kepanikan justru akan membuat kita melakukan tindakan yang salah. 7. Jika kebakaran tidak terkendali, terkendali, evakuasikan evakuasikan anggota keluarga dengan dengan mendahulukan anak kecil dan orang tua. t ua. Begitu mengetahui api kebakaran sulit dipadamkan maka lakukan tindakan segera untuk membawa keluar (evakuasi) anggota keluarga. Dahulukan pada orang yang telah lanjut usia dan anak-anak. Mengapa? Karena mereka tidak dapat bergerak cepat dan belum tahu cara mengatasi kebakaran. 8. Saat kebakaran menyebarkan gas beracun yang dapat membuat pingsan, oleh karena itu biarkan pintu tetap tertutup. ter tutup. Gas beracun ditimbulkan oleh kebakaran merupakan benda yang sangat ringan sehingga akan mudah bercampur dengan angin. Gas mampu menerobos rongga-rongga yang berukuran kecil. Agar gas beracun tidak memasuk i ruangan lain, maka lakukan lakuka n penutupan pada pintu tetap tertutup. Penutupan pintu juga menghambat menjalarnya api ke ruangan sekitarnya. 9. Tinggalkan ruangan dengan dengan segera dengan mencari jalan keluar. keluar. Jika melihat api mulai membesar maka segeralah untuk meninggalkan ruangan dengan mencari pintu keluar. Tindakan untuk segera meninggalkan ruangan yang terbakar mencegah Anda menjadi korban akibat kebakaran. 10. Asap tebal yang timbul saat kebakaran sangat berbahaya sehingga usahakan tetap menunduk serendah mungkin. Asap tebal yang ditimbulkan kebakaran sangat mengganggu pernaasan sehingga menyebabkan terbatuk-batuk bahkan menjadi pingsan. Sebenarnya dengan menjadi pingsan dapat menghilangkan asap tidak terhirup masuk ke paru-paru. Tetapi bahayanya adalah jika terjadi kebakaran maka tentu akan menjadi korban. 11. Dalam keadaan memaksa dapat dilakukan dengan memecahkan kaca jendela tetapi harus dilakukan dengan hati-hati. Jika pintu terlalu jauh atau tidak dapat dibuka maka pecahkan kaca jendela untuk menjadi pintu keluar darurat. Tapi harus diingat, gunakan alat untuk memecahkan kaca tersebut dan jangan hanya menggunakan tangan kosong. Mengapa harus dengan alat? Karena memukul kaca jendela dalam keadaan panik dapat melukai diri Anda.
80
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
12. Jika anda sudah keluar, keluar, jangan mencoba untuk kembali masuk lagi ke dalam ruangan yang masih terbakar. 13. Jika Jik a terjebak dalam ruangan, usahakan untuk menutup semua lubang agar asap tidak masuk ke ruangan anda. 14. Bila pakaian anda terbakar maka usahakan untuk menjatuhkan diri berguling-guling di lantai, atau ke halaman yang berpasir. C. KEBAKARAN DI BANGUNAN TINGGI TINGGI 1. Beritahukan dimana anda berada dengan cara menghubungi operator telepon, memukul-mukul panci, dengan mengibarkan-ngibarkan sesuatu pada jendela untuk menerangkan orang-orang yang berada di bawah. 2. Agar api tidak masuk kedalam ruangan tutuplah celah-celah pintu dengan kain atau handuk basah. 3. Jika disekeliling disekeliling anda penuh penuh asap, asap, bernapaslah bernapaslah pendek-pendek pendek-pendek dan berjalanlah berjalanlah dengan merangkak dilantai. 4. Jangan melompat dari atas gedung. 5. Pahami lokasi semua semua jalan keluar saat anda memasuki memasuki ruangan. 6. Perhatikan dan ingat peralatan peralatan tombol tombol alarm kebakaran pada lantai lantai tempat tempat anda tinggal. 7. Anda harus tahu dimana letaknya, sebaiknya harus h arus tahu pula menggunakannya. 8. Jika menjumpai menjumpai kebakaran gunakan tombol alarm terdekat terdekat untuk memberikan tanda bahaya atau hubungi operator telepon. 9. Gunakan alat pemadam pemadam api/hidran gedung terdekat terdekat untuk memadamkan kebakaran, hindari risiko keselamatan jiwa. 10. Jika kebakaran tidak dapat dikendalikan, tutup semua pintu yang telah telah dilewati, tinggalkan gedung melalui tangga kebakaran. 11. Jika anda mendengar tanda bahaya kebakaran : Siap-siap untuk evakuasi. Tetap ditempat sambil memperhatikan instruksi selanjutnya dari operator, operator, bersiapsiaplah untuk melakukan evakuasi. Waktu sangat berharga, utamakan keselamatan jiwa anda, jangan habiskan waktu, hanya untuk membenahi barang-barang milik pribadi. Jangan sekali-kali menggunakan lit. Gunakan tangga kebakaran.
PENANGANAN PASCA KEBAKARAN A. LANGKAH KETIKA KETIK A SELESAI (PASCA) KEBAKARAN 1. Tenang dan sabar. Tetap Tetap tenang dan berpikir rasional akan membantu menyelamatkan kita dan terhindar dari tindakan yang tidak masuk akal. Biasanya banyak orang yang akan mencari pemenuhan kebutuhan untuk keselamatan keluarganya sendiri. Kesabaran akan membantu semua orang terbebas dari situasi sulit dengan mudah. 2. Mendengarkan radio dan televisi lokal yang memberitakan memberitakan inormasi dan instruksi. Otoritas lokal akan menyediakan jalan keluar yang sesuai dengan situasi terakhir. 3. Memeriksa luka-luka. Memberi Memberi bantuan P3K untuk untuk diri sendiri dan kemudian membantu orang lain sampai mendapat bantuan.
