BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap pekerjaan/aktifitas selalu ada risiko kegagalan, Salah satu risiko pekerjaan adalah kecelakaan kerja (work (work accident ), ), yang berakibat kerugian (loss ( loss). ). Untuk itu perlu K3 yang harus terpadu semua orang yang ada dalam lingkungan perusahaan/pekerjaan. Degradasi keselamatan terjadi akibat transisi dari masy agraris (low (low risk society) society) menuju masy industri (high ( high risk society). society). Kecelakaan berdampak pada daya saing tingkat global. Sebagian masyarakat merasa tidak memerlukan K3, bahkan dianggap sebagai barang mewah. Filosofi dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui upaya- upaya pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Bila semua potensi bahaya telah dikendalikan dan memenuhi batas standar aman, maka akan memberikan kontribusi terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat, dan proses produksi menjadi lancar, yang pada akhirnya akan dapat menekan risiko kerugian dan berdampak te rhadap peningkatan produktivitas. Keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri Tena ga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993 adalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar a gar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja /perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan digunakan secara aman dan efisien. Secara filosofis, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani maupun rohani tenaga kerja, pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara keilmuan K3 diartikan sebagai suatu i lmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pada hakekatnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
1
merupakan suatu keilmuwan multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja, keamanan kerja, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, serta melindungi tenaga kerja t erhadap resiko bahaya dalam melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan atau pencemaran lingkungan kerja. Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja. Kondisi bangunan adalah tempat atau bangunan yang digunakan untuk tempat bekerja apakah telah memenuhi kriteria keselamatan bagi penghuni bangunan tersebut. Kondisi mesin yang ada di perusahaan juga harus baik sehingga harus ada penjadwalan perawatan mesin-mesin untuk proses produksi. Hal ini bertujuan untuk mencegah kerusakan mesin yang dapat membahayakan operator. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.
1.2 Dasar Hukum
Landasan dasar hukum K3 sebagai berikut : 1.
Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
2.
Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang tenaga kerja pasal 86 dan 87 tentang ketenagakerjaan
3.
Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
4.
Undang-Undang No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
5.
Permenakertrans No.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja
6.
Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan hiperkes bagi dokter perusahaan
7.
Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan hiperkes bagi paramedic perusahaan
2
8.
Permenakertrans No.Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam penyelanggaraan keselamatan kerja
9.
Permenakertrans No.Per 03/Men/1983 tentang pelayanan kesehatan kerja.
1.3 Profil Perusahaan
PT. PINDAD (PERSERO) Bandung pada awalnya adalah suatu usaha Komandan TNI – AD yang bergerak dalam bidang instasnsi industri. Oleh karena itu, maka Industri Komandan Perindustrian Angkatan Darat yang disingkat dengan nama KOPINDAD, yang fungsi utamanya adalah untuk memproduksi senjata dan amunisi untuk kebutuhan Angkatan Darat khususnya dan ABRI pada umumnya. Pada masa penjajahan Belanda tahun 1908 didirikan Artillerie Contructie Winkel (ACW) di Surabaya. Pada tahun 1923 ACW dipindahkan ke Bandung dan ACW berganti nama menjadi Artillerie Inrichtingen ( AI ). Sedangkan pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942, menjelang kemerdekaan, ACW diganti namanya menjadi Dai Khi Kozo (DIK). Dan setelah kemerdekaan DIK diganti namanya menjadi Ledger Productie Bredjuen (LPB) di bawah NICA pada tahun 1947. Dengan adanya penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada perintah Republik Indonesia Serikat ( RIS ) pada tahun 1950, maka instansi ini diserahkan kepada RIS dan tepatnya pada tanggal 29 April 1950, diganti namanya menjadi Pabrik Senajata dan Masiu ( PSM ) yang selanjutnya tanggal ini diperingati sebagai hari jadi perusahaan. Pada tahun 1958 Pabrik Senjata dan Masiu diubah namanya menjadi Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat ( PABAL – AD ). PABAL – AD dalam produknya tidak hanya memproduksi senjata saja, tetapi juga memproduksi kebutuhaan lainnya untuk Angkatan Darat. Tahun 1962 PABAL – AD diganti namanya menjadi perindustrian TNI – AD ( PINDAD ) yang secara keseluruhan PINDAD ( PERSERO ) baru memproduksi penuh pada tahun 1968. Tanggal 29 April 1983 PINDAD menjadi Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) dengan PT. PINDAD (PERSERO ) dimana PINDAD adalah nama dan
3
bukan singkatan. Tahun 1989 pemerintah membentuk Badan Pengelolaan Industri Strategi ( BPIS ) dan PT. PINDAD (PERSERO ) di bawah pembinaan atau menjadi BUMN Industri Strategis. Tahun 1988 BPIS dibubarkan oleh pemerintah dan pada tahun yang sama pemerintah mendirikan BUMN dengan nama PT. Prakarya Industri Strategis, pada tahun 1999 PT. Prakarya Industri Strategis ( PERSERO ). Tahun 2002 PT. Bahana Prakarya Industri Strategis ( PERSERO ) dibubarkan oleh pemerintah dan sejak saat itu PT. PINDAD (PERSERO ) langsung di bawah kementriaan BUMN hingga sekarang. Sesuai dengan surat keputusan Menhankam nomor : 12/M/IV/1983 tentang alih uasaha PINDAD menjadi Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ), maka sejak tanggal 19 AApril 1983 PINDAD beralih menjadi Perseroan Terbatas. Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia nomor : 114/M/1083 tanggal 23 Mei 1983, maka diangkatlah Menteri Negara Riset dan Teknologi Menristek selaku Direktur
Utama PT. PINDAD (PERSERO ). 1.3.1 Visi dan Misi PT. PINDAD (PERSERO)
a. Visi PT. PINDAD (PERSERO) menjadi produsen peralatan pertahanan dan keamanan terkemuka di Asia tahun 2023 melalui upaya inovasi produk dan kemitraan strategic b. Misi Melaksanakan usaha terpadu dibidang peralatan industrial untuk mendukung pembangunan nasional dan secara khusus untuk mendukung pertahanan dan keamanan Negara.
4
1.3.2 Struktur Organisasi
5
1.4 Alur Produksi
1.4 Alur Produksi
1.5 Landasan Teori 1.5.1 Filosofi K3
Menurut International Association of Safety Professional, Filosofi K3 terbagi menjadi 8 filosofi yaitu: 1. Safety is an ethical responsibility. 2. Safety is a culture, not a program. 3. Management is responsible. 4. Employee must be trained to work safety. 5. Safety is a condition of employment. 6. All injuries are preventable. 7. Safety program must be site specific (tempat khusus). 8. Safety is good business. 1
6
1.5.2 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Ditinjau dari keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit, dan sebagainya 1. Keselamatan (safety) Keselamatan kerja diartikan sebagai upaya-upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja; menjaga keselamatan orang lain; melindungi peralatan, tempat kerja dan bahan produksi; menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses produksi. 2. Kesehatan (health) Kesehatan diartikan sebagai derajat/tingkat keadaan fisik dan psikologi individu (the degree of physiological and psychological well being of the individual). Secara umum, pengertian dari kesehatan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya dengan cara mencegah dan memberantas penyakit yang diidap oleh pekerja, mencegah kelelahan kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat. 1
1.5.3 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja yaitu : 1.
Agar setiap pegawai/tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis
2.
Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya, selektif mungkin
3.
Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya
4.
Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai/tenaga kerja
5.
Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja
6.
Agar tehindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh li ngkungan atau kondisi kerja
7.
Agar setiap pegawai/tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.3
1.5.4 Keselamatan Kerja
7
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.3 Kondisi pekerja sangat menentukan terjadinya kecelakaan kerja. Faktorfaktor yang menentukan kondisi pekerja yaitu : 1. Kondisi mental dan fisik Kondisi tersebut sangat berpengaruh dalam menjalankan proses produksi karena dengan kondisi mental dan fisik yang buruk dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, 2. Kebiasaan kerja yang baik dan aman Saat melakukan pekerjaan, pekerja harus dapat dituntut untuk bekerja secara disiplin agar tidak lalai yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, 3. Pemakaian alat pelindung diri Kurangnya kesadaran dalam pemakaian alat-alat pelindung karena dirasa tidak nyaman oleh pekerja dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. 3
1.5.5 Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum. 3 Kesehatan kerja mencakup kegiatan yang bersifat komprehensif berupa upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif berupa penyuluhan, pelatihan dan peningkatan pengetahuan tentang upaya hidup sehat dalam bekerja, disamping kegiatan pencegahan (preventif) terhadap risiko gangguan kesehatan, lebih mengemuka dalam disiplin kesehatan kerja. Kesehatan kerja diartikan sebagai spesialis ilmu kesehatan yang menganalisa akibat praktek dan cara kerja terhadap derajat kesehatan pekerja yang bersangkutan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental, serta menganalisa alternatif usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja dan
8
lingkungan kerja. Kesehatan kerja bersifat medis dan sasarannya adalah manusia atau pekerja.3 Kesehatan kerja adalah kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan para pekerja seperti : 1.
Kurangnya pencahayaan yang mengakibatkan sakit mata
2.
Tidak adanya sistem sirkulasi udara sehingga debu-debu atau partikel-partikel kecil akan mengganggu sistem pernapasan pekerja
3.
Pekerja yang bekerja dengan menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya.
4.
Tingkat kebisingan yang melebihi batas ambang pendengar yang dapat mengakibatkan ketulian pada pekerja. 3 Kondisi di atas memerlukan pencegahan dengan mela kukan tindakan-tindakan
sebagai berikut: 1. Pemeriksaan pekerja secara berkala. 2. Memberikan keterangan prosedur kerja sebelum bekerja. 3. Pembuatan ventilasi yang baik. 4. Mengubah cara-cara kerja yang dapat menyebabkan penyakit kerja. 5. Pemakaian alat-alat pelindung diri secara teratur dan disiplin untuk menghindari resiko kecelakaan kerja.
1.5.6 Indikator-indikator dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Indikator Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), meliputi: 1. Faktor manusia/pribadi ( personal factor ) Faktor manusia disini meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi, kurangnya pengetahuan dan keterampilan/keahlian, dan stress serta motivasi yang tidak cukup. 2. Faktor kerja/lingkungan Meliputi,
tidak
cukup
pembelian/pengadaan
kepemimpinan
barang,
perawatan
dan
pengawasan,
standar-standar
rekayasa, kerja,
dan
penyalahgunaan.3
9
1.5.7 Faktor-faktor yang Memperngaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) meliputi: 1.
Lingkungan kerja Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan dalam beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja, seperti ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya.
2.
Alat kerja dan bahan Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang, alat-alat kerja sangatlah vital yang digunakan oleh para pekerja dalam melakukan kegiatan proses produksi dan disamping itu adalah bahan-bahan utama yang akan dijadikan barang.
3.
Cara melakukan pekerjaan Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara-cara melakukan pekerjaan yang berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktifitas pekerjaan, misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri secara tepat dan mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan memahami cara mengoperasionalkan mesin.
4.
Beban kerja Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
5.
Kapasitas kerja Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
6.
Lingkungan kerja Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik, maupun psikososial. 3
10
1.5.8 Sistem Manajemen K3 (SMK3)
SMK3 ialah singkatan dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian
dan
pemeliharaan
kebijakan
K3
dalam
rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna t erciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Tujuan dan sasaran sistem manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegerasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang nyaman dan efisien. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja: PER. 05/MEN/1996, penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dibagi menjadi tiga tingkatan yang kemudian akan digunakan sebagai dasar audit internal perusahaan yaitu: 1. Tingkat awal adalah perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat resiko rendah harus menetapkan sebanyak 64 kriteria. 2. Tingkat transisi adalah perusahaan sedang atau perusahaan dengan tingkat resiko menengah harus menetapkan sebanyak 122 kriteria 3. Tingkat lanjutan adalah perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat resiko tinggi harus menetapkan sebanyak 166 kriteria. Dalam penentuan kriteria perusahaan juga dapat ditentukan melalui kriter ia kebakaran suatu perusahaan, sebagai contoh apabila perusahaan tersebut berhubungan dengan logam maka perusahaan tersebut dapat dikategorikan sebagai perusahaan dengan kategori sedang dua, dan disimpulkaan bahwa perusahaan tersebut perusahaan menengah. a. Siklus Proses SMK3.
Tahapan proses dalam SMK3 bersifat siklus, yaitu harus terjadi proses perbaikan yang berkelanjutan (continual improvement), yaitu mulai dari proses
11
pengembangan komitmen & kebijakan – perencanaan – pelaksanaan/ penerapan – pengukuran & evaluasi – peninjauan ulang & peningkatan oleh manajemen dst sehingga terjadi proses perbaikan sistem secara inheren, sebagaimana digambarkan dalam bagan sbb:
b. Tahapan Proses dalam SMK3: A. Komitmen dan Kebijakan
Tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Kepemimpinan dan Komitmen:
Komitmen untuk menerapkan SMK3 di tempat kerja, mutlak harus diberikan oleh semua pihak, terutama dari pihak manajemen / pengurus dan tenaga kerja. Oleh karena itu, perusahaan harus:
Membentuk organisasi tempat kerja untuk terciptanya K3.
Menyediakan anggaran dan personil yang memadai.
Melakukan perencanaan dan pelaksanaan Program K3.
12
Melakukan penilaian atas kinerja Program K3.
2. Tinjauan awal K3
Manajemen harus melakukan tinjauan awal K3 dengan cara:
Mengidentifikasikan kondisi yang ada.
Mengidentifikasikan sumber bahaya.
Penguasan pengetahuan, peraturan perundangan dan standar K3.
Membandingkan penerapan K3 di perusahaan lain yang lebih baik.
Meninjau sebab akibat dari kejadian yang membahayakan.
Menilai efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.
3. Kebijakan K3.
Kebijakan K3 merupakan suatu pernyataan kepada umum yang ditandatangani oleh manajemen senior yang menyatakan komitmen dan kehendaknya untuk bertanggung jawab terhadap elemen K3:
Komitmen tertulis, ditandatangani pengurus tertinggi.
Memuat visi dan tujuan yang bersifat dinamis.
Memuat kerangka kerja dan program kerja.
Dibuat melalui proses konsultasi dengan pekerja/wakil pekerja.
Disebarluaskan kepada seluruh pekerja.
B. Perencanaan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan:
Perencanaan manajemen risiko.
Menetapkan tujuan dan sasaran dari kebijakan K3.
Menggunakan indikator kinerja sebagai penilaian kinerja K3.
13
Menetapkan
sistem
pertanggung
jawaban
dan
cara
pencapaian kebijakan K3. C. Penerapan
Pada tahap ini, perusahaan perlu memperhatikan: 1. Jaminan Kemampuan,yaitu:
Tersedianya personil terlatih, sarana dan dana yang memadai.
Tersedianya sistem & prosedur yang terintegrasi dengan K3.
Adanya Tanggungjawab dan akuntabilitas K3 dari Pengurus
Adanya motivasi/ kesadaran pekerja tentang SMK3.
Adanya komunikasi dengan pekerja tentang penerapan SMK3.
Adanya seleksi, penilaian dan pelatihan kompetensi untuk K3.
2. Kegiatan pendukung
Komunikasi dua arah yang efektif antara pengurus dan pekerja.
Pelaporan,
guna
menjamin
SMK3
dipantau,
kinerjanya
ditingkatkan.
Dokumentasi sistem dan prosedur kegiatan perusahaan.
Pengendalian Dokumen, hanya yang berlaku yang digunakan.
Adanya pengendalian rekaman sebagai bukti penerapan SMK3
3. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko
Pada saat perancangan, rekayasa, pengadaan & pelaksanaan.
Lakukan pengendalian administratip & APD pada pelaksanaan.
Tinjau ulang kontrak dan persyaratan saat pembelian.
Persiapkan prosedur menghadapi keadaan darurat, insiden dan pemulihan keadaan darurat.
D. Pengukuran dan Evaluasi
Fungsi kegiatan tahap Pengukuran dan Evaluasi adalah untuk: a) Memantau, mengukur dan mengevaluasi kinerja SMK3 b) Mengetahui keberhasilan/efektifitas penerapan SMK3, dan c) Mengidentifikasi dan melakukan tindakan perbaikan yang perlu.
14
Prosedur Pengukuran & evaluasi didokumentasikan, meliputi kegiatan:
Inspeksi & Pengujian Dilakukan oleh petugas yang berkompeten rekamannya dipelihara dengan alat/metode yang memenuhi syarat K3, setiap penyimpangan harus segera ditindak lanjuti, diselidiki & ditinjau.
Audit SMK3
Dilakukan untuk membuktikan dan mengukur efekifitas penerapan SMK3 di tempat kerja oleh auditor internal untuk setiap enam bulan, dan oleh auditor eksternal / independen tiap tiga tahun.
Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
Semua temuan hasil pemantauan, inspeksi, pengujian dan audit harus dilakukan secara berkelanjutan dan sistematis untuk menjamin efektifitas SMK3. E. Tinjauan Ulang & Peningkatan oleh Pihak Manajemen
Bertujuan meningkatkan kinerja K3 secara keseluruhan, mencakup: a. Evaluasi terhadap penerapan dan kinerja K3. b. Tinjauan ulang tujuan, sasaran dan kinerja K3. c. Melakukan evaluasi dan tindak lanjut temuan audit SMK3. d. Evaluasi efektifitas penerapan SMK3 dan kebutuhan perubahan SMK3.
1.5.9 Pengendalian Resiko
Pengendalian resiko merupakan upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja yang terbagi atas 5 hierarki sebagai berikut:
Eliminasi
Substitusi
Engineering
Administrasi 15
Alat pelindung diri (APD)
Kelima hierarki di atas memperlihatkan adanya hierarki cara berfikir yang harus ditanamkan kepada pelaksana dalam rangka mengendalikan resiko. Pelaksana harus memulai dari butir a (eliminasi), kemudian butir b (substitusi), lalu ke butir c (engineering), demikan seterusnya sampai butir e. Pengendalian resiko akan direalisasikan ke dalam Program Kerja K3 yang terdiri dari:
Item program kerja.
Durasi masing-masing program kerja.
Waktu dimulainya program kerja.
Keterkaitan satu program kerja dengan program kerja lainnya.
Penanggung jawab masing-masing program kerja. (BPKSDM, 2009).
1.5.10 Program Kerja K3
Hasil dari IBPR diutamakan dalam penyusunan sasaran dan program K3 konstruksi, yaitu merencanakan kebutuhan fasilitas dan kegiatan K3 yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek konstruksi tersebut. Perlindungan dari bahaya kecelakaan harus diprogramkan dengan cara memberi keterampilan kerja dengan memperhatikan upaya K3 agar terlindung dan mencegah dari resiko bahaya yang mengancam kepada setiap personil yang berada di lokasi proyek konstruksi sampai pada batas yang dapat diterima. Program K3 harus dibuat tidak terlepas dari program pembelajaran yang harus dilakukan untuk menerapkan K3 dalam melaksanakan pekerjaan proyek konstruksi agar semua pihak yang berkepentingan dalam proyek tersebut memahami kondisi proyek yang beresiko tinggi. Adapun beberapa bagian dari program kerja Keselamtan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sebagai berikut: a) Kelengkapan Administrasi K3 b) Pelaksanakan Kegiatan K3 di Lapangan
16
Pelaksanaan kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lapangan meliputi:
Kegiatan K3 di lapangan berupa pelaksanaan safety plan melalui kerja sama dengan instansi yang terkait K3 yaitu depnaker, polisi dan rumah sakit.
Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi kegiatan safety patrol, safet y supervisor, safety meeting.
Pelaporan dan penanganan kecelakaan berat, ringan, korban meninggal dan peralatan berat. (Beesono, 2012)
c) Pelatihan K3
1.5.11 Perlengkapan dan Peralatan K3
Dalam bidang konstruksi ada beberapa perlengkapan dan peralatan yang digunakan untuk melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang kemungkinan bisa terjadi dalam proses konstruksi. Perlengkapan dan peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalan suatu lingkungan konstruksi. Namun tidak banyak yang menyadari betapa pentingnya peralatan-peralatan ini untuk digunakan sebab K3 adalah dua hal yang sangat penting. Oleh karenanya, semua perusahaan kontraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau personal protective equipment (PPE) untuk semua karyawan yang bekerja. Perlengkapan dan peralatan penunjang program K3 meliputi hal sebagai berikut:
a. Pengendalian Administrasi Pengendalian administrasi ini mencakup promosi program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang terdiri dari:
Pemasangan bendera K3, bendera RI dan bendera perusahaan,
Pemasangan sign board K3 yang berisi slogan-slogan yang mengingatkan
perlunya bekerja dengan selamat.
b. Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri)
17
Dalam pekerjaan konstruksi, ada peralatan yang digunakan untuk melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan dalam pelaksanaan konstruksi. Namun banyak pekerja yang tidak menyadari pentingnya arti peralatan ini. Sarana peralatan yang melekat pada orang atau disebut perlengkapan perlindungan diri atau personal protective equipment (PPE) diantaranya adalah:
Pelindung Kepala (Helmet)
Pelindung Mata
Pelindung Wajah
Pelindung Telinga (Ear Muff)
Pelindung Tangan (Sarung Tangan)
Pelindung Kaki (Sepatu Kerja)
Pelindung Tubuh
Pelindung Bahaya Jatuh (Safety Belt)
c. Sarana Peralatan Lingkungan Sarana peralatan lingkungan terdiri dari sebagai berikut:
Tabung Pemadam Kebakaran,
Pagar Pengamanan,
Penangkal Petir Darurat,
Pemeliharaan Jalan Kerja Dan Jembatan Kerja,
Jaring Pengaman Pada Bangunan Tinggi,
Pagar Pengaman Lokasi Proyek,
Tangga,
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3k)
d. Rambu-Rambu Peringatan
Rambu-rambu zona aman
Arah jalur evakuasi
Rambu-rambu hati-hati terpeleset
18
Rambu-rambu listrik bertegangan tinggi
Rambu-rambu keselamatan kerja
Peringatan bahan bersifat karsinogenik
19