BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Alam, selain menyimpan potensi kekayaan yang berguna bagi kehidupan
manusia, juga menyimpan potensi bahaya dan bencana. Erupsi (letusan)
gunung berapi merupakan salah satu bencana alam yang membawa korban cukup
banyak. Gunung berapi merupakan salah satu bentuk timbulan di muka bumi
yang pada umumnya berupa sebuah kerucut raksasa, kerucut terpancung,
kubah, ataupun bukit yang diakibatkan oleh penerobosan magma ke permukaan
bumi. Gunung berapi memberikan panorama yang sangat indah bagi
orang yang melihatnya, memberikan kesejukan dan manfaat bagi
orang-orang yang tinggal di sekitar gunung, tanahnya yang subur
sehingga cocok digunakan untuk pertanian. Namun, ketika gunung
berapi meletus, maka ini akan menjadi petaka atau bencana. Hingga saat
ini, kejadian gunung berapi meletus masih merupakan misteri bagi manusia.
Bencana ini dapat menyebabkan memakan korban yang cukup banyak.
Salah satu penyebab masyarakat tetap bertahan pada kondisi tersebut
ialah kondisi suburnya tanah di daerah pegunungan ini, walaupun gunung
berapi sudah menunjukkan keaktifannya. Dengan berbagai alasan bahwa
masyarakat disana belum menyelesaikan pekerjaan masing-masing. Misalnya
mencari pasir, pergi ke ladang, hingga mengerjakan pekerjaan rumah.
Kendati saat bencana datang masyarakat cenderung menjadi tak terkontrol,
terkejut, panik, dan salah bertindak seperti mendahulukan anak-anak untuk
diselamatkan saat tim penyelamat datang dan akhirnya menjadi korban.
Proses terjadinya gunung meletus diakibatkan oleh endapan magma di
dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan
tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung berapi
terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan batu menyembur dengan keras
sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah
sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa
dan harta benda yang besar sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan
bias mempengaruhi putaran iklim di bumi ini.
Dilihat dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman
masyarakat terhadap bencana alam gunung meletus sangat kurang. Salah
satu solusinya adalah dengan mencoba menyampaikan informasi mengenai
intruksi atau langkah-langkah terhadap penyelamatan bencana gunung
meletus yang interaktif. Oleh karena itu, pada karya tulis ini akan
menyajikan mengenai informasi gunung berapi dan prosesnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gunung berapi?
2. Bagaimana proses terjadinya gunung berapi meletus seperti gunung
kelud?
3. Hal-hal yang menyebabkan gunung kelud meletus.
4. Keterbatasan pemahaman masyarakat mengenain bencana gunung meletus.
5. Bagaimanakah cara antisipasi agar dapat meminimalisir kerugian dalam
hal
apapun sebelum atau sesudah letusan gunung?
6. Dampak-dampak dari letusan gunung berapi-kelud?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami gunung api aktif
beserta cirinya sehingga dapat meminimalisir segala bentuk kerugian yang
terjadi jika bencana tersebut datang. Khusunya gunung kelud yang baru
saja di awal tahun ini mengalami letusan.
1.4 Manfaat Penlitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, hal ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta
pembelajaran yang penting dalam kehidupan. Karena, kita hidup didalam
wilayah yang memang disekeliling kita dipenuhi oleh berbagai kemungkinan
bencana alam terjadi. Dengan pemahaman yang memadai, kita dapat beraksi
dengan optimal guna meminimalisir kerugian bencana.
2. Bagi mahasiswa uhamka umumnya dan mahasiswa pendidikan fisika
khususnya, karya tulis ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam
pembelajaran mengenai kebumian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gunung
Gunung adalah suatu bentuk permukaan tanah yang letaknya jauh lebih
tinggi daripada tanah-tanah di daerah sekitarnya. Gunung umumnya lebih
besar dibandingkan dengan bukit, tetapi bukit di suatu tempat bisa jadi
lebih tinggi dibandingkan dengan apa yang disebut gunung ditempat yang
lain yang dikarenakan perbedaan letak atau posisi. Gunung pada umumnya
memiliki lereng yang curam dan tajam atau bisa juga dikelilingi oleh
puncak-puncak atau pegunungan. Pada beberapa ketinggian gunung bisa
memiliki dua atau lebih iklim, jenis tumbuhan dan kehidupan yang berbeda.
