BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah ekonomi berasal dari bahasa oikos yang berarti keluarga, rumah tangga dan nomos adalah peraturan, aturan, hukum. Secara etimologi (bahasa), pengertian ekonomi adalah aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga. Sedangkan Secara umum, Pengertian Ekonomi adalah salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Menurut Maslow, ekonomi adalah salah satu bidang pengkajian yang mencoba menyelesaikan masalah keperluan asas kehidupan manusia melalui penggemblengan segala sumber ekonomi yang ada dengan berasaskan prinsip serta teori tertentu dalam suatu sistem ekonomi yang dianggap efektif d an efisien. Suatu proses perencanaan wilayah dan kota memiliki keterkaitan antara elemen fisik dan non fisik. Elemen fisik dalam sebuah perencanaan merupakan elemen yang dituntut pada pembangunan yang nyata, sedangkan untuk elemen non-fisik membutuhkan analisis yang tentunya tidak akan pernah dapat terlepas dari disiplin ilmu ekonomi. Disiplin ilmu inilah yang kemudian akan menunjukkan pengembangan dalam suatu daerah atau wilayah. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya - sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, 2010). Keberhasilan suatu pembangunan ekonomi daerah dapat diukur dengan beberapa indikator yang lazim digunakan sebagai alat ukur. Indikator yang lazim digunakan adalah produk domestik regional bruto (PDRB) yang bisa menjadi petunjuk kinerja perekonomian secara umum sebagai ukuran kemajuan suatu daerah. Indikator lain adalah tingkat pertumbuhan, pendapatan perkapita dan pergeseran atau perubahan struktur ekonomi (Sjafrizal, 2008). Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten yang pertumbuhan ekonominya dikatakan berhasil meningkat. Hal ini dapat dilihat dari PDRB pada daerah tersebut dari tahun 2010-2014 terus mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2010 sebesar 25.465.221,9, tahun 2011 sebesar 26.726.849,8, tahun 2012 sebesar 27.815.340,9, tahun 2013 sebesar 29.138.481,8, dan tahun 2014 sebesar 30.541.244,3. Artinya pada daerah ini kinerja perekonomian dikatakan mengalami kemajuan. Namun, untuk mengetahui perkembangan perekonomian wilayah yang lebih spesifik maka perlu diketahui perkembangan dari berbagai sektor di daerah tersebut. Sektor-sektor basis menjadi fokus utama dalam pengembangan ekonomi suatu wilayah. Untuk
mengidentifikasi sektor-sektor mana yang termasuk sektor strategis digunakan tiga metode analisis, yaitu metode analisis LQ (Location Quotient) untuk mengetahui sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis, analisis Shift-Share yang digunakan untuk mengetahui kinerja perekonomian daerah, pergeseran struktur, posisi relatif sektor-sektor ekonomi. Hal ini yang menjadi dasar penyusunan laporan ini, dimana hasil analisis tersebut dapat mengetahui sektor strategis Kabupaten Garut sehingga pengoptimalan potensi di Kabupaten Garut dapat berkembang secara optimal. 1.2 Tujuan dan Sasaran
Adapun tujuan dan sasaran dari penulisan laporan ini, yaitu 1.2.1
Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk mengetahui suatu perkembangan sektor-sektor ekonomi dengan menggunakan analisis. Selain dapat mengetahui sektor-sektor yang terbelakang, analisis ini juga dapat mengetahui sektor-sektor yang berpotensi untuk berkembang. Sehingga dapat mengetahui sektor yang akan ditingkatkan dalam sebuah perekonomian di Kabupaten Garut. 1.2.2
Sasaran
Sasaran dari penulisan laporan ini adalah: 1.
Mengidentifikasi wilayah studi Kabupaten Garut.
2.
Menganalisis sektor yang berpotensial atau tidak di Kabupaten Garut dalam waktu 5 tahun dengan menggunakan metode analisis Location Quotient (LQ) dan analisis ShiftShare.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan laporan ini adalah cara untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Garut. Hal ini dapat dilihat dari analisis kinerja sektor ekonomi, sektor basis, serta mengetahui adanya sektor yang berpotensial dan tidak dengan menggunakan metode LQ dan Shift-Share. 1.4 Ruang Lingkup
Ruang Lingkup pembahasan dalam penulisan laporan ini meliputi ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah studi, yaitu 1.4.1
Ruang Lingkup Materi
Ruang Lingkup materi yang akan dibahas dalam laporan ini adalah teori-teori dasar perhitungan analisis sektor strategis, seperti komposisi kegiatan ekonomi yang
mengidentifikasi sektor-sektor mana yang termasuk sektor strategis digunakan tiga metode analisis, yaitu metode analisis LQ (Location Quotient) untuk mengetahui sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis, analisis Shift-Share yang digunakan untuk mengetahui kinerja perekonomian daerah, pergeseran struktur, posisi relatif sektor-sektor ekonomi. Hal ini yang menjadi dasar penyusunan laporan ini, dimana hasil analisis tersebut dapat mengetahui sektor strategis Kabupaten Garut sehingga pengoptimalan potensi di Kabupaten Garut dapat berkembang secara optimal. 1.2 Tujuan dan Sasaran
Adapun tujuan dan sasaran dari penulisan laporan ini, yaitu 1.2.1
Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk mengetahui suatu perkembangan sektor-sektor ekonomi dengan menggunakan analisis. Selain dapat mengetahui sektor-sektor yang terbelakang, analisis ini juga dapat mengetahui sektor-sektor yang berpotensi untuk berkembang. Sehingga dapat mengetahui sektor yang akan ditingkatkan dalam sebuah perekonomian di Kabupaten Garut. 1.2.2
Sasaran
Sasaran dari penulisan laporan ini adalah: 1.
Mengidentifikasi wilayah studi Kabupaten Garut.
2.
Menganalisis sektor yang berpotensial atau tidak di Kabupaten Garut dalam waktu 5 tahun dengan menggunakan metode analisis Location Quotient (LQ) dan analisis ShiftShare.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan laporan ini adalah cara untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Garut. Hal ini dapat dilihat dari analisis kinerja sektor ekonomi, sektor basis, serta mengetahui adanya sektor yang berpotensial dan tidak dengan menggunakan metode LQ dan Shift-Share. 1.4 Ruang Lingkup
Ruang Lingkup pembahasan dalam penulisan laporan ini meliputi ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah studi, yaitu 1.4.1
Ruang Lingkup Materi
Ruang Lingkup materi yang akan dibahas dalam laporan ini adalah teori-teori dasar perhitungan analisis sektor strategis, seperti komposisi kegiatan ekonomi yang
memberikan deskripsi umum analisa sektor basis dan nonbasis dengan analisis LQ dan ShifShare untuk menganalisis efek-efek perubahan pada setiap wilayah. 1.4.2
Ruang Lingkup Wilayah Studi
Ruang lingkup wilayah studi yang dibahas dalam penulisan laporan ini adalah Kabupaten Garut. Pada Kabupaten ini terdiri dari 42 kecamatan. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Garut adalah sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang.
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur.
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya.
Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.
1.5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, rumusan masalah, ruang lingkup pembahasan yang dibagi menjadi ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah studi dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN LITERATUR
Bab ini berisi tentang kajian teori yang akan menjadi dasar dalam menganalisis, kajian teori ini meliputi teori ekonomi wilayah dan kota, teori analisis ekonomi agregat, teori analisis intrawilayah, teori analisis LQ, dan teori analisis Shift-Share. BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN GARUT
Bab ini berisi tentang uraian secara umum karakteristik wilayah Kabupaten Garut. BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang statistik dasar perekonomian Kabupaten Garut, analisis Location Quotient, dan analisis Shift-Share tahun 2010-2014 secara analisis agregat dan intrawilayah. BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dalam laporan ini yang berisi kesimpulan dan rekomendasi.
BAB II KAJIAN LITERATUR
2.1 Analisis Location Quetient
Analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu daerah atau sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis atau leading sektor. Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang menjadi acuan. Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien LQ tersebut nantinya dapat berupa jumlah tenaga kerja per-sektor ekonomi, jumlah produksi atau satuan lain yang dapat digunakan sebagai kriteria. Teknik analisis ini belum bisa memberikan kesimpulan akhir dari sektor-sektor yang teridentifikasi sebagai sektor strategis. Namun untuk tahap pertama sudah cukup memberi gambaran akan kemampuan suatu daerah dalam sektor yang teridentifikasi. Rumus matematika yang digunakan untuk membandingkan kemampuan sektor-sektor dari daerah tersebut adalah (Warpani, 1984:68) :
Dimana : Si
= Jumlah Jumlah buruh sektor kegiatan ekonomi i di daerah yang diselidiki
S
= Jumlah buruh seluruh sektor kegiatan ekonomi di daerah yang diselidiki
Ni = Jumlah sektor kegiatan ekonomi i di di daerah acuan acuan yang lebih luas, di mana daerah yang di selidiki menjadi bagiannya N
= Jumlah seluruh buruh di daerah acuan yang lebih luas Jika menggunakan data buruh atau tenaga kerja. Demikian pula jika menggunakan data lain,
seperti PDRB. Dari perhitungan Location Quotient (LQ) suatu sektor, kriteria umum yang dihasilkan adalah : A. Jika LQ > 1, disebut sektor basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari pada tingkat wilayah acuan B. Jika LQ < 1, disebut sektor non-basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih rendah dari pada tingkat wilayah acuan C. Jika LQ = 1, maka tingkat spesialisasi daerah sama dengan tingkat wilayah acuan. Asumsi metoda LQ ini adalah penduduk di wilayah yang bersangkutan mempunyai pola permintaan wilayah sama dengan pola permintaan wilayah acuan. Asumsi lainnya adalah
permintaan wilayah akan suatu barang akan dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi wilayah, kekurangannya diimpor dari wilayah lain. 2.2 Analisis Shift Share
Metoda ini digunakan untuk mengetahui kinerja perekonomian daerah, pergeseran struktur, posisi relatif sektor-sektor ekonomi dan identifikasi sektor unggulan daerah dalam kaitannya dengan perekonomian wilayah acuan (wilayah yang lebih luas) dalam dua atau lebih kurun waktu. Analisis ini bertolak pada asumsi bahwa pertumbuhan sektor daerah sama dengan pada tingkat wilayah acuan, membagi perubahan atau pertumbuhan kinerja ekonomi daerah (lokal) dalam tiga komponen : 1. Komponen Pertumbuhan Wilayah Acuan (KPW), yaitu mengukur kinerja perubahan ekonomi pada perekonomian acuan. Hal ini diartikan bahwa daerah yang bersangkutan tumbuh karena dipengaruhi oleh kebijakan wilayah acuan secara umum. 2.
Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP), yaitu mengukur perbedaan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi acuan dengan pertumbuhan agregat. Apabila komponen ini pada salah satu sektor wilayah acuan bernilai positif, berarti sektor tersebut berkembang dalam perekonomian acuan. Sebaliknya jika negatif, sektor tersebut menurun kinerjanya.
3. Komponen Pergeseran atau Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPK), yaitu mengukur kinerja sektor-sektor lokal terhadap sektor-sektor yang sama pada perekonomian acuan. Apabila komponen ini pada salah satu sektor positif, maka daya saing sektor lokal meningkat dibandingkan sektor yang sama pada ekonomi acuan, dan apabila negatif terjadi sebaliknya. Dengan demikian apabila perubahan atau pertumbuhan kinerja ekonomi kota adalah PEK, maka persamaannya dapat diformulasikan sebagai berikut (Ma’rif, 2000:3):
Atau
Di mana : Y* =
Indikator ekonomi acuan akhir tahun kajian
Y
=
Indikator ekonomi acuan awal tahun kajian
Y’i
=
Indikator ekonomi acuan sektor i akhir tahun kajian
Yi
=
Indikator ekonomi acuan sektor i awal tahun kajian
y’i
=
Indikator ekonomi daerah (lokal) sektor i akhir tahun kajian
yi
=
Indikator ekonomi daerah (lokal) sektor i awal tahun kajian
Pergeseran Netto (PN) dihitung dengan rumus :
2.3 Analisis Agregat
Analisis Agregat (Agregate Regional) digunakan untuk mengetahui gambaran umum kontribusi perkembangan perekonomian suatu wilayah kepada wilayah lain yang lebih luas dimana wilayah tersebut berada pada satu tempat. Hal ini menjadikan analisis agregat digunakan untuk melihat wilayah sebagai replika dari nasional dengan modifikasi wilayah dipandang sebagai sebuah unit dalam konteks ruang yang lebih luas. Dengan analisis agregat kita dapat mengetahui bagaimana tingkat sumber dan distribusi pendapatan dan tenaga kerja yang terdapat dalam suatu wilayah. Data ini sangat penting untuk melihat gambaran umum keadaan perekonomian suatu wilayah dan bagaimana setiap sektor perekonomian menyumbangkan pendapatnya dalam pendapatan suatu wilayah. Melalui data tingkat pendapatan yang dianalisis melalui analisis agregat, kita juga dapatmengetahui bagaimana komposisi sektor ekonomi berkontribusi dalam perkembangan perekonomian wilayah tersebut shingga kita dapat mengetahui jumlah faktor-faktor produksi(investasi tenaga kerja) yang tersedia dan bagaimana kualitasnya. Seluruh data-data tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain terutama antar sektor ekonomi (backwardforward linkage) yang dapat menunjukkan pola perubahan aspek-aspek ekonomi dan perbandingan aspek-aspek tersebut terhadap aspek yang terdapat di nasional dan wilayah lain. Pola perubahan aspek-aspek ekonomi yang terjadi memiliki sifat dan intensitas aliran faktor-faktor produksi yang terjadi antarwilayah. Dalam analisa agregat hal ini tidak mendapat perhatian yang khusus, akan tetapi dalam pola tersebuy terdapat konsekuensi yang terjadi dari adanya aliran-aliran faktor produksi yang berdampak terhadap perkembangan perekonomian wilayah. 2.4 Analisis Intra Wilayah
Analisis Intra Wilayah merupakan salah satu jenis analisis yang melihat secara lebih mendalam tentang sektor apa saja yang ada dalam suatu wilayah tersebut. Wilayah dilihat sebagai sebuah unit atau penjumlahan dari elemen-elemen yang ada di dalamnya. Dalam analisis intrawilayah dan bagaimana
terjadi di dalamnya, analisis dilakukan lebih dalam pada
karakteristik dari tempat-tempat di suatu wilayah dan bagaimana interaksi yang terjadi di dalamnya dan disetiap komponen yang ada didalamnya. Jadi analisis ini memandang suatu wilayah sebagai kumpulan dari wilayah-wilayah lain yang skalanya lebih sempit serta masingmasingnya memiliki aktivitas pada kecamatankecamatan yang ada didalamnya sesuai denga karakteristiknya. Sedangkan analisis intrawilayah suatu provinsi berarti menyoroti pokok
analisis pada kabupaten-kabupaten yang ada didalamnya dan seterusnya. Data yang diperlukan dalam analisis ini adalah data-data PDRB per sektor atas dasar harga konstan. Contoh hal yang dibahas dalam suatu analisis intrawilayah yaitu bagaimana karakteristik ekonomi disubwilayah dan bagaimana perbandingan diantaranya, bagaimana tingkat pendapatan pada masing-masing subwilayah dan bagaimana kontribusi masingmasingnya terhadap wilayah, bagaimana tingkat konsentrasi dan spesialisasi sektor-sektor ekonomi pada masing-masing subwilayah, dan lainlain.
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN GARUT
3.1 Letak Geografis
Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065.19 km²) dengan batas-batas sebagai berikut: -
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang.
-
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur.
-
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya.
-
Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Daerah sebelah Utara, Timur dan Barat secara umum merupakan daerah dataran tinggi
dengan kondisi alam berbukit-bukit dan pegunungan, sedangkan kondisi alam daerah sebelah Selatan, sebagian besar permukaan tanahnya memiliki kemiringan yang relatif cukup curam. Corak alam di daerah sebelah selatan ini diwarnai oleh iklim Samudra Indonesia dengan segenap potensi alam dan keindahan pantainya. Kabupaten Garut dengan memiliki iklim tropis, curah hujan yang cukup tinggi, hari hujan yang banyak dan lahan yang subur serta ditunjang dengan banyaknya aliran sungai baik yang bermuara ke pantai selatan maupun ke pantai utara jawa hal ini menyebabkan sebagian besar dari luas wilayahnya dipergunakan untuk lahan pertanian. Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan hitterland bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung sekaligus pula berperan di dalam mengendalikan keseimbangan lingkungan. 3.2 Kependudukan
Jumlah penduduk di Kabupaten Garut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (20102014). Hal ini dapat dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat yaitu jumlah penduduk di Kabupaten Garut tahun 2010-2014 telah mencapai 12.222.120 jiwa. Pada tahun 2010 jumlah penduduk sebesar 2.380.981 jiwa, tahun 2011 sebesar 2.407.086 jiwa, tahun 2012 sebesar 2.445.911 jiwa, tahun 2013 sebesar 2.485.732 jiwa, dan tahun 2014 sebesar 2.502.410 jiwa. Besarnya angka jumlah penduduk di Kabupaten Garut bisa dikatakan padat. Data jumlah penduduk yang ada merupakan data gabungan dari 42 kecamatan yang ada di Kabupaten Garut setiap tahunya.
Tabel III. 1 Jumlah Penduduk Kabupaten Garut Tahun 2010-2014
Tahun
Jumlah (Jiwa)
2010
2.380.981
2011
2.407.086
2012
2.445.911
2013
2.485.732
2014
2.502.410
Jumlah
12.222.120
Sumber: BPS Kabupaten Garut dalam Angka tahun 2010-2014 3.3 Perekonomian
Dalam kebijakan pembangunan Kabupaten Garut, struktur ruang wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi 3 pusat pertumbuhan yang membantu perekonomian yaitu pusat pertumbuhan Garut Utara, merupakan pusat industri pengolahan hasil pertanian/perkebunan. Kedua pusat pertumbuhan Garut Tengah, sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa, pendidikan, dan industry pengolahan hasil pertanian. Ketiga adalah pusat pertumbuhan Garut Selatan, sebagai pusat pengembangan pariwisata dan konservasi (yaitu kota Pameungpeuk dan Bungbulang). Kedekatan posisi Kabupaten Garut dengan Pusat Pertumbuhan Wilayah Kota Bandung tidak hanya memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan daerah tetapi juga memberikan dampak negative. Hal ini menyebabkan daerah Kabupaten Garut menjadi tertinggal dan tidak dapat tumbuh secara maksimal. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi terhadap pembangunan di Kabupaten Garut adalah ditetapkannya 85% wilayah Kabupaten Garut sebagai kawasan lindung, sehingga kurang memancing investasi. Hal ini tentunya menimbulkan berbagai masalah yang dihadapi dalam pembangunan di Kabupaten Garut, salah satunya adalah kemiskinan. Krisis ekonomi yang berkepanjangan membawa dampak pada laju pertumbuhan pembangunan di berbagai sektor, salah satu contohnya adalah pada sektor industri. Kegiatan sektor industri di Kabupaten Garut terdiri dari industri penyamakan kulit, jaket kulit, batik, sutera alam, dodol, minyak akar wangi dan industri kerajinan anyaman bambu. Dari berbagai komoditi yang ada, tercatat beberapa diantaranya telah menembus pasar ekspor seperti: teh hitam, teh hijau, karet, bulu mata palsu, minyak akar wangi, jaket kulit, sepatu dan sandal kulit, Dodol Garut, kulit tersamak dan kain sutera. Namun demikian, peran sektor ini belum menjadi sektor andalan dalam kontribusi sektor industri terhadap PDRB. Hal ini memberi indikasi
bahwa sektor ini masih perlu dikembangkan sehingga dapat menopang aktivitas perekonomian dan pembangunan Kabupaten Garut.
BAB IV ANALISIS
4.1 Analisis Agregat Wilayah 4.1.1 Statistik Dasar Tabel IV.1 Perkembangan PDRB Kabupaten Garut dan Provinsi Jawa Barat ADHK Tahun 2010 - 2014 PDRB Tahun
Kabupaten Garut(Dalam Juta Rupiah)
Laju Pertumbuhan (%)
PDRB Provinsi Jawa Barat (Dalam Juta Rupiah)
Laju Pertumbuhan (%)
2010
25.465.222,00
5,30
906.685.760,50
5,83
2011
26.726.849,90
4,95
965.622.061,20
6,50
2012
27.815.340,90
4,07
1.028.409.739,60
6,50
2013
29.138.481,80
4,76
1.093.585.505,00
6,34
2014
30.541.243,6
4,81
1.148.948.818,80
5,06
Sumber : PDRB Provinsi Jawa Barat, 2014 RKPD Kabupaten Garut, 2015
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa PDRB Kabupaten Garut dalam kurun waktu tahun 2010-2014 selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, PDRB Kabupaten Garut adalah Rp 25.465.222,00 kemudian meningkat menjadi Rp 26.726.849,90 pada tahun 2011. Pada tahun 2012, menjadi Rp 27.815.340,90 kemudian pada tahun 2013 adalah Rp 29.138.481,80 dan berkembang menjadi Rp 30.541.243,6 pada tahun 2014. Sedangkan untuk laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Garut mengalami penurunan pada tahun 2010 ke 2012 sebesar 1,23%. Namun terjadi kenaikan setiap tahunnya dari tahun 2012 sampai 2014 pertumbuhannya terus meningkat, dari 4,07% menjadi 4,81. Bila digambarkan dengan grafik, perkembangan PDRB Kabupaten Garut dan perkembangan terkait laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Garut adalah sebagai berikut:
Grafik IV.1 Grafik Perkembangan PDRB Kabupaten Garut
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
Grafik IV.2 Grafik Presentase Laju Pertumbuhan
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
Berdasarkan tabel diatas PDRB Propinsi Jawa Barat selalu mengalami kenaikan tiap tahunnya dari tahun 2010-2014. Tahun 2010 PDRB Jawa Barat sebesar Rp. 906.685.760,50 meningkat menjadi Rp. 965.622.061,20 pada tahun 2011. PDRB Propinsi Jawa Barat mengalami peningkatan yang pesat berlangsung pada tahun 2012 menuju tahun 2013
sebesar Rp. 65.175.765,40 dari Rp. 1.028.409.739,60 menjadi Rp. 1.093.585.505,00. Sedangkan laju pertumbuhan Propinsi Jawa Barat mengalami kenaikan dari tahun 2010 hingga tahun 2012 yaitu dari 5,83% menjadi 6,5%, tetapi mengalami penurunan pada awal tahun 2012 hingga tahun 2014 yaitu dari 6,5% menjadi 5,06%. Bila digambarkan dengan grafik, perkembangan PDRB Propinsi Jawa Barat dan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat adalah sebagai berikut: Grafik IV.3 Grafik PDRB Provinsi Jawab Barat
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
Grafik IV.4 Grafik Presentase Laju Pertumbuhan
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
Pada data PDRB Kabupaten Garut dan Provinsi Jawa Barat selalu mengalami perkembangan di setiap tahunnya, mulai dari 2010 sampai dengan 2014. Sedangkan untuk laju pertumbuhan PDRB kabupaten Garut mengalami penurunan pada tahun 2010 menuju tahun 2012 yaitu dari 5,30% menjadi 4,07% dan pada awal tahun 2012 laju pertumbuhan PDRB meningkat hingga tahun 2014 yaitu dari 4,07% menjadi 4,81%. Bertolak belakang dengan laju pertumbuhan PDRB kabupaten Garut, pertumbuhan PDRB Jawa Barat mengalami peningkatan pada awal tahun dan mengalami penurunan pada akhir tahun yaitu 5,83% menjadi 6,5% pada tahun 2010 ke 2012. Pada tahun 2012 menuju 2014 mengalami penurunan yaitu dari 6,5% menjadi 5,06%. Indikator perkembangan perekonomian di suatu wilayah dapat dilihat dari kontribusi per sektor pada PDRB wilayah tersebut. Berikut adalah tabel PDRB Per Sektor Kabupaten Garut dan Tabel Kontribusi Per Sektor pada PDRB Kabupaten Garut tahun 2010 -2014. Tabel IV. 2 Tabel Data PDRB Kabupaten Garut
Sumber : PDRB Kabupaten Garut, 2014
Data PDRB tersebut kemudian diubah dan diolah dalam bentuk diagram pie agar dapat terlihat pembagian kontribusi dari setiap sektor Kabupaten Garut. Berikut adalah diagram pie PDRB Per Sektor Kabupaten Garut tahun 2010 dan 2014 (diambil tahun awal dan akhir perbandingan).
Grafik IV.5 Grafik PDRB Per Sektor Kabupaten Garut Tahun 2010
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
Grafik IV. 6 Grafik PDRB Per Sektor Kabupaten Garut Tahun 2014
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
Tabel IV.3 Tabel kontribusi per sektor terhadap PDRB Kabupaten Garut No
1
Sektor
Pertanian,
Tahun PDRB Kabupaten (%)
2010
2011
2012
2013
2014
40,35
39,12
38,16
37,60
36,55
3,63
3,40
2,84
2,89
2,79
7,42
7,34
7,29
7,40
7,51
0,06
0,06
0,06
0,06
0,06
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
Kehutanan, dan Perikanan 2
Pertambangan & Penggalian
3
Industri Pengolahan
4
Pengadaan Listrik dan Gas
5
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur ulang
6
Konstruksi
5,33
5,59
5,83
5,98
6,03
7
Perdagangan
19,81
20,33
20,94
21,09
21,36
3,46
3,46
3,48
3,46
3,57
3,19
3,26
3,37
3,36
3,37
2,00
2,15
2,10
2,19
2,40
2,33
2,41
2,48
2,58
2,67
Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8
Transportasi dan Pergudangan
9
Penyediaan akomodasi dan Makan Minum
10
Informasi dan Komunikasi
11
Jasa Keuangan dan Asuransi
12
Real Estat
1,52
1,59
1,66
1,71
1,75
13
Jasa Perusahaan
0,50
0,50
0,50
0,51
0,51
14
Administrasi
3,85
3,64
3,85
3,57
3,43
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15
Jasa Pendidikan
3,20
3,59
3,80
3,94
4,22
16
Jasa Kesehatan
0,62
0,62
0,64
0,63
0,64
2,68
2,89
2,95
2,98
3,08
100
100
100
100
100
dan Kegiatan Sosial 17
Jasa lainnya
Total
Sumber : PDRB Kabupaten Garut, 2014
Data diatas kemudian diubah dan diolah kembali dalam bentuk diagram pie agar dapat terlihat pembagian kontribusi dari setiap sektor Kabupaten Garut. Berikut ini adalah diagram pie PDRB Per Sektor Kabupaten Garut tahun 2010 dan 2014 (diambil tahun awal dan akhir perbandingan). Grafik IV.7 Grafik Presentase PDRB Kabupaten Garut Per sektor Tahun 2010
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
Grafik IV.8 Grafik Presentase PDRB Kabupaten Garut Tahun 2014
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
Berdasarkan hasil pengolahan data PDRB Per Sektor Kabupaten Garut diatas, baik dalam bentuk tabel maupun diagram, menunjukkan bahwa sektor yang memberi kontribusi paling banyak adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Dalam kurun waktu 5 tahun berturut-turut dari tahun 2010 hingga tahun 2014 sektor ini mengalami penurunan dalam pembagian kontribusi pada PDRB Kabupaten Garut, akan tetapi sektor tersebut masih mendominasi terhadap kontribusi PDRB Kabupaten Garut. Untuk sektor dengan kontribusi atau bagian terkecil diduduki oleh 1 sektor. Sektor tersebut yaitu sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur ulang, dimana dalam perkembangan selama lima tahun berturut-turut (2010-2014) sektor tersebut berada di peringkat kontribusi terendah pada PDRB Kabupaten Garut dan tidak mengalami kenaikan dan penurunan selama priode 5 tahun sehingga terbilang konstan yaitu sebesar 0,05% . Sebagai
pembanding, berikut merupakan tabel PDRB Per Sektor Provinsi Jawa Barat Tahun 20102014:
Tabel IV.4 Tabel PDRB Propinsi Jawa Barat
No
Sektor
Tahun PDRB Propinsi Jawa Barat 2010
2011
2012
2013
2014
89.088.260,2
88.386.512,4
88.409.460,0
92.312.128,4
92.747.168,2
30.126.931,7
29.105.485,8
27.213.582,3
26.872.467,2
27.293.420,3
403.571.246,6
426.184.947,5
445.675.276,6
477.714.072,3
502.124.367,8
5.334.624,2
5.126.004,9
5.571.250,1
6.037.729,5
6.297.101,6
702.596,1
741.338,8
794.326,7
845.969,6
896.263,8
63.087.799,1
71.723.223,3
81.197.699,6
87.818.637,1
92.603.491,6
139.681.171,2
151.107.155,3
168.938.936,0
177.747.518,2
183.626.109,0
Pertanian, Kehutanan, dan 1 Perikanan Pertambangan & 2 Penggalian 3 Industri Pengolahan Pengadaan Listrik 4 dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan 5 Daur ulang 6 Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan 7 Sepeda Motor 20
Transportasi dan
37.337.711,1
41.660.006,8
45.721.399,3
47.965.848,6
51.561.864,7
21.672.463,1
23.196.039,4
24.806.717,8
25.985.297,7
27.545.028,8
20.785.122,3
25.378.259,3
28.094.004,5
30.651.836,8
36.005.412,4
20.242.188,2
21.567.179,5
23.437.318,8
26.455.239,9
27.546.333,2
12 Real Estat
9.855.884,0
10.992.679,3
11.916.840,6
12.561.546,4
13.121.319,4
13 Jasa Perusahaan
3.218.249,9
3.676.296,2
3.957.451,8
4.265.893,3
4.561.081,0
23.605.341,2
22.939.998,9
23.901.327,9
23.568.018,4
23.676.877,0
17.961.874,2
20.596.756,1
23.608.192,7
25.715.274,3
29.424.905,7
5.327.118,0
5.790.041,1
6.303.721,1
6.720.170,3
7.780.534,3
15.087.179,4
17.450.136,6
18.862.233,8
20.347.857,0
22.137.540,0
906.685.760,5
965.622.061,2
1.028.409.739,6
1.093.585.505,0
1.148.948.818,8
8 Pergudangan Penyediaan akomodasi dan 9 Makan Minum Informasi dan 10 Komunikasi Jasa Keuangan dan 11 Asuransi
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 14 Jaminan Sosial Wajib 15 Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan 16 Kegiatan Sosial 17 Jasa lainnya