81
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
4. Membantu tetangga tetangga yang memerlukan bantuan khusus bayi, orang jompo, orang dengan kecacatan - dan orang lain yang membutuhkan bantuan. 5. Melihat kemungkinan kerusakan di rumah. Bencana dapat menyebabkan kerusakan yang besar karenanya kita harus berhati-hati. 6. Menggunakan lampu senter atau lentera yang menggunakan menggunakan baterei. baterei. 7. Menghindari penggunaan lilin. Lilin dapat menyebabkan kebakaran. 8. Memeriksa saluran listrik listrik dan gas yang dapat dapat mengakibatkan kebakaran. 9. Memeriksa bagian bagian bangunan yang dianggap rawan untuk untuk segera dirobohkan. 10. Mengambil gambar dari kerusakan untuk kebutuhan klaim asuransi. 11. Hubungi anggota keluarga lain untuk pemberitahuan. 12. Yakin kita mempunyai persediaan air yang cukup jika aliran air terputus, karena air mudah tercemar pada saat terjadi bencana.
B. PERTOLONGAN KORBAN BENCANA KEBAKARAN KEBAKAR AN 1. Berikan bantuan makanan, selimut, dan obat-obatan Korban musibah kebakaran akan mengalami depresi (tekanan jiwa). Mereka hanya memikirkan keselamatan jiwa sendiri. Semua harta benda musnah terbakar yang tidak bersisa. Karena itu, bantulah mereka dengan memberikan bahan makanan dan obat-obatan. Tentu Tentu saja mereka akan ak an menjadi lapar dan tidak mungkin akan membeli karena tidak memiliki uang. Obat-obatan sangat dibutuhkan karena mereka harus tidur di bawah tenda di tempat-tempat terbuka. Udara dingin, gangguan binatang dan juga angin serta aktor kelelahan sik dan mental akan menjadikan mereka sangat mudah (rentan) terhadap penyakit. Pertolongan terutama untuk anak-anak dan orang lanjut usia. Mengapa?Karena secara sik mereka tidak tahan dengan perubahan udara yang mengenai tubuhnya. 2. Dirikan tenda-tenda atau tempat darurat Tenda Tenda sangat dibutuhkan korban bencana kebakaran karena mereka sudah tidak memiliki tempat tinggal lagi. 3. Hubungi kelurga korban Setelah korban dapat diberikan pertolongan pertama maka Anda dapat menghubungi keluarga korban. 4. Berikan motivasi Korban bencana kebakaran pada umumnya mengalami depresi ringan hingga berat. Karena itu mereka sangat membutuhkan motivasi dan hiburan agar dapat mengurangi stress yang mereka alami. 5. Bantulah perbaikan rumah Bantuan untuk memperbaiki rumah tinggal yang terbakar sangat diperlukan. Jika Anda tidak memiliki biaya untuk ikut membangun rumah korban maka Anda bisa membantu dengan tenaga dan kiran Anda. Tuliskan bantuan yang berupa tenaga dan pikiran yang dapat Anda berikan! ............................................................................................................................................................... ............................................................................................................................................................... ............................................................................................................................................................... ...............................................................................................................................................................
82
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
C. PERTOLONGAN UNTUK ORANG CACAT Orang dengan kecacatan, atau mereka yang mungkin mempunyai kesulitan bermobilisasi (orang jompo, perlu disiapkan seseorang yang dapat membantu). Sebagai tambahan, perlu mempertimbangkan langkah berikut: 1. Menciptakan hubungan yang baik dengan keluarga, teman, pekerja pekerja sosial dalam suatu keadaan darurat. Jika anda pikir memerlukan bantuan dalam situasi darurat, diskusikan dengan keluarga, teman, atau relawan dan minta bantuan mereka. Jika anda membutuhkan, buatkan rencana dengan tetangga. Yakinkan Yakinkan bahwa mereka mengetahui di mana tempat penyimpan kebutuhan khusus selama bencana. 2. Simpan dengan baik datar kebutuhan kebutuhan penting dan berikan kebutuhan kepada anggota keluarga lain. Datar tersebut antara lain: a. Persediaan dan peralatan peralatan khusus, misalnya baterei untuk alat bantu pendengaran bagi penderita tuna rungu. b. Resep dokter yang mungkin si korban kehilangan obat yang harus diminumnya sehingga dengan adanya resep dapat membantu membelikan obat yang dibutuhkan c. Nama, alamat, telepon dokter dokter dan paramedis. Penderita cacat mungkin mungkin perlu bantuan dari dokter atau paramedis yang selama ini memnanganinya. d. Inormasi yang rinci tentang tentang pengobatan khusus. Mungkin di antara para korban ada yang memerlukan bantuan untuk pengobatan khusus. e. Menghubungi kantor pemerintah pemerintah untuk menggabungkan menggabungkan orang dengan kecacatan. Bantulah mencari instansi yang menangani penderita cacat. Mereka tidak bisa ditangani dengan tindakan yang sama dengan orang normal . Memakai gelang tanda, agar mudah diidentikasi oleh petugas penyelamat. Pemberian tanda memudahkan penanganan tim medis sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memberikan obat atau pertolongan g. Menyimpan kertas dan alat tulis untuk menulis pesan. Mungkin di antara korban terdapat tuna netra dan tuna daksa sehingga perlu bantuan untuk menuliskan apa yang dibutuhkannya. D. TUGAS POSKO SATUAN SATUAN TUGAS Posko satuan tugas penanggulangan bencana bertugas antara lain : 1. Menerima keluhan dari pihak korban bencana kebakaran Posko ini sangat penting sebagai tempat penampungan dan pusat inormasi korban bencana kebakaran. Semua S emua operasi untuk pemulihan korban bencana dikendalikan dari posko bencana kebakaran. Korban bencana akan dengan mudah untuk meminta bantuan melalui posko bencana kebakaran. Begitu pula bagi para donatur yang akan menyalurkan bantuan dapat ditampung melalui posko bencana. 2. Memberikan penjelasan-penjelasan/inormasi tentang kejadian, penanganan dan relokasi pemukiman yang terbakar. 3. Menjaga keamanan pasca kebakaran melalui para relawan relawan yang bekerja bekerja sosial untuk membantu korban bencana kebakaran. 4. Menjaga/Mengantisipasi timbulnya penjarahan harta milik korban. Sering kali dalam peristiwa kebakaran ada oknum yang mengambil keuntungan dalam musibah. Mereka berkedok menolong tetapi sebenarnya justru menjarah harta benda korban yang masih tersisa.