Sebenarnya tidak ada definisi umum untuk
gunung. Ketinggian, volume, relief, kecuraman, jarak dan kontinuitas
dapat dijadikan kriteria dalam mendefinisikan gunung. Menurut KBBI,
definisi gunung adalah "Bukit yg sangat besar dan tinggi (biasanya
tingginya lebih dari 600 m)"[1]
2.2 Gunung Kelud
Gunung Kelud (sering disalahtuliskan menjadi Kelut yang berarti
"sapu" dalam bahasa Jawa; dalam bahasa Belanda disebut
Klut, Cloot, Kloet, atau Kloete) adalah sebuah gunung berapi di
Provinsi Jawa Timur, Indonesia, yang tergolong aktif. Gunung ini berada
di perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten
Malang , kira-kira 27 km sebelah timur pusat Kota Kediri. Gunung Kelud
merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia. Sejak tahun
1000 M, Kelud telah meletus lebih dari 30 kali, dengan letusan terbesar
berkekuatan 5 Volcanic Explosivity Index (VEI). Letusan terakhir Gunung
Kelud terjadi pada tahun 2014.[2]
Sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah memakan korban lebih dari
15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban lebih
dari 10.000 jiwa. Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah
dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga kini
setelah letusan pada tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat
banjir lahar dingin menyapu pemukiman penduduk.
Pada abad ke-20, Gunung Kelud tercatat meletus pada tahun 1901,
1919 (1 Mei), 1951 (31 Agustus), 1966 (26 April), dan 1990 (10 Februari-
13 Maret). Pola ini membawa para ahli gunung api pada siklus 15 tahunan
bagi letusan gunung ini. Memasuki abad ke-21, gunung ini erupsi pada
tahun 2007 dan 13-14 Februari 2014. Perubahan frekuensi ini terjadi
akibat terbentuknya sumbat lava di mulut kawah gunung. Hampir semua
erupsi yang tercatat ini berlangsung singkat (2 hari atau kurang) dan
bertipe eksplosif (VEI maks. 4), kecuali letusan 1990 dan 2007.
Berikut catatan beberapa letusan Gunung Kelud yang pernah terjadi:[3]
Letusan 1901
Malam hari antara 22 dan 23 Mei 1901 terjadi letusan besar berulang-
ulang, dan meningkat pada pukul 03.00 dini hari. Suara letusan dilaporkan
terdengar dari Pekalongan dan hujan abu mencapai Bogor. Hembusan awan
panas dilaporkan mencapai Kediri. Banyaknya korban jiwa diperkirakan
cukup banyak, namun tidak ada catatan.
Letusan 1919
Letusan 1919 ini termasuk di antara yang paling mematikan karena
menelan korban 5.160 jiwa, merusak sampai 15.000 hektar lahan produktif
karena aliran lahar mencapai 38 km, meskipun di Kali Badak telah dibangun
bendung penahan lahar pada tahun 1905. Karena letusan inilah kemudian
dibangun sistem saluran terowongan pembuangan air danau kawah, dan
selesai pada tahun 1926. Secara keseluruhan dibangun tujuh terowongan.
Letusan 1951
Pada tanggal 31 Agustus 1951, pukul 06.15/06.30, Gunung Kelud
kembali meletus (erupsi) secara eksplosif. Akibat letusan besar ini,
sejumlah kota di Pulau Jawa terkena hujan abu, termasuk Yogyakarta dan
Surakarta dan mencapai Bandung. Suasana gelap melanda kota-kota
terdampak, menyebabkan sekolah harus meliburkan siswa-siswanya.
Letusan 1951 adalah yang pertama kali terjadi setelah pembuatan
terowongan-terowongan pembuangan air kawah selesai dibangun. Tujuh orang
tewas akibat letusan ini, tiga di antaranya petugas pengamat gunung api.
Selain itu, 157 orang terluka. Akibat letusan ini pula, dasar danau kawau
menurun sehingga volume air meningkat menjadi 50 juta meter kubik.
Letusan 1966
Letusan besar terjadi pada tanggal 26 April 1966 pukul 20.15.
