KEARIFAN LOKAL CERMINAN BUDAYA MASYARAKAT DALAM PENGARUH TEKNOLOGI
Oleh
:
Asy Ary Suyanto ’
HmI Komisariat Teknik Unhalu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kearifan Budaya Lokal Cerminan Perilaku Budaya Masyarakatnya berlatar belakang dari suatu sifat dan tingkah laku masyarakat indonesia mengenai kebuadayaan lokal yang ada indonesia, yang dimana kebudayaan tersebut merupakan turun temurun nenek moyang kita pada sebelumnya. Pendidikan karakter bukan hanya berperan guna membentuk kualitas individu berbudi pekerti mulia, berintegritas, maupun bermartabat, melainkan juga dapat mendorong terbentuknya jati diri bangsa yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur kebudayaan. Aturan-aturan yang mendasar yang lahir dari kebijakan dan kesepakatan warga masyarakat dalam suatu wilayah disebut kearifan lokal. Kearifan yang ada dan berlaku dalam suatu wilayah, seperti kewajiban belajar atau pendidikan bagi warga buta aksara, perilaku gotong royong dan budaya atau seni tradisional patut dijaga, dilestarikan dan dikembangkan sehingga memiliki daya dukung terhadap pembangunan termasuk pada bidang pendidikan nonformal Kearifan lokal ikut berperan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungannya. Namun demikian kearifan lokal juga tidak lepas dari berbagai tantangan seperti: bertambahnya terus jumlah penduduk, teknologi modern dan budaya, modal besar serta kemiskinan dan kesenjangan. Adapun prospek kearifan lokal di masa depan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat, inovasi teknologi, permintaan pasar, pemanfaatan dan pelestarian keanekaragaman hayati di lingkungannya serta berbagai kebijakan pemerintah yang berkaitan langsung dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan serta peran masyarakat local Di era globalisasi saat ini, dengan era globalisasi yang diikuti masuknya budaya asing seharusnya budaya kearifan lokal harus dapat disinergikan. Dengan
demikian akan tetap menjaga kelestarian adat istiadat peninggalan nenek moyang yang juga merupakan budaya bangsa Indonesia, pelestarian budaya kearifan lokal ini perlu dilakukan untuk menjaga penyelewengan budaya bangsa Indonesia dari bangsa lain. Ini sangat perlu dilestarikan dan dijaga karena sudah banyak contoh budaya hasil peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia justru diadopsi bangsa lain Apalagi dia menilai budaya peninggalan nenek moyang bangsa indonesia merupakan warisan keanekaragaman budaya bagi bangsa Indonesia yang memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Bisa saja warisan ini akan hilang jika tidak dijaga. Kita banyak menyaksikan adat istiadat dan budaya bangsa Indonesia dapat dikenal baik dengan keunikan dan keragamannya, jelasnya. Dia menilai budaya kearifan lokal ini tidak hanya berbentuk seni, akan tetapi termaksud jiwa kepemimpinan yang sudah ditinggalkan para leluhur. Budaya dan adat istiadat itu bukan hanya berbentuk seni saja atau tariantarian daerah, akan tetapi sosok kepemimpinan para nenek moyang yang dikenal di seluruh nusantara. Misalnya saja Jawa dengan budaya kepemipinan raja-raja Jawa atau Gorontalo dan daerah Sulawesi lainya yang juga dikenal dengan sosok kepemimpinan para leluhurnya. Selain itu beliau menilai pelestarian budaya kearifan lokal juga termaksud penggunaan bahasa daerah. Bahasa daerah merupakan satu bentuk dari budaya dan adat istiadat yang termasuk dalam bingkai pelestarian budaya kearifan lokal yang harus dijaga dan ditumbuhkembangkan. Banyak pula ditemui berbagai krisis ekologi yang muncul akibat keseimbangan alam terganggu. Tanpa kita sadari berbagai tindakan dan sikap kita telah merusak ekologi. Penggunaan teknologi yang tidak tepat guna salah satunya
