BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Menurut WHO (2008), efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di Negara - negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di Negara - negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus efusi pleura per 100.000 orang. Amerika serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri. Menurut Depkes RI ( 2006 ), kasus efusi pleura mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran napas lainnya. Tingginya angka kejadian efusi pleura disebabkan keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatan k esehatan sejak dini dan angka kematian akibat efusi pleura masih sering ditemukan faktor resiko terjadinya efusi pleura karena lingkungan yang tidak bersih, sanitasi yang kurang, ku rang, lingkungan yang padat penduduk, p enduduk, kondisi sosial ekonomi yang menurun, serta sarana dan prasarana kesehatan yang kurang dan kurangnya masyarakat tentang pengetahuan kesehatan. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa indonesia dalam suatu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat seperti yang dimaksud dalam pembukaan UUD 1945. Menurut World Health Organisation (WHO) Organisation (WHO) kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Sedangkan menurut UU No.23 tahun 1992 sehat merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Kesehatan merupakan salah satu tantangan global keperawatan profesional terutama pada masyarakat, salah satu penyakit yang sering ditemui pada masyarakat adalah penyakit pada saluran pernapasan salah satunya adalah efusi pleura. Efusi pleura merupakan pengumpulan cairan dalam ruang pleural yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, adalah proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Smeltzer&Bare, 2002). Pada kasus ini terjadi keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dalam pembuluh darah dan penimbunan eksudat disebabkan oleh peningkatan atau keganasan pleura dan akibat peningkatan permaebilitas kapiler atau gangguan absorbs getah bening. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenis tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya, transudat kadar protein rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah. (Syamsuhidayat dalam jurnal Naniek, 2016). 1
Di Indonesia, tuberkolosis paru adalah penyebab utama efusi pleura, disusul oleh keganasan. Distribusi berdasarkan jenis kelamin, efusi pleura di dapatkan lebih banyak pada wanita dari pada pria. Efusi pleura yang disebabkan oleh tuberkolosis paru lebih banyak dijumpai pada pria dari pada wanita. Umur terbanyak untuk efusi pleura karena tuberkolosis adalah 21-30 tahun (30,26%). Masalah
keperawatan
yang
umum
terjadi
pada
pasien
efusi
pleura
adalah
ketidakefektifan pola nafas, (NANDA, 2015:213). Ketidakefektifan pola nafas merupakan
inspirasi dan/ ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. Dampak yang akan timbul pada efusi pleura dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas adalah pola nafas abnormal (irama, frekuensi, kedalaman) tidak stabil, penuruan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi, penurunan kapasitas vital, dispneu, bradipneu bradipneu ( T. Heather Herdman, 2015). Penanganan efusi pleura berfokus pada pemenuhan kebutuhan oksigenasi yang maksimum. Oksigenasi yang maksimum juga di fokuskan untuk mencapai pertukaran gas yang adekuat, ventilasi yang adekuat, dan perfusi jaringan yang adekuat (Dugdale, 2014). Tindakan keperawatan juga berperan penting untuk menjamin ventilasi dan perfusi jaringan. Beberapa tindakan keperawatan yang utama untuk mengatasi masalah pernapasan pada pasien efusi pleura adalah pengkajian berupa monitor status pernapasan meliputi frekuensi pernapasan, auskultasi suara paru, monitor status mental, dispneu, sianosis dan saturasi oksigen (Wilkinson dan Ahern, 2005). Selain itu, tindakan keperawatan yang penting adalah positioning” positioning” yang bertujuan untuk meningkatkan ekspansi paru sehingga mengurangi sesak
“
(Dean, 2014). Pemilihan posisi untuk pasien dengan maslah pernapasan sangat penting untuk memfasilitasi pernapasan yang adekuat. Terdapat berbagai macam posisi tidur mulai dari supine, lateral, dan fowler. Masing-masing posisi memiliki indikasi yang berbeda-beda (Dean, 2014). Oleh karena itu, pemilihan posisi yang tepat sangat menentukan keberhasialan intervensi keperawatan yang dilakukan. Salah satu posisi yang paling sering digunakan pada pasien dengan masalah keperawatan pernapasan elevasi kepala (head up) yang dikenal sebagai posisi semi fowler/fowler (Haugen & Galura, 2012). Selain fowler dan semi fowler sebenernya banyak
sekali pilihan posisi tidur yang disarankan untuk menangani pasien-pasien dengan berbagai masalah pernapasan. Diantaranya adalah posisi supine, lateral, pronasi, pronasi, dan sebagainya (Dean, 2014). Namun, berdasarkan observasi penulis selama praktik posisi dominan pasien yag dirawat dengan masalah pernapasan adalah semi fowler hingga fowler (kepala ditinggikan 30-90 derajat). Penelitian Supandi, dkk (2008), juga menyatakan bahwa posisi Semi Fowler membuat oksigen didalam paru semakin meningkat sehingga memperingan kesukaran nafas. Posisi ini akan memaksimalkan pengembangan paru. Hal tersebut dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga oksigen delivery menjadi optimal. Sesak nafas akan berkurang dan akhirnya proses perbaikan kondisi pasien lebih cepat.
B. Batasan Masalah
Batasan masalah Asuhan keperawatan Pada Pasien Efusi Pleura Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Pola Nafas di RSUD H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung C. Rumusan Masalah
Bagaimanakah
Asuhan
keperawatan
pada
Pasien
Efusi
Pleura
dengan
Ketidakefektifan Pola Nafas di RSUD H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2018? D. Tujuan
1. Tujuan umum Melaksanakan
Asuhan
keperawatan
pada
pasien
Efusi
Pleura
ketidakefektifan pola nafas di RSUD H. Abdul Abdul Moeloek Provinsi Lampung 2. Tujuan Khusus
dengan
a. Mengidentifikasi perubahan pola nafas sebelum dilakukan pemberian posisi semi fowler b. Melakukan tindakan keperwatan pemberian posisi semi fowler kepada pasien dengan ketidakefektifan pola nafas c. Mengidentifikasi perubahan pola nafas setelah dilakukan pemberian posisi semi fowler E. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis Manfaat proposal karya tulis ilmiah ini adalah sebagai pengembangan ilmu keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pasie yang mengalami Efusi Pleura dengan masalah Ketidakefektifan pola nafas 2. Manfaat Praktis a. Bagi Perawat Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan tentang pencegahan dan penanggulangan masalah ketidak efektifan pola nafas. b. Bagi rumah sakit Hasil penelitian di harapkan dapat digunakan sebagai dasar acuan peningkatan program yang sudah berjalan dan memberikan informasi serta di jadikan acuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan perawatan terhadap perubahan pola nafas. c. Bagi instuti pendidikan
Hasil penelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai bahan acuan pengembangan kurikulum keperawatan khusus nya n ya medical bedah di STIKes Muhammadiyah pringsewu. d. Bagi Klien Hasil penelitian ini d harapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan cara perawatan di rumah tentang Efusi Pleura P leura dengan den gan Masalah ketidakefektifan pola nafas.