TUGAS MAKALAH
Oleh : Kelompok 1 Juli Dwi Prasetyono Prasetyono
NPM 1306340300
Teti Rahmawati
NPM 1306346361
Siti Yuliharni
NPM 1306431551
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA SEPTEMBER 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan profesi keperawatan secara global merupakan hasil yang sangat penting bagi dunia kesehatan. Pada masa lalu, keperawatan dibidang pendidikan maupun di tatanan praktek keperawatan dilakukan lebih berdasarkan intuisi dan tradisi sehingga keperawatan dianggap hanya sebagai kiat tanpa komponen ilmiah dan landasan keilmuan yang kokoh. Salah
satu
bagian
keperawatan
yang
sedang
berkembang
adalah
keperawatan
komunitas. Keperawatan komunitas adalah bagian keperawatan yang terfokus pada proses peningkatan
kesehatan
klien
secara
holistik yang
terdiri
dari
individu,
keluarga,
masyarakat, dan komunitas. Dalam pelaksanaannya diperlukan suatu teori model yang dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas dan menjelaskan tentang tugas perawat di tatanan pelayanan komunitas. Ada berbagai macam teori yang dikenal di dunia keperawatan, dimana masing – masing teori saling melengkapi antara pendapat ahli keperawatan yang satu dengan yang lainnya. Model konsep dan teori Imogene King menggunakan pendekatan terbuka dalam hubungan interaksi yang konstan dengan lingkungan dengan konsepnya yang meliputi adanya sistem personal,sistem interpersonal dan sistem sosial yang saling berhubungan satu dengan yang lain, meliputi interaksi, persepsi, komunikasi, transaksi, peran, stress, tumbuh kembang, waktu dan ruang (Marriner, A. 1986). Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB di dunia. Pada tahun 2004 di Indonesia setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk (Depkes RI, 2007). Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membahas teori dan model keperawatan King sesuai dalam keperawatan komunitas yaitu kondisi pada lansia.
1.2. Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum
Mampu menganalisa teori Imogene king dihubungkan dengan agregat lansi a.
1.2.2.
Tujuan Khusus
1.
Mengetahui sejarah munculnya teori dan model keperawatan menurut Imogene King
2.
Memahami definisi teori dan model keperawatan menurut Imogene King
3.
Memahami konsep teori dan model keperawatan menurut Imogene king
4.
Memahami definisi lansia
5.
Memahami karakteristik perubahan yang terjadi pada lansia
6.
Menganalisa fenomena teori dan model keperawatan Imogene Kingterhadap lansia
7.
Menganalisa kelebihan dan kekurangan teori dan model keperawatan Imogene King
BAB II
KONSEP TEORI IMOGENE KING
2.1 Konsep Teori Imogene King 2.1.1
Sejarah Teori Imogene King
King mengungkapkan teori secara bertahap yang dimulai pada periode tahun 19611966, yaitu tentang “Konsep Umum dari Perilaku Manusia” (General Concepts of Human Behavior ). Ini merupakan konseptual yang dihasilkan melalui penelaahan literatur. Asumsi dasar King bahwa manusia seutuhnya meliputi sosial, perasaan, rasional, reaksi, kontrol, tujuan, orientasi kegiatan dan orientasi pada waktu. Pada tahun 1966- 1968, ia mengeluarkan artikel yang berjudul “Kerangka Kerja Konseptual Keperawatan” ( A Conceptual Framework for Nursing ). Selanjutnya pada tahun 1968-1972 King menyimpulkan teori keperawatan sebagai berikut: a.
Gambaran yang sistematis dari keperawatan adalah syarat mutlak untuk mengembangkan keperawatan.
b.
Pada periode 1971 ia mengatakan, perawat adalah individual dan professional tetapi keperawatan
belum
sebagai
ilmu.
