PENGARUH EKSTRAK DAUN KATUK TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH BERSALIN NGUDI WARAS
SKRIPSI
Oleh : Ratna Ayu Nindiyaningrum 1.10.074
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN STIKES TELOGOREJO SEMARANG 2014
1
2
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Post partum merupakan masa pemulihan yang dimulai saat persalinan selesai sampai kembalinya organ reproduksi reproduksi seperti semula. Lama Lama masa pemulihan ini berkisar sekitar 6 – 8 minggu. Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas adalah memulihkan dan mempertahankan kesehatan fisik ibu, memulihkan dan mempertahankan kesehatan psikologis ibu, mencegah terjadinya komplikasi selama masa nifas, memperlancar dalam pembentukan ASI, memberikan konseling informasi dan edukasi( Sujiyatini, Suji yatini, 2010, hlm. 1-3).
Banyak ibu post partum yang tidak memberi ASI pada bayinya. Pemberian ASI di dunia belum dilaksanakan sepenuhnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari United Nation Child’s Fund
(UNICEF) pada tahun 2011 didapati bayi yang
mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sebanyak 32%. Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012 jumlah ibu yang menyusui mencapai 42%. Di Semarang bayi yang mendapat ASI eksklusif hanya 40% dan 60% ibu tidak menyusui bayinya karena berbagai alasan kesibukan bekerja dan demi menjaga keindahan tubuhnya. Ibu rela tidak memberikan ASI eksklusif dan hanya diberikan susu formula saja ( Depkes, 2011).
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Post partum merupakan masa pemulihan yang dimulai saat persalinan selesai sampai kembalinya organ reproduksi reproduksi seperti semula. Lama Lama masa pemulihan ini berkisar sekitar 6 – 8 minggu. Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas adalah memulihkan dan mempertahankan kesehatan fisik ibu, memulihkan dan mempertahankan kesehatan psikologis ibu, mencegah terjadinya komplikasi selama masa nifas, memperlancar dalam pembentukan ASI, memberikan konseling informasi dan edukasi( Sujiyatini, Suji yatini, 2010, hlm. 1-3).
Banyak ibu post partum yang tidak memberi ASI pada bayinya. Pemberian ASI di dunia belum dilaksanakan sepenuhnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari United Nation Child’s Fund
(UNICEF) pada tahun 2011 didapati bayi yang
mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sebanyak 32%. Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012 jumlah ibu yang menyusui mencapai 42%. Di Semarang bayi yang mendapat ASI eksklusif hanya 40% dan 60% ibu tidak menyusui bayinya karena berbagai alasan kesibukan bekerja dan demi menjaga keindahan tubuhnya. Ibu rela tidak memberikan ASI eksklusif dan hanya diberikan susu formula saja ( Depkes, 2011).
ASI memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan susu formula. ASI murah, sehat dan mudah memberikannya. ASI mengandung zat imun yang dapat menambah daya daya tahan anak terhadap penyakit dan sesuai dengan kemampuan kemampuan absorpsi usus bayi. ASI juga mengandung cukup banyak komponen yang diperlukan oleh bayi. Penelitian menunjukkan bahwa kandungan nutrient pada ASI ternyata sangat bangus bila dibandingkan dengan kandungan pada formula susu sapi ( Atikah dan Eni, 2010, hlm. 18).
Wanita sekarang, di mana isu emansipasi dan kesetaraan gender sudah mengalir keluar dari batasnya, menyusui sering sekali dianggap sebagai beban. Dengan alasan kesibukan, orang tua yang tidak menyusui anaknya hanya dengan alasan demi menjaga keindahan tubuhnya mereka rela tidak memberikan ASI eksklusif buah hatinya sendiri(Marmi, 2012, hlm. 1).
Air susu ibu ( ASI) merupakan cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap hari (Kristiyanasari, 2009, hlm 11). ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya. Banyak hal yang dapat mempengaruhi produksi ASI. Produksi dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Prolaktin berkaitan dengan nutrisi ibu, semakin asupan nutrisinya baik maka produksi yang dihasilkan juga banyak ( Marmi, 2012, hlm. 39-40 ).
29
30
30
Produksi ASI dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. Keberhasilan laktasi ini dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan berlangsung. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan pubertas. Sedangkan kondisi pada saat kehamilan yaitu pada trimester II dimana payudara mengalami pembesaran oleh karena pertumbuhan dan diferensiasi dari lobuloalveolar dan sel epitel payudara. Pada saat pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan laktogen plasenta aktif bekerja dalam memproduksi ASI (Atikah, Eni, 2010, hlm. 5). Kenyataannya tidak semua ibu mau menyusui bayinya karena berbagai alasan. Misalnya takut gemuk, sibuk, payudara kendor dan sebagainya. Di lain pihak, ada juga ibu yang ingin menyusui bayinya tetapi mengalami kendala. Biasanya ASI tidak mau keluar atau produksinya produksinya kurang lancar ( Marmi, 2012, hlm. 39). 39).
ASI sangat dibutuhkan bayi, khususnya pada awal kehidupannya. ASI merupakan makanan yang baik bagi bayi karena kar ena banyak mengandung zat gizi dan bisa memberikan daya imunitas secara alami. Beberapa ramuan tradisional bisa membantu memperlancar keluarnya ASI. Untuk memproduksi ASI dibutuhkan kalori sebesar 600 kal/hari. Karena itu, ibu yang sedang menyusui harus makan lebih banyak daripada biasanya dan lebih bergizi, kalori sebesar 550 kal/hari dan protein 17 gram per hari dengan jumlah vitamin vit amin A, thiamin, dan riboflavin cukup tinggi. Untuk itu, perlu makanan seimbang dengan prinsip yang sama dengan makanan ibu hamil, tetapi jumlahnya lebih banyak dan gizi lebih baik. Jika produksi ASI kurang baik, makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi ibu seperti daun katuk ( Lestari Handayani, 2003, hlm. 31).
30
30
Di Rumah Bersalin Ngudi Waras pada bulan Febuari tahun 2014 angka kelahiran sebanyak 35 bayi. Dengan angka kelahiran tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Rumah Bersalin Ngudi Waras. Produksi ASI yang tidak mencukupi merupakan keluhan yang sering diutarakan oleh ibu terutama minggu pertama nifas. Banyak obat-obatan tradisional yang ditawarkan kepada mereka untuk mengurangi keluhan tersebut, salah satunya adalah ekstrak daun katuk, yang diduga dapat menambah produksi ASI.
Menurut penelitian dari Sa’roni (2004), dalam judul Effectiveness of the Sauropus Androgynus (L) Merr Leaf ExtractIn Increasing Mothe r’s
Beast Milk
Production, merupakan penelitian rancangan penelitian randomized control trial (RCT), dilaksanakan di Rumah Sakit Bersalin (RSB)di Kabupaten Sleman Yogyakarta, Pemberian ekstrak daun katuk pada kelompok ibu melahirkan dan meyusui bayinya dengan dosis 3x300 mg/hari selama 15 hari mulai hari ke2/hari 3 setelah melahirkan dapat meningkatkan produksi ASI 50,7% lebih banyak dibandingkan dengan ibu melahirkan dan menyusui bayinya tidak diberi ekstrak daun katuk pemberian ekstrak daun katuk tersebut dapat mengurangi jumlah subyek kurang ASI sebesar 12,5%. Hasil penelitian ini akan menunjukkan ada pengaruh bermakna dari pemberian ekstrak daun katuk terhadap produksi ASI.
Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut tentu saja akan nutrisi kurang terpenuhi pada bayi disebabkan karena produksi ASI yang kurang. Padahal ASI sangat dibutuhkan oleh bayi untuk menjaga daya tahan tubuh bayi terhadap penyakit. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
30
30
“Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Katuk Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Post Partum di Rumah Bersalin Ngudi Waras”.
Tabel 1.1 Jurnal yang terkait Tempat Desain
No
Judul
Variabel
Hasil
1
Effectiveness of the Sauropus Androgynus (L) Merr Leaf ExtractIn Increasing Mother’s Beast Milk Production oleh Sa’roni, Tonny, S., Mochammad, S., & Zulaela. (2004)
Variabel independen Sauropus Androgynus (L) Merr Leaf Extract, variabel dependen Milk Production
Di Rumah Rancangan Sakit Bersalin penelitian (RSB)di Randomized Kabupaten Control Trial Sleman, (RCT) Yogyakarta
2
Efektivitas Ekstrak Daun Katuk dalam Produksi Air Susu Ibu untuk Keberhasilan Menyusui oleh Rimonta F. Gunanegara*, Aloysius Suryawan, Ucke S. Sastrawinata, Tatang Surachman (2008)
Variabel independen Ekstrak Daun Katuk, variabel dependen Produksi Air Susu Ibu
Penelitian Penelitian ini Tujuan dari penelitian dilakukan di dirancang ini adalah untuk Ruang rawat menggunakan menilai efektivitas nifas Debora metode daun katuk perlakuan dan Poliklinik pengkajian ekstrak selama masa Kebidanan intervensional/tria studi dalam Bagian l serta uji klinis peningkatan produksi Obstetri dan secara acak ASI untuk Ginekologi tersamar tunggal keberhasilan ASI Fakultas (randomized eksklusif . Sebagai soal Kedokteran single blinded fakta , praktek Universitas control trial ) pemberian ASI di Kristen dengan metode Indonesia telah Maranatha RS analisis varian menurun dan sekitar Immanuel (sidik ragam) 50-80 % ibu hamil Bandung dengan setelah mengeluh pengukuran tentang payudara berulang mereka cukup (repeated produksi susu dalam measures). minggu pertama mereka nifas . Sebuah penelitian secara acak
Pemberian ekstrak daun katuk pada kelompok ibu melahirkan dan meyusui bayinya dengan dosis 3x300 mg/hari selama 15 hari mulai hari ke2/hari 3 setelah melahirkan dapat meningkatkan produksi ASI 50,7% lebih banyak dibandingkan dengan ibu melahirkan dan menyusui bayinya tidak diberi ekstrak daun katuk pemberian ekstrak daun katuk tersebut dapat mengurangi jumlah subyek kurang ASI sebesar 12,5%
30
30
terkontrol dilakukan untuk 80ibu hamil dengan > 37 minggu usia kehamilan yang kemudian disampaikan di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Kelompok studi yang diperoleh ekstrak daun katuk , sedangkan kelompok kontrol diperoleh plasebo , setiap hari selama 4 minggu . Waktu menyusui dibagi menjadi 3 periode : < 1 jam , 1 - 24 jam , dan > 24 jam postpartum . Para peserta yang diamati melalui telepon selama 4 minggu . Menyusui dianggap berhasil jika bayi hanya diberikan ASI selama masa studi tanpa makanan dan minuman suplemen . itu Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum , daun katuk perlakuan ekstrak tidak menimbulkan dampak yang signifikan terhadap pemberian ASI sukses . Beberapa efek terlihat dalam menyusui sebelumnya : < postpartum menyusui 1 jam memiliki lebih Keberhasilan tobreastfeeding efek dari 1 - 24 jam dan > 24 jam ( ρ < 0,001 ) . Bahkan , menyusui pada < 1 jam pospartum terkait dengan pemberian ASI eksklusif selama masa studi ( ρ < 0,001 ) .
30
30
B. Rumusan Masalah
“Adakah Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Katuk Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Post Partum?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Mengetahui Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Katuk Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Post Partum. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui produksi ASI pada ibu yang diberikan ekstrak daun katuk. b. Mengetahui produksi ASI pada ibu yang tidak diberikan ekstrak daun katuk. c. Menganalisa pengaruh pemberian ekstrak daun katuk terhadap produksi ASI pada ibu post partum.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi praktek keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat maternitas tentang keefektifan pemberian ekstrak daun katuk terhadap produksi ASI pada ibu post partum. 2. Bagi pendidikan keperawatan
30
30
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi perkembangan
kurikulum
keperawatan
maternitas
khususnya
dalam
pemberian asuhan keperawatan profesional maternitas bagi ibu post partum. 3. Bagi penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber data bagi penelitian berikutnya yang terkait dengan pemberian ekstrak daun katuk terhadap produksi ASI terhadap ibu post partum.
4. Bagi ibu yang sedang menyusui Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan untuk ibu yang sedang menyusui tentang cara alternatif meningkatkan produksi ASI menggunakan ekstrak daun katuk.
30
30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Post Partum
1. Definisi Post partum merupakan waktu penyembuhan dan perubahan selama 6 minggu. Sangat penting informasi untuk dibagikan kepada ibu dengan waktu yang singkat, sehingga ibu dapat membuat perencanaan dengan baik dan mengetahui permasalahan yang akan dihadapi ( Regina, 2011, hlm. 61).
2. Tahapan masa post partum a) Puerperium dini, yaitu masa pemulihan dimana ibu sudah di perbolehkan mobilisasi jalan. b) Puerperium intermedial, yaitu masa pemulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu. c) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna yang berlangsung sekitar 3 bulan. Tapi bila selama hamil maupun bersalin ibu mempunyai komplikasi masa ini bisa berlangsung lebih lama sampai tahunan.
3. Tujuan masa post partum a) Memulihkan dan mempertahankan kesehatan fisik ibu, dengan mobilisasi bertahap, menjaga kebersihan, mencegah terjadinya anemi.
30
30
b) Memulihkan dan mempertahankan kesehatan psikologis ibu dengan memberi dukungan dan memperkuat keyakinan ibu dalam menjalankan peran ibu. c) Mencegah terjadinya komplikasi selama masa nifas dan bila perlu melakukan pengobatan ataupun rujukan. d) Memperlancar dalam pembentukan ASI. e) Memberikan KIE (Konseling, Informasi dan Edukasi) pada ibu dan keluarganya tentang perubahan fisik dan tanda-tanda infeksi, pemberian ASI, asuhan pada diri sendiri, gizi seimbang, kehidupan seksual dan kontrasepsi sehingga ibu mampu merawat dirinya dan bayinya secara mandiri selama masa nifas ( Sujiyatini, Nur Djanah, dan Ana Kurniati, 2010, hlm. 1-3).
B. Produksi ASI
1. Definisi ASI Air susu ibu ( ASI) adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya ( Marmi, 2012, hlm. 39). 2. Kandungan ASI a) Kolostrum Cairan susu kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan pada sel alveoli payudara ibu. Sesuai untuk kapasitas pencernaan bayi dan kemampuan ginjal baru lahir yang belum mampu menerima makanan dalam volume besar. Jumlahnya tidak terlalu banyak tetapi kaya akan gizi dan sangat baik bagi bayi. Kolostrum mengandung karoten dan vitamin A
30
30
yang sangat tinggi. Tetapi sayang, karena kekurangtahuan atau karena kepercayaan yang salah, banyak ibu yang baru melahirkan tidak memberikan kolostrumnya kepada bayinya. Di berbagai daerah air susu pertama (kolostrum) sengaja diperah dengan tangan dan dibuang. Mereka percaya dan berpendapat bahwa kolostrum akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan anak. Ada anggapan bahwa pemberian kolostrum perlu dihindarkan karena mereka percaya keluarnya air susu yang sebenarnya hanya mulai pada hari ketiga. Kepercayaan itu perlu diluruskan, karena kekurangan vitamin A banyak sekali diderita oleh para bayi dan anak-anak prasekolah. Kolostrum seharusnya tidak dibuang siasia, akan tetapi diberikan kepada bayi. b) Protein Protein dalam ASI terdiri dari casein ( protein yang sulit dicerna) dan whey (protein yang mudah dicerna). Sedangkan pada susu sapi kebalikannya. Untuk itu pemberian ASI eksklusif wajib diberikan sampai bayi berumur 6 bulan. c) Lemak Lemak ASI adalah penghasil kalori (energi) utama dan merupakan komponen zat gizi yang sangat bervariasi. Lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih banyak menderita penyakit jantung koroner di usia muda.
30
30
d) Laktosa Merupakan karbohidrat utama pada ASI. Fungsinya sebagai sumber energi, meningkatkan absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus. e) Vitamin A Konsentrasi vitamin A berkisar pada 200 UI/dl. f) Zat besi Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0,05-0,1 mg/liter), bayi yang menyusui jarang kekurangan zat besi (anemia). Hal ini dikarenakan zat besi pada ASI yang lebih mudah diserap. g) Taurin Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neurotransmitter, berperan penting dalam maturasi otak bayi. DHA dan ARA merupakan bagian dari kelompok molekul yang dikenal sebagai omega fatty acids. DHA (docosahexaenoic acid) adalah sebuah blok bangunan utama di otak sebagai pusat kecerdasan dan di jala mata. Akumulasi DHA di otak lebih dari dua tahun pertama kehidupan. ARA ( arachidinic acid) yang ditemukan di seluruh tubuh dan bekerja bersama-sama dengan DHA untuk mendukung visual dan perkembangan mental bayi. h) Lactobacillus Berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E.Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi. i) Lactoferin Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi untuk bakteri dalam intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk
30
30
berkembang. Memiliki
efek langsung pada antobiotik berpotensi
berbahaya seperti Staphylococci dan E.coli. Hal ini ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam kolostrum, tetapi berlangsung sepanjang seluruh tahun pertama bermanfaat menghambat bakteri staphylococcus dan jamur candida. j) Lisozim Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi insidens caries dentis dan maloklusi (kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot). Enzim pencernaan yang kuat yang ditemukan dalam air susu ibu pada tingkat 50 kali lebih tinggi dari pada dalam rumus. Lysozyme menghancurkan bakteri berbahaya dan akhirnya mempengaruhi keseimbangan rumit bakteri yang menghuni usus yang sistem ( Atikah dan Eni, 2010, hlm. 13-17).
3. Produksi ASI Produksi ASI dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. Keberhasilan laktasi ini dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan berlangsung. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan pubertas. Sedangkan kondisi pada saat kehamilan yaitu pada trimester II dimana payudara mengalami pembesaran oleh karena pertumbuhan dan diferensiasi dari lobuloalveolar dan sel epitel payudara. Pada saat pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan laktogen plasenta aktif bekerja dalam memproduksi ASI (Atikah dan Eni, 2010, hlm. 5).
30
30
C. Konsep Pengeluaran ASI
1. Proses Terjadinya Pengeluaran ASI Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada puting payudara ibu. Gerakan-gerakan tersebut merangsang kelenjar pituitary anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, yaitu hormon utama yang mengendalikan pengeluaran air susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada let down reflex, dimana isapan puting dapat merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar. Keluarnya air susu terjadi sekitar hari ketiga setelah bayi lahir, kemudian terjadi peningkatan aliran susu yang cepat pada minggu pertama, meskipun kadang-kadang agak tertunda sampai beberapa hari. Larangan bagi bayi untuk mengisap puting ibu akan banyak menghambat keluarnya air susu, sementara menyusui bayi menurut permintaan
bayi
secara
naluri
akan
memberikan
hasil
yang baik.
(Proverawati, Rahmawati, 2010, hlm. 5-6).
2. Cara Mengeluarkan ASI Ada beberapa cara mengeluarkan ASI yaitu mengeluarkan ASI dengan tangan dan mengeluarkan ASI dengan alat. a. Cara mengeluarkan ASI dengan tangan 1) Cuci tangan sampai bersih. 2) Pegang cangkir bersih untuk menampung ASI. 3) Condongkan badan kedepan dan sangga payudara dengan tangan. 4) Letakkan ibu jari pada batas atas areola mamae dan letakkan jari telunjuk pada batas areola mamae bagian bawah sehingga berhadapan.
30
30
5) Tekan kedua jari ini ke dalam kea rah dinding dada tanpa menggeser letak kedua jari tadi tadi. 6) Pijat daerah diantara kedua jari tadi kearah depan sehingga akan memeras dan mengeluarkan ASI yang berada di dalam sinus lactiferous. 7) Ulangi gerakan tekan, pijat dan lepaskan beberapa kali. 8) Setelah pancaran ASI berkurang, pindahkan posisi ibu jari dan telunjuk tadi dengan cara diputar pada sisi lain dari batas areola dengan kedua jari selalu berhadapan. 9) Lakukan berulang-ulang sehingga ASI akan terperah dari semua bagian payudara. 10) Jangan memijat atau menarik puting susu, karena ini tidak akan mengeluarkan ASI dan akan menyebabkan rasa sakit.
b. Mengeluarkan ASI dengan pompa Ada 2 macam bentuk pompa 1) Pompa manual/tangan Ada beberapa tipe pompa manual antara lain: a) Tipe silindris Pompa ini efektif dan mudah di pakai. Kekuatan tekanan isapan mudah dikontrol, baik kedua silindris maupun gerakan memompa berada dalam garis lurus. Terbuat dari plastik yang tempat penampungan ASI di bagian bawah silinder. b) Tipe silindris bersudut
30
30
Dengan gerakan piston yang ditarik kebawah akan lebih mudah mengontrol kekuatan tekanan isapan. ASI akan ditampung di botol yang ditempelkan di pompa. c) Tipe kerucut/plastik dan bola karet/tipe terompat (Squeeze and Bulb atau Horn). Tipe ini tidak dianjurkan untuk dipakai karena dapat menyakitkan dan dapat menyebabkan kerusakan puting susu serta jaringan payudara. Kekuatan tekanan isapan sukar diatur. 2) Pompa elektrik Beberapa macam pompa listrik sudah ada di beberapa kota besar. Karena umumnya harganya sangat mahal sehingga penggunaannya terbatas di rumah sakit besar. (Ambarwati dan Wulandari, 2009, hlm. 33-35).
c. Cara mengeluarkan ASI dengan pompa payudara tangan menurut Sidi (2004,hlm.12-13). 1) Tekan bola karet untuk mengeluarkan udara. 2) Letakkan ujung lebar tabung pada payudara dengan puting susu tepat di tengah, dan tabung benar-benar melekat pada kulit. 3) Lepas bola karet, sehingga puting dan areola tertarik ke dalam. 4) Tekan dan lepas beberapa kali, sehingga ASI akan keluar dan terkumpul pada lekukan penampung pada sisi tabung. 5) Cucilah alat dengan bersih, menggunakan air mendidih, setelah selesai dipakai atau akan dipakai. Bola karet sudah dibersihkan, oleh
30
30
karenanya bila memungkinkan lebih baik pengeluaran ASI dengan tangan.
3. Prosedur Memerah ASI Prosedur berikut diutamakan bagi para ibu yang memberikan ASI eksklusif dan bagi para ibu yang ingin meningkatkan serta menjaga agar produksi ASI optimal. a. Perahlah kedua payudara hingga ASI kosong dari gudang payudara (ditandai dengan aliran ASI yang menurun). b. Lakukan prosedur stimulasi reflex keluarnya ASI agar ASI mudah dikeluarkan (massage, stroke, shake) pada kedua payudara. Prosedur ini dapat dilakukan kapanpun. c. Ulangi seluruh proses memerah ASI pada tiap payudara dan teknik stimulasi reflex keluarnya ASI sekali atau dua kali. Aliran ASI biasanya menurun pada kali kedua atau ketiga. Ini artinya gudang ASI mengering.
Prosedur ini umumnya membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit. a. Perahlah tiap payudara selama 5-7 menit b. Pijat (massage), tekan (stroke), guncang (shake). c. Perahlah lagi tiap payudara selama 3-5 menit. d. Pijat (massage), tekan (stroke), guncang (shake). e. Perahlah lagi tiap payudara selama 2-3 menit. (Suryoprajogo, 2009, hlm. 64).
30
30
4. Volume ASI Volume pengeluaran ASI pada minggu-minggu pertama bayi lahir biasanya banyak, tetapi setelah itu sekitar 450-650 ml. Seorang bayi memerlukan sebanyak 600 ml susu per hari. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 4-6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah enam bulan volume pengeluaran susu menjadi menurun, sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan. Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu yang terbanyak yang dapat diperoleh adalah lima menit pertama. Penyedotan atau pengisapan oleh bayi biasanya berlangsung sampai 15-25 menit. Berdasarkan kenyataan, perhitungan sederhana mengenai berapa jumlah air susu ibu yang diperlukan oleh bayi adalah bayi normal memerlukan 660 ml ASI per kilogram berat badan per hari. Dengan demikian, bayi dengan berat 4 kg memerlukan 660 ml ASI per hari dan 825 ml per hari untuk bayi dengan berat 5 kg. Ibu-ibu harus disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang baik, bila memungkinkan ibu mengkonsumsi makanan yang paling bergizi yang dapat diadakan oleh keluaraga. Jumlah energi untuk keperluan menyusui per hari adalah 500-600 kkal atau kira-kira 1/3 sampai ¼ lebih banyak dari yang dikonsumsi ibu secara normal (Atikah dan Eni, 2010, hlm. 11). 5. Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dibagi menjadi 3: a.
Colostrum Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera
30
30
sesudah melahirkan anak. Hal tersebut disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi. Ada beberapa hal penting yang terjadi ketika colostrum diproduksi, antara lain : 1)
Komposisi colostrum dari hari ke hari berubah.
2)
Colostrum merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan lebih kuning dibandingkan ASI Mature.
3)
Merupakan
suatu
laxatnif
yang
ideal
untuk
membersihkan
mekonium usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya. 4)
Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi berlainan dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein pada colostrums protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
5)
Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
6)
Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Mature.
7)
Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml colostrum.
8)
Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
9) 10)
Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature
30
30
11)
Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dibandingkan ASI Mature.
12) b.
Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi) 1) Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature. 2) Disekresi dari hari ke 4 sampai hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 sampai ke 5. 3) Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi. 4) Volume semakin meningkat.
c.
ASI Susu Mature 1) ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan. 2) Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satusatunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi. 3) ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untuk bayi. 4) Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat, riboflaum dan carotene. 5) Tidak menggumpal bila dipanaskan. 6) Volume 300-850 ml/24jam
30
30
7) Terdapat anti mikrobakterial factor, yaitu antibodi terhadap bakteri dan virus. 8) Cell (phagocyle, granulocyle, macrophage, lymhocycle type T), Enzim (lysozime, lactoperoxidese). 9) Protein (lactoferin, B12) 10) Faktor resisten terhadap staphylococcus (Baskoro, 2008, hlm.9-12). 6. Hal – hal yang mempengaruhi produksi ASI a) Makanan Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar. b) Ketenangan jiwa dan pikiran Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI. c) Penggunaan alat kontrasepsi Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui, perlu diperhatikan agar tidak mengurangi produksi ASI. Contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan adalah kondom, IUD, pil khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulanan. d) Perawatan payudara Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin. Telah disebutkan di atas bahwa, produksi dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon,yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi
30
30
jumlah produksi ASI, sedangkan oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI. e) Anatomis payudara Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomis papila atau putting susu ibu. f) Faktor fisiologi ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang menentukan produksi dan mempertahankan sekresi (pengeluaran) air susu ibu. g) Pola istirahat Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu terlalu lelah, kurang istirahat maka ASI juga berkurang. h) Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan pengeluaran
ASI
akan
semakin
banyak.
Akan tetapi,
frekuensi
penyusunan pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Studi mengatakan bahwa pada produksi ASI bayi prematur akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu. Sedangkan pada bayi cukup bulan frekuensi penyusuan ±10-3 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan
dengan
produksi
ASI
yang
cukup.
Sehingga
direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali per hari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusunan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
30
30
i) Faktor obat-obatan Tidak semua obat boleh dikonsumsi oleh ibu menyusui. Bahkan ada beberapa obat yang dapat berpengaruh terhadap produksi ASI, contoh saja obat pil KB yang mengandung estogen. Oleh sebab itu pil KB yang mengandung hormon estogen tidak dianjurkan untuk ibu-ibu yang menyusui. Oleh sebab itu, alangkah lebih baik bila ibu menyusui mencari informasi sebanyak-banyaknya dan berkonsultasi kepada dokter, bidan dan atau tenaga kesehatan yang lainnya bila ingin mengkonsumsi suatu obat tertentu. j) Berat lahir bayi Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormone prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. k) Umur kehamilan saat melahirkan Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada bayi yang lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
30
30
l) Konsumsi rokok dan alkohol Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormone prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun di sisi lain etanol dapat mengahambat produksi oksitosin ( Regina, 2011, hlm. 40-43).
D. Daun katuk
1. Definisi Katuk (Sauropus androginus (L) Merr .) memiliki nama daerah beragam, antara lain memata, mata-mata, cekop manis, simani ( Sumatera), katu, babing, katukan (Jawa), dan karekur (Madura). Jenis sayur ini enak bila ditumis atau disayur bening. Daun dan akarnya mengandung saponin, falvonoida, dan tanin yang baik untuk kesehatan. Tanaman ini merupakan sejenis tanaman perdu yang tumbuh menahun. Sosoknya ramping sehingga sering ditanam sebagai tanaman pagar. Dan bercabang jarang. Batangnya berwarna hijau saat masih muda dan menjadi kelabu keputihan saat sudah tua. Daun katuk merupakan daun majemuk genap. Bunganya berbentuk unik dengan kelopak yang keras berwarna putih semu kemerahan. Buahnya berbentuk bulat, berukuran kecil – kecil seperti kancing, dan berwarna putih. Katuk banyak tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1.200 m dpl dan menyukai tempat terbuka atau sedikit terlindung. Penanamannya dapat
30
30
dilakukan di ladang atau pekarangan sebagai pagar hidup pada tanah yang berstruktur ringan ( Fauziah dan Sapta, 2009, hlm. 34).
2. Kandungan kimia Kandungan kimia pada daun katuk adalah daun dan akar katuk mengandung a. saponin suatu kelompok glikosida yang banyak terdapat dalam tanaman dan bersifat menimbulkan busa yang lama jika larutannya digoyanggoyangkan mampu melarutkan sel darah merah ( Narlan Sumawinata, 2012, hlm. 163), saponin bersifat mengikat dan menurunkan kadar kolesterol, menstimulir imunitas, mencegah penyakit jantung koroner, dan sebagai anti kanker, saponin banyak terdapat pada asparagus, kacangkacangan, terutama kacang kedelai (Emma S. Wirakusumah, 2007, hlm. 21). b. flavonoid atau bioflavonid merupakan kelompok pigmen tanaman yang memberikan perlindungan terhadap serangan radikal bebas yang merusak. Senyawa ini akan memberikan warna pada buah-buahan dan bunga. Contohnya anthocyanidin dan proanthocyanidin yang memberikan warna merah sampai biru pada blueberry, cherry, anggur, dan beberapa jenis bunga, flavonoid merupakan komponen fenol, yaitu bioaktif yang akan mengubah reaksi tubuh terhadap senyawa lain, seperti allergen, virus dan zat karsinogen. Dengan demikian, flavonoid mempunyai kemampuan sebagai
anti
peradangan,
anti
alergi,
anti
virus,
anti
oksidan,
memperlambat penuaan, menurunkan kadar kolesterol darah, dan anti karsinogenik. Flavonoid juga menguntungkan terhadap kolagen, yaitu berperan dalam menjaga integritas substansi dasar untuk merangkum
30
30
jaringan tubuh agar tidak bercerai-berai. Pengaruhnya yang sangat luas terhadap struktur kolagen dan kemampuannya sebagai antioksidan yang sangat aktif membuat flavonoid banyak digunakan dalam pengobatan arthritis dan pengerasan pembuluh arteri (atherosclerosis). Beberapa contoh flavonoid adalah quercetin, catecin, lutein, dan apigenin. Quercetin
berfungsi
menekan
produksi
histamin
(hormone
yang
dikeluarkan oleh hati). Hormon histamin dapat memicu gejala alergi yang terdapat pada beberapa buah dan sayuran, seperti pada biji teratai dan kulit anggur. Flavonoid selalu ada bersama vitamin C, meningkatkan penyerapan vitamin C, melindungi vitamin C dari proses oksidasi serta menjaga kesehatan kolagen (jaringan penyangga kulit) (Emma S. Wirakusumah, 2007, hlm. 18). c. Tanin adalah beberapa antioksidan berjenis polifenol yang mencegah atau menetralisir efek radikal bebas yang merusak – yang menyatu ( Hiromi Shinya. 2008, hlm. 45). d. vitamin A dan C, mineral, kalsium, fosfor, serta zat besi (Adi Lukas, 2008, hlm. 122).
3. Manfaat daun katuk Manfaat daun katuk adalah daun katuk berkhasiat sebagai anti inflamasi, obat demam, memperbanyak ASI, obat jerawat, obat bisul, obat borok, pembersih darah. Selain itu, secara tidak langsung dapat mengaktifkan fungsi jantung (Adi Lukas, 2008, hlm. 122).
30
30
4. Efek samping daun katuk Daun katuk selain memiliki banyak khasiat, juga memiliki beberapa efek samping. Daun katuk dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan gangguan dalam penyerapan mineral. Hal ini dapat berakibat lebih lanjut pada keropos tulang. Juga dapat mengakibatkan kelainan pada paru-paru dan menyebabkan keguguran pada kelinci. Daun katuk juga banyak mengandung kristal kalsium oksalat bentuk roset, sehingga bagi penderita penyakit batu ginjal tidak dianjurkan untuk mengkonsumsinya.
E. Ekstrak Daun Katuk
Kini daun katuk dapat dikonsumsi dengan mudah. Daun katuk dibuat dalam bentuk kapsul siap minum yang mengandung 100% ekstrak daun hijau yang diproses secara alami dan higienis tanpa tambahan bahan apapun tetap menjaga khasiat daun katuk. Tanpa efek samping apapun sehingga kapsul daun katuk aman dikonsumsi untuk ibu dalam masa menyusui dan penyembuhan beberapa penyakit. 1.
Manfaat ekstrak daun katuk a) Mengobati penyakit kulit b) Mengatasi sembelit c) Menyembuhkan luka d) Mengobati susah BAK e) Meningkatkan vitalitas seksual pria f) Meredakan dan menurunkan demam (daun katuk.com) 4 maret 2014
30
30
F. Hubungan Daun Katuk Dengan Produksi ASI
Daun Katuk diduga terkandung polifenol dan steroid yang berperan dalam reflex prolaktin atau merangsang alveoli untuk memproduksi ASI, serta merangsang hormon oksitosin untuk memacu pengeluaran dan pengaliran ASI. Daun katuk juga mengandung beberapa senyawa alifatik. Khasiat daun katuk sebagai peningkat produksi ASI, diduga berasal dari efek hormonal senyawa sterol yang bersifat estrogenik. Daun katuk juga mengandung beberapa senyawa alifatik. Khasiat daun katuk sebagai peningkat produksi ASI, diduga berasal dari efek hormonal senyawa kimia sterol yang bersifat estrogenik ( Elsabrina, 2013, hlm. 135).
30
30
G. Kerangka Teori
Ibu Post Partum
Laktasi
Faktor Ibu
Faktor Hormonal
Anatomi Payudara
Faktor Bayi
Obat
BBLR
Refleks Isapan
Nutrisi
Ekastrak Daun Katuk
Produksi ASI
Skema 2.1 (Proverawati, Rahmawati, 2010, hlm. 5-6, Marmi, 2012, hlm. 39, Atikah dan Eni, 2010, hlm. 13-17, Atikah dan Eni, 2010, hlm. 5, Fauziah dan Sapta, 2009, hlm. 34)
30
30
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Singkatnya, kerangka konsep membahas saling ketergantungan antar variabel yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti (Hidayat, 2009,hlm.37).
Variabel Bebas Pemberian Ekstrak Daun Katuk
Variabel Terikat Produksi ASI
B. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pertanyaan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam peneli tian
30
30
setiap hipotesis terdiri dari suatu unit atau bagian dari permasalahan ( Nursalam, 2008, hlm. 56). Tipe Hipotesis ( Nursalam, 2008, hlm. 59 ) : 1.
Hipotesis nol ( HO ) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran statistik dan interpretasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat sederhana atau kompleks dan bersifat sebab atau akibat.
2.
Hipotesis Alternatif ( HA/HI ) adalah hipotesis penelitian. Hipotesis ini menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh , dan perbedaan antara dua atau lebih variabel. Hubungan , perbedaan, dan pengaruh tersebut dapat sederhana atau kompleks, dan bersifat sebab dan akibat.
Berdasarkan kalimat diatas, maka pengaruh pemberian daun katuk terhadap produksi ASI terhadap ibu post partum dapat dilakukan uji hipotesis yaitu : HO
: Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak daun katuk terhadap produksi ASI pada ibu post partum
HA
: Ada pengaruh pemberian ekstrak daun katuk terhadap produksi ASI pada ibu post partum
C. Definisi Operasional
Definisi operasinal merupakan definisi variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian ( Hidayat, 2009, hlm. 79 ). Untuk memudahkan memahami
30
30
penelitian dari variabel – variabel dalam penelitian ini, akan dijelaskan dalam definisi operasional sebagai berikut :
Tabel 1.2 Definisi Operasional Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Katuk Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Post Partum
No. 1.
2.
Variabel Pemberian ekstrak daun katuk
Definisi Operasional Pemberian ekstrak daun katuk yang diberikan dalam bentuk kapsul
Alat Ukur Dosis 2x550mg/hari selama 7 hari
Hasil Ukur Diminum (1), Tidak Diminum (2)
Produksi ASI
ASI yang dihasilkan seorang ibu setelah post partum
Pompa breast
Hari 1 (150- Nominal 300 ml) Hari 3 (200400 ml) Hari 10 (300850 ml)
feed
Skala Ukur Nominal
30
30
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasy experimental design, rancangan ini merupakan bentuk desain eksperimen yang lebih baik validitas internalnya daripada rancangan preeksperimental dan lebih lemah dari true eksperimental (Hidayat, 2008, hlm.31).Dengan menggunakan jenis Posttest-Only Control Design yaitu design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, pengaruh perlakuan dianalisis dengan uji beda, memakai statistik ttest. (Sugiyono,2009,hlm.76).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada/tidaknya
pengaruh pemberian ekstrak daun katuk terhadap produksi ASI pada ibu postpartum di Rumah Bersalin Hj. Sri Wahyuni.
Skema desain penelitian
Kelompok eksperimen
R
Kelompok kontrol
R
X
30
Keterangan: R
= random
X
= perlakuan
= diberikan perlakuan
= tidak diberikan perlakuan
B. Subjek Penelitian
1. Populasi Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti ntuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2009, hlm. 60). Populasi dalam penelitian ini adalah 36 ibu post partum di Rumah Bersalin Ngudi Waras.
2. Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2009, hlm. 60). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu post partum yang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi merupakan kriteria di mana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi (Hidayat, 2009, hlm. 60). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : 1) Ibu post partum setelah 12-24 jam yang berada di ruang nifas. 2) Bersedia menjadi responden. 3) Ibu post partum yang produksi ASI masih kurang normal, ASI kurang dari 5501000 ml pada hari ke 7. 4) Saat ibu post partum di Rumah Bersalin Ngudi Waras.
b. Kriteria Eksklusi
30
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian yang penyebabnya antara lain : adanya hambatan etik, menolak menjadi responden, terdapat keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian, terdapat keadaan atau penyakit yang mengganggu pengukuran maupun interprestasi hasil penelitian (Hidayat, 2009, hlm. 60). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : 1) Ibu post partum yang mengalami kelemahan fisik 2) Ibu post partum dengan komplikasi seperti preeklamsia berat dan post partum hemorage. 3) Ibu post partum yang tidak punya kelainan payudara seperti ca mamae, tumor mamae
3. Teknik Sampling Teknik sampling merupakan suatu cara yang ditetapkan peneliti untuk menentukan atau memilih sejumlah sampel dari populasinya. Teknik sampling digunakan agar hasil penelitian yang dilakukan pada sampel dapat mewakili populasinya. metode ini sangat ditentukan oleh jenis penelitian, desain penelitian dan kondisi populasi target dimana sampel berada (Dharma, 2011, hlm. 110). Dalam penelitian ini teknik penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan cara Nonprobability Sampling jenis Purposive sampling yaitu cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu atau sesuai dengan yang dikehendaki oleh penelitian (Hidayat, 2009, hlm. 74).
4. Sampling Sampling adalah bagian populasi yang diambil dengan cara tertentu, dimana pengukuran dilakukan. Sampling yang diambil dalam penelitian ini adalah Ibu post partum setelah 12-24 jam yang berada di Rumah Bersalin Ngudi Waras dengan teknik pengambilan sampel total (Total Sampling ) yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil semua jumlah populasi yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai sampel (Setiawan & Saryono, 2011, hlm.97).
30
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April 2014. Penelitian ini akan dilakukan di ruang nifas rumah bersalin ngudi waras.
D. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain :
1. Informed Consent Informed cosent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya.
Jika
sujek bersedia,
maka
mereka
harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi.
2. Anonimity (tanpa nama) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan diberikan.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
30
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2009, hlm. 82-83).
E. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah Pompa feed brest yang digunakan untuk mengukur pengeluaran air susu ibu ( produksi ASI ).
F.
Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dipakai adalah observasi dengan mengukur pengeluaran air susu ibu (produksi ASI) sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pemberian daun katuk. Pada waktu pengambilan data responden diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan dan kegunaan penelitian serta diminta kesediaannya untuk dilibatkan dalam penelitian ini. Prosedur dalam pengumpulan data ini melalui beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap persiapan a. Mengurus perijinan dari ketua program studi S1 ilmu keperawatan STIKES Telogorejo Semarang yang ditujukan kepada untuk mendapatkan data jumlah ibu post partum pada tahun 2012-2013. b. Mencari sumber pustaka dari data penunjang di lapangan. c. Melakukan bimbingan konsultasi pada pembimbing. 2. Tahap pelaksanaan a) Menentukan sampel peneliti. b) Mengumpulkan data sekunder dengan melihat jumlah ibu post partum di Rumah Bersalin Ngudi Waras pada tahun 2012-2013. c) Mengumpulkan data primer dengan cara memberikan intervensi pemberian daun katuk dan mengobservasi langsung jumlah pengeluaran air susu ibu (produksi ASI) pada ibu post partum.
30
d) Tindak lanjut dari pengumpulan data primer maupun sekunder adalah dengan melakukan pengecekan data, apakah sudah sesuai. e) Data yang sudah lengkap selanjutnya dilakukan seleksi kemudian dilakukan pengolahan data. f) Menganalisa hasil berdasarkan data yang telah diperoleh. g) Membuat laporan penelitian dan dipertanggung jawabkan hasil penelitiannya.
G. Rencana Analisa Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah, diantaranya : 1. Penyusunan Data a) Editing Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. b) Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numberik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book ) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. c) Entri Data Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi (Hidayat, 2009, hlm. 107-108). 2. Analisa Data
30
Dalam tahap ini data diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik tertentu, yaitu : a) Analisa Univariat Analisa
Univariat
dilakukan
terhadap
tiap
variabel
dari
hasil
penelitian
(Notoadmodjo, 2010, hlm. 182). Dalam penelitian ini penyajian mengenai pengukuran dengan mencari mean, minimum maximum, dan standard deviation terhadap setiap variabel yaitu variabel bebas pemberian ekstrak daun katuk dan variabel terikat produksi ASI. b) Analisa Bivariat Analisa bivariat merupakan analisa yang dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel (Notoadmodjo, 2010, hlm. 183). Meliputi
variabel bebas (pemberian
ekstrak daun katuk) dan variabel terikat (produksi asi). Menggunakan uji Marginal Homogeneity, hipotesis komporatif kategorik berpasangan prinsip (>2) (M. Sopiyudin Dahlan, 2013, hlm. 156).
30
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di dua tempat di Rumah Bidan Etty di jalan Surtikanti tempatnya masuk dalam gang pasien rata-rata disana 10 orang per bulan yang partus, kegiatan yang dilakukan di RB Etty yaitu partus, imunisasi, pemeriksaan kandungan dan KB. Bidan kedua berada di Rumah Bersalin Ngudi Waras, terletak ditempat yang strategis berada dipinggir jalan raya pasien rata-rata disana 25 orang per bulan yang partus, kegiatan yang dilakukan di Rumah Bersalin Ngudi Waras yaitu partus, imunisasi, pemeriksaan kandungan, KB dan melayani pengobatan umum yang bekerja sama dengan dokter.
B. Hasil penelitian
1. Analisis Univariat a. Usia Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia Pada kelompok perlakuan Usia
Frekuensi (n)
Persentase (%)
20-24
6
40.0
25-29
6
40.0
30-34
3
20.0
Total
15
100.0
Tabel 5.1 menunjukan bahwa sebagian besar responden kelompok perlakuan berusia 20-24 tahun sebanyak 6 orang (40.0%), yang berusia 25-29 tahun sebanyak 6 orang (40.0%), dan yang berusia 30-34 tahun sebanyak 3 orang (20.0%).
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia Kelompok pembanding
Usia
Frekuensi (n)
Persentase (%)
30
\
20-24
6
40.0
25-29
6
40.0
30-34
1
6.7
35
2
13.3
15
100.0
Total
Tabel 5.2 menunjukan bahwa sebagian besar responden kelompok pembanding berusia 20-24 tahun sebanyak 6 orang (40.0%), yang berusia 25-29 tahun sebanyak 6 orang (40.0%), dan yang berusia 30-34 tahun sebanyak 1 orang (6.7%), sedangkan yang berusia 35 tahun ada 2 orang (13.3%).
b. ASI sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan Distribusi frekuensi responden berdasarkan ASI sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan ASI Sebelum perlakuan Kategori
Frekuensi (n )
Persentase (%)
Kurang
5
33.3
Normal
10
66.7
Total
15
100.0
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan ASI Sesudah perlakuan Kategori
Frekuensi (n )
Persentase (%)
Normal
8
53.3
Lebih
7
46.7
Total
15
100.0
c. ASI sebelum dan sesudah pada kelompok pembanding. Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan ASI Sebelum kunjungan Kategori
Frekuensi (n )
Persentase (%)
Kurang
6
40.0
30
Normal
9
60.0
Total
15
100.0
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan ASI Sebelum kunjungan Kategori
Frekuensi (n )
Persentase (%)
Kurang
8
53.3
Normal
7
46.7
Total
15
100.0
2. Analisis Bivariat Tabel 5.7 Menggunakan uji M arginal H omogeneity Kelompok perlakuan
Distinct Values Off-Diagonal Cases Observed MH Statistic Mean MH Statistic Std. Deviation of MH Statistic Std. MH Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)
ASI sebelum dan ASI sesudah perlakuan 3 12 19.000 25.000 1.732 -3.464 0.01
Tabel 5.7 Menggunakan uji M arginal H omogeneity Kelompok pembanding ASI sebelum dan ASI sesudah perlakuan Distinct Values Off-Diagonal Cases Observed MH Statistic Mean MH Statistic Std. Deviation of MH Statistic Std. MH Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)
4 12 27.000 25.000 1.414 -1.414 .157
Hasil uji Marginal Homogeneity Pengaruh pemberian ekstrak daun katuk terhadap produksi ASI menunjukkan hasil nilai p = 0.01 atau <0.05 maka dapat diartikan bahwa Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan pemberian ekstrak daun katuk terhadap produksi ASI pada ibu post partum.
30
BAB VI PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
1. Usia Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden kelompok perlakuan berusia 20-24 tahun sebanyak 6 orang (40.0%), yang berusia 25-29 tahun sebanyak 6 orang (40.0%), dan yang berusia 30-34 tahun sebanyak 3 orang (20.0%). Tabel 5.2 menunjukan bahwa sebagian besar responden kelompok pembanding berusia 20-24 tahun sebanyak 6 orang (40.0%), yang berusia 25-29 tahun sebanyak 6 orang (40.0%), dan yang berusia 30-34 tahun sebanyak 1 orang (6.7%), sedangkan yang berusia 35 tahun ada 2 orang (13.3%).
Volume pengeluaran ASI pada minggu-minggu pertama bayi lahir biasanya banyak, tetapi setelah itu sekitar 450-650 ml. Seorang bayi memerlukan sebanyak 600 ml susu per hari. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 4-6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah enam bulan volume pengeluaran susu menjadi menurun, sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan. Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu yang terbanyak yang dapat diperoleh adalah lima menit pertama. Penyedotan atau pengisapan oleh bayi biasanya berlangsung sampai 15-25 menit. Berdasarkan kenyataan, perhitungan sederhana mengenai berapa jumlah air susu ibu yang diperlukan oleh bayi adalah bayi normal memerlukan 660 ml ASI per kilogram berat badan per hari. Dengan demikian, bayi dengan berat 4 kg memerlukan 660 ml ASI per hari dan 825 ml per hari untuk bayi dengan berat 5 kg. Ibu-ibu harus disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang baik, bila memungkinkan ibu mengkonsumsi makanan yang paling bergizi yang dapat diadakan oleh keluaraga. Jumlah energi untuk keperluan menyusui per hari adalah 500-
30
600 kkal atau kira-kira 1/3 sampai ¼ lebih banyak dari yang dikonsumsi ibu secara normal (Atikah dan Eni, 2010, hlm. 11).
B. Interpretasi antar variabel penelitian
1. Pengaruh ekstrak daun katuk terhadap produksi ASI pada ibu post partum. Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok perlakuan penelitian dilakukan pada responden yang dipilih secara acak dengan kriteria ibu post partum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum perlakuan ekstrak daun katuk volume ASI kurang sebesar 33,3%, volume ASI normal sebesar 66,7%, sedangkan setelah perlakuan ekstrak daun katuk volume ASI normal sebesar 53,3%, volume ASI lebih 46, 7%. Hasil penelitian pada kelompok pembanding penelitian dilakukan pada responden yang dipilih secara acak dengan kriteria ibu post partum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum kunjungan volume ASI kurang sebesar 40,0%, volume ASI normal sebesar 60,0%, sedangkan hasil setelah kunjungan volume ASI kurang sebesar 53,3% volume ASI normal sebesar 46,7%.
ASI sangat dibutuhkan bayi, khususnya pada awal kehidupannya. ASI merupakan makanan yang baik bagi bayi karena banyak mengandung zat gizi dan bisa memberikan daya imunitas secara alami. Beberapa ramuan tradisional bisa membantu memperlancar keluarnya ASI. Untuk memproduksi ASI dibutuhkan kalori sebesar 600 kal/hari. Karena itu, ibu yang sedang menyusui harus makan lebih banyak daripada biasanya dan lebih bergizi, kalori sebesar 550 kal/hari dan protein 17 gram per hari dengan jumlah vitamin A, thiamin, dan riboflavin cukup tinggi. Untuk itu, perlu makanan seimbang dengan prinsip yang sama dengan makanan ibu hamil, tetapi jumlahnya lebih banyak dan gizi lebih baik. Jika produksi ASI kurang baik, makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi, banyak obat-obatan tradisional yang ditawarkan kepada mereka untuk mengurangi keluhan tersebut, salah satunya adalah ekstrak daun katuk, yang diduga dapat menambah produksi ASI. ( Lestari Handayani, 2003, hlm. 3 1).
30
Pada penelitian ini, memberikan gambaran bahwa ekstrak daun katuk terbukti mempunyai efek positif dalam meningkatkan produksi ASI pada ibu post partum. Hal ini dimungkinkan kebenaran teori yang menyatakan bahwa daun katuk diduga terkandung polifenol dan steroid yang berperan dalam reflex prolaktin atau merangsang alveoli untuk memproduksi ASI, serta merangsang hormon oksitosin untuk memacu pengeluaran dan pengaliran ASI. Daun katuk juga mengandung beberapa senyawa alifatik. Khasiat daun katuk sebagai peningkat produksi ASI, diduga berasal dari efek hormonal senyawa sterol yang bersifat estrogenik. Daun katuk juga mengandung beberapa senyawa alifatik. Khasiat daun katuk sebagai peningkat produksi ASI, diduga berasal dari efek hormonal senyawa kimia sterol yang bersifat estrogenik ( Elsabrina, 2013, hlm. 135).
C. Keterbatasan penelitian
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini mempunyai banyak kelemahan dan keterbatasan antara lain, yaitu: 1. Desain penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian adalah quasi eksperiment dengan menggunakan jenis penelitian nonequivalent control group design yang mana dalam penelitiannya dilakukan dalam waktu yang relatif singkat yaitu satu minggu dengan tiga kali perlakuan pada kelompok perlakuan dan tiga kali kunjungan pada kelompok pembanding.
2. Teknik sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian yaitu teknik pengambilan sampel non probability sampling dengan cara purposive sampling , yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti pada lansia hipertensi sehingga peneliti dalam menentukan lansia yang dijadikan responden bersifat subyektif.
30
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitin yang dilakukan di Rumah Bersalin Ngudi Waras diperoleh simpulan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa sebelum perlakuan pemberian ekstrak daun katuk terhadap produksi ASI volume ASI kurang sebesar 33,3%, volume ASI normal sebesar 66,7%, sedangkan setelah perlakuan ekstrak daun katuk volume ASI normal sebesar 53,3%, volume ASI lebih 46, 7%. 2. Hasil penelitian pada kelompok pembanding menunjukkan bahwa sebelum kunjungan volume ASI kurang sebesar 40,0%, volume ASI normal sebesar 60,0%, sedangkan hasil setelah kunjungan volume ASI kurang sebesar 53,3% volume ASI normal sebesar 46,7%. 3. Hasil uji analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan uji Marginal Homogeneity pada kelompok perlakuan diperoleh nilai p = 0.01 sedangkan pada kelompok pembanding diperoleh nilai p = .157 maka dapat diartikan terdapat pengaruh yang signifikan pemberian ekstrak daun katuk terhadap produksi ASI pada ibu post partum di Rumah Bersalin Ngudi Waras.
B. Saran
Berdasarkan hasil simpulan kesimpulan diatas maka saran-saran yang dapat disampaikan antara lain sebagai berikut: 1. Bagi Profesi Keperawatan Berdasarkan hasil penelitian salah satu intervensi mandiri perawat dalam meningkatkan produksi ASI pada ibu post partum dapat berupa pemberian ekstrak daun katuk.