Transportasi dan
37.337.711,1
41.660.006,8
45.721.399,3
47.965.848,6
51.561.864,7
21.672.463,1
23.196.039,4
24.806.717,8
25.985.297,7
27.545.028,8
20.785.122,3
25.378.259,3
28.094.004,5
30.651.836,8
36.005.412,4
20.242.188,2
21.567.179,5
23.437.318,8
26.455.239,9
27.546.333,2
12 Real Estat
9.855.884,0
10.992.679,3
11.916.840,6
12.561.546,4
13.121.319,4
13 Jasa Perusahaan
3.218.249,9
3.676.296,2
3.957.451,8
4.265.893,3
4.561.081,0
23.605.341,2
22.939.998,9
23.901.327,9
23.568.018,4
23.676.877,0
17.961.874,2
20.596.756,1
23.608.192,7
25.715.274,3
29.424.905,7
5.327.118,0
5.790.041,1
6.303.721,1
6.720.170,3
7.780.534,3
15.087.179,4
17.450.136,6
18.862.233,8
20.347.857,0
22.137.540,0
906.685.760,5
965.622.061,2
1.028.409.739,6
1.093.585.505,0
1.148.948.818,8
8 Pergudangan Penyediaan akomodasi dan 9 Makan Minum Informasi dan 10 Komunikasi Jasa Keuangan dan 11 Asuransi
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 14 Jaminan Sosial Wajib 15 Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan 16 Kegiatan Sosial 17 Jasa lainnya
Sumber : PDRB Propinsi Jawa Barat, 2014
21
Grafik IV.9 Grafik PDRB Pripinsi Jawa Barat Tahun 2010
Grafik IV.9 Grafik PDRB Pripinsi Jawa Barat Tahun 2010
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015 Grafik IV.10 Grafik PDRB Propinsi Jawa Barat Tahun 2014
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
Berdasarkan hasil pengolahan data PDRB Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten ADHK Per Sektor dalam jangka waktu 2010 sampai 2014, maka dihasilkan urutan tertinggi ke terendah dari masing-masing sektor yang berkontribusi pada PDRB Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Garut sebagai berikut: Tabel IV.5 Tabel Peringkat Sektor PDRB Propinsi Jawa Barat dan PDRB Kabupaten Garut
Peringk at
Sektor PDRB Propinsi Jawa Barat
Sektor PDRB Kabupaten Garut
Sektor 1
Industri Pengolahan
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
2
Perdagangan Besar dan Eceran;
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
3
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
4
Konstruksi
5
Industri Pengolahan Konstruksi Administrasi Pemerintahan,
Transportasi dan Pergudangan
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
6
Pertambangan & Penggalian
Pertambangan & Penggalian
7
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Transportasi dan Pergudangan
Wajib 8
Penyediaan akomodasi dan Makan Minum
9
Jasa Pendidikan Penyediaan akomodasi dan Makan
Informasi dan Komunikasi
Minum
10
Jasa Keuangan dan Asuransi
Jasa lainnya
11
Jasa Pendidikan
Jasa Keuangan dan Asuransi
12
Jasa lainnya
Informasi dan Komunikasi
13
Real Estat
Real Estat
14
Pengadaan Listrik dan Gas
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
15
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
16
Jasa Perusahaan
Jasa Perusahaan Pengadaan Listrik dan Gas
17
Pengadaan Air, Pengelolaan
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Sampah, Limbah dan Daur ulang
Limbah dan Daur ulang
Sumber : PDRB Propinsi Jawa Barat dan Kabupaten Garut, 2014
Kondisi PDRB Provinsi Jawa Barat memilik perbedaan dengan Kabupaten Garut terkait konstribusi sektor tertinggi untuk PDRB. PDRB Propinsi Jawa Barat sektor tertinggi yaitu sektor industri pengolahan, sedangkan Kabupaten Kendal sektor tertinggi industri pengolahan berada pada peringkat tiga dibawah sektor tertinggi yaitu sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Namun PDRB Jawa Barat memiliki kondisi sektor terendah yang sama dengan Kabupaten Garut yaitu Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur ulang. 4.1.2 Analisis Perhitungan Location Quotient (LQ)
Analisis Location Qoutient (LQ) digunakan untuk mengetahui tingkat spesialisasi sektor-sektor disuatu wilayah atau sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis dan non basis. Analisis location quotient (LQ) merupakan suatu analisis karakteristik perekonomian dasar suatu wilayah dimana wilayah studi dilihat sebagai bentuk kecil dari wilayah dengan hierarki lebih tinggi darinya. Dapat dibandingkan dan dilihat bagaimana kondisi dan kontribusi wilayah studi terhadap perekonomian wilayah dengan hierarki yang lebih tinggi. Dalam pembahsan analisis Location Quotient (LQ), analisis ini merupakan sebagian kecil analisis kabupaten Garut dari hierarki yang lebih besar yaitu Jawa Barat. Dalam analisis LQ ini membutuhkan beberapa data pendukung seperti PDRB. Data yang digunakan adalah data PDRB time series Kabupaten Garut dan PDRB Jawa Barat tahun 2010 hingga tahun 2014 berdasarkan harga konstan tahun 2010, lalu dijabarkan ke sektor-sektor perekonomian untuk mencerminkan pendapatan dan produksi riil di Kabupaten Garut dan Provinsi Jawa Barat. Berikut data PDRB Kabupaten Garut dan PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 berdasarkan harga konstan:
Tabel IV.6 Tabel Perhitungan LQ
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
25
Dari data tabel LQ diatas dapat dihitung jumlah LQ per masing-masing aspek, dengan rumus : LQ
=
=
Contohnya perhitungan LQ diambil sampel dari perhitungan Pertanian, Perhutanan, dan perikanan PDRB tahun 2010 : LQ
=
=
= =
= 4,106
Dari seluruh sektor yang telah dilakukan perhitungan terdapat beberapa sektor yang tergolong Basis dan Non Basis. Sektor Basis tertinggi pada tahun 2010 terdapat pada sektor Pertanian, kehutanan dan Perikanan dengan jumlah perhitungan LQ 4,106 dan sektor terendah pada tahun 2010 adalah pada sektor Pengadaan Listrik dan Gas yang jumlah LQ nya sebesar
Dari data tabel LQ diatas dapat dihitung jumlah LQ per masing-masing aspek, dengan rumus : LQ
=
=
Contohnya perhitungan LQ diambil sampel dari perhitungan Pertanian, Perhutanan, dan perikanan PDRB tahun 2010 : LQ
=
=
= =
= 4,106
Dari seluruh sektor yang telah dilakukan perhitungan terdapat beberapa sektor yang tergolong Basis dan Non Basis. Sektor Basis tertinggi pada tahun 2010 terdapat pada sektor Pertanian, kehutanan dan Perikanan dengan jumlah perhitungan LQ 4,106 dan sektor terendah pada tahun 2010 adalah pada sektor Pengadaan Listrik dan Gas yang jumlah LQ nya sebesar 0,105. Dari maing-masing per sektor juga memiliki peningkatan dari tahun ke tahun, misalna pada sektor Pertanian, kehutanan dan perikanan memiliki tingkat kenaikan sebesar 421 dari tahun 2010 ke tahun 2011. Dalam perhitungan LQ ini terdapat 31 aspek Non Basis dan 54 aspek Basis pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
26
Tabel IV.7 Tabel Perhitungan LQ tahun 2010
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015 Tabel IV.8 Tabel Perhitungan LQ tahun 2011
S
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015 27
Tabel IV.9 Tabel Perhitungan LQ tahun 2012
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015 Tabel IV.10 Tabel Perhitungan LQ tahun 2013
28
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015 Tabel IV.11 Tabel Perhitungan LQ tahun 2014
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
LQ > 1 disebut sebagai sektor basis Yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari wilayah acuan. Dan dari perhitungan di atas yang termasuk sektor basis adalah sektor Pertanian; Pertambangan dan Penggalian; serta sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan. LQ < 1 disebut sebagai sektor nonbasis Yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih rendah daripada wilayah acuan. Yang termasuk dalam sektor nonbasis antara lain sektor Industri Pengelolahan; listrik, gas dan air bersih; bangunan; perdagangan,hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; serta sektor jasa. LQ = 1 maka tingkat spesialisasi di daerah maupun di wilayah acuan sama. Dari perhitungan di atas, di Kabupaten Blora tidak terdapat sektor yang memiliki nilai sama dengan satu. 4.1.3 Analisis Sift-Share
Mengetahui perubahan struktur atau kinerja sektor ekonomi daerah terhadap struktur ekonomi yang lebih tinggi seperti provinsi atau nasional merupakan cara yang dilakukan dengan analisis shift share. Selain itu analisis shift share berguna juga untuk melihat perubahan atau perkembangan ekonomi dari satu wilayah. Analisis shift share ini dapat dihitung dengan 29
cara menghitung PDRB persektor perekonomian yang ada di kabupaten atau kota, dan membandingkannya dengan PDRB persektor dari provinsi kota tesebut. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perubahan produksi atau kesempatan kerja dipengaruhi oleh 3 komponen pertumbuhan wilayah, yaitu Komponen Pertumbuhan Nasional (KPN), komponen Pertumbuhan Proposional (KPP), dan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW). Berikut ini adalah perbandingan tabel PDRB Kabupaten Garut dengan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 dan 2014.
30
Tabel IV.12 Tabel Perhitungan Data Dasar untuk Analisi Shift Share Kabupaten Garut dan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 dan 2014 (dalam juta rupiah)
NO
SEKTOR
KABUPATEN GARUT
PROVINSI JAWA BARAT
PDRB 2010
PDRB 2014
PDRB 2010
PDRB 2014
ri
Ri
Ra
yo
yt
Yo
Yt
yit/yio
Yit/Yio
Yt/Yo
1
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
10.274.621,5
11.161.548,2
89.088.260,2
92.747.168,2
1,0863
1,0411
1,2672
2
Pertambangan & Penggalian
924.494,4
853.578,0
30.126.931,7
27.293.420,3
0,9233
0,9059
1,2672
3
Industri Pengolahan
1.890.139,9
2.294.637,7
403.571.246,6
502.124.367,8
1,2140
1,2442
1,2672
4
Pengadaan Listrik dan Gas
15.797,6
18.918,9
5.334.624,2
6.297.101,6
1,1976
1,1804
1,2672
11.784,8
14.852,2
702.596,1
896.263,8
1,2603
1,2756
1,2672
1.356.154,8
1.843.072,3
63.087.799,1
92.603.491,6
1,3590
1,4679
1,2672
5.045.739,3
6.524.503,3
139.681.171,2
183.626.109,0
1,2931
1,3146
1,2672
5 6 7
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8
Transportasi dan Pergudangan
880.384,4
1.088.865,3
37.337.711,1
51.561.864,7
1,2368
1,3810
1,2672
9
Penyediaan akomodasi dan Makan Minum
813.285,0
1.029.765,1
21.672.463,1
27.545.028,8
1,2662
1,2710
1,2672
10
Informasi dan Komunikasi
508.230,9
733.784,5
20.785.122,3
36.005.412,4
1,4438
1,7323
1,2672
11
Jasa Keuangan dan Asuransi
593.571,6
815.703,5
20.242.188,2
27.546.333,2
1,3742
1,3608
1,2672
12
Real Estat
386.664,8
535.114,0
9.855.884,0
13.121.319,4
1,3839
1,3313
1,2672
13
Jasa Perusahaan
126.707,3
155.150,1
3.218.249,9
4.561.081,0
1,2245
1,4173
1,2672
981.613,6
1.047.869,6
23.605.341,2
23.676.877,0
1,0675
1,0030
1,2672
14
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
31
15
Jasa Pendidikan
815.008,6
1.288.697,5
17.961.874,2
29.424.905,7
1,5812
1,6382
1,2672
16
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
158.375,9
194.673,4
5.327.118,0
7.780.534,3
1,2292
1,4606
1,2672
17
Jasa lainnya
682.647,6
940.510,5
15.087.179,4
22.137.540,0
1,3777
1,4673
1,2672
Total
25.465.222,0
30.541.244,1
906.685.760,5
1.148.948.818,8
21,5186
22,4924
21,5423
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
15
Jasa Pendidikan
815.008,6
1.288.697,5
17.961.874,2
29.424.905,7
1,5812
1,6382
1,2672
16
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
158.375,9
194.673,4
5.327.118,0
7.780.534,3
1,2292
1,4606
1,2672
17
Jasa lainnya
682.647,6
940.510,5
15.087.179,4
22.137.540,0
1,3777
1,4673
1,2672
Total
25.465.222,0
30.541.244,1
906.685.760,5
1.148.948.818,8
21,5186
22,4924
21,5423
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
32
Berdasarkan tabel perhitungan PDRB Kabupaten Garut dan Provinsi Jawa Barat di atas maka dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan PDRB tidak pada semua sektor. Sektor pertambangan dan penggalian dari tahun 2010 ke 2014 mengalami penurunan. Penurunan tersebut tidak hanya terjadi di Kabupaten Garut namun juga terjadi penurunan dari Provinsi Jawa Baratnya sendiri. Selanjutnya dapat dilakukan diindentifikasi unutk diketahui sektor yang berpotensi untuk memajukan perekonomian di Kabupaten Garut dengan hasil perhitungannya sebagai berikut : Tabel IV.13 Tabel Perhitungan KPN,KPP, KPPW, PE dan PB Kabupaten Garut pada tahun 2010 dan 2014
KPN
KPP
Pertumbuha
Perges
n Ekonomi
eran
KPPW
Bersih (KPN+KPP+K
KPP+K
Berdasarkan tabel perhitungan PDRB Kabupaten Garut dan Provinsi Jawa Barat di atas maka dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan PDRB tidak pada semua sektor. Sektor pertambangan dan penggalian dari tahun 2010 ke 2014 mengalami penurunan. Penurunan tersebut tidak hanya terjadi di Kabupaten Garut namun juga terjadi penurunan dari Provinsi Jawa Baratnya sendiri. Selanjutnya dapat dilakukan diindentifikasi unutk diketahui sektor yang berpotensi untuk memajukan perekonomian di Kabupaten Garut dengan hasil perhitungannya sebagai berikut : Tabel IV.13 Tabel Perhitungan KPN,KPP, KPPW, PE dan PB Kabupaten Garut pada tahun 2010 dan 2014
KPN
SEKTOR
Ra - 1
KPP
Ri - Ra
Perges
n Ekonomi
eran
KPPW
ri - Ri
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pertumbuha
Bersih (KPN+KPP+K
KPP+K
PPW)
PPW
8,63% 26,7%
-22,61%
4,53%
18,09%
-7,67%
-
Pertambangan & Penggalian
26,7%
-36,12%
1,73%
Industri Pengolahan
26,7%
-2,30%
-3,02%
21,40%
-5,32%
Pengadaan Listrik dan Gas
26,7%
-8,68%
1,72%
19,76%
-6,96%
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur ulang
26,03% 26,7%
0,84%
-1,54% -
Konstruksi
26,7% 26,7%
4,74%
9,18%
-2,15%
26,7%
2,59% 23,68%
11,38% 14,42%
Penyediaan akomodasi dan Makan Minum
35,90% 29,31%
Transportasi dan Pergudangan
-0,69%
20,07% 10,88%
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
34,39%
-3,04% 26,63%
26,7%
0,38%
-0,48% -
Informasi dan Komunikasi
26,7%
Jasa Keuangan dan Asuransi
26,7%
-0,10% 44,38%
46,51% 28,85% 9,36%
1,34%
17,66% 37,42%
10,70% 33
Real Estat
26,7%
Jasa Perusahaan
6,41%
26,7%
5,26%
38,39%
-
22,45%
15,01% 19,28%
Administrasi Pemerintahan,
11,67% -4,27%
6,75%
Pertahanan dan Jaminan Sosial
-
Wajib
26,7%
-26,42%
6,45%
Jasa Pendidikan
26,7%
37,10%
-5,70%
58,12%
-
22,92%
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
26,7%
19,34% 23,14%
Jasa lainnya
26,7%
20,01%
-8,96%
19,97% 31,40% -3,80% 37,77%
11,05%
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
Dari tabel diatas dapat diinterpretasikan hasil perhitungannya dengan menggunakan indikator-indikator dibawah ini : 1. Kriteria interpretasi besaran pergeseran bersih (PB) Jika besaran Pergeseran Bersih ≥ maka sektor tersebut mengalami kemajuan Jika besaran pergeseran bersih < maka sektor tersebut mengalami kemunduran 2. Kriteria interpretasi nilai KPP
KPP bernilai positif (KPP>0) pada wilayah/ daerah yang berspesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat.
KPP bernilai negatif (KPP<0) pada wilayah/daerah yang berspesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat.
3. Kriteria interpretasi nilai KPPW
KPPW bernilai positif (KPPW>0) pada sektor yang mempunyai keunggulan komparatif di wilayah/daerah tersebut atau disebut juga keuntungan lokasional.
KPPW bernilai negatif (KPPW<0) pada sekotr yang tidak mempunyai keunggulan komparatif/ tidak dapat bersaing.
Maka, jika dilihat dari tabel diatas dapat diinterpretasikan hasilnya sebagai berikut : Tabel IV. 14 Tabel hasil interprtasi nilai KPP per Sektor Kebupaten Garut tahun 2014 (dalam persen %) NO
SEKTOR
KPP Ri-Ra
Keterangan
34
- spesialisasi dalam sektor yg secara nasional Pertanian, Kehutanan, dan 1 Perikanan
22,61 tumbuh lambat. % - spesialisasi dalam sektor yg secara nasional 36,12 tumbuh lambat.
2 Pertambangan & Penggalian
% - spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
3 Industri Pengolahan
2,30% tumbuh lambat. - spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
4 Pengadaan Listrik dan Gas
8,68% tumbuh lambat.
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 5 Limbah dan Daur ulang
spesialisasi dalam sektor yg secara nasional 0,84% tumbuh cepat. 20,07 spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
6 Konstruksi
% tumbuh cepat.
Perdagangan Besar dan Eceran; 7 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
spesialisasi dalam sektor yg secara nasional 4,74% tumbuh cepat. 11,38 spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
8 Transportasi dan Pergudangan
% tumbuh cepat.
Penyediaan akomodasi dan Makan 9 Minum
spesialisasi dalam sektor yg secara nasional 0,38% tumbuh cepat. 46,51 spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
10 Informasi dan Komunikasi
% tumbuh cepat. spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
11 Jasa Keuangan dan Asuransi
9,36% tumbuh cepat. spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
12 Real Estat
6,41% tumbuh cepat. 15,01 spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
13 Jasa Perusahaan
% tumbuh cepat. - spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
Administrasi Pemerintahan, 14 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
26,42 tumbuh lambat. % 37,10 spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
15 Jasa Pendidikan
% tumbuh cepat. 35
19,34 spesialisasi dalam sektor yg secara nasional 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
% tumbuh cepat. 20,01 spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
17 Jasa lainnya
% tumbuh cepat.
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
Interpretasi : ada beberapa sektor di kabupaten Garut mengalami pertumbuhan secara lambat diantaranya pertania,kehutanan dan perikanan; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; pengadaan listrik dan gas; dan administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib. Selain dari sektor tersebut semuanya mengalami pertumbuhan yang cepat. Tabel IV.15 Tabel hasil interpretasi nilai KPPW per Sektor Kabupaten Garut 2014
KPPW
N O
SEKTOR
Keterangan
ri - Ri
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
4,53%
Mempunyai daya saing
2 Pertambangan & Penggalian
1,73%
Mempunyai daya saing
3 Industri Pengolahan
-3,02%
Tidak mempunyai daya saing
4 Pengadaan Listrik dan Gas
1,72%
Mempunyai daya saing
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
Tidak mempunyai daya saing
5 Daur ulang
-1,54%
6 Konstruksi
-10,88%
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan 7 Sepeda Motor 8 Transportasi dan Pergudangan
Tidak mempunyai daya saing Tidak mempunyai daya saing
-2,15% -14,42%
Tidak mempunyai daya saing
-0,48%
Tidak mempunyai daya saing
-28,85%
Tidak mempunyai daya saing
11 Jasa Keuangan dan Asuransi
1,34%
Mempunyai daya saing
12 Real Estat
5,26%
Mempunyai daya saing
-19,28%
Tidak mempunyai daya saing
6,45%
Mempunyai daya saing
9 Penyediaan akomodasi dan Makan Minum 10 Informasi dan Komunikasi
13 Jasa Perusahaan 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
36
Jaminan Sosial Wajib 15 Jasa Pendidikan 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
-5,70%
Tidak mempunyai daya saing
-23,14%
Tidak mempunyai daya saing
-8,96%
Tidak mempunyai daya saing
17 Jasa lainnya (dalam persen %)
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa banyak sektor yang mempunyai daya saing di antaranya sektor pertanian,kehutana dan perikanan; pertambangan dan penggalian; pengadaan listrik dan gas; jasa keuangan dan asuransi; Real estat; dan administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib. Hal tersebut dikarenakan hasil KPPW sektor yang bernilai positif. Sedangkan sektor yang tidak mempunyai daya saing di Kabupaten Kendal adalah industri pengolahan; pengadaan air, pengelolassn sampah, limbah dan daur ulang; konstruksi; perdagangan besar dan eceran; transportasi dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi; jasa perusahaan; jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; serta jasa lainnya. Sektor-sektor tersebut dikatakan tidak mempunyai daya saing karena KPPW yang bernilai negatif. Tabel IV.16 Tabel hasil interpretasi pergeseran bersih per Sektor Kabupaten Garut tahun 2014 (dalam persen %) KPP + KPPW NO
SEKTOR
KPP
KPPW
(PB)
KETERANGAN
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
22,61%
4,53%
-18,09%
MUNDUR
2 Pertambangan & Penggalian
36,12%
1,73%
-34,39%
MUNDUR
3 Industri Pengolahan
-2,30%
-3,02%
-5,32%
MUNDUR
4 Pengadaan Listrik dan Gas
-8,68%
1,72%
-6,96%
MUNDUR
0,84%
-1,54%
-0,69%
MUNDUR
20,07%
-
9,18%
MAJU
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 5 dan Daur ulang 6 Konstruksi
37
10,88% Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 7 Mobil dan Sepeda Motor
4,74%
-2,15%
2,59%
MAJU
-3,04%
MUNDUR
-0,10%
MUNDUR
17,66%
MAJU
8 Transportasi dan Pergudangan 9 Penyediaan akomodasi dan Makan Minum
11,38% 14,42% 0,38%
-0,48% -
10 Informasi dan Komunikasi
46,51% 28,85%
11 Jasa Keuangan dan Asuransi
9,36%
1,34%
10,70%
MAJU
12 Real Estat
6,41%
5,26%
11,67%
MAJU
-4,27%
MUNDUR
13 Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
15,01% 19,28% -
14 Jaminan Sosial Wajib
26,42%
6,45%
-19,97%
MUNDUR
15 Jasa Pendidikan
37,10%
-5,70%
31,40%
MAJU
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
19,34% 23,14%
-3,80%
MUNDUR
17 Jasa lainnya
20,01%
11,05%
MAJU
-8,96%
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
Setelah dilakukan beberapa perhitungan dan interpretasi dari hasil yang didapatkan, maka bisa diketahui bahwa : 1) Sektor-sektor yang progresif atau mengalami kemajuan adalah sektor yang pergeseran bersihnya bernilai positif, pada kabupaten Garut sektor-sektoryang mengalami kemajuan adalah sektor perdagangan besar dan eceran;reparasi mobil dan sepeda motor; konstruksi; informasi dan komunikasi; jasa keuangan dan asuransi; real estat; jasa pendidikan dan jasa lainnya. 2) Sektor yang mengalami pertumbuhan pesat adalah sektor yang memiliki KPP bernilai positif, yaitu pengadaan air, pengelolassn sampah, limbah dan daur ulang; konstruksi; perdagangan besar dan eceran;reparasi mobil dan sepeda motor; transportasi pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; infomasi dan komunikasi; jasa keuangan dan asuransi; real estat; jasa perusahaan;jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; dan jasa lainnya. 38
3) Sektor yang mengalami pertumbuhan cenderung lambat yaitu ditandai dengan nilai KPP negatif, di antaranya adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan & Penggalian; Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; dan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. 4) Sementara itu, terdapat pula sektor yang mengalami kemunduran atau tidak progresif, yaitu sektor yang memiliki pergeseran bersih negatif. Sehingga berdasarkan tabel tersebut sektor pertanian, perhutanan. Dan perikanan; pertambangan & Penggalian; Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur ulang; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan akomodasi dan Makan Minum; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yang mengalami kemunduran.
39
4.1.4 Analisis Tipologi Jaringan (LQ & Shift Share)
Analisis ini merupakan suatu analisis untuk dapat menetahui sekto-sektor apasaja kah yang dianggap unggulan dan mampu mengangkat perekonomian kabupaten Garut. Tipologi ini dianalisis dengan cara membanding-bandingkan tiap-tiap sektor perekonomian yang ada di kabupaten Garut, dengan cara membandingkan antara perhitungan analisis LQ dan Shift Share. Tabel IV.17 Tabel Perhitungan Gabungan LQ dan Shift Share Kabupaten Garut NO
1 2 3 4
SEKTOR
LQ
Shift Share
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur ulang
P>1 P>1 P<1 P<1
6
Konstruksi
P<1
7
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
P>1
8
Transportasi dan Pergudangan
P<1
PB < 0
9
Penyediaan akomodasi dan Makan Minum
P>1
PB < 0
10
Informasi dan Komunikasi
P<1
PB < 0
11
Jasa Keuangan dan Asuransi
P>1
PB > 0
12
Real Estat
P>1
PB > 0
13
Jasa Perusahaan
P>1
PB < 0
14
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
P>1
15
Jasa Pendidikan
P>1
PB < 0
16
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
P<1
PB < 0
17
Jasa lainnya
P>1
PB < 0
5
P<1
PB > 0 PB > 0 PB < 0 PB > 0 PB < 0 PB < 0 PB < 0
PB > 0
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
40
Gambar IV. 18 Kuadran Plotting Perhitungan Nilai LQ dan Shift Share PB > 0
LQ > 1
LQ < 1
PB < 0
Sumber: Hasil Olahan Kelompok 6B Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015
4.2 Analisis Sektor Unggulan
Berdasarkan hasil analisis sektor ekonomi unggulan dengan menggunakan metode LQ dan Shift Share maka dapat dikatakan bahwa yang menjadi sektor unggulan prioritas pertama di Kabupaten Kendal adalah sektor pertanian. Untuk mengetahui komoditas unggulan perekonomian wilayah, maka disesuaikan dengan kuantitas hasil produksi pertanian per kecamatan di Kabupaten Garut. Berikut adalah data jumlah produksi pertanian per kecamatan Tahun 2014 di Kabupaten Garut:
41
Tabel IV.19 Jumlah Produksi Pertanian Per Kecamatan Tahun 2014 Sektor NO
Kecamatan 1 Cikajang
C abe R awit
To ma t
B awa ng Me ra h
85
601
2 Cigedug
299
3 Cisurupan
211
4 Pangatikan
116
Sa wi
Kenta ng
Kubis
239
6380
31247
23238
474
898
8064
20556
19545
262
1593
6338
18211
11846
788
0
3291
9071
15429
5 Pasir Wangi
24
145
10
1272
19245
6700
6 Bayongbong
25
190
7812
4241
5149
5667
6
158
670
10167
6369
3815
7 Semarang 8 Sukaresmi
0
134
60
1356
9336
5782
20
140
0
9339
1774
3204
10 Sucinaraja
64
290
2120
795
5413
5076
11 Banjarwangi
93
104
0
2947
3093
7040 3023
9 Leles
12 Cilawu
102
159
990
5705
3204
13 Pamulihan
83
25
0
326
4899
6645
14 Wanaraja
39
61
588
0
1233
9511
15 Taronggong Kaler
10
100
96
1823
0
1864
114
26
48
568
657
1980
17 Karang Pawitan
27
107
956
868
457
919
18 leuwigoong
15
88
166
225
980
0
19 Sukawening
0
10
0
202
960
150
20 cibiuk
34
81
475
469
0
0
21 bl. Limbngan
38
49
193
695
0
0
16 Talegon
22 Karang Tengah
5
7
133
203
92
483
23 Garut Kota
10
26
192
448
0
0
24 Taronggong Kidul
12
25
234
348
0
0
25 Banyuresmi 26 cibatu
0
34
68
388
68
0
27
27
28
324
0
0
27 Mekar Mukti
44
0
204
0
0
0
28 Pakenjeng
64
20
143
0
0
0
29 Bungbulan
213
0
0
0
0
0
30 Caringin
175
10
0
0
0
0
31 Cisewu
163
9
0
0
0
0
32 malangbong
3
11
0
141
0
0
33 Cihurip
29
21
0
61
0
0
34 Peundeuy
75
0
0
0
0
0
35 kadungora
33
35
0
0
0
0
5
2
37
0
0
0
36 selaawi 37 Ciabalong
29
0
0
0
0
0
38 Cisopet
27
0
0
0
0
0
39 kersemanah
0
2
18
0
0
0
13
0
0
0
0
0
41 Pameungpeuk
7
0
0
0
0
0
42 Cikelet
4
0
0
0
0
0
40 Singajaya
Sumber : Kabupaten Garut Dalam Angka, 2015 Setelah didapat data hasil produksi pertanian per kecamatan tahun 2015 di Kabupaten Garut, maka diperoleh rata-rata hasil produksi pertanian Kabupaten Garut tersebut sebagai berikut :
42
Tabel IV.20 Rata-rata Hasil Produksi Pertanian Sektor NO
Kecamatan
C abe Ra wit
To ma t
B awa ng Mera h
1 Cikajang
85
601
2 Cigedug
299
3 Cisurupan
211
4 Pangatikan
Sa wi
Kenta ng
Kubis
Jumlah
Presentasi
239
6380
31247
23238
61790
16,9079217
474
898
8064
20556
19545
49836
13,636886
262
1593
6338
18211
11846
38461
10,5242851
116
788
0
3291
9071
15429
28695
7,85196333
5 Pasir Wangi
24
145
10
1272
19245
6700
27396
7,49651115
6 Bayongbong
25
190
7812
4241
5149
5667
23084
6,31659598
7 Semarang
6
158
670
10167
6369
3815
21185
5,79696265
8 Sukaresmi
0
134
60
1356
9336
5782
16668
4,56095225
20
140
0
9339
1774
3204
14477
3,96141743
10 Sucinaraja
64
290
2120
795
5413
5076
13758
3,76467369
11 Banjarwangi
93
104
0
2947
3093
7040
13277
3,63305514
102
159
990
5705
3204
3023
13183
3,60733342
9 Leles
12 Cilawu 13 Pamulihan
83
25
0
326
4899
6645
11978
3,27760296
14 Wanaraja
39
61
588
0
1233
9511
11432
3,12819811
15 Taronggong Kaler
10
100
96
1823
0
1864
3893
1,06526201
114
26
48
568
657
1980
3393
0,92844438
17 Karang Pawitan
27
107
956
868
457
919
3334
0,9122999
18 leuwigoong
15
88
166
225
980
0
1474
0,40333835
16 Talegon
19 Sukawening
0
10
0
202
960
150
1322
0,36174579
20 cibiuk
34
81
475
469
0
0
1059
0,28977972
21 bl. Limbngan
38
49
193
695
0
0
975
0,26679436
5
7
133
203
92
483
923
0,25256533
22 Karang Tengah 23 Garut Kota
10
26
192
448
0
0
676
0,18497743
24 Taronggong Kidul
12
25
234
348
0
0
619
0,16938022
25 Banyuresmi
0
34
68
388
68
0
558
0,15268847
26 cibatu
27
27
28
324
0
0
406
0,11109591
27 Mekar Mukti
44
0
204
0
0
0
248
0,06786154
28 Pakenjeng
64
20
143
0
0
0
227
0,0621152
29 Bungbulan
213
0
0
0
0
0
213
0,05828431
30 Caringin
175
10
0
0
0
0
185
0,05062252
31 Cisewu
163
9
0
0
0
0
172
0,04706526
3
11
0
141
0
0
155
0,04241346
33 Cihurip
29
21
0
61
0
0
111
0,03037351
34 Peundeuy
75
0
0
0
0
0
75
0,02052264
35 kadungora
33
35
0
0
0
0
68
0,0186072
5
2
37
0
0
0
44
0,01203995
37 Ciabalong
29
0
0
0
0
0
29
0,00793542
38 Cisopet
27
0
0
0
0
0
27
0,00738815
0
2
18
0
0
0
20
0,0054727
13
0
0
0
0
0
13
0,00355726
41 Pameungpeuk
7
0
0
0
0
0
7
0,00191545
42 Cikelet
4
0
0
0
0
0
4
0,00109454
4601
7841
35703
127588
252781
240596
365450
100
32 malangbong
36 selaawi
39 kersemanah 40 Singajaya
Jumlah
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 6 Ekonomi Wilayah dan Kota, 2015 4.3 Analisis Intra Wilayah
Berdasarkan analisis LQ dan Shift Share yang sudah dilakukan sebelumnya, dapat diketahui bahwa yang menjadi sektor unggulan dan menjadi prioritas utama adalah sektor pertanian. Analisis intrawilayah ditujukan untuk mengetahui daerah-daerah mana saja yang menjadi prioritas utama dalam mengembangkan sektor pertanian tersebut. Dalam menganalisis hal ini dibutuhkan data jumlah komoditas pertanian per kecamatan di Kabupaten Garut. Data tersebut kemudian diolah 43
dengan cara mengurutkan kecamatan dengan jumlah produksi pertanian terbanyak hingga terendah, kemudian tentukan banyak kelas dimana pada analisis ini digunakan tiga kelas yaitu prioritas I, prioritas II, dan prioritas III. Banyaknya kelas tersebut digunakan untuk menghitung range atau interval. Cara menghitung range adalah sebagai berikut: Range = (Jumlah Terbesar – Jumlah Terkecil) / Jumlah Kelas Range = (61.790 – 4)/3 Range = 20595,33 Lalu lakukan perhitungan interval .Setelah dilakukan perhitungan interval kelas, maka disesuaikan dengan data yang ada dengan hasil sebagai berikut: Tabel IV. 21 Tabel Perhitungan Interval Kelas Sektor NO
Kecamatan
Cabe Rawit
Tomat
Bawang Merah
Sawi
Kentang
Kubis
Jumlah
Perioritas
1 Cikajang
85
601
239
6380
31247
23238
61790
2 Cigedug
299
474
898
8064
20556
19545
49836
1
3 Cisurupan
211
262
1593
6338
18211
11846
38461
1
4 Pangatikan
116
788
0
3291
9071
15429
28695
1
5 Pasir Wangi
24
145
10
1272
19245
6700
27396
1
6 Bayongbong
25
190
7812
4241
5149
5667
23084
1
6
158
670
10167
6369
3815
21185
1 1
7 Semarang 8 Sukaresmi 9 Leles 10 Sucinaraja 11 Banjarwangi 12 Cilawu
1
0
134
60
1356
9336
5782
16668
20
140
0
9339
1774
3204
14477
1
64
290
2120
795
5413
5076
13758
1
93
104
0
2947
3093
7040
13277
1
102
159
990
5705
3204
3023
13183
1
13 Pamulihan
83
25
0
326
4899
6645
11978
1
14 Wanaraja
39
61
588
0
1233
9511
11432
1 1
15 Taronggong Kaler
10
100
96
1823
0
1864
3893
114
26
48
568
657
1980
3393
1
17 Karang Pawitan
27
107
956
868
457
919
3334
1
18 leuwigoong
15
88
166
225
980
0
1474
1
19 Sukawening
0
10
0
202
960
150
1322
1
16 Talegon
20 cibiuk
34
81
475
469
0
0
1059
2
21 bl. Limbngan
38
49
193
695
0
0
975
2
5
7
133
203
92
483
923
2
22 Karang Tengah 23 Garut Kota
10
26
192
448
0
0
676
2
24 Taronggong Kidul
12
25
234
348
0
0
619
2
0
34
68
388
68
0
558
2
27
27
28
324
0
0
406
2
25 Banyuresmi 26 cibatu 27 Mekar Mukti
44
0
204
0
0
0
248
2
28 Pakenjeng
64
20
143
0
0
0
227
2
29 Bungbulan
213
0
0
0
0
0
213
2
30 Caringin
175
10
0
0
0
0
185
2
31 Cisewu
163
9
0
0
0
0
172
3
3
11
0
141
0
0
155
3
29
21
0
61
0
0
111
3
32 malangbong 33 Cihurip 34 Peundeuy
75
0
0
0
0
0
75
3
35 kadungora
33
35
0
0
0
0
68
3
36 selaawi
5
2
37
0
0
0
44
3
37 Ciabalong
29
0
0
0
0
0
29
3
38 Cisopet
27
0
0
0
0
0
27
3
39 kersemanah
0
2
18
0
0
0
20
3
13
0
0
0
0
0
13
3
41 Pameungpeuk
7
0
0
0
0
0
7
3
42 Cikelet
4
0
0
0
0
0
4
3
2343
4221
17971
66984
142014
131917
40 Singajaya
Jumlah
365450
44
Sumber : hasil analisis kelompok 6 Ekonomi Wilayah dan Kota 2015 Jika dilihat berdasarkan hasil datanya, maka yang menjadi prioritas 1 adalah Kecamatan Cikajang, Cigedug, Cisurupan,Pangatikan,Pasir Wangi, Bayongbong, Semarang, Sukaresmi, Leles, Sucinaraja, Banjarwangi, Cilawu, Pamulihan, Wanaraja,Taronggong Kaler, Talegon, Karang Pawitan, leuwigoong, Sukawening yang berarti kecamatan tersebut menjadi kecamatan paling unggul untuk mengembangkan sektor pertanian di Kabupaten Garut. Sedangkan yang menjadi prioritas 2 adalah cibiuk, Limbngan, Karang Tengah, Garut Kota, Taronggong Kidul, Banyuresmi , cibatu, Mekar Mukti, Pakenjeng, Bungbulan, Caringin. Kecamatan-kecamatan lain yang tidak termasuk sebagai prioritas 1 dan 2 menjadi prioritas 3. Berdasarkan data tersebut dilakukan analisis dengan penyusunan peta hasil analisis intrawilayah. (Lampiran) 4.4 Sintesa
Analisis Ekonomi dalam hal ini mencakup banyak sektor, namun hanya ada beberapa sektor tertentu yang merupakan sektor Unggulan yang ada di Kabupaten Garut. Dari hasil analisis kelompok, bahwa yang dikatakan sektor unggulan adalah sektor yang dimana dalam segi hal pendapatan merupakan sektor yang paling tinggi dalam pencapaian di kabupaten tersebut. Sektor Unggulan di kabupaten garut meliputi Pertanian, Pertambangan, Jasa Keuangan, Real Estate, Kantor pemerintahan. Sektor potensial di kabupaten Garut merupakan sektor yang memiliki potensi dibidang Jasa dan perdagangan besar. Sektor yang sedang
berkembang yaitu perdagangan,
transportasi juga termasuk. Terbelakang merupakan aspek yang mungkin nilai pengaruhnya paling sedikit dlam kecamatan ini. Pada wilayah Garut, sektor yang terbelakang meliputi sayur-sayuran. Kita dapat ketaui sektor yang nilainya akan meningkat yaitu terdapat pada sektor yang unggulan. Dimana sektor unggulan dapat berubah sesuai dengan komoditas per sektornya.
45
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut
Berdasarkan dari perhitungan LQ diperoleh macam sektor yang ada dikabupaten garut diketahui golongan sektornya apakah tergolong sektor basis dan sektor non basisnya. Yang tergolong sektor basis adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan; pertambangan dan penggalian; perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; penyediaan akomodasi dan makan minum; jasa keuangan dan asuransi; real estat; jasa perusahaan; administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; jasa pendidikan dan jasa lainnya.
Sektor basis dan non basis tersebut selama 5 tahun, dari tahun 2010 sampai dengan 2014 tidak berubah tetap pada menjadi sektor basis. Hanya saja ditahun 2014 ada perubahan pada sektor jasa kesehatan berubah yang awalnya merupakan sektor basis di tahun 2014 menjadi sektor non basis
Berdasarkan dari hasil analisis shift share, diketahui beberapa sektor yang mengalami kelajuannya lambat ataupun pesat. Selain itu di analisis shift s hare ini juga diperoleh apakah sektor tersebut memiliki daya saing dari sekitarnya.
Sektor-sektor yang progresif atau mengalami kemajuan adalah sektor yang pergeseran bersihnya bernilai positif, pada kabupaten Garut sektor-sektoryang mengalami kemajuan adalah sektor perdagangan besar dan eceran;reparasi mobil dan sepeda motor; konstruksi; informasi dan komunikasi; jasa keuangan dan asuransi; real estat; jasa pendidikan dan jasa lainnya.
Berdasarkan dari hasil kedua analisis LQ dan shift share tesebut diperoleh sektor mana yang tergolong sektor unggul, sektor maju, sektor berkembang dan sektor terbelakang.
5.2 Rekomendasi Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka dapat diperoleh rekomendasi bahwa analisis terhadap sektor basis yang memperhitungkan nilai LQ dan Shift-Share dengan pertumbuhan lamban sebenarnya memiliki potensi untuk bisa dikembangkan. Sektor-sektor yang tergolong ke dalam sektor potensial harus selalu dikembangkan agar bisa menjadi sektor unggulan di Kabupaten Garut. Dengan hasil perhitungan, pemerintah Kabupaten Garut harus 46
memperhatikan sektor-sektor yang dijadikan prioritas sehingga bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kendal.
47
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan Edisi 5. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Padang:Baduose Media Abraham, Maslow. (2002) dalam buku A Dale Timpe. Seri Manajemen Daya Manusia (Memotivasi Pegawai), Cet 5 . Jakarta: PT. Elek Media Koputindo.
Warpani, Suwardjoko, Analisis Kota dan Daerah, ITB Bandung, 1984.
48
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................................................... 49 DAFTAR TABEL .............................................................................................................................................................. 50 DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................................................................ 50 DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. BAB I ........................................................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. PENDAHULUAN...................................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. 1.1
LATAR BELAKANG
1.2
TUJUAN DAN SASARAN
1.3
RUMUSAN MASALAH
1.4
RUANG LINGKUP
1.5
METODOLOGI
...................................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. ............................................................................................................................. 2
.................................................................................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
......................................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
.............................................................................................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
1.5.1
Metode Pengumpulan Data .............................................................. Error! Bookmark not defined.
1.5.2
Metode Analisis ................................................................................... Error! Bookmark not defined.
1.6
Sistematika Penulisan ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB II .......................................................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. KAJIAN LITERATUR.............................................................................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. 2.1
ANALISIS LOCATION QUOTIENT
2.2
ANALISIS SHIFT-SHARE
2.3
ANALISIS AGREGAT ( AGGREGATE REGIONAL) .......................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
2.4
ANALISIS INTRA WILAYAH ....................................................................................................................... 6
................................................................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
.............................................................................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
BAB III ...................................................................................................................................................................................8 GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN GARUT ........................................................................................ 8 BAB IV......................................................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. ANALISIS EKONOMI SPASIAL KABUPATEN GARUT............... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. BAB V .......................................................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. PENUTUP .................................................................................................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. 5.1
KESIMPULAN
5.2
REKOMENDASI
............................................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. ............................................................................................ ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
LAMPIRAN
49 i
DAFTAR TABEL
TABEL III.1 TABEL JUMLAH PENDUDUK GARUT TAHUN 2010-2014. ................................................ 9 TABEL IV.1 TABEL PERKEMBANGAN PDRB GARUT ................ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL IV.2 DATA PDRB KABUPATEN 2014 .............................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL IV.3 PDRB PER SEKTOR KABUPATEN GARUT ADHK TAHUN 2008-2012 (DALAM JUTA RUPIAH) ............................................................................................................................................................ 17 TABEL IV.4 PDRB JAWA BARAT ................................................................................................................. 20 TABEL IV.5 PERINGKAT SEKTOR PDRB JAWA BARAT DAN PDRB GARUTERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL IV.6 TABEL PERHITUNGAN LQ ........................................ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL IV.7 HASIL PERHITUNGAN LQ DARI PDRB KABUPATEN GARUT DAN PDRB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010 ........................................................................ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL IV.8 HASIL PERHITUNGAN LQ DARI PDRB KABUPATEN GARUT DAN PDRB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011 ........................................................................ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL IV.9 HASIL PERHITUNGAN LQ DARI PDRB KABUPATEN GARUT DAN PDRB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 ........................................................................ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL IV.10 HASIL PERHITUNGAN LQ DARI PDRB KABUPATEN GARUT DAN PDRB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2013 ............................................................ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL IV.11 HASIL PERHITUNGAN LQ DARI PDRB KABUPATEN GARUT DAN PDRB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014 .......................................................................................................................... 29 TABEL IV.12 PERHITUNGAN DATA DASAR UNTUK SHIFT SHARE KABUPATEN GARUT TAHUN 2010-2014 ..........................................................................................ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL IV.13 TABEL PERHITUNGAN KPN, KPP, KPPW, PE DAN PB 2010-2014ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL IV.14 INTERPRETASI NILAI KPP/ SEKTOR KABUPATEN GARUT 2014ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL IV.15 INTERPRETASI KPPW/SEKTOR KABUPATEN GARUT ....... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL IV.16 INTERPRETASI PERGESERAN BERSIH / SEKTOR KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 ...............................................................................................................ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. TABEL IV.17 PERHITUNGAN GABUNGAN LQ DAN SHIFT SHARE ......................................................49 TABEL IV.18 KUADRAN PLOTTING LQ DAN SHIFT SHARE ................................................................. 40 TABEL IV.19 JUMLAH PRODUKSI PERTANIAN PER KECAMATAN KABUPATEN GARUT 2014... 41 TABEL IV.20 JUMLAH RATA-RATA HASIL PRODUKSI PERTANIAN .................................................. 42 TABEL IV.21 PERHITUNGAN INTERVAL KELAS ....................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. 50
ii
51
DAFTAR GRAFIK
GRAFIK IV.1 PRESENTASE PDRB KABUPATEN GARUT .......... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. GRAFIK IV.2 LAJU PERTUMBUHAN PDRB KABUPATEN GARUT TAHUN 2010-2014 ......... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. GRAFIK IV.3 PDRB PROVINSI JAWA BARAT ............................................................................................. 13 GRAFIK IV.4 PRESENTASE LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK ........................................................... 13 GRAFIK IV.5 PDRB PER SEKTOR KABUPATEN GARUT TAHUN 2010 ................................................ 15 GRAFIK IV.6 PDRB PER SEKTOR KABUPATEN GARUT 2014 ............................................................... 15 GRAFIK IV.7 DIAGRAM PERSENTASE PDRB PER SEKTOR KABUPATEN GARUT PERSEKTOR TAHUN 2010 ................................................................................................................................................................... 17 GRAFIK IV.8 PRESENTASE PDRB KABUPATEN GARUT 2014 .............................................................. 19 GRAFIK IV.9 PDRB PROPINSI JAWA BARAT 2010 ..................................................................................22 GRAFIK IV.10 PDRB PROPINSI JAWA BARAT 2014 ................................................................................ 22
52 iii