ANALISIS USAHA TANI HIDROPONIK SELADA
(studi kasus, di kec. Tapen, kab. Bondowoso)
PAPER
Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah ekonomi manajerial
Oleh : Radika Fiki
(1510321013)
PROGAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2017
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Analisis usaha tanaman Hidroponik. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang analisis usaha tanaman hidroponik dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Jember, 8 Mei 2015 Radika Fiki
2
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Zaman sekarang bertanam tak lagi harus menggunakan tanah. Tanah hanyalah salah satu media utama dan unggulan unuk semua jenis tanaman namun sesungguhnya yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh adalah kandungan unsur hara yang ada di dalam tanah, jika hara itu ada di dalam air maka airpun dapat menumbuhkan tanaman. Media air tidak semua tanaman dapat ditanam seperti tanaman dengan batang yang besar seperti mangga. Budidaya tanaman dengan menggunakan air atau dikenal dengan istilah hidoponik cocok unuk tanaman sayuran dan labu-labuan serta beberapa jenis tanaman hias yang tidak memiliki bentuk batang yang besar yang membutuhkan sokongan untuk tumbuh tegak. Salah satu kelebihan bertanam secara hidroponik adalah dapat meniadakan tahapan persiapan lahan seperti pada budidaya tanaman dengan media tanah yang memakan waktu relatif lama. Dengan cara hidroponik tanaman tinggal tanam saja dengan persiapan media hanya beberapa menit saja, karena hanya dibutuhkan sedikit waktu membuat laruan nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Hal ini dapat mengurangi biaya produksi dan hemat waktu. Kekurangan budidaya secara hidroponik adalah membutuhkan biaya yang agak besar untuk tahap pertama seperti biaya pembuatan wadah hidroponik, green house, biaya penyiraman listrik setiap bulanya. Inilah yang membuat banyak orang tidak berani mencoba budidaya tanaman dengan cara hidroponik. Itu dulu, sekarang sudah ada cara murah menanam dengan media hidroponik Sederhana yaitu hidroponik yang menggunakan wadahnya dari bool dan gelas air mineral bekas sehingga tidak membutuhkan tenaga pompa dan listrik. Biaya pembuatan wadahnya pun bisa diperkecil biayanya dengan menggunakan bahan dari barang bekas atau sampah plastik.
3
Dengan hidroponik sederhana tidak ada alasan lagi bagi petani untuk mengatakan budidaya tanaman secara hidroponik membutuhkan modal yang besar. Apalagi menggunakan bahan bahan dari barang bekas dan sampah plastik justru membantu menjaga lingkungan hidup. Nutrisi pun dapat dibuat sendiri dengan beberapa cara yang sangat mudah. Kelebihan lain dari budidaya hidroponik adalah menciptakan keindahan dan nilai seni serta tidak menuntut lahan yang luas. Selain itu lahan dapat ditanami tanaman sepanjang tahun tanpa perlu rotasi tanaman. Tanaman yang dibudidayakan dengan hidroponik juga lebih mudah terhindar dari erosi dan kekeringan. Kehilangan setelah panen lebih kecil dibandingkan bertanam secara konvensional. Sementara harga lebih tinggi dan relatif konstan, tidak mengenal musim. Dan masih banyak lagi keuntungan budidaya secara hidroponik. Apalagi dipadu dengan menanam tanaman yang memiliki nilai jual yang tinggi seperti selada maka benar benar tidak ada lagi alasan untuk menolak budidaya tanaman secara hidroponik. Salah satu kendala macetnya setiap inovasi pertanian sampai ke petani adalah pengaruh karakter masyarakat kita yang sulit menerima perubahan kecuali sudah melihat bukti dengan mata kepala sendiri. Oleh karen itu, hal ini merupakan sebuah tantangan bagi pihak sekolah menengah kejuruan pertanian sebagai tempat menempa generasi yang akan membawa perubahan dalam masyarakat untuk bangkit, berbuat dan memberikan contoh lansung kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak hanya mendengar tentang kehebatan budidaya tanaman dengan cara hidroponik namun juga dapat menyaksikan langsung penerapan dilapangan dan keberhasilannya. 2.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah mencoba menganalisis kelayakan usaha bertanam sayuran Selada dengan cara hidroponik dan membuktikan apakah budidaya dengan cara hidroponik dapat memberikan keuntungan yang lebih besar dan kemudahan dalam pengelolaan usahatani.
