BUDAYA BAHARI SEBAGAI BUDAYA LOKAL MASYARAKAT NELAYAN BUGIS-MAKASSAR
By : A. Adri Arief 1 Masyarakat bahari dimaksudkan sebagai, mereka yang mendiami wilayah pesi pesisi sirr atau atau pula pulauu-pu pula lau u dan dan mema memanf nfaa aatk tkan an sumb sumber erda daya ya kela kelaut utan an atau atau sumberdaya bahari dalam rangka interaksi sosialnya dalam jangka waktu lama dan telah membentuk kehidupan bersama yang serasi dan telah mewujudkan ”rasa kita” ( we-feeling ) diantar diantara a mereka mereka.. ”rasa ”rasa kita” kita” ( we-feeling ) itu, terwujud dalam interaksi mereka dalam mengambil peranan ( role-taking ) secara teratur dan rasa saling bergantung ( defendency-feeling ) satu sama lain (Sallatang, et.al, 1999). Komp Komplek leksit sitas as fenom fenomen ena a sosia sosiall buday budaya, a, terut terutam ama a berka berkaita itan n deng dengan an beragamnya kelompok dan kategori sosial terlibat secara langsung atau tidak lang langsu sung ng dala dalam m pem pemanfa anfaat atan an sumbe umberd rday aya a dan dan ling lingku kung ngan an laut laut serta erta berag beragam amny nya a sektor sektor mata mata penca pencahar harian ian terka terkait it laut laut akiba akibatt moder modernis nisasi asi yang yang berkembang menjadi alasan lebih cocok memilih term ‘budaya bahari’ daripada termterm-te term rm ‘buda ‘budaya ya marit maritim im’’ dan dan ‘buda ‘budaya ya marin marin’’ dalam dalam melih melihat at pengar pengaruh uh keterhu keterhubung bungan an budaya lokal lokal terhada terhadap p formasi formasi sosial sosial baru masyar masyarakat akat yang terbentuk akibat modernisasi. Term kedua menurut perasaan linguistik Eropa lebih lebih mengac mengacu u kepada kepada kegiatan kegiatan pelayara pelayaran, n, sedangk sedangkan an term ketiga ketiga diacukan diacukan kepada aktivitas menangkap ikan semata (Nishimura, 1976). Jika kedua term asing diaplikasikan secara konsisten, kedua wilayah studi tersebut akan saling eksklu eksklusif sif,, yang yang berar berarti ti bagian bagian-b -bagi agian an terten tertentu tu dari dari kedua kedua subje subjekn knya ya dapat dapat tereduksi. Dalam sistem buday budaya a bahar baharii terd terdiri iri dari dari unsu unsur-u r-uns nsur ur sistem sistem seper seperti; ti; pengetah pengetahuan, uan, gagasan gagasan,, keyakina keyakinan/ke n/keperc percaya ayaan, an, nilai, nilai, dan norma/at norma/atura uran n dan pengenalan pengenalan lingkungan lingkungan sosialnya sosialnya berkenaan berkenaan dengan pemanfaatan sumberdaya dan jasa-jasa laut. Unsur-unsur sistem tersebut menjadi regulator masyarakat bahari dan dilain pihak, masyarakat bahari mendukung dan memberikan energi kepada kepada budaya bahari. bahari. Keterhu Keterhubun bungan gan antara antara informas informasii budaya budaya bahari bahari dan peng pengua uata tan n ener energi gi dala dalam m sist sistem em sosi sosial al masy masyar arak akat at,, akan akan meny menyeb ebab abka kan n masyarakat bahari di satu pihak membentuk kepribadian, watak atau jiwa bahari individu individu angggota angggota-an -anggo ggotany tanya a dan dilain dilain pihak, pihak, individ individu u anggota anggota masyara masyarakat kat baha bahari ri mend menduk ukun ung g dan dan memb member erik ikan an ener energi gi kepa kepada da masy masyar arak akat at baha bahari ri (Sallatang, 2000).
1
Contact Person : Dr. Andi Adri Arief, S.Pi, M.Si. Program Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, Perikanan, Jurusan Perikanan, Perikanan, Fakultas Fakultas Ilmu Kelautan Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Jl. Perintis Kemerdekaan Kemerdekaan Km 10 Tamalanrea, Tamalanrea, Makassar 90245. E-mail :
[email protected]
Berka Berkaita itan n denga dengan n itu, itu, masya masyarak rakat at nela nelayan yan suku suku bang bangsa sa Bugis Bugis dan dan Makassar, Mattulada (1983) dalam tulisannya menggambarkan orang Bugis dan Makassar yang tinggal di daerah pantai dan pulau-pulau kecil, mencari ikan merupakan suatu mata pencaharian hidup yang amat penting. Dalam hal ini, mereka menangkap ikan dengan perahu-perahu layar sampai jauh dilaut. Orang Bugis dan Makassar adalah sebagai suku bangsa pelaut di Nusantara ini yang telah mengembangkan suatu kebudayaan bahari sejak beberapa abad yang lalu. Sebag Sebagai ai suku suku bang bangsa sa pelaut pelaut,, merek mereka a telah telah mamp mampu u menci mencipt ptaka akan n tekno teknolog logii pelayaran yang sesuai dengan alam lingkungan kelautan, ciptaan perahu layar yang yang terke terkena nall sepe seperti rti tipe tipe ‘Pinisi’ dan ‘Lambo’. telah telah teruji teruji kemamp kemampuan uannya nya mengarungi perairan Nusantara bahkan sampai ke Srilangka dan Philipina untuk ‘berdagang’. ‘berdagang’. Kemampuan Kemampuan berlayar dengan dengan teknologi pelayaran pelayaran yang dimiliki itu, telah telah mendorong mendorong tercipta terciptanya nya hukum hukum niaga dalam dalam pelayaran, pelayaran, seperti seperti “ Ade yang tertulis tertulis pada pada lontarak oleh Amanna alloppilopin alloppiloping g Bicaranna Bicaranna PabbaluE” PabbaluE” yang dalam abad abad ke-17 ke-17 (1667). (1667). Dengan Dengan tulisan tulisan tersebu tersebut, t, terungk terungkap ap jelas, jelas, Gappa” dalam bahwa bahwa masy masyara araka katt nelay nelayan an suku suku Bugis Bugis-M -Maka akassa ssarr telah telah meng mengem emba bangk ngkan an kemampuannya menjadi masyarakat nelayan yang tertata pada suatu sistem sosial sosial kemasya kemasyaraka rakatan tan dengan dengan orientas orientasii kebuday kebudayaan aan kepada kepada laut sebagai sebagai saran sarana a dalam dalam rangk rangka a aktiv aktivita itas s kehid kehidup upan an mere mereka ka maupu maupun n dalam dalam kegiat kegiatan an pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan laut yang tergambar dalam kehidupan masyarak masyarakatny atnya a yang yang mampu mampu mengemba mengembangka ngkan n kemampuan kemampuan dalam bidang bidang pelayara pelayaran n penang penangkapa kapan n ikan, ikan, teknolog teknologii pelayara pelayaran, n, usaha usaha perdagan perdagangan gan dan aturan-aturan hukum dibidang perdagangan. Strategi adaptasi yang menjadi bagian budaya bahari mayarakat nelayan Bugis-Ma Bugis-Makass kassar ar berkena berkenaan an dengan dengan kehidup kehidupan an mereka, mereka, dapat dapat dilihat dilihat dalam dalam konteks konteks nilai-nil nilai-nilai, ai, ideologi ideologi dan teknologi. teknologi. Hal yang berhubu berhubungan ngan dengan dengan masalah nilai dapat terlihat pada penekanan pada sifat egalitarian, aturan bagi hasil, pengaturan hak-hak pemilikan, prinsip yang mendasari adanya kerjasama dan adanya adanya peng pengera erahan han tenaga tenaga kerja (Sallat (Sallatan ang, g, 1982 1982). ). Strat Strategi egi yang berhubun berhubungan gan dengan dengan masalah masalah ideologi ideologi dapat dapat dilihat dilihat pada pada adanya adanya berbaga berbagaii macam macam ritual, ritual, magis magis dan keperca kepercayaa yaan n yang berhubu berhubungan ngan dengan dengan aktivita aktivitas s kelaut kelautan an (Darw (Darwis, is, 1988) 1988).. Seda Sedangk ngkan an strat strateg egii nelay nelayan an yang yang berhu berhubu bung ngan an dengan teknologi dapat dijumpai pada adanya berbagai macam alat tangkap dan mobilitas yang dilakukan (Morri, 1980; Johannes, 1981). Salah satu bukti sejarah dari jiwa bahari nelayan suku Bugis dan Maka Makass ssar ar adal adalah ah adan adanya ya mobi mobili lita tas s yang yang ting tinggi gi seba sebaga gaii spir spirit it untu untuk k berusaha. Konteks itu terekam dalam pengaruh kebudayaan Bugis-Makassar di pantai pantai utara Australia. Disebu Dis ebutka tkan n bah wa para nelayan nelayan Bugis Bugis dan Makassar secara teratur teratur berlayar ke perairan perairan tersebut (Pantai (Pantai Marege), setidaknya setidaknya sejak tahun 1650 (masa (masa Kerajaan Gowa Gowa di Makasar). Mereka berlayar berlayar dalam bentuk bentuk armada perahu berjumlah 30 sampai 60 perahu, dan masing-masing memuat sampa sampaii 30 orang orang untu untuk k menca mencari ri ikan ikan terip teripan ang. g. Para Para nelaya nelayan n suku suku Bugis Bugis-Maka Makass ssar ar diya diyaki kini ni sena senang ng berp berpet etua uala lang ng menc mencar arii daer daerah ah-d -dae aera rah h baru baru penan penangka gkapa pan, n, para para nelay nelayan an ikan ikan teripa teripang ng itu memb memban angun gun ruma rumah-r h-rum umah ah
sementara, menggali sumur dan menanam pohon-pohon asam di sana. Banyak orang orang-o -oran rang g Abori Aborijin jin yang yang beke bekerja rja untuk untuk para para nelay nelayan an terip teripang ang terseb tersebut ut,, mempelajari mempelajari bahasa mereka, menggunakan menggunakan kebiasaan menghisap menghisap tembakau, tembakau, membuat gambar perahu, mempelajari tarian mereka dan 'meminjam' beberapa kisah yang mereka mereka ceritakan. ceritakan. Beberapa orang orang Aborijin ikut ikut berlayar pada pada saat mereka mereka pulang pulang ke Sulawes Sulawesi, i, dan kembali kembali ke Austral Australia ia pada pada musim musim monsun monsun beriku berikutny tnya, a, bahka bahkan n beber beberap apa a di antar antarany anya a ada ada yang yang menet menetap ap di Sulaw Sulawes esi. i. Sampai saat ini, pengaruh orang Bugis dan Makasar dapat dilihat dalam bahasa dan kebiasaa kebiasaan n yang digunakan digunakan oleh orang-orang orang-orang suku suku Aborijin Aborijin di Australi Australia a (Heeren, 1972). Oleh Oleh karen karena a itu, itu, aspek aspek nilai nilai buda budaya ya bahari bahari nelaya nelayan n Bugis Bugis-Ma -Makas kassar sar menja menjadi di salah salah satu aspek aspek yang yang akan akan dilihat dilihat dalam konte konteks ks buday budaya a loka lokal, l, sehubungan sehubungan dengan tejadinya dualisme yang mentrasisi mentrasisi dinamika perubahan perubahan sosial masyarakat nelayan melalui pengetahuan pengetahuan dan teknologi teknologi tradisional di satu pihak dan pengetahuan dan teknologi modern pada pihak yang lain, sehingga konteks nilai budaya lokal ini diduga akan mempunyai pengaruh tehadap formasi sosial baru masyarakat masyarakat nelayan nelayan yang terbentuk akibat akibat modernisasi. modernisasi. Asumsi ini lahir lahir dari dari pemi pemikir kiran an kalan kalanga gan n Neo-M Neo-Marx arx tentan tentang g kapit kapitali alisa sasi si denga dengan n teori teori artikulasinya bahwa, kapitalisasi di negara berkembang diyakini tidak akan sama ”mode ”modelny lnya” a” deng dengan an kapit kapitali alisa sasi si yang yang telah telah terjad terjadii di nega negara ra Eropa Eropa,, hal ini ini disebabkan karena adanya resistensi tatanan lokal yang ikut mewarnai proses tersebut, sehingga kapitalisme yang terbentuk akan memiliki karakter dan ciri terse tersend ndiri iri berda berdasa sarka rkan n penga pengaru ruh h kontek kontekst stual ual tingka tingkatt lokal lokal (Tayl (Taylor, or, 1979; 1979; Mellassoux dan Rey, 1984). Oleh karena itu struktur sosial masyarakat itu terdiri dari elemen-elemen yang tidak masif, sehingga kombinasi modes of production production dalam suatu social formation itulah yang menentukan karakteristik masyarakat, yang berkembang dalam waktu dan tempat.......!!!