ANALISI ANA LISIS S SEJArH SE JArH PEMIKI PE MIKIrN rN EKONOMI EKONO MI ISLAM MASA KLASIK Khaidatul Mudhiiah
PP. Asholaiah Rembang Email:arida
[email protected]
Absrak Absrak
Artikel ini menjelaskan menjelaskan tentang sejarah pemikiran ekonomi Islam di era klasik dimulai dari masa Nabi Muhammad SAW berada di Madinah hingga masa pemerintahan khulaaurrasyidin. Pada awalnya ekonomi syariah masih sederhana, prinsip itu hanya dari wahyu Al-Quran dan ijtihad Nabi Muhammad SAW. Setelah beliau meninggal, Abu Bakar melanjutkan praktek ekonomi Islam dan menekankan pada ketepatan pembayaran zakat. Praktek ekonomi Islam di era Umar menekankan pada manajemen Baitul Mal dan pajak pengelolaan pengelolaan lahan (kharaj) (kharaj) yang disita dari negara ditaklukkan. Di era Ustman, ia memutuskan untuk tidak mengambil gaji dari kantornya. Sebaliknya, ia menabung uangnya untuk investasi negara. Dalam era Ali bin AbiTalib, pajak atas pemilik pemilik hutan adalah adalah sekitar sekitar 4000 dirham dirham dan diperbolehka diperbolehkann Ibnu Ibnu Abbas, Abbas, Gubernur Gubernur Kuah, mengambil mengambil sayur sebagai sebagai zakat yang akan digunakan sebagai rempah-rempah. Dalam kewenangannya, Ali memiliki prinsip bahwa distribusi uang untuk orang berdasarkan kemampuan mereka. Kaa kunci: kunci: Sejarah, Ekonomi, Klasik Absrac Absrac
HISOICAL ANALYSIS OF ISLAMIC ECONOMIC HOUGH DUING CLASSICAL ER. Tis article describes Iqtishadia, Vol 8, No. No. 2, Septembe 2015
189
Kharidaul Mudhiiah
the history o Islamic economic thought in classic era om the time o the Prophet Muhammad until the Four Chaliphs. At that time, the Islamic economy was still simple; its principle was only om a revelation o Al-Quran and ijtihad o the prophet Muhammad SAW. Afer the Prophet passed away, Abu Bakar continued the practice o Islamic Islamic economy economy and emphasized on zakat payment. Te practice o Islamic economy in Umar era emphasized on Baitul Mal management management and tax o land management management (kharaj) (kharaj) which was seized om the conquered country. In Ustman era, he decided not to take salary om his office. Instead, he enlighted government’ government’ss burden in serious things and saved his money or country’s investment. In Ali bin AbiTalib era, taxes upon orest owners was about 4000 dirham and allowed Ibnu Abbas, Kuah governor, governor, took zakat onesh onesh vegetable vegetable that would be used as spices. In its authority, authority, Ali had principle that that the distribution distribution o money or people based on their capacity. capacity. Keywords: History, Economy, Classic
A. Pendahuluan
erdapa erdapa dua isilah yang sering digunakan dig unakan unuk ekonomi Islam, yaiu ekonomi syariah dan ekonomi Islam. Keduanya merujuk sau azas, yakni ekonomi yang berdasarkan prinsip syariah. Diliha dari segi berkembangnya, ekonomi syariah lahir dan berkembangnya agama Islam di dunia ini. Pada ase keika Rasulullah masih di Makkah, kegiaan ekonomi belum sempa dilakukan sebab perjuangan dan okus dakwahnya dalam rangka menguakan keauhidan pada orang-orang Quraisy yang menyembah menyembah berhala. Kegiaan ekonomi Rasulullah R asulullah baru erlaksana keika beliau berada Madinah dengan menaa pemerinahan sekaligus menaa perekonomian masyaraka Madinah. Shiddiq menjelaskan dalam Karim (2002) meliha aka sejarah, pemikiran Islam seusia Islam iu sendiri. Sejak nabi memprakikkan ekonomi dikalangam masyaraka madinah keika iu perekonomian Islam dimulai. Prakik ekonomi yang elah dilakukan nabi dilanjukan oleh generasi seelahnya hingga saa ini. Sepanjang 14 abad sejarah Islam ekonomi Islam juga senaniasa 190
Iqtishadia, Iqtishadia , Vol Vol 8, No. No. 2, Septembe 2015
Analisis Sraegi Mempertahankan Konsumen oko Zoya
dikaji melalui perspeki syar’iah dan mu’amalah. Sebagian besar diskusi ini hanya erkubu dalam lierar asir al-Qur’an, syarah hadis, dasar-dasar hukum, ushul fiqih dan hukum fikih. Dari kajian-kajian di aas, disinyalir belum ada usaha yang dilakukan unuk mengkaji lebih dalam maeri-maeri ini dan menyajikannya secara sisemais. Bahkan sebagian orienalis juga memberikan perhaian khusus pada pemikiran poliik dan ekonomi dari pemikir-pemikir Islam pendahulu. Namun demikian, sampai saa ini kia idak mempunyai sau buku pun yang khusus membahas sejarah pemikiran ekonomi Islam. Yang dimiliki pemikir dan sarjana muslim sera pengkaji ekonomi Islam hanyalah makalah-makalah yang kebanyakan diulis seelah seengah abad perengahan enang pemikiran ekonomi sarjana-sarja Islam di masa lalu (Karim, 2002). Dari lieraur-lieraur yang elah diulis oleh para sarjana dan pemikir ekonomi Islam, kia hanya menemukan sediki buku yang secara khusus menelaah enang ekonomi Islam. Di anara ulama’ konemporer yang menuangkan pemikirannya enang ekonomi Islam adalah Muhammad al-Ghazali dalam al-Islam wa al-Aud }a’ al-Iqtis}adiyah (Islam dan Kedudukan Ekonomi), dan al-Isla >m wa Mufara ‘alaihi baina al-Syuyuiyyi >n wa al-a’sumaliyyi >n (Islam yang didiskrikan anara: Sosialisme dan Kapialisme). Karya lain diulis oleh Sayyid Qub yaiu al-‘Adalah al-Ijtima >’iyyah > al-Isla >m (Keadilan Sosial dalam Islam). Sedangkan karya dalam fi benuk arikel misalnya yang diulis oleh Dr. Muhammad Abdullah Darraj enang bunya bank yang disampaikan pada Konerensi Paris 1951; ceramah yang disampaikan Dr. Muhammad Abdullah al-Arabi sera Dr. Isa Abduh dan lainya (al-Qardhawi, 2000). Meliha aka di aas maka ruang lingkup sudi enang ekonomi Islam sanga erbaas. Sudi ini idak melakukan survey erahap pemikiran ekonomi Islam secara langsung, eapi hanya mensurvey ulisan-ulisan erkini yang diulis dalam bahasa Arab, Inggiis dan Urdu enang pemikiran ekonomi dari para pemikir Islam di masa lalu. Sebenarnya, masih banyah isu yang lupu dari perhaian ekonom seperi mereka ungkapkan dapa menimbulkan Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015
191
Kharidaul Mudhiiah
keinginahuan, mendorong diskusi-diskusi yang menarik perhaian isu-isu besar di aas (Karim, 2002). Dalam arikel ini akan dikaji enang pemikiran ekonomi pada masa klasik uamanya pada masa Khulaa’ al-Rasyidin. Pada awal Islam merupakan awal mula onggak ekonomi Islam mulai. Landasan-landasan ekonomi Islam juga elah muncul seiring dengan wahyu al-Qur’an dan kebijakan Nabi erkai dengan ekonomi masyaraka madinah pada waku iu, sera kebijakankebijakan ekonomi yang pada khulaa’ al-Rasyidin. B. Pembahasan
1. Pengertian Ekonomi Islam
Pada dasarnya persoalan ekonomi sama uanya dengan keberadaan manusia iu sendiri. Akan eapi, buki-buki konkre paling awal yang bisa dielusuri ke belakang hanya hingga masa masa Yunani kuno (Noor, 2014). Sedangkan dalam pemikiran ekonomi Islam, Shiddiqy dalam Abdullah (2010) menjelaskan bahwa pemikiran ekonomi Islam merupakan respon para pemikir muslim erhadap anangan-anangan ekonomi pada masa mereka. Pemikiran ekonomi ersebu diilhami dan dipandu oleh ajaran AlQur’an dan sunnah, ijihad (pemikiran) dan pengalaman empiris mereka. Objek kajian dalam pemikiran ekonomi Islam bukanlah ajaran enang ekonomi, eapi pemikiran para ilmuan islam enang ekonomi dalam sejarah aau bagaimana mereka memahami ajaran Al-Quran dan sunnah enang ekonomi. Objek pemikiran ekonomi islam juga mencakup bagaimana sejarah ekonomi Islam yang erjadi dalam prakik hisoris. Merujuk pada al-Qur’an (5:66), ekonomi Islam diidenikkan dengan iqtis } >ad (muqashid; golongan perengahan), aau bisa diarikan menggunakan rezeki yang ada di sekiar kia dengan cara berhema agar kia menjadi manusia-manusia yang baik dan idak merusak nikma apapun yang diberikan kepada-Nya. Uraian di aas dapa diampil kesimpulkan bahwa ekonomi Islam bukan nama baku dalam erminology Islam, idak ada perauran aau undang-undang yang menyaakan harus bernama ekonomi Islam. 192
Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015
Analisis Sraegi Mempertahankan Konsumen oko Zoya
Sehingga bisa saja orang mengaakan ekonomi syariah, ekonomi ilahiyah, ekonomi Qur’ani, aaupun ekonomi saja. Namun nama ekonomi Islam lebih popular dikarenakan masyaraka lebih mudah mengidenifikasi nama Islam di mana nama ersebu lebih amiliar dengan masalah masyaraka sehari-hari (Sudarsono, 2002).Ahram Khan berpendapa ekonomi Islam aau ekonomi syaria adalah “Islamic ecomic aims the wtudy o human alah (well being) achieved by organizing the resources o the earth on the basic o cooperation and participation” (ilmu ekonomi Islam adalah ilmu yang berujuan unuk melakukan kajian enang kebahagian hidup manusia (human alah) yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya alam aas dasar goong royong dan parisipan). Sekilas dapa disimpulkan bahwa definisi di aas bermaksud memberikan muaan normai dalam ujuan-ujuan akifias ekonomi yakni kebahagiaan aau kesuksesan hidup manusia yang idak saja di dunia akan eapi juga di akhira nani. Definisi ini secara implici juga menjelaskan enang cara yang harus diempuh unuk mencapai ujuan iu, yaiu berupa kerja sama (ta’awun) dan parisipasi aki dalam mencapai ujuan yang baik (Hak, 2011). Hampir sama apa yang dikemukakan oleh Mannan (1997), ekonomi Islam adalah “Islamics problems o a people imbued with the economics problems o a people imbued with the values o Islam” (Ilmu ekonomi Islam adalah ilmu pengeahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyaraka yang diilhami oleh nilainilai Islam). Definisi di aas dapa diarik kesimpulan bahwa ilmu ekonomi Islam idak hanya mempelajari individu sosial melainkan juga manusia dengan baka relegius manusia iu sendiri. Hal ini disebabkan banyaknya kebuuhan dan kurangnya saran, maka imbullah masalah ekonomi, baik dalam ekonomi modern maupun dalam ekonomi Islam (Hak, 2011). Isilah-isilah di aas menjelaskan anara ekonomi dan Islam. Dengan adanya lebel Islam dalam ekonomi, ini berari menjadi dasar hukum bahwa ekonomi iu bukanlah ekonomi konvensional. Dari sumber hukum ini yang menyebabkan ilmu ekonomi ini disebu “ekonomi Islam”, aau kalau dihubungkan Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015
193
Kharidaul Mudhiiah
dengan sumber ajaran Islam, berari ekonomi Islam adalah sebuah ilmu yang didasarkan aas al-Qur’an dan Hadis. Ini berari bahwa kaa Islam sebagai syara suau perilaku manusia dalam memenuhi kebuuhan didasarkan aas pedoman ekonomi Islam. Maka kalau kaa ekonomi idak disandingkan dengan kaa Islam, maka idak menggunakan dasar al-Qur’an dan hadis. Namun, hal ini akan menimbulkan masalah apabila dalam prakiknya ekonomi Islam idak sesuai dengan apa yang diidealkan, sehingga menyebabkan Islam akan kehilangan makna sebagai pedoman yang paling sempurna unuk manusia (Sudarsono, 2002). Oleh karena iu, nama ekonomi Islam sanga dipengaruhi oleh mainse dan penasiran kaum muslimin erhadap prakik ekonomi Islam yang kia emukan. Apabila pengalaman ekonomi Islam berkaian dengan auran-auran enang perinah dan larangan semaa, maka maka nama ekonomi Islam lebih banyak berkian dengan norma. Jusru, inerpreasi ini akan membangun paradigm bahwa ekonomi Islam sebagai ilmu normaive. Bila pengalaman yang kia emukan banyak berkaian enang persoalan acual, misalnya prakik lembaga keuangan syariah dan prakik zaka maka menghasilkan maka ekonomi Islam yang lebih berbeda (Sudarsono, 2002). 2. Perekonomian Islam pada Masa Rasulullah Saw.
Munculnya Islam dengan diangkanya Muhammad sebagai Rasulullah merupakan babak baru dalam sejarah dan peradaban manusia. Pada saa di Makkah Rasullah saw. mengemban ugas menguakan pondasi akidah kaum muslim. Rasulullah di Makkah hanya berposisi sebagai pemuka agama. Sedangkan keika hijrah ke Madinah, saa perama kali iba keadaan Madinah masih kacau. Masyaraka Madinah belum memiliki pemimpin aau raja yang berdaula. Yang ada hanya kepala-kepala suku yang menguasai daerahnya masing-masing. Suku-suku yang erkenal saa iu adalah suku Aus dan Khazraj. Pada saa masih berupa suku-suku ini koa Madinah belum ada hukum dan pemerinahan. Anar kelompok masih saling berikai. Kelompok yang erkaya dan erkua adalah
194
Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015
Analisis Sraegi Mempertahankan Konsumen oko Zoya
Yahudi, namun ekonominya masih lemah dan beropang pada bidang peranian (Karim, 2002). Kedaangan Rasulullah di Madinah dierima dengan angan erbuka dan penuh anusias oleh masyaraka Madinah. Dalam waku yang singka beliau menjadi pemimpin suau komunias yang kecil yang erdiri dari para pengikunya, namun jumlah hari demi hari semakin meningka. Hampir seluru penduduk koa Madinah menerima Nabi Muhammad menjadi pemimpin di Madinah, ak erkecuali orang-orang Yahudi. Di bawah kepemimpinannya, Madinah berkembang cepa dan dalam waku sepuluh ahun elah menjadi negara yang sanga besar dibandingkan dengan wilayah wilayah lain di seluruh jazirah Arab (Karim, 2002). Di Madinah, Rasulullah mula-mula mendirikan majelis syura, majelis ini erdiri dari pemimpin kaum yang sebagian dari mereka beranggung jawab mencaa wahyu. Pada ahun 6 Hijriyah Rasulullah mengangka sekrearis dengan benuk sederhana elah dibangun. Rasulullah juga elah menguus uusan ke pemimpin negara-negara eangga. Orang-orang ini mengerjakan ugasnya dengan sukarela dan membiayai hidupnya dari sumber independen, sedangkan pekerjaan sanga sederhana idak memerlukan perhaian penuh. Pada dasarnya, orang-orang yang ingin beremu kebanyakan orang-orang miskin. Mereka diberikan makanan dan juga pakaian. Seelah Makkah elah dikuasai kaum muslimin, jumlah delegasi yang daang berambah banyak sehingga anggung jawab Bilal unuk melayani mereka berambah (Sudarsono, 2002). enara secara ormal juga belum erbenuk. Keika diseru unuk berjihad, semua muslim yang mampu dianjurkan unuk menjadi enara. Mereka idak mendapakan gaji eap, eapi mereka diperbolehkan mendapakan bagian dari rampasan perang (ghanimah). Rampasan ersebu melipui senjaa, kuda, una dan barang-barang bergerak lain yang didapakan dalam perang (Sudarsono, 2002). Siuasi ini berubah seelah urunnya sura al Anal aya 41: Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, asul, Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015
195
Kharidaul Mudhiiah
kerabat asul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS. al-Anal: 41).
Dengan urunnya aya ini, Rasulullah mengimplemenasikannya kepada para sahabanya yang elah menang dalam peperangan. Rasulullah membagi seperlima (khums) rampasan perang menjadi iga bagian. Bagian perama unuk Rasulullah sendiri dan keluarganya, bagian kedua unuk kerabanya dan bagian keiga unuk anak yaim piau, orang yang membuuhkan dan yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil). Empa perlima bagian yang lain dibagi di anara para prajuri yang iku dalam perang (dalam kasus erenu beberapa orang yang idak iku sera dalam perang juga mendapa bagian). Penunggang kuda mendapakan dua bagian, unuk dirinya sendiri dan kudanya. Bagian unuk prajuri wania yang hadir dalam perang unuk membanu beberapa hal idak mendapakan bagian dari ghanimah (Sudarsono, 2002). Permasalahan ekonomi yang dibangun Rasulullah di Madinah dilakukan seelah menyelesaikan urusan poliik dan masalah konsiusional. Rasulullah meleakkan sisem ekonomi dan fiskal negara sesuai dengan ajaran al-Qur’an. Al-Qur’an elah meleakkan dasar-dasar ekonomi. Prinsip Islam yang dapa dijadikan poros dalam semua urusan duniawi ermasuk masalah ekonomi adalah kekuasan eringgi hanyalah milik Allah sw. semaa (QS, 3: 26, 15:2, 67:1) dan manusia dicipkan sebagai khaliah-Nya di muka bumi (QS, 2:30, 4:166, 35:39), sebagai penggani Allah di muka bumi, Allah melimpahkan urusan bumi unuk dikelola manusia sebaik-baiknya. Kamakmuran dunia merupakan pemberian Allah Sw. dan manusia akan dapa mencapai keselamaannya jika ia dapa menggunakan kemakmuran ersebu dengan baik dan dapa memberikan keunungan bagi orang lain (Karim, 2002). Dalam sisem ekonominya, Islam mengakui kepemilikan pribadi, Dalam mencari naah kaum muslimin berkewajiban mencara naah yang halal dan dengan cara yang adil. Rasulullah 196
Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015
Analisis Sraegi Mempertahankan Konsumen oko Zoya
pun menganjurkan mencari naah yang baik adalah melalui perniagaan dan jual beli. Dalam berniagaan Rasulullah melarang mencari hara kekayaan dengan cara-cara yang ilegal dan idak bermoral. Islam idak mengakui permbuaan menimbun kekayaan aau mengambil keunungan aas kesulian orang lain. Di sisi lain, erdapa pula cara-cara perniagaan yang dilarang oleh Islam, misalnya judi, menimbunan kekayaan, penyelundupan, pasar gelap, korupsi, bunya, riba dan akivias-akivias yang sejenisnya (Karim, 2002). Pada zaman Rasulullah, sudah mulai dianamkan larangan pembungaan uang aau riba, sebagaimana yang biasa oleh orangorang Yahudi di Madinah. Islam benar-benar menenang prakikprakik idak air dalam perekonomian ersebu. Karena riba didasarkan aas pengeluaran orang dan merupakan eksploiasi yang nyaa, dan Islam melarang benuk eksploiasi apapn “apakah iu dilakukan olehorang-orang kaya erhadap orang-orang miskin, oleh penjual erhadap pembeli, oleh majikan erhadap budak, oleh laki-laki erhadap wania, dan lain sebagainya.” Al-Qur’an pun menyebu, “Dan apa yang kamu berikan sebagai tambahan (riba) untuk menambah kekayaan manusia, maka riba itu tidak menambah di sisi Allah” (QS, 30: 39). Maka unuk menghilangkan riba ini, al-Qur’an memberi solusi dengan cara zaka, shodaqah dan sejenisnya. Ini diandai dengan diwajibkannya shadaqah firah pada ahun kedua hijriyah aau lebih dikenal dengan zaka firah seiap bulan ramadhan daang, yang didisribukan kepada para akir, miskin, budak, amil (pengurus zaka), mualla dan lain-lain. Sebelum diwajibkannya zaka, pemberian sesuau kepada orang yang membuuhkan bersia suka rela dan belum ada perauran khusu aau keenuan hukumnya. Perauran mengenai pengeluaran zaka di aas muncul pada ahun ke-9 hijrah keika dasar Islam elah kokoh, wilayah negera berekspansi dengan cepa dan orang berbondong-bondong masuk Islam. Perauran yang disusun Rasulullah saa iu melipui pengumpulan zaka, barang-barang yang dikenai zaka, baas-baas
Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015
197
Kharidaul Mudhiiah
dan ingka persenase zaka unuk barang-barang yang berbeda beda (Karim, 2002). aanan ekonomi negera madinah sampai ahun keempa hijrah, pendapaan dan sumber dayanya masih relai kecil. Kekayaan perama daang dari banu Nadzir, kelompok ini masuk dalam paka Madinah eapi mereka melanggar perjanjian, bahkan berusaha membunuh Rasulullah saw. nabi memina mereka meninggalkan koa Madinah, akan eapi mereka menolaknya, Nabipun mengerahkan enara unuk mengepung mereka. Pada akhirnya, mereka menyerah dan seuju meninggalkan koa dengan membawa barang-barang sebanyak daya angku una, kecuali baju baja. Semua milik Banu Nadzir yang diinggalkan menjadi milik Rasulullah saw. sebagaimana keenuan yang sampaikan Allah dalam al-Qur’an, kaerena mereka mendapakan anpa peperangan. Rasulullah pun membagikan anah-anah ini kepada kaum akir miskin dari golongan anshar dan muhajirin. Sendangkan bagian Rasulullah diberikan kepada keluarganya unuk memenuhi kebuuhannya (Sudarsono, 2002). Ase pemerinahan Islam Madinah juga didapa dari Khaibar, yang erlah diaklukkan pada ahun ke-7 hijrah. Seelah perempuran sau bulan mereka menyerah dengan syara idak meninggalkan anah mereka. Mereka mengaakan kepada Rasulullah, bahwa mereka memiliki kemampuan dan pengalaman khusus dalam berani dan berkebun kurma. Mereka memina izin unuk eap inggal di Khaibar. Rasulullah mengabulkan perminaan mereka dan memberikan kepada mereka seengah bagian hasil panen dari anah mereka. Sahaba Nabi bernama Abdullah Rawabah biasanya daang iap ahun unuk memperkirakan hasil produksi dan membaginya menjadi dua bagian yang sama banyak. Hal iu erus berlangsung selama masa pemerinahan kepemimpinan Rasulullah saw. dan Abu Bakar al-Shiddiq (Sudarsono, 2002). Pada ininya, pada zaman awal-awal Islam pendapaan yang didapakan oleh negara Islam Madinah masih sanga kecil. Di anara sumber pendapaan yang masih kecil iu berasal dari sumbersumber, dianaranya: rampasan perang (ghanimah),ebusan 198
Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015
Analisis Sraegi Mempertahankan Konsumen oko Zoya
awanan perang, pinjaman dari kaum muslim, khumuz aau rikaz (hara karun emuan pada periode sebelum Islam), waka, nawaib (pajak bagi muslimin kaya dalam rangka menuupi pengeluaran negara selama masa darura, amwal adhla (hara kaum muslimin yang meninggal anpa ahli waris), zaka firah, kaffarat (denda aas kesalahan yang dilakukan seorang mislim pada acara keagamaan), maupun sedekah dari kaum muslim dan banuan-banuan lain dari para shahaba yang idak mengika. 3. Perekonomian Islam para Masa Khulafa’ al-Rasyidin
a. Masa Abu Bakar
Seelah Rasulullah waa, kaum muslimin mengangka Abu Bakar menjadi khaliah perama. Abu Bakar mempunyai nama lengkap Abdullah bin Abu Quhaah al-amimi. Masa pemerinahan Abu Bakar idak berlangsung lama, hanya sekiar dua ahunan. Dalam kepemimpinannya Abu Bakar banyak menghadapi persoalan dalam negerinya, di anaranya kelompok murad, nabi palsu, dan pembangkang membayar zaka. Berdasarkan musyawarah dengan para sahaba yang lain, ia memuuskan unuk memerangi kelompok ersebu melalui apa yang disebu sebagai perang iddah (perang melawan kemuradan) (Yaim, 2000). Sebelum menjadi Khaliah Abu Bakar inggal di Sikh yang erleak di pinggiran koa Madinah. Seelah berjalan 6 bulan dari kekhaliahannya, Abu Bakar pindah ke pusa koa Madinah dan bersamaan dengan iu sebuah Baiul Mal dibangun. Sejak menjadi khaliah, kebuuhan keluarganya diurus oleh kekayaan dari Baiul Mal ini. Abu Bakar diperbolehkan mengambil dua seengah aau dua iga perempa dirham seiap harinya dari Baiul Mal dengan beberapa waku. ernyaa unjangan ersebu kurang mencukupi sehingga dieapkan 2000 aau 2500 dirham dan menuru keerangan 6000 dirham per ahun (Al-Usairy, 2006). Namun di sisi lain, beberapa waku menjelang waanya Abu Bakar, ia banyak menemui kesulian dalam mengumpulkan pendapaan negara sehingga ia menayakan berapa banyak upah aau gaji yang elah dierimanya. Keika diberiahukan bahwa jumlah Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015
199
Kharidaul Mudhiiah
unangannya sebesar 8000 dirham, ia langsung memerinahkan unuk menjual sebagian besar anah yang dimilikinya dan seluruh hasil penjualannya diberikan kepada negara. Juga, Abu bakarr memperanyakan enang berapa banyak asilias yang elah dinikmainya selama menjadi khaliah. Keika diberiahukan enang asiliasnya, ia segera menginsruksikan unuk mengalihkan semua asilias ersebu kepada pemimpin berikunya nani (Karim, 2004). Dalam menjalankan pemerinahan dan roda ekonomi masyaraka Madinah Abu Bakar sanga memperhaikan keakuraan perhiungan zaka. Abu Bakar juga mengambil langkah-langkah yang sraegis dan egas unuk mengumpulkan zaka dari semua uma Islam ermasuk Badui (a’rabi) yang kembali memperlihakan anda-anda pembangkangan membayar zaka sepeninggal Rasulullah saw. Dalam kesempaan yang lain Abu Bakar menginruksikan pada pada amil yang sama bahwa kekayaan dari orang yang berbeda idak dapa digabung, aau kekayaan yang elah digabung idak dapa dipisahkan. Hal ini diakukan akan erjadi kelebihan pembayaran aau kekurangan penerimaan zaka. Hasil pengumpulan zaka ersebu dijakan sebagai pendapaan negara dan disimpan dalam Baiul Mal unuk langsung didisribusikan seluruhnya kepada kaum Muslimin hingga idak ada yang ersisa (Karim, 2006) Prinsip yang digunakan Abu Bakar dalam mendisribusikan hara baiul mal adalah prinsip kesamaraaan, yakni memberikan jumlah yang sama kepada semua sahaba Rasulullah saw. dan idak membeda-bedakan anara sahaba yang erlebih dahulu memeluk Islam dengan sahaba yang kemudian, anara hamba dengan orang merdeka, dan anara pria dengan wania. Dengan demikian, selama masa pemerinahan Abu Bakar, hara Baiul mal idak pernah menumpuk dalam jangka waku yang lama karena langsung didisribusikan kepada seluruh kaum Muslimin, bahkan keika Abu Bakar waa, hanya diemukan sau dirham dalam perbendaharaan negara. Seluruh kaum Muslimin diberikan bagian hak yang sama dari hasil pendapaan negara. Apabila pendapaan meningka, 200
Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015
Analisis Sraegi Mempertahankan Konsumen oko Zoya
seluruh kaum muslimin mendapa manaa yang sama dan idak ada seorangpun yang dibiarkan dalam kemiskinan (Karim, 2006). b. Masa Umar bin Khatab
Umar bin Khatab merupakan penggani dari Abu Bakar. Unuk perama kalinya, perganian kepimpinan dilakukan melalui penunjukan. Berdasarkan hasil musyawarah anara pemuka sahaba memuuskan unuk menunjuk Umar bin al-Khatab sebagai khaliah Islam kedua. Kepuusan ersebu dierima dengan baik oleh kaum Muslimin. Seelah diangka menjadi khaliah, Umar bin Khatab menyebu dirinya sebagai Khaliah Khalaai Rasulillah (Penggani dari Penggani Rasulillah). Umar juga memperkenal isilah Amir al-Mu’minin (Komandan orang-orang yang beriman) kepada para sahaba pada waku iu (Yaim, 2000). Pemerinahan umar berlangsung sepuluh ahun. Banyak kebijakan-kebijakan yang dilakukan pada masa Umar, ermasuk dibidang perekonomian pemerinah. Pada masa Umar ini banyak daerah-daerah disekiar Arab elah dikuasai Islam, ermasuk daerah Persia dan Romawi (Syiria, Palisina dan Mesir). Aas keberhasilan dan menguasai wilayah-wilayah yang diluar wilayah jazirah Arabia ini, Umar dijuluki sebagai Te Saint Paul o Islam (Karim, 2006). Dalam pemerinahannya ini, banyak hal yang menjadi kebijakan Umar erkai dengan perekonomian masyaraka Muslim pada waku iu, di anaranya: Pertama, pendirian Lembaga Baiul Mal. Seiring dengan perluasan daerah dan memenangi banyak peperangan, pendapaan kaum muslimin mengalami peningkaan yang signifikan. Hal ini memerlukan perhaian khusus dalam pengelolaannya, agar dapa dimanaakan secara benar, eeki dan efisien. Seelah mengadakan musyawarah dengan para pemuka sahaba, maka dipuuskan unuk idak menghabiskan hara Baiul Mal sekaligus, akan eapi dikeluarkan secara berahap sesuai dengan kebuuhan masyaraka didasarkan aas musyawarah. Dalam pemerinahan Khaliah Umar, Baiul Mal berungsi sebagai pelaksana kebijakan fiskal negara Islam dan Khaliah Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015
201
Kharidaul Mudhiiah
merupakan pihak yang berkuasa penuh erhadap hara Baiul Mal. Namu demikian, Khaliah idak diperbolehkan menggunakan hara Baiul Mal unuk kepeningan pribadi. Dalam hal ini, unjangan Umar sebagai Khaliah unuk seiap ahunnya adalah eap, akni sebesar 5000 dirham, dua sel pakaian yang biasa digunakan unuk musim panas (shai) dan musim dingin (syita’) sera sera seekor binaang unggangan unuk menunaikan ibadah haji (Karim, 2004). Pada masa ini hara Baiul Mal dianggap sebagai hara kaum Muslimin, sedangkan Khaliah dan para amil hanya berperan sebagai pemegang amanah. Dengan demikian, negara beranggung jawab unuk menyediakan makanan bagi para janda, anak-anak yaij, sera anak-anak erlanar; membiayai penguburan orang-orang miskin; membayar uang-uang yang bangkru; membayar uang diya unuk kasus-kasus erenu, seperi membayar diya prajuri Shebani yang membunuh seorang Krisianiunuk menyelamakan nyawanya; sera memberikan pinjaman anpa bunya unuk ujuan komersial, seperi kasus Hind bin Aaba (Karim, 2004). Kedua, Pajak Kepemilikan anah (Kharaj). Pada zaman Khaliah Umar, elah banyak perkembangan admisrasi dibanding pada masa sebelumnya. Misal, kharaj yang semula belum banyak di zaman Rasulullah idak diperlukan suau sisem adminisrasi. Sejak Umar menjadi Khaliah, wilayah kekuasan Islam semakin luas seiring dengan banyaknya daerah-daerah yang berhasil diaklukkan, baik melalui peperangan maupun secara damai. Hal ini menimbulkan berbagai permasalahan baru. Peranyaan yang paling mendasar dan uama adalah kebijakan apa yang akan dierapkan negara erhadap kepemilikan anah-anah yang berhasil diaklukkan ersebu. Para enara dan beberapa sahaba erkemuka menunu agar anah hasil aklukan ersebu dibagikan kepada mereka yang erliba dalam peperangan semenara sebagian kepada mereka yang erliba dalam peperangan semenara sebagian kaum Muslimin yang lain menolak pendapa ersebu (Karim, 2004). Dari berbagai perdebaan dan musyawarah iu akhirnya Umar memuuskan unuk memperlakukan anah-anah ersebu 202
Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015
Analisis Sraegi Mempertahankan Konsumen oko Zoya
sebagai ai , dan prinsip yang sama diadopsi unuk kasus-kasus yang akan daang. Sayyidina Ali idak hadir dalam peremuan ersebu karena sedangan mengganikan posisi Umar sebagai Khaliah di Madinah. Diriwayakan bahwa Ali idak sependapa dengan pandangan Umar seluruhnya. Ia juga berpendirian bahwa seluru pendapaan Baiul Mal harus didisribuskan seluruhnya anpa menyisakan sedikipun sebagai cadangan (Karim, 2004). Umar bin Khatab menyadari bahwa sekor peranian sanga signifikan dalam membangkikan perekonomian negara. Oleh karena iu, ia mengambil langkah-langkah pengembangannya dan juga mengembalikan kondisi orang-orang yang bekerja di bidang iu. Dia menghadiahkan kepada orang-orang yang bekerja dibidang iu. eapi siapa saja yang selama 3 ahun gagal mengolahnya yang bersangkuan akan kehilangan hak kepemilikannya aas anah ersebu. Orang-orang yang mengungsi, pada waku erjadi invasi dapa dipanggil kembali dan dinyaakan boleh menempai kembali anah mereka. Abu Yusu menceriakan enang keinginan Khaliah memajukan dan membanu pengembangan peranian. Pada waku invansi ke Syiria seorang enara Muslim dalam perjalanan melalui elah merusak anamannya. Mendengar pengaduan ini, khaliah segera memberi gani rugi sebesar 10.000 dirham (Sudarsono, 2002). Ketiga, Zaka. Pada masa pemerinahan Umar bin Khatab, kekayaan yang dimiliki negara Madinah sudah mulai banyak, berbeda pada awal-awal Islam. Pada zaman Rasulullah, jumlah kuda yang dimiliki orang Arab masih sediki, eruama kuda yang dimiliki oleh Kaum Muslimin. Misalkan, dalam perang badar kaum Muslim hanya mempunyai dua kuda. Pada saa pengepungan suku Bani Quraizha (5 H), pasukan kaum Muslimin memiliki 36 Kuda. Pada ahun yang sama, di Hudaybiyah mereka mempunyai sekiar dua raus kuda. Karena zaka dibebankan erhadap barang-barang yang memiliki produkivias maka seorang buka aau seekor kuda yang dimiliki kaum Muslimin keika iu idak dikenakan zaka (Karim, 2006).
Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015
203
Kharidaul Mudhiiah
Pada generasi selanjunya, kuda-kuda sudah mulai banyak, di Syiria Misalkan, kuda-kuda sudah mulai diernakkan secara besar-besaran di Syiria dan di berbagai wilayah kekuasan Islam lainnya. Beberapa kuda memiliki nilai jual inggi, bahkan diriwayakan bahwa seekor kuda Arab abhlabi diperkirakan bernilai 20.000 dirham dan orang-orang Islam erliba dalam perdagangan ini. Karena maraknya perdagangan kuda, mereka menanyakan kepada Abu Ubaidah, Gubernur Syiria keika iu, enang kewajiban membayar zaka kuda dan budak. Gubernur memberiahukan bahwa idak ada zaka aas keduanya. Kemudian mereka menguslkan kepada Khaliah agar dieapkan kewajiban zaka aas keduanya eapi perminaan ersebu idak dikabulkan. Mereka kemudian mendaangi kembali Abu Ubaidah dan bersikeras ingin membayar. Akhirnya, Gubernur menulis sura kepada Khaliah dan Khaliah Umar menanggapinya dengan sebuah insruksi agar Gubernur menarik zaka dari mereka dan mendisribusikannya kepada para akir miskin sera budak-budak. Sejak saa iu, zaka kuda dieapkan sebesar sau dinar aau aas dasar ad valorem, speri sau dirham unuk seiap empah puluh dirham (Karim, 2004). c. Masa Usman bin Affan
Usman bin Affan merupakan khaliah keiga seelah waanya Umar bin Khaab. Perluasan daerah kekuasaan Islam yang elah dilakukan secara masi pada masa Umar bin Khatab dieruskan oleh Usman bin Affan. Pada enam ahun perama kepemimpinannya, banyak negara yang elah dikuasainya, seperi Balkan, Kabul, Grozni, Kerman dan Sisan. Seelah negera-negara ersebu diaklukkan, pemerinahan Khaliah Usman menaa dan mengembangkan sisem ekonomi yang elah diberlakukan oleh Khaliah Umar. Khaliah Usman mengadakan empa konrak dagang dengan negara-negara aklukan ersebu dalam rangka mengembangkan poensi sumber daya alam. Aliran air digali, jalan dibangun, pohon-pohon, buah-buahan dianam dan keamanan perdagangan diberikan dengan cara pembenukan organisasi kepolisian eap unuk mengamankan jalur perdagangan. Khaliah 204
Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015
Analisis Sraegi Mempertahankan Konsumen oko Zoya
Usman membenuk armada lau kaum Muslimin di bawah komando Muawiyah, hingga berhasil membangun supremasi kelauannya di wilayah Medierania (Sudarsono, 2002). Khaliah Usman bin Affan mengambil suau langkah kebijakan idak mengambil upah dari kanornya. Sebaliknya, ia meringankan beban pemerinah dalam hal-hal yang serius, bahkan menyimpan uangnya di bendahara negara. Hal ersebu menimbulkan kesalahahaman dan keidakcocokan dengan Abdullah bin Arqam, bendahara Baiul Mal. Konflik ini semakin meruncing keika ia idak hanya membua Abdullah menolak upah dari pekerjaannya, eapi juga menolak upah dari pekerjaannya, eapi juga menolak hadir pada seiap peremuan publik yang dihadiri Khaliah. Permasalahan ersebu semakin rumi keika muncul berbagai pernyaaan konroversional mengenai pembelanjaan hara Baiul Mal yang idak hai-hai (Karim, 2004). Kebijakan lain yang dilakukan Usman erkai perekonomian adalah eap memperahankan sisem pemberian banuan dan sanunan sera memberikan sejumlah besar uang kepada masyaraka yang berbeda-beda. Meskipun meyakini prinsip persamaan dalam memenuhi kebuuhan pokok masyaraka, ia memberikan banuan yang berbeda pada ingka yang lebih inggi. Dalam hal pengeloaan zaka, Usman mendelegasikan kewenangan menaksir hara yang dizakai kepada pemiliknya masing-masing. Hal ini dilakukan unuk mengamankan zaka dari berbagai gangguan dan masalah dalam pemeriksaan kekayaan yang idak jelas oleh beberapa oknum zaka. Di sisi lain, Usman berpendapa bahwa zaka hanya dikenakan erhadap hara milik seseorang seelah dipoong seluruh uang-uang yang bersangkuan. Ia juga mengurangi zaka dari dana pensin (Karim, 2004). Ada perbedaan anara kebijakan fiskal Khaliah Usman bin Affan dengan sebelumnya. Usman idak memiki kebijakan konrol harga. Pada khaliah sebelumnya, ia idak menyerahkan ingka harga sepernuhnya kepada pada pengusaha, eapi berusaha unuk eap memperoleh inormasi yang akura enang kondisi harga Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015
205
Kharidaul Mudhiiah
di pasaran, bahkan erhadap harga dari suau barang yang suli dijangkau sekalipun. Usman bin Affan berusaha mendiskusikan ingka harga yang sedang berlaku di pasaran dengan seluruh kaum Muslimin di seiap selesai melaksanakan shala berjamaah (Karim, 2004). Memasuki paruh kedua kepemimpinannya yaiu enam ahun kedua masa pemerinahan Usman bin Affan, idak erdapa perubahan siuasi ekonomi yang cukup signifikan. Berbagai kebijakan Khaliah Usman banyak mengunungkan keluarganya (erkesan nepoisme) elah menimbulkan benih kekecewaan yang mendalam pada sebagian besar kaum Muslimin. Akibanya, pada masa ini, pemerinahannya lebih banyak diwarnai kekacauan poliik yang berakhir dengan erbunuhnya sang Khaliah (Karim, 2004). d.
Masa Ali bin Abi Talib
Ali bin Abi Talib merupakan khaliah keempa mengganikan Usman bin Affan yang erbunuh. Ali mempunyai gelar karramahu wajhah. Ia menikah dengan puri Rasulullah Faimah al-Zahra dikarunia dua pura yaiu Hasan dan Husain. Pada masa Ali, merupakan masa pemerinahan ersuli yang harus dilampaui karena karena masa-masa iu merupakan masa paling kriis berupa perenangan anar kelompok (Sudarsono, 2002). Muncul pula pada waku iu unuan para sahaba unuk menelisik siapa sebenarnya orang yang membunuh Usman bin Affan. Khaliah Ali merupakan salah sau khaliah yang sederhana, ia dengan suka rela menarik dirinya dari dafar penerima banuan Baiul Mal (kas negara), bahkan menuru yang lainnya dia memberikan 5000 dirham seiap ahunnya. Apapun akanya hidup Ali sanga sederhana dan ia sanga kea dan rigi dalam menjalankan keuangan negara. Suau hari saudaranya Aqil daang kepadanya memina banuan uang, eapi Ali menolak karena hal iu sama dengan mencuri uang milik masyaraka (Sudarsono, 2002). Di anara kebijakan ekonomi pada masa pemerinahannya, ia meneapkan pajak erhadap para pemilik huan sebesar 4000 dirham dan mengizinkan Ibnu Abbas, gubernur Kuah, memungu zaka erhadap sayuran segar yang akan digunakan sebagai bumbu 206
Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015
Analisis Sraegi Mempertahankan Konsumen oko Zoya
masakan. Pada sama pemerinahannya juga, Ali mempunyai prinsip bahwa pemeraaan disribusi uang rakya yang sesuai dengan kapasiasnya. Sisem disribusi seiap pecan sekali unuk perama kalinya diadopsi hari kamis adalah hari pendisribusian aau hari pembayaran. Pada hari iu, semua penghiungan diselesaikan dan pada hari Sabu dimulai penghiungan baru. Cara ini mungkin solusi yang erbaik dari sudu pandang hukum dan konribusi negara yang sedang berada dalam masa-masa ransisi (Karim, 2006). Ada persamaan kebijakan ekonomi pada masa Ali bin Abi Talib dengan khaliah sebelumnya. Pada masa Ali alokasi pengeluaran kurang lebih masih eap sama sebagaimana halnya pada masa pemerinahan Khaliah Umar. Pengeluaran unuk ankaan lau yang diambah jumlahnya pada masa Khaliah Usman dihilangkan karena sepanjang garis panai Syiria, Palesina, dan Mesir berada di bawah kekuasaan Muawiyah. Namun demikian, dengan adanya penjaga malam dan parol yang elah erbenuk sejak masa pemerinahan Khaliah Umar, Ali membenuk polisi yang erorganisasi secara resmi yang disebu syurhah dan pemimpinnya diberi gelar shahibu al-sulhah (Karim, 2006). Keisimewaan khaliah Ali dalam mengaur sraegi pemerinahan adalah masalah admisrasi umum dan masalahmasalah yang berkaian dengannya ersusun secara rapi. Konsep penaaan adminisrasi ini dijelaskan dalam suranya yang erkenal yang diujukan kepada Malik Asher bin Haris. Sura yang panjang ersebu anara lai mendekripsikan ugas, kewajiban sera anggung jawab para penguasa dalam mengaur berbagai priorias pelaksaaan dispensasi keadilan sera pengawasan erhadap para pejaba inggi dan sa-sanya. Dalam sura iu juga disebukan kelebihan dan kekuarangn para jaksa, hakim, dan abdi hukum lainnya; selain iu juga menjelaskan pendapaan pegawai admisirasi dan pengadaan perbendaharaan. Dalam suranya juga disebukan bagaimana berhubungan dengan masyaraka sipil, lembaga peradilan dan angkaan perang. Selanjunya, Ali menekankan Malik agar lebih memperhaikan kesejaheraan para prajuri dan keluarga dan diharapkan berkomunikasi langsung dengan masyaraka melalui Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015
207
Kharidaul Mudhiiah
peremuan erbuka, eruama dengan orang-orang miskin (Karim, 2006) C. Simpulan
Pada dasarnya pada zaman Rasul aanan perekonomian Islam masih sanga sederhana, landasannya hanya dari wahyu alQur’an dan ijihad Nabi Muhammad Saw. sendiri yang eruang dalam hadis. Ekonomi Islam mulai muncul keika Nabi hijrah ke Madinah, saa perama kali iba keadaan Madinah masih kacau. Masyaraka Madinah belum memiliki pemimpin aau raja yang berdaula. Yang ada hanya kepala-kepala suku yang menguasai daerahnya masing-masing. Suku-suku yang erkenal saa iu adalah suku Aus dan Khazraj. Pada saa masih berupa suku-suku ini koa Madinah belum ada hukum dan pemerinahan. Anar kelompok masih saling berikai. Kelompok yang erkaya dan erkua adalah Yahudi, namun ekonominya masih lemah dan beropang pada bidang peranian. Seelah Rasulullah waa, Abu Bakar melanjukan prakik perekonomian Islam dengan meniik berakan pada keakuaraan pembayaran zaka. Dengan menindak egas dan memerangi suku-suku yang menolak membayar zaka. Pada masa Umar, prakik ekonomi Islam semakin luas dan semakin maju seiring diaklukkannya negera-negara di sekiar jazirah Arabia yang melipui Romawi imur (Syiria, Palesina dan Mesir) dan seluruh Persia ermasuk Irak, iik bera prakik ekonomi Islam pada masa Umar ini pada pengelolaan Baiul Mal dan pajak pengelolaan anah (kharaj) yang disia dari negera yang diaklukkan. Pada masa Usman, ia mengambil kebijakan idak mengambil upah dari kanornya. Sebaliknya, ia meringankan beban pemerinah dalam hal-hal yang serius, bahkan menyimpan uangnya di bendahara negara. Pada masa Ali bin Abi Talib, pajak erhadap para pemilik huan sebesar 4000 dirham dan mengizinkan Ibnu Abbas, gubernur Kuah, memungu zaka erhadap sayuran segar yang akan digunakan sebagai bumbu masakan. Pada sama pemerinahannya juga, Ali mempunyai prinsip bahwa pemeraaan disribusi uang rakya yang sesuai dengan kapasiasnya. 208
Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015
Analisis Sraegi Mempertahankan Konsumen oko Zoya
DAFTAR PUSTAk
Abdullah, Boedi. (2010). Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam. Bandung: Pusaka Seia. Al-Usairy. (2006). Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX , Jakara: Raja Grafindo. Hak, Nurul. (2011). Ekonomi Islam: Hukum Bisnis Syariah (Mengupas Ekonomi Islam, Bank Islam, Bunga Uang dan Bagi Hasil, Waka Uang dan Sengketa Ekonomi Syariah). Yogyakara: eras. Karim, Adiwarman Azwar. (2006). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Edisi Keiga. Jakara: Rajawali Press. Karim, Adiwarman. (2002). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakara: Te Inernaional Insiue o Islamic Tough (III). Mannan, Muhammad Abdul. (2007). Islamic Economics, Teory and Practice. erjemahan Drs. Nasangin dengan judul eori dan Praktik Ekonomi Islam. Yogyakara: P Dana Bhaki Waka. Noor, Deliar. (2012). Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Edisi Keiga. Jakara: Raja Grafindo Persada. Sudarsono, Heri. (2002). Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar. Yogyakara: Ekonosia. Yaim, Badri. (2000). Sejarah Peradaban Islam. Ce. Ke-4. Jakara: P RajaGrafindo Persada.
Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015
209
Kharidaul Mudhiiah
halaman ini bukan sengaja untuk dikosongkan
210
Iqtishadia, Vol 8, No. 2, Septembe 2015