Dalam proses farmakokinetika yang pertama dialami obat adalah proses absorpsi. Absorpsi Absorpsi merupakan perpindahan obat atau molekul obat dari tempat aplikasinya untuk menuju ke sirkulasi sistemik. Agar obat dapat diabsorpsi, zat bahan aktif obat harus dilepas dari bentuk sediaannya, dalam hal ini faktor disolusi obat merupakan hal yang penting. Contohnya pada sediaan tablet, kaplet, dll. Pada Tablet Tablet dan Kaplet, obat pertama akan pecah menjadi granul granul kemudian zat aktifnya lepas. !elain itu pelepasan obat dari bentuk sediaannya juga dipengaruhi oleh faktor fisika kimia dari obat itu sendiri. Proses absorpsi obat dapat terjadi pada berbagai tempat dalam tubuh, contohnya seperti bagian bukal "pipi bagian dalam#, sublingual "ba$ah lidah#, gastrointestinal "lambung dan usus#, kulit "kutan#, muskular "otot#,peritoneal "rongga perut#, okular "mata#, nasal "hidung#, paruparu, dan rektal. %ekanisme absorpsi bisa secara difusi pasif, transpor aktif, transpor kon&ektif, difusi terfasilitasi, transpor pasangan ion, dan pinositosis. 'aktorfaktor yang mempengaruhi absorpsi obat meliputi ( ). Kecepatan disolusi obat !eperti yang telah tertulis sebelumnya, sebelumnya, dalam pelepasan zat aktif dari suatu obat dibutuhkan parameter Disolusi obat. Kecepatan disolusi obat ini berbanding lurus oleh luas permukaan, jadi setelah setelah obat utuh pecah menjadi granulgranul granulgranul dalam saluran saluran pencernaan* pencernaan* organ pencernaan, maka luas permukaannya juga akan semakin besar maka disolusi obat juga semakin besar. +. kuran partikel 'aktor kuran partikel ini sangat penting, karena semakin kecil ukuran partikel obat, maka obat tersebut juga semakin mudah larut dalam cairan daripada obat dengan ukuran partikel yang besar. besar. -. Kelarutan dalam lipid atau air Dalam faktor ini dipengaruhi oleh koefisien partisi obat. Koefisien partisi merupakan perbandingan obat obat dalam fase air air "polar# dan fase minyak minyak "non polar#. Telah Telah diketahui diketahui bah$a medium pelarutan obat merupakan zat polar, sedangkan sedangkan tempat absorbsi contohnya dinding usus sebagian besar adalah non polar. adi koefisien partisi ini sangat penting dalam menentukan absorbsi obat. !emakin besar koefisien partisi, maka semakin besar pula kekuatan partikel obat tersebut untuk menembus membran* dinding usus. !ebaliknya obat yang memiliki koefisien partisi yang kecil, berarti obat tersebut lebih mudah larut dalam zat polar, telah telah diketahui sebelumnya sebelumnya bah$a tempat untuk absorpsi absorpsi obat sebagian sebagian besar adalah adalah non polar, maka obatobatan yang seperti ini sulit untuk diabsorpsi. /. 0onisasi !ebagian obat merupakan elektrolit lemah sehingga ionisasinya dipengaruhi oleh p1 medium. Dalam hal ini terdapat dua bentuk obat, yaitu obat yang terion dan obat yang tek terion. 2bat yang terion lebih mudah larut dalam air, sedangkan obat dalam bentuk tak terion lebih mudah larut dalam lipid serta lebih mudah untukkelaru diabsorpsi. 1al ini bisa diterapkan contohnya pada obat yang bersifat asam, obat yang bersifat asam tersebut akan terionisasi pada p1 basa dan kita ketahui bah$a pada lambung p1nya asam dan pada usus p1nya basa. basa. 2batobatan yang yang bersifat asam ini akan akan terionisasi pada pada usus "basa#, "basa#, maka obat yang telah terionisasi ini akan sulit menembus dinding usus yang sebagian besar komponennya komponennya adalah lipid* zat non polar, maka obatobatan asam ini lebih mudah diabsorpsi pada gaster* lambung lambung karena pada pada lambung p1nya p1nya asam, maka obat tidak akan akan terionisasi. ntuk obatobatan yang bersifat basa dianalogikan sebaliknya, secara singkat obatobatan
basa akan terionisasi terionisasi pada lambung lambung "asam# dan tak terionisasi pada usus "basa#, maka maka akan lebih mudah diabsorpsi oleh dinding usus. 3. Aliran darah pada tempat absorpsi Aliran darah akan membantu pada proses absorpsi obat yaitu mengambil obat menuju ke sirkulasi sistemik. !emakin besar aliran darah maka semakin besar pula obat untuk diabsorpsi. 4. Kecepatan pengosongan lambung 2bat yang diabsorpsi di usus akan meningkat proses absorpsinya jika kecepatan pengosongan pengosongan lambung besar besar dan sebaliknya. sebaliknya. 5. %otilitas usus %otilitas dapat diartikan pergerakan, pergerakan, dalam dalam hal ini merupakan merupakan pergerakan usus. ika kecepatan motilitas usus ini besar maka akan mengurangi absorpsi obat karena kontak antara obat dengan absorpsinya adalah pendek. %otilitas usus ini besar contohnya adalah pada saat diare. 6. Pengaruh makanan atau obat lainnya 7eberapa makanan atau obat dapat mempengaruhi absorpsi obat lainnya. 8. Cara pemberian Pada cara pemberian ini dibedakan menjadi dua, yaitu obat yang diberikan secara enteral dan secara parental. Pada pemberian enteral ini contohnya seperti pemberian secara oral, sublingual, dan secara perrektal. !edangkan pada pemberian parental contohnya seperti injeksi dan inhalasi. Pada pemberian secara parental pastinya memberikan efek lebih cepat daripada pemberian secara enteral.
9eferensi ( :ugroho, Agung ;ndro. +<)+. Prinsip Aksi = :asib 2bat Dalam Tubuh. Pustaka Pelajar ( >ogyakarta
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Absorpsi Obat, antara lain : 1. Biologis/ Hayati A. Kecepatan pengosongan lambung
Kecepatan pengosongan lambung besar → penurunan proses absorpsi obat-obat yang bersifat asam.
Kecepatan pengosongan lambung kecil → peningkatan proses absorpsi obat-obat yang bersifat basa
B. Motilitas usus
Jika terjadi motilitas usus yang besar (ex : diare! obat sulit diabsorpsi.
". p# medium
$ambung : asam → untuk obat-obat yang bersifat asam %sus : basa → untuk obat-obat yang bersifat basa.
&. Jumla' pembulu' dara' setempat
ntra muskular dengan sub kutan
ntra muscular absorpsinya lebi' cepat! karena jumla' pembulu' dara' di otot lebi' banyak dari pada di kulit.
2. Hakiki/ Obat )olaritas → koefisien partisi
*emakin non polar semakin muda' diabsorpsi
3. Makanan )aracetamol terganggu absorpsinya dengan adanya makanan dalam lambung! maka dapat diberikan + jam setela' makan.
4. Obat lain Karbon aktif dapat menyerap obat lain.
5. Cara pemberian
)er oral dan intra ,ena berbeda absorpsinya.
Beberapa Faktor Fisiologi Biologi Yang Berpengaruh Pada absorpsi Gastro Intestinal +.
p# di lumen gastro intestinal
Keasaman cairan gastro intestinal yang berbea-beda di lambung (p# +- duodenum (p# -/→ sifat-sifat dan kecepatan berbeda dalam absorpsi suatu obat.
Menurut teori umum absorpsi : obat-obat golongan asam lema' organic lebi' baik di absorpsi di dalam lambung dari pada di intestinum karena fraksi non ionic dari 0atnya yang larut dalam lipid lebi' besar dari pada kalau berada di dalam usus yang p#nya lebi' tinggi.
Absorpsi basa-basa lema' seperti anti'istamin dan anti depressant lebi' berarti atau muda' di dalam usus 'alus karena lebi' berada dalam bentuk non ionic daripada bentuk ionik. *ebaliknya sifat asam cairan lambung bertendensi melambatkan atau mencega' absorpsi obat bersifat basa lema'.
)enyakit dapat mempengaru'i p# cairan lambung.
$emak-lemak dan asam-asam lemak tela' diketa'ui meng'ambat sekresi lambung
1bat-obat anti spasmodic seperti atropine! dan anti 'istamine # bloker seperti cimetidin dan ranitidin→ pengurangan sekresi asam lambung
. Motilitas gastro intestinal dan 2aktu pengosongan lambung
$ama kediaman (residence time obat di dalam lambung juga menentukan absorpsi obat dari lambung masuk ke dalam dara'.
3aktor-faktor tertentu dapat mempengaru'i pengosongan lambung akan dapat berpengaru' ter'adap lama kediaman obat di suatu segmen absorpsi.
)engosongan lambung diperlama ole' lemak dan asam-asam lemak dan makanan!depresi mental! penyakit-penyakit seperti gastro enteritis! tukak lambung (gastric ulcer dll.
)emakaian obat-obat juga dapat mempengaru'i absorpsi obat lainnya! baik dengan cara mengurangi motilitas (misal obat-obat yang memblokir reseptor-reeptor muskarinik atau dengan cara meningkatkan motilitas (misalnya metoklopropamid! suatu obat yang mempercepat pengosongan lambung.
4. Aliran dara' (blood flo2 dalam intestine.
&ebit dara' yang masuk ke dalam jaringan usus dapat berperan sebagai kecepatan pembatas (rate limited dalam absorpsi obat
&alam absorpsi gastro intestinal atau in ,i,o sebagai proses yang nyata untuk proses penetrasi 0at terlarut le2at barrier itu sendiri.
Maka ditentukan ole' langka' utama! 5aitu :
)ermeabilitas membrane 6 ter'adap obat! dan
)erfusi atau kecepatan aliran dara' didalam barrier 6 memba2a 0at terdifus ke 'ati
Aliran dara' normal disini 7 899mlmenit
Eek- Eek Makanan Atas Absorpsi *ecara umum absorpsi obat lebi' disukai atau ber'asil dalam kondisi lambung kosong. Kadang-kadang tak bisa diberikan dalam kondisi demikian karena obat dapat
mengiritasi lambung. ;x : Asetosal ( dapat menyebabkan iritasi karena bersifat asam. Kecepatan absorpsi kebanyakan obat akan berkurang bila diberikan bersama
makanan. ;x : &igoksin! )aracetamol! )'enobarbital (obat sukar larut )emakaian antibiotika setela' makan seringkali → penurunan bioa,ailabilitasnya
maka 'arus diberikan sebelum makan. ;x :
Absorpsi griseoful,in meningkat bila makanan mengandung lemak
Pengaruh Faktor-Faktor Fisika !imia Atas Absorpsi GI Misal :
Antibiotik penisilin
)enisilin oral bisa diformulasikan sebagai asam bebas yang ber sifat sukar larut! atau dalam bentuk garam yang muda' larut.
Jika penisilin dalam bentuk garam kalium diberikan! maka obat tersebut akan mengendap sbg asam bebas setela' mencapai lambung! dimana p# nya renda'! membentuk suatu suspensi dengan partikel-partikel 'alus dan diabsorpsi dengan cepat.
Antibiotik
)emberian paraffin cair sebagai penca'ar akan meng'ambat absorpsi obat-obat yang bersifat lipofilik seperti ,itamin K.
Pengertian Absorpsi obat Absorbsi adalah transfer suatu obat dari tempat pemberian ke dalam aliran darah. Kecepatan dan efesiensi absorbsi tergantung pada cara pemberian. ntuk intra&ena, absorbs sempurna yaitu dosis total obat seluruhnya mencapai sirkulasi sistemik. Proses absorbsi sangat penting dalam menentukan efek obat. Pada umumnya obat yang tidak diabsobsi tidak menimbulkan efek, kecuali antasida dan obat yang bekerja local. Proses absorbs terjadi diberbagai tempat pemberian obat, seperti saluran cerna, otot, rangka, paruparu, kulit dan sebagainya. Transfer obat dari saluran cerna tergantung pada sifatsifat kimianya, obatobat bisa diabsorbsi dari saluran cernasecara difusi pasif atau transport aktif. faktor yang mempengaruhi absorpsi obat Kelarutan obat Agar dapat diabsorbsi, obat harus dalam larutan. 2bat yang diberikan dalam larutan akan lebih cepat diabsorbsi daripada yang harus larut dulu dalam cairan tubuh sebelum diabsorbsi. 2bat yang sukar sekali larut akan sukar diabsorbsi pada saluran gastrointestinal. Kemampuan difusi melalui sel membrane !emakin mudah terjadi difusi dan makin cepat melintasi sel membrane, makin cepat obat diaborbsi. Kosentrasi obat !emakin tinggi kosentrasi obat dalam larutan, makin cepat diabsorbsi. !irkulasi pada letak absorbsi ika tempat absorbsi mempunyai banyak pembuluh darah, maka absorbs obat akan lebih cepat dan lebih banyak. %isalnya pada injekasi anestesi local ditambah adrenalin yang dapat menyebabkan &asokonstriksi, dimaksudkan agar absorbs obat diperlambat dan efeknya lama. ?uas permukaan kontak obat 2bat lebih cepat diabsorbsi olehi bagian tubuh yang mempunyai luas permukaan yang besar, misalnya endetarium paruparu, mokusa usus, dan usus halus. 7entuk sediaan cair Kecepatan absorbs obat tergantung pada kecepatan pelepasan obat dari bahan pemba$anya. rutan kecepatan obat dari bentik peroral sebagai berikut ( larutan dalam air @ serbuk kapsul tablet bersalut gula tablet bersalut enteric. 7eberapa hal sebagai contoh dimana bentuk obat mempengaruhi absorbs (
Absorbs obat dapat diperpanjang dengan penggunaan bentuk obat longacting.
Kecepatan absorbs injeksi dapat diturunkan dengan menggunakan suspense atau emulsi, untuk obat yang sukar larut.
Absorbs obat dapat dipercepat dengan memperkecil ukuran partikel.
umlah dan sifat bahn pengikat serta bahan penghacur, tekanan tablet akan mempenggaruhi absorbs obat dalam bentuk tablet,
5. 9ute cara pemberian obat
9ute cara pemakaian obat bermacammacam antara lain (
%elalui mulut "oral#
%elalui sublingual "diba$ah lidah# atau buccal "antara gusi dan pipi#
%elalui rectal
%elalui parental
%elalui endotel paruparu
%elalui kulit "efek local#, topical
%elalui urogenital "efek local#
%elalui &aginal "efek local#
Laporan Akhir Praktikum Materi Kuliah Farmasi | Laporan | Lapak | Analisis | Farmakologi | Formulasi | Fitokimia | Farmasetika | Bioteknologi | Mikrobiologi #ear,h •
HOME
•
LAPORAN AKHR PRAK!K"M
•
MA!ER K"LAH FARMA#
•
FREE $O%NLOA$ EBOOK
STUDI ABSORPSI OBAT SECARA IN VITRO - BIOFARMASI &'()& Bio*armasi+ Farmakokinetik+ Farmakologi+ Laporan Praktikum
STUDI ABSORPSI OBAT SECARA IN VITRO
I.
Tujuan
%empelajari pengaruh p1 terhadap absorpsi obat melalui saluran pencernaan secara in &itro. II.
Prinsip
). Absorpsi Absorpsi atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekulmolekul obat kedalam tubuh atau menuju keperedaran darah tubuh setelah mele$ati sa$ar biologik "Aiache, et al., )88-#.
Absorpsi obat adalah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efekti&itas obat "oenoes, +<<+#. Agar suatu obat dapat mencapai tempat kerja di jaringan atau organ, obat tersebut harus mele$ati berbagai membran sel. +. Derajat 0onisasi Derajat 0onisasi yaitu perbandingan jumlah mol zat yang terionisasi dengan jumlah mol zat mulamula.Derajat ionisasi tergantung pada p1 larutan dan pKa obat seperti terlihat pada persamaan 1enderson1asselbalch -. Persamaan 1enderson1asselbalch
/. Kecepatan transport obat Permeabilitas membrane biologi terhadap suatu obat dapat digambarkan oleh koefisien partisinya dan mempunyai hubungan linear dengan kecepatan transport atau kecepatan absorpsinya, dinyatakan dengan persamaan (
III.
Teori Dasar
Proses absorpsi merupakan dasar penting dalam menentukan akti&itas farmakologis obat. Kegagalan atau kehilangan obat selama proses absorpsi akan mempengaruhi efek obat dan menyebabkan kegagalan pengobatan. 'aktor mempengaruhi kecepatan dan besarnya absorbsi, termasuk bentuk dosis, jalur*rute masuk obat, aliran darah ketempat pemberian, fungsi saluran pencernaan "Bastrointestinal#, adanya makanan atau obat lain, dan &ariable lainnya "Abrams, +<<3#. Absorpsi atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekulmolekul obat ke dalam tubuh atau menuju ke peredaran darah tubuh setelah mele$ati sa$ar biologic. Absorpsi obat adalah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efekti&itas obat "oenoes, +<<+#.
Agar suatu obat dapat mencapai tempat kerja di jaringan atau organ, obat tersebut harus mele$ati berbagai membran sel. Pada umumnya, membrane sel mempunyai struktur lipoprotein yang bertindak sebagai membran lipid semipermeabel "!hargel and >u, )866#. !ebelum obat diabsorpsi, terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan serta cepatlambatnya melarut menentukan banyaknya obat terabsorpsi. Dalam hal pemberian obat per oral, cairan biologis utama adalah cairan gastrointestinal, dari sini melalui membrane biologis obat masuk keperedaran sistemik "oenoes, +<<+#. 2bat pada umumnya diabsorpsi dari saluran pencernaan secara difusi pasif melalui membrane selular. 2batobat yang ditranspor secara difusi pasif hanyalah yang larut dalam lipid. %akin baik kelarutannya dalam lipid, maka baik absorpsinya sampai suatu absorpsi optimum tercapai. 2batobat yang digunakan sebagian besar bersifat asam atau basa organik lemah. Absorpsi obat dipengaruhi derajat ionisasinya pada $aktu zat tersebut berhadapan dengan membran. %embran sel lebih permeable terhadap bentuk obat yang tidak terionkan dari pada bentuk obat yang terionkan. Derajat ionisasi tergantung pada p1 larutan dan pKa obat seperti terlihat pada persamaan 1enderson1asselbach sebagai berikut (
"atson, +<<5#. Absorpsi obat adalah langkah utama untuk disposisi obat dalam tubuh dari sistem?AD%; "?iberasiAbsorpsiDistribusi%etabolisme;kskresi#. 7ila pembebasan obat dari bentuk sediaannya "liberasi# sangat lamban, maka disolusi dan juga absorpsinya lama, sehingga dapat mempengaruhi efekti&itas obat secara keseluruhan "oenoes, +<<+#. Faktor-faktoran! "e"pen!aru#i a$sorpsi o$at
a. kuran partikel obat Kecepatan disolusi obat berbanding langsung dengan luas permukaan yang kontak dengan cairan*pelarut. 7ertambah kecil partikel, bertambah luas permukaan total, bertambah mudah larut b. Pengaruh daya larut obat Pengaruh daya larut obat*bahan aktif tergantung pada( i. !ifat kimia( modifikasi kimia$i obat ii. !ifat fisik( modifikasi fisik obat iii. Prosedur dan teknik pembuatan obat i&. 'ormulasi bentuk sediaan*galenik dan penambahan eksipien c. 7eberapa faktor lain fisikokimia obat. i. Temperatur ii. pKa dan derajat ionisasi obat "oenoes, +<<+#.
%ekanis"e &intas %e"$ran
%ekanisme lintas membran berkaitan dengan peristi$a absorpsi, meliputi mekanisme pasif dan aktif "!yukri, +<<+#. a. Difusi pasif melalui pori !emua senya$a yang berukuran cukup kecil dan larut dalam air dapat mele$ati kanal membran. !ebagian besar membran "membran seluler epitel usus halus dan lainlain# berukuran kecil yaitu /5 dan hanya dapat dilalui oleh senya$a dengan bobot molekul yang kecil yaitu lebih kecil dari )3< untuk senya$a yang bulat, atau lebih kecil dari /<< jika senya$anya terdiri atas rantai panjang "!yukri, +<<+#. b. Difusi pasif dengan cara melarut pada lemak penyusun membran Difusi pasif menyangkut senya$a yang larut dalam komponen penyusun membran. Penembusan terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi atau elektrokimia tanpa memerlukan energi, sehingga mencapai keseimbangan pada kedua sisi membran. aktu yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan tersebut mengikuti hukum difusi 'ick "!yukri, +<<+#. c. Tranpor aktif Transpor aktif suatu molekul merupakan cara pelintasan transmembran yang sangat berbeda dengan difusi pasif. Pada transpor aktif diperlukan adanya pemba$a. Pemba$a ini dengan molekul obat dapat membentuk kompleks pada permukaan membran. Kompleks tersebut melintasi membran dan selanjutnya molekul dibebaskan pada permukaan lainnya, lalu pemba$a kembali menuju ke permukaan asalnya "!yukri, +<<+#. !istem transpor aktif bersifat jenuh. !istem ini menunjukkan adanya suatu kekhususan untuk setiap molekul atau suatu kelompok molekul. 2leh sebab itu dapat terjadi persaingan beberapa molekul berafinitas tinggi yang menghambat kompetisi transpor dari molekul berafinitas lebih rendah. Transpor dari satu sisi membran ke sisi membran yang lain dapat terjadi dengan mekanisme perbedaan konsentrasi. Tranpor ini memerlukan energi yang diperoleh dari hidrolisis adenosin trifosfat "ATP# diba$ah pengaruh suatu ATPase "!yukri, +<<+#. d.
Difusi terfasilitasi Difusi ini merupakan cara perlintasan membran yang memerlukan suatu pemba$a dengan karakteristik tertentu "kejenuhan, spesifik dan kompetitif#. Pemba$a tersebut bertanggung ja$ab terhadap transpor aktif, tetapi pada transpor ini perlintasan terjadi akibat gradien konsentrasi dan tanpa pembebasan energi "!yukri, +<<+#. e.
Pinositosis Pinositosis merupakan suatu proses perlintasan membran oleh molekulmolekul besar dan terutama oleh molekul yang tidak larut. Perlintasan terjadi dengan pembentukan &esikula "bintil# yang mele$ati membran "!yukri, +<<+#. f. Transpor oleh pasangan ion Transpor oleh pasangan ion adalah suatu cara perlintasan membran dari suatu senya$a yang sangat mudah terionkan pada p1 fisiologik. Perlintasan terjadi dengan pembentukan kompleks yang netral "pasangan ion# dengan senya$a endogen seperti musin, dengan demikian memungkinkan terjadinya difusi pasif kompleks tersebut melalui membran "!yukri, +<<+#.
!tudi absorpsi in vitro dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang mekanisme absorpsi suatu bahan obat, tempat terjadinya absorpsi yang optimal, permeabilitas membrane saluran pencernaan terhadap berbagai obat, serta pengaruh berbagai faktor terhadap absorpsi suatu obat. Uji Permeasi Usus Terbalik
Biasan-a menggunakan usus tikus ke,il untuk parameter kineti, menentukan transportasi -ang han.al .an .irepro.uksi( Meto.e ini mutlak .iperlukan untuk mempertahankan oksigenasi /aringan kelangsungan /aringan usus -ang han-a berlangsung selama maksimal 0 /am( A1aln-a+ stu.i ini han-a .igunakan untuk mempela/ari pengangkutan molekul makro .an liposom+ namun kini telah mengembangkan penelitian untuk transportasi para seluler obat 2 obat -ang hi.ri*il .an mempela/ari e*ek .ari enhan,er .alam pen-erapan obat( Keuntungan .ari meto.e ini a.alah karena .apat .igunakan untuk menentukan transportasi .i berbagai segmen .ari usus ke,il+ sebagai stu.i a1al untuk transportasi obat+ .an untuk memperkirakan tingkat le3el *irst pass metabolism obat pa.a sel epitelusus( #ementara kerugian a.alah karena a.an-a mukosa muskularis men-ebabkan obat untuk berpin.ah .ari lumen ke.alam lamina propria .an menembus mukosa muskularis+ men-ebabkan obat 2 obat tertentu .apat terikat .engann-a .an men-ebabkan transportasi lebih ren.ah .ari -ang seharusn-a .iukur 4Kepera1atan+ 05&&6(
'e(an Per)o$aan
1e$an percobaan yang umum digunakan dalam penelitian ilmiah adalah tikus. Tikus " Rattusnor vegicus# telah diketahui sifatsifatnya secara sempurna, mudah dipelihara, dan merupakan he$an yang relati&e sehat dan cocok untuk berbagai penelitian. Ciriciri morfologi Rattusnor vegicus antara lain memiliki berat )3<4<< gram, hidung tumpul dan badan besar dengan panjang )6+3 cm, kepala dan badan lebih pendek dari ekornya, serta telinga relati&e kecil dan tidak lebih dari +<+- mm.
Usus 'a*us
sus halus terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum. Duodenum pada manusia memiliki panjang sekitar +3 cm terikat erat pada dinding dorsal abdomen dan sebagian besar
terlatak retroperitoneal. alannya berbentuk sepertihuruf C yang mengitari pancreas dan ujung distalnya menyatu dengan jejunum yang terikat pada dinding dorsal rongga melalui mesenterium. ejunum dapat bergerak bebas pada mesenteriumnya dan merupakan dua perlima bagian proksimal usus halus. !edangkan ileum merupakan sisa tigaperlimanya. Dinding usus halus terdiri atas empat lapis konsentris yaitu mukosa, submukosa, muskularis, dan serosa "?eeson et al. )88<#. ?apisan mukosa terdiri dari lamina epitel, lamina propia, dan muskularis mukosa. 7entuk mukosa tersusun dari tonjolan berbentuk jari yang disebut &ili yang digunakan untuk memperluas permukaan. Pada permukaan epitel &ili terdapat mikro&ili yang dapat meningkatkan efisiensi penyerapan nutrisi. Pada usus halus jugater dapat sel goblet yang menghasilkan mucus sebagai pelindung mukosa usus. %embran mukosa adalah lingkungan yang unik dimana banyak spesies mikroorganisme yang berbeda dapat hidup dan berekspresi. Terdapat )<)/ mikroorganisme dari +<< spesies, /<3< genus hidup pada permukaan tersebut, dan 88E dari populasi mikroorganisme pada membrane mukosa terjadi di bagian distal usus halus dan di bagian proksimal kolon. %embran mukosa dalam suatut ubuh berkontak langsung dengan lingkungan luar dan membrane mukosa juga terkolonisasi oleh mikroorganisme yang berbeda dalam jumlah yang besar. Asetosa*
Asetosal "asam asetil salisilat# dikenal dengan nama dagang Aspirin, merupakan obat pereda nyeri golongan Fanti radang non steroidF "A0:!#, sering digunakan untuk mengatasi nyeri reumatik, pereda nyeri "analgesik#, dan penurun demam "antipiretik#. Asetosal juga mempunyai efek mengurangi daya beku darah, sehingga dalam dosis rendah sering digunakan untuk penderita penyakit jantung koroner dan stroke "'amiliamedika, +<)-#.
merian
IV.
( hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk hablur putihG tidak berbau atau berbau lemah. !tabil di udara kering, di dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat. Kelarutan ( sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut dalam kloroform dan eter. "Depkes 90, )883#. A*at +an Ba#an
A. A?AT ). Tabung Crane dan ilson yang dimodifikasi
+. !pektrofotometer
-. ater7ath
/. TimbanganAnalitik
3. p1 %eter
4. Alatalat untuk operasi
5. Alatalatgelas
7. ). +. -. /. 3. 4. 5. 6.
7ahan 1e$an percobaan "Tikus putih jantan# Cairan lambung buatan tanpa pepsin "p1 ),+#, Cairan usus buatan tanpa pankreatin "p1 5,3# ?arutan :aCl <,8E b*& Asam!alisilat ;ter Bas 2ksigen Alkohol !eng !ulfat dan 7arium 1idroksida
V.
3.)
Prose+ur
Pembuatan Kur&a 7aku
<,)6 g asetosal standar ditambahkan etanol hingga )<< m?. Kemudian dibuat menjadi konsentrasi )+< ppm, )/< ppm, )4< ppm, )6< ppm, dan +<< ppm. %asingmasing larutan dimasukkan ke dalam ku&et dan dimasukkan ke alat spektrofotometer u&&is di panjang gelombang +85 nm. ?alu diukur masingmasing absorbansinya. !etelah itu dilakukan perhitungan dan dibuat kur&a kalibrasinya. 3.+
Penentuan Absorpsi Pada sus 1alus Tikus
1e$an percobaan dipuasakan selama +<+/ jam, tetapi diberi minum air masak. ?alu tikus dibunuh dengan eter, kemudian dibuka perutnya di sepanjang linea mediana dan usus dikeluarkan. !etelah itu, usus sepanjang )3 cm di ba$ah pylorus dibuang dan +< cm di ba$ahnya dipotong untuk percobaan. ?alu usus dibagi dua sama panjang dan dibersihkan. 7agian anal digunakan sebagai kontrol sedangkan ujung anal dari potongan usus tersebut diikat dengan benang. Kemudian dengan menggunakan pinset usus tersebut dibalik sehingga bagian mukosa terletak di luar. sus diisi dengan larutan :aCl <,8E b*& sebanyak ),/ ml. ?alu usus yang sudah diisi :aCl dan diikat, dimasukkan ke dalam tabung yang berisi cairan mukosal p1 ),+ sebanyak 53 ml "yang mengandung bahan obat# pada suhu -5 oC. Perlakuan ini diulangi dengan tabung yang berisi cairan mukosal p1 5,/ "yang mengandung bahan obat# dan untuk kontrol menggunakan cairan mukosal p1 ),+ dan p1 5,/ juga tetapi tanpa bahan obat. 2bat yang akan diuji dalam percobaan ini adalah asetosal. !elama percobaan berlangsung, seluruh bagian usus dijaga agar dapat terendam dalam cairan mukosal dan selalu dialiri gas oksigen dengan kecepatan kirakira )<< gelembung per menit. ntuk larutan uji "berisi asetosal# tiap 3, )<, dan )3 menit, cairan serosal diambil melalui kanula yang dimasukkan ke dalam &ial kemudian diisi lagi dengan ),/ ml :aCl <,8E b*&. ntuk kontrol "tanpa asetosal#, setelah 3 menit cairan serosal diambil melalui kanula dan dimasukkan ke dalam &ial. %elalui percobaan ini akan dihasilkan 6 &ial berisi sampel yang akan dianalisis. 3.-
Analisis Asetosal dengan !pektrofotometer H
!ebanyak ) ml dari tiap &ial diambil kemudian ditambahkan dengan + ml larutan seng sulfat 3E dan + ml barium hidroksida <,- :. ?arutan dikocok dan disentrifugasi selama 3 menit. ?alu, bagian yang jernih diambil dan dibaca absorbansinya menggunakan spektrofotometer H pada panjang gelombang +85 nm. !etelah itu, dibuat grafik hubungan antara jumlah dan kadar obat yang ditranspor, dihitung permeabilitas dan lag timenya serta dihitung tetapan kecepatan absorpsi "Ka# nya. VI. Data pen!a"atan +an 'asi* I.
Data Pen!a"atan
). Absorbansi Asetosal "Pelarut air, I +5/ nm# , pp" /11 21 31 41 /1
/
0
Rata-rata A
<,3)64 <,3)<<,/4+/ <,-556 <,--<5
<,3)66 <,3) <,/4+6 <,-555 <,--<3
<,3)65 <,3<88 <,/4+4 <,-555 <,--<6
<,3)65 <,3)<+ <,/4+4 <,-55<,--<45
Tabel 4.). Absorbansi Asetosal b J <,<-+54 a J +,3//6 )<r J <,85<
+. Kur&a serapan asetosal
Bambar 4.). Kur&a 7aku Asetosal
5akt u
A$sor$a nsi
6
<,<4--
1
<,)535
6
<,<<84
Tabel 1asil Absorbansi !ample p1 ).+ 5akt u
A$sor$a nsi
6
),)4/4<<
1
),+-5+
6
),<664
Tabel 1asil Absorbansi !ample p1 5./
5aktu 7%enit8
A9:
C9;
<$=
Fk
<$
6
<,<4--
)+
)4,6
)4,6
--,4
1
<,)535
34,)8
56,45
56,45
))+,-6
6
<,<<84
)4,43
+-,-)
+-,-)
/4,4+
Tabel perhitungan absorpsi "p1 ).+# 5aktu 7%enit8 6 1 6
A9:
C9;
<$=
Fk
<$
),)4/4 ),+-5+ ),<664
/5<,44 /88,+ /)3,<-
436,8+/ 486,66 36),
436,8+/ 486,66 36),
)-)5,63 )-85,54 ))4+,<6 Tabel
perhitungan absorpsi "p1 5./# Ket( A*> J 1asil Pengukuran C* J Konsentrasi LbM J umlah 2bat yang diabsorpsi 'k J 'aktor Koreksi Lb J umlah 2bat yang diabsorpsi setelah dikoreksi
Tabel hasil perhitungan parameter absorpsi Para"eter A$sorpsi
Per)o$aan
p1 ).+
p1 5./
>a
6,<++
+/5,88-
P"
6<+,+
+/588,-
&a! Ti"e
)/,)+
)+,<8
Persamaan linier "p1 ).+#( y J 6,<++ N ))-,Persamaan linier "p1 5./#( y J +/5,88- @ +885,55 VII.
Pe"$a#asan
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian absorpsi asetosal secara in &itro dengan menggunakan metode usus terbalik. Pengujian ini bertujuan untuk melihat pengaruh p1 terhadap absorpsi obat melalui saluran pencernaan secara in &itro. Asetosal merupakan turunan salisilat yang sering digunakan sebagai senya$a analgesik "penahan rasa sakit atau nyeri minor#, antipiretik "terhadap demam#, dan anti inflamasi "peradangan# dan juga memiliki efek antikoagulan untuk mencegah serangan jantung dengan rumus struktur sebagai berikut (
!truktur asetosal Konsentrasi asetosal yang digunakan adalah sebesar <,)%. Pembuatan asetosal <,) % dilakukan dengan menimbang sebanyak <,)6 gram asetosal kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur )<< ml dan dilarutkan dengan menggunakan pelarut etanol karena menurut 'armakope 0ndonesia, asetosal agak sukar larut dalam air, dan mudah larut dalam etanol"83E# P. Pembuatan asetosal ini dilakukan secara kuantitatif karena akan digunakan untuk pembuatan kur&a baku dengan menggunakan spektrofotometri HH0!. Asam asetil salisilat dapat dianalisis secara kuantitatif dengan spektrofotometer H Hisible karena berdasarkan strukturnya asam asetil salisilat memiliki gugus kromofor benzena cincin aromatik yang dapat mengabsorpsi radiasi elektromagnetik yang dihasilkan oleh spektrofotometer HHisible. ntuk pembuatan kur&a baku, dilakukan dengan membuat larutan asetosal dengan lima seri konsentrasi. Pertama, dibuat larutan stok asam asetil salisilat )<<< ppm dalam pelarut etanol. Pelarut etanol digunakan agar kondisi pengukuran sampel dengan baku adalah sama. Dibuat larutan dengan konsentrasi bertingkat dengan melakukan pengenceran terhadap larutan stok asam asetil salisilat, yaitu )+<, )/<, )4<, )6< dan +<< ppm. %asingmasing konsentrasi larutan tersebut diukur absorbansinya pada spektrofotometer HHis. Pengukuran absorbansi dari asetosal dengan spektrofotometer HHis dilakukan pada panjang gelombang maksimum karena pada panjang gelombang maksimum, kepekaannya juga maksimum karena pada panjang gelombang maksimum tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Di sekitar panjang gelombang maksimum juga, bentuk kur&a absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum ?ambert 7eer terpenuhi. !elain itu, jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali ketika digunakan panjang gelombang maksimul
"Bholib, +<<5#. Panjang gelombang maksimum yang didapat dari percobaan dan digunakan untuk pengukuran asetosal adalah +85 nm. !etelah kelima seri konsentrasi tersebut diukur absorbansinya, kemudian dibuat kur&a yang merupakan hubungan antara absorbansi "sumbu y# dengan konsentrasi "sumbu O#. Pada konsentrasi )+< ppm, absorbansi sampel ratarata adalah <,--<45 , pada konsentrasi )/< ppm, absorbansinya <,-55- , pada konsentrasi )4< ppm, absorbansi sampel <,/4+4 , pada konsentrasi )6< ppm, absorbansi <,3)<+ dan pada konsentrasi +<< ppm, absorbansinya <,3)65. Dari data absorbansi dan konsentrasi asetosal, didapatkan persamaan kur&a yaitu ( ? 1@11/6442 1@10//3
dimana y merupakan absorbansi dan O merupakan konsentrasi. :ilai r dari kur&a yaitu <,85<. Persamaan yang didapatkan dari kur&a baku ini digunakan selanjutnya dalam menghitung konsentrasi sampel. Pada percobaan ini he$an percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan. Tikus putih biasa digunakan dalam percobaan laboratorium karena mudah dikembangbiakkan dan mudah dalam pera$atannya, he$an ini juga memiliki struktur anatomi fisiologi yang hampir sama dengan manusia. !ehingga hasil uji yang dicobakan pada tikus putih yang menyangkut struktur fisiologi anatomi dapat diaplikasikan pada manusia. !ebelumnya, tikus percobaan dipuasakan dari makanan selama +<+/ jam, tapi diberi minum air masak. Tujuan dari tikus dipuasakan agar tidak ada faktor makanan lain yang mengganggu saat dilakukan percobaan serta untuk mengosongkan lambung dan usus. ?alu tikus dibunuh dengan eter. ;ter biasa digunakan sebagai obat bius yang diberikan melalui pernapasan. Kemudian dibuka perutnya di sepanjang linea mediana "linea mediana adalah garis yang melintas tepat ditengah tubuh dengan arah lintasan atas ba$ah*&ertikal# dan usus dikeluarkan. sus sepanjang )3 cm diba$ah pilorus "pilorus adalah daerah atau bagian lambung ba$ah yang berhubungan dengan bagian atas duodenum*usus duabelas jari# dibuang dan +< cm diba$ahnya dipotong untuk percobaan. sus dibagi dua bagian sama panjang, kemudian dibersihkan. jung dari potongan usus tersebut diikat dengan benang, kemudian dengan menggunakan pinset kecil usus tersebut dibalik secara perlahan agar usus tidak sobek, sehingga bagian mukosa terletak diluar. Tujuan dari peletakan mukosa usus diluar karena ingin menyamakan pengondisian seperti dalam tubuh manusia, dimana mukosa usus adalah bagian yang lipofil, sehingga diharapkan nantinya akan dapat diukur seberapa besar kadar zat aktif obat yang bersifat lipofil yang dapat diabsorpsi oleh mukosa usus. Kanula dimasukkan ke ujung oral dari usus yang belum terikat. sus diukur dengan panjang efektif 5 cm yang sebelumnya diisi dengan cairan serosal ),/ ml yang terdiri dari larutan natrium klorida <,8E b*&. Kantong usus yang sudah berisi cairan serosal ini dimasukkan ke dalam tabung yang sudah berisi cairan mukosal 53 ml "yang mengandung bahan obat yaitu asetosal# pada suhu -5C. Kantong usus untuk kontrol dilakukan dengan cara yang sama, tetapi dengan menggunakan cairan mukosal tanpa obat. !elama percobaan berlangsung, seluruh bagian usus dijaga agar dapat terendam dalam cairan mukosal dan selalu dialiri gas oksigen dengan kecepatan kirakira )<< gelembung per menit. Pada $aktu tertentu kadar obat dalam cairan serosal ditentukan. ntuk penentuan ini seluruh cairan serosal diambil melalui kanula dan segera dicuci dengan larutan <,8E b*& natrium klorida, kemudian diisi lagi dengan ),/ ml larutan <,8E b*& natrium klorida. sus tikus yang telah didapatkan direndam dalam larutan :aCl fisiologis <,8E yang bersifat isotonis agar tidak kering dan rusak. Kemudian usus dipotong +< cm dari bagian ujung dekat pilori "lambung# untuk dibuang, dan diambil 5 cm dari sisa usus untuk dibersihkan lalu dibalik sehingga bagian dalam usus berada diluar dan bagian luar usus berada didalam dengan pinset. sus harus dibalik karena percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui kadar absorpsi obat oleh filia bagian dalam usus pada perbedaan p1 yang diatur sesuai p1 lambung dan p1 usus secara in vitro "menggunakan instrumen yang menyerupai bagian dalam tubuh#. !etelah itu, salah satu ujung usus disambungkan ke pipa 7 pada instrument modifikasi crane=ilson dan diikat dengan benang agar tidak mudah lepas sehingga instrument tersebut menjadi seperti gambar diba$ah ini (
Kemudian, ujung usus yang lain diikat dengan benang dan dikaitkan ke ujung pipa C, lalu larutan :aCl fisiologis dimasukkan kedalam usus sebanyak ),/ ml melalui pipa 7 agar usus tetap basah dan tidak rusak, digunakan larutan :aCl fisiologis yang isotonis karena menyerupai cairan tubuh tikus* mamalia. !elanjutnya, kedalam tabung instrument dimasukkan larutan dapar p1 ),+ melalui pipa A sebanyak 53 ml menggunakan syringe, larutan dibuat pada p1 ),+ agar menyerupai kondisi dalam lambung tikus* mamalia. 0nstument dipanaskan diatas water bathhingga mencapai suhu -5 oC agar menyerupai suhu didalam tubuh tikus* mamalia. ?arutan asam salisilat <,<) % kemudian dimasukkan sebanyak )< ml melalui pipa A kedalam larutan dapar sehingga bercampur dan didiamkan dengan selalu diberikan oksigen melalui pipa C. 2ksigen diberikan agar selsel usus tetap hidup. !etiap 3 menit, larutan :aCl fisiologis didalam usus diambil melalui pipa 7 menggunakan syringe dan dimasukkan kedalam &ial yang telah diberi label, kemudian diganti dengan ),/ ml larutan :aCl fisiologis yang baru. 1al ini dilakukan sampai )3 menit berlangsung. ?arutan :aCl fisiologis diambil dari usus setiap rentang $aktu 3 menit karena akan dihitung kadar asam salisilat yang terabsorpsi melalui filia usus dan masuk kedalam larutan untuk mengetahui absoprsi optimal dari asam salisilat pada perbedaan pengaturan p1 yang disesuaikan kondisi dalam tubuh mamalia. Percobaan ini juga dilakukan dengan tabung instrumen diisi larutan dapar p1 5,/ yang disesuaikan dengan kondisi didalam usus, dengan ditambahkan pula )< ml larutan asam salisilat <,<) %. Kemudian dilakukan percobaan control negatif dengan prosedur yang sama menggunakan larutan dapar p1 ),+ dan p1 5,/ tanpa ditambahkan obat. !etelah itu, semua &ial yang telah berisi larutan :aCl fisiologis diberi perlakuan a$al untuk dianalisis menngunakan spektrofotometer H. !etelah dilakukan pengambilan cuplikan dari setiap rentang $aktu 3 menit"3, )< dan )3 menit# pada masingmasing p1 ),+ dan 5,/ dari masingmasing tabung, maka masing masing cuplikan tersebut dianalisis menggunakan spektrofotometri H untuk menetapkan konsentrasi asetosal selama proses absorpsi di dalam usus he$an percobaan. Adapun panjang gelombang maksimum yang digunakan adalah +5/ nm. Alasan memilih panjang gelombang
maksimum adalah karena panjang gelombang maksimum memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan absorbansi yang paling besar dan pada panjang gelombang maksimum, bentuk kur&a absorbansi terhadap konsentrasi memenuhi hukum Lambert-Beer . !ebelum dianalisis, masingmasing cuplikan dilarutkan kedalam larutan barium hidroksida <,- : dan sengsulfat 3E " 3 gram dalam )<< ml#. 'ungsi barium hidroksida dan sengsulfat adalah untuk mengekstraksi asetosal dan memisahkan asetosal dari senya$asenya$a lain yang mungkin terikut, sehingga hanya asetosal yang akan dianalisis menggunakan spektrofotometri H. Pertamatama harus dibuat larutan barium hidroksida <,- : dan sengsulfat 3E. 7arium hidroksida "7a"21#+.61+2# ditimbang sebanyak /,5-+ gram, diperoleh dari rumus berikut(
"7%J -)3,/5# "'0 0H, )883 hal ))-5# dan dilarutkan kedalam air panas sebanyak )<< ml. !edangkan sengsulfat "Qn!2 /. 1+2# ditimbang sebanyak 3 gram dan dilarutkan kedalam )<< ml air "7%J )58,/4# "'0 0H, )883 hal 6-4#. 7arium hidroksida agak sukar larut dalam air dingin, sehingga butuh pemanasan untuk melarutkannya, namun pada saat percobaan, barium hidroksida masih belum larut sempurna sekalipun dilarutkan dalam air panas sambil dipanaskan, sedangkan sengsulfat sangat larut dalam air. !etelah itu, sebanyak + ml dari larutan barium hidroksida dan + ml sengsulfat dicampurkan kedalam masingmasing ) ml cuplikan, kemudian campuran larutan tersebut disentrifugasi untuk memisahkan endapan dengan filtratnya. Dimana filtrat yang berupa cairan jernih tersebut yang mengandung asetosal.Pada saat sentrifugasi, campuran larutan tersebut dimasukkan kedalam tabung sentrifugasi lalu tabungnya ditempatkan kedalam alat sentrifugasi secara berseberangan dan dengan jumlah yang sama, setelah itu diatur kecepatan pemutarannya, yaitu -<<< 9P% " Revolutions Per Minute# "angka -< dilayar dikali faktor pengali )<<# selama )< menit.1asil sentrifugasi berupa larutan jernih di bagian atas dan endapan di bagian ba$ah. 7agian atas yang berupa larutan jernih diambil menggunakan pipet dan dimasukkan kedalam ku&et. !ebelum sampel diukur, alat spektrofotometer terlebih dahulu di reference kedalam panjang gelombang yang sesuai menggunakan blanko yaitu blanko dari p1 ),+ dan 5,/ pada $aktu J < menit. !elanjutnya masingmasing sampel cuplikan diukur absorbansinya. Adapun jumlah cuplikan yang diukur ada 4 buah "- buah cuplikan "pada pengambilan 3, )< dan )3 menit# pada p1 ),+dan - buah cuplikan dari p1 5,/. Absorbansi yang diperoleh dicatat. 7erdasarkan data pengamatan, nilai absorbansi yang didapatkan tidak sesuai dengan hukum Lambert Beer , yaitu konsentrasi yang baik itu berada di rentang absorbansi <,+<,6 yang terdeteksi dengan spektro H. Pada saat pengukuran, nilai absorbansi yang diperoleh yaitu kebanyakan bernilai minus yaitu pada p1 ),+( <,<<84 ")3 menit#, sedangkan pada p1 5,/( ),)4/4<< "3 menit#, ),+-5+ ")< menit# dan ),<664 ")3 menit#, artinya larutan yang dianalisis tidak terbaca serapannya oleh alat spektrofotometer H. Dan ada + nilai absorbansi yang bernilai positif yaitu pada p1 ),+ ( <,<4-- "3 menit# dan <,)535 ")< menit# namun nilai absorbansi ini tetap tidak memenuhi hukum Lambert Beer yaitu rentang absorbansi yang diizinkan adalah <,+<,6. 1al ini terjadi karena kemungkinan $aktu yang tidak cukup bagi
obat asetosal untuk terabsorpsi. Kemungkinan asetosal akan terabsorpsi pada rentang $aktu setelah )3 menit. 1asil absorbansi dimasukkan kedalam perhitungan untuk mencari konsentrasinya. :ilai absorbansinya dimasukkan kedalam persamaan regresi linier dari kur&a baku asetosal. Dari data pengamatan terlihat bah$a data yang didapatkan tersebut menyimpang dari yang seharusnya, misalnya seperti, hasil absorbansi yang dihasilkan sangat aneh, nilai absorbansinya menurun pada pertambahan $aktu. !eharusnya semakin lama, maka absorbansinya semakin tinggi, karena seharusnya semakin banyak obat yang terabsorpsi. :amun data nilai absorbansi yang dihasilkan pada p1 ),+ lebih tinggi dibandingkan dengan pada p1 5,/ itu adalah benar dan sesuai dengan teori, yaitu bah$a suatu obat yang bersifat asam akan terabsorpsi optimum di p1 asam "lambung# dan obat yang bersifat basa terabsorpsi optimum di p1 basa"usus#. Pada percobaan kali ini, senya$a obat yang digunakan adalah asetosal "asam asetil salisilat#, dimana senya$a obat ini bersifat asam, sehingga obat ini akan terabsorpsi optimum di p1 asam. !etelah dilakukan perhitungan konsentrasi berdasarkan persamaan regresi linier dari kur&a baku asetosal, maka datadata absorbansi dan konsentrasi di plotkan kedalam grafik. Di mana sumbuO nya adalah $aktu dan sumbu @y nya adalah konsentrasi. adi grafik yang terbentuk adalah grafik konsentrasi terhadap $aktu. Dari grafik terlihat bah$a, pada p1 ),+ konsentrasi paling tinggi adalah pada $aktu ke)< menit, sedangkan pada p1 5,/ konsentrasi paling tinggi pada $aktu ke )3 menit.
VIII.
>esi"pu*an
adi, perbedaan &ariasi p1 ),+ dan p1 5,/ pada absorpsi obat melalui saluran pencernaan secara in vitro dengan inter&al $aktu yang berbedabeda menunjukkan perbedaan konsentrasi yang berbedabeda dengan konsentrasi tertinggi pada p1 ),+ terdapat pada inter&al $aktu ke )< menit sedangkan konsentrasi tertinggi p1 5,/ terdapat pada inter&al $aktu ke)3.
Daftar Pustaka
Anne Collins Abrams, 9:, %!:. +<<3. Clinical Drug Therapy. !. olters Klu$er 1ealth, ?ippincott illiams ilkins. Depkes 90. )883. Farmakope ndonesia ! . akarta. Departemen Kesehatan. 'amiliamedika. