BAB X INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN
10.1. KONSEP DASAR INVESTASI BHARINTO EKATAMA
DAN
ANALISIS
KEUANGAN
PT.
10.1.1. Penilaian Kelayakan Investasi Dalam rangka pengembangan, PT. Bharinto Ekatama melakukan diversifikasi produk batubara, baik berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas produksi batubara. Untuk itu PT. Bharinto Ekatama merencanakan program investasi proyek penambangan batubara di daerah Lempenang, Kecamatan Teweh Timur yang terletak di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah dimana ditargetkan pada pertengahan tahun 2002 sudah memulai tahap “pilot mine/trial mine”. Bagi perusahaan, keputusan mengenai investasi ini harus dipersiapkan dengan cermat. Upaya ini memerlukan penilaian mengenai situasi dan kondisi di masa yang akan datang, kurang lebih selama 10 tahun ke depan. Selama masa itu, situasi dan kondisi yang ada sulit dipastikan. Ketidakpastian situasi dan kondisi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu perkembangan teknologi, perubahan kondisi sosial ekonomi global, dan sebagainya. Demikian juga terjadinya perubahan pada kekuatankekuatan pesaing perusahaan dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah RI dapat mempengaruhi situasi dan kondisi pada saat itu. Salah satu persoalan bagi PT. Bharinto Ekatama di dalam kebijaksanaan investasi proyek penambangan batubara di daerah Lempenang adalah estimasi pengeluaran dan penerimaan uang selama 10 tahun ke depan. Perhitungan investasi proyek ini, mencakup penerimaan dan pengeluaran uang dalam jangka waktu 10 tahun ke depan yang merupakan aliran kas bagi perusahaan (future cash flow). Hal ini akan dipakai sebagai pedoman kebijaksanaan investasi karena hasil perhitungan yang dilakukan merupakan informasi yang bermanfaat bagi PT. Bharinto Ekatama untuk menilai kelayakan proyek investasi penambangan batubara di daerah Lempenang bernilai ekonomis atau tidak. Penilaian tersebut amat penting bagi PT. Bharinto Ekatama, karena proyek investasi yang dilakukan sangat diharapkan dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan keuntungan yang diperoleh, PT. Bharinto Ekatama akan memiliki peluang lebih besar di masa depan untuk dapat melakukan pengembangan perusahaan.
Dalam proses penilaian kelayakan proyek investasi penambangan batubara di daerah Lempenang yang dilakukan oleh PT. Bharinto Ekatama, pendekatan konvensional yang digunakan adalah dengan menganalisis perkiraan aliran kas keluar (cash outflow) dan masuk (cash inflow) selama umur tambang tersebut (10 tahun). Aliran kas (cash flow) tersebut dibentuk dari beberapa parameter, yaitu nilai penjualan batubara (sales), biaya operasi penambangan dan pengolahan batubara (operating cost), depresiasi, amortisasi, pajak dan lain-lainnya. Diagram alir pembentukan aliran kas bagi investasi proyek penambangan batubara lokasi Lemepenang milik PT. Bharinto Ekatama selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut. Equity Capital
Loan Capital
CASH FLOW PT. BHARINTO EKATAMA
WORKING CAPITAL
DIRECT INVESTMENT
Sales US$
Operating O PE RAT I O N S Gross Profit
Depreciation
Amortization Taxable Income INCOME TAX NET PROFIT
Cost
Gambar 10.1 Diagram Alir Cash Flow Proyek Penambangan Batubara 10.1.2. Prosedur Analisis Keuangan Prosedur yang akan digunakan dalam melakukan analisis keuangan (Financial Analysis) dalam rangka kajian ekonomi rencana investasi proyek tersebut adalah sebagai berikut : 10.1.2.1. Menentukan Parameter Dasar Sebagai titik tolak analisis keuangan rencana investasi adalah hasil kajian teknis dan pemasaran dari studi kelayakan penambangan batubara di Lempenang. Kajian teknis penambangan bataubara di Lempenang menghasilkan paramater dasar yang melandasi perhitungan nilai-nilai investasi dari proyek tersebut, seperti : Jumlah cadangan batubara tertambang (mineable reserve) Kapasitas produksi batubara Jenis dan jumlah peralatan operasi penambangan Jenis dan jumlah peralatan pendukung Infrastruktur dalam dan luar tambang Segmen pasar batubara Harga batubara, dan lain-lain 10.1.2.2. Menghitung Proyeksi Pendapatan (Revenue) Perhitungan proyeksi pendapatan (revenue) adalah perkiraan dana yang masuk atau diterima PT. Bharinto Ekatama sebagai hasil penjualan (sales) produksi batubara yang dihasilkan sesuai dengan jadwal produksi dan harga batubara yang direncanakan. 10.1.2.3. Menghitung Ongkos Produksi (Production Cost) Perhitungan ongkos produksi (production cost) adalah perkiraan dana yang dikeluarkan PT. Bharinto Ekatama sebagai akibat kegiatan operasi untuk menghasilkan produk batubara bersih yang siap dijual ke pasar. Dalam kegiatan memproduksi batubara bersih sampai siap menjualnya, akan berhubungan dengan kegiatan operasi utama atau kegiatan yang sifatnya mendukung. Untuk itu, beberapa komponen operasi yang perlu dimasukkan dalam perhitungan ongkos produksi antara lain : a. Ongkos operasi penambangan batubara, terdiri dari :
Ongkos pembersihan lahan Ongkos pengupasan dan pemindahan top soil Ongkos penggalian dan pemindahan overburden Ongkos penggalian dan pemindahan batubara Ongkos operasi pendukung penambangan (mine support) Ongkos overhead operasi penambangan b. Ongkos operasi pengolahan batubara, terdiri dari : Ongkos pemindahan batubara dari raw coal stocpile ke crushing/washing plant Ongkos proses pengolahan batubara di crushing/washing plant Ongkos pemindahan produk batubara ke atas tongkang Ongkos operasi pendukung pengolahan (crushing plant support) Ongkos overhead operasi pengolahan 10.1.2.4. Menghitung Biaya Investasi Perhitungan biaya investasi adalah perkiraan dana yang dikeluarkan PT. Bharinto Ekatama sebagai akibat realisasi kegiatan dalam masa pra penambangan yang mencakup kegiatan studi eksplorasi, feasibility study , studi AMDAL (tiga item tersebut dalam FS tidak dimasukkan), Biaya pembelian Asset, Biaya lelang kelas ‘A’ atas area daerah (development), Biaya konstruksi infrastruktur baru, Pembelian atau pengadaan peralatan, dan lain-lain sampai proyek Lempenang siap memproduksi batubara. Untuk memudahkan dalam melakukan perhitungan, maka biaya-biaya investasi ini dikelompokkan menjadi : a. Biaya Investasi Peralatan, yang terdiri atas :
Investasi peralatan operasi penambangan Investasi Peralatan pendukung operasi penambangan Investasi peralatan operasi pengolahan Investasi peralatan lain-lain
b. Biaya Investasi Eskplorasi, yang terdiri atas :
Biaya pemboran dan eskplorasi Biaya feasibility studi Biaya studi AMDAL Biaya studi transpotasi
c. Biaya Investasi Pengembangan (Development), yang terdiri atas : Biaya konstruksi infrastruktur baru meliputi : jalan, kantor, perumahan, bengkel, gudang, stockpile, crushing plant, dn lain-lain. d. Biaya Investasi Penggantian (Replacement), yang terdiri : Biaya ganti rugi lahan e. Biaya Modal Kerja (Working Capital) Modal kerja (working capital) adalah dana yang dikeluarkan PT. Bharinto Ekatama sebagai akibat keharusan pemenuhan biaya operasi penambangan sebelum diproduksi dan dijualnya batubara. 10.1.2.5. Membuat Model Cash Flow Model analisis untuk mengkaji kelayakan finansial investasi proyek penambangan batubara di Lempenang adalah model aliran kas (cash flow) proyek investasi tersebut selama umur tambang (10 tahun). Aliran kas tersebut dikelompokan menjadi aliran kas pada titik awal proyek, selama tahap operasional dan pada titik akhir proyek. Dalam perhitungan aliran kas ini memasukkan juga faktor perhitungan depresiasi, amortisasi, pengembalian cicilan pokok dan bunga pinjaman dana investasi, faktor eskalasi, dan lain-lain. 10.1.2.6. Menghitung Depresiasi dan Amortisasi Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun aliran kas tersebut adalah depresiasi dan amortisasi. Depresiasi dan amortisasi bukanlah pengeluaran kas tetapi suatu metode perhitungan akutansi yang bermaksud membebankan biaya perolehan aset berwujud dan aset tidak berwujud dengan menyebarkannya selama periode tertentu, dimana aset tersebut masih berfungsi. Menurut peraturan, depresiasi dan amortisasi dianggap sebagai pengeluaran yang dapat dipotong dari bagian yang akan dikenakan pajak. Untuk itu, maka perlu diupayakan untuk mendepresiasikan aset dalam periode sesingkat mungkin dalam batas-batas yang diijinkan oleh p[eraturan yang ada. Dengan upaya itu, maka akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar pada tahun-tahun awal operasi, sehingga dapat meningkatkan aliran kas masuk dan
mempercepat pengembalian (recovery) aset.
biaya perolehan
Dri beberapa metode depresiasi yang ada, akan dipilih metode depresiasi garis lurus (straight line depreciation) yang melakukan depresiasi merata sepanjang periode aset masih berfungsi. Dalam melakukan perhitungan depresiasi terlebih dahulu perlu diketahui hal-hal sebagai berikut : a. Basis atau Biaya Pertama Ini adalah nilai yang sesuai dengan prosedur pajak untuk suatu aset tertentu. Umumnya terdiri dari harga perolehan ditambah dengan pengeluaran yang dikapitalkan. Pengeluaran yang dikapitalkan misalnya : biaya pengangkutan dan pemasangan sampai siap pakai. b. Periode Recovery Periode recovery atau umur depresiasi adalah masa di mana aset diperkirakan masih dapat beroperasi pada tingkat efisiensi yang diharapkan. Setelah masa umur itu aset dihapuskan dalam perhitungan akutansi tetapi mungkin saja aset tersebut masih laku dijual di pasar c. Kecepatan atau Laju Depresiasi Berupa jumlah (dalam %) dari suatu aset yang harus didepresiasikan atau dikeluarkan dari nilai buku perusahaan per tahun. d. Nilai Sisa atau Salvage Value Adalah harga penjualan aset pada akhir umur depresiasi. Umumnya untuk memudahkan perhitungan nilai sisa dianggap = 0, tetapi bila kemudian aset pada akhir umur depresiasi masih laku terjual maka pajak penjualan yang bersangkutan harus diperhitungkan. Dalam beberapa hal, saat membuat perkiraan aliran kas diasumsikan bahwa aset tersebut pada saat dihapus ternyata masih memiliki nilai sisa (salvage value). Dalam hal ini aturan dasar yang menentukan nilai dan waktu depresiasi tidak berkurang dengan adanya perkiraan nilai sisa. Hanya saja perlu diperhatikan bila ternyata aset tersebut mempunyai realitas harga penjualan lebih tinggi dari nilai buku, maka selisihnya harus dikenakan pajak sesuai besarnya persentase (%) pajak pendapatan perusahaan tersebut. Namun bila harga penjualannya lebih rendah akan berakibat adanya penghematan pajak.
Dalam metode depresiasi garis lurus, bila nilai sisa dianggap = 0, maka depresiasi per tahun dari suatu aset dirumuskan sebagai berikut : Depresiasi = [Nilai depresiasi awal / Umur depresiasi (th)] = [(Biaya perolehan + Biaya pakai) / Umur depresiasi (th)] 10.1.2.7. Menyusun Kriteria Penilaian Finansial Kaidah pokok yang digunkan dalam perhitungan dan analisis finansial ini mengacu pada konsep ekuivalen, yang pada dasarnya memberikan bobot paramater waktu terhadap nilai uang yang diinvestasikan, seperti bunga (interest) dan laju pengembalian (rate of return). Pemahaman konsep ekuivalen ini perlukan sebelum lebih lanjut melakukan penyusunan kriteria penilaian finansial. Kriteria penilaian finansial merupakan alat bantu bagi manajemen untuk membandingkan dan memilih alternatif investasi yang akan dilakukan. Ada beberapa macam kriteria penilaian finansial yang dianggap baku, yang diantaranya memperhitungkan konsep ekuivalen seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR). Sedangkan kriteria penilaian yang tidak memperhitungkan konsep ekuivalen yang digunakan adalah metode periode pengembalian (Payback Period). a. Nilai Sekarang Bersih (NPV) Kriteria nilai sekarang bersih (net present value) didasarkan pada konsep mendiskonto seluruh aliran kas (cash flow) ke nilai sekarang (present value). Dengan mendiskonto semua aliran kas masuk (cash inflow) dan aliran kas keluar (cash outflow) selama umur proyek (investasi) ke nilai sekarang, kemudian menghitung nilai sekarang bersih dengan memakai dasar yang sama, yaitu harga saat ini. Dengan demikian dalam kriteria penilaian NPV memperhatikan dua hal sekaligus, yaitu faktor nilai waktu dari uang dan selisih besarnya aliran kas masuk dan kas keluar. Dengan kata lain NPV dapat menunjukan jumlah (lump-sum) dengan arus diskonto tertentu dan memberikan berapa besar nilai uang pada saat ini. Pada aliran kas proyek investasi penambangan batubara Lempenang dalam memperhitungkan NPV yang akan dikaji meliputi seluruh aspek penerimaan kas dan seluruh aspek pengeluaran kas, yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
(C)t
n
NPV
=
T=0
-------- (1+i)t
n
(Co)t
T=0
-------(1+i)t
Dimana : NPV (C)t (Co)t n i t
= = = = = =
nilai sekarang bersih aliran kas masuk tahun ke –t aliran kas keluar tahun ke-t umur investasi (tahun) arus pengembalian (rate of return) tahun
Dengan menggunakan kriteria penilaian NPV dalam analisis finansial ini akan diperoleh beberapa kelebihan : Telah memasukkan faktor nilai waktu dari uang Telah mempertimbangkan semua aspek aliran kas proyek Dilakukan perhitungan besaran absolut dan bukan relatif. b. Laju Pengembalian Internal (Internal Rate of Return / IRR) Merupakan kriteria penilaian lain yang digunakan dalam analisis finansial dengan tujuan untuk menjelaskan apakah rencana proyek investasi penambangan batubara di Lempenang cukup menarik bila dilihat dari laju pengembalian yang telah ditentukan. Laju pengembalian Internal adalah laju pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas masuk sama dengan NPV aliran kaskeluar. Pada metode NPV, analisis dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu besarnya laju pengembalian (diskonto(i)), kemudian dihitung nilai sekarang bersih (NPV) dari aliran kas keluar dan aliran kas masuk. Besarnya IRR atau laju pengembalian (diskonto (i)) yang dicari adalah yang memberikan kondisi NPV = 0. Pengertian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
n
T=0
(1+i)t
(C)t
n
-------- = (1+i)t T=0
(Co)t --------
Dimana , (C)t (Co)t i n t
= = = = =
aliran kas masuk pada tahun t aliran kas keluyar pada tahun t arus pengembalian (diskonto) umur investasi tahun
Karena aliran kas keluar proyek umunya merupakan biaya pertama (Cf) maka persamaaan di atas disederhanakan menjadi : n
T=0
(1+i)
(C)t -------- - (Cf) =
0
t
Dalam menganalisis investasi dengan IRR ini ditentukan aturan sebagai berikut : IRR > (lebih besar) daripada laju pengembalian (i) yang diinginkan (required rate of return-IRR), maka proyek investasi diterima. IRR < (lebih kecil) daripada laju pengembalian (i) yang diinginkan (required rate of return-IRR), maka proyek investasi ditolak. c. Payback Period (Periode Pengembalian) Yang dimaksud dengan periode pengembalian atau payback period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih (net). Aliran kas bersih adalah selisih pendapan (revenue) terhadap pengeluaran (expenses) per tahun. Periode pengembalian biasanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun. Dalam menganalisis periode pengembalian dapat juga kita masukkan faktor-faktor seperti modal kerja, depresiasi, dan atau pajak. Hal ini akan menghasilkan angka yang lebih realistis. Tetapi banyak pihak berpendapat bahwa langkah demikian akan mengurangi kesederhanaan dan kemudahan periode pengembalian sebagai alat analisis pendahuluan. Keuntungan dari metode pay-back period ini adalah : Sederhana, menghitungnya tidak sulit, dan memberikan pengertian yang mudah tentang waktu pengembalian modal (capital recovery)
Bagi proyek yang memiliki resiko makin lama makin tinggi, atau proyek yang peka terhadap masalah likuidasi pada masa awal investasi, dengan mengetahui kapan pengembalian modal selesai, akan amat membantu untuk memutuskan disetujui tidaknya proyek tersebut. Jadi berlaku seperti indeks bagi investor. Investasi yang menghasilkan produk dengan model yang relatif cepat berubah atau usang, perlu diketahui kapan dicapai periode pengembalian. Adapun keterbatasan dari metode ini adalah : Tidak memberikan gambaran bagaimana situasi aliran akas sesudah periode pengembalian selesai Tidak mempertimbangkan nilai waktu dari uang, berarti tidak mengikuti prinsip dassar analisis aspek ekonomifinansial dalam mengkaji kelayakan suatu proyek (investasi) Tidak memberikan indikasi profitabilitas dari unit usaha hasil proyek Meskipun banyak kelemahan, tetapi dalam kenyataannya periode pengembalian masih digunakan secara luas, terutama disebabkan oleh perhitungannya yang mudah dan cepat untuk menggali informasi perihal resiko, yang kebanyakan investor ingin segera mendapatkan jawabannya. Kriteria ini memberikan indikasi atau petunjuk bahwa proyek investasi dengan periode pengembalian yang lebih cepat akan lebih dipilih. Dalam memakai kriteria ini perusahaan yang bersangkutan perlu menentukan batasan maksimum waktu pengembalian, berarti lewat waktu tersebut proyek investasi tidak dipertimbangkan. Untuk pengambilan keputusan pada sebuah proyek investasi, dilakukan perbandingan antara payback period maksimum yang ditetapkan dengan payback period investasi yang akan dilaksanakan. Apabila payback period investasi yang akan dilaksanakanlebih singkat waktunya dibanding payback maksimum yang akan disyaratkan maka investasi itu akan dilaksankan, tetapi sebelumnya apabila lebih lama waktunya dibanding payback maksimum yang disyaratkan maka investasi itu akan ditolak. Dengan demikian dalam penyusunan penilaian analisis keuangan pada investasi proyek penambanngan batubara
di Lempenang, ditentukan kriteria penilaian sebagai berikut : Payback Period Net Present Value (NPV) Internal Rate of Return (IRR) d. Melakukan Analisis Kepekaan (Sensitivity Analysis) Kajian aspek teknis dan aspek pemasaran dalam studi kelayakan investasi proyek penambangan batubara di Lempenang, dibuat berdasarkan beberapa asumsi. Asumsi-asumsi ini disusun dengan mempertimbangkan banyaknya faktor ketidakpastian situasi dan kondisi di masa yang akan datang (10 tahun ke depan). Asumsi yang digunakan, dipilih dari alternatif-alternatif yang dianggap paling baik menurut data dan perhitungan yang ada. Analisis sensitifitas bertujuan untuk mengkaji sejauh mana perubahan paramater dalam aspek finansial-ekonomi berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Di sini akan terlihat, sesitif atau tidaknya keputusan yang diambil terhadap perubahan paramater tertentu. Bila paramater tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar, tetapi tidak berakibat terhadap keputusan, maka dikatakan keputusan itu tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Sebaliknya, bila terjadi perubahan kecil saja pada suatu paramater, dan ternyata mengakibatkan perubahan pad keputusan yang diambil, maka dikatakan keputusan tersebut sensitif terhdap paramater. Dengan memahami arti sensitifitas di atas, maka kita dapat memilih paramater-paramater mana yang perlu dilakukan analisis sensivitas sebelum diambil keputusan terakhir. 10.2. IMPLEMENTASI INVESTASI BHARINTO EKATAMA
DAN
ANALISIS
KEUANGAN
PT.
Perhitungan / analisis diambil dengan mendasarkan pada pokok-pokok sebagai berikut : -
Produksi dilakukan selama 10 tahun dengan 8 bulan masa konstruksi (development) Batubara yang diproduksi direncanakan sebesar 17.250.000 Ton untuk 10 tahun masa produksi dengan perincian : Tahun 1 : 750.000 Ton Tahun 2 : 1.000.000 Ton Tahun 3 : 1.500.000 Ton Tahun 4 – 10 : 2.000.000 Ton pertahun
-
(Pada Tahun 0 selama 4 bulan dilakukan “trial mine” sebesar 200.000 Ton) Sebesar 80 % pekerjaan tambang yang meliputi stripping, coal getting & hauling 101 km diserahkan ke kontraktor
10.2.1. Perhitungan Biaya Investasi Yang dimaksud dalam perhitungan biaya investasi adalah biayabiaya untuk investasi peraltan utama dan peralatan pendukung operasi penambangan dan pengolahan batubara, investasi selama kegiatan pra-penambangan, investasi untuk kegiatan pengembangan (development) dan investasi untuk penggantian (replacement), dan lain-lain. 10.2.1.1. Biaya Investasi Peralatan Perhitungan biaya dan jadwal investasi peralatan baik peralatan penambangan atau pengolahan didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain : Daftar kebutuhan peralatan (jumlah, spesifikasi teknis, dan waktu) disesuaikan dengan jadwal produksi batubara Jadwal pembelian peralatan sesuai dengan kebutuhan dengan mempertimbangkan umur alat masing-masing Jadwal penggunaan anggaran untuk pembelian peralatan berdasarkan harga perolehan Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di Lampiran F dan L. 10.2.1.2. Biaya Investasi Pembelian “Asset” Yang dimaksud dengan Biaya Investasi Pembelian Asset adalah biaya yang dikeluarkan untuk : Pembelian asset Biaya Lelang atas area PKP2B yang diselenggaran oleh Pemerintah. Lihat Lampiran L.1 – L.9. 10.2.1.3. Biaya Investasi Pra Penambangan Biaya investasi pra-penambangan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendukung kegiatan-kegiatan selama masa pra-penambangan daerah Lempenang. 10.2.1.4. Biaya Investasi Pengembangan (Development) Biaya investasi untuk pengembangan (development) adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pembangunan
infrastruktur tambang selama masa konstruksi di daerah Lempenang, yang mencakup : Pembangunan kantor tambang dan fasilitasnya (listrik,air, dan komunikasi, dll) Pembangunan bengkel dan Gudang dan fasilitasnya Pembangunan crushing/washing plant dan fasilitasnya Pembangunan perumahan karyawan dan fasilitasnya Pembangunan jalan, dll Perhitungan biaya investasi untuk pengembangan (development) selama masa konsttruksi didasarkan pada beberapa petimbangan, antara lain : Daftar kebutuhan infrastruktur dan fasilitasnya mencakup jumlah dan spesifikasi teknis (Lampiran L. 2) Jadwal pembangunan infrastruktur disesuaikan dengan jadwal dan rencana produksi batubara (Lampiran L.10 dan Lampiran Penjadwalan Aktivitas) Berdasarkan pertimbangan di atas maka rekapitulasi nilai investasi pengembangan (development) selama 10 tahun dapat dilihat pada Lampiran L.10. 10.2.1.5. Biaya Investasi Penggantian (Replacement) Biaya investasi untuk penggantian (replacement) adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan ganti rugi kepada daerah atau masyarakat karena pemakaian lahan dan atau tanaman yang ada di atasnya oleh PT. Bharinto Ekatama, yang mencakup biaya ganti rugi lahan dan tanam tumbuh di atasnya. Perhitungan biaya ganti rugi didasarkan pada peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah dan informasi yang diberikan PT. Bharinto Ekatama dengan mempertimbangkan, antara lain : jadwal penambangan atau pembukaan tambang disesuaikan dengan jadwal dan rencana produksi. Berdasarkan pertimbangan di atas maka nilai investasi ganti rugi yang dikeluarkan dapat dilihat pada Lampiran L.1. 10.2.2. Biaya Modal Kerja (Working Capital) Biaya modal kerja (working capital) adalah biaya yang harus disediakan PT. Bharinto Ekatama untuk memenuhi biaya produksi penambangan, sampai dengan masa perusahaan bisa memperoleh pendapatan dari hasil penjualan batubara sehingga mampu membiayai produksinya sendiri. Proyek penambangan batubara di Lempenang diperkirakan setelah selesai tahap pilot mine, yaitu
tahun pertama produksi (akhir 2002), PT. Bharinto Ekatama mampu memperoleh pendapatan dari penjualan produksi batubara dari Lempenang dan setelah itu mampu membiayai produksi proyek tambang batubara Lempenang. Berdasarkan pengertian di atas, maka modal kerja yang dibutuhkan untuk proyek Lempenang, dihitung dengan mempertimbangkan beberapa hal di bawah ini :
Upah Tenaga Kerja Tidak Tetap pada tahun pertama Biaya BBM Biaya Penggantian Ban Biaya Penggantian Suku Cadang, dll.
Dengan demikian rekapitulasi besarnya modal kerja yang dibutuhkan untuk proyek Lempenang dapat dilihat pada Lampiran L.19. . 10.2.3. Sumber Dana Kebijaksanaan Sumber Pendanaan yang ditentukan untuk proyek penambangan batubara di Lempenang, terdiri atas : Modal sendiri (Ekuitas) Hutang / pinjaman dari bank Perbandingan antara Ekuitas dan Hutang (E:H) diharapkan menghasilkan struktur modal yang optimal bagi pelaksanaan proyek Batubara Lempenang, dengan mempertimbangan kondisi perekonomian umumnya dan keuangan perusahaan saat ini. Di tengah kelesuan perekonomian nasional saat ini, akibat dampak dari jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, yang membawa pengaruh buruk pada berbagai kegiatan industri yang bergandung pada komponen impor, maka sektor-sektor yang menjadi andalan bagi Pemerintah adalah pemanfaatan sumber daya alam, seperti pertanian dengan komoditi kelapa sawit, tambak udang dan lain-lain ; serta pertambangan dengan komoditi minyak dan gas, batubara, emas, nikel dan sebagainya. Melalui sektorsektor tersebut, Pemerintah masih dapat berharap agar para investor asing masih berminat untuk mananamkan modalnya ke dalam negeri. Dengan mempertimbangkan keberadaan PT. Bharinto Ekatama, sebagai salah satu kontraktor batubara yang telah mampu melakukan kegiatan produksi dan kegiatan pemasaran bahkan telah menembus pasar eksport, maka dengan mempertimbangkan kondisi kurs dollar yang sangat menguntungkan bagi kegiatankegiatan yang berorientasi ekspor, ditambah dengan kebijakankebijakan Pemerintah untuk mendoronng dan mendukung kegiatan
ekspor, maka diperkirakan akan banyak investor yang berminat untuk menanamkan modalnya pada kegiatan investasi proyek batubara. Hutang atau pinjaman modal untuk proyek investasi itu masih dapat diharapkan berasal dari salah satu bank yang sehat, ditengah keberadaan banyak bank yang ambruk. Peminjaman modal dari bank ini akan dilakukan setiap tahap investasi selama umur tambang yang lamanya 10 tahun. Kredit investasi yang dipinjam pada setiap tahap tersebut akan digunakan selama jangka waktu sekitar 5 tahun (masa penggunaan kredit investasi), dan bank membebankan bunga pinjaman sebesar 9 % per tahun dan bersifat tetap. Pembayaran kembali hutang pokok berikut bunga diatur sebagai berikut : Kredit investasi bank yang diambil pada setiap tahap investasi (per 5 tahun) akan dikembalikan dalam jangka waktu 4 tahunan, mulai tahun pertama setelah masa peminjaman; kecuali pada tahap investasi pertama (lima tahun pertama). Pada tahap ini diharapkan diberikan grace period selama sekitar 1 tahun karena harus mengerjakan tahap konstruksi dan penambangan percobaan Jumlah angsuran pokok bersifat tetap, dengan bunga diperhitungkan dari sisa pokok (jumlah angsuran menurun sesuai dengan waktu atau tergantung dari negosiasi). 10.2.4. Analisis Kelayakan 10.2.4.1. Biaya Produksi Biaya produksi (production cost) adalah besarnya dana yang harus dikeluarkan PT. Bharinto Ekatama untuk membiayai semua kegiatan operasi dalam rangka meproduksi batubara bersih hingga siap untuk dijual. Biaya produksi ini mencakup biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung digunakan untuk membiayai semua kegiatan yang langsung berhubungan dengan operasi untuk menghasilkan produk batubara, sedangkan biaya tidak langsung digunakan untuk membiayai semua kegiatan yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi batubara bersih ini akan mencakup biaya operasi penambangan, biaya operasi pengolahan dan biaya pemuatan ke tongkang. Khususnya dalam Biaya Operasi Penambangan akan didapat biaya-biaya yang terdiri dari : Biaya pembersihan lahan
Biaya penggalian dan pemindahan tanah Biaya penggalian dan pemindahan batubara Biaya operasi pendukung penambngan (mine support) Biaya overhead operasi penambangnan
Untuk menghitung biaya operasi penambangan pada satu periode produksi maka beberapa yang menjadi pertimbangan adalah : Target produksi yang direncanakan (ton produksi batubara dan BCM tanah) Peralatan utama penambanganyang dioperasikan (jenis, spesifikasi teknis, jumlah, jam kerja operasi, nilai ekonomis alat) Peralatan pendukung penambangan yang dioperasikan (jenis, spesifikasi teknis, jumlah, jam kerja operasi, nilai ekonomis alat) SDM untuk melakukan operasi (kualifikasi, jumlah, standar gaji) Pengaruh faktor ekskalasi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, maka biaya operasi penambangan dihitung dengan pendekatan sebagai berikut : Mining cost yang terdiri dari Stripping Cost, Getting Coal Cost, Coal Processing Cost, Coal Hauling Cost, dan Mine Support Operating Cost termasuk dengan biaya kontraktor (Lampiran L.13) Operating Cost = operating cost alat + Upah Tenaga Kerja Operating Cost alat merupakan fungsi dari beberapa paramater, antara lain : biaya perawatan dan perbaikan alat, pemakaian bahan bakar, pelumas, filter, penggantian ban, pemakaian suku cadang, dan asuransi (lihat Lampiran Operating Cost alat) Upah Tenaga Kerja mengacu kepada standar gaji / upah tenaga kerja langsung. Dengan melakukan pendekatan seperti di atas maka diperoleh Biaya Produksi (Production Cost) (lihat Lampiran L.13) 10.2.4.2. Biaya Umum dan Administrasi Biaya umum dan administrasi adalah besarnya dana yang harus dikeluarkan PT. Bharinto Ekatama untuk membiayai semua kegiatan di luar operasi produksi. Biaya umum dan
administrasi ini mencakup biaya untuk penyelenggaraan kegiatan-kegiatan :
Administrasi perkantoran (kantor pusat, kantor unit) Administrasi personil (gaji, perjalanan dinas, makan) Administrasi pemeliharaan infrastruktur Administrasi pemasaran Iuaran Pajak dan pungutan, dan lain-lain.
Biaya Administrasi Umum yang dikeluarkan tiap tahun oleh PT. Bharinto Ekatama dapat dilihat pada Lampiran L.13. . 10.2.4.3. Pendapatan Penjualan Pendapatan penjualan (sales revenue) pada suatu periode adalah besarnya dana yang diterima PT. Bharinto Ekatama dari hasil penjualan batubara bersih pada periode itu berdasarkan harga pasar yang berlaku saat ini. Untuk melakukan perhitungan pendapatan penjualan PT. Bharinto Ekatama dilakukan beberapa pendekatan : Harga jual batubara selama umur tambang, dengan mempertimbangkan situasi pasar batubara dan perekonomian yang ada diperkirakan US $ 27 per tonnya (FOB). Selama 10 tahun sejak masa produksi, harga jual mengalami ekskalasi dengan kondisi US$ 27 / ton untuk tahun 1 /d. 3, US$ 28 untuk tahun 4 s/d. 7 dan US$ 29 untuk tahun 8 s/d. 10. Berdasarkan beberapa pendekatan tersebut, maka pendapatan penjualan selama 10 tahun masa produksi dapat dilihat pada Lampiran L.21. 10.2.4.4. Pembayaran Royalti kepada Pemerintah Kewajiban PT. Bharinto Ekatama membayar royalti kepada Pemerintah sebesar 13,5 % dari hasil produksinya, secara tunai atas harga FOB (free on board) atau harga setempat (at sale point) pada fasilitas muat akhir yang dimiliki PT. Bharinto Ekatama di lokasi pengapalan. Penyerahan royalti kepada Pemerintah tersebut merupakan bentuk partisipasi PT. Bharinto Ekatama kepada negara, yang selanjutnya akan digunakan oleh Pemerintah untuk : Biaya pengembangan batubara Biaya investasi sumber daya batubara Biaya pengawasan pengelolaan keselamatan kerja pertambangan
lingkungan
dan
Pembayaran iuran eksplorasi dan iuran eskploitasi (royalti) yang ditetapkan oleh SK.M.PE No. 1166K/844/M.PE/1992 dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap royalti. 10.2.4.5. Depresiasi dan Amortisasi Depresiasi dan amortisasi bukanlah pengeluaran kas, tetapi suatu metode perhitungan akutansi yang bermaksud membebankan biaya perolehan aktiva tetap atau aset berwujud dan aset tidak berwujud, dengan menyebar selama periode tertentu, dimana aset tersebut masih berfungsi. Dalam perhitunngan depresiasi dipergunakan beberapa pendekatan : Metode depresiasi garis lurus (straight line depreciation) akan dipilih sebagai dasar perhitungan depresiasi, yang merupakan depresiasi merata sepanjang periode aset masih berfungsi Basis atau harga utama yang digunakan sebagai dasar didepresiasikan adalah harga perolehan ditambah biaya pengangkutan dan pemesangan alat sampai siap pakai Umur depresiasi alat atau periode recovery dari alat yang dideprisiasikan, bervariasi tergantung dari jenis alat Sampai dengan akhir umur alat, setiap aset didepresiasikan sdampai nilai depresiasi tertentu Berdasarkan hal tersebut, maka besarnya dan amortisasi selama masa produksi dapat dilihat pada Lampiran L.16. 10.2.4.6. Pajak dan Iuran Sesuai dengan ketetapan dan ketentuan Pemerintah kepada PT. Bharinto Ekatama selaku kontraktor batubara, maka PT. Bharinto Ekatama berkewajiban membayar pajak kepada Pemerintah. Kewajiban-kewajiban pajak yang harus dipenuhi oleh PT. Bharinto Ekatama meliputi : a. Iuran Tetap untuk Wilayah KP PT. Bharinto Ekatama harus membayar dalam rupiah (Rp.) atau dalam satuan mata uang lain (misalnya : US $) yang telah disetujui bersama sejumlah uang sebagai iuran tetap setiap tahunnya yang akan dihitung menurut jumlah hektar yang termasuk dalam wilayah PKP2B, yaitu sekitar 500 Ha. Besarnya iuran tetap yang harus dibayarkan PT. Bharinto Ekatama mengacu pada ketentuan yang ditetapkan Pemerintah. b. Iuran Eksploitasi / Produksi ataupun Iuran lainnya
Masih ada beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan dalam hal iuran ataupun pajak lain seperti Sumbangan Daerah, PBB dan sumbangan-sumbangan lainnya yang tidak bisa diperinci satu-persatu di laporan ini. c. Pajak Penghasilan Perusahaan Kewajiban PT. Bharinto Ekatama harus membayar pajak penghasilan atas penghasilan yang diterimanya. Penghasilan ini adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterimanya, baik berasal dari dalam negeri ataupun luar negeri, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Besarnya pajak penghasilan yang dibayarkan oleh PT. Bharinto Ekatama mengacu pada ketentuan Pemerintah sebagai berikut : 10 % untuk penghasilan kena pajak sampai dengan Rp 50.000.000 15 % untuk penghasilan kena pajak lebih dari Rp. 50.000.001 sampai dengan Rp 100.000.000 30 % untuk penghasilan kena pajak lebih dari Rp 100.000.001 Besarnya penghasilan kena pajak dari PT. Bharinto Ekatama untuk proyek Lempenang dapat dilihat pada Lampiran L.23. d. Bea Masuk Atas Barang Import Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI No. 135/KMK.05/2000 tertanggal 1 Mei 2000 yang disempurnakan dengan No. 28/KMK.05/2001 tertanggal 26 Januari 2001 maka PT. Bharinto Ekatama bisa mendapatkan keringanan pada kewajiban pembayaran bea masuk atas impor barang-barang modal, dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan fasilitas kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) . e. Pajak Bumi dan Bangunan PT. Bharinto Ekatama harus membayar dalam rupiah (Rp.) atau dalam satuan mata uang lain (misalnya : US $) yang telah disetujui bersama sejumlah uang sebagai pajak bumi dan bangunan (PBB) setiap tahunnya yang akan dihitung untuk wilayah PKP2B, dan pemanfaatan tanah dan bangunan dimana PT. Bharinto Ekatama mendirikan fasilitas operasi penambangan.
Besarnya PBB yang yang harus dibayarkan PT. Bharinto Ekatama mengacu pada ketentuan yang ditetapkan Pemerintah sebagai berikut : Pada tahap pra-produksi (penyelidikan umum, eksplorasi, kajian kelayakan dan konstruksi) dengan tarif yang jumlahnya sama dengan jumlah iuran tetap. Pada tahap operasi / produksi dengan tarif yang jumlahnya sama dengan iuran tetap ditambah suatu jumlah yang besarnya sama dengan 0,5 % x 30 % dari penerimaan kotor hasil operasi penambangan. f. Bea, Pungutan dan Pajak daerah Kewajiaban PT. Bharinto Ekatama harus membayar pungutan-pungutan, pajak-pajak, pembebananpembebanan dan bea-bea yang dikenakan oleh Pemerintah Daerah yang disetujui oleh Pemerintah Pusat sesuai dengan Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan yang berlaku dengan tarif dan dihitung sedemikian rupa sehingga tidak lebih besar dari jumlah yang dihitung berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan- Peraturan yang berlaku. 10.2.4.7. Aliran Kas (Cash Flow) Pengertian kas dalam rencana investasi proyek Lempenang bagi PT. Bharinto Ekatama adalah nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan yang dalam jangka dekat dapat dipakai sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial dan mempunyai sifat paling tinggi tingkat likuiditasnya. Kas bagi kepentingan proyek Lempenang dan ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan : Pembiayaan proses produksi batubara bersih Pembaharuan barang-barang aktiva tetap pada kegiatan investasi Pembayaran cicilan dan bunga pinjaman, aneka pajak, iuran, pungutan, dan lain-lain. Selama umur investasi proyek Lempenang (± 10 tahun) akan terjadi aliran kas (cash flow) bagi PT. Bharinto Ekatama. Aliran kas ini akan terdiri dari aliran kas masuk (cash inflow) dan aliran kas keluar (cash outflow). Besarnya aliran kas masuk ini bagi PT. Bharinto Ekatama akan sangat ditentukan oleh beberapa faktor di bawah ini : (lihat Lampiran L.22) Laba bersih yang diterima perusahaan baik untung atau rugi Pinjaman utang dari bank untuk investasi
Penanaman modal investasi dari perusahaan sendiri (bila ada atau dari pemegang saham), dan lain-lain Sedangkan laba bersih yang diterima perusahaan merupakan fungsi dari pendapatan yang diterima dan biaya yang harus dikeluarkan PT. Bharinto Ekatama pada kegiatan produksi batubara bersih. Selisih pendapatan dan biaya tersebut adalah laba bagi perusahaan (lihat Lampiran L.22) Komponen-komponen yang menentukan pendapatan dari perusahaan antara lain : Nilai penjualan batubara bersih perusahaan Nilai pendapatan bunga atas simpanan di bank Sedangkan komponen-komponen yang menentukan biaya dari perusahaan antara lain :
Biaya produksi batubara bersih sampai siap dijual Biaya umum dan administrasi Pembayaran bunga pinjaman ke bank Pembayaran pajak, iuran, dan biaya-biaya lain
Besarnya aliran kas keluar dipengaruhi oleh beberapa komponen di bawah ini (lihat Lampiran L.22) : Pembayaran untuk biaya investasi dan modal kerja Pembayaran cicilan pokok atas pinjaman ke bank Pembeyaran kembali investasi dari perusahaan sendiri, dan lain-lain. Selama masa umur investasi (10 tahun), dalam aliran kas proyek Lempenang dalam setiap tahunnya akan ditemukan salah satu dari 2 (dua) macam kondisi, yaitu kondisi dimana aliran kas masuk lebih besar dari pada aliran kas keluar, sehingga akan terjadi saldo kas (proceeds), dan kondisi dimana aliran kas masuk lebih kecil dari pada aliran kas keluar sehingga akan terjadi kekurangan kas (defisit kas). 10.2.4.8. Perhitungan Kriteria Penilaian Finansial a. Net Present Value (NPV) Urutan yang dilakukan dalam perhitungan NPV dalam proyek Lempenang adalah sebagai berikut : Menghitung jumlah nilai sekarang bersih (present value) dari aliran kas proyek Lempenang selama 10
(sepuluh) tahun dan modal kerja pada tingkat diskonto (discount rate) yang ditetapkan yaitu 9 %. Menghitung jumlah nilai sekarang bersih dari biaya investasi perusahaan selama 10 (sepuluh) tahun dan modal kerja pada tingkat diskonto yang ditetapkan yaitu 9 %. Hasil perhitungan ini disebut present value dari initial outlays (PV of Initial Outlays). Menghitung selisih antara PV of proceeds dengan PV of Intial Outlays yang hasilnya disebut nilai sekarang bersih atau Net Present Value (NPV) dimana di perhitungan didapat sebesar US$ 29.385.213,85.. Laju pengembalian internal adalah laju pengembalian NPV aliran kas masuk akan sama dengan NPV aliran kas keluar. Penentuan laju pengembalian internal atau IRR ini dilakukan dengan metode coba-coba (trial and error). Pada metode NPV analisis dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu besarnya laju pengembalian (diskonto (i)) kemudian dihitung nilai sekarang bersih (NPV) dari aliran kas keluar dan aliran kas masuk. Besarnya IRR atau laju pengembalian (diskonto (i)) yang dicari adalah yang memberikan kondisi NPV = 0 Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, lihat Lampiran L..25), laju pengembalian internal (IRR) yang memberikan NPV = 0 adalah 35,49 %. Nilai laju pengembalian internal (IRR) sebesar 35.49 % ini memberikan gambaran bahwa : usulan investasi proyek penambangan batubara di Lempenang tahun 2002 – 2012 lebih menarik untuk dilakukan bila dibandingkan dengan kegiatan menyimpan modal di bank dengan laju pengembalian yang lebih kecil, sekitar 9 %. Artinya, menanam modal investasi di proyek Lempenang akan lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan menaman modal di bank. b. Waktu Pengembalian Modal (Payback Period) Waktu Pengembalian Modal (payback Period) menunjukan periode waktu yang digunakan untuk menutup kembali modal yang telah diinvestasikan dengan hasil yang akan diperoleh aliran kas bersih dari investasi tersebut. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, lihat Lampiran L.26 dan L.27, menunjukan nilai sekarang bersih dari modal yang diinvestasikan termasuk modal kerja adalah sebesar US $ 27.259.157,48. Berdasarkan
perhitungan jumlah nilai sekarang bersih terhadap aliran kas bersih dari kegiatan investasi, ditentukan bahwa sampai dengan umur investasi 5 tahun (dibulatkan), proyek ini akan dapat mengembalikan seluruh modal investasi yang telah digunakan tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usulan proyek investasi penambangan batubara di Lempenang yang akan dilakukan selama 10 (sepuluh) tahun dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2012 memiliki masa payback period sebesar 4 tahun 6 bulan. Dengan mempertimbangkan masa payback period maksimum yang didapat, maka usulan investasi proyek penambangan Lempenang dapat diterima. 10.2.4.9. Analisis Kepekaan Dalam analisis kepekaan akan dikaji sejauh mana perubahan peramater biaya produksi dan harga jual batubara akan berpengaruh terhadap penilaian kelayakan yang dilakukan. Dalam hal ini akan dievaluasi sensitif atau tidaknya penilaian kelayakan yang sudah diputuskan terhadap perubahan paramater biaya produksi dan harga jual batubara. Parameter tambahan yang digunakan selain kedua parameter di atas adalah perubahan nilai tukar Rupiah (Rp) terhadap Dollar (US$) – dengan asumsi biaya operasional tidak mengalami perubahan. Sedangkan tahapannya ditentukan dengan tahapan 100% Ekspor, tahapan 90% ekspor dan 10% domestik, tahapan 80% ekspor dan 20% domestik serta tahapan 75% ekspor dan 25% domestik. a. Analisis Kepekaan dengan Paramater Biaya Produksi, Penurunan Harga Jual dan Perubahan Nilai Tukar Uang Pada paramater biaya produksi akan dilakukan perubahan nilai secara variatif dengan memberikan nilai yang semakin meningkat (naik). Pada setiap kenaikan nilai biaya produksi akan dilakukan perhitungan kembali kriteria penilaian finansial seperti (NPV, IRR, Payback Period), dan hasilnya akan dijadikan dasar untuk mengevaluasi tingkat sensitifitas dari penilaian kelayakan. Pada saat kenaikkan biaya produksi dinilai sudah cukup sensitif terhadap keputusan penilaian kelayakan, maka pemberian harga kenaikan dihentikan. Begitu juga dilakukan perhitungan–perhitungan pada penurunan harga jual batubara dan perubahan nilai tukar uang US$ dengan Rupiah yang disertai dengan kriteria penilaian finansial pada setiap kenaikan dan penurunan. b. Resume Analisis Kepekaan
Berdasarkan hasil-hasil perhitungan analisis kepekaan yang telah dilakukan dengan variasi yang dibuat seperti di atas, maka rencana investasi untuk proyek penambangan batubara di Lempenang Tahun 2002 – 2012 dapat disimpulkan seperti pada Resume Analisis Aspek Finansial dan Analisis Sensitivitas/Kepekaan berikut ini. 10.2.5. Resume Analisis Kelayakan Berikut ini bisa dilihat beberapa hasil yang didapat dari perhitungan analisis kelayakan hingga sampai dengan analisis kepekaannya.