KOMUNIKASI GLOBAL
ANALISIS BUDAYA LOKAL PROVINSI JAMBI
DISUSUN OLEH: Hesty Indah Pratiwi
1204124302
ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS TELKOM UNIVERSITY 2015
Tanah Pilih Pusako Betuah yang Mendunia
Indonesia merupakan negeri yang beragam nilai. Ribuan pulau yang terbentang dalam tertitorial Indonesia memiliki budaya tersendiri. Meskipun ada yang belum terekspos, namun Indonesia memang dikenal dengan keberagaman budayanya. 33 provinsi di Indonesia memiliki nilai lokal masing-masing dengan ciri yang unik. Dari mulai nilai tutur dan berucap, nilai berpakaian, tradisi adat dan pernikahan, bisnis, dan lain-lain. Keunikan tiap-tiap nilai lokal inilah yang menyatukan Indonesia menjadi satu-kesatuan yang utuh dan mendunia.
Provinsi Jambi, Indonesia
Begitu juga dengan Jambi. Jambi adalah provinsi Indonesia yang terletak di pesisir timur di bagian tengah Pulau Sumatera. Jambi adalah satu dari tiga provinsi di Indonesia yang ibukotanya bernama sama dengan nama provinsinya, selain Bengkulu dan Gorontalo. Jambi merupakan tempat berasalnya Bangsa Melayu yaitu dari Kerajaan Malayu di Batang Hari Jambi. Bahasa Melayu Jambi sama seperti Melayu Palembang dan Melayu Bengkulu, yaitu berdialek "o". Negeri Jambi adalah negeri yang kaya akan alam, kultur yang menarik, dan juga kekayaan kreatifitas rakyatnya turut menyempurnakan khasanah budaya negeri Jambi. Sebagai salah satu kelompok subetnis Melayu di Nusantara, sejak dahulu masyarakat Jambi memang dikenal sebagai masyarakat yang memiliki kebudayaan dan tradisi. Tradisi ini terutama berkaitan dengan alam yang menjadi bagian tak terpisahkan dan aspek integral masyarakat Jambi.
Keseharian hidup masyarakat Jambi memang tidak dapat dilepaskan dengan alam, terutama dengan beragam sumberdaya alam yang ada di kawasan ini. Tradisi masyarakat juga disebut sebagai kearifan lokal, sederhananya didefenisikan sebagai pengetahuan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat tertentu yang mencakup di dalamnya sejumlah pengetahuan kebudayaan yang berkaitan dengan model-model pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam secara lestari. Beberapa nilai lokal yang dimiliki Jambi memang melekat dengan alam dan bahasa. Adapun contoh nilai lokal yang dimiliki antara lain: 1.
Lubuk Larangan Di Sumatra, Lubuk Larangan adalah bentuk budaya lokal yang diwariskan sejak dulu
oleh nenek moyang dalam bidang perairan. Hal ini dilakukan dengan cara menetapkan zona-zona tertentu di sepanjang aliran sungai yang tidak boleh ada masyarakat yang melakukan aktivitas apapun di tempat itu kecuali pada waktu yang ditentukan. Lubuk Larangan ditempatkan pada bagian-bagian sungai yang dianggap memiliki sumberdaya yang melimpah (ikan). Untuk menjaga agar budaya ini tetap dikenal di tengah masyarakat, maka terkadang orang setempat sering menciptakan mitos yang bertujuan untuk menghindai masyarakat dari kawasan ini.
Lubuk Larangan di Desa Lubuk Beringin,Kab. Bungo, Prov. Jambi
Di Jambi sendiri, salah satu lubuk larangan ada di Desa Lubuk Beringin, Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Di daerah ini memang benar tidak diperbolehkan masyarakat untuk melanggar aturan lubuk larangan oleh kesepakatan adat setempat. Adat menganggap bahwa lubuk larangan ini hanya untuk tempat tinggal ikan, dan benar adanya bahwa air di lubuk larangan ini sangat jernih dan bersih.
