ASPEK ONTOLOGIS ILMU KEOLAHRAGAAN ASPEK-ASPEK ONTOLOGIS ILMU KEOLAHRAGAAN Made Pramono1 ABSTRACT
At the acknowledged risk of oversimplification, the term ontology is used here to indicate the investigatio investigation n of the nature of Sport Science. “Sport Science” Science” is the name for the scientific scientific work and its result related related to a very complex complex social subsystem subsystem called sport. This phenomenon phenomenon is very diversified diversified,, has many faces, and has to be seen in a multidimensiona multidimensionall way. Sport Science, Science, therefore, therefore, must be described described and ustified as a scientific discipline. This is done by dealing with theoretical foundations. This research is intended to reflect and analyse the ontological aspect ! obect, scope, aim, and obective " which is one of the important aspect of this theoretical foundations, which in turn are a contribution to a #hilosophy of Sport Science. $ey words% ontological aspect, Sport Science
Ilmu Keolahragaan memiliki sejarah yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan ilmu-ilmu disipliner lain seperti filsafat, hukum, ekonomi, dan sebagainya. Bidang ilmu dibawahnyapun masih tergolong baru. Oleh karena karena itu, sangat penting penting bagi Ilmu Keolahra Keolahragaan gaan untuk membangu membangun n dasar-da dasar-dasar sar teoritis sebagai sebuah disiplin ilmiah. “Dasar“Dasar-dasa dasarr teoritis teoritis menunjukkan menunjukkan konsep konsep dasar, dasar, persoalan persoalan pokok, dan pembenar pembenaran an umum Ilmu Keolahra Keolahragaan gaan dengan dengan bantuan bantuan prosedur prosedur teoritis. “!eori atau “teoritis “teoritis berarti refleksi refleksi mendalam yang dikembangkan se"ara baik dalam standar-standar ilmiah. “Ilmu Keolahragaan adalah nama bagi wissenschaft yang hasilnya dihubungkan pada sub-sistem sosial yang sangat kompleks yang disebut “olahraga. #enomena olahraga sangat beragam, banyak memiliki wajah, dan dilihat dalam multidimensi, oleh karena itulah maka ilmu yang menguraikan masalah ini, yakni Ilmu Keolahragaan, juga memperlihatkan karakter yang amat kompleks. “Disiplin ilmiah menunjukkan satu "abang dalam bidang luas dunia ilmu. $engembangan historis ilmu se"ara umum dapat dikarakteristikkan sebagai proses diferensiasi dan spesifikasi konstan. %adi, banyak disiplin ilmiah yang eksis sekarang ini yang kelak akan lebih banyak lagi, karena proses diferensiasi menjadi suatu proses yang kontinu &'aag, ())*+ (. esuatu yang sangat penting dan /ital bagi Ilmu Keolahragaan - seperti halnya ilmu-ilmu lain seperti ilmu politik, kedokteran, sastra dan lain-lain - adalah bahwa Ilmu keolahragaan menyajikan sistem penelitian ilmiah, ilmiah, pengajara pengajaran, n, latihan, latihan, dan integrasi integrasi konstruktif konstruktif ilmu-ilmu ilmu-ilmu lain di dalamnya. dalamnya. !entu saja, saja, dasar-das dasar-dasar ar teoritis-filsafati teoritis-filsafati harus sudah kokoh terbangun sebagai syarat untuk dapat disebut sebagai ilmu mandiri. #ilsafat, dalam hal ini dianggap memiliki tanggung jawab penting dalam mempersatukan berbagai kajian ilmu untuk dirumuskan se"ara padu dan mengakar menuju Ilmu Keolahragaan dalam tiga dimensi ilmiahnya &ontologi, epistemologi dan aksiologi yang kokoh dan sejajar dengan ilmu lain. 0ele/ansi filsafati ini pada gilirannya gilirannya mensyaratka mensyaratkan n pula komunikasi komunikasi lintas, inter, inter, dan multidisip multidisipliner liner ilmu-ilmu ilmu-ilmu terkait terkait dalam dalam upaya menjawab persoalan dan tantangan yang mun"ul dari fenomena keolahragaan. Dengan kata lain, proses timbal
1
balik yang sinergis antara khasanah keilmuan dan wilayah praksis mun"ul, dan menjadi tanggung jawab filsafat untuk mengkritisi, memetakan dan memadukan hal tersebut. #ilsafat Ilmu Keolahragaan, dengan titik tekan utama pada tiga dimensi keilmuan ini 1 ontologi, epistemologi, aksiologi 1 mengeksplorasi Ilmu Keolahragaan ini se"ara mengakar. Ilmu Keolahragaan adalah ilmu yang relatif baru dan memiliki sejarah lebih pendek daripada bidang bidang ilmu lain seperti filsafat, hukum, fisika, biologi dan lain-lain. Oleh karena itu, pendasaran teoritisfilsafati masih terus diupayakan, salah satunya melalui integrasi "abang-"abang Ilmu Keolahragaan &seperti psikologi olahraga, biomekanika olahraga dan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi tema kajian seperti nutrisi, se2, meditasi dan sebagainya. 3nali 3nalisis sis pada pada peneli penelitia tian n ini berupa berupaya ya membe memberik rikan an sumban sumbangan gan ke arah arah pemaha pemahaman man yang yang lebih lebih komprehensif dan intensif dalam membangun dasar-dasar teoritis Ilmu Keolahragaan sebagai suatu disiplin ilmiah. $embahasan aspek ontologis Ilmu Keolahragaan merupakan satu dari tiga pilar utama selain aspek epistemologi dan aksiologi. Ketiga pilar ini se"ara integratif harus dipahami oleh akademisi Ilmu Keolahragaan dalam rangka pengakuan yang lebih luas dan mendalam terhadap Ilmu Keolahragaan dari masyarakat ilmiah, dan juga juga sebaga sebagaii landas landasan an strate strategis gis pengem pengemban bangan gan dan inter interaks aksii lintas lintas,, inter inter,, dan multid multidisi isipli pliner ner Ilmu Ilmu Keolahragaan. $embahasan dari aspek ontologi berusaha menjawab persoalan apa objek studi Ilmu Keolahragaan yang dianggap unik dan tidak dikaji oleh disiplin ilmu lainnya. elain itu, perlu juga memetakan medan kajian Ilmu Keolahra Keolahragaan gaan sebagai suatu rin"ian objek formalnya formalnya,, serta serta pembahas pembahasan an tentang tentang maksud maksud dan sasaran sasaran Ilmu Keolahra Keolahragaan gaan yang merupakan merupakan persoala persoalan n atau fokus penting penting dalam membangun membangun dasar-das dasar-dasar ar teoritis teoritis Ilmu Keolahragaan dari aspek ontologi ini &KDI Keolahragaan, 4555+ 6, )7 'aag, ())*+ ). Objek Std! I"m Keo"a#ra$aan
Karakteristik dari objek studi Ilmu Keolahragaan adalah fenomena gerak manusia. #enomena gerak ini dalam konteks keolahragaan menjadi amat kompleks karena mengandung muatan biologis, psikologis, dan antropologis. Olahraga adalah bentuk perilaku gerak manusia yang spesifik. 3rah dan tujuan orang berolahraga termasuk waktu dan lokasi kegiatan dilaksanakan sedemikian beragam. Ini menunjukkan bahwa olahraga merupakan fenomena yang rele/an dengan kehidupan sosial dan ekspresi budaya, termasuk dalam hal ini ke"enderungan khas ideologi, profesi, organisasi, pendidikan dan sains. edangkan sifat uni/ersalitas menunjukkan keanekaragaman olahraga yang dipengaruhi oleh keragaman sosial budaya dan kondisi geografis yang spesifik &'aag, ())*+ ( #enomena olahraga hadir di masyarakat dan terkontrol di bawah restu nilai dan norma, di samping terikat langsung oleh kapasitas kemampuan biologik &0usli dan umardianto, 4555+ 4. 3rah kajian Ilmu Keolahragaan se"ara khusus adalah ilmu tentang manusia berkenaan dengan perilaku gerak insani yang diperagakan dalam adegan bermain, berolahraga dan berlatih &KDI Keolahragaan, Keolahragaan, 4555+ 8. Karena itu, esensi dari fokus studi Ilmu Keolahragaan adalah studi dan pendidikan manusia dalam gerak.
!egasnya, arah kajian Ilmu Keolahragaan adalah gerak manusia &human movement', sehingga objek formalnya adalah gerak manusia dalam rangka pembentukan &forming' dan pendidikan &KDI Keolahragaan, 4555+ 8. $erilaku gerak berlangsung dalam hubungan koordinasi yang amat kompleks namun teratur, "epat, dan halus dari fungsi-fungsi neuro-fisiologis-anatomis yang menyatu dengan fungsi psikologis, sesuai "iri-"iri biologis manusia yang mampu mampu memperbarui memperbarui energi dan melaksanakan melaksanakan daur ulang, mengatur diri sendiri, beradaptasi, serta kemampuan kemampuan mempertahankan mempertahankan keseimbangan keseimbangan atau homeostatis sebagai kata kun"i untuk bertahan hidup. !ernyata !ernyata gerak yang tampak dalam perilaku merupakan merupakan hasil keseluruhan sistem sistem yang sinkron dan menyatu antara jiwa dan badan yang membentuk satuan indi/idu sebagai pribadi. 9nsur fisik-biologis, biokimia, impuls syaraf syaraf elektronik menyatu dengan dengan unsur mental dan rohaniah. rohaniah. :anusia menggerakkan menggerakkan dirinya se"ara sadar melalui pengalaman badaniah sebagai medium men"apai tujuan tertentu. Dalam konteks pendidikan, khususnya pendidikan jasmani, jasmani, gerak manusia manusia inilah yang menjadi medan medan pergaulan yang bersifat bersifat mendidik antara peserta didik sebagai aktor, dan pendidik sebagai auctor , pengarah sekaligus fasilitator &0usli dan umardianto, 4555+ (-4. 'al tersebut selaras dengan pengertian olahraga itu sendiri yang dipahami sebagai proses pembinaan sekaligus pembentukan melalui perantaraan raga, akti/itas jasmani, atau pengalaman jasmaniah&body experience' dalam rangka menumbuhkembangkan potensi manusia se"ara menyeluruh menuju kesempurnaan.