dapat mengganggu keseimbangan alam seperti perubahan iklim, krisis air bersih, pencemaran udara, dan berbagai krisis ekologi lainnya. Oleh sebab itu, kita perlu kembali mengembangkan dan melestarikan kearifan lokal yang berkembang di masyarakat. Perubahan cepat dalam teknologi informasi telah merubah budaya sebagian besar masyarakat dunia, terutama yang tinggal di perkotaan. Masyarakat di seluruh dunia telah mampu melakukan transaksi ekonomi dan memperoleh informasi dalam waktu singkat berkat teknologi satelit dan komputer. Pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar mampu memperoleh kekuasaan melalui kekuatan militer dan pengaruh ekonomi. Bahkan perusahaan transnasional mampu menghasilkan budaya global melalui pasar komersil global. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan. Namun seiring berjalannya waktu keberadaan kearifan lokal semakin tersingkirkan dengan masuknya berbagai teknologi dan berbagai masalah sosial yang dihadapi masyarakat seperti pertambahan penduduk yang semakin meningkat. Keadaan demikian membuat masyarakat meninggalkan kearifan lokal yang telah diturunkan secara turun-temurun. Pola pikir masyarakat mulai berubah seiring dengan memudarnya kearifan lokal yakni dari pola pikir holistik ke pola pikir mekanik. Masyarakat tidak lagi memikirkan keseimbangan alam dan lingkungan dalam mengelola sumberdaya alam dan lingkungan. Prospek kearifan lokal sangat bergantung kepada bagaimana masyarakat melestarikan kembali
kearifan lokal yang ada dan bagaimana masyarakat mengubah pola pikirnya kembali ke pola pikir holistik. Sehingga sumberdaya alam dan lingkungan alam yang dimiliki masyarakat dapat dimanfaatkan dan dilestarikan dengan tanpa menganggu keseimbangannya. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang disebutkan tadi ada beberapa masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu sebagai berikut: 1. Apa saja tantangan teknologi yang melanda masyarakat pada era ini? 2. Bagaimana
masyarakat
mempertahankan
kearifan
lokal
di
tengah
perkembangan teknologi?
C. Tujuan Penulisan
Ada beberapa tujuan penulisan yang akan disampaikan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perkembangan teknologi yang mengikis kearifan lokal 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh budaya luar terhadap budaya masyarakat yang ada di Indonesia 3. Memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti Intermediate Training yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam Korkom Sepuluh November
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kearifan Lokal
Pengertian Kearifan Lokal dilihat dari kamus Inggris Indonesia, terdiri dari 2 kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local berarti setempat dan wisdom sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka local wisdom dapat dipahami
sebagai
gagasan-gagasan,
nilai-nilai-nilai,
pandangan-pandangan
setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius. Local genius ini merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh Quaritch Wales. Para antropolog membahas secara panjang lebar pengertian local genius ini (Ayatrohaedi, 1986). Antara lain Haryati Soebadio mengatakan bahwa local genius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19).
Sementara
Moendardjito
(dalam
Ayatrohaedi,
1986:40-41)
mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius Kearifan lokal berasal lokal (local). Secara
umum
dari
dua
maka local
kata
yaitu
kearifan (wisdom), dan
wisdom (kearifan
setempat)
dapat
dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat ( local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal. (http://filsafat.ugm.ac.id). Kearifan lingkungan atau kearifan lokal masyarakat sudah ada di dalam kehidupan masyarakat semenjak zaman dahulu mulai dari zaman prasejarah hingga saat ini, kearifan lingkungan merupakan perilaku positif manusia dalam
berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitarnya yang dapat bersumber dari nilai-nilai
agama,
adat
istiadat,
petuah
nenek
moyang
atau
budaya
setempat Wietoler dalam Akbar (2006) yang terbangun secara alamiah dalam suatu komunitas masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Secara umum, budaya lokal atau budaya daerah dimaknai sebagai budaya yang berkembang di suatu daerah, yang unsur-unsurnya adalah budaya suku bangsa
yang
tinggal
di
daerah
itu.
Dalam
pelaksanaan pembangunanan berkelanjutan oleh adanya kemajuan teknologi membuat orang lupa akan pentingnya tradisi atau kebudayaan masyarakat dalam mengelola lingkungan, seringkali budaya lokal dianggap sesuatu yang sudah ketinggalan di abad sekarang ini, sehingga perencanaan pembangunan seringkali tidak melibatkan masyarakat. Pemaknaan terhadap kearifan lokal dalam dunia pendidikan masih sangat kurang. Ada istilah muatan lokal dalam struktur kurikulum pendidikan, tetapi pemaknaannya sangat formal karena muatan lokal kurang mengeksporasi kearifan lokal. Muatan lokal hanya sebatas bahasa daerah dan tari daerah yang diajarkan kepada siswa. Tantangan dunia pendidikan sangatlah kompleks. Apalagi jika dikaitkan dengan kemajuan global di bidang sains dan teknologi, nilai-nilai lokal mulai memudar dan ditinggalkan. Karena itu eksplorasi terhadap kekayaan luhur budaya bangsa sangat perlu untuk dilakukan. Kearifan lokal sesungguhnya mengandung banyak sekali keteladanan dan kebijaksanaan hidup. Pentingnya kearifan lokal dalam pendidikan kita secara luas adalah bagian dari upaya meningkatkan ketahanan nasional kita sebagai sebuah bangsa. Budaya nusantara yang plural dan dinamis merupakan sumber kearifan lokal yang tidak akan mati, karena semuanya merupakan kenyataan hidup ( living reality) yang tidak dapat dihindari.
Kearifan lokal merupakan suatu bentuk warisan budaya Indonesia yang telah berkembang sejak lama. Kearifan lokal lahir dari pemikiran dan nilai yang diyakini suatu masyarakat terhadap alam dan lingkungannya. Di dalam kearifan lokal terkandung nilai-nilai, norma-norma, sistem kepercayaan, dan ide-ide masyarakat setempat. Oleh karena itu kearifan lokal di setiap daerah berbeda-
beda. Kearifan lokal berkaitan erat dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Masyarakat memiliki sudut pandang tersendiri terhadap alam dan lingkungannya.
Masyarakat
mengembangkan
cara-cara
tersendiri
untuk
memelihara keseimbangan alam dan lingkungannya guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan melalui pengembangan kearifan
lokal
memiliki
kelebihan
tersendiri.
Selain
untuk
memelihara
keseimbangan sumberdaya alam dan lingkungannya, kebudayaan masyarakat setempat pun dapat dilestarikan. Kearifan lokal memiliki banyak fungsi sebagaimana yang diungkapkan oleh Sirtha (2003) sebagaimana dikutip oleh Sartini (2004) sebagaimana dikutip oleh Aulia (2010), menjelaskan bahwa bentuk-bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Bentuk yang bermacam-macam ini mengakibatkan fungsi kearifan lokal menjadi bermacam-macam pula. Fungsi tersebut antara lain adalah: 1. Kearifan lokal berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumberdaya alam. 2. Kearifan lokal berfungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia. 3. Berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan. 4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.
Namun, dewasa ini kearifan lokal menghadapi tantangan-tantangan yang mengancam keberadaan dan kelestariannya. Kearifan lokal yang telah terbentuk sejak lama kini mulai terkikis seiring berkembangnya teknologi diikuti meningkatnya proses adopsi inovasi serta difusi adopsi teknologi. Suhartini (2009) menyatakan bahwa kearifan lokal-kearifan lokal ikut berperan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungannya. Namun demikian kearifan lokal juga tidak lepas dari berbagai tantangan seperti: bertambahnya terus jumlah penduduk, teknologi modern dan budaya, modal besar serta kemiskinan dan kesenjangan.
Berbagai teknologi yang berkembang saat ini pada dasarnya memiliki potensi besar untuk merusak keseimbangan alam dan lingkungan. Berbagai bentuk eksploitasi terhadap alam kini sudah merupakan hal yang dianggap biasa. Begitu banyak elemen masyarakat hingga pemerintah mengadopsi berbagai teknologi untuk mengekploitasi alam secara besar-besaran, tanpa pernah memperhatikan aspek kearifan lokal yang berkembang di masyarakat. Salah satu contoh adalah penggunaan teknologi penangkapan ikan di Kendari yang tidak memperhatikan kearifan lokal masayarakat. Dampak yang ditimbulkan adalah rusaknya sumberdaya air dan tersingkirkannya kearifan lokal masyarakat Kendari. Sehingga pada akhirnya secara perlahan-lahan kearifan-kearifan lokal tersebut memudar bahkan menghilang di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Selain itu juga berakibat kepada terjadinya ketidakseimbangan lingkungan yang dapat mengakibatkan terjadinya berbagai bencana alam. Masuknya berbagai teknologi tersebut menyingkirkan peran kearifan lokal dalam mengelola sumberdaya alam dan lingkungan. Selain perkembangan teknologi, tantangan-tantangan lain yang dihadapi kearifan lokal-kearifan lokal masyarakat adalah pertambahan penduduk. Robert Malthus dalam Suhartini menyatakan bahwa penduduk yang banyak merupakan penyebab kemiskinan, hal ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang mengikuti deret ukur tidak akan pernah terkejar oleh pertambahan makanan dan pakaian. Sebagaimana kita tahu, Indonesia terletak diantara dua samudra dan dua benua. Menjadikan negara tersebut memiliki keanekaragaman suku dan budaya.Pembangunan di Indonesia sebenarnya sudah meningkat setiap tahunnya, namun sayangnya belum merata di setiap daerah. Salah satu penyelesaian yang mungkin dilakukan adalah, pembangunan dengan mengutamakan kearifan lokal dan kearifan budaya lokal.