Dan ternyata “lubuk larangan” ini berjalan sampai sekarang. Tradisi Lubuk Larangan ini berdampak positif bagi lingkungan dan perairan daerah-daerah di Jambi, karena sempat terdengar bahwa pemerintah Jambi akan melakukan kerjasama dan mendukung kearifan lokal, apalagi lubuk larangan ini menegaskan kelestarian lingkungan. Kemunculan Lubuk Larangan bukan sekedar menjadi budaya lokal saja, budaya ini menjadi suatu kebiasaan baik yang berdampak pada banyak aspek seperti lingkungan dan ekonomi. Dengan perawatan yang baik, lubuk larangan ini menjadikan lingkungan yang tetap terawat dan mendatangi ekonomi yang besar untuk daerah tersebut. Produksi perikanan di daerah tersebut tentunya murni terangkat dan pemerintah akan terinovasi untuk mencari cara dalam pengelolaan lubuk larangan tersebut tanpa merusak hukum adat yang ada.
2.
Batandang Di Jambi, batandang adalah tradisi “ngapel”, maksudnya adalah kunjungan yang
dilakukan seorang remaja putra ke rumah remaja putri yang menjadi pacarnya. Tradisi Batandang ini harus dilakukan di rumah pacar atau di rumah keluarga terdekatnya dengan diketahui oleh kedua orang tuanya.
Di masa lampau, tradisi ini dilakukan dengan cara datang ke tempat sang pacar dengan membawa beragam perlengkapan makan dan minum, seperti gula, kopi dan lain sebagainya. Namun seiring perkembangan zaman menuju modernisasi dan anak muda yang terkesan malu (karena mengikuti tradisi zaman dulu/gengsi) maka kebiasaan ini jarang dilakukan. Hanya ada 1 hal yang masih lekat dengan tradisi ini adalah berpantun. Di beberapa
tempat (pedalaman Jambi), seorang laki-laki yang akan mengunjungi pacarnya harus melantunkan pantun kepada tuan rumah dan berlanjut kemudian dengan saling berbalas pantun. Setelah berbalas pantun selesai barulah sang pacar diperbolehkan keluarganya untuk bertemu dan mengobrol dengan tamu yang datang tersebut. Terkadang juga dilakukan basa-basi yang diisi dengan petuah-petuah khas Jambi (lengkap dengan bahasa daerah) dan dilantunkannya pantun-pantun yang terdengar lucu namun memberikan banyak pesan nasehat. Budaya ini masih terus bertahan meskipun mengalami banyak perubahan seiring perkembangan zaman.
Contoh pantun melayu Jambi: A : Kaiko ko datang dahi mano? Nak kamano ?? B : Kami ko dik datang dahi lubok nan idak banamo, luhah nan idak bagelo, bukit tinggi lah kami daki bukit nan idak di tempuh angin ,luhah dalam lah kami tuhun, luhah nan idak di tuhut ayek. Antau batuah lah kami renang ,laut nan sakti lah kami layar, empang bendung lah kami Bengal , empang batu lah kami kalek, empang unak lah kami ateh, dek mancahi jejak nan tatakuk lamo. Anut nan tarentang sejak bari mancari sanak. Sanak nan bakal kasih, suku kampong nan bakato sayang, manuhut kabar nan dibaok angin, barito nan dibaok burong disiko lah umahnyo A: kaiko datang kasiko tadi naik apo ?? pakai apo ?? apo pakai biduk , mutor , sapeda , apo mubel nian ? B : iyo dik kami datang serempak kilat ngan badeleh serempak angin nan batiup. A : kaiko ko bang, uhang sesat di rimbo kamu sesat di dusun apo dak salah tuju ?? B : Mun itu nan adik tanyokan iyo jugo itu dek, idak dik kami idak tasesat salah jalan, tadorong salah simpang idak pulo kapatah titin idak pulo kapadam suloh, kami idak batitin batang pisang kami batitin kayu bulin , kami idak basuloh bulan bintang kami basuloh matohari . Kok rajo nan adek tanyokan iyolah bungo padi, kok rajo burong iyolah bungo kayu, batang nan talangkah lah lapok, daun nan tapijak lah luluh. Sejak salangkah maninggalkan bendul , satakak maninggalkan tango, sabahu maninggalkan laman ` kasiko nian tujuan kami,. A : apo dak salah naik bang ko umah sanak pameman jugo umah sanak puyang, kito ko agi sarumpun bang.. B : kok itu nan adek tanyokan , samolah kito ko dek , kok ninek samo di imbau puyang samo di seru, agi sarumpun bak serai , agi sainduk bak ayam agi salingkung dalam aur nan sarumpun
dalam kato nan salapih. Tampo adik kami meraso hino dengan kedatangan kami iko, maklumlah anak dagang dalam suku, anak galeh dalam kampong, takut tagisel keno miang, tagagai keno beh.