Sekitar 210 lebih orang tewas akibat letusan ini. Sistem terowongan rusak
berat, sehingga dibuatlah terowongan baru 45 meter di bawah terowongan
lama. Terowongan yang selesai tahun 1967 itu diberi nama Terowongan
Ampera. Saluran ini berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar
stabil pada angka 2,5 juta meter kubik.
Letusan 1990
Letusan 1990 berlangsung selama 45 hari, yaitu 10 Februari 1990
hingga 13 Maret 1990. Pada letusan ini, Gunung Kelud memuntahkan 57,3
juta meter kubik material vulkanik. Lahar dingin menjalar sampai 24
kilometer dari danau kawah melalui 11 sungai yang berhulu di gunung itu.
Letusan ini sempat menutup terowongan Ampera dengan material vulkanik.
Proses normalisasi baru selesai pada tahun 1994.
Letusan 2007
Letusan pada tahun 2007 dianggap "menyimpang" dari perilaku dasar
Kelud karena letusan bertipe freatik (leleran dengan letusan-letusan
kecil) bukan eksplosif sebagaimana letusan-letusan sebelumnya. Selain
itu, letusan ini menghasilkan suatu sumbat lava berbentuk kubah yang
menyebabkan "hilang"nya danau kawah.
Aktivitas gunung ini meningkat pada akhir September 2007 dan masih
terus berlanjut hingga November 2007, ditandai dengan meningkatnya suhu
air danau kawah, peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan warna
danau kawah dari kehijauan menjadi putih keruh. Status "awas" (tertinggi)
dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 16
Oktober 2007 yang berimplikasi penduduk dalam radius 10 km dari gunung
(lebih kurang 135.000 jiwa) yang tinggal di lereng gunung tersebut harus
mengungsi, namun letusan tidak terjadi.
Setelah sempat mereda, aktivitas Gunung Kelud kembali meningkat
sejak 30 Oktober 2007 dengan peningkatan pesat suhu air danau kawah dan
kegempaan vulkanik dangkal. Pada tanggal 3 November 2007 sekitar pukul
16.00 suhu air danau melebihi 74ᵒC, jauh di atas normal gejala letusan
sebesar 40ᵒC, sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak. Getaran
gempa tremor dengan amplitudo besar (lebih dari 35mm) menyebabkan petugas
pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak terjadi letusan.
Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah
Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti
dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November
2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100 m. Para ahli
menganggap kubah lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga
letusan tidak segera terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk
mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990. Sejak peristiwa tersebut
aktivitas pelepasan energi semakin berkurang dan pada tanggal 8 November
2007 status Gunung Kelud diturunkan menjadi "siaga" (tingkat 3). Danau
kawah Gunung Kelud praktis "hilang" karena kemunculan kubah lava yang
berdiameter 469 m dan volume sebesar 16,2 juta meter kubik. Yang tersisa
hanyalah kolam kecil berisi air keruh berwarna kecoklatan di sisi selatan
kubah lava.
Letusan 2014
Abu vulkanik dari letusan tahun 2014 yang menjangkau Yogyakarta.
Letusan Kelud 2014 dianggap lebih dahsyat daripada tahun 1990,
meskipun hanya berlangsung tidak lebih daripada dua hari dan memakan 4
korban jiwa akibat peristiwa ikutan, bukan akibat langsung letusan.
Peningkatan aktivitas sudah dideteksi di akhir tahun 2013. Namun, situasi
kembali tenang. Baru kemudian diumumkan peningkatan status dari Normal
menjadi Waspada sejak tanggal 2 Februari 2014.
Pada 10 Februari 2014, Gunung Kelud dinaikkan statusnya menjadi
Siaga dan kemudian pada tanggal 13 Februari pukul 21.15 diumumkan status
bahaya tertinggi, Awas (Level IV), sehingga radius 10 km dari puncak
harus dikosongkan dari manusia. Hanya dalam waktu kurang dari dua jam,
pada pukul 22.50 telah terjadi letusan pertama tipe ledakan (eksplosif).
Erupsi tipe eksplosif seperti pada tahun 1990 ini (pada tahun 2007
tipenya efusif, yaitu berupa aliran magma) menyebabkan hujan kerikil yang
cukup lebat dirasakan warga di wilayah gunung berapi yang terkenal aktif
ini. Wilayah Kecamatan Wates dijadikan tempat tujuan pengungsian warga
yang tinggal dalam radius sampai 10 kilometer dari kubah lava, sesuai
rekomendasi dari Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi
(PVMBG). Suara ledakan dilaporkan terdengar hingga
kota Solo dan Yogyakarta yang berjarak 200 km dari pusat letusan,
bahkan Purbalingga hingga lebih kurang 300 km, Jawa Tengah.
Keadaan di wilayah Bantul, DIY, saat hujan abu vulkanik Gunung Kelud
melanda wilayah ini pada pagi hari tanggal 14 Februari 2014
Dampak berupa abu vulkanik pada tanggal 14 Februari 2014 dini hari
dilaporkan warga telah mencapai Kabupaten Ponorogo. Di Yogyakarta,
teramati hampir seluruh wilayah tertutup abu vulkanik yang cukup pekat.
Ketebalan abu vulkanik di kawasan Yogyakarta dan Sleman bahkan
diperkirakan lebih dari 2 cm. Dampak abu vulkanik juga mengarah ke arah
Barat Jawa dan dilaporkan sudah mencapai Kabupaten Ciamis, Bandung dan
beberapa daerah lain di Jawa Barat. Di daerah Madiun dan Magetan jarak
pandang untuk pengendara kendaraan bermotor atau mobil hanya sekitar 3-5
meter karena turunnya abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud tersebut
sehingga banyak kendaraan bermotor yang berjalan sangat pelan.
Akibat dari luas dan tebalnya hujan abu, Kementerian Perhubungan
Indonesia menutup sementara bandar-bandar udara di Pulau Jawa. Kondisi
gunung setelah letusan satu malam tersebut berangsur tenang dan pada
tanggal 20 Februari 2014 status aktivitas diturunkan dari Awas menjadi
Siaga (level III) oleh PVMBG. Selanjutnya pada tanggal 28 Februari 2014
status kembali turun menjadi Waspada (Level II). Akibat letusan ini,
kubah yang menyumbat jalur keluarnya lava hancur dan Kelud memiliki kawah
kering. Diperkirakan akan terbentuk danau kawah kembali setelah beberapa
tahun.
2.3 Proses Terjadinya Gunung Api-Kelud Meletus
Gunung meletus terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi
yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Sehingga dari hasil
letusan tersebut, gunung berapi terbentuk. Hasil letusannya yang membawa
abu dan batu menyembur dengan keras sejauh radius 18 km atau lebih,
sedangkan lavanya dapat membanjiri wilayahnya sejauh radius 90 km.
Letusan gunung berapi dapat menimbulkan korban jiwa dan menghabiskan
harta benda yang begitu besar sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan
dapat mempengaruhi putaran iklim di bumi ini.
Gunung Kelud memiliki ciri khusus dengan adanya danau kawah yang
terisi oleh air. Air ini dapat menjadi sumber tekanan yang meyebabkan
letusan selain tekanan magma dari dalam.[4]
1. Status AWAS.
Pada saat status awas, aktivitas magma dari dalam bumi ini diketahui dari
naiknya suhu kawah dan adanya getaran-getaran gempa volkanik. Temperatur
magma yang sangat tinggi ini akan mendekati sumbat yang menyebabkan air
memanas.
Proses pemanasan ini juga akan mungkin diikuti dengan adanya rekahan-
rekahan akibat tekanan magma, rekahan ini akan sangat mungkin
menyebabkan bocornya danau. Kebocoran danau ini tentunya menyebabkan
air danau menjadi uap dibawah kawah yang juga akan menambah tekanan
dari dalam.
2. Awal Letusan Hidrovolkanik
Apabila jumlah air yang bocor masuk ke dalam sudah sangat banyak akan
sangat mungkin menimbulkan letusan akibat air yang mendidih. Letusan ini
sering disebut sebagai letusan hidrovulkanik. Letusan ini memang akan
banyak dijumpai pada gunung api yang berada di laut, misalnya Gunung
Krakatau, dan gunung-gunung api di Hawai.
Sangat mungkin yang terjadi saat ini adalah letusan-letusan awal
akibat proses ini. Sangat mungkin terdengar dentuman-dentuman serta
longsoran-longsoran dinding. Kalau saja tekanan magma ini terus
menerus mendorong maka proses letusan akan berlanjut ke proses
selanjutnya.
3. Letusan Semi Magmatik
Pada saat semua air di danau habis masuk dan bercampur dengan magma
membara yang menyembul dari dalam, akan terjadi proses perubahan fase air
menjadi uap secara mendadak. tentunya kita tahu ketika terjadi eprubahan
fase ini maka akan terjadi perubahan tekanan.
Temperatur magma ini rata-rata sekitar 600 °C hingga 1,170 °C
(1110–2140 °F). Sehingga air yang terkena magma panas ini akan serta merta
menjadi uap dalam sekejap. Tekanan uap air ini akan sangat besar dan mampu
menggetarkan dan bahkan melemparkan material-material vulkanik diatasnya.
Sumbat kawah serta kerikil dan pasir yang berada disekeliling kepundan akan
mungkin terlempar keluar.
Pada saat ini juga akan terjadi ketidak seimbangan landasan atau
fondasi dari dinding-dinding kawah. Munculnya retakan-retakan pada dinding
kawah ini akan membuat dinding kawah runtuh. Dapat saja runtuh kedalam
maupun keluar kerucut gunung api. Tergantng dari arah retakan yang
terbentuk. Sangat mungkin letusannya akan sangat besar, dan sering
disebut phreatic eruption. Air yang terpanaskan ini dapat saja akhirnya
keluar melalui jalan lahar. Karena aliran air berncampur pasir, kerikil dan
lumpur ini panas maka disebut lahar panas.
4. Letusan Magmatik
Ketika letusan preatik (preathic eruption) terjadi bersamaan dengan
aktifitas magmatik, maka akan sangat mungkin letusannya sangat dahsyat.
Namun kalau saja letusan semi magmatik di atas dihabiskan terlebih dahulu
kemudian diikuti dengan letusan magmatik, maka mungkin letusannya tidak
optimum.
Ketika letusan magmatik terjadi maka magma dari dalam akan sangat
mungkin keluar melalui kepundan. Juga seandainya ada rekahan yang
ditimbulkan mungkin saja magma meleleh dari samping. Selain adanya aliran
lava itu, letusan-letusan ini akan melemparkan material volkanik berupa
batu kerikil, hingga abu volkanik ke udara.
Menurut data sejarah letusan dari Smithsonian, ada beberapa
karakteristik jenis letusan yang pernah terjadi di gunung Kelud di
antaranya:
Crater lake eruption, letusan dari kawah
Explosive eruption, letusan berupa ledakan
Pyroclastic flow(s), aliran material-material volkanik termasuk awan
panas
Phreatic explosion(s), ledakan akibat bercampuran air kedalam magma
Lava dome extrusion, lelehan lava atau magma cair pijar yang keluar
dari kepundan
Mudflow atau lahar, aliran material volkanik bersama dengan air
2.4 Penyebab Gunung Api-Kelud Meletus
Gunung kelud meletus terjadi dengan letusan tipe ledakan
(eksplosif). Namun pada salah satu tahun, ditahun 2007 letusannya berbeda
yakni secara erusif. Gunung kelud sebagai gunung api aktif memang rentan
terhadap bentuk letusan, ditambah lagi kondisi gunung kelud tersebut yang
memiliki kawah terisi air sebagai salah satu factor pemicu tambahan
meletusnya gunung kelud sehingga danau tersumbat terdorong keluar sebagai
letusan.
(sumber gambar detik.tv)
5. Dampak Letusan Gunung Api-Kelud
Telah dijelaskan sebelumnya, Gunung Kelud merupakan gunung berapi
aktif, bahwasannya kerugian pasti akan didapat jika terjadi bencana
gunung berapi meletus yang dikarenakan letusan tersebut akan mengantarkan
material berbahaya bagi setiap organisme. Berikut beberapa dampak negatif
dari letusan gunung berapi, antara lain:
1. Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung bermacam-
macam gas mulai dari Sulfur Dioksida, gas Hidrogen sulfide, atau
Nitrogen Dioksida serta beberapa partike debu yang berpotensial
meracuni makhluk hidup di sekitarnya.
2. Semua aktifitas penduduk di sekitar wilayah tersebut akan lumpuh
termasuk kegiatan ekonomi, sehingga memicu adanya kerugian berratus
juta bahkan milyar rupiah.
3. Semua titik yang dilalui oleh material berbahaya seperti lahar dan abu
vulkanik panas akan merusak pemukiman warga.
4. Lahar yang panas akan membuat hutan di sekitar gunung rusak terbakar
sehingga mengganggu ekosistem alamiah hutan.
5. Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi berpotensi menyebabkan
sejumlah penyakit, umumnya ISPA yang menyerang pernapasan akibat
banyaknya kapasitas abu vulkanik.
Tak sedikit anggapan yang menyatakan dari dampak bencana gunung
meletus hanyalah kerugian. Namun, jika ditelusuri lebih lanjut, ada
beberapa hikmah positif yang bisa kita perhitungkan akibat dari letusan
gunung berapi. Berikut beberapa dampak positif letusan gunung berapi,
antara lain:
1. Tanah yang dilalui oleh hasil abu vulkanis gunung berapi sangat baik
bagi pertanian sebab tanah tersebut secara alamiah menjadi lebih subur
dan bisa menghasilkan tanaman yang jauh lebih berkualitas. Tentunya
bagi penduduk sekitar pegunungan yang mayoritas petani, hal ini sangat
menguntungkan.
2. Terdapat mata pencaharian baru bagi rakyat sekitar gunung berapi yang
telah meletus, yakni penambang pasir. Material vulkanik hasil letusan
tersebut yang berupa pasir tentu memiliki nilai ekonomis sehingga
membantu perekonomian warga sekitar.
3. Bebatuan hasil letusan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangungan
warga sekitar gunung tersebut.
4. Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan tumbuh
lagi pepohonan yang membentuk hutan baru dengan ekosistem yang juga
baru.
5. Setelah gunung meletus, biasanya akan terdapat geyser atau sumber mata
air panas yang keluar dari dalam bumi dengan berkala atau secara
periodik, dimana geyser tersebut baik bagi kesehatan kulit.
6. Terdapat mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan
kandungan mineral yang sangat melimpah dan baik untuk kesehatan.
7. Pada wilayah vulkanik, dapat membantu potensial terjadinya hujan
orografis. Hal ini terjadi sebab gunung adalah penangkal hujan
terbaik.
8. Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik
didirikan pembangkit listrik.
Namun, Berikut hasil yang diakibatkan dari letusan gunung berapi. letusan
gunung berapi dapat berupa seperti berikut:[5]
Gas Vulkanik
Gas vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung
berapi yang dikeluarkan antara lain carbon monoksida (CO), Carbon dioksida
(CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), sulfur dioksida(SO2) dan nitrogen (NO2) yang
membahayakan manusia.
Lava dan aliran pasir serta batuan panas
Lava adalah cairan magma yang bersuhu tinggi yang mengalir ke
permukaan melalui kawah gunung berapi. Lava encer mampu mengalir jauh
dari sumbernya mengikuti sungai atau lembah yang ada sedangkan lava
kental mengalir tidak jauh dari sumbernya.
Lahar
Lahar adalah merupakan salah satu bahaya bagi masyarakat yang tingla
di lereng gunung berapi. Lahar adalah banjir Bandang di lereng gunung
yang terdiri dari campuran bahan vulkanik berukuran lempung sampai
bongkah. Dikenal sebagai lahar letusan dan lahar hujan. Lahar letusan
terjadi apabila gunung berapi yang memiliki danau kawah meletus,
sehingga air danau yang panas bercampur dengan material letusan,
sedangkan lahar hujan terjadi karena percampuran material letusan
dengan air hujan di sekitar puncaknya.
Abu letusan
Abu letusan gunung berapi adalah material yang sangat halus. Karena
hembusan angin dampaknya bisa dirasakan ratusan kilometer
jauhnya. Dampak abu letusan permasalahan pernafasan, kesulitan
penglihatan, pencemaran sumber air bersih, menyebabkan badai listrik,
mengganggu kerja mesin dan kendaraan bermotor, merusak atap, merusak
ladang, merusak infrastruktur tubuh.
Awan panas atau piroklastik
Awan panas bisa berupa awan panas aliran, awan panas hembusan dan awan
panas jatuhan. Awan panas aliran adalah awan dari material letusan
besar yang panas, mengalir Turun dan akhirnya mengendap di dalam dan
disekitar sungai dari lembah. Awan panas hembusan adalah awan dari
material letusan kecil yang panas, dihembuskan angin dengan kecepatan
mencapai 90 km/jam. Awan panas jatuhan adalah awan dari material
letusan panas besar dan kecil yang dilontarkan ke atas oleh kekuatan
letusan yang besar. Material berukuran besar akan jatuh di sekitar
puncak sedangkan yang halus akan jatuh mencapai puluhan, ratusan
bahkan ribuan km dari puncak karena pengaruh hembusan angin. Awan
panas bisa mengakibatkan luka bakar pada bagian tubuh yang terbuka
seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga menyebabkan sesak
sampai tidak bernafas.
2.6 Penanggulangan Gunung Meletus
Banyak kerugian yang mencapai triliunan rupiah bahkan kehilangan
keluarga tersayang ketika terjadi bencana gunung meletus. Hal tersebut
didominasi oleh factor ketidaktahuan masyarakat mengenai bencana
tersebut, seperti ciri-ciri akan meletus, apa yang harus dilakukan saat
terjadi letusan, harus bagaimana dan kemana agar tetap selamat. Oleh
karena itu, masyarakat perlu mengetahui bahkan wajib memahami apa saja
yang harus dilakukan apalagi ketika masyarakat tersebut berada dalam
wilayah disekitar gunung berapi aktif.
Beriku beberapa tips yang dapat membantu jika mengalami bencana gunung
meletus:[6]
Sebelum Letusan:
1. Cari tahu tentang system pengamanan di komunitas daerah masing-masing
serta bagan alur keadaan darurat
2. Waspadai mengenai bahaya yang menyertai letusan gunungapi yaitu :
- Lahar dan banjir bandang
- Longsor dan hujan batu (material gunung api)
- Gempa bumi
- Hujan abu dan hujan asam
- Tsunami
3. Lakukan rencana evakuasi
- Apabila anda tinggal di daerah rawan bencana gunung api,
harus ingat rute mana yang aman untuk dilalui.
- Bentuk komunitas bahaya bencana gunung api
- Apabila anggota keluarga tidak berkumpul ketika terjadi letusan
(misalnya yang dewasa sedang bekerja dan anak-anak sedang sekolah)
usahakan untuk berkumpul dalam keluarga jangan terpisah.
- Mintalah keluarga yang tinggal berjauhan untuk saling mengontak
sebagai 'hubungan keluarga' sebab sehabis terjadi bencana biasanya
lebih mudah untuk kontak jarak jauh.
- Tiap anggota keluarga usahakan untuk mengetahui nama, alamat dan
nomor telepon anggota keluarga yang lain.
4. Buatlah persediaan perlengkapan darurat seperti:
- Batere/ senter dan extra batu batere
- Obat-obatan untuk pertolongan pertama
- Makanan dan air minum untuk keadaan darurat.
- Pembuka kaleng
- Masker debu
- Sepatu
- Pakailah kacamata dan gunakan masker apabila terjadi hujan abu.
5. Hubungi pihak-pihak yang berwenang mengenai penanggulangan bencana.
6. Walaupun tampaknya lebih aman untuk tinggal di dalam rumah sampai
gunungapi berhenti meletus, tapi apabila anda tinggal di daerah
rawan bahaya gunungapi akan sangat berbahaya. Patuhi instruksi yang
berwenang dan lakukan secepatnya.
Selama Letusan:
1. Ikuti perintah pengungsian yang diperintahkan oleh yang berwenang.
2. Hindari melewati searah dengan arah angin dan sungai-sungai yang
berhulu di puncak gunung yang sedang meletus.
3. Apabila terjebak di dalam ruangan/ rumah:
- Tutup seluruh jendela, pintu-pintu masuk dan lubang /keran
- Letakkan seluruh mesin ke dalam garasi atau tempat yang tertutup.
- Bawa binatang atau hewan peliharaan lainnya ke dalam ruang yang
terlindung
4. Apabila berada di ruang terbuka:
- Cari ruang perlindungan.
- Apabila terjadi hujan batu, lindungi kepala dengan posisi
melingkar seperti bola.
- Apabila terjebak dekat suatu aliran, hati-hati terhadap adanya
aliran lahar.Cari tempat yang lebih tinggi terutama.
- Lindungi diri anda dari hujan
- Kenakan pakaian kemeja lengan panjang dan celana
- Gunakan kacamata untuk melindungi mata anda
- Gunakan masker debu atau gunakan kain/ sapu tangan untuk
melindungi pernapasan anda
- Matikan mesin mobil atau kendaraan lainnya kalau mendengar
adanya aliran lahar
- Hindari daerah bahaya yang telah ditetapkan oleh pemerintah/
lembaga yang berwenang/lihat peta daerah bahaya gunung api
5. Akibat letusan gunungapi bisa dirasakan berkilo meter jauhnya dari
gunung api yang sedang meletus. Aliran lahar dan banjir bandang,
kebakaran hutan bahkan aliran awan panas yang mematikan dapat mengenai
anda yang bahkan tidak melihat ketika gunung api meletus. Hindari
lembah-lembah sungai dan daerah yang rendah.
6. Apabila anda melihat permukaan aliran air sungai naik cepat-cepat cari
daerah yang lebih tinggi. Apabila aliran lahar melewati jembatan jauhi
jembatan tersebut. Aliran lahar memiliki daya kekuatan yang besar,
membentuk aliran yang mengandung lumpur dan bahan gunung api lainnya
yang dapat bergerak dengan kecepatan 30-60 kilometer perjam. Awan
panas yang mengandung debu gunungapi dapat membakar tumbuhan yang
dilaluinya dengan amat cepat. Dengarkan berita dari radio atau
televisi mengenai situasi terakhir bahaya letusan gunung api.
Pasca Letusan:
1. Apabila mungkin, hindari daerah-daerah zona hujan abu.
2. Apabila berada di luar ruanga:
- Tutup mulut dan hidung anda. Debu gunungapi dapat mengiritasi
sistem pernapasan anda.
- Gunakan kacamata untuk melindungi mata anda.
- Lindungi kulit anda dari iritasi akibat debu gunungapi.
- Bersihkan atap dari hujan debu gunungapi
- Hujan debu yang menutupi atap sangat berat dan dapat mengakibatkan
runtuhnya atap bangunan. Hati-hati ketika bekerja di atap
bangunan rumah.
3. Hindari mengendarai kendaraan di daerah hujan abu yang lebat.
4. Mengendarai kendaraan mengakibatkan debu tersedot dan dapat merusak
mesin kendaraan tersebut.
5. Apabila anda punya penyakit pernapasan, hindari sedapat mungkin kontak
dengan debu gunung api.
6. Tinggallah di dalam rumah sampai keadaan dinyatakan aman di luar
rumah.
7. Ingat untuk membantu tetangga yang mungkin membutuhkan pertolongan
seperti orang tua, orang yang cacat fisik, anak-anak yang tidak
memiliki orang tua dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gunung berapi meletus merupakan salah satu bencana alam yang sangat
dahsyat. Pada saat terjadi letusan Gunung Kelud sudah banyak korban tewas
pada bencana alam ini, tidak hanya ditahun 2014, melainkan tahun-tahun
sebelumnya saat gunung kelud meletus. Pada saat terjadi letusan, banyak
bahaya langsung yang dirasakan penduduk sekitar seperti lava, aliran
piroklastik atau awan panas, jatuhan piroklastik, lahar letusan, dan gas
vulkanik yang beracun. Namun, tak cukup sampai disitu, bahaya lain yang
terjadi pada saat atau setelah terjadi letusan yaitu lahar hujan, banjir
bandang, dan longsoran vulkanik.
-----------------------
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Kelud
[3] hû)h3{@ˆ "CJOJQJaJ hû)h3{@ˆCJOJQJaJ hû)h3{@ˆûÿCJOJQJaJ
hû)h3{@ˆCJOJQJaJ hû)h3{@ˆÿÿCJOJQJaJ
hû)h3{@ˆCJOJQJaJhû)h3{CJOJQJaJhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Kelud
[4] http://simomot.com/2014/02/14/beginilah-proses-meletusnya-gunung-kelud/
[5] http://alampenuhbencana.blogspot.com/p/gunung-meletus.html
[6] http://alampenuhbencana.blogspot.com/p/gunung-meletus.html