EROSI KORNEA
Menurutt America Menuru American n Academy of Ophth Ophthalmolo almology gy (AAO), erosi korne korneaa adalah keadaan dima di mana na te terl rlep epasn asnya ya ep epit itel el ko korn rnea ea da dari ri jar jarin inga gan n ko korn rnea ea di ba bawa wahn hnya, ya, te term rmasu asuk k la lapi pisa san n Bowman atau membran basalis. rosi kornea dapat terjadi karena adanya d istrofi kornea dan trauma mata. !egera sesudah trauma atau masuknya benda asing, penderita akan merasa sakit sekali, seka li, aki akibat bat ero erosi si mer merusa usak k kor kornea nea ya yang ng mem mempun punyai yai sera seratt sen sensib sibel el ya yang ng ban banya yak, k, mat mataa menjadi berair, fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh media yang keruh. Apabila terjadi secara berulang"ulang maka disebut erosi kornea rekurens.
Anatomi dan Fisiologi Kornea
#ornea merupakan jaringan yang a$askular, bersifat transparan, berukuran %%" %& mm hori'ontal dan %"%% mm $ertikal, serta memiliki indeks refraksi %,*. #ornea memberikan kontribusi *+ atau setara dengan +,&- dioptri () dari total -/,0 kekuatan dioptri mata manusia. manusia. alam nutrisinya, nutrisinya, kornea bergantung bergantung pada difusi glukosa dari aqueus aqueus humor humor dan oksigen yang berdifusi melalui lapisan air mata. !ebagai tambahan, kornea perifer disuplai oksigen oksigen dari sirkulasi limbus. #ornea adalah salah satu organ organ tubuh yang memiliki densitas ujung"ujung saraf terbanyak dan sensitifitasnya adalah % kali jika dibandingkan dengan konjun konjungti gti$a $a (AAO, (AAO, &/). &/). #ornea #ornea dewasa dewasa rata"ra rata"rata ta mempun mempunyai yai tebal tebal -- 1m, diameter diameter hori'ontalnya sekitar %%,*- mm dan $ertikalnya %,0 mm (2iordan"$a, &%). #ornea berfungsi sebagai membran pelindung dan 3jendela4 yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Memiliki sifat tembus cahaya yang disebabkan oleh strukturnya yang uniform, uniform, a$askuler a$askuler dan deturgesens deturgesensi. i. eturgesen eturgesensi si atau keadaan dehidrasi dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh 3pompa4 bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endo endote tel. l. alam alam meka mekani nism smee dehi dehidra drasi si ini, ini, endo endote tell jauh jauh lebi lebih h pent pentin ing g dari daripa pada da epit epitel el.. #erusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel. #erusakan sel"sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. !ebaliknya, kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang 0 akan meghilang bila sel"sel epitel telah beregenerasi. 5enguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan pada lapisan air mata tersebut. 6al ini mungki mungkin n merupa merupakan kan faktor faktor lain lain dalam dalam menarik menarik air dari dari stroma stroma kornea kornea superfi superfisial sial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi. 5enetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. !ubstansi larut"lemak dapat melalui epitel utuh dan substansi larut"air dapat melalui stroma yang utuh. Agar dapat melalui kornea, obat harus larut"lemak dan larut"air sekaligus.
pitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme kedalam kornea. 7amun sekali kornea ini cedera, stroma yang a$askular dan membran Bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, $irus, amuba, dan jamur (Biswell, &%). #ornea mendapatkan nutrisi dari pembuluh"pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air mata. 5ersarafan sensorik kornea didapat dari cabang pertama (ophthalmichus) dan ner$us kranialis trigeminus (2iordan"$a, &%). !araf trigeminus ini memberikan sensiti$itas tinggi terhadap nyeri bila kornea disentuh (6ollwich, %88).
Patofisiologi
9edera pada permukaan kornea mengakibatkan defek epitel. efek perbaikan epitel tejadi melalui fase, yaitu migrasi sel, proliferasi, dan diferensiasi. :rauma pada epitel kornea menginduksi pergeseran dan perpindahan sel"sel epitel yang tersisa menuju area yang telah rusak. 5erubahan sel"sel dan interaksi sel matriks (sistem fibronectin"integrin) dan modulasi ekstraseluler en'im proteolitik memiliki pernan yang penting (Arciniega, &%0).
rosi terjadi pada saat adanya gangguan membran basal epitel karena peradangan dan pelemahan adhesi ekstraseluler di hemidesmosom. 5asien dengan distrofi membran anterior basement menunjukkan adanya kelonggaran epitel (Arciniega, &%0). Diagnosis
5enegakkan diagnosis pada kasus erosi kornea dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik terutama pada mata, serta pemeriksaan tambahan seperti tes fluoresein. #ertas tes fluoresein dapat digunakan untuk mengetahui adanya kerusakan pada kornea. :es fluoresein merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui terdapatnya kerusakan epitel kornea. 6asil positif pada tes ini dilihat dari permukaan kornea yang berwarna hijau setelah kertas fluoresin disisipkan pada sakus konjungti$a inferior. ;at warna fluoresein jika menempel pada epitel kornea yang mengalami kerusakan akan memberikan warna hijau karena jaringan epitel yang rusak bersifat lebih basa. 5enegakan diagnosis juga banyak dilakukan dengan pemeriksaan slit lamp yang menunjukkan ketidakteraturan epitel sampai hilangnya epitel dalam jumlah yang besar. 5emeriksaan fluorescei dilakukan untuk membantu menunjukkan defek kornea (Arciniega, &%0).
Tata Laksana 5engobatan untuk lesi kornea sebagai berikut< - ebridement mekanis, dengan atau tanpa kauter kimia, tergantung pada ukuran defek
dan jumlah iritasi mata -
5emberian cycloplegic lokal seperti atropin atau homatropin
-
Memoles lapisan Bowman dengan diamond burr setelah debridement mekanis
-
elaminasi dari epitel kornea menggunakan alkohol atau perak nitrat, yang dapat meningkatkan gejala erosi kornea yang tidak berespon terhadap lubrikasi topikal atau lensa kontak perban (=erma, &%0).
LUKA BAKAR KORNEA
>uka bakar (combustio) kornea adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan pada kornea yang disebabkan karena adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. >uka bakar merupakan cedera
yang cukup sering dihadapi dokter dan merupakan jemis trauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Etiologi >uka bakar dapat disebabkan karena adanya kontak dengan berbagai sumber
panas, seperti < " api " air panas " listrik " bahan kimia Asam yang paling sering menyebabkan luka bakar okular adalah asam sulfat, asam sulfur, asam klorida, asam nitrat, asam asetat, asam kromat, dan asam fluorida. ;at alkali umum termasuk ammonium hidroksida, kalium hidroksida, natrium hidroksida, kalsium hidroksida, dan magnesium hidroksida. ;at yang mengandung senyawa tersebut dan dapat ditemukan di rumah termasuk alkali, semen, kapur, dan amonia (!alano, &%-). " radiasi #eratitis ?= dapat disebabkan oleh sinar matahari. :ukang las yang bekerja tanpa pelindung mata beresiko untuk terjadinya cedera. >aser yang digunakan dalam industri, militer, dan praktek medis juga dapat menyebabkan luka bakar okular (!alano, &%-). Patofisiologi #ematian sel dari luka bakar terbatas pada epitel superfisial@ 7amun, nekrosis termal dan
penetrasi dapat terjadi. engan luka bakar ?= dapat menyebabkan keratitis pungtata (!alano, &%-). 9edera kimia sering terjadi pada pekerja lingkup industri meskipun telah adanya peraturan keselamatan dan kewajiban penggunaan kacamata keselamatan. >uka bakar asam biasanya terjadi dengan paparan asam kuat yang memiliki p6 kurang dari +. Asam klorida (digunakan untuk membersihkan kolam renang) dan asam sulfat (ditemukan dalam baterai mobil) adalah beberapa jenis asam yang umum dijumpai pada kondisi pasien darurat. Asam cenderung denaturasi, mengental, dan menyebabkan endapan protein pada kornea, menciptakan barrier yang mencegah asam penetrasi lebih dalam. #oagulasi protein ini menghasilkan penampilan kornea ground"glass, dan sering terlihat pada luka bakar asam yang parah. !edangkan asam fluorida dapat dengan cepat menembus seluruh ketebalan kornea melalui membran sel, menyebabkan kerusakan segmen kornea dan anterior signifikan (6emmati dan 9olby, &%*). >uka bakar alkali pada mata umumnya umunya disebabkan oleh natrium hidroksida, amonia, dan kalsium hidroksida. Bahan kimia alkali yang lipofilik dapat menembus membran sel melalui saponifikasi membran lipid. on hidroksil, bahan kimia alkali yang umum, menyebabkan denaturasi matriks kolagen kornea dan mengakibatkan penetrasi kimia lebih lanjut. aringan yang terkena bisa mengalami
nekrosis liCuefaktif, di mana respon inflamasi memicu pelepasan en'im proteolitik, yang mengarah ke kerusakan yang lebih lanjut. Alkalis kuat dapat mencapai ruang anterior dalam waktu kurang dari %- detik, menyebabkan kerusakan jaringan di kornea dan ruang anterior (termasuk trabecular meshwork, lensa, dan badan ciliary). #erusakan kimia secara langsung mengakibatkan kornea kehilangan sel"sel progenitor epitel kornea (6emmati dan 9olby, &%*). Evalasi A!al 2espon darurat. 5engobatan awal dari setiap luka bakar kimia harus dimulai segera pada
waktu dan tempat cedera. Mata yang terkena harus diairi deras dengan cairan noncaustic. rigasi harus terus di rumah sakit sampai p6 permukaan okular telah dinormalisasi antara *, dan *,&. p6 harus diperiksa ulang secara cepat dengan strip tes p6 (antara 0 dan /) di %hingga menit setelah stabilisasi untuk konfirmasi ada tidaknya perubahan di luar kisaran normal. 5erubahan tersebut dapat menandakan kehadiran partikel tersembunyi di mata yang terus mengelusi bahan kimia ke permukaan okular. >ensa Morgan dapat digunakan dengan anestesi topikal untuk memfasilitasi proses irigasi pada pasien yang merasa tidak nyaman (6emmati dan 9olby, &%*). !etelah p6 telah dinetralkan, pemeriksaan mata lengkap diperlukan untuk mengkarakterisasi sejauh mana cedera dan merencanakan perawatan lebih lanjut. !eperti dibahas di atas, penting untuk benar"benar menilai tingkat iskemia limbal serta tingkat kekeruhan dan kecacatan epitel kornea. Dluorescein harus digunakan untuk menilai status epitel kornea dan konjungti$a. :ekanan intraokular (:O) harus diperiksa, karena luka bakar kimia yang serius dapat meningkatkan atau menurunkan tekanan. 5ada kasus cedera kimia di salah satu mata, mata yang bagian kontralateral tetap harus diperiksa untuk mengkofirmasi bahwa mata tersebut tidak terlibat dalam luka bakar kimia (6emmati dan 9olby, &%*).
Tata Laksana 5engobatan luka bakar kornea didasarkan pada tingkat injury. Bagi kebanyakan cedera,
tujuan pengobatan adalah untuk penyembuhan epitel dan mengurangi rasa sakit sekaligus mengurangi peradangan dan mencegah superinfeksi bakteri (6emmati dan 9olby, &%*). :ingkat . ?ntuk cedera grade ringan, salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau eritromisin biasanya diresepkan, bersama dengan air mata buatan diperlukan. !ebuah steroid topikal seperti prednisolon asetat, digunakan empat kali sehari selama kurang lebih seminggu, biasanya cukup untuk mengendalikan peradangan dan memfasilitasi re" epitelisasi. ?ntuk kenyamanan, agen cycloplegic topikal seperti cyclopentolate % digunakan tiga kali sehari. 5asien difollow up setiap hari sampai permukaan mata seluruh
telah sembuh@ mereka harus terus diikuti jangka panjang untuk menilai mata kering dan
masalah lainnya (6emmati dan 9olby, &%*). :ingkat sampai =. ?ntuk luka bakar lebih parah, kontrol peradangan pada fase akut, terutama pada minggu pertama setelah cedera. Aplikasi prednisolon asetat % secara topikal dianjurkan selama * sampai % hari, dan dilanjutkan sampai hari ke %+ untuk
meminimalkan risiko pencairan kornea (6emmati dan 9olby, &%*). 9ycloplegic long"acting seperti scopolamine hidroklorida atau atropin sulfat harus digunakan untuk kenyamanan, bersama dengan obat nyeri oral. ?ntuk mencegah suprainfection dalam kasus"kasus dengan kerugian epitel selesai, topikal antibiotik spektrum luas (seperti fluorokuinolon) dapat diberikan empat kali sehari. :etrasiklin oral (seperti doEycycline) diberikan untuk mengurangi risiko pencairan kornea melalui penghambatan matriks metalloproteinase. 5ada suatu penelitian dengan hewan coba menunjukkan bahwa pemberian dosis tinggi $itamin 9 topikal dan F atau oral dapat
mencegah atau menunda ulserasi (6emmati dan 9olby, &%*). #ortikosteroid topikal umumnya diberikan setelah yang pertama tujuh sampai % hari postinjury, karena setelah periode ini mereka mungkin ujung keseimbangan sintesis kolagen dan kerusakan kolagen tidak baik. ika tambahan pengobatan anti"inflamasi yang dibutuhkan, steroid progestasional topikal seperti medroEyprogesterone % persen, yang membawa risiko jauh lebih rendah merangsang pencairan kornea, dapat digunakan. ika dalam waktu % hari dari cedera, jika epitel gagal disembuhkan, perawatan bedah dapat dipertimbangkan (6emmati dan 9olby, &%*).
AD:A2 5?!:A#A %.
American Academy of Ophthalmology (AAO). &%+. Corneal Erosion. iakses dari< American Academy of Ophthalmology. G% Maret &%*H.
&.
2iordan"$a, 5., &%. Anatomi I mbriologi
Mata.
In:
=aughan,
Asbury.
Oftalmologi Umum Edisi 17 . akarta< J9. .
Biswell, 2., &%. #ornea. In< =aughan, Asbury. Oftalmologi Umum Edisi 17 . akarta< J9.
+.
6ollwich, D., %88. Oftalmologi Edisi Kedua. akarta< Binarupa Aksara.
-.
Arciniega, iana . &%0. Recurrent Corneal Erosion. iakses dari< American Academy of Ophthalmology. G% Maret &%*H.
0.
=erma, Arun. &%0. Recurrent Corneal Erosion Treatment !anagement" iakses dari< Medscape. G% Maret &%*H.
*.
!olano, oshua. &%-. Ocular #urns. iakses dari< Medscape. G% Maret &%*H.
8.
6emmati, 6ouman . 9olby, #athryn A. &%*. Treating $cute Chemical In%uries of the Cornea" iakses dari< American Academy of Ophthalmology. G% Maret &%*H.