3.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di desa jurang sapi kec. Tapen Bondowoso pada Bulan Januari 2017
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.
Klasifikasi Tanaman Selada Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman
selada adalah sebagai berikut: Kingdom
:Plantae
Divisio
:Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus
: Lactuca
Spesies
: Lactuca sativa L. Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar
serabut menempel pada batang, tumbuh menyebar, ke semua arah pada kedalaman 20-50 cm atau lebih. Sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman diserap oleh akar serabut. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus ke pusat bumi (Rukmana, 1994). 2.
Morfologi Tanaman Selada Daun selada memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam,
bergantung varietasnya. Daun selada krop berbentuk bulat dengan ukuran daun yang lebar, berwarna hijau terang dan hijau agak gelap. Daun selada memiliki tangkai daun lebar dengan tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan
5
halus. Daun bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak manis. Daun selada umumnya memiliki ukuran panjang 20-25 cm dan lebar 15 cm (Wicaksono, 2008). Tanaman selada memiliki batang sejati. Batang selada krop sangat pendek dibanding dengan selada daun dan selada batang. Batangnya hampir tidak terlihat dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Diameter batang selada krop juga lebih kecil yaitu berkisar antara 2-3 cm dibanding dengan selada batang yang diameternya 5,6-7 cm dan selada daun yang diameternya 2-3 cm (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Bunga selada berbentuk dompolan (inflorescence). Tangkai bunga bercabang banyak dan setiap cabang akan membentuk anak cabang. Pada dasar bunga terdapat daun - daun kecil, namun semakin ke atas daun tersebut tidak muncul. Bunganya berwarna kuning. Setiap krop panjangnya antara 3-4 cm yang dilindungi oleh beberapa lapis daun pelindung yang dinamakan volucre. Setiap krop mengandung sekitar 10-25 floret atau anak bunga yang mekarnya serentak (Ashari, 1995). Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak keras, berwarna coklat, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang empat milimeter dan lebar satu milimeter. Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dan dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
3.
Syarat Tumbuh Selada dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah. Namun,
hampir semua tanaman selada lebih baik diusahakan di dataran tinggi. Pada
6
penanaman di dataran tinggi, selada cepat berbunga. Suhu optimum bagi pertumbuhannya adalah 15-20o C (Sunarjono, 2003). Tanaman ini umumnya ditanam pada penghujung musim penghujan, karena termasuk tanaman yang tidak tahan kehujanan. Pada musim kemarau tanaman ini memerlukan penyiraman yang cukup teratur. Selain tidak tahan terhadap hujan, tanaman selada juga tidak tahan terhadap sinar matahari yang terlalu panas (Suprayitno ,1996). Daerah - daerah yang dapat ditanami selada terletak pada ketinggian 5-2.200 meter di atas permukaan laut. Selada krop biasanya membentuk krop bila ditanam di dataran tinggi, tapi ada beberapa varietas selada krop yang dapat membentuk krop di dataran rendah seperti varietas great lakes dan Brando (Haryanto dkk, 1996).
7
BAB III METODE PENELITIAN
1. Alat dan Bahan a. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Solder Lisrik Pisau Silet Lipat, Nampan Plastik Botol Air Mineral Bekas Volume 1,5 liter, Gelas Air Mineral Bekas,
b. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Benih Selada sebanyak 5 gram, Arang Sekam Nutrisi Hidroponik
2. Pelaksanaan Penelitian
8
a. Membuat arang sekam
Kulit padi di bakar sampai semua berwarna hitam kemudian disiram air agar apinya mati supaya proses pembakaran tidak berlanjut dan kulit padi menjadi abu. Cara membakar sekam padi adalah denga meletakkan corong atau pipa besi yang sudah dilubangi atau kawat ayak pasir yang digulung menyerupai pipa di tanah kemudian tumpukkan sekam padi disekeliling corong aau pipa. Lakukan pembakara kertas koran atau kertas apa saja dan masukkan ke dalam corong sehingga proses pembakaran dimulai dari tengah tumpukan dan dari bawah. Proses pembakaran berlansung tergaung banyaknya media sekam yang dibakar.
b. Persemaian bibit selada
Media perkecambahan berupa Arang Sekam yang disebar di dalam nampan plastik secara merata. Buat larikan sedalam 1 cm dengan jarak antar baris 2 cm, kemudian semai biji
9
selada dan tutupi lubang larikan dengan arang sekam sampai rata. Siram secukupnya dan tutup dengan naungan plastik.
c. Membuat Wadah Media Hidroponik
Wadah dibuat dari botol dan gelas air mineral bekas. Botol air mineral di lubangi pada kedua ujungnya di satu sisi sejajar seukuran dengan besar gelas air mineral. Gelas air mineral dilubangi di sekujur gelas dengan menggunakan solder listrik.
Dalam penelitian ini dibuat botol air mineral sebanyak 25 botol dan 50 gelas air mineral. Artinya tanaman selada yang akan ditanam adalah sebanyak jumlah gelas air mineral yakni 50 batang.
d. Membuat Nutrisi Hidroponik
10
Nutrisi stok A dan stok B dilarutkan bersama dengan air dengan perbandingan setiap 5 ml nutrisi stok A dan 5 ml nurisi stok B dilarutkan dengan air 1 liter. Jika dibutuhkan air sebanyak 100 liter maka dibutuhkan nutrisi 500 ml sok A dan 500 ml stok B. Sesudah larutan dicampur dan diaduk secara merata maka larutan sudah siap dituangkan kedalam wadah botol air mineral sebanyak ¾ volume botol.
e. Pemindahan ke media Hidroponik
Bibit selada dapat di pindahkan ke dalam media hidroponik setelah berumur 20 hari setelah semai. Bibit selada di besarkan dalam wadah hidroponik ini sampai panen selama 55 – 60 hari setelah semai.
11
BAB IV PERHITUNGAN BIAYA
Perkiraan analisis budidaya selada secara hidroponik adalah sebagai berikut : 1. Biaya Tetap a. Sewa lahan Rp 0,-/ha/tahun (dapat diabaikan) Sewa lahan dapat diabaikan karena tidak membutuhkan lahan yang luas yaitu hanya membutuhkan lahan 2 meter / 50 batang selada atau 40 meter / 1000 batang b. Rumah kaca sederhana: 40 m2 @ Rp. 50.000,-/m2 untuk 5 tahun.
= Rp. 2.000.000,-
Jadi untuk 1 tahun Rp. 4.00.000,- atau
=Rp.80.000,-/ panen
(Setahun diperkirakan 5 kali tanam) c. Tandon air 100 liter 1 buah (untuk 1 tahun) jadi
= Rp 100.000,= Rp 20.000,-/ panen
d. Gelas air mineral (untuk 1 tahun) 1000 buah @ Rp. 50, jadi
= Rp. 50.000,-
= Rp. 5000,-/ panen
e. Botol air mineral (untuk 1 tahun) 500 buah @ Rp.500, jadi
= Rp.250.000,-
= Rp. 5.000,-/ panen Biaya Penyusutan
=Rp.110.000/ panen
Biaya Tetap
= Rp.2.400.000
2. Biaya tidak tetap a. Bahan Bakar Minyak Rp. 0, b. Arang sekam Rp 0,- x 1000 pohon Rp.0,c. Pemakaian Listrik Rp. 0,-
12
d. Benih selada 10 gram
= Rp 30.000,- /sekali tanam
e. Larutan Nutrisi Rp 40 x 1000 pohon
= Rp.40.000,-/ sekali tanam
Harga: 80.000 Untuk 1Set nutrisi A dan nutrisi B, dapat diencerkan Menjadi 5 liter larutan pekat dan bisa digunakan untuk 1000 liter larutan siap pakai. Per botol membutuhkan air nutrisi 1 liter f. Pupuk daun g. Pestisida
= Rp. 50.000,-/sekali tanam = Rp. 50.000,-/sekali tanam
h. Tenaga kerja pengawas Rp. 0,-/ bulan Rp. 0,Biaya Tidak Tetap Biaya sekali tanam
= Rp 170.000/ sekali tanam = Biaya penyusutan + Biaya tidak tetap = Rp 280.000