Apakah Kearifan Budaya Lokal itu?
Menurut Direktur Afri-Afya, Caroline Nyamai-Kisia, kearifan lokal adalah sumber pengetahuan yang diselenggarakan dinamis, berkembang dan diteruskan
oleh populasi tertentu yang terintegrasi dengan pemahaman mereka terhadap alam dan budayasekitarnya. Kearifan lokal adalah dasar untuk pengambilan kebijakkan pada level lokal di bidang kesehatan, pertanian, pendidikan, pengelolaan sumber daya alam dan kegiatan masyarakat pedesaan. Dalam kearifan lokal, terkandung pula kearifan budaya lokal. Kearifan budaya lokal sendiri adalah pengetahuan lokal yang sudah sedemikian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, dan budaya serta diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama. Jadi, untuk melaksanakan pembangunan disuatu daerah, hendaknya pemerintah mengenal lebih dulu seperti apakah pola pikir dan apa saja yang ada pada daerah yang menjadi sasaran pembangunan tersebut. Adalah sangat membuang tenaga dan biaya jika membuat tempat wisata tanpa memberi pembinaan
kepada
masyarakat
setempat
bahwa
tempat
wisata
tersebut
adalah "ikon" atau sumber pendapatan yang mampu mensejahterakan rakyat didaerah itu. Atau lebih sederhananya, sebuah pembangunan akan menjadi sia-sia jika pemerintah tidak mengenal kebiasaan masyarakat atau potensi yang tepat untuk pembangunan didaerah tersebut. Dan apakah yang akan terjadi setelah itu? Pembangunan tersebut akan tidak tepat sasaran, bahkan mungkin akan menyengsarakan rakyat dan tidak membawa kemajuan berarti karena ketidak pahaman pemerintah terhadap kearifan lokal maupun kearifan budaya lokal pada daerah tersebut. Seperti halnya pertambangan emas dan nikel di wilayah timur Indonesia. Mungkin mereka membawa keuntungan bagi negara, tapi bagaimanakah tingkat kesejahteraan penduduknya? Nampaknya mereka masih ada pada garis kemiskinan yang mengakibatkan kurangnya pendidikan. Pembangunan yang tepat bukan berarti menghilangkan adat istiadat atau menghilangkan kekayaan budaya pada suatu daerah, tapi sebenarnya, memajukan potensi dan kekayaan yang ada pada daerah tersebut. Sebab, jika pembangunan
malah menghilangkan adat istiadat, maka bisa dipastikan bahwa bangsa tersbut akan kehilangan jati dirinya. Contoh
pembangunan
yang
memanfaatkan
kearifan
lokal
adalah
diperbaharuinya fasilitas pada daerah penghasil garam di Madura. Fasilitas yang diperbaharui antara lain adalah jalan, listrik dan pelabuhan. Tidak hanya itu, Sumber Daya Manusianya juga semakin diperbaharui dengan peningkatan mutu keterampilan pada sekolah-sekolah. Dengan begitu, tidak hanya berdampak positif didaerah Madura saja, negara ini juga tidak perlu mendatangkan garam dari luar negeri. bahkan mungkin, suatu saat garam di Madura mampu menjadi salah satu daerah penghasil garam andalan se ASEAN atau bahkan sedunia. Hal yang cukup bijak untuk menghemat pengeluaran dan meningkatkan mutu dalam negeri. Keragaman bangsa Indonesia dari sisi etnis, suku, budaya dan lainnya sejatinya juga menunjuk kepada karaktreristik masing-masing. Pada saat yang sama, kekhasan itu pada umumnya memiliki kearifan yang pada masa-masa lalu menjadi salah satu sumber nilai dan inspirasi dalam merajut dan menapaki kehidupan mereka.
Sejarah menunjukkan, masing-masing etnis dan suku
memiliki kearifan lokal sendiri. Misalnya saja (untuk tidak menyebut yang ada pada seluruh suku dan etnis di Indonesia), suku Batak kental dengan keterbukaan, Jawa nyaris identik dengan kehalusan, suku Madura memiliki harga diri yang tinggi, dan etnis Cina terkenal dengan keuletan. Lebih dari itu, masing-masing memiliki keakraban dan keramahan dengan lingkungan alam yang mengitari mereka. Kearifan lokal itu tentu tidak muncul serta-merta, tapi berproses panjang sehingga akhirnya terbukti, hal itu mengandung kebaikan bagi kehidupan mereka. Keterujiannya dalam sisi ini membuat kearifan lokal menjadi budaya yang mentradisi, melekat kuat pada kehidupan masyarakat. Artinya, sampai batas tertentu ada nilai-nilai perenial yang berakar kuat pada setiap aspek lokalitas budaya ini. Semua, terlepas dari perbedaan intensitasnya, mengeram visi
terciptanya kehidupan bermartabat, sejahtera dan damai. Dalam bingkai kearifan lokal ini, masyarakat bereksistensi, dan berkoeksistensi satu dengan yang lain. Namun dari waktu ke waktu nilai-nilai luhur itu mulai meredup, memudar, kehilangan makna substantifnya. Lalu yang tertinggal hanya kulit permukaan semata, menjadi simbol yang tanpa arti. Bahkan akhir-akhir ini budaya masyarakat hampir secara keseluruhan mengalami reduksi, menampakkan diri sekadar pajangan yang sarat formalitas. Kehadirannya tak lebih untuk komersialisasi dan mengeruk keuntungan. Tentu banyak faktor yang membuat kearifan lokal dan budaya masyarakat secara umum, kehilangan geliat kekuatannya. Selain kekurangmampuan masyarakat dalam memaknai secara kreatif dan kontekstual kearifan lokal mereka, faktor lainnya adalah pragmatisme dan keserakahan yang biasanya dimulai dari sebagian elit masyarakat. Kepentingan subyektif diri mengantarkan mereka untuk “memanfaatkan” kearifan lokal. Mereka menggunakannya secara artifisial, tapi sekaligus menghancur-leburkan nilai-nilai luhur yang dikandungnya. Pada gilirannya, masyarakat luas yang struktur dan hubungannnya masih bersifat patron-client “meneladani” sikap dan perilaku elit mereka
Pengembangan TEKNOLOGI dalam Pertimbangan Nilai Etis dan Religious
Mengembangkan nilai-nilai dan budaya iptek pada dasarnya adalah melakukan tranformasi dari masyarakat berbudaya tardisional menjadi masyarakat yang berpikir analitsi kritis dan berketerampilan iptek dengan tetap menjunjung tinggi/memelihara nilai-nilai agama, keimanan, dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME, serta nilai-nilai luhur budaya bangsa. Manusia sebagai makhluk yang berakal budi tidak henti-hentinya mengembangkan pengetahuaanya. Akibatnya teknologi berkembang sangat cepat dan tidak terbendung seperti tampak dalam teknologi persenjataan, computer informasi, kedokteran, biologi, dan pangan. Kemajuan teknologi tersebut bila tidak disertai dengan nilai etika akan menghancurkan hidup manusia sendiriseperti terbukti dengan perang Irak, pemanasan global, daya tahan manusia yang semakin rendah, kemiskinan sebagian penduduk dunia, makin cepat habisnya sumber alam,
rusaknya ekologi, dan ketidak adilan. Pertanyaan yng secara etis dan kritis yang ahrus diajukan adalah, apakah teknologi yang kita kembangkan sungguh demi kebahagiaan manusia
secara menyeluruh? “Nilai Kemanusiaan” sebagai salah
satu nilai etika perlu ditaati dalam mengembangkan teknologi Memasuki abad ke 21, berarti manapaki abad global. Akibat perkembangan teknologi informasdi dan transportasi, dunia Internasional pada abad ini mengalami sebuah perubahan besar, yang dikenal dengan era global. Dalam era demikian, situasi dunia menjadi amat transparan, jendela internasional, terdapat hampir di setiap rumah. Apa yang terjadi di salah satu sudut bumi dalam waktu singkat dapat ditangkap dari berbagai belahan dunia, pintu gerbang antar Negara semakin terbuka, sekat-sekat buday semakin hilang dan ujung-ujungnya akan terbentuk apa yang disebut Jhon Neisbitt sebagai Gaya Hidup Global. Abad ini ditandai dengan kemajuan sains dan teknologi yang sangat pesat. Kemajuan itu terutama dipacu oleh kemajuan teknologi computer dan informasi sehingga zaman ini sering disebut era revolusi baru yaitu revolusi informasi. Produk dari kemajuan sains dan teknologi kian canggih dan bermutu. Hampir dalam semua bidang kehidupan kita dapat menikmati produk teknologi modern mulai dari peralatan rumah tangga sampai dengan peralatan industry yang besar. Dengan kemajuan itu hidup manusia dipermudah, diperlancar, dan lebih sejahtera. Tetapi di sisi lain, kita melihat bahwa berbagai kemajuan tersebut juga membawa dampak negative bagi kehidupan manusia seperti lingkungan hidup yang tidak nyaman, ketidak adilan dan bahkan penghancuran kelompok manusia. Secara umum, etika menuntut kejujuran dan dalam iptek ini berarti kejujuran ilmiah (Scientific Honesty). Mengubah, menambah, dan mengurangi data demi kepentingan tertentu termasuk dalam ketidakjujuran ilmiah. Mengubah dan menambah data denganrekaan sendiri dapat dimaksudkan agar kurvanya memperlihatkan kecenderungan yang diinginkan. Mungkin penelitinya sendiri yang menginginkan agar hasil peneltiannya sesuai dengan teori yang sudah mapan. Mungkinpenaja (sponsor) peneliti itu yang ingin menonjolkan citra produk industrinya. Mereka-reka dta semacam itu merupakan the sin of commission. Sebaliknya membuang sebagian data yang memperburuk hasil
penelitian adalah the sin commission. Penghapusan data yang jelek itu mungkin dimaksudkan oleh penelitinya agar analisis datanya memperlihatkan keterandalan (reability) yang lebih baik. Lebih jahat lagi kalau dosa komisi itu dilakukan untuk menyembunyikan efek samping yang negative dari produk yang diteliti. Ketidakjujuran ilmiah semacam ini pernah dilakukan peneliti yang ditaja pabrik penyedap rasa (monosodium glumate) di Thailand. Kalau data yang dibuang itu dinilai sebagai penyimpangan dari kelompok yang sedang diteliti, dan karenanya harus ikut diolah, kejujuran ilmiah menuntut penjelasan tantang penghapusannya. Perlu juga disebutkan patokan yang dipakai untuk menentukan ambang nilai data yang harus di analisis. Sehingga pola pikir holistik adalah suatu pola pikir dimana menempatkan ekologi dan manusia dalam posisi yang sejajar, manusia berfikir secara subjektif dan tidak parsial. Pola pikir mekanistik adalah suatu pola pikir dimana ekologi dan manusia ditempatkan dalam posisi yang tidak sejajar, manusia berfikir secara objektif dan parsial. Menghadapi tantangan-tantangan tersebut, prospek kearifan lokal di masa depan bergantung dari pemanfaatan dan pemberdayaan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat guna mengelola sumberdaya alam dan lingkungan. Pengetahuan mengenai kearifan lokal yang dimiliki masyarakat yang diturunkan secara turun temurun serta inovasi dan teknologi juga mempengaruhi keberlangsungan kearifan lokal di masa depan. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan sudah saatnya memberlakukan kebijakan terkait adopsi teknologi penggunaannya serta difusi teknologi yang melindungi sumberdaya alam dan lingkungan melalui kearifan lokal. Berbagai kearifan lokal yang masih bertahan. Sartini mengungkapkan bahwa ada banyak peluang untuk pengembangan wacana kearifan lokal Nusantara. Di samping itu kearifan lokal dapat didekati dari nila-inilai yang berkembang di dalamnya seperti nilai religius, nilai etis, estetis, intelektual atau bahkan nilai lain seperti ekonomi, teknologi dan lainnya. Maka kekayaan kearifan lokal menjadi lahan yang cukup subur untuk digali,
diwacanakan dan dianalisis mengingat faktor perkembangan budaya terjadi dengan begitu pesatnya. Sehingga Hubungannya kearifan lokal itu merupakan sesuatu yang berkaitan secara spesifik dengan budaya tertentu (budaya lokal) dan menecerminkan cara hidup suatu masyarakat tertentu (masyarakat lokal). Dan kalau budaya lokal itu merupakan suatu budaya yang dimiliki suatu masyarakat yang menempati lokalitas atau daerah tertentu yang berbeda dari budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang berada di tempat yang lain.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas tergambar dengan jelas bahwa kearifan lokal masyarakat Nusantara terkodifikasi dalam adat. Adat masyarakat Nusantara ini memiliki konsep-konsepnya tersendiri di setiap kelompok etnik. Dalam kearifan lokal Nusantara terdapat nilai-nilai untuk membentuk karakter bangsa. Nilai-nilai tersebut mencakup: sistem kepemimpinan, hubungan sosial, hidup secara berkelompok, pentingnya berbagi materi dan pengalaman kepada orang lain, belajar terus dari alam, nilai-nilai gotong royong, bagaimana menghadapi perubahan dan globalisasi, sadar akan makhluk yang mulai dari kecil, dewasa, sampai meninggal, hidup tidak boleh sombong, dan seterusnya Kearifan lokal sesungguhnya mengandung banyak sekali keteladanan dan kebijaksanaan hidup. Pentingnya kearifan lokal dalam kebudayaan masyarakat kita secara luas adalah bagian dari upaya meningkatkan ketahanan nasional kita sebagai sebuah bangsa. Mengembangkan nilai-nilai dan budaya iptek pada dasarnya adalah melakukan tranformasi dari masyarakat berbudaya tardisional menjadi masyarakat yang berpikir analitsi kritis dan berketerampilan iptek dengan tetap menjunjung tinggi/memelihara nilai-nilai agama, keimanan, dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME, serta nilai-nilai luhur budaya bangsa. Manusia sebagai makhluk yang berakal budi tidak henti-hentinya mengembangkan pengetahuaanya. Akibatnya teknologi berkembang sangat cepat dan tidak terbendung seperti tampak dalam teknologi persenjataan, computer informasi, kedokteran, biologi, dan pangan. Kemajuan teknologi tersebut bila tidak disertai dengan nilai etika,akan merusak moral dan budaya masyarakat yang ada di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Sartini. 2004. Menggali kearifan lokal nusantara sebuah kajian filsafati. Dalam: Jurnal Filsafat. [Internet]. Alfian (ed.), 1985. Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan. Jakarta: Gramedia. Koentjaraningrat, 1985. “Konsep kebudayaan Nasional” dalam Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan. Alfian (ed.). Jakarta: Gamedia. Elly M. Setiadi, Et Al. 2006. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta Kencana Prenada Media Group.
Sartono, Kartodirdjo. 1993. Pembangunan Bangsa tentang nasionalisme Kesadaran dan Kebudayaan nasional. Yogyakarta: Aditya Media.
Soetandyo, W. 1999. Perubahan Kehidupan dan Lokal ke yang nasional, Bersiterus ke yang Global pada Era Millenium Ketiga Masehi. Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Cetakan ke11. Jakarta: Gramedia.
Francis
Wahono,
2005.
Pangan,
Kearifan
Lokal
dan
Keanekaragaman
Hayati,Penerbit Cindelaras Pustaka.
Mengungkap kearifan lingkunganSulawesi Selatan, PPLH Regional Sulawesi, Maluku dan Papua, Kementrian Negara Lingkungan Hidup RI dan Masagena Press: Makassar.Burhanudin, Jajat. 2006.
Curriculum Vitae Data Pribadi
Nama : Asy’ary suyanto Tempat, Tanggal Lahir : Kendari, 27April 1992 Agama : Islam Alamat Rumah : Jl. Suppu yusuf, Nomor Telepon : 082193333065 (HP) Email :
[email protected] Riwayat Pendidikan Pendidikan Formal
1998-2004 : MIS PESRI, Kendari 2004-2007 : MTsN 1 Kendari 2007-2010 : SMK N 2 Kendari Pendidikan Non Formal
2003-2004 : Kursus Bahasa Inggris PROSPEC ENGLISH Riwayat Organisasi
2011-2012 : Anggota Divisi Kaderisasi dan Pergerakan HMPS S-1 Sipil Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo 2012-2013 : Pengurus Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo 2013-2014
:
Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dengan Sebenar-benarnya, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Hormat Saya k
Asy’ary Suyanto o