Pada
tahun
1980-1981
mempublikasikan
teori
keperawatannya sebagai suatu sistem, konsep dan proses. Pada suatu pertemuan King mengatakan bahwa teori sistem dari ilmu perilaku mendukung pengembangan interaksi yang dinamis. King mengidentifikasi sistem yang dinamis dalam tiga sistem interaksi, yaitu: personal systems (individual), interpersonal systems (group) dan social systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem pelayanan kesehatan, dll) yang disebut dengan Dynamic Interacting Systems. Asumsi dasar King adalah jika tujuan keperawatan fokus terhadap pencapaian tujuan dari setiap individu dan kelompok serta suatu alasan yang dapat diterima, berarti hal ini merupakan suatu sistem yang terbuka dan pada akhirnya kerangka kerja konseptual harus diorganisir untuk menggabungkan ide-ide Berdasarkan kerangka kerja konseptual (conceptual framework)dan asumsi dasar tentang human being , King menggabungkannya menjadi teori pencapaian tujuan (theory of goal attainment ). Menurut King, sistem interaksi yang dinamis digambarkan sebagai proses interaksi manusia sebagai individu, kelompok dan masyarakat dengan lingkungannya sebagai sistem yang terbuka dan berorientasi pada pencapaian tujuan (Parker,2001).
2.1.2
Definisi Konsep Theory Goal Attainment
King mendefenisikan teorinya sebagai serangkaian konsep yang saling berhubungan dengan jelas dan dapat diamati dalam praktek keperawatan. Teori ini membangun tubuh ilmu pengetahuan keperawatan (Body of Knowledge.) Theory Goal Attainment (Pencapaian tujuan) menurut King adalah sistem interaksi yang dinamis dan digambarkan sebagai proses interaksi manusia sebagai individu, kelompok dan masyarakat dengan lingkungannya sebagai sistem yang terbuka dan berorientasi pada pencapaian tujuan, meliputi: interaksi, persepsi, komunikasi, transaksi, peran, stress, tumbuh kembang, waktu dan ruang (Marriner,A. 1986).
2.1.3
Model Konsep Theory Goal Attainment
Social system (society)
Interpersonal system (group)
Figure 1.1 King’s Conseptual system
Menurut King, personal system (individu) merupakan sistem terbuka yang meliputi persepsi (perception), diri (self), pertumbuhan dan perkembangan (growth and development), citra diri (body image), ruang (space), dan waktu (time). Interpersonal system (group) merupakan suatu hubungan antara perawat dan pasien yang meliputi interaksi, komunikasi, transaksi, peran dan stress. Social system (sosial) yang berarti bahwa sistem pembatas peran organisasi sosial, perilaku, dan praktik yang dikembangkan untuk memelihara nilai-nilai dan mekanisme pengaturan antara praktik dan aturan. Terdiri dari organisasi, otoritas, kekuasaan, status dan pengambilan keputusan. (George, 1995).
Melalui dasar sistem tersebut, maka King menganggap manusia merupakan individu yang reaktif yakni bereaksi terhadap situasi, orang dan objek. Manusia sebagai makhluk yang berorientasi terhadap waktu tidak lepas dari masa lalu dan sekarang yang dapat mempengaruhi masa depan dan sebagai makhluk sosial manusia akan hidup bersama orang lain yang akan selalu berinteraksi.(Parker,2001).
2.2 Konsep Lansia Penderita TB Paru 2.2.1
Definisi Lansia
Lansia (Lanjut Usia) adalah seseorang yang karena usianya, mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial yang mengakibatkan degenerasi fungsi. (UU Kesehatan No 23, 1992). Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai tubuh lainnya (Depkes RI, 2008).
2.2.2
Faktor Penyebab TB Paru pada Lansia
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kejadian
tuberkulosis
diantaranya: Faktor
ekonomi, keadaan sosial yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan karena ketidakmampuan dalam mengatasi masalah kesehatan. Status gizi, berdasarkan hasil penelitian kejadian tuberkulosis menunjukakan bahwa penyakit yang bergizi normal ditemukan kasus lebih kecil daripada status gizi kurang dan buruk. Status pendidikan, hasil penelitian mengatakan semakin rendah latar belakang pendidikan kecenderungan terjadi kasus tuberkulosis, hal ini faktor terpenting dari kejadian TB paru. Jenis kelamin,menurut WHO, sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang meninggal akibat TB paru. Umur, pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit TB Paru. (Depkes RI, 2008).
BAB III PEMBAHASAN
F ramework Theory Goal Attainment King pada agregat lansia dengan penyakit TB Paru. eedback
INPUT
Pencegahan Primer
1.
Health
1. atuhan
education
berobat
2.
lansia
Pelatihan
Kep
kader lansia
penderita
tentang TB Paru
TB paru
3.
meningkat
Modifikas
i lingkungan Pencegahan sekunder
1.
Deteksi
2.
Tin
gkat kesembuha
dini penderita TB
n penderita
paru
TB Paru
2.
Pengobata
bertambah
n(Directly
3.
Observed
ngkatan
Treatment
pengetahua
Strategy) DOTS
n, skill dan
Pencegahan tersier
1.
Pembentu
Peni
perilaku 4.
Ter
kan Pengawas
bentuk
Menelan Obat
komunitas/
(PMO) pada
perkumpula
keluarga
n lansia
2.
penderita
Pembentu
kan perkumpulan
TB paru
atau komunitas
5.
lansia penderita
nya
TB Paru.
dukungan
Ada
keluarga, contohnya PMO.
3.1 Aplikasi Teori dan Model Keperawatan Imogene King pada agregat Lansia
Teori dan model keperawatan King dapat diaplikasikan dalam pengkajian komunitas dengan agregat lansia yang mengacu pada tiga sistem, yaitu
3.1.1 Input (masukan)
Lansia dalam pengertian sebagai input dalam framework tersebut adalah terdiri dari 3 sistem, yaitu lansia sebagai sistem personal (individu), lansia sebagai sistem interpersonal (kelompok kecil) dan lansia sebagai sistem sosial (kelompok besar, komunitas, organisasi). (Parker, 2001). Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya TB paru pada lansia diantaranya yaitu lingkungan yang lembap dan padat serta kumuh, status gizi kurang sehingga imunitas tubuh menurun, pendidikan yang mengakibatkan persepsi tentang pencegahan dan pengobatan penyakit TB yang masih kurang serta jenis kelamin perempuan lebih beresiko mengalami TB paru. (Depkes RI,2008). Interaksi antar anggota keluarga yang didalamnya terdapat penderita TB paru juga sangat berpengaruh. Hal tersebut sesuai dengan teori King bahwa terdapat 9 fokus pemberian pemenuhan kebutuhan pada tiap manusia, yaitu interaksi, persepsi, komunikasi, transaksi, peran, stress, tumbuh kembang, waktu dan ruang (Marriner,A. 1986). 3.1.2 Proses
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT (Obat Anti Tuberkulosis). (Depkes
RI, 2008). Terbagi menjadi 3
tingkatan,yaitu :
1.
Pencegahan primer Tujuannya adalah memberikan pengetahuan dan promosi kesehatan, serta mengubah persepsi masyarakat yang kurang tepat tentang pengobatan TB paru. Meliputi : pemberian penyuluhan (health education) dan membentuk kader peduli penderita TB paru, modifikasi lingkungan lembap dan padat.
2.
Pencegahan sekunder Prinsip dasarnya adalah deteksi dini penyakit dengan skrining dan pengobatan segera dengan memberikan pengobatan yang tepat, sehingga penderita dapat sembuh tepat waktu.
3.
Pencegahan tersier Tujuannya adalah mengurangi dan mencegah sequele dan disfungsi, mencegah serangan ulang, meringankan akibat penyakit dan memeperpanjang hidup. Dilakukan dengan kegiatan pembentukan Pengawas Menelan Obat (PMO) pada keluarga dan pembentukan perkumpulan atau komunitas lansia penderita TB Paru. 3.1.3 Output (Hasil)
Hasil yang diharpkan dalam theory goal attainment King pada lansia dengan TB paru adalah : Kepatuhan berobat lansia penderita TB paru meningkat,tingkat kesembuhan penderita TB Paru bertambah ,peningkatan pengetahuan, skill dan perilaku, terbentuk komunitas/ perkumpulan lansia penderita TB paru dan adanya dukungan keluarga, contohnya PMO.
3.2 Kelebihan Teori dan Model Keperawatan Imogene King 3.2.1
Teori King muncul dari adanya gabungan beberapa konsep literatur keperawatan dan diskusi dengan ahli keperawatan yang lain
3.2.2
Teori model keperawatan King dapat digunakan pada area klinik dan non klinik terutama pada aspek psikologis dan sosial. Teori King pernah digunakan dibeberapa bagian praktek keperawatan, yaitu di aplikasikan oleh Aligood (1995) pada klien dewasa dengan masalah orthopedic.
3.3 Kekurangan Teori dan Model Keperawatan Imogene King 3.3.1 Teori ini tidak dapat diterapkan pada klien yang tidak mampu berinteraksidengan perawat,
seperti klien dalam kondisi penurunan kesadaran, bayi baru lahir, klien yang mengalami gangguan kejiwaan. 3.3.2 Sebelum perawat mengaplikasikan teori ini, perawat harus memahami terlebih dahulu dua
asumsi dasar King yaitu human being dan conceptual framework
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan analisa teori King diatas, penulis menyimpulkan bahwa teori pencapaian tujuan (theory of goal attainment ) merupakan penggabungan dari kerangka kerja konseptual (conceptual framework ) yang terdiri dari tiga sistem, yaitu sistem personal, sistem interpersonal dan sistem sosial dan asumsi dasar King tentang Human Being yang berfokus pada sistem interpersonal. Teori King merupakan serangkaian konsep yang saling berhubungan dengan jelas dan dapat diamati dalam praktek keperawatan. Kelebihan dari teori ini adalah dapat digunakan pada area klinik dan non klinik terutama pada aspek psikologis dan sosial, serta mampu menyesuaikan pada setiap perubahan karena bersifat terbuka dan dinamis. Kekurangan dari teori ini adalah kurang tepat apabila diterapkan pada kondisi klien yang tidak mampu berinteraksi dengan perawat, c ontohnya: klien yang mengalami penurunan kesadaran, bayi baru lahir dan pada kasus-kasus kejiwaan. Perawat-perawat yang ingin mengaplikasikan teori ini pada praktek keperawatan harus mempunyai pengetahuan dari konsep yang ada dalam teori pencapaian tujuan yaitu dua human being dan conceptual framework . Teori King kurang tepat diaplikasikan pada lansia yang sudah tidak mampu untuk berinteraksi dengan perawat.
4.2 Saran
Dari kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan saran terutama bagi perawat ketika akan melakukan pengkajian yaitu: 1. Perawat harus memahami terlebih dahulu kerangka kerja konseptual (conceptual framework) dan konsep human being . 2. Perawat harus mampu berkomunikasi dengan terapeutik. 3. Perawat harus mampu menganalisa data yang dihasilkan. 4. Teori ini perlu dikombinasikan dengan teori-teori lain untuk menghasilkan pengkajian yang lebih holistic dan komprehensif khususnya dalam area komunitas
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, B., & Martono, H. (2000). Buku ajar geriatri: Ilmu kesehatan lanjut usia(Edisi 2). Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Nasional Penaggulangan
Tuberkulosis: Jakarta
George, J. B. (1995). Nursing theories; The base for professional practice, 4 th Ed, Connecticut; Appleton & Lange
Kozier, B. Et al. (1995). Fundamentals of nursing; concepts, process, and practice. Fifth Edition, California; Addison Wesley
Marriner, A. (1986). Nursing theorists and their work, St. Louis, Missouri; C.V. Mosby Company
Nugroho, W. (1998). Perawatan usia lanjut . Jakarta: EGC.
Parker, Marylin. 2001. Nursing Theories and nursing practice. Boca Raton, Florida : F.A. Davis Company