PANDUAN MENURUNKAN RISIKO INFEKSI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE
JALAN GUNUNG SARI NO 10 KEL PASIRAN KEC SINGKAWANG BARAT TELP. (0562) 4644000 EMAIL:
[email protected] [email protected] Kode Pos: 79123
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE JALAN GUNUNG SARI NO 10 KEL PASIRAN KEC SINGKAWANG BARAT TELP. (0562) 4644000 EMAIL:
[email protected] Kode Pos: 79123
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE SINGKAWANG NOMOR : 94/RSIAW/PER/DIR/IV/ 2018 TENTANG PANDUAN MENURUNKAN RISIKO INFEKSI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE SINGKAWANG DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE SINGKAWANG Menimbang : a. bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat; b. bahwa masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung di rumah sakit dihadapkan pada risiko terjadinya infeksi di rumah sakit atau HAIs; c. bahwa dalam upaya meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit perlu dibuat panduan untuk menurunkan risiko infeksi di rumah sakit; d. bahwa sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE;
Mengingat
:
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran; 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan; 5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan; 6. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit; 7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; 8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit; i
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular; 10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman PPI di Fasilitas Kesehatan; 11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit; 12. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE Singkawang Nomor 87/RSIAW/PER/DIR/III/ 2018 tentang Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE Singkawang Tahun Anggaran 2018; MEMUTUSKAN Menetapkan :
KESATU
:
KEDUA
:
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE SINGKAWANG TENTANG PANDUAN MENURUNKAN RISIKO INFEKSI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE SINGKAWANG. Panduan ini menjadi acuan bagi Rumah Sakit Kusta Alverno untuk mengevaluasi pelaksanaan PPI di Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE Singkawang. Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan akan ditinjau kembali apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya.
Ditetapkan : Singkawang Pada Tanggal : 9 April 2018 Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE
dr. Liau Songkono, Sp.OG NIK. 201412001
ii
HALAMAN PENGESAHAN DAN PEMBERLAKUAN PANDUAN MENURUNKAN RISIKO INFEKSI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE SINGKAWANG Jabatan
Nama
Disiapkan oleh
IPCN
Ns. Lusi Yanti M., S.Kep
Diperiksa oleh
Ketua Tim PPI RS
dr. Christina Sienny A.
Disahkan oleh
Direktur
dr. Liau Songkono., Sp.OG
iii
Tanda Tangan
Singkawang, 9 April 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kami sehingga kami berhasil menyusun Panduan Menurunkan Risiko Infeksi Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE. Besar harapan kami, bahwa Panduan ini bisa digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi secara aplikatif dan lebih optimal. Panduan Menurunkan Risiko Infeksi ini, merupakan bagian dari Pencegahan dan Pengendalian Infeksi terutama upaya pengkajian area atau aktivitas yang berisiko menimbulkan terjadinya infeksi HAIs di rumah sakit. Tersusunnya panduan ini, merupakan salah satu upaya untuk memutus mata rantai penularan kepada petugas, keluarga pasien maupun lingkungan rumah sakit. Dalam penyelesaian tulisan ini, tim penyusun banyak dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu tim penyusun mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada pejabat struktural maupun fungsional yang telah memberikan banyak kontribusi dalam penyusunan panduan ini. Terima kasih kepada Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE serta seluruh kepala unit dan staf Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE yang terlibat dalam proses penyelesaian penyusunan panduan ini. Semoga buku “Panduan Menurunkan Risiko Infeksi Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE” ini bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-pihak lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan akreditasi rumah sakit. Demi kesempurnaan substansi panduan ini, maka segala bentuk evaluasi sangat dibutuhkan terhadap isi panduan ini.