3.
Lamaran dan Hantaran Tidak begitu banyak pengetahuan mengenai lamaran dan hantara di provinsi lain, namun
di Jambi kedua tradisi ini merupakan tradisi inti dan kental adat dalam prosesi pernikahan antara perempuan dan pria serta mempelai. Lamaran di Jambi disebut juga dengan antar tando. Sebelum diadakan acara lamaran, biasanya akan ada utusan dari pihak laki laki, yang akan bertanya, ataupun bersilahturahmi ke keluarga wanita. Adapun lamaran ini memiliki persyaratan yang kemungkinan tidak dilakukan di adat lain, persyaratannya adalah
keluarga laki-laki akan membawa syarat adat berupa cincin
pengikat yang hanya untuk dipakai oleh mempelai wanita, pakaian sepelulusan berupa bahan kebaya untuk akad nikah dan kain bawahan berupa batik/songket, sirih pinang berupa perlengkapan untuk makan sirih, berupa daun sirih, kapur sirih, tembakau, serta pinang, yang diletakkan di tempat sirih khusus. Jambi yang merupakan provinsi seribu pantun memang selalu memasukkan pantun dalam setiap prosesi adat dan tradisi. Dalam lamaran ini terjadi berbalas pantun yang kira-kira isinya adalah menanyakan maksud dan tujuan keluarga laki laki bertamu ke keluarga wanita.
prosesi lamaran
Adat jambi memiliki keunikan tersendiri dalam melakukan hantaran. Dan ada beberapa barang yang harus dibawa ketika prosesi hantaran tersebut, beberapa benda tersebut antara lain adalah: 1.
Isi kamar, berupa tempat tidur, lemari, meja rias, kasur, bed cover, sampai gorden untuk
kamar penganten 2.
Peralatan make-up
3.
Bahan pakaian/kebaya atasan dan bawahan (2 pasang)
4.
Sepatu/ selop (2 pasang)
5.
Tas (2 pcs)
6.
Baju tidur (2 pasang)
7.
Underwear (2 set)
8.
Kain panjang (2 lembar) gunanya adalah untuk dijadikan kain basahan ketika mandi di
sungai. 9.
Peralatan Mandi berupa sabun, sampo dll, di beberapa daerah ada yang membawa gayung
dan ember yang hias dengan pita. 10.
Perlengkapan Ibadah
11.
Bumbu dapur berupa cabe, merica, bawang, tomat, garem, beras, telur, dll, bahkan ada
yang membawakerbau yang di hias dengan pita dan dimasukan ke dalam tempat dimana acara diselenggarakan. Ini merupakan perlambang keluarga laki laki, turut serta membantu “logistik” acara resepsi. 12.
Uang Selemak Semanis
prosesi hantaran menjelang resepsi pernikahan
Budaya ini bertahan hingga sekarang karena ini merupakan adat perkawinan. Hanya saja mungkin terjadi perubahan dari sisi mengemas budaya itu sendiri (entah dari sisi isi benda hantara, atau tidak digunakannya pantun-pantun yang berbalas)
4.
