a.
Jenis-Jenis Erosi
Berdasarkan tenaga pengikis, erosi dibedakan menjadi empat, antara lain :
1. Ab A blasi lasi (Pengi ( Pengiki ki san san ole oleh h ai ai r ) Umum terjadi di wilayah iklim tropik (yang curah hujan sangat tinggi). Bentuk-bentuk Ablasi antara lain : a. Erosi Percik Percik (splash (splash erosion) Erosi ini berupa percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan oleh tetes hujan pada tanah dalam keadaan basah. Tanda-tanda nyata adanya erosi percik pada musim hujan dapat dilihat pada permukaan daun yang yang terdapat pada partikel tanah, adanya batuan kerikil diatas diatas lapisan tanah. Jadi, jenis erosi ini dapat diamati pada waktu musim hujan. b. Erosi Lembar (sheet (sheet erosion) Erosi ini memecah partikel tanah pada lapisan tanah yang hampir seragam, sehingga erosi ini menghasilkan kenampakan yang seragam. Intensitas dan lamanya hujan melebihi kapasitas infiltrasi. Oleh karena itu, laju erosi permukaan dipengaruhi oleh kecepatan dan turbulensi aliran. c. Erosi Alur (rill erosion) Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman yang kurang dari 30 cm dan lebar kurang dari 50 cm. Sering terjadi pada tanah-tanah yang baru saja diolah. d. Erosi Parit (gully erosion) Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman lebih dari 30 cm dan lebar lebih dari 50 cm. e. Erosi Mudik (headward erosion) Erosi ini menyebabkan lembah parit diperpanjang ke hulu. f. Erosi Vertikal (erosi internal atau subsurface erosion) erosion) Erosi ini menyebabkan lembah bertambah dalam. g. Erosi Lateral Erosi ini mengikis di tepi sungai, melebarkan lembah dan menyebabkan meandering.
2. D eflasi flasi at atau K orasi rasi Proses pengikisan batuan atau tanah yang dilakukan oleh angin disebut Deflasi atau Korasi. Erosi oleh tenaga angin banyak terjadi di daerah gurun atau kering. Bentuk-bentuk lahan yang dapat diamati akibat erosi angin antara lain batu jamur. Contohnya adalah dapat membentuk Mushroom Rock. Berdasarkan teori, adanya gurun pasir karena proses pelapukan mekanis.
Proses ini dimulai ketika suhu siang hari yang terik memanasi batuan gurun sampai diatas 80 derajat celcius sehingga batuan itu memuai. Selama beribu-ribu tahun, angin gurun mengeruk batuan yang hancur dan mengangkut butiran- butiran pasir halus. Lama-lama pasir itu menumpuk menjadi bukit pasir yang halus.
3. E ksarasi (glasiasi) Erosi oleh gletser dan sering disebut erosi glasial, yaitu erosi yang terjadi akibat pengikisan massa es yang bergerak menuruni lereng dan dapat terjadi di pegunungan tinggi yang tertutup salju, misalnya di Pegunungan Alpen, Pegunungan Himalaya, dan Pegunungan Rocky. Ciri khas bentuk lahannya adalah adanya alur-alur lembah yang arahnya relatif sejajar. Erosi ini yang berlangsung lama dapat membuat lembah-lembah yang dalam dengan bentuk seperti huruf U. Endapan erosi oleh gletser disebut dengan MORAINE.
4. Abrasi Erosi berdampak juga pada perubahan muka Bumi. Abrasi (erosi di pantai) yaitu erosi oleh air laut atau ombak yang dibantu dengan adanya batu-batu kerikil dibawa pecahan ombak akan mengikis daerah sekitar pantai dan kekuatan pengikisan sebanding dengan besarnya gelombang. Kejadian seperti ini pernah terjadi di Jayapura, abrasi di sepanjang pantai di Pulau Biak mencapai 75 m dari garis pantai. Sejumlah karang dan pulau rusak bahkan tenggelam akibat pengikisan. Pulau-pulau yang tenggelam tersebut sebelumnya merupakan objek wisata yang sangat indah di pulau Biak. Jadi, proses abrasi dan erosi oleh tenaga gelombang atau air laut yaitu:
Abrasi menghasilakan cekungan yang panjang pada garis pantai.
Kemudian, cekungan tererosi lebih lanjut menjadi gua.
Erosi lebih lanjut oleh gelombang menyebabkan runtuhnya atap gua ke laut dan terbentuklah cliff (dinding terjal).
Erosi yang terus-menerus, menyebabkan cliff runtuh. Pada periode waktu yang panjang, proses ini berlangsung terus-menerus menyebabkan terbentuknya platform di kaki cliff.
Beberapa bentuk lahan akibat erosi oleh tenaga gelombang antara lain, sebagai berikut : 1.
Cliff, yaitu pantai yang berdinding curam sampai tegak.
2.
Relung,yaitu cekungan-cekungan yang terdapat pada dinding cliff.
3.
Dataran abrasi, yaitu hamparan wilayah yang datar akibat abrasi dan dapat terlihat dengan jelas pada saat pasang surut.
5. E rosi karena Gravitasi Erosi karena gravitasi terjadi dalam bentuk gerakan tanah atau tanah longsor, yaitu gerakan massa tanah dan atau batuan menuruni lereng karena gaya gravitasi bumi. Gerakan tanah dapat terjadi dalam bentuk, antara lain: rayapan tanah, tanah longsor, atau jatuhan.
6. E rosi oleh Organisme Erosi ini terjadi karena aktifitas organisme yang melakukan pemboran, penggerusan atau penghancuran terhadap batuan. Erosi ini disebut juga bioerosion . Ada 2 macam erosi, yaitu: 1. Normal/ Geological erosion, yaitu:
Erosi yang berlangsung secara alamiah, terjadi secara normal dilapangan melalui tahaptahap: a. Pemecahan agregat- agregat tanah kedalam partikel- partikel tanah yaitu butiran- butiran tanah yang kecil. b. Pemindahan partikel- partikel tanah dengan penghanyutan ataupun karena kekuatan angin. c. Pengendapan partikel- partikel tanah yang terpindahkan atau terangkut tadi ditempat- tempat yang lebih rendah atau didasar- dasar sungai.
Erosi secara alamiah dapat dikatakan tidak menimbulkan musibah yang hebat bagi kehidupan manusia atau keseimbangan lingkungan dan kemungkinan kerugianpun hanya kecil saja, ini dikarenakan banyaknya partikel- partikel tanah yang dipindahkan atau terangkut seimbang dengan banyaknya tanah yang terbentuk ditempat- tempat yang lebih rendah itu. 2. Accelerated erosion, yaitu:
Dimana proses- proses terjadinya erosi tersebut yang dipercepat akibat tindakan- tindakan dan atau perbuatan- perbuatan itu sendiri yang bersifat negatif ataupun telah melakukan kesalahan dalam pengelolaan tanah dalam pelaksanaan pertanian. Jadi dalam hal ini manusia membantu mempercepat terjadinya erosi tersebut. Jenis erosi ini banyak sekali menimbulkan petaka, karena memang lingkungannya telah mengalami kerusakan- kerusakan, menimbulkan kerugian besar seperti banjir, kekeringan ataupun turunnya produktifitas tanah. B. Proses Terjadinya Erosi
Erosi air timbul apabila aksi dispersi dan tenaga pengangkut oleh air hujan yang mengalir ada di permukaan dan atau di dalam tanah. Jadi erosi dapat terjadi minimal dengan satu tahapan yakni dispersi oleh butir hujan dan/atau oleh air limpasan. Adapun tahapan erosi meliputi : 1. Benturan butir-butir hujan dengan tanah. 2. Percikan tanah oleh butir hujan ke semua arah. 3. Penghancuran bongkah tanah oleh butiran hujan. 4. Pemadatan tanah. 5. Penggenangan air di permukaan. 6. Pelimpasan air karena adanya penggenangan dan kemiringan lahan. 7. Pengangkutan partikel terpecik dan/atau massa tanah yang terdispersi oleh air limpasan.
a) Erosi Air Massa air yang mengalir, baik gerakan air di dalam tanah maupun di permukaan Bumi berupa sungai atau air larian permukaan selamban apapun pasti memiliki daya kikis. Sedikit demi sedikit, air yang mengalir itu mengerosi batuan atau tanah yang dilaluinya. Semakin cepat gerakan air mengalir, semakin tinggi pula daya kikisnya. Oleh karena itu, sungai-sungai di wilayah perbukitan atau pegunungan yang alirannya deras memiliki lembah yang lebih curam dan dalam dibandingkan dengan sungai di wilayah dataran yang alirannya relatif tenang. Secara umum dilihat dari tahapan kerusakan tanah yang terkikis, erosi air terdiri atas empat tingkatan, yaitu sebagai berikut.
Erosi Percik (Splash Erosion)
Erosi percik merupakan bentuk pengikisan tanah oleh percikan air hujan. Pada saat titik air hujan memercik ke permukaan tanah, butiran-butiran air akan menumbuk kemudian mengikis partikel tanah serta memindahkannya ke tempat lain di sekitarnya.
Erosi Lembar (Sheet Erosion)
Erosi lembar merupakan tahapan kedua dari erosi air. Pada tahapan ini, lapisan tanah paling atas (top soil) yang kaya akan bahan humus penyubur tanah hilang terkikis sehingga tingkat kesuburan dan produktivitasnya mengalami penurunan. Ciri-ciri tanah yang telah mengalami erosi lembar antara lain: 1. air yang mengalir di permukaan berwarna keruh (kecokelatan) karena banyak mengandung partikel tanah; 2. warna tanah terlihat pucat karena kadar humus (bahan organik) rendah; 3. tingkat kesuburan tanah sangat rendah.
Erosi Alur (Riil Erosion)
Jika proses erosi lembar terus berlangsung maka pada permukaan tanah akan terbentuk alur-alur yang searah dengan kemiringan lereng. Alur-alur erosi ini merupakan tempat air mengalir dan mengikis tanah.
Erosi Parit (Gully Erosion)
Pada tahap ini alur-alur erosi berkembang menjadi parit-parit atau lembah yang dalam berbentuk huruf U atau V. Erosi parit banyak terjadi di wilayah yang memiliki kemiringan tinggi dengan tingkat penutupan vegetasi (tetumbuhan) sangat sedikit. Untuk mengem balikan kesuburan tanah kritis yang telah mengalami erosi parit diperlukan biaya yang sangat mahal. Di sepanjang aliran sungai terjadi pula proses erosi oleh arus air. Proses pengikisan yang mungkin terjadi sepanjang aliran sungai antara lain sebagai berikut.
1. E rosi Tebing Sungai , yaitu erosi yang bekerja pada dinding badan sungai sehingga lembah sungai bertambah lebar. 2. E rosi Mudik , yaitu erosi yang terjadi pada dinding air terjun (jeram). Akibat erosi mudik, lama-kelamaan lokasi air terjun akan mundur ke arah hulu. 3. E rosi B adan Sungai, yaitu erosi yang berlangsung ke arah dasar sungai (badan sungai) sehingga lembah sungai menjadi semakin dalam. Jika erosi badan sungai ini berlangsung dalam waktu geologi yang sangat lama maka akan terbentuk ngarai-ngarai yang sangat dalam, seperti Grand Canyon di Sungai Colorado (Amerika Serikat).
b) Erosi Angin Erosi oleh pengerjaan angin (deflasi) banyak terjadi di daerah gurun beriklim kering yang sering terjadi badai pasir yang dikenal dengan istilah harmattan atau chamsina. Pada saat kejadian angin kencang tersebut, butiran-butiran kerikil dan pasir yang terbawa angin akan mengikis bongkah batuan yang dilaluinya.
c) Erosi Gelombang Laut Erosi oleh gelombang laut dinamakan pula abrasi atau erosi marin. Gelombang laut yang bergerak ke arah pantai mampu mengikis bahkan memecahkan batu-batu karang di pantai, kemudian diangkut ke tempat-tempat lain di sekitarnya atau ke arah laut dan samudra. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan abrasi antara lain sebagai berikut. 1. Kekerasan batuan, semakin keras jenis batuan yang ada di pantai, semakin tahan terhadap erosi. 2. Gelombang laut , semakin besar gelombang yang bergerak ke arah pantai, semakin besar kemungkinannya untuk mengerosi wilayah pantai.
3. Kedalaman laut di muka pantai, jika laut yang terletak di muka pantai merupakan laut dalam, gelombang laut yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan laut yang dangkal, sehingga kekuatan erosi akan lebih besar. 4. Jumlah material yang dibawa gelombang terutama kerikil dan pasir , semakin banyak material yang diangkut semakin kuat daya abrasinya. Bentang alam khas yang sering kita jumpai sebagai akibat adanya abrasi antara lain sebagai berikut. 1. Cliff, yaitu pantai yang berdinding curam sampai tegak. 2. Relung , yaitu cekungan-cekungan yang terdapat pada dinding cliff. 3. Dataran Abrasi, yaitu hamparan wilayah dataran akibat abrasi. yang dapat dilihat dengan jelas saat air laut surut. 4. Gua laut (Sea Cave).
d) Erosi Glasial Erosi glasial adalah bentuk pengikisan massa batuan oleh gletser, yaitu massa es yang bergerak. Gletser terdapat di wilayah kutub atau di pegunungan tinggi yang puncaknya senantiasa tertutup oleh lembaran salju dan es, seperti Pegunungan Jayawijaya, Rocky, dan Himalaya. Massa gletser yang bergerak menuruni lereng pegunungan akibat gaya berat maupun pencairan es akan mengikis daerah-daerah yang dilaluinya. Massa batuan hasil pengikisan yang diangkut bersamasama dengan gerakan gletser dinamakan morain.
Ciri khas bentang alam akibat erosi glasial adalah adanya alur-alur yang arahnya relatif sejajar pada permukaan batuan sebagai akibat torehan gletser. Jika erosi gletser ini terus-menerus berlangsung dalam waktu yang sangat lama, akan terbentuk lembah-lembah yang dalam, memanjang, dan searah dengan gerakan gletser.