MANAJEMEN AGROINDUSTRI POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN IKAN PATIN DI INDONESIA
Disusun Oleh Rizal Hadyan Fadhlillah
(240110150021)
Prayoeda Iskandar
(240110150026)
Cecep Permana
(240110150032)
Dindaniera Dwi Putri
(240110150053)
Rizqi Fadilah Ahmad
(240110150061)
TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................... .......................................................................... ............................................. ................................. .......... ii KATA PENGANTAR ............................................ ................................................................... ............................................. ........................ .. iii ii i BAB I PENDAHULUAN ......................... ............................................... ............................................ ........................................ .................. 1 1.1
Latar Belakang ........................................... .................................................................. ............................................. ......................... ... 1
1.2 Tujuan ............................................ .................................................................. ............................................ ........................................ .................. 2 BAB II OUTPUT ......................................... ............................................................... ............................................. ..................................... .............. 3 2.1 Data Potensi 5 Tahun Terakhir ........................................... .................................................................. ......................... .. 3 2.2 Produksi Ikan Patin .............................. .................................................... ............................................ ................................. ........... 6 2.3 Karakteristik Ikan ............................................ .................................................................. ............................................ ...................... 8 2.4 Pohon Industri .......................................... ................................................................ ............................................ ........................... ..... 12 BAB III METODOLOGI ............................................ .................................................................. .......................................... .................... 13 3.1 Teknik Pengukuran Data ............................................ .................................................................. ............................... ......... 13 3.2 Jenis Penelitian ............................................ ................................................................... ............................................. ........................ 13 3.3 Teknik Pengambilan Data .......................................... ................................................................. ............................... ........ 13 3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... ................................................................. ........................... .... 14 3.5 Alat dan Bahan Penelitian Pene litian ......................... ............................................... ............................................. ........................... .... 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................... ......................................................... ........................... ..... 15 BAB V PENUTUP........................................... ................................................................. ............................................ ............................... ......... 16 5.1 Kesimpulan ............................................ .................................................................. ............................................ ............................... ......... 16 5.2 Saran ........................ ............................................... ............................................. ............................................ ...................................... ................ 16 DAFTAR PUSTAKA .......................................... ................................................................ ............................................ ........................... ..... 17 LAMPIRAN .......................................... ................................................................ ............................................ .......................................... .................... 18
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
karya
tulis
yang
berjudul
“POTENSI
DAN
PROSPEK
PERKEMBANGAN IKAN PATIN DI INDONESIA” ini. Pada kesempatan kali ini tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada kedua orang tua, yang telah berjasa besar dan penuh pengorbanan serta selalu berdo’a dalam memenuhi segala kebutuhan kami, sehingga kami sukses dalam
menuntut ilmu untuk kehidupan masa depan yang lebih baik. Banyak faktor penyebab kurang berkembangnya Potensi dan Prospek Perkembangan di Indonesia ini, untuk itu diperlukan kajian dan pembahasan yang lebih mendalam dan komperhensif mengenai masalah-masalah tersebut beserta solusinya.
Peningkatan
daya
saingefisiensi,
manajemen,
dan
keunggulan
komperatif dan kmpetitif dari jenis ikan unggulan, yang semuanya akan bermuara pada produk olahan dengan melibatkan industri. Dalam penyusanan makalah ini, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunannya, baik penyajian data, bahasan maupun sistematika pembahasannya. Kami juga mengharapkan masukan atau kritikan maupun saran yang bersifat mebangun demi kesempurnaannya di masa yang akan datang.
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar asli Indonesia yang tersebar di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan. Daging ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa dagingnya khas, enak, lezat dan gurih sehingga digemari oleh masyarakat. Ikan patin dinilai lebih aman untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah dibandingkan dengan daging hewan ternak. Selain itu ikan patin memilki beberapa kelebihan lain, yaitu ukuran per individu nya besar dan di alam panjangnya bisa mencapai 120 cm. (Susanto dan Amri, 2002). Ikan ini mempunyai berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru‐ biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35‐40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini. Ikan patin juga dikenal mudah untuk dikembangkan. Karena cukup kuat dan tidak mudah mati. Ikan ini juga bisa diolah menjadi beberapa produk. Salah satunya fillet ikan patin. Saat ini, harga ikan patin hidup berada di kisaran Rp 12.000 – Rp 14.000 per kg. Daerah-daerah yang menjadi andalan produksi ikan patin adalah di Kalimantan Selatan yaitu di Banjar, kemudian Kampar di Jambi,Sumatera Selatan,dan Jawa.Empat perusahaan pengolahan fillet ikan patin nasional berkomitmen memasok 200 ton setiap bulannya untuk kebutuhan hotel, restoran dan katering (horeka).Komitmen itu akan menggantikan peran fillet ikan patin asal Vietnam.
1
1.2
Tujuan
-
Mengetahui prospek perkembangan ikan patin di Indonesia
-
Mengetahui morfologi dari ikan patin
-
Mengetahui cara membudidayakan ikan patin
2
BAB II OUTPUT 2.1
Data Potensi 5 Tahun Terakhir
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki laut yang luasnya sekitar 5,8 juta km² dan menurut World Resources Institute tahun 1998 memilki garis pantai sepanjang 91.181 km yang di dalamnya terkandung sumber daya perikanan dan kelautan yang mempunyai potensi besar untuk dijadikan tumpuan pembangunan ekonomi berbasis sumber daya alam. Sedangkan pada kenyataannya saat ini Indonesia masih belum mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alamnya. Berdasarkan laporan FAO Year Book 2009, saat ini Indonesia telah menjadi negara produsen perikanan dunia, di samping China, Peru, USA dan beberapa negara kelautan lainnya. Produksi perikanan tangkap Indonesia sampai pada tahun
2007 berada pada peringkat ke-3 dunia, dengan tingkat produksi
perikanan tangkap pada periode 2003-2007 mengalami kenaikan rata-rata produksi sebesar 1,54%. Secara umum, tren perikanan tangkap dunia mulai menurun seiring dengan peningkatan kegiatan perikanan tangkap dan terbatasnya daya dukung sumber daya perikanan dunia. Disamping itu, Indonesia juga merupakan produsen perikanan budidaya dunia. Sampai dengan tahun 2007 posisi produksi perikanan budidaya Indonesia di dunia berada pada urutan ke-4 dengan kenaikan rata-rata produksi pertahun sejak 2003 mencapai 8,79%. Secara umum, tren perikanan budidaya dunia terus mengalami kenaikan, sehingga masa depan perikanan dunia akan terfokus pada pengembangan budidaya perikanan. Potensi lestari sumberdaya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia), yang terbagi dalam sembilan wilayah perairan utama Indonesia. Dari seluruh potensi sumberdaya ikan tersebut, jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 5,12 juta ton per tahun atau sekitar 80 persen dari potensi lestari, dan sudah dimanfaatkan sebesar 4,7 juta ton pada
3
tahun 2004 atau 91.8% dari JTB. Sedangkan dari sisi diversivitas, dari sekitar 28.400 jenis ikan yang ada di dunia, yang ditemukan di perairan Indonesia lebih dari 25.000 jenis. Di samping itu terdapat potensi pengembangan untuk perikanan tangkap di perairan umum seluas 54 juta ha dengan potensi produksi 0,9 juta ton/tahun, budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu, dan gobia), budidaya moluska (kerang‐kerangan, mutiara, dan teripang), dan budidaya rumput laut,budidaya air payau (tambak) yang potensi lahan pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha, budidaya air tawar terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air tawar, dan mina padi di sawah, serta bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang, industri bahan pangan. Peluang pengembangan usaha kelautan dan perikanan Indonesia masih memiliki prospek yang baik. Potensi ekonomi sumber daya kelautan dan perikanan yang berada di bawah lingkup tugas DKP dan dapat dimanfaatkan untuk mendorong pemulihan ekonomi diperkirakan sebesar US$ 82 miliar per tahun. Potensi tersebut meliputi potensi perikanan tangkap sebesar US$ 15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar per tahun, potensi perairan umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun, potensi budidaya tambak sebesar US$ 10 miliar per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar US$ 4 miliar per tahun. Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan sektor perikanan melalui Renstra (Rencana Strategis) Pembangunan Kelautan dan Perikanan untuk tahun 2010 – 2014. Kontribusi sektor perikanan terhadap produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2010 diharapkan mencapai 3,0%. Sasaran lain yang ingin dicapai adalah total produksi perikanan sebanyak 10,76 juta ton, nilai ekspor perikanan US$5 miliar, konsumsi ikan penduduk 30,47 kg/kapita/tahun, dan penyediaan kesempatan kerja kumulatif sebanyak 10,24 juta orang.
4
Produksi perikanan tahun 2008 yang berasal dari kegiatan penangkapan dan budidaya mencapai 9,05 juta ton. Dari total produksi tersebut perikanan budidaya menyumbang 47,49%. Laju pertumbuhan produksi perikanan nasional sejak tahun 2005-2009 mencapai 10,02% per tahun, dimana pertumbuhan budidaya sebesar 21,93%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan perikanan tangkap yang hanya sebesar 2,95%. Sedangkan nilai produksi perikanan meningkat 15,61% dari Rp57,62 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp102,78 triliun pada tahun 2009. Jika dibandingkan pertumbuhan volume produksi terhadap nilai, maka pertumbuhan nilai lebih tinggi dari pada pertumbuhan volume. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa secara umum komoditas perikanan mengalami peningkatan kualitas dan kenaikan harga. Peningkatan produksi perikanan selama tahun 2005-2009. Tabel-tabel dibawah ini merupakan gambaran bahwa dari tahun ke tahun, produksi perikanan Indonesia mengalami peningkatan. Sektor perikanan dan kelautan akan dapat menjadi salat satu sumber utama pertumbuhan ekonomi karena beberapa alasan, yakni: -
Kapasitas suplai sangat besar, sementara permintaan terus meningkat
-
Pada umumnya output dapat diekspor, sedangkan input berasal dari sumber daya lokal
-
Dapat membangkitkan industri hulu dan hilir yang besar sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak
-
Umumnya berlangsung di daerah-daerah
-
Industri perikanan, bioteknologi dan pariwisata bahari memiliki sifat dapat diperbaharui, sehingga mendukung adanya pembangunan yang berkelanjutan
Analisis variable catch per unit effort (CPUE) pada perikanan tangkap dapat menunjukan kinerja pemanfaatan sumber daya perikanan sesuai daya dukung. Secara nasional CPUE menunjukan angka positif yang berarti penangkapan ikan masih dapat dilaksanakan, namun untuk beberapa wilayah pengelolaan perikanan (WPP) seperti di laut Jawa dan selat Malaka telah terjadi penangkapan berlebih (over fishing ). Dari hasil simulasi untuk 10 tahun mendatang, produksi perikanan
5
tangkap secara keseluruhan akan menurun, sehingga perlu upaya optimalisasi penangkapan, dan perlunya dilakukan pengurangan serta rasionalisasi jumlah armada tangkap. Sementara itu, perikanan budidaya untuk 5 tahun mendatang akan mengalami kenaikan rata-rata sebesar 4% per-tahun dari total produksi. Pada tahun 2009 diperkirakan total produksi perikanan budidaya sebesar 1,5 juta ton. Dunia industri sendiri keberadaanya selalu mengalami pasang dan surut. Begitu juga dengan agroindustri dan agrobisnis, khususnya industri perikanan yang merupakan penyumbang devisa bagi negara dari sektor nonmigas yang cukup besar. Melihat berbagai bukti peningkatan produksi perikanan dari tahun ke tahun, maka untuk tahun ke depannya Indonesia berpotensi mengalami peningkatan lagi atau memiliki prospek yang cerah. Memperhitungkan bagaimana prospek industri perikanan pada masa 5 tahun yang akan datang setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni seperti ketersediaan modal, persaingan dengan negara lain dan
kondisi
perekonomian global yang akan mempengaruhi peluang pasar. Terkait dengan kebijakan sendiri, kondisi politik negara ini yang sangat dinamis dan juga kemungkinan benturan kepentingan antara pihak terkait (baik antara kementrian, lembaga,
dan
warming atau
individu) peningkatan
perlu suhu
diperhitungkan. bumi
juga
Adanya perlu
fenomena global
diperhatikan
dalam
memperkirakan prospek usaha perikanan yang akan datang. 2.2 Produksi Ikan Patin
Tidak banyak banyak negara yang memproduksi ikan patin dan memasok produksinya ke pasar dunia. Saat ini hanya negara-negara di Asia Tenggara saja yang memproduksi ikan patin yakni Vietnam, Indonesia, Kamboja, Myanmar, dan Malaysia. Dari kelima negara tersebut Vietnam menguasai pasar ikan patin dunia sedangkan Indonesia masih menjadi negara produsen yang hasilnya sebagian besar untuk konsumsi dalam negeri.
