17
AMENORRHEA
Ella Melda Sari1 email :
[email protected]
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU)
Jl. Universitas No. 21 Medan – 20155
RINGKASAN
Amenore atau dalam istilah kedokteran "Amenorrhea" adalah keadaan tidak adanya Menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Dianggap Amenore primer bila wanita tidak pernah mendapat daur Menstruasi dan Amenore sekunder bila ia telah mengalami daur Menstruasi sebelumnya tetapi tidak lama. Amenore primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik. Adanya Amenore sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan Gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain. (Corwin, E. 2009).
Amenorrhea normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Siklus menstruasi normal meliputi interaksi antara komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur serta organ reproduksi yang sehat.
KATA KUNCI : Menstruasi, Amenorrhea, Hipotalamus, Reproduksi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus Menstruasi normal yang terjadi secara periodik. wanita akan merasa terganggu bila hidupnya mengalami perubahan, terutama bila Menstruasi menjadi lebih lama dan atau banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak Menstruasi sama sekali, bahkan bisa disertai nyeri. Diharapkan semua wanita mengalami siklus menstruasi yang teratur, namun hampir semua wanita pernah mengalami gangguan Menstruasi selama masa hidupnya.Gangguan ini dapat berupa kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita remaja, reproduksi dan klimakterium. (Manuaba, dkk. 2010).
Menurut Bobak, (2004) masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang di tandai dengan perkembangan dan perubahan fisik, mental, emosional, termasuk perubahan hormonal yang berpengaruh pada proses terjadinya menarche (pertama kali mendapat Menstruasi). Usia gadis remaja pada saat menarche bervariasi, yaitu antara 10 – 16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Dikatakan menacrhe dini (menarche prekoks) apabila menarche terjadi sebelum usia 10 tahun disertai dengan munculnya tanda-tanda seks sekunder sebelum usia 8 tahun. Dalam hal ini hipofisis oleh sebab yang belum diketahui memproduksi hormon gonadotropin sebelum waktunya (Wiknjosastro, 2012).
Saat umur wanita di atas umur 16 tahun belum mengalami menstruasi ataupun pada wanita yang sudah mengalami menstruasi tetapi setelah itu tidak mengalami menstruasi kembali, maka kemungkinan wanita tersebut mengalami Amenorrhea.
Dalam tulisan ini, penulis akan membahas mengenai apa yang dimaksud Amenorrhea, yang merupakan salah satu gangguan siklus menstruasi, klasifikasinya, bagaimana gejala klinisnya, apa penyebabnya, sampai kepada pengobatan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah yaitu :
Bagaimana konsep dasar Amenorrhea?
Apa saja klasifikasi amenorrhea?
Apa penyebab terjadinya amenorrhea pada wanita usia reproduksi?
Apakah amenorrhea dapat menyebabkan kemandulan pada wanita?
Bagaimana patofisiologi amenorrhea?
Bagaimana penerapan pengobatan yang tepat terkait amenorrhea?
1.3 TUJUAN
Mahasiswa/i mampu menjelaskan konsep dasar amenorrhea.
Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang definisi, etiologi, klasifikasi, penyebab, patofisiologi, dan penerapan pengobatan terkait Amenorrhea.
Mahasiswa/i dapat menambah wawasan baru mengenai salah satu gangguan siklus menstruasi pada wanita dan dapat dijadikan referensi sebagai bahan bacaan tambahan.
1.4 MANFAAT
1.4.1 Manfaat pada pribadi :
Dapat mengenal lebih dalam lagi apa itu amenorrhea dan bagaimana konsep dasarnya.
Dapat melatih kemampuan dalam menulis karya tulis ilmiah yang sesuai dengan kaedah yang berlaku.
1.4.2 Manfaat bagi pembaca :
Mengetahui konsep dasar amenorrhea
Mengetahui apa saja penyebab terjadinya amenorrhea
Mengetahui bagaimana penerapan pengobatan yang benar terhadap penderita amenorrhea.