Kuluk Jambi Kuluk Jambi atau sering juga disebut dengan “Tengkuluk Jambi” adalah tradi busana
penutup kepala perempuan Jambi yang biasa digunakan dalam aktivitas sehari-hari, mulai dari pergi ke sawah, upacara adat, hingga ke acara pernikahan. Keistimewaan dari Kuluk Jambi adalah kemudahan penggunaannya. Keistimewaan lainnya adalah karena para wanita bisa memadukannya dengan berbagai jenis busana. Selain itu, semua jenis kain dapat digunakan sebagai kuluk, mulai dari batik, songket, hingga pashmina.
Pemakaian busana tengkuluk dalam ajang Puteri Indonesia Jambi 2014 (kiri) dan Pawai Busana Jambi (kanan)
Mengikuti perkembangan waktu, fungsi tengkuluk tidak hanya sekedar penutup kepala saja, tetapi menjadi lebih kompleks, sebagai alat atau penunjuk agama dan status sosial. Tengkuluk masih tetap setia menjadi simbol kecantikan dan keluhuran budi wanita Melayu Jambi. Cerminan ini terlihat pada saat wanita wanita Jambi keluar rumah mereka tetap akan menutup kepala mereka. di dalam Islam pun ini di wajibkan untuk menutup aurat. Dalam adat Jambi sendiri, ini mencerminkan kesopanan dan penghormatan terhadap ninek mamak. Karena jika wanita yang keluar rumah tanpa menutup kepala pada masa itu di anggap sebagai wanita yang tidak memiliki kesopanan. Pemakaian tengkuluk ini juga memiliki aturannya, apabila kain menjuntai ke arah kanan menandakan bahwa wanita itu telah bersuami dan apabila kain menjuntai ke arah kiri berarti ia adalah seorang gadis. Pemakaian tengkuluk juga bervariasi, mulai dari pemakaian yang simpel hingga membutuhkan keterampilan khusus. Di Jambi ada tengkuluk yang memiliki 86 jenis lipatan. Beberapa jenis tengkuluk diantaranya Bunga Rampai, Daun Jeruk, Daun Sirih Terurai, Pulau Rengas,Tekuluk Pinang, Tekuluk Pedado dan Tekuluk Cempako. Banyaknya lipatan pada tengkuluk menunjukkan perbedaan masing-masing wilayah di Provinsi Jambi. Tengkuluk untuk Kabupaten Merangin memiliki 40 lipatan. Kuluk Jambi ini sudah diperkenalkan di ajang fashion di Jakarta beberapa tahun lalu dan telah menjadi alternatif jilbab yang cukup populer di berbagai daerah di Indonesia. Kuluk Jambi
juga sudah mulai diperkenalkan ke mancanegara, seperti Singapura dan juga Boston. Selain menjadi variasi gaya berkerudung Muslimah masa kini, Kuluk Jambi ini juga menjadi sarana untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia, khususnya dalam hal busana.
5.
Lagu Tradisional, seperti Injit-Injit Semut yang Mendunia Kekayaan kreatifitas masyarakat Jambi turut mengembangkan budaya lokal yang ada.
Musik dan tarian khas Jambi memberikan sumbangan kekayaan non-materil bagi provinsi Jambi. Lagu anak tradisional yang dimiliki Jambi yang mendunia adalah “Injit-Injit Semut”, yang biasanya dinyanyikan dalam permainan cubit tangan oleh anak-anak. Sayangnya, lagu asli Jambi ini diklaim negara Malaysia sejak tahun 2000-an, namun pemerintah Jambi dan Indonesia bekerjasama untuk melengkapi bukti autentik dari kepemilikan lagu ini. Video lagu Injit-Injit Semut bisa kita lihat di https://youtu.be/awgdnM2Gk50 Lagu tradisional lainnya yang dimiliki oleh Jambi adalah Angso Duo dan Batanghari, yang menggambarkan dua ikon kota Jambi sendiri. Lagu tradisional ini tetap diajarkan kepada anak-anak dan muda-mudi Jambi bahkan seringkali dinyanyikan di ajang kompetisi. Jambi tetap mempertahankan karya-karya masyarakat Jambi untuk tetap dinyanyikan, diingat, dan dilestarikan.
6.
Budaya Lokal Suku Anak Dalam Jambi Mungkin bagi masyarakat yang pernah melihat suku asli Papua, tidak jauh dengan suku
asli Jambi (Suku Anak Dalam). Suku Anak Dalam (SAD) merupakan salah satu suku yang masih sangat tradisional(mempertahankan tradisi/ kebiasaan nenek moyang) dalam berprilaku dankehidupan lingkungannya. SAD ini tinggal di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) Kerinci Jambi. Suku ini masih mempertahankan budaya berpindah tempat tinggal, bercocok tanam, berburu, dan berseni. Suku ini lebih senang bila disebut sebagai orang Rimba ketimbang Kubu, karena bagi mereka kata Kubu merupakan ejekan dan merendahkan martabat suku mereka. Suku ini biasanya tinggal di hutan atau daerah aliran sungai yang ada di Jambi dengan kebiasaan unik mereka. Di suku ini masih menganut sistem kepercayaan zaman purba dan menganut kepemimpinan tradisional.
Suku Anak Dalam tahun 1930-an
Dalam hal berpakaian, SAD memakai pakaian cawat untuk laki laki yang terbuat dari kain sarung, tetapi jika mereka keluar lingkungan rimba, ada yang sudah memakai baju biasa tetapi bawahnya tetap pakai cawat/kancut sedangkan yang perempuan memakai kain sarung yang dikaitkan sampai dada. Tingkat kemampuan intelektual suku anak dalam dapat disebut masih rendah dan temperamen mereka pada umumnya keras dan pemalu. Tradisi unik lainnya juga ada pada saat anggota suku mengalami duka (meninggal). Pada saat kematian terjadi, seluruh anggota keluarga Suku Anak Dalam yang meninggal dunia merasa sedih yang mendalam, mereka menangis dan meraung-raung selama satu minggu. Sebagian wanitanya sampai menghempas-hempaskan badannya ke pohon besar atau tanah, ada yang berteriak dan berkata-kata “laa illa hail, ya Tuhan kami kembalikan nyawo urang kami yang mati.” Tradisi ini disebut melangun.
Kehidupan Suku Anak Dalam, Jambi Kehidupan Suku Anak Dalam juga sangat dipengaruhi oleh aturan-aturan hukum yang sudah diterapkan dalam bentuk seloko-seloko yang secara tegas dijadikan pedoman hukum oleh
para pemimpin Suku. Kebanyakan dari anggota suku tidak berani untuk melanggar dan sangat menjunjung tinggi adat. Mereka juga seringkali ditanyakan oleh pengunjung untuk keluar dari rimba dan jawaban mereka adalah tidak, karena mereka nyaman dengan kehidupan rimba meskipun hutan mereka semakin lama semakin habis akibat penebangan dan pembangunan swasta. Film Sokola Rimba, yang dibintangi oleh Prisia Nasution, merupakan film pertama yang mengangkat Suku Anak Dalam Jambi. Film ini diangkat dari kisah nyata Saur Marlina “Butet” Manurung yang mengajar anak-anak rimba di hutan Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi. Kisah itu diterbitkan Butet dalam buku berjudul Sokola Rimba. Film ini menunjukkan sisi kehidupan Suku Anak Dalam yang keadaan hutannya semakin lama semakin habis akibat ulah manusia yang serakah. Yang terjadi adalah segulung kertas berisi surat perjanjian yang kadung diberi cap jempol oleh kepala adat membuat mereka tak berdaya. Surat yang tak pernah mereka ketahui isinya lantaran mereka buta huruf itu jadi tameng bagi orang terang – sebutan bagi orang kota – untuk mengeksploitasi tanah leluhur mereka.
Besudut, Sianak Rimba Jambi saat diwawancarai Kick Andy
Meskipun buta huruf dan tidak mengerti pendidikan, namun keinginan anak-anak di Suku Anak Dalam ini sangat tinggi. Besudut, salah satu anak dari SAD yang diwawancarai di acara Kick Andy Metro TV, memutuskan untuk bersekolah di luar hutan, dan ia mengetahui bahwa ini adalah melanggar hukum adat. Besudut menjadi satu-satunya anak rimba yang mengenyam pendidikan formal dan lulus ujian nasional (UN) tingkat SMA.
Suku ini sampai sekarang masih ada. Meskipun sekarang sudah ada pengajar (guru) hutan, namun hal tersebut tidak memudarkan kemurnian SAD. Anak-anak bahkan para tetua SAD tetap mengedepannkan rimba meski pada faktanya orang-orang rimba semakin terancam kehidupannya dan semakin sadar dengan pendidikan.
7.
Pariwisata Jambi Provinsi Jambi juga sama seperti provinsi lainnya. Jambi memiliki bidang pariwisata
yang meskipun sedikit namun sangat pontensial. Beberapa situs pariwisata di Jambi adalah Gunung Kerinci, Taman Nasional Bukit Dua Belas, Menara Gentala Arasy, Pasar Sitimang, Danau Gunung Tujuh, Danau Kaco, Taman Rimba, dan lainnya. Gunung Kerinci yang merupakan atap Sumatra ini terletak di Provinsi Jambi yang berbatasan dengan provinsi Sumatera Barat, di Pegunungan Bukit Barisan, dekat pantai barat, dan terletak sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Gunung ini merupakan gunung yang aktif dan sering dijadikan objek pendakian bagi pecinta alam.Sambil melihat pemandangan pegunungan, di kawasan ini banyak flora dan fauna yang jarang ditemukan. Gunung Kerinci juga termasuk salah satu gunung yang digemari pecinta alam dan pendaki dari Nusantara maupun mancanegara. Jalur pendakiannya terbilang lengkap mulai dari jalur beraspal, jalur aliran sungai kecil, jalur berbatu cadas, jalur pasir, jalur dengan rumput dan pepohonan tinggi, hingga jalur tanjakan dengan kemiringan 60 derajat.
Danau Gunung Tujuh adalah Danau yang terletak di Kabupaten Kerinci, Jambi. tepatnya di Desa Pelompek, Kecamatan Ayu Aro. Danau ini berada di kawasan Gunung Tujuh, sebuah gunung yang berada tepat di belakang Gunung Kerinci. Gunung Tujuh masih termasuk dalam wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO. Danau Gunung Tujuh juga merupakan salah satu Danau tertinggi di Indonesia, Danau ini berada di ketinggian 1.950 meter di atas permukaan laut.
Kompleks candi ini disebut sebagai candi beraliran Buddhisme peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Melayu. Tempat wisata di Jambi ini juga disebut sebagai kompleks candi terluas di Indonesia. Pada tahun 2009, UNESCO menetapkan candi yang berupa susunan batu bata merah ini sebagai salah satu situs warisan dunia yang wajib dilindungi. Candi Muaro Jambi yang ditemukan oleh S.C Crooke tahun 1820 ini terletak di Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, atau sekitar 26 km dari pusat kota Jambi.
Jembatan dan Menara Gentala Arasy juga termasuk dalam pariwisata di Jambi. Jembatan yang baru diresmikan beberapa hari lalu ini merupakan jembatan pedestrian. Konon jembatan pedestrian di dunia hanya ada didua tempat, yakni Provinsi Jambi dan Amerika Serikat. Jembatan Pedestrian dibangun dengan konsep konstruksi cable stayed/kabel penahan yang ditopang oleh 2 buah tiang pancang setinggi 60 meter.
Jika ingin berbelanja dan mengoleksi keramik, maka kita bisa menuju ke Pasar Sitimang di jalan Sisingamaraja (kalau di Jambi disebut Belakang Mega). Pasar ini telah dikenal sebagai pusat penjualan keramik di Jambi sejak tahun 1980an. Dengan keunikan dan keindahan keramik yang dijual disini, sangat bisa memuaskan kebutuhan koleksi pengunjung. Keramik-keramik disini juga sudah banyak dieskpor ke luar negeri.
8.
Tarian Lukah Gilo, Seni dan Mistis Jika di Indonesia sering mendengar Jailangkung, dan di luar negeri ada yang namanya
Ouija, di Jambi disebut dengan Lukah Gilo. Seni jailangkung ala Jambi ini merupakan tarian
yang memadukan seni dan mistis. Tarian ini sering disebut memanggil arwah dan sering ditampilkan di pentas seni seperti perayaan ulang tahun TMII. Awalnya pertunjukkan ini merupakan ritual masyarakat Jambi dan budaya turun menurun yang dilakukan warga Desa Semabu, Kecamatan Tebo Tengah, yang memadukan keindahan seni tari dan kekuatan magis.
Tarian 'jaelangkung' ala Jambi ini sengaja ditampilkan pada saat pembukaan temu budaya se-Indonesia sesuai dengan tema yang diusung yaitu sejauh mana mantra-mantra menyatu ditengah-tengah kehidupan masyarakat kita yang sudah membudaya sejak dahulu kala. Mantramantra disini merupakan doa-doa yang dipanjatkan dengan maksud tertentu.
Ke-delapan budaya lokal yang dimiliki provinsi Jambi diatas tak luput dari hukum adat dan tradisi masyarakat asli Jambi itu sendiri. Memang ada beberapa budaya yang perlahan terkikis bahkan diklaim menjadi salah satu budaya negara tetangga, namun kondisi ini tidak membuat masyarakat lupa akan tradisi dan budaya yang mereka miliki serta jalani sampai saat ini. Berkembangnya zaman ke arah yang lebih maju dan instan menaruh banyak dampak bagi tradisi dan budaya lokal provinsi Jambi. Teknologi membuat budaya lokal ini terekspose dan diketahui oleh masyarakat luar Jambi. Selain itu teknologi turut berperan dalam memperindah dan melestarikan budaya. Seperti yang terjadi di Lubuk Larangan dan kesenian Jambi. Pengetahuan masyarakat Jambi yang berangsur meningkat juga membuat budaya lokalnya perlahan bertransisi namun tidak hilang begitu saja. Gaya hidup muda-mudi yang berubah juga membuat tradisi berpantun saat ngapel menghilang, karena muda-mudi sekarang terlihat gengsi dan menganggap bahwa tradisi itu hanya terjadi di daerah kabupaten/pedesaan Jambi saja. Yang hingga saat ini benar-benar bertahan adalah penggunaa bahasa Jambi yang identik terdengar lucu dan sangat melayu, meskipun berada di luar kota, bahasa ini tetap lekat di diri masyarakat baik
dalam berbicara maupun dari kesenian. Meskipun begitu, Jambi tetap menjaga kearifan tradisi dan budaya lokal, sehingga nilai-nilai adat tetap diterapkan meskipun hidup sudah dipengaruhi budaya kebarat-baratan.
Sumber: Novel Rahasia Sunyi, karya Brahmanto Anindito http://www.antarajambi.com/berita/296878/lukah-gilo-dari-jambi-tampil-di-tmii http://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/03/06/j-m-b/ http://muhammadnaji.blogspot.com/2013/01/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html http://andragbfm.blogspot.com/2013/08/tengkuluk-simbol-keluhuran-budi-wanita.html http://jambicrew.blogspot.com/2008/07/karakteristi-dan-kultur-suku-kubu.html http://www.mongabay.co.id/2013/11/23/sokola-rimba-sebuah-potret-kekuatan-perempuanbangkitkan-anak-rimba/ http://www.pipetmagz.com/artikel-54.html youtube.com