3. Bunga Pinjaman 5 % dari total biaya produksi
Rp.14.000,-
4. Biaya tak terduga 5 % dari total biaya produksi
Rp. 14.000,-
Total Biaya produksi sekali tanam = Rp. 308.000,Total biaya Investasi Tahun I tetap
= Biaya Tetap + Biaya tidak = Rp. 2.598.000,-
5. Hasil Produksi Setiap tanaman selada rata-rata mampu berproduksi sebanyak 0,3 kg, sehingga seluruh tanaman selada yang di budidayakan yakni 1000 batang mampu menghasilkan sebanyak 300 Kg. Harga untuk selada saat penelitian ini dilakukan yaitu Rp. 15.000,-/kg. 1000 tanaman x 0,3 kg x Rp.15.000,-
= Rp.4.500.000,- sekali panen
6. Keuntungan Hasil Produksi – Total Biaya Produksi/sekali tanam Rp. 4.500.000,- – Rp.308.000,-
= Rp.4.192.000,- sekali panen
13
BAB V ANALISIS KELAYAKAN USAHA
1.
B/C Rasio
B/C ratio
= 4.500.000 / 308.000
= 14,6
Nilai B/C rasio sebesar 14,6 berarti setiap modal yang di investasi Rp.1,- pada usaha budidaya selada secara hidroponik ini akan menghasilkan Rp. 14,6.
2.
BEP (Break Even Poin)
BEP Produksi
= Total Biaya Investasi / harga per kg
= Rp.2.598.000 / Rp.15.000 = 173,2 kg Usaha budidaya selada secara hidroponik akan impas pada produksi 173,2 kg. Sedangkan produksi panen perdana saja sudah mencapai 300 kg. Artinya BEP atau kembali modal didapat pada saat panen pertama.
BEP Harga
= Total Biaya Investasi / Total produksi = Rp.2.598.000 / 300 kg
= Rp.8.660 Usaha budidaya selada secara hidroponik akan mendapat impas atau kembali modal jika harga jual Rp. 8.000,-/ Kg. Sementara harga sekarang mencapai Rp. 12.000 / Kg. Artinya usaha hidroponik secara sederhana ini dapat mengembalikan modal usaha hanya dalam sekali panen saja.
14
BAB VI PENUTUP
a.
Kesimpulan
Menurut data tersebut dapat disimpulkan usaha ini layak diterapkan karena pada tahun ke-1 usaha ini sudah kembali modal dan mampu berjalan sendiri tanpa mengandalkan pinjaman. b.
Saran
Berdasarkan hasil analisis usaha yang memperlihatkan begitu besar keuntungan yang di dapat dengan resiko yang kecil maka saya menyarankan agar masyarakat dapat mulai bergerak untuk merubah secara perlahan dan pasti dari teknik budidaya tanaman yang mengandalkan media tanah ke budidaya hidroponik sederhana. Kepada pemerintah khususnya Balai Penyuluh Pertanian agar membina masyarakat ke arah pembudidayaan tanaman secara hidroponik khususnya tanaman sayuran agar daerah kita tidak terus menerus bergantung kepada suplay sayuran dari daerah lain.
15
DAFTAR PUSTAKA
Rukmana, Rahmad. 1994. Bertanam Selada dan Andewit. Kanisius. Yogjakarta. Wicaksono, A. 2008. Penyimpanan Bahan Makanan Serta Kerusakan Selada. Skripsi . Fakultas Politeknik Kesehatan. Yogyakarta. Rubetzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 2. Institut Teknologi Bandung. Bandung Ashari, S. 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Suprayitno, 1996. Menanam dan Mengolah Selada Sejuta Rasa. CV Aneka. Solo. Haryanto, E., T. Suhartini dan E. Rahayu, 1996, Sawi dan Selada, Penerbit Swadaya, Jakarta.
16