1.5 METODE PENULISAN
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini ditempuh metode-metode tertentu untuk mengumpulkan beberapa data dan mengolah data tersebut. Untuk pengumpulan Data dilakukan dengan metode dokumentasi yaitu mengumpulkan berbagai sumber yang memuat materi yang terkait dengan konsep dasar amenore. Sumber tersebut seperti internet dan berbagai buku referensi. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode dengan jalan menyusun data atau fakta-fakta yang telah diperoleh secara sistematis dan menuangkannya dalam suatu simpulan yang disusun atas kalimat-kalimat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI AMENORRHEA
Haid (Menstruasi) adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus Menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya Menstruasi yang lalu dan mulainya Menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus Menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklusMenstruasi yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusMenstruasi tidak terlalu sama. Dari pengamatan Hartman yang dikutip dari Wiknjosastro (2012), panjang siklus yang biasa dijumpai ialah 25 – 32 hari.Lama Menstruasi biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, ada yang sampai 7 – 8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama Menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata ± 16 cc. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Jumlah darah Menstruasi yang lebih dari 80 cc di anggap patologik (Wiknjosastro, 2012).
Amenorrhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorrhea primer dan amenorrhea sekunder. Kita berbicara tentang amenorrhea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah mendapat haid, sedang pada amenorrhea sekunder penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi (Wiknjosastro,2008).
Amenorrhea adalah tidak ada atau berhentinya menstruasi secara abnormal yang diiringi penurunan berat badan akibat diet penurunan berat badan dan nafsu makan tidak sehebat pada anoreksianervosa dan tidak disertai problem psikologik (Kumala, 2005).
Gambar 1. Siklus Menstruasi Normal Pada Wanita
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AMENORRHEA
Faktor Internal
Organ Reproduksi
Faktor yang mempengaruhi amenorrhea adalah vagina tidak tumbuh dan berkembang dengan baru, rahim yang tidak tumbuh, indung telur yang tumbuh. Tidak jarang ditemukan kelainan lebih kompleks pada rahim atau rahim tidak tumbuh dengan sempurna. Kelainan ini disebut ogenesis genitalis bersifat permanen artinya wanita tersebut tidak akan mendapatkan haid selama-lamanya (Pardede, 2002).
Hormonal
Alat reproduksi wanita merupakan alat akhir (endogen) yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang komplek. Rangsangan yang datang dari luar masuk dipusat panca indra diteruskan melalui Striaeterminalis menuju pusat yang disebut "Puberitas Inhibitor" dengan hambatan tersebut tidak terjadi rangsangan terhadap hypotalamus, yang akan memberikan rangsangan pada "Hipofise Pars Posterior" sebagai "Mother of Glad" (Pusat kelenjar-kelenjar). Rangsangan yang terus menerus datang di tangkap panca indra, dengan makin selektif dapat lolos menuju hypotalamus dan selanjutnya terus menuju hipofise anterior (depan) mengeluarkan hormon yang dapat merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormon yang dapat merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormon spesifiknya yaitu kelenjar tyroid memproduksi hormon tiroksin, kelenjar indung telur memproduksi hormon estrogen dan progesteron, sedangkan kelenjar adrenal menghasilkan hormon adrenalin. Pengeluaran hormon spesifik sangat penting untuk tumbuh kembang mental dan fisik (Pardede, 2002).
Penyakit
Beberapa penyakit kronis yang menjadi penyebab terganggunya siklus haid, Kanker payudara dan lain-lain. Kelainan ini menimbulkan berat badan yang sangat rendah sehingga datangnya haid akan terganggu (Suhaemi, 2006).
Faktor Eksternal
Status Gizi
Kecukupan pangan yang esensial baik kualitas maupun kuantitas sangat penting untuk siklus menstruasi. Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan yang mengandung zat gizi. Zat gizi mempunyai nilai yang sangat penting yaitu untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih, 2004).
Gaya Hidup
Gaya hidup terutama perilaku makan dengan porsi yang cukup dan sesuai jadwal serta mengandung gizi seimbang ( 4 sehat 5 sempurna) dapat menyebabkan kondisi tubuh terasa fit dan terhindar dari kekurangan gizi sehingga siklus menstruasi berjalan normal (Soetjiningsih, 2002).