83
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
5. Mengawasi pembuatan bangunan pemukiman darurat. 6. Melaksanakan patroli siang malam secara bergiliran bergiliran di wilayah bencana bencana
kebakaran. 7. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait tentang penanganan pasca bencana. 8. Melaporkan kepada instansi terkait setiap perkembangan penanggulangan bencana kebakaran.
5.2 Pengembangan Model Muatan Lokal Pengurangan Risiko Kebakaran 5.2.1 Analisis konteks Muatan Lokal Muatan Lokal merupakan kegiatan kulikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas potensi daerah, termasuk keunggulan daerah yang materinya tidak menjadi bagian dari mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada ketrampilan. Setiap satuan pendidikan harus menyusun menyusun Standar Kompetensi, Kompetensi, Kompetensi Dasar, Dasar, Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Acuan pengembangan: 1. Potensi dan kebutuhan lingkungan; 2. Kebutuhan, minat dan bakat peserta didik; 3. Ketersediaan daya dukung/potensi dukung/potensi satuan pendidikan internal internal dan eksternal. Potensi Lingkungan: 1. Sumber Daya Alam (SDA) 2. Sumber Daya Manusia 3. Geogras 4. Budaya 5. Historis Ruang lingkup: 1. Lingkup Kondisi dan Kebutuhan Daerah. Kondisi daerah daerah berkaitan dengan dengan lingkungan lingkungan alam lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya yang selalu berkembang. Kebutuhan daerah yaitu segala sesuatu yang diperlukan d iperlukan oleh masyarakat, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan tara kehidupan masyarakat yang disesuaikan dengan arah perkembangan dan potensi yang ada di daerah.
84
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
2. Lingkup Isi/Jenis Muatan Lokal Dapat berupa bahasa asing, kesenian, keterampilan dan kerajinan, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas daerah. Melalui implementasi Muatan Lokal yang dikembangkan di satuan pendidikan, peserta didik diharapkan dapat:
Mengenal dan menjadi lebih akrab ak rab dengan lingkungan;
Alam, sosial, dan budaya daerah;
Mememiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai lingkungan yang berguna bagi dirinya dan masyarakat pada umumnya; Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturanaturan yang berlaku, serta melestarikan dan mengembangkan nilainilai luhur budaya daerah; Berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat dan pemerintah daerah;
Langkah-langkah penyusunan Muatan Lokal: 1. Identikasi Identikasi keadaan keadaan dan kebutuhan kebutuhan lingkun lingkungan/da gan/daerah. erah. 2. Identi Identika kasi si potens potensii satuan satuan pendidi pendidikan kan.. 3. Mene Menent ntuka ukan n muata muatan n lokal lokal.. 4. Menyiapkan Menyiapkan peran perangkat gkat dan sarana sarana pendukung pendukung muatan muatan lokal. lokal. 5. Kerjas Kerjasama ama dengan dengan pihak pihak lain. lain.
Rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam penyusunan muatan lok al 1. Dalam menyusun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabusnya dapat melaksanakan muatan lokal sendiri sesuai dengan yang diprogramkan. 2. Bagi yang belum mampu menyusun Standar Kompetensi Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus muatan lokal sendiri, dapat d apat bekerjasama dengan satuan pendidikan terdekat yang masih dalam satu kecamatan/kotamadya. Bila beberapa sekolah dalam satu kecamatan/ kotamadya belum mampu mengembangkan muatan lokal, dapat meminta bantuan Tim Pengembang Kurikulum (TPK) ( TPK) dari Dinas atau LPMP. LPMP. 3. Materi pembelajaran muatan muatan lokal hendaknya sesuai dengan tingkat tingkat perkembangan peserta didik yang mencakup perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosi, dan sosial. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran diatur agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu penguasaan mata pelajaran lain. Oleh karena itu, pelaksanaan muatan lokal menghindari adanya pekerjaan rumah (PR).
85
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
4. Program pembelajaran muatan lokal lokal hendaknya dikembangkan secara kontekstual dengan melihat kedekatan dengan peserta didik yang meliputi kedekatan secara sik dan psikis. Dekat secara sik maksudnya materi pembelajaran muatan lokal terdapat dalam lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta didik, sedangkan dekat secara psikis maksudnya bahwa materi pembelajaran dan inormasinya mudah dipahami oleh peserta didik sesuai dengan perkembangan usianya. usianya. Untuk itu, bahan bahan pembelajaran pembelajaran muatan lokal hendaknya disusun berdasarkan prinsip belajar yaitu bertitik tolak dari : (a) hal-hal konkret ke abstrak; (b) yang diketahui ke yang belum diketahui; (c) pengalaman lama ke pengalaman baru; (d) yang mudah/ sederhana ke yang lebih sukar/ rumit. Selain itu materi pembelajaran/ pelajaran hendaknya bermakna/ bermanaat bagi peserta didik sebagai bekal mereka dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. 5. Materi pembelajaran pembelajaran hendaknya memberikan keluwesan keluwesan bagi bagi guru dalam memilih metode pembelajaran dan sumber belajar seperti buku, sarana lain dan nara sumber. Dalam kaitan dengan sumber belajar, guru diharapkan dapat mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan memanaatkan potensi di lingkungan sekolah, misalnya dengan memanaatkan sarana dan prasarana sekolah, meminta bantuan dari instansi terkait atau dunia usaha/ industri (lapangan kerja) atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu guru hendaknya dapat memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan peserta didik akti dalam proses pembelajaran, baik secara mental, sik, maupun sosial. 6. Materi pembelajaran pembelajaran muatan lokal yang diajarkan harus bersiat utuh dalam arti mengacu kepada suatu tujuan pembelajaran yang jelas dan memberi makna kepada peserta didik. Namun demikian, materi pembelajaran muatan lokal tertentu tidak harus secara terus-menerus diberikan mulai dari kelas kelas X s.d. s.d. XII. Setiap jenis jenis muatan lokal diberikan minimal satu semester. 7. Pengalokasian waktu untuk materi materi pembelajaran muatan lokal perlu memperhatikan jumlah minggu eekti untuk muatan lokal pada setiap semester.
5.2.2 Penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasasr Muatan Lokal 1. Satuan Pendidikan Pendidikan yang mampu mengembangkan mengembangkan SK dan KD beserta silabusnya dapat melaksanakan Mulok sendiri. Penetapannya oleh Satuan Pendidikan dan hasilnya dilaporkan kepada Dinas Pendidikan setempat; 2. Satuan Pendidikan Pendidikan yang belum mampu menyusun SK dan KD serta silabus silabus Muatan Lokal sendiri, dapat bekerjasama dengan Satuan Pendidikan terdekat yang masih dalam satu Kecamatan/ Kab/Kota. Apabila beberapa Satuan Pendidikan dalam satu Kecamatan/Kab/Kota belum mampu mengembangkan muatan lokal, mereka dapat meminta bantuan TPK setempat, Dinas Pendidikan atau LPMP;
86
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
3. Materi pembelajaran pembelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan perkembangan peserta didik (pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial); 4. Pelaksanaan Pelaksanaan Mulok tidak mengganggu pelaksanaan komponen mata mata pelajaran (komponen A dalam struktur kurikulum); 5. Kegiatan pembelajaran pembelajaran diatur sedemikian rupa agar tidak memberatkan peserta didik, oleh karena itu dalam pelaksanaan Mulok diharapkan tidak ada pekerjaan rumah (PR); 6. Program pembelajaran dikembangkan dengan melihat kedekatan secara sik dan secara psikis; 7. Bahan pembelajaran pembelajaran disusun berdasarkan berdasarkan prinsip (1) bertitik tolak dari hal-hal konkret ke abstrak; (2) dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum diketahui; (3) dari pengalaman lama ke pengalaman baru; (4) dari yang mudah/sederhana ke yang lebih sukar/rumit; 8. Bahan pembelajaran bermakna bagi peserta didik dan dapat membantu peserta didik dalam kehidupan sehari-hari;
Rambu-rambu penyusunan SK dan KD Muatan lokal: 1. Pengembangan Pengembangan SK dan KD Muatan Muatan Lokal ditentukan sekolah berdasarkan hasil analisis kondisi dan kebutuhan kebutuhan daerah, potensi peserta didik, dukungan internal dan eksternal 2. Sistematika pengembangannya: pengembangannya:
Latar Belakang. Tujuan.
Ruang Lingkup.
Penentuan SK dan KD.
Arah Pengembangan.
3. SK dapat menunjukkan kemampuan umum yang diharapkan dapat dimililiki peserta didik setelah melakukan proses pembelajaran. 4. KD dijabarkan dari SK yang merupakan kemampuan minimal yang harus dimiliki setiap peserta didik d idik setelah melakukan proses pembelajaran. 5. Indikator dijabarkan dari KD sebagai penanda bahwa bahwa kompetensi kompetensi dalam KD telah tercapai. 6. SK, KD dan Indikator pada mulok penganggulangan kebakaran hendaknya ditujukan untuk mencapai kompetensi kogniti, aekti dan psikomotorik.
87
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
Contoh Pengembangan SK dan KD Muatan Lokal Pendidikan Pengurangan Risiko Kebakaran STANDAR KOMPETENSI
1. Mengurangi risiko bencana kebakaran
KOMPETENSI STANDAR
penyebab kebakaran kebakaran
5.2.3 Penyusunan Silabus dan RPP Muatan Loka l Silabus Muatan Lokal harus memenuhi prinsip-prinsip pengembangan silabus yaitu: ilmiah, relevan, relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, kontekstual, feksibel, dan menyeluruh. Pengembangan Pengembangan silabus meliputi: 1. Pengkajian SK dan KD, 2. Identikasi Materi Pembelajaran, Pembelajaran, 3. Pengembangan Pengembangan Kegiatan Pembelajaran, Pembelajaran, 4. Perumusan indikator pencapaian kompetensi, 5. Penentuan Penentuan jenis penilaian, 6. Penentuan Penentuan alokasi waktu, 7. Penentuan sumber belajar. RPP mulok penanggulangan kebakaran disusun dan dikembangkan berdasarkan silabus yang telah dibuat dengan mengikuti kaidah yang benar. Dalam mulok penanggulangan kebakaran hendakanya dalam metode pembelajaran lebih lebih menekankan pada demonstrasi dan simulasi . Penilaian pencapaian Standar Kompetensi maupun Kompetensi Dasar dilakukan berdasarkan indikator, menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, portoolio, dan penilaian diri, sesuai dengan jenis mulok penanggulangan kebakaran.
88
R R E A B J A M L U E S B U T K A W
N A I A L I N E P
l a k o L n a t a u M P P R n a d s u b a l i S h o t n o C 6 . 5 l e b a T
a n a c n e B o k i s i R n a g n K a r M u S / g A 1 / n I e M S : X : P : r e n t a s r e j a a m e l e h S a / P l s a o a t k l e e a S K M
N H E O M T U N R O T C S N I K U T N E B K I N K E T
n n - a a a r g g n a n n n k a i c a a a a n l b n n e u e e u p g k b h ’ 5 4 x 2 ? a ? k n n k h n a u u a n a a t i r a t g r j a n h a m n e a k s u g k i u c a a a a a b g a r n r n e e b p a a e B a e k A c m k c m . . 1 2 n a i s a e r T u
s i s l e u T t
N A N R A A T J A A I L G E E B K M E P
h a g e c n n a n a r r e a a k m k a a b b a r e a e k c k
I K R O E T K A O P M
n a r a k a b e K
R O T A K I D N I
I S N R E T A E S P A D M O K
n n n a a a r r r a a a k k k a a b b a e b e e k k k n a r a k a b e k
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK) Kotak 5.6.1 RPP Muatan Lokal
Nama Sekolah
: SMA/SMK
Mata Pelajaran
: Pengurangan Risiko Bencana Kebakaran
Kelas/Semester
: XI/satu
Standar Kompetensi
: Mengurangi Risiko Bencana Kebakaran
Kompetensi Dasar
: Menghindari atau mencegah terjadinya kebakaran.
Indikator
: Menjelaskan kebakaran.
cara-cara
menghindari
terjadinya
Menjelaskan cara-cara mencegah terjadinya kebakaran. Mempraktikkan menghindari dan mencegah bila terjadi kebakaran. Alokasi Waktu A.
: 2 x 45 menit (1 x pertemuan).
TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah selesai proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat : 1. Menjelaskan cara-cara menghindari terjadinya kebakaran. 2. Menjelaskan cara-cara mencegah terjadinya kebakaran. 3. Mempraktikkan menghindari menghindari dan mencegah bila terjadi kebakaran
B.
MATERI MA TERI PEMBELA PEMBELAJARAN JARAN Kebakaran
C.
METODE Ceramah dengan variasi tanya jawab penugasan, dan diskusi kelas.
D.
KEGIATAN KEGIAT AN PEMBELA PEMBELAJARAN JARAN 1. Pendahuluan ( persiapan) Melakukan doa bersama untuk memperkuat mental spiritual dalam pendekatan kepada Yang Yang Maha Kuasa agar dimudahkan dalam belajar.
Bertanya jawab secara sederhana tentang cara mencegah dan menghindari timbulnya kebakaran dan memberikan tanggapan terhadap penjelasan tersebut.
2. Kegiatan Inti ( kegiatan pokok )
90
Menjelaskan secara singkat disertai tanya jawab jawab tentang pencegahan dan menghindari terjadinya kebakaran. Membentuk kelompok peserta didik yang terdiri dari 4 siswa setiap kelompok.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
Membagikan tema diskusi kepada masing-masing kelompok tentang upaya mencegah dan menghindari pada sebelum, saat terjadi, dan pasca kebakaran. Setelah diskusi kelompok masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain menanggapi. Guru bersama siswa menyimpulkan dari materi yang dibahas.
3. Penutup ( kegiatan akhir )
Guru meminta salah satu siswa untuk menggapi proses belajar yang sudah dilakukan. Guru menekankan pentingnya mencegah dan menghindari bahaya kebakaran yang dapat meminta korban harta benda bahkan jiwa. Guru mengajak doa bersama agar senantiasa selalu siap sedia mencegah musibah kebakaran sebagaimana sering terjadi. Guru menutup pelajaran dan mengingatkan penyiapan tugas untuk pertemuan berikutnya dalam bentuk demontrasi (simulai) mengatasi kebakaran.
E. ALAT/SUMBER PEMBELAJARAN 1. Buku Panduan Pendidikan Siaga Bencana 2. Panduan penanggulangan kebakaran dan bencana di lingkungan padat padat hunian.
F. PENILAIAN Penilaian dilakukan sebelum, selama, dan sesudah proses pembelajaran. penilaian lebih ditekankan melalui kegiatan tanya jawab di kelas, aktivitas siswa saat diskusi, dan pengerjaan tugas-tugas. Teknik penilaian yang digunakan adalah tes tertulis dengan bentuk pilihan ganda, tes uraian, dan proyek kerja.
5.3 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pada Kegiatan Pengembangan Diri Pengembangan Diri Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan pengembangan diri. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, potensi, bakat, minat, kondisi kondisi dan perkembangan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah. 91
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
Tujuan Khusus: 1. Bakat. 2. Minat. 3. Kreativitas. 4. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan. 5. Kemampuan kehidupan keagamaan. 6. Kemampuan sosial. 6. Kemampuan belajar. belajar. 7. Wawasan dan perencanaan karir. 8. Kemampuan pemecahan masalah. 9. Kemandirian.
Pengembangan Diri 1. Pengertian Kegiatan Pengembangan Pengembangan Diri Kegiatan Pengembangan Diri adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. 2. Fungsi Kegiatan Pengembangan Pengembangan Diri
Pengembangan, yaitu ungsi kegiatan pengembangan diri untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka. Sosial, yaitu ungsi kegiatan pengembangan diri untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik. Rekreati, yaitu ungsi pengembangan diri untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta did ik yang menunjang proses perkembangan. Persiapan karir, yaitu ungsi kegiatan pengembangan diri untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
3. Prinsip Kegiatan Pengembangan Pengembangan Diri
92
Individual, yaitu prinsip kegiatan pengembangan diri yang sesuai dengan potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan pengembangan diri yang sesuai dengan keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik. Keterlibatan akti, yaitu prinsip kegiatan pengembangan diri yang menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan pengembangan diri dalam suasana yang disukai dan mengembirakan peserta didik.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan pengembangan diri yang membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil. Kemanaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan pengembangan diri yang dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.
4. Jenis kegiatan Pengembangan Pengembangan Diri
Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA). Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian. Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnaistik, teater, teater, keagamaan. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, pameran/bazar, dengan dengan substansi antara antara lain karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya.
5. Format Kegiatan
Individual, yaitu ormat kegiatan pengembangan diri yang diikuti peserta didik secara perorangan. Kelompok, yaitu ormat kegiatan pengembangan diri yang diikuti oleh kelompok-kelompok peserta peserta didik. didik . Klasikal, yaitu ormat kegiatan pengembangan diri yang diikuti peserta didik dalam satu kelas. Gabungan, yaitu ormat kegiatan pengembangan diri yang diikuti peserta didik antarkelas/antarsekolah antarkelas/antarsekolah/madraasah. /madraasah. Lapangan, yaitu ormat kegiatan pengembangan diri yang diikuti seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau kegiatan lapangan.
6. Perencanaan Perencanaan Kegiatan Perencanaan kegiatan pengembangan diri mengacu pada jenis-jenis kegiatan yang memuat unsur-unsur:
Sasaran kegiatan.
Substansi kegiatan.
Pelaksana kegiatan dan pihak-pihak yang terkait, serta keorganisasiannya.
Waktu dan tempat.
Sarana.
93
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
7. Pelaksanaan Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pengembangan diri yang bersiat rutin, spontan dan keteladanan dilaksanakan secara langsung oleh guru, konselor dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri yang terprogram dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pelaksana sebagaimana telah direncanakan.
8. Penilaian Kegiatan Hasil dan proses kegiatan pengembangan diri dinilai secara kualitati dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan lainnya oleh penanggung jawab kegiatan.
9. Pelaksanaan Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana kegiatan pengembangan pengembangan diri adalah pendidik dan atau tenaga kependidikan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan pada substansi kegiatan pengembangan diri yang dimaksud.
10. Pengawasan Kegiatan
Kegiatan pengembangan diri di sekolah/madrasah dipantau, dievaluasi, dan dibina melalui kegiatan pengawasan. Pengawasan Pengawasan kegiatan pengembangan diri dilakukan secara: - internal, oleh kepala sekolah/madrasah. - eksternal, oleh oleh pihak yang yang secara struktural/ungsional struktural/ungsional memiliki kewenangan membina kegiatan pengembangan diri yang dimaksud.
Hasil pengawasan didokumentasikan, dianalisis, dan ditindaklanjuti untuk peningkatan mutu perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pengembangan diri di sekolah/madrasah.
5.3.1 Kegiatan Pengembangan Diri Palang Merah Remaja (PMR) Kegiatan pengembangan diri PMR dapat menggunakan materi tentang pengenalan,pencegahandanpenanggulangansaatterjadi kebakaran.Program kegiatan dapat mengacu kepada krida yang menunjukkan kompetensi dalam menagani korban saat terjadi dan pasca kebakaran. KRIDA PENANGGULANGAN SAAT DAN PASCA BENCANA KEBAKARAN DALAM PALANG MERAH REMAJA (PMR)
94
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
A. Rehabilitasi Korban Kebakaran 1. Mampu membantu di dapur umum. 2. Dapat membantu mendirikan barak darurat. 3. Dapat melaksanakan P3K korban luka bakar. bakar. 4. Mampu menyiapkan menyiapkan tandu dalam dalam waktu singkat untuk evakuasi. 5. Mampu memobilisasi masyarakat dalam bantuan darurat di lokasi kebakaran. 6. Dapat membantu Paramedis memberikan pertolongan pertama 7. Dapat membantu membantu Pemda Pemda untuk memberikan pengarahan-pengarahan pengarahan-pengarahan..
B. Penyelamatan Korban 1. Mengetahui cara membuat tandu. 2. Mengetahui tata cara pembalutan terhadap korban. 3. Memiliki pengetahuan pengetahuan tentang penentuan Posko. 4. Mengetahui jenis transportasi yang digunakan untuk mengangkut korban. 5. Dapat melakukan evakuasi korban. 6. Mahir menentukan menentukan Posko yang aman dari gangguan cuaca dan hewan. hewan. 7. Mahir mengevakuasi mengevakuasi korban ke Posko/Rumah Sakit.
5.3.2 Kegiatan Pengembangan Diri Pramuka Kegiatan pengembangan diri pramuka dapat menggunakan materi tentang pengenalan,pencegahandanpenanggulangansaatterjadi kebakaran.Program kegiatan dapat mengacu kepada krida yang menunjukkan kompetensi dalam mencegah dan menagani saat terjadi kebakaran. KRIDA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN DALAM PRAMUKA A. Pencegahan Kebakaran 1. Dapat memanaatkan api/panas seperti menyalakan, menyalakan, memadamkan, menggunakan, dan mengetahui bahaya api. 2. Dapat meletakkan meletakkan dengan baik peralatan peralatan rumah tangga yang rawan/dapat menyebabkan kebakaran. 3. Memiliki pengetahuan dasar tentang terjadinya api api (re triangle/segitiga api) secara sederhana. 4. Mengetahui jenis peralatan peralatan pemadam pemadam api ringan (tradisional) yang ada di sekitarnya dan jenis bahan untuk memadamkan api serta jenis peralatan pemadam api ringan modern (dengan teknologi). 5. Mengerti pengetahuan tentang terjadinya terjadinya api api dan penyebab penyebab kebakaran. 6. Mengetahui alamat, alamat, nomor telepon dinas pemadam kebakaran.
95
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
7. Mengetahui klasikasi jenis kebakaran kebakaran dan jenis media pemadam yang paling eekti. 8. Mampu memberikan penyuluhan masalah kebakaran (pencegahan, pemadam, rehabilitasi) dan bahaya yang ditimbulkan dilingkungannya. B. Pemadaman Kebakaran (saat terjadi) 1. Dapat menghubungi menghubungi dengan cepat cepat kepada yang yang berwajib bahwa telah terjadi kebakaran (DPK, Polri, Pemda). 2. Dapat menggunakan alat alat dan bahan yang ada di sekitarnya (tradisional) untuk memadamkan api kebakaran dan menggunakan alat pemadam api ringan modern (dengan teknologi) untuk memadamkan kebakaran. 3. Dapat mematikan aliran listrik di sekitar lokasi terjadi kebakaran dan menghubungi PLN. 4. Mampu menyampaikan menyampaikan kejadian kejadian kebakaran dan menyebarluaskan menyebarluaskan dengan tepat, cepat dan benar 5. Mampu menyelamatkan menyelamatkan manusia dari lokasi kebakaran (perempuan, anak-anak dan orang lanjut usia) dengan tidak mengabaikan keselamatan pribadi/diri sendiri. 6. Dapat melaksanakan petunjuk petugas pemadam kebakaran untuk menyelamatkan menyelamatkan manusia dan harta benda dari bahaya kebakaran. 7. Mampu memadamkan kebakaran dengan dengan tidak melawan arah angin. 8. Mampu melokalisir tempat kebakaran. 9. Mampu mengarahkan massa dan mengevakuasi.
C. SKK Rehabilitasi Korban Kebakaran 1. Untuk golongan Siaga, tidak diperlukan 2. Untuk golongan golongan Penggalang Penggalang mampu membantu membantu di dapur umum 3. Untuk golongan Penegak Selain mempunyai SKK golongan Penggalang : a. Dapat membantu mendirikan barak darurat b. Dapat melaksanakan P3K korban luka bakar. bakar. Untuk golongan Panegak Selain mempunyai SKK golongan Penegak : a. Mampu mengatur lalu lintas di lokasi kebakaran. b. Dapat membantu Polisi mengamankan mengaman kan TKP. TKP. c. Dapat membantu pengarahan.
96
Pemda
untuk
memberikan
pengarahan-
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
D. SKK Pengenalan Kerawanan Bencana 1. Untuk golongan Siaga dan Penggalang, Penggalang, ditiadakan 2. Untuk golongan Penegak :
Dapat mengerti dan membedakan bencana alam dan bencana teknik, serta dampak yang ditimbulkan. Mengetahui organisasi Basarnas.
3. Untuk golongan Panegak Selain mempunyai SKK golongan Penegak :
Mengetahui ciri-ciri daerah yang memiliki bencana.
Menguasai sistem komunikasi Basarnas.
Mengetahui dan dapat menganalisa sebab-sebab terjadinya bencana.
Mampu berkomunikasi secara luas dengan unsur-unsur terkait.
E. SKK Pencarian 1. Untuk golongan Siaga dan Penggalang, Penggalang, ditiadakan 2. Untuk golongan Penegak :
Dapat membaca peta dan kompas. Mahir menggunakan tali temali, simpul dan mahir. memperagakan teknik pendakian.
3. Untuk golongan Panegak Selain mempunyai SKK golongan Penegak :
Dapat menyebutkan sedikitnya 3 jenis pencarian kelompok.
Mengerti dan dapat melaksanakan survival.
Mahir tali temali sedikitnya 10 simpul.
Dapat menentukan metode pencarian yang dilakukan.
Dapat menggunakan peralatan SAR darat dan SAR air.
Mahir menggunakan survival kids.
Mahir mountaineering dan repelling.
Mahir menentukan jenis metode pencarian.
97
Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran Pengintegrasian ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
F. SKK Penyelamatan 1. Untuk golongan Siaga dan Penggalang Penggalang :
Mengetahui cara membuat tandu. Mengetahui tata cara pembalutan terhadap korban.
2. Untuk golongan golongan Penegak, Penegak, ditambah pengetahuan tentang penentuan Posko. 3. Untuk golongan Pandega Selain mempunyai SKK golongan Penegak :
98
Mengetahui jenis transportasi yang digunakan untuk mengangkut korban. Dapat melakukan evakuasi korban. Mahir menentukan Posko yang aman dari gangguan cuaca dan hewan. Mahir mengevakuasi korban ke Posko/Rumah Sakit.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MAK
DAFTAR ISTILAH Alarm Kebakaran, Kebakaran, adalah suatu sistem instalasi alarm kebakaran yang bekerja bekerja secara otomatis, yang dipasang di dalam bangunan gedung yang dimaksudkan sebagai peralatan peringatan dini / awal kepada para penghuni bangunan tentang terjadinya kebakaran. Bell, adalah suatu komponen dalam system system alarm kebakaran gedung gedung Alarm Bell, yang akan berbunyi / berdering berdering apabila sistem alarm akti. akti. Alarm bell biasanya biasanya terpasang pada setiap lantai pada bangunan gedung yang telah dipersyaratkan untuk dipasang sistem alarm kebakaran. Pemadam Api Ringan, ialah ialah alat pemadam yang pada APAR, singkatan dari Alat Pemadam umumnya dalam kemasan tabung logam dalam berbagai ukuran mulai 1,2 s.d 6 Kg. Bahan pemadam ini bervariasi, misalnya: serbuk kimia kering, gas CO2, dan busa/ oam. APAR digunakan untuk memadamkan berbagai klasikasi kebakaran sesuai dengan isi/bahan pemadamnya. Api, Api, adalah reaksi kimia yang terjadi secara berantai berantai dan cepat antara bahan bakar bakar (uel), Oksigen (O2), dan panas dalam perbandingan yang sesuai diikuti dengan evolusi pengeluaran pengeluaran cahaya, panas dan gas hasil pembakaran. Dinas Pemadam Kebakaran, Kebakaran, adalah suatu suatu lembaga, pada umumnya umumnya lembaga lembaga pemerintah yang ada pada suatu kota atau kabupaten yang dipersiapkann untuk menanggulangi kebakaran. secara bersama-sama bersama-sama dari dalam bangunan bangunan Evakuasi, Evakuasi, adalah tindakan keluar secara gedung, dengan panduan panduan petugas pengelola pengelola gedung, menuju ke tempat tempat yang aman di bagian luar bangunan. Hidran kebakaran, kebakaran, adalah alat pemadam api dalam bentuk bentuk sistem instalasi dengan bahan dasar air. Terdapat 3 jenis hidran kebakaran, yakni instalasi hidran gedung, instalasi hidran halaman, dan instalasi hidran kota. Kebakaran, Kebakaran, Adalah bentuk bentuk nyala nyala api yang yang sudah tak terkendali. terkendali. Kebakaran dapat dapat menimbulkan dampak kerugian yang tak diharapkan. Kerugian itu bisa berupa harta benda maupun korban jiwa manusia. Kebakaran Klas A, A, Kebakaran dari bahan biasa yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, pakaian dan sejenisnya. Jenis alat pemadam : yang menggunakan air harus digunakan sebagai alat pemadam pokok. Kebakaran Klas B, B, Kebakaran bahan cairan cairan yang mudah terbakar seperti minyak bumi, gas, lemak dan sejenisnya. Jenis alat pemadam : yang digunakan adalah jenis busa sebagai alat pemadam pokok. Kebakaran Klas C, C, Kebakaran listrik (seperti kebocoran kebocoran listrik, korsleting) te termasuk rmasuk kebakaran pada alat-alat listrik. Jenis alat pemadam : yang digunakan adalah jenis kimia dan gas sebagai alat pemadam pokok. Kebakaran Klas D, D, Kebakaran logam seperti Zeng, Magnesium, serbuk Aluminium,
99
Datar Istilah
Sodium, Titanium dan lain-lain. Jenis alat pemadam : yang harus digunakan adalah jenis khusus yang berupa bubuk kimia kering. Konduksi, Konduksi, Perpindahan panas melalui zat perantara. Panas merambat melalui dinding pemisah ruangan, bagian dinding pada pada ruangan berikutnya menerima kalor atau panas yang dapat membakar permukaan benda-benda yang terletak pada dinding-dinding tersebut. Konveksi, Konveksi, Perpindahan panas dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Panas merambat melalui melalui bagian bangunan yang terbuka seperti tangga dan koridor gang dengan media pengantar udara. Panel Kontrol Alarm, Alarm, adalah suatu komponen dalam sistem alarm kebakaran kebakaran gedung yang berungsi sebagai pusat/sentral dari seluruh sistem alarm. Pada Panel Kontrol ini terdapat berbagai tanda/indikasi yang berungsi memberi inormasi tentang lokasi lantai, zona, status pompa kebakaran, status stand-by , status trouble, status general alarm dan lain-lain. Pencegahan Kebakaran, Kebakaran, adalah suatu upaya upaya yang dilakukan untuk menghindari atau mencegah terjadinya suatu kebakaran. Upaya-upaya tersebut diantaranya diantaranya meliputi: penyebaran pengetahuan dan pemahaman tentang benda dan sumber panas, kondisi-kondisi serta perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran, dan juga mengenai dampak dampak yang merugikan sebagai akibat kebakaran. Kegiatan Pencegahan kebakaran, diantaranya penyuluhan, pelatihan serta pembelajaran tentang bahaya kebakaran. Pemadaman kebakaran, kebakaran, adalah upaya yang dilakukan untuk memadamkan kebakaran. Upaya memadamkan kebakaran dapat dilakukan dilakukan dengan air, air, pasir, pasir, karung goni atau handuk yang dicelupkan ke dalam air lebih dulu, dan dengan Alat Pemadam Api, hidran dan sprinkler. Pengindera/Detector , adalah suatu komponen dalam sistem alarm kebakaran yang berungsi mengindera/mendetaksi secara otomatis terhadap gejala kebakaran. Terdapat Terdapat 3 jenis detector, yakni detector panas, detector asap dan detector asap. Radiasi, Radiasi, Perpindahan panas dalam bentuk pancaran. Panas merambat antara ruang dan bangunan yang berdekatan. hal ini akan lebih cepat terjadi jika sebaran api dibantu oleh tekanan udara ud ara atau angin kearah bangunan lainnya. Sprinkler , adalah salah satu komponen komponen pada sistem instalasi pemadam pemadam kebakaran di dalam bangunan gedung yang bekerja secara otomatis apabila mendapat rangsangan panas pada suhu tertentu. Sumber-sumber Panas, Panas, adalah salah satu unsur unsur yang yang dapat dapat menyebabkan menyebabkan timbulnya api dan kebakaran. kebakaran. Beberapa sumber panas itu adalah matahari, kimia, listrik, mekanik dan nuklir. Tempat Berhimpun Sementara, Sementara, adalah suatu tempat di luar bangunan, yang akan diungsikan sebagai tempat berkumpulnya para penghuni gedung, yang dinilai aman dari paparan kebakaran.
100
Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA/SMK/MA/MA SMA/SMK/MA/MAK K
DAFTAR PUSTAKA Apotik online dan media inormasi obat - penyakit :: medicastore.com Biro Instalatir, Inormasi Kelistrikan dan Panduan Pelayanan Pelanggan, Pelanggan, PT PLN, PLN Dis Jaya & Tangerang, Tangerang, 1996/1997, Jakarta. Bush, Loren. S. & MeLaughlin, James H., Introduction to Fire Science, Science , Macmillan Publishing Co, Inc, New York, 1979, USA. Hoover, Stephen R., Fire Protection for Industry , Van Nostrand Reinhold, 1991, New York, USA. Cote, Arthur, & Bugbee, Percy, Principles of Fire Protection, Protection , NFPA, Quincy Park, 1988. Buku Pegangan Guru Panduan Siaga Bencana Pusat Mitigasi Bencana Institut Teknologi Teknologi Bandung Buku Panduan Guru Pendidikan Siaga Bencana. Muhammadiyah Disaster Management Center Deni Almanda, Penghantar Energi Listrik, Majalah Elektro Indonesia, No. 15, Tahun III, April/Mei 1997, Jakarta. Ir. Karel Pijpaert, Anggota Dewan Redaksi E.I. bekerja di d i PT Schneider Indonesia Listrik potensial penyebab kebakaran, waspadalah, Majalah Konstruksi, April 1998, Jakarta. Penaggulangan Kebakaran dan Bencana Di Lingkungan Padat Hunian Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI Jakarta 2007. Penaggulangan Penaggulangan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Tinggi Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI Jakarta 2007. http://sains.kompas.com/read/xml/2009/09/08/15440098/Walhi..3.626 Ha.Hutan. dan. Medy Santoso, Liam Fogarty dan Bert Boorger Early Warning System And Fire Danger Rating In Pt. Inhutani 1 http://www.cartenzadventure.com/pengendalian http://www.cartenzadventur e.com/pengendalian-bahaya-kebakaran.html -bahaya-kebakaran.html Concept Of Fire Control In Dense Settlement Case Study : Study : Banyu Urip Distric , Surabaya www.buildingcommission.com.au Victorian Dea Society www.vicdea.com.au www.vicdea.com.au Disability Information Online www.disability.vic.gov.au www.ca.vic.gov.au/residents/home/equip.htm
101