Singkawang, 9 April 2018 Tim Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HAL JUDUL SURAT KETERANGAN DIREKTUR ............................................................ HAL PENGESAHAN DAN PEMBERLAKUAN.............................................. KATA PENGANTAR..................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... A. LATAR BELAKANG........................................................................... B. TUJUAN ............................................................................................ BAB II RUANG LINGKUP............................................................................. BAB III TATA LAKSANA .............................................................................. A. JENIS INFEKSI HAIS DAN KRITERIA............................................... BAB IV PENUTUP........................................................................................ DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
v
i iii iv v 1 1 2 3 4 4 9 10
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung di rumah sakit dihadapkan pada risiko terjadinya infeksi di rumah sakit atau infeksi nosokomial/HAIs (Health Care Associate Infection) yaitu infeksi yang diperoleh di rumah sakit, baik karena perawatan atau datang berkunjung ke rumah sakit. Kejadian infeksi nosokomial/HAIs ini akibat infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien dirawat di rumah sakit. Bagi pasien di rumah sakit, hal ini merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak langsung. Beberapa kejadian infeksi nosokomial/HAIs mungkin tidak menyebabkan kematian pasien akan tetapi menjadi penyebab pasien dirawat lebih lama di rumah sakit. Ini berarti pasien membayar lebih mahal dan dalam kondisi tidak produktif, disamping pihak rumah sakit juga akan mengeluarkan biaya lebih besar. Penyebabnya adalah kuman yang berada di lingkungan rumah sakit atau kuman yang sudah dibawa oleh pasien sendiri, yaitu kuman endogen. Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa kejadian infeksi nosokomial (HAIs) adalah infeksi yang secara potensial dapat dicegah atau sebaliknya juga merupakan infeksi yang tidak dapat dicegah. Angka infeksi nosokomial/ HAIs terus meningkat (Al Varado, 2000) mencapai sekitar 9% (variasi 3-21%) atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia. Di RSJ Harkit Jakarta tahun 2013 di dapatkan angka infeksi HAIs untuk ILO (Infeksi Luka Operasi) 2-3%, ISK(Infeksi Saluran Kencing) 4-5%, IADP(Infeksi Aliran Darah Primer) 7-9%, Pneumonia 20-30%, Decubitus 3.8%. Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di Rumah Sakit perlu diterapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan seta monitoring dan evaluasi tindak lanjut. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit sangat penting karena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit. Apalagi akhir-akhir ini muncul berbagai penyakit infeksi baru (new emerging, emerging diseases dan re-emerging diseases).
1
B. Tujuan Risiko infeksi yang berdampak selama pelayanan di rumah sakit dapat diturunkan untuk mengurangi risiko infeksi selama pelaksanaan kegiatan pelayanan kepada pasien dan difokuskan pada koordinasi dan kesinambungan sistem secara menyeluruh sehingga dapat mendorong perbaikan dalam pelayanan kepada pasien dan memuaskan pelanggan.
2
BAB II RUANG LINGKUP
Panduan ini memberi petunjuk bagi petugas kesehatan (medis dan paramedis) di ru mah sa kit da n pelayanan kesehatan lainnya dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada pelayanan terhadap pasien dengan batasan-batasan: 1. Infeksi rumah sakit atau infeksi nosokomial/HAIs adalah infeksi yang terjadi atau didapat di rumah sakit. Suatu infeksi yang didapat di rumah sakit apabila: a. Pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda dan gejala atau tidak dalam masa inkubasi infeksi tersebut. b. Infeksi terjadi 2x24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit. c. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama tetapi lokasi infeksi berbeda. 2. Pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit adalah kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanan dan pengawasan serta pembinaan dalam upaya menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial/HAIs di rumah sakit. 3. Surveilans adalah kegiatan pengamatan sistematis aktif dan terus-menerus terhadap timbulnya dan penyebaran infeksi nosokomial pada suatu peristiwa. 4. Suatu kejadian di rumah sakit dapat disebut Kejadian Luar Biasa (KLB) bila proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam waktu satu bulan, dibandingkan dengan proportional rate penderita baru dari penyakit menular yang sama selama periode waktu yang sama dari tahun yang lalu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih, atau terdapat satu kejadian pada keadaan dimana sebelumnya tidak pernah ada.
3
BAB III TATA LAKSANA
A. Jenis-Jenis Infeksi HAIs dan Kriteria 1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) a. Batasan Infeksi Saluran Kemih (ISK) Klasifikasi ISK meliputi: 1) ISK Simptomatis harus memenuhi paling sedikit satu kriteria sbb: a) Demam (>38°C) b) Nikuria (anyang-anyangan) c) Polakisuria d) Disuri e) Nyeri supra pubik f) Hasil biakan urin aliran tengah (midstream) >10⁵cfu kuman/ml dengan jumlah kuman tidak lebih dari 2 species g) Kuman positif dari urin pungsi supra pubik tanpa melihat jumlah kuman Pada pasien ≤ 1 th didapat paling sedikit satu gejala sbb, tanpa ada penyebab lainnya : a) b) c) d) e)
Demam (>38°C) Hipotermi (<37°C) Bradikardi < 100/mnt Letargi Vomiting
Dan ditemukan salah satu dari hasil di bawah ini : a) Hasil urin kultur 10⁵cfu kuman/ml dengan jumlah kuman tidak lebih dari 2 spesies b) Kultur urin 2x berturut-turut terdapat kuman flora normal yang sama misal S. saprophyticus, S.epidermidis dengan jumlah kuman > 10⁵cfu kuman/ml 2) ISK Asimptomatis Paling sedikit 1 kriteria: a) Riwayat menggunakan urin kateter < 7 hari yang lalu b) Terdapat maksimal 2 species jenis kuman dalam biakan urin c) Tidak terdapat gejala-gejala Dan salah satu dari hasil di bawah ini : a) Hasil urin kultur 10⁵cfu kuman/ml dengan jumlah kuman tidak lebih dari 2 species b) Kultur urin 2x berturut-turut terdapat kuman flora normal yang sama misal S. Saprophyticus, S. Epidermis dengan jumlah kuman >10 ⁵cfu kuman/ml 4
3) ISK Lainnya harus memenuhi salah satu kriteria: a) Ditemukan kuman yang tumbuh dari cairan b) Ada abses atau tanda infeksi lain yang dapat dilihat, pemeriksaan langsung selama pembedahan atau histopatologi c) Ada 2 tanda berikut : demam (>38° C), nyeri lokal, nyeri tekan pada daerah yang dicurigai infeksi b. Faktor risiko ISK 1) Keteterisasi menetap 2) Cara pemasangan kateter 3) Lama pemasangan 4) Kualitas perawatan kateter 5) Status immunologi pasien: Pasien tua, Debilitas, pasca persalinan c. Pencegahan ISK Untuk mencegah terjadinya infeksi saluran kemih HAIs perlu diperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan pemasangan kateter urin. 1) Tenaga Pelaksana a) Pemasangan katéter hanya dilakukan oleh tenaga yang betul-betul memahami dan terampil dalam teknik pemasangan kateter secara aseptik dan perawatan kateter yang benar b) Tenaga yang memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateter urin sudah mendapatkan pelatihan secara berkala dengan teknik yang benar mengenai prosedur pemasangan catéter urin dan pengetahuan tentang komplikasi potensial yang timbul 2) Pemasangan Kateter a) Pemasangan kateter urin dilakukan hanya bila perlu saja dan segera dilemas bila tidak diperlukan lagi. Alasan pemasangan kateter bukan karena untuk mempermudah tenaga pelaksana dalam memberikan asuhan pada pasien b) Cara drainase urin yang lain seperti kateter kondom, kateter supra pubis, kateterisasi selang-seling (intermitten) dapat digunakan sebagai ganti kateterisasi menetap bila memungkinkan c) Cuci tangan: sebelum dan sesudah pemasangan kateter 3) Teknik Pemasangan Kateter a) Pemasangan katéter harus menggunakan teknik aseptik dan peralatan steril b) Gunakan kateter sekecil mungkin dengan laju drainase yang konsisten untuk meminimalkan trauma uretra c) Kateter menetap harus terpasang dengan baik dan menempel pada badan untuk m encegah pergerakan dan tegangan pada uretra 4) Drainase sistem tertutup dan steril a) Sistem drainase yang tertutup dan steril harus dipertahankan b) Kateter dan selang/tube drainase tidak boleh dilepas sambungannya kecuali bila kateter akan dilakukan irigasi