2.3 KLASIFIKASI AMENORRHEA
Klasifikasi amenorrhea adalah sebagai berikut :
Amenorrhea primer
Amenorrhea primer mengacu pada masalah ketika wanita muda yang berusia lebih dari 16 tahun belum mengalami menstruasi tetapi telah menunjukkan maturasi seksual, atau menstruasi mungkin tidak terjadi sampai usia 14 tahun tanpa disertai adanya karakteristik seks sekunder.
Amenorrhea sekunder
Amenorrhea sekunder adalah tidak adanya haid selama 3 siklus atau 6 bulan setelah menstruasi normal pada masa remaja, biasanya disebabkan oleh gangguan emosional minor yang berhubungan dengan berada jauh dari rumah, masuk ke perguruan tinggi, ketegangan akibat tugas-tugas. Penyebab kedua yang paling umum adalah kehamilan, sehingga pemeriksaan kehamilan harus dilakukan.
2.4 ETIOLOGI
Penyebab Amenorrhea secara umum adalah:
Hymen Imperforata : Selaput darah tidak berlubang sehingga darah menstruasi terhambat untuk keluar.
Gambar 2. Hymen Imperforata merupakan penyebab amenorrhea
Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone – hormone yang tidak mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi haid atau hanya sedikit.
Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis, penambahan berat badan
Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor
Endometrium tidak bereaksi
Gambar 3. Komplek hipotalamus-hipofisi-aksis-indung telur
Penyakit lain : penyakit metabolik, penyakit kronik, kelainan gizi, kelainan hepar dan ginjal.
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
Tidak terjadi haid
Produksi hormon estrogen dan progesteron menurun.
Nyeri kepala
Badan lemah
Tanda dan gejala tergantung dari penyebabnya :
Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh.
Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan pembesaran perut.
Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan lengan serta tungkai yang lurus.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :
Sakit kepala
Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang menyusui )
Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
Vagina yang kering
Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.
Tabel 1. Stadium Tanner, gambaran perkembangan pubertas pada wanita normal
Sumber : klikdokter.com
No.
Usia
Perkembangan Payudara
Perkembangan Rambut Pubis
Stadium Tanner (Perkembangan Payudara)
Stadium Tanner (Perkembangan Rambut Pubis)
1.
Pertumbuhan Awal
(8-10 tahun)
Papila payudara mulai menggunung
Belum ada rambut pubis
1
1
2.
Thelarche
(9-11 tahun)
Seperti Adrenache untuk stadium 2
Seperti Adrenache untuk Stadium 2
2
1
3.
Adrenarche
(9-11 tahun)
2
2
4.
Puncak Pertumbuhan
(11-13)
3
3
5.
Manarche
(12-14)
4
4
6.
Dewasa
(13-16)
5
6
2.6 PATOFISIOLOGI
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang membuat menjadi terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan) gangguan pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat pelepasan gonadrotropin.Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun sekuder. Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium ( gonadal disgenesis ). Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan kematian folikel, dapat juga merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan. Melakukan kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana dibutuhkan kalori yang banyaksehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk pembentukan hormone steroid seksual
( estrogen dan progesteron ) tidak tercukupi.
Pada keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan progesteron yang memicu terjadinya amenorrhea.Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan derifat morfin.Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen dan progesterone menurun.Pada keadaan tress berlebih cortikotropin realizinghormone dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat menekan pembentukan GnRH.
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya amenorrhea.Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat hormon seperti osteoporosis.
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada amenorrhea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim, perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan :
USG
Histerosalpingografi
Histeroskopi, dan
Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka diperlukan pemeriksan kadar hormon FSH dan LH.
Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorrhea sekunder, maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) karena kadar hormon prolaktin dalam tubuh.
Selain itu, kadar hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa. Apabila kadar hormon TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen / Progesterone Challenge Test adalah pilihan untuk melihat kerja hormon estrogen terhadap lapisan endometrium alam rahim. Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.
2.9 TERAPI PENANGANAN AMENORRHEA
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu. Terapi amenorrhea diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab indung telur, dan penyebab susunan saraf pusat.
Saluran Reproduksi
Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan krim estrogen.
Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara tidak memiliki lubang), septa vagina (vagina memiliki pembatas diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi (operasi kecil).
Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser
Sindrom ini terjadi pada wanita yang memiliki indung telur normal namun tidak memiliki rahim dan vagina atau memiliki keduanya namunkecil atau mengerut. Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi (USG) dapat membantu melihat kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-bedah dengan membuat vagina baru menggunakan skin graft.
Sindrom feminisasi testis
Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY kariotipe, dan memiliki dominan X-linked sehingga menyebabkan gangguan dari hormon testosteron. Pasien ini memiliki testis dengan fungsi normal tanpa organ dalam reproduksi wanita (indung telur, rahim). Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa pertumbuhan rambut ketiak dan pubis sampai penampakan seperti layaknya pria namun infertil (tidak dapat memiliki anak)
Parut pada rahim
Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan intrauterine (dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat terjadi karena tindakan kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis. Kelainan ini dapat dilihat dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan menggunakan foto rontgen dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi terkadang diberikan untuk optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim.
Gangguan Indung Telur
Disgenesis Gonadal
Adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung telur yang digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang dilakukan dengan terapi penggantian hormon pertumbuhan dan hormon seksual.
Kegagalan Ovari Prematur
Kelainan ini merupakan kegagalan dari fungsi indung telur sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel telur akibat infeksi atau proses autoimun.
Tumor Ovarium
Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur normal.
Gangguan Susunan Saraf Pusat
Gangguan Hipofisis
Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat mengakibatkan amenorrhea. Hiperprolaktinemia (Hormone prolaktin berlebih) akibat tumor, obat, atau kelainan lain dapat mengakibatkan gangguan pengeluaran hormon gonadotropin. Terapi dengan menggunakan agonis dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin dalam tubuh. Sindrom Sheehan adalah tidak efisiennya fungsi hipofisis. Pengobatan berupa penggantian hormon agonis dopamin atau terapi bedah berupa pengangkatan tumor.
Gangguan Hipotalamus
Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid, dan sindrom cushing merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan hipotalamus. Pengobatan sesuai dengan penyebabnya.
Hipogonadotropik
Penyebabnya adalah kelainan organik dan kelainan fungsional (anoreksia nervosa atau bulimia). Pengobatan untuk kelainan fungsional membutuhkan bantuan psikeater.
Gambar 4. Skema terapi penanganan amenorrhea primer
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Amenorrhea adalah istilah medis untuk tidak adanya periode menstruasi, baik secara permanen atau sementara. Amenorrhea dapat diklasifikasikan sebagai primer atau sekunder. Dalam amenorrhea primer, periode menstruasi tidak pernah dimulai (berdasarkan umur 16), sedangkan amenorrhea sekunder didefinisikan sebagai tidak adanya menstruasi selama tiga siklus berturut-turut atau jangka waktu lebih dari enam bulan pada wanita yang sebelumnya menstruasi. Siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor internal seperti perubahan sementara di tingkat hormonal, stres, dan penyakit, serta faktor eksternal atau lingkungan.
Siklus menstruasi normal terjadi karena perubahan kadar hormon dibuat dan dikeluarkan oleh indung telur. Ovarium merespon sinyal hormon dari kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak, yang, pada gilirannya, dikendalikan oleh hormon yang diproduksi di hipotalamus otak. Pengobatannya dapat berupa pemeriksaan USG, Histerosalpingografi, Histeroskopi, dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
3.2 SARAN
3.2.1 Bagi Penulis
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi pada remaja khususnya tentang gangguan menstruasi yaitu Amenorrhea.
3.2.2 Bagi mahasiswa
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi pedoman dan pertimbangan untuk meningkatkan pengetahuan tentang konsep dasar amenorrhea dan bagaimana cara penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul. 2003. Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Kumala. 2005. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Marheni, Herni. 2011. Konsep dasar amenorrhea. www.klikdokter.com. / Diakses 23 November 2014.
Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang. Jakarta : EGC.
Suparyanto. 2011. Amenorrhea. www.jurnalmedika.com/ Diakses 22 November 2014.
Winknjosastro. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP.