BUDAYA OLAH RAGA MASYARAKAT INDONESIA Oleh : Garudea Ari Mulyono, PhD.
Kata kunci: Budaya, Kebudayaan, Nilai, Norma, Ilmu Pengetahuan,Kkreatifitas, Kepemimpinan, Empati, Kejujuran, Interaksi Sosial, Permainan, Olah Raga, Rekreasi,
Sampurasuun _/I\_ Budaya atau kebudayaan (berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari “buddhi” yang berarti hal-hal berkaitan dengan budi dan akal. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Menurut Ki Hajar Dewantara: “Kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat”, sedangkan menurut Koentjaraningrat, guru besar Antropologi di Universitas Indonesia: “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar”. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward B. Taylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuankemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Wujud kebudayaan menurut J.J. Hoenigman, melikupi gagasan (idea), tindakan (activities), dan karya (artifact). Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah bendabenda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, olah raga, permainan tradisional dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Kesimpulannya dari pengertian tersebut adalah: 1. kebudayaan hanya dimiliki oleh masyarakat manusia; 2. kebudayaan tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar; dan 3. kebudayaan didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Banyak produk yang dihasilkan dari sebuah proses pencapaian masyarakat berbudaya, diantaranya adalah dalam bidang Seni, Bahasa, Rumah adat, Olahraga, Permainan dan bermacam Tradisi lainnya. Diantara semua produk kebudayaan tersebut, pertumbuhan dan perkembangan olahraga dan permainan tradisional di masyarakatlah yang cukup memprihatinkan, bahkan cenderung mengalami “kepunahan” oleh banyak faktor. Bandingkan dengan bidang seni, bahasa, dan rumah adat yang relatif lebih dapat bertahan sebab 1|permainan tradisional
memiliki ruang apresiasi tersendiri di masyarakat, bahkan menjadi sebuah identitas yang dapat dibanggakan. Dalam kehidupan bermasyarakat, tidak banyak jenis olahraga tradisional Indonesia yang muncul ke permukaan. Beberapa olahraga tradisional yang sudah diketahui secara umum diantaranya adalah Pencak Silat, Egrang, Bakiak/Terompah, Tarik Tambang, Balap Karung, Karapan Sapi, Gasing, dan Sumpit. Sementara yang lain, seperti Bebentengan, Sondah, Kasti, Galah Asin, Benjang, Langga, Manggurebe, Pacu Jalur, Pathol dan Zawo-Zawo, Lompat Batu, Sepak Takraw, Bola Api, hanya dikenal oleh kalangan terbatas, terutama di daerah tempat olahraga itu berasal. Lainnya seolah telah menghilang di telan bumi. Maka dari itu kita -meskipun bukan di daerah yang mengenal permainan atau olahraga tersebut- perlu tahu bahkan bisa memainkan permainan tersebut. Permainan olahraga tradisional memiliki banyak manfaat bagi anak-anak maupun orang dewasa. Selain tidak mengeluarkan banyak biaya dengan sifat kesederhanaannya, permainan – permainan olahraga tradisional dapat melatih fisik dan mental. Secara tidak langsung, anak-anak dan orang dewasa akan dirangsang untuk menumbuhkan kreatifitas, ketangkasan, jiwa kepemimpinan, kecerdasan, dan keluasan wawasannya. Selain itu, permainan olahraga tradisional juga dapat melatih kemampuan sosial para pemainnya. Inilah yang membedakan permainan olahraga tradisional dengan permainan dan olahraga modern. Pada umumnya, mainan tradisional adalah permainan yang membutuhkan lebih dari satu pemain. Pada permainan olahraga tradisional terdapat tuntutan terhadap para pemain untuk menumbuhkan kemampuan berempati dengan teman, kejujuran, dan kesabaran. Hal tersebut sangat berbeda dengan pola permainan modern yang secara kasat mata tujuan dan orientasi pencapaian sosialnya tidak terlalu diutamakan -bahkan cenderung diabaikan- karena pada umumnya permainan dan olahraga modern berbentuk permainan individual di mana pemain dapat bermain sendiri tanpa kehadiran teman-temannya. Sekalipun dimainkan oleh dua orang pemain, kemampuan interaksi para pemain dengan temannya tidak terlalu terlihat. Pada dasarnya si pemain hanya terfokus pada permainan yang ada di hadapannya. Permainan olahraga tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif menciptakan alat-alat permainan. Selain itu, permainan olahraga tradisional tidak memiliki aturan secara tertulis. Biasanya, aturan yang berlaku, selain aturan yang sudah umum digunakan, ditambah dengan aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Di sini juga terlihat bahwa para pemain dituntut untuk kreatif menciptakan aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan mereka. Meskipun permainan olahraga tradisional sudah jarang ditemukan, masih ada beberapa anak-anak Indonesia di daerah-daerah terpencil yang memainkan permainan tersebut. Melihat banyaknya manfaat yang ada dalam permainan olahraga tradisional, tidak ada salahnya jika kita melestarikan dan memperkenalkan kembali permainan dan olahraga tradisional kepada generasi muda Indonesia dan dunia sebagai bentuk kepedulian anak bangsa kepada warisan budaya Indonesia. Manfaat dari mengembangkan olahraga dan permainan tradisional ke masyarakat luas di Indonesia adalah agar permainan olahraga tradisional tersebut dapat terus diwariskan kepada generasi selanjutnya sebagai warisan kekayaan budaya bangsa, jangan sampai hilang dan musnah. olahraga tersebut terdokumentasi dan tersosialisasikannya sehingga akan dikenal sebagai olahraga yang berasal dari Indonesia. Hal tersebut menjadi semakin penting karena UNESCO (Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu dan Budaya) mulai mendokumentasikan kebudayaan seluruh negara di dunia sebagai warisan kebudayaan dunia (the world heritage). Di masyarakat, permainan olahraga tradisional lebih dikenal dengan permainan yang relatif sederhana namun memberikan manfaat luar biasa jika kita menelusuri makna dari permainan itu secara mendalam. Setiap daerah mengenal permainan tradisional dengan namanya masing-masing. Permainan ini dahulu sering dimainkan oleh anak-anak untuk mengisi hari-hari bermain dan untuk mencapai suatu taraf kebahagiaan bathin versi mereka. 2|permainan tradisional
Banyak hal yang menyebabkan permainan tradisional dan olahraga rekreasi masyarakat Indonesia mulai ditinggalkan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Modernisasi dan kemajuan teknologi yang menyentuh hingga fundamental dalam lingkup rumah tangga. Peralatan (gadget) canggih menjauhkan interaksi sosial di masyarakat. Anak lebih senang bermain di depan komputer atau alat ketangkasan berbasis IT dari pada bermain di luar ruangan bersama teman-teman sebayanya. 2. Efek perdagangan bebas yang memperderas laju penyerapan budaya negatif dari luar negeri dan menghilangkan kebanggaan masyarakat Indonesia terhadap kearifan lokal yang dimilikinya. Orang tua lebih bangga anaknya ikut les piano, balet dan yang sejenisnya di tempat yang jauh dari rumah tinggalnya dibandingkan dengan ikut bermain dan memperkenalkan permainan olahraga tradisional di sekitar lingkungan rumahnya. 3. Minimnya proses regenerasi dan transformasi pengetahuan tentang keragaman permainan olahraga tradisional dari orang tua kepada anaknya. Kecenderungan mentalitas dan budaya instant yang merasuk ke alam bawah sadar para orang tuanya dalam mengenalkan kehidupan sosial dengan terminologi yang sempit. Orang tua lebih senang mengajak anaknya bermain di Mall atau arena bermain modern dibandingkan dengan bermain ke kampung kampung wisata yang masih mempertahankan keberagaman jenis permainan dan olahraga tradisional. 4. Berkurangnya area publik di perkotaan dan perdesaan sebagai ruang aktifitas masyarakat mengisi waktu dan bersosialisasi dalam kehidupan sosialnya. 5. Ketidakseimbangan porsi kurikulum dalam pendidikan formal maupun keagamaan yang berbasis prestasi dan prestice 6. Dst........ Berikut berbagai manfaat permainan tradisional beserta contoh permainan yang bisa dimainkan bersama anak Anda : 1. Mengembangkan kecerdasan intelektual Contoh permainan : Gagarudaan/Abc ada Lima, Oray-Orayan/Ular-Ularan/Ular Naga. Permainan tersebut membutuhkan wawasan dan pengetahuan yang luas karena sebenarnya permainan ini merupakan permainan tebak kata. 2. Mengembangkan emosi antar personal Contoh permainan : Bebentengan, Anjang-Anjangan/Rumah-Rumahan, Kasti. Permainan tersebut terdiri dari beberapa anak yang terbagi dalam dua tim berbeda yang dapat membantu mengasah emosi untuk saling menolong antar anggota tim. 3. Mengembangkan kecerdasan logika Contoh permainan : Congklak, Engklek/Gedrik, Bekel, Dam-Daman/Macan, Lompat Tali, Kelereng/Gundu, Gasing, Yoyo. Dalam permainan tersebut para pemain sebisa mungkin menyusun strategi untuk menentukan langkah yang tepat agar bisa mengalahkan lawan. 4. Mengembangkan kecerdasan kinestik Contoh permainan : Perepet Jengkol, Galang Asin/galah Jidar/Gobak Sodor, Lompat Tali, AdangAdangan, Egrang. Permainan tersebut mengharuskan anak untuk melompat, berlari, menari, berputar, dan gerakan lainnya. 5. Mengembangkan kecerdasan natural Contoh permainan : Masak-Masakan, Mobil-Mobilan dari Kulit Jeruk Bali, Encrak dari Batu, Egrang ari Bambu, Sepak Bola Takraw dari Rotan. Permainan ini banyak menggunakan alat yang berbahan dari alam, sehingga anak akan menyatu dengan alam dan sekitarnya. 3|permainan tradisional
6. Mengembangkan kecerdasan spasial Contoh permainan : Anjang-Anjangan/Rumah-Rumahan. Permainan tersebut membutuhkan ruang atau tempat untuk bermain sehingga anak dapat mengenal konsep ruang. selain itu, anak juga dapat bermain teatrikal karena biasanya terdapat berbagai peran di dalamnya. 7. Mengembangkan kecerdasan musikal Contoh permainan : Oray-Orayan/Ular Naga, Uncang-Uncang Angge/Ungkang-Ungkang, AmbilAmbilan. Dalam permainan tersebut anak dapat bernyanyi, sehingga anak akan terlatih untuk bernyanyi tanpa nada yang sumbang. Rahayu Rahayu Rahayu Sagung Dumadi _/I\_
(: Selamat Bermain :)
hatur nuhun
hatur nuhun rampes
PUSTAKA Ardiwinata, A. A, Suherman. Dinata, Marta. 2006. Kumpulan Permainan Rakyat. Olahraga Tradisional. Jakarta. Bompa. 1994. Power Training For Sport. Plyometric For Maximum Power Development. Oakville. New York – London : Mosaic Press. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan. 1988. Permainan Tradisional Indonesia. Jakarta. Direktorat Permuseuman. Ekadjati, Edi S, Drs. 2005. Kebudayaan Sunda. Jakarta, Pustaka Jaya. Elizabeth B. Hurlock. 1998. Perkembangan Anak. Jakarta. PT. Gelora Aksara Pratama. Eppink, Andreas. 1986. Cultuurverschillen en communicatie. Problemen bij hulpverlening aan migranten in Nederland. Alphen aan den Rijn 1981. Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Cultures: Selected Essays. New York. _____ "Ritual and Social Change: A Javanese Example", American Anthropologist, Vol. 59, No. 1. — 1957. Harsono. 1998. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma. Hawadi, R. A. 2001. Psikologi Perkembangan Anak: Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta, Grasindo Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Pontjopoetro, S. Dkk 2002. Permainan Anak, Tradisional dan Aktivitas Ritmik. (Modul). Jakarta. Pusat Penerbitan UT. Sujarwa. 1999. Manusia dan Fenomena Budaya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Tylor, E.B. 1974. Primitive culture: researches into the development of mythology, philosophy, religion, art, and custom. New York: Gordon Press. First published in 1871. Reese, W.L. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and Western Thought. New Jersey U.S., Sussex, U.K: Humanities Press. UNESCO. 2002. Universal Declaration on Cultural Diversity, issued on International Mother Language Day, February 21, 2002. White, L. 1949. The Science of Culture: A study of man and civilization. New York: Farrar, Straus and Giroux. 4|permainan tradisional