6
Tabel 13 Produksi Patin Dunia 2009 - 2013
Satuan : Ton Annual Country
2009
2010
2011
2012
Average
2013
Rate (%)
TOTAL
1,211,833
1,344,722 1,433,526
1,649,547 1,671,825
23.54
Vietnam
1,050,000 1,140,000 1,151,000 1,240,000 1,195,688
21.55
Indonesia
109,685
127,668
229,267
347,000
410,883
44.46
Cambodia
18,000
22,000
26,400
26,800
33,000
32.35
Myanmar
15,338
17,170
15,922
17,308
18,290
11.00
Malaysia
18,810
37,884
10,892
18,389
13,914
29.71
Others
...
...
45
50
50
5.56
Sumber : FishstatJ FAO, Maret 2015 Produksi ikan patin dunia pada tahun 2013 mencapai 1.671.825 ton dengan kenaikan rata-rata pertahunnya yang cukup besar yaitu 23,54 persen. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dapat dikatakan bahwa produksi ikan patin dunia stagnan pada kisaran angka 1,6 juta ton. Stagnannya produksi ikan patin dunia ini dikarenakan menurunnya produksi ikan patin Vietnam. Sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 produksi patin Vietnam stagnan pada kisaran angka 1,2 juta ton. Sementara Indonesia produksinya terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan produksi patin Indonesia, rata-rata sebesar 44,46 persen per tahunnya. Stagnannya
produksi
Vietnam
menunjukkan
bahwa
peningkatan
produksinya telah optimal. Hal ini tergambar pada perkembangan data produksinya yang selama lima tahun, 2009 – 2013, kenaikan rata-rata per tahunnya hanya sebesar 3,42 persen. Bahkan tergambar pada tabel di atas, produksi Vietnam cenderung tidak stabil atau turun naik.
7
Stagnannya produksi ikan patin Vietnam menjadi peluang bagi Indonesia untuk menjadi produsen dan pengekspor patin terbesar di dunia. Mengingat potensi pengembangan patin Indonesia masih terbuka sangat luas, baik dengan budidaya kolam ataupun di perairan umum dengan menggunakan karamba dan jaring apung maka sudah seharusnya Indonesia mengambil peran besar sebagai penghasil dan pengekspor ikan patin dunia menyaingi negara Vietnam. 2.3
Karakteristik Ikan
Ikan Patin adalah jenis ikan air tawar yang mendiami kawasan-kasawan sungai dan lombong-lombong.Dalam dunia perikanan dan juga dunia jasaboga, ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah. Rasa dagingnya lezat dan gurih mengakibatkan harga jualnya tinggi. Di alam ikan ini panjangnya bisa mencapai 1.2 m. dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35 cm 40 cm. 2.3.1
Klasifikasi ikan Patin
Klasifikasi ikan patin sabagai berikut: Alam
: Haiwan
Filum
: Bertulang Belakang
Kelas
: Actiopterygii
Orde
: Siluriformes
8
Keluarga
: Pangasiidae
Genus
: Pangasius
Spesies
: Pangasius hypophthalmus
2.3.2
Morfologi ikan Patin
Ikan patin memiliki badan memanjang berwarna putih seperti perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Panjang tubuhnya bisa mencapai 120cm, suatu ukuran yang cukup besar untuk ukuran ikan air tawar domestik. Kepala ikan patin relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah hal ini merupakan ciri khas golongan catfish. Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba. Sirip punggu memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patinyang bergerigi dan besar di ebelah belakangnya. Sementara itu, jari-jari lunak sirip pun ggung terdapat enam atau tujuh buah. Pada punggungnya terdapat sirip lemak yang berukuran kecil sekali. Adapun sirip ekornya membentuk cagak dan bentuknya simetris. Ikan patin ini tidak memiliki sisik. Sirip duburnya panjang, terdiri dari 30-33 jari-jari lunak, sedangkan sirip perutnya memiliki enam jari-jari keras yang berubah menjadi senjata yang dikenal sebagap patil. 2.3.3
Manfaat ikan patin bagi kesehatan
Manfaat ikan patin bagi kesehatan ditandai dengan adanya kandungan yang lemak lebih rendah dibandingkan ikan jenis lain, terutama dua asam lemak esensial DHA yaitu kira-kira sebesar 4,74 % dan EPA yaitu kira-kira sebesar 0,31 %. Kedua jenis omega-3 asam lemak ini biasanya dihasilkan dari jenis ikan yang hidup di air dingin seperti ikan salmo, ikan tuna, dan ikan sarden. Kadar lemak total yang terkandung dalam daging ikan patin adalah sebesar 2,55 % sampai dengan 3,42 %, dimana asam lemak tak jenuh nya adalah di atas 50 %. Asam oleat adalah asam lemak tak jenuh tunggal yang paling banyak terkandung di dalam daging ikan patin yaitu sebesar 8,43%.
9
2.3.4
Kandungan ikan patin
Berdasarkan hasil dari penelitian, kandungan gizi di dalam ikan patin yang berupa lemak tak jenuh (USFA sebesar 50%) sangatlah bagus untuk mencegah terjadinya resiko penyakit Kardiovaskular. Lemak tak jenuh juga bermanfaat untuk menurunkan besarnya kadar kolesterol total dan kolesterol LDL yang terkandung di dalam darah sehingga dapat mencegah dan mengurangi terkena penyakit jantung koroner. Jika di lihat dari rendahnya kadar kolesterol yang terkandung dalam daging ikan patin ( 21-39mg/100 gram), maka manfaat ikan patin sangatlah bagus bagi anda yang sedang menjalankan program diet karena bisa mengurangi asupan kolesterol harian di dalam menu makanan kamu. 2.3.5
Sifat-sifat biologis ikan patin
Ikan patin bersifat nokturnal (aktivitasnya dilakukan dimalam hari) sebagaimana umumnya ikan catfish lainnya. Selain itu, patin suka bersembunyi di dalam liang-liang ditepi sungai habitat hidupnya. Yang membedakan ikan patin dengan ikan catfish pada umunya: sifat patin yang termasuk omnivora atau golongan ikan pemakan segalanya. Di alam, makanan ikan ini antara lain ikanikan kecil lainnya, cacing, detritus, serangga, biji-bijian. Udang-udang kecil, dan moluska. Ikan patin termasuk ikan dasar. Hal ini bisa dilihat dari bentuk mulutnya yang agak ke bawah itu. Habitatnya hidup disungai-sungai dan muarmuara sungai tersebar di Indonesia, India, dan Myanmar. Daging ikan patinini sangat gurih dan lezat sehingga terkenal dan sangat digemari oleh mesyarakat. Kalau di alam ikan perkumpul di tepi-tepi sungai besar pada akhir musim penghujan atau sekitar bulan April sampai Mei. Alat yang `dipergunakan adalah seser yaitu semacam jala yang di peregang dengan sepasang bilah bambu. Pengoperasinya dengan cara mendorong atau menyeserkannya ke arah depan. Waktu penangkapannya menjelang fajar karena pada saat itu anak-anak patin umumnya berenang bergerombol dan sesekali muncul ke permukaan air untuk menghirup oksigen dari udara langsung
10
2.3.6
Pembudidayaan Ikan Patin 2.3.6.1 Panen
Penangkapan
ikan
dengan
menggunakan
jala
apung
akan
mengakibatkan ikan mengalami luka‐luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong dengan kere maka ikan patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga kematian ikan dapat dihindari. Ikan patin yang dipelihara dalam hampang dapat dipanen setelah 6 bulan. Untuk melihat hasil yang diperoleh, dari benih yang ditebarkan pada waktu awal dengan berat 8‐12 gram/ekor, setelah 6 bulan dapat mencapai 600‐700
gram/ekor.
Pemungutan
hasil
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan jala sebanyak 2‐3 buah dan tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 2‐3 orang. Ikan yang ditangkap dimasukkan kedalam wadah yang telah disiapkan. 2.3.6.2 Pascapanen
Penanganan pascapanen ikan patin dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar. 1. Penanganan ikan hidup Ada kalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain: a. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat C. b.Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari. c. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat. 2. Penanganan ikan segar 11
Ikan segar merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain: a. Penangkapan harus dilakukan hati‐hati agar ikan‐ikan tidak luka. b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir. c. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarakdekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6‐7 derajat C. Gunakan es berupa potongan kecil‐kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan = 1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4‐5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5‐10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup kotak. 2.4 Pohon Industri
12
BAB III METODOLOGI 3.1
Teknik Pengukuran Data
Semua variable di ukur dengan menggunakan skala besar 3.2
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survey yaitu suatu penelitian lapangan dan meminta pendapat responden yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner atau daftar pertanyaan sebagai alat pengumpulan data pokok. Penulis mengrincikan yang menjadi populasi dan sampel, adalah: 3.2.1
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang mengkosumsi atau memiliki ikan patin di wilayah kecamatan jatinangor kabupaten Sumedang. 3.2.2
Sampel
Menurut penulis sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. 3.3
Teknik Pengambilan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah: 3.3.1
Studi Pustaka
Pengumpulan data-data, informasi, dan teori-teori yang kelevan dari literature, surat kabar, dan hasil karya para peneliti terdahulu untuk mendukung analisis dan pemecahan masalah. 3.3.2
Penelitian Lapangan
Usaha mendapatkan data dengan cara datang langsung ke lokasi penelitian dengan menggunakan cara-cara sebagai berikut: 3.3.3
Wawancara
Yaitu mengadakan Tanya jawab dengan langsung dengan para responden (konsumen) mengenai keuntungan mengonsumsi ikan patin. 3.3.2.2 Observasi
13
Yaitu pengumpulan data melalui pengamatan objek penelitian secara langsung untuk mengetahui keadaan sesungguhnya. 3.3.2.3 Kuisioner
Yaitu memberikan angket daftar pertanyaan yang telah disusun secara sistematis dan mudah di pahami serta bersifat tertutup, artinya jawaban pertanyaan sudah di sediakan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan memberi jawaban lain. 3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
Kecamatan
Jatinangor,
Kabupaten
Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan bulan November sampai dengan bulan Desember 2015. 3.5 Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah handphone dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat penjual ikan patin.
14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil dan penelitian kelompok kami potensi dan prospek pengembangan Ikan patin di Indonesia dengan wilayah yang 2/3 nya merupakan lautan, sektor perikanan khusus nya ikan patin dapat menjadi salah satu sumber dari pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan syarat biota air nya tetap di jaga dengan baik dan tidak di eksploitasi secara terus menerus, ke depannya Indonesia akan memiliki prospek yang cerah.
15
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan
Dari hasil pembahasan tentang potensi dan pengembangan ikan patin di Indonesia maka diambil kesimpulan: 1. Ikan
patin
memiliki
banyak
manfaat
bagi
kesehatan
yang
mengkonsumsinya karena dapat mencegah penyakit kardiovaskular, mengurangi
kandungan
kolesterol,
mencegah
jantung
coroner,
mengoptimalkan pertumbuhan bayi, membantu pembentukan otot, dan menjaga kesehatan tulang. 2. Ikan patin sangat menguntungkan dalam bidang wirausaha, yaitu dengan cara membuka lahan bisnis. Ikan patin akan menjadi sumber kesehatan dan juga sumber penghasilan yang utama. 3. Ada beberapa keunggulan ikan patin yang dapat dimaanfaatkan dengan baik yaitu dagingnya yang lembut dan gurih, mudah ditemui, hampir seluruh bagian ikan patin dapat diolah, mencegah penumpukan lemak dan penyumbatan pada pembuluh darah. 5.2 Saran
Dari pembahasan mengenai ikan patin diatas, penulis memberikan saran agar kita semua menjaga biota air, pemerintah membantu dalam bidang perikanan di Indonesia terutama dalam budidaya ikan patin, dan seluruh nelayan tangkap ikut melakukan penanaman budidaya kembalik agar mencegah terjadinya kepunahan ikan patin.
16
DAFTAR PUSTAKA http://kagakupesca.blogspot.co.id/2014/01/mengenal-ikan-patin.html http://taufikhdayat.blogspot.co.id/2011/11/agribisnis-pangan-ikan-patin.html Susanto, H dan Amri, K. 2002. Budi Daya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta. 90 hal.
17
LAMPIRAN
18