%adi Ilmu Keolahragaan adalah pengetahuan yang sistematis dan terorganisir tentang fenomena keolahragaan yang dibangun melalui sistem penelitian ilmiah yang diperoleh dari medan-medan penyelidikan, di mana produk nyatanya tampak dalam batang tubuh pengetahuan Ilmu Keolahragaan &KDI Keolahragaan, 4555+ ;. Medan Kaj!an I"m Keo"a#ra$aan
#ungsi Ilmu Keolahragaan adalah mengkaji persoalan berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi dan mengungkapkan pengetahuan sebagai jawabannya se"ara ilmiah. Berkaitan dengan objek formalnya, maka medan pengkajian Ilmu Keolahragaan men"akup spektrum akti/itas pendidikan jasmani yang "ukup luas, yang meliputi+ &( bermain &play', &4 berolahraga &dalam arti sport & pendidikan jasmani dan kesehatan &physical and health education' , &* rekreasi &recreation and leisure', dan &< tari &dance'. 'al ini tampak jelas dari sisi
praktis atau layanan profesional profesional yang pada gilirannya gilirannya menjadi lahan subur bagi pengembangan pengembangan batang tubuh Ilmu Keolahragaan itu sendiri &KDI Keolahragaan, 4555+ ). a% Berma!n
%ohan 'ui=inga melihat permainan sebagai sumber dari bentuk-bentuk kultural paling penting, yang merentang sejak dari hal-hal yang menyenangkan, seperti seni, sampai ke hal-hal yang kurang menyenangkan dan kontro/ersial, seperti perang. Dalam karyanya (omo )udens &manusia sebagai makhluk bermain 1 yang menjadi tesis antropologis-filsafatinya, 'ui=inga &()<5+ (;-4( memaparkan memaparkan karakteristik bermain sebagai dorongan naluri, akti/itas bebas, dan pada anak merupakan kenis"ayaan sosiologis dan biologis. >iri l ain yang amat mendasar yakni kegiatan itu dilaksanakan se"ara suka rela, tanpa paksaan, dalam waktu luang. 'ui=inga menyebutkan juga "iri khusus permainan+ ini bukanlah kehidupan “nyata dan kebebasan mewarnai mewarnai akti/itas
tersebut. ?amun patut diingat bahwa sebenarnya 'ui=inga menegaskan permainan sebagai keberadaan yang “tak serius, tetapi di saat yang sama menyeret pemainnya untuk bermain intens atau habis-habisan &'ui=inga, &'ui=inga, ()<5+ 4(. 'ui=inga melihat bahwa bermain dan berolahraga merupakan kegiatan yang senantiasa ada dalam inti kebudayaan masyarakat, sejak primitif sampai modern &'ui=inga, dalam 'yland, ())5+ 4. :eskipun “tak serius, di dalam permainan terdapat nilai pendidikan, sehingga perlu dimanfaatkan sebagai upaya menuju pendewasaan melalui melalui pemberian rangsangan rangsangan yang bersifat menyeluruh, menyeluruh, meliputi aspek fisik, fisik, mental sosial, dan moral yang berguna pada pen"apaian pertumbuhan dan perkembangan se"ara normal dan wajar. !ujuan yang ingin di"apai tersirat di dalam kegiatan itu, suatu "iri yang membedakannya dengan akti/itas @bekerjaA &KDI Keolahragaan, 4555+ )-(5. b% O"a#ra$a (Sport) O"a#ra$a (Sport)
Istilah olahraga yang digunakan disini merupakan istilah generik, sehingga pengetahuannya tidak terbatas pada pengertian sempit olahraga olahraga prestasi-kompetitif-elit prestasi-kompetitif-elit untuk sementara sementara olahragawan olahragawan yang pelaksanaannya dikelola se"ara formal seperti la=im dijumpai pada "abang-"abang olahraga resmi, tetapi juga jenis-jenis akti/itas jasmani lainnya yang bersifat informal. Olahraga sebagai kata majemuk berasal dari kata olah dan raga. Olah artinya upaya untuk mengubah atau mematangkan, atau upaya untuk menyempurnakan. Bisa juga olah diinterpretasikan sebagai perubahan bunyi
istilah ulah, yang berarti perbuatan atau tindakan. edangkan raga berarti badan*fisik . Dengan demikian, se"ara etimologis singkat, olahraga berarti penyempurnaan atau akti/itas fisik. 3bdulkadir 3teng &dalam 'arsuki dan oewatini &ed., 455+ *< menganggap ran"u jika kata olahraga ini dipadankan dengan kata asing sport. :enurutnya, s port hanya hanya sebagian dari isi pengertian olahraga. Ia berasal dari bahasa Inggris Kuno disportare, yang berarti bersenang"senang bandingkan dengan 0usli dan umardianto &4555+ ( yang berpendapat bahwa istilah sport berasal dari kata disport, dan pertama kali mun"ul dalam kepustakaan pada tahun (5 yang berarti “sport, past time, recreation, and pleasure” C. $adanan sport yang yang lebih mendekati aslinya adalah seperti istilah sukan di :alaysia &Indonesia+ bersuka-sukaan &3bdulkadir, dalam 'arsuki dan oewatini &ed., 455+ *<.
:akna istilah olahraga memang selalu berubah sepanjang waktu, namun esensi pengertiannya mengandung tiga unsur pokok+ bermain, latihan fisik, dan kompetisi &0usli dan umardianto, 4555+ (-4. Dalam “De"laration of port, 9?>O mendefinisikan olahraga berikut ini, yang menyiratkan betapa luas kemungkinan "akupan makna olahraga+ Olahraga adalah setiap akti/itas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur alam, orang lain, ataupun diri sendiri &dalam 0usli dan umardianto, 4555+ 6. Definisi lain yang dirumuskan oleh Dewan ropa pada tahun ();5 yang berbunyi “Olahraga sebagai akti/itas spontan, bebas, dan dilaksanakan selama waktu luang merupakan interpretasi yang bersifat umum yang kemudian digunakan sebagai dasar bagi sport for all ! olahraga masal - yang dimulai di ropa tahun ()66,
dan 48 tahun kemudian Indonesia men"anangkan panji olahraga “memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat masyarakat &0usli dan umardianto, 4555+ 6. Berbagai definisi yang sudah ada tentang olahraga, bagaimanapun harus dilandasi suatu argumentasi yang konsisten. Istilah olahraga yang dipakai sebagai rujukan pengembangan Ilmu Keolahragaan adalah definisi yang bersifat umum, rumusan pedagog asal %erman, 'erbert 'aag yang memperoleh pengakuan internasional+ The world sport is not used in the narrow sense of athletics of competitive sport, rather it means the sum of physical activities of formal and informal nature reali+e mostly in sport discipliness but also in fundamental forms like calisthenics, fitness training, or aerobics &0usli dan umardianto, 4555+ 8.
Olahraga itu sendiri pada hakikatnya bersifat netral dan natural, namun masyarakatlah masyarakatlah yang kemudian membentuk dan memberi arti terhadapnya. esuai dengan fungsi dan tujuannya, olahraga dapat dirin"i sebagai berikut. (. Olahraga pendidikan adalah proses pembinaan menekankan penguasaan keterampilan dan ketangkasan berolahraga termasuk termasuk juga pembinaan nilai-nilai nilai-nilai kependidikan melalui pembekalan pembekalan pengalaman yang lengkap sehingga yang terjadi adalah proses sosialisasi melalui dan ke dalam olahraga. 4. Olahraga kesehatan adalah jenis kegiatan olahraga yang lebih menitikberatkan pada upaya men"apai tujuan kesehatan dan fitnes yang ter"akup dalam konsep well"being melalui melalui kegiatan olahraga. . Olahraga rekreatif adalah jenis kegiatan olahraga yang menekankan pen"apaian tujuan yang bersifat rekreatif atau manfaat dari aspek jasmaniah dan sosial-psikologis. *. Olahraga rehabilitatif adalah jenis kegiatan olahraga, atau latihan jasmani yang menekankan tujuan yang bersifat terapi atau aspek aspek psikis dari perilaku. <. Olahraga kompetitif adalah jenis kegiatan olahraga yang menitikberatkan peragaan performa dan pen"apaian prestasi maksimal maksimal yang biasanya dikelola oleh organisasi organisasi olahraga formal, formal, baik nasional maupun internasional &KDI Keolahragaan, 4555+ (5-((. Karena karakteristik olahraga semakin kompleks, selain mengandung muatan bio-psiko-sosio-kuturalantropologis dan juga teknologis &techno"sport' serta respon lingkungan &eco"sport', maka amat sukar menetapkan sebuah batasan. ?amun demikian dapat diidentifikasi "iri yang bersifat umum &common denominator' sebagai berikut+
(. olahraga merupakan subsistem dari bermain+ pelaksanaan se"ara sukareka tanpa paksaan7 4. olahraga berorientasi pada dimensi fisikal+ kegiatan itu merupakan peragaan keterampilan fisik7 . olahraga merupakan kegiatan riil, bukan ilusi atau imajinasi7
*. olahraga, terutama olahraga kompetitif, menekankan aspek performa dan prestasi sehingga di dalamnya terlibat unsur perjuangan, kesungguhan, dan faktor surprise sebagai lawan dari faktor untung-untungan sehingga performa itu di"apai melalui usaha pribadi7 <. olahraga berlangsung dalam suasana hubungan sosial dan bersifat kemanusiaan, bukan membangkitkan naluri rendah, bahkan justru membangun solidaritas7 6. olahraga harus bermuara pada upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan total &wellness' &KDI Keolahragaan, 4555+ ((-(4. e"ara e"ara khusus dan ontologis, ontologis, 0i"hard "ha"ht "ha"ht &());+ &());+ (46-(48 (46-(48 mengemuk mengemukakan akan konsepsinya konsepsinya tentang olahraga yang telah dimodifikasi dari pandangan-pandangan sang filsuf martir, ?iet=s"he, yang pada bagian ini dapat dijadikan a"uan tambahan pengembangan Ilmu Keolahragaan. (. Olahraga menjadi akti/itas psikosomatik yang lepas dan terbuka di mana pikiran, tubuh, dan perasaan seseorang terlibat se"ara serempak dalam berolahraga. 4. Olahraga memuat sifat kognitif dan utilitarian meskipun tidak dalam kodrat dasariahnya. Olahraga merupakan satu spesies permainan yang khas dalam hal struktur dan intensitasnya. * Olahraga meliputi pengolahan dan pengembangan ke"akapan, keahlian, dan sensiti/itas mental dan motorik, yang dapat diajarkan dan dipelajari, tetapi tak dapat direduksi pada formula-formula dan aturan-aturan mekanis. < Olahraga merupakan bagian fenomena sejarah dan budaya, dan bersifat sosial dan interpersonal. 6 Olahraga berpusat pada suatu jenis kompetisi, yang diilhami semangat “will to power” . 8 Olahraga memiliki kelenturan format perwujudan, namun sekaligus ketertiban tingkat keseriusan. 'asil in/estigasi filsafati "a"ht ini mengisyaratkan mengisyaratkan suatu keterbukaan ontologis olahraga, dipandang dari filsafat ilmu. 3rtinya, ekstensifikasi dan intensifikasi ilmiah dapat terjadi sampai pada interaksi yang bahkan re/olutif di tingkat ontologis, misalnya pergeseran objek studi. 3pabila di penelitian ini objek studi Ilmu Keolahragaan dibatasi pada fenomena gerak manusia, maka seiring perkembangan perkembangan teknologi olahraga dalam techno"sport , bisa jadi pengabsahan-pengabsahan pengabsahan-pengabsahan permainan yang sangat baru dengan instrumen teknologis
sebagai fokusnya, menghasilkan kesepakatan global tentang objek studi Ilmu Keolahragaan yang baru. Objek studi Ilmu Keolahragaan kemudian tidak hanya menyangkut gerak insani, namun juga prestasi piranti teknologi "iptaan “atlet, seperti yang dapat diamati pada perlombaan “!amiya di Indonesia akhir-akhir ini. &Bukankah se"ara awam dan harfiah, pemaknaan gerak insani tidak tepat bila digunakan pada olahraga "atur dan bridgeE. &% Pend!d!kan 'a(man! dan O"a#ra$a
$endidikan jasmani adalah proses sosialisasi melalui akti/itas jasmani, bermain danFatau olahraga yang bersifat selektif untuk untuk men"apai tujuan pendidikan pada umumnya. umumnya. :eskipun orientasi orientasi pembinaan tertuju pada pada aspek jasmani, namun demikian seluruh skenario adegan pergaulan yang bersifat mendidik juga tertuju pada aspek pengembangan kognitif dan afektif sehingga pendidikan jasmani merupakan inter/ensi sistematik yang bersifat total, men"akup men"akup pengembangan aspek fisik, fisik, mental, emosional, sosial sosial dan moral-spiritual moral-spiritual &KDI Keolahragaan, 4555+ (4. $erlu ditegaskan bahwa pendidikan jasmani pengertiannya bukan pendidikan terhadap jasmani, tetapi pendidikan melalui jasmani. e"ara definitif, ukintaka menterjemahkannya sebagai berikut. Gproses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, melalui akti/itas jasmani yang dikelola se"ara sistematik untuk menuju manusia Indonesia seutuhnya &ukintaka, dalam 'arsuki dan oewatini &ed., 455+ <. edangkan dalam kaitannya dengan pendidikan se"ara nasional, berdasarkan K :endikbud *(F9F();8, maka definisi pendidikan jasmani adalah+ Gmerupakan Gmerupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan meningkatkan indi/idu se"ara organik, neuromuskuler, intelektual, dan emosional melalui akti/itas fisik &3bdulkadir, dalam 'arsuki dan oewatini &ed., 455+ <. $endidikan kesehatan adalah proses pembinaan pola atau gaya hidup sehat sebagai keterpaduan pengetahuan, nilai, sikap dan perilaku perilaku nyata. !ujuan yang ingin di"apai di"apai adalah kesehatan total, bukan dalam dalam pengertian bebas dari "a"at, "a"at, tetapi sehat fisik, mental, mental, dan sosial, seperti ter"akup ter"akup dalam konsepwellness. 3ntara sakit dan sehat bukan sebagai sebuah dikotomi, tetapi sehat bergerak dalam gerak kontinuum, sehingga fungsi dari pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan seseorang &KDI Keolahragaan, 4555+ (4-(. d% Rekrea(!
0ekreasi adalah satu bentuk kegiatan suka rela dalam waktu luang, bukan akti/itas survival , yang diarahkan terutama dalam bentuk rekreasi aktif berupa akti/itas jasmani atau kegiatan berolahraga. $elaksanaannya harus sesuai dengan norma dan etika masyarakat. !ujuan yang ingin di"apai men"akup aspek pemulihan kelelahan, relaksasi, relaksasi, atau penanganan stress stress untuk menggairahkan menggairahkan hidup agar lebih produktif melalui melalui relati/itas energi dalam suasana kehidupan yang riang, tanpa tekanan dan merasa bahagia, di samping memperoleh pengakuan dari lingkungan sekitar melalui jalinan hubungan sosial &KDI Keolahragaan, 4555+ (. e% Tar!
!ari menunjukkan fenomena peragaan keterampilan ketangkasan, sehingga dari pengungkapan keterampilan gerak ia masuk ke tapal batas kegiatan olahraga. ?amun akti/itas jasmani tersebut lebih bernuansa persyaratan seni atau atau faktor estetika, meskipun meskipun tidak bisa dibantah bahwa bahwa dalam berolahraga berolahraga banyak sekali dijumpai unsur-unsur seni dan keindahan &KDI Keolahragaan, Keolahragaan, 4555+ (-(*.
Mak(d dan Sa(aran I"m Keo"a#ra$aan
$ertanyaan apa yang dikaji oleh suatu disiplin ilmu, merupakan pertanyaan mendasar mendasar yang dalam wilayah akademis filsafat ilmu ter"akup dalam ontologi ilmu &%ujun, 4554+ <. $ermasalahan $ermasalahan maksud dan sasaran dari apa yang dikaji ilmu tertentu, merupakan permasalahan permasalahan ontologis juga yang merupakan "erminan pertanyaan-pertanyaan pertanyaan-pertanyaan final “untuk apaE, atau “mengapaE. “mengapaE. Demikian Demikian juga dengan disiplin ilmu baru seperti seperti Ilmu Keolahragaan. mpat dimensi berikut ini menghasilkan sudut pandang berbeda serta wilayah yang luas dari aspek-aspek yang menyusun keseluruhan jawaban dari pertanyaan ontologis “apa fungsi Ilmu Keolahragaan ituE. :eskipun Ilmu Keolahragaan keberadaannya masih baru, sejarah Ilmu Keolahragaan atau ilmu akti/itas jasmani dapat dila"ak dila"ak ke awal-awal abad 45, tanpa tanpa mempertimbangkan mempertimbangkan interpretasi yang diberikan diberikan oleh para filsuf dan sarjana medis sebelum tahun ()55 &'aag, ())*+ 4. $embahasan empat dimensi dalam pertimbangan ontologis “maksud dan sasaran Ilmu Keolahragaan berikut ini merupakan pendasaran yang sederhana dan dipersingkat. a% )!men(! H!(tor!(
$ertimbangan historis menyajikan kerangka kerja luas dalam men"ari jawaban atau dapat menyumbang persepsi masa kini Ilmu Keolahragaan se"ara lebih baik. Bagaimanapun, kesalinghubungan masa lalu, masa kini, dan masa depan merupakan paradigma dasar berpikir yang tak dapat diabaikan+ mengetahui masa lalu, mengalami masa kini, membentuk masa depan. Herakan, permainan dan olahraga sebagai bagian budaya manusia memiliki sejarah yang menarik. >ara yang relatif relatif objektif objektif dalam mendapatkan mendapatkan data dalam perspekti perspektiff historis historis adalah menyampa menyampaikan ikan perhatian perhatian terhadap topik yang diberikan pada dokumen-dokumen kun"i. Dengan menganalisa hasil ini se"ara kronologis, ke"enderungan dan perkembangan dapat diikuti sampai situasi terkini &'aag, ())*+ 4<-48. b% )!men(! Kom*arat!+
$erspektif hori=ontal termasuk dalam dimensi komparatif7 Ini berhubungan dengan perbandingan persoalan dan memberi jawab dalam sedikitnya dua perbedaan latar belakang sosial-kultural atau negara-negara. Dengan menyimpulkan informasi dari sudut pandang banyak negara, berma"am-ma"am gagasan gagasan dan solusi dapat sangat meningkat. Keuntungan penggunaan pendekatan komparatif berlipat tiga+ (. lebih banyak informasi dan sistem yang diperoleh tentang negara yang berbeda7 4. pandangan 4. pandangan yang lebih baik ter"apai ter"apai dalam sistem sendiri7 sendiri7 . dihasilkan ide-ide untuk perbaikan situasiFsudut pandang sendiri &'aag, ())*+ 4*. Herakan, permainan, dan olahraga adalah hal yang menarik, karena merupakan pengalaman-pengalaman tindakan manusia yang terikat se"ara kultural dan tersedia dalam informasi yang ber/ariasi. $endekatan lintas kultural dan internasional se"ara kontinu men"apai nilai pentingnya, khususnya karena gerakan, permainan dan
olahraga sebagai ekspresi non-/erbal manusia pada dasarnya bersifat internasional. Oleh karena itu, studi-studi komparatif mungkin membantu men"apai jawaban yang solid dan benar terhadap pertanyaan yang diberikan+ “apa fungsi Ilmu Keolahragaan ituE. %awaban-jawaban ini tak terbatas pada sisi pandang satu negara. Karena gerakan, permainan dan olahraga merupakan fenomena internasional yang khas, tampaknya sangat berguna dan perlu untuk mengikuti internasionalitas internasionalitas ini dalam perspektif perspektif komparatif &'aag, &'aag, ())*+ 4). &% )!men(! S!ta(!ona",Stat( o
Dimensi Dimensi situasiona situasionall berarti, berarti, situasi situasi sekarang sekarang dianalisa sangat hati-hati hati-hati dalam rangka solusi solusi ilmiah ilmiah persoalan yang ada. Ini terutama terdiri dari analisis pustaka yang rele/an dengan Ilmu Keolahragaan dalam dekade terakhir. Bahkan jika proses perkembangan Ilmu Keolahragaan ke arah kemantapan penuh dan diakui disiplin akademis berada pada tingkat memuaskan, opini yang ada "ukup tersedia mengenai persoalan yang dihadapi. Bidang ilmiah yang baru dan sedang berkembang harus selalu didiskusikan dan ditinjau kembali metateorinya sendiri agar men"apai perkembangan besar dalam ranah ilmu pengetahuan. Oleh karenanya, dimensi situas situasion ional al menge mengenai nai pertan pertanyaa yaan n “apa “apa fungsi fungsi Ilmu Ilmu Keola Keolahra hragaa gaan n ituE ituE menja menjadi di pentin penting g untuk untuk dapat dapat dipertimbangkan. Dua parameter digunakan dalam dimensi situasional+ terminologi mengenai lembaga-lembaga Ilmu Keolahragaan dan perkembangan jurnal dan organisasi-organisasi Ilmu Keolahragaan pada le/el nasional dan internasional. !idak diragukan bahwa dimensi situasional harus dipertimbangkan sebagai dasar tindakan masa depan. atu kesalahan, jika sesuatu di masa lalu yang tetap konstan atau selalu berhubungan dengan apa yang disebut impian masa depan yang lebih baik, kehilangan kehilangan perspektif perspektif kekinian, situasi aktual dan kondisikondisikondisi konkret &'aag, ())*+ 4 dan (. Kesulitan yang langsung tampak pada eksplorasi pendasaran ontologis Ilmu keolahragaan dalam dimensi ini adalah sifatnya yang "enderung berpijak pada ruang dan waktu tertentu, sehingga pola uni/ersalitasnya harus terlebih dahulu melewati kompromi-kompromi keilmuan global. ejauh mana olahraga keindonesiaan ter"atat dalam kamus dimensi situasional, ditentukan oleh sosialisasi global informasi keolahragaan Indonesia. d% )!men(! Ma(a )e*an
Dimensi ini lebih merupakan sifat dasar hipotetis dan bukan bukti se"ara ilmiah. Bagaimanapun, ini merupakan tugas perguruan tinggi dan sarjana yang termasuk dalam kerja uni/ersitas untuk berpikir ke depan, untuk mengembangka mengembangkan n perspekti perspektiff dan untuk berkarya berkarya pada konsep masa depan, didasark didasarkan an pada susunan pengetahuan sejarah dan pemahaman pemahaman kekinian yang seimbang. seimbang. :eskipun demikian, adalah logisFsah untuk melihat masa depan dengan mana perspektif dimensi futuristik ini dikembangkan berkenaan dengan lima persoalan rele/ansi dasar perkembangan ke depan Ilmu Keolahragaan+ fenomena olahraga, internasionalitas, etika ilmu, metode penelitian, dan teori keilmuan. ebih jauh, proyeksi-proyeksi dibuat untuk tiga tingkat dasar penelitian Ilmu Keolahragaan, yakni fase penemuan, realisasi dan aplikasi, dengan mana proses penelitian mengikuti muatan logis ini. Oleh karena itu, dimensi futuristik dapat menyumbang, apa yang disebut Jillim"=ik, “Ilmu Keolahragaan interdisipliner 1 ilmu dalam pen"arian identitasnya &'aag, &'aag, ())*+ 4* dan *4.
o .ad!( I"m Keo"a#ra$aan/
!eori !eori ilmiah ilmiah Ilmu Keolahragaa Keolahragaan n dalam kaitannya kaitannya dengan dengan pemahama pemahaman n ilmiah ilmiah Ilmu Keolahragaan Keolahragaan sebagai aspek filsafat Ilmu Keolahragaan harus seimbang dan berkepastian. 'al ini terkait dengan konstruksi wa"an wa"anaa meta-t meta-teor eoritis itis yang yang perlu perlu bagi bagi bidang bidang keilm keilmuan uan baru baru sebaga sebagaima imana na Ilmu Ilmu Keola Keolahra hragaa gaan n ini. ini. Ilmu Ilmu Keolahragaan juga segera menjadi tantangan baru masyarakat post-industrial &Jatson, dalam 'aag, ())*+ 4(. :enurut :enurut Baur &dalam 'aag, 'aag, ())*+ 4(, konsepsikonsepsi-konse konsepsi psi pengemban pengembangan-te gan-teoriti oritiss baru &aspek &aspek interaksi, interaksi, transaksional, dan dialektika penting untuk perkembangan Ilmu Keolahragaan Keolahragaan ke depan. Keterbukaan wa"ana pengembangan keilmuan menuntut suasana ilmiah yang kondusif dan kompetitif. Di Indonesia, kelahiran Ilmu Keolahragaan sebagai ilmu yang mandiri di tahun ()); merupakan anugerah sekaligus peringatan dan tantangan bagi akademisi keolahragaan. $aradigma olahraga dengan “raga sebagai titik tekan praktek akademik di lapangan olahraga, harus diseimbangkan dengan karya-karya penelitian yang men"erminkan kualitas keilmuan modern. uasana ilmiah yang kondusif dan kompetitif, sekali lagi, menjadi mer"u suar dalam perjalanan masyarakat akademik Ilmu Keolahragaan menuju penerimaan yang ualified di masyarakat ilmiah internasional. )A0TAR PUSTAKA
3bdulkadir 3teng. 455. O"a#ra$a d! Seko"a#. dalam 'arsuki dan oewatini &ed.. #erkembangan -lahraga Terkini% $aian #ara #akar . %akarta+ 0ajaHrafindo 0ajaHrafindo $ersada. Theoretic tical al Foundat Foundation ion of Sport Sport Scienc Sciencee as a Scient Scientifi ificc Discip Discipline line:: Contri Contribut bution ion to a 'aag 'aag,, '. ())*. ())*. Theore Philosophy (Meta-Theory) of Sport Science. "hourdorf+ erlaag Karl 'offmann.
'ui=inga, %ohan. ()<5. Homo udens. ondon+ 0outledge L Kegan $aul. 'yland, D.3. ())5. Philosophy of Sport! ?ew Mork+ $aragon 'ouse. %ujun . uriasumantri. 4554. 0!"(a+at I"m Seba# Pen$antar Po*"er. %akarta+ inar 'arapan. Komisi Disiplin Ilmu Keolahragaan. 4555. I"m Keo"a#ra$aan dan Ren&ana Pen$emban$ann2a% %akarta+ D$DIK?3. 0usli . dan umardianto. 4555. 0!"(a+at O"a#ra$a% %akarta+ D$DIK?3. "ha"ht, 0i"hard. ());. "iet#sche and Sport . dalam nternational Studies and #hilosophy. /ol. 5. ?o. 6. hal. (4-(5. ukintaka. 455. 0!"(a+at Pend!d!kan 'a(man! Keber#a(!"an )!kja( Mendkn$ Keber#a(!"an O"a#ra$a% dalam 'arsuki 'arsuki dan oewatini oewatini &ed.. &ed.. #erkembangan -lahraga Terkini% $aian #ara #akar , %akarta+ 0ajaHrafindo 0ajaHrafindo $ersada.
http://sport-philosophy.blogspot.com/2011/04/aspek-ontologis-ilmukeolahragaan.html