5
c)
5)
6)
7)
8)
9)
Bila terjadi kesalahan pada teknik aseptik sambungan terlepas atau bocor, maka sistem penampungan harus diganti dengan teknik aseptik yang benar dan sebelumnya kateter harus didesinfeksi d) Tidak ada kontak antara urin bag dengan lantai Cara Irigasi Kateter a) Irigasi hanya dikerjakan apabila diperkirakan ada sumbatan aliran misalnya karena bekuan darah pada operasi prostat/kandung kemih. Untuk mencegah hal ini digunakan irigasi kontinyu secara tertutup untuk menghilangkan sumbatan akibat bekuan darah b) Sambungan kateter harus didesinfeksi sebelum dilepas c) Gunakan semprit besar steril untuk irigasi dan setelah irigasi d) Jika kateter sering tersumbat dan harus sering diirigasi maka kateter harus diganti Laju aliran urin a) Laju aliran urin yang tidak terhambat harus dipertahankan b) Untuk memperoleh aliran lancar: (1) Jaga kateter dan pipa drainase dari lekukan (2) Kantung drainase harus dikosongkan secara teratur ke wadah penampung urin yang terpisah bagi tiap-tiap pasien. Saluran urin dari kantung penampung tidak boleh menyentuh wadah penampung (3) Kateter yang kurang lancar/tersumbat harus diirigasi/kalau perlu diganti (4) Kantung penampung diletakkan lebih rendah dari kantung kemih/bladder Pengambilan spesimen urin a) Bahan pemeriksaan urin dalam jumlah kecil dapat diambil dari bagian distal kateter, atau jika lebih baik dari tempat pengambilan bahan yang tersedia dan sebelum urin diaspirasi dengan jarum dan semprit yang steril, tempat pengambilan bahan harus didesinfeksi b) Bila diperlukan bahan dalam jumlah besar maka urin harus diambil dari kantung penampung secara aseptic Perawatan meatus Bersihkan dua kali sehari dengan antiseptik dan setiap hari bersihkan dengan sabun dan air. Penggantian kateter Kateter urin menetap harus diganti dalam kurun waktu 7 hari (1 minggu)
6
2. Phlebitis a. Faktor Penyebab Banyak faktor telah dianggap terlibat dalam patogenesis plebitis, antara lain: 1) Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan. 2) Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi. 3) Agen infeksius. b. Kriteria Terdapat 2-3 tanda-tanda dan gejala-gejala berikut: 1) Adanya nyeri 2) Kemerahan 3) Bengkak 4) Pus 5) Suhu >39°C 6) Menggigil 7) Biakan darah positif c. Pencegahan: 1) Mencegah plebitis bakterial Pencegahan ini menekankan pada kebersihan tangan, teknik aseptik, perawatan daerah infus serta antisepsis kulit. Walaupun lebih disukai sediaan chlorhexidine 2%, tinctura yodium, iodofor atau alkohol 70% juga bisa digunakan. 2) Selalu waspada dan jangan meremehkan teknik aseptik Stopcock sekalipun (yang digunakan untuk penyuntikan obat atau pemberian infus iv, dan pengambilan sampel darah) merupakan jalan masuk kuman yang potensial ke dalam tubuh. Pencemaran stopcock lazim dijumpai dan terjadi kira-kira 45 – 50% dalam serangkaian besar kajian. 3. ILO/IDO Infeksi Luka Operasi (ILO) atau Infeksi Tempat Pembedahan (ITP)/ Surgical Site Infection (SSI) adalah infeksi pada luka operasi atau organ/ruang yang terjadi dalam 30 hari paska operasi atau dalam kurun 1 tahun apabila terdapat implant. Sumber bakteri pada ILO dapat berasal dari pasien, dokter dan tim, lingkungan, dan termasuk juga instrumentasi. a. Faktor Penyebab 1) Enviroment Lamanya waktu tunggu pre operasi di rumah sakit Teknik septik antiseptic Ventilasi ruang operasi 2) Pasien Umur Nutrisi dan berat badan
7
