4. bagaimana gangguan trombosit dapat menyebabkan perdarahan? Trombositosis adalah kondisi berupa kelainan pada tingginya jumlah trombosit yang diproduksi oleh tubuh. Pada orang dewasa, batas normal trombosit adalah 150-450 x 109/L atau 150.000-450.000 platelet per mikroliter darah, sementara seorang penderita trombositosis dapat memiliki jumlah trombosit hingga 600 x 109/L atau lebih. Trombositosis merupakan salah satu penyebab utama kondisi penggumpalan darah. Kondisi ini dapat terpicu pula oleh penyakit lain yang sudah dimiliki atau diderita sebelumnya sehingga pemeriksaan awal dapat turut menentukan jenis trombositosis apa yang dialami pasien.
Penyebab Trombositosis Trombositosis dapat disebabkan oleh infeksi, gangguan pada tulang dan sumsum tulang, atau kondisi lainnya. Beberapa jenis trombositosis, antara lain:
Trombositosis/trombositemia sekunder atau trombositosis reaktif. Trombositosis ini umumnya disebabkan oleh infeksi atau penyakit lain yang sudah ada atau sedang diderita.
Trombositosis primer atau trombositosis esensial. Trombositosis ini disebabkan oleh gangguan pada sumsum tulang. Kondisi ini merupakan yang lebih sering menjadi penyebab penggumpalan darah. Penyebab pasti yang mendasari gangguan pada sumsum tulang tersebut belum diketahui. Trombositosis sekunder merupakan salah satu reaksi berlebih terhadap kondisi yang dialami tubuh dan dapat disebabkan oleh beberapa kondisi. Antara lain disebabkan oleh reaksi alergi, serangan jantung, latihan fisik, infeksi (misalnya tuberkulosis), kekurangan zat besi, kekurangan vitamin, hingga kanker. Reaksi berlebih ini memicu pelepasan sitokin-sitokin yang menyebabkan meningkatnya produksi trombosit. Beberapa penyebab lainnya, termasuk juga beberapa golongan obat, yaitu:
Kehilangan darah atau pendarahan akut parah.
Gagal ginjal akut atau gangguan pada organ ginjal lainnya.
Operasi untuk mengobati penyakit jantung koroner.
Operasi pengangkatan limpa.
Peradangan, seperti kondisi rheumatoid arthritis, gangguan jaringan ikat, peradangan usus, atau penyakit celiac.
Pankreatitis.
Operasi besar yang baru dialami.
Trauma.
Luka Bakar.
Anemia hemolitik. Kondisi ini dapat dipicu oleh kelainan darah atau autoimun yang diderita pasien.
Obat epinephrine
Obat heparin sodium.
Obat tretinoin
Obat vincristine sulfate. Sumsum tulang mengandung stem cells (sel-sel induk) yang dapat berkembang menjadi sel darah merah, sel darah putih atau platelet (trombosit). Trombositosis primer disebabkan oleh banyaknya trombosit yang diproduksi oleh sumsum tulang ke dalam darah. Jumlah trombosit yang berlebih pada trombositosis primer tidak dapat berfungsi dengan normal sehingga akhirnya meningkatkan risiko penggumpalan darah atau terjadi pendarahan. Selain gangguan pada tulang sumsum, trombositosis primer juga dapat disebabkan oleh leukemia myelogenous kronik, myelofibrosis, dan polisitemia vera. Faktor genetik dari orang tua atau anggota keluarga yang memiliki kondisi ini juga berperan. TROMBOSITOPATI adalah gangguan proses pembekuan disebabkan kelainan trombosit. Penyakit von Willebrand adalah penyakit yang cukup jarang terjadi. Penyakit ini sebenarnya penyakit turunan yang membuat penderitanya kekurangan komponen tertentu dalam darah. Komponen tersebut disebut komponen von Willebrand, yang bertanggung jawab terhadap proses penggumpalan darah. Tanpa komponen von Willebrand, darah tidak bisa menggumpal dengan cepat. Akibatnya, penderitanya akan mengalami pendarahan yang cukup lama ketika terluka. Penyakit ini bukannya tidak bisa diatasi. Dengan penanganan yang tepat dan benar, penderitanya bisa hidup normal. Gejala Syndrom Von Willebrand Gejala penyakit von Willebrand berbeda-beda pada tiap orang. Ada yang mengalami gejala cukup parah, tapi ada pula yang tidak mengalami gejala apapun. Gejala utamanya adalah pendarahan, seperti:
Mimisan cukup sering dan lama. Pendarahan pada gusi. Menstruasi yang berkepanjangan. Pendarahan berlebihan saat terluka atau setelah melakukan prosedur tertentu di dokter gigi.
Darah pada urine. Berdarah ketika bercukur. Selain itu, penderitanya juga akan mudah mengalami memar dan terdapat benjolan pada memar. Penderita perempuan akan mengalami beberapa kelainan saat menstruasi, seperti:
Gumpalan darah yang cukup besar (diameternya lebih besar dari 2,5 cm) pada darah menstruasi. Harus mengganti pembalut hampir setiap jam. Harus menggunakan pembalut secara rangkap (double). Menstruasi berkepanjangan, lebih dari seminggu. Mengalami gejala anemia, termasuk kelelahan atau napas pendek. Penyebab Syndrom Von Willebrand Penyakit von Willebrand disebabkan oleh kekurangan atau kelainan pada protein von Willebrand. Protein ini berperan penting dalam proses penggumpalan darah di tubuh. Ketika protein ini tidak berfungsi, keping darah tidak dapat saling menempel seperti seharusnya. Begitu juga saat terjadi luka, keping darah tidak bisa menempel pada dinding pembuluh darah untuk mencegah pendarahan. Akibatnya, darah tidak mampu menggumpal dan pendarahan bisa terjadi. Hemofilia adalah suatu penyakit yang menyebabkan tubuh kekurangan protein yang dibutuhkan dalam proses pembekuan darah bilamana terjadi perdarahan. Protein ini lazim disebut faktor pembekuan atau faktor koagulasi. Hemofilia sebenarnya merupakan penyakit keturunan yang langka terjadi. Penderita penyakit ini akan lebih lama mengalami perdarahan daripada orang-orang normal.
Penyebab hemofilia Proses pembekuan darah membutuhkan unsur-unsur seperti trombosit, faktor-faktor pembekuan, dan sebagainya. Terdapat 13 faktor pembekuan di tubuh, penamaannya ditandai dengan huruf romawi. Di dalam kasus hemofilia, terdapat mutasi gen yang menyebabkan tubuh tidak cukup memiliki faktor pembekuan tertentu. Sebagai contoh, hemofilia A disebabkan kurangnya faktor pembekuan VIII (8) dan hemofilia B disebabkan kurangnya faktor pembekuan IX (9) di dalam darah. Untaian DNA atau sebutan lainnya adalah kromosom merupakan suatu rangkaian instruksi lengkap yang mengendalikan produksi berbagai faktor. Kromosom bukan hanya menentukan jenis kelamin pada bayi, namun juga mengatur kinerja sel-sel di dalam tubuh. Semua manusia memiliki sepasang kromosom seks di mana komposisi pada wanita adalah XX dan pada pria adalah XY. Hemofilia adalah penyakit yang diwariskan melalui mutasi pada kromosom X. Oleh sebab itu pria cenderung menjadi pengidap, sementara wanita cenderung menjadi pewaris atau pembawa mutasi gen tersebut.
Gejala hemofilia
Gejala utama hemofilia adalah perdarahan yang sulit berhenti atau berlangsung lebih lama. Gejala ini bisa ringan atau berat. Tingkat keparahan tergantung dari jumlah faktor pembekuan di dalam darah. Pada hemofilia ringan, jumlah faktor pembekuan berkisar antara lima hingga lima puluh persen. Penderita hemofilia jenis ini biasanya tidak akan merasakan gejala kecuali dirinya mengalami kecelakaan yang menyebabkan luka yang berarti atau menjalani prosedur cabut gigi atau operasi lainnya. Pada hemofilia sedang, jumlah faktor pembekuan berkisar antara satu hingga lima persen. Penderita hemofilia jenis ini mudah memar dan rentan mengalami perdarahan sendi, terutama bila terantuk atau jatuh. Sendi yang paling umum terkena adalah bagian lutut, siku, dan pergelangan kaki. Gejala awalnya berupa kesemutan dan nyeri ringan yang selanjutnya bisa bertambah sakit, bengkak, kaku, serta terasa panas apabila tidak ditangani. Jenis hemofilia yang terakhir adalah hemofilia berat. Pada jenis ini jumlah faktor pembekuan kurang dari satu persen. Penderita biasanya akan sering mengalami perdarahan seperti gusi berdarah, mimisan, dan perdarahan sendi serta otot tanpa sebab yang jelas. Hemofilia berat bisa menimbulkan komplikasi seperti perdarahan internal (perdarahan di dalam tubuh) yang serius, perdarahan jaringan lunak, dan deformitas sendi apabila tidak ditangani. Bagi penderita hemofilia, khususnya hemofilia sedang dan berat, waspadai terjadinya perdarahan intrakranial atau perdarahan di dalam tengkorak kepala. Biasanya hal ini terjadi apabila penderita mengalami cedera di kepala dan jarang terjadi secara spontan (tanpa cedera). Gejala perdarahan intrakranial diantaranya adalah sakit kepala berat, muntah, leher kaku, kelumpuhan di sebagian atau seluruh otot wajah, penglihatan ganda dan yang lainnya. Penderita hemofilia yang mengalami perdarahan intrakranial butuh penanganan segera.
Diagnosis hemofilia Apabila tidak ada riwayat keluarga yang menderita hemophilia, biasanya hemophilia terdiagnosis dari gejala-gejala yang timbul. Anak biasanya dicurigai menderita penyakit ini pada saat mulai merangkak atau berjalan yang mana anak mudah memar dan mengalami perdarahan sendi. Pada kasus yang ringan, biasanya akan terdeteksi saat dewasa pada saat menjalani prosedur gigi atau prosedur lainnya. Bila ada riwayat hemophilia di keluarga, ada berbagai metode untuk mendiagnosis apakah anak terkena hemofilia. Metode-metode ini bisa dilakukan sebelum dan selama kehamilan, serta sesudah anak lahir.
Di masa perencanaan kehamilan, pemeriksaan genetika mungkin bisa membantu. Dalam metode ini, ahli akan memeriksa sampel darah atau jaringan pasangan untuk mengetahui adanya perubahan genetika yang menjurus pada hemofilia sehingga besarnya risiko penularan kondisi tersebut pada anak-anak dapat diketahui. Untuk pemeriksaan hemofilia di masa kehamilan, metode yang bisa dilakukan diantaranya adalah chorionic villus sampling (CVS) atau amniosentesis. Namun pelaksanaan kedua tes ini hendaknya didiskusikan terlebih dahulu karena berisiko menyebabkan keguguran dan kelahiran prematur. Tes CVS biasanya dilakukan saat kehamilan memasuki usia sebelas hingga empat belas minggu dan tes amniosentesis biasanya dilakukan di usia kehamilan lima belas hingga dua puluh minggu. Sampel yang biasanya diuji dalam tes CVS adalah sampel jaringan plasenta, sedangkan dalam amniosentesis adalah sampel cairan amniotik. Jenis pemeriksaan hemofilia ketiga adalah tes darah yang dilakukan sesudah bayi lahir. Tes ini meliputi pemeriksaan darah lengkap, tes fungsi faktor-faktor pembekuan, seperti faktor pembekuan VIII (8) dan IX (9). Sampel yang diuji biasanya diambil dari tali pusar. Selain dapat mendeteksi hemofilia pada anak, tes ini juga dapat menentukan tingkat keparahan kondisi tersebut. Tes yang sama juga dilakukan pada pasien dewasa yang dicurigai menderita hemofilia. A. Definisi Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit kurang dari100.000 / mm3 dalam sirkulasi darah. Darah biasanya mengandung sekitar 150.000-350.000 trombosit/mL. Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan abnormal meskipun biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang dari 10.000/mL. B. Penyebab a. Berkurangnya produksi atau meningkatnya penghancuran trombosit. b. Keadaan trombositopenia dengan produksi trombosit normal biasanya disebabkan oleh penghancuran atau penyimpanan yang berlebihan. c. Trombosit dapat juga dihancurkan oleh produksi antibodi yang diinduksioleh obat. d. Perusakan atau penekanan pada sumsum tulang. e. Kemoterapeutik yang bersifat toksik terhadap sumsum tulang. f. Trombosit menjadi terlarut C. a. b. c. d. e. f. g.
Tanda dan Gejala Adanya petekhie pada ekstermitas dan tubuh Menstruasi yang banyak Perdarahan pada mukosa, mulut, hidung, dan gusi Muntah darah dan batuk darah Perdarahan Gastro Intestinal Adanya darah dalam urin dan feses Perdarahan serebral, terjadi 1 – 5 % pada ITP.
D. Patofisiologi Fungsi trombosit dapat berubah (trombositopati) melalui berbagai cara yang mengakibatkan semakin lamanya perdarahan. Obat-obat seperti aspirin, indometasin, fenilbutazon menghambat agregasi dan reaksi pelepasan trombosit, dengan demikian menyebabkan perdarahan yang memanjang walaupun jumlah trombosit normal. Pengaruh aspirin tunggal dapat berlangsung selama 7 hari hingga 10 hari. Protein plasma, seperti yang ditemukan pada makroglobulinemia dan myeloma multiple menyelubungi trombosit, mengganggu adhesi trombosit, retraksi bekuan, dan polimerasi fibrin.