Penyakit Obat-obat yang digunakan b. Kriteria ILO/IDO terdapat 2-3 tanda-tanda dan gejala-gejala berikut: 1) Adanya nyeri 2) Kemerahan 3) Bengkak 4) Pus 5) Suhu >39°C 6) Menggigil 7) Biakan darah positif c. Pencegahan 1) Jangan menyentuh daerah luka insisi dengan tangan 2) Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan / perawatan luka 3) Alat-alat perawatan luka tang akan digunakan harus dalam keadaan steril (bebas dari kuman) 4) Bersihkan luka dengan menggunakan tekhnik septic dan antiseptic 5) Setelah dibersihkan luka insisi ditutup kembali dengan verband
IDO dapat dinilai melalui pengamatan visual yang dilakukan oleh perawat. Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE dalam melakukan pemantauan terhadap kejadian ido mengacu pada Stratifikasi resiko yang terdiri atas klarifikasi luka operasi, kondisi pasien berdasarkan American Society of Analogist (ASA Score) dan T.Time Point. Klarisikasi Luka Operasi B BK K K/T
Operasi Operasi Operasi Operasi
Bersih Bersih Tercemar Tercemar Kotor atau dengan Infeksi
Kondisi Pasien berdasarkan American Society of Analogist (ASA SCORE) ASA 1 ASA 2 ASA 3 ASA 4 ASA 5
Pasien Sehat Pasien dengan gangguan Sistemik RinganSedang Pasien dengan gangguan Sistemik Berat Pasien dengan gangguan Sistemik Berat yang mengancam Kehidupan Pasien tidak diharapkan hidup walaupun di operasi atau tidak
8
T.Time Point No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
JENIS OPERASI Coronary Artery By Pass Graft Bile duct, liver or pancreatic surgery Craniotomy Head and Neck surgery Colonic Surgery Joint Prosthesis Surgery Vascular Surgery Abdominal or vaginal hysterectomy Ventricular shunt 2 Herniooraphy Appendectomy Limb Amputation
9
T.TIME POINT 5 4 4 4 3 3 3 3 2 2 1 1
BAB IV PENUTUP
Rumah sakit adalah sebuah institusi dimana aktifitasnya meliputi beberapa bidang yang kompleks, menyangkut berbagai personil yang terlibat dan penuh dengan berbagai risiko. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dan salah satu faktor yang mendukung untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan erat kaitannya dengan citra rumah sakit. Oleh sebab itu pencegahan dan pengendalian infeksi perlu diperhatikan. Panduan Penurunan Risiko Infeksi Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE Singkawang merupakan petunjuk-petunjuk teknis bagi semua pihak yang berkepentingan dan pokok-pokok pemikiran dasar berbagai upaya pencegahan dan pengendalian infeksi HAIs di rumah sakit khususnya Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE Singkawang. Pada hakekatnya upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit baru akan terselenggara bila semua direksi dan staf rumah sakit yang terkait mempunyai motivasi dan itikad pengembangan serta penuh kesadaran dan tanggung jawab. Buku Panduan Penurunan Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE Singkawang ini, diharapkan bermanfaat dan dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
Ditetapkan : Singkawang Pada Tanggal : 9 April 2018 Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE
dr. Liau Songkono, Sp.OG NIK. 201412001
10
DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
Kemenkes RI, 2011. Pedoman Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanankesehatan lainnya. Cetakan III, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama dengan Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia (PERDALIN) RSPI Prof. Dr. sulianti Saroso: Jakarta Kemenkes RI, 2011. Pedoman Surveilans Infeksi.Kemenkes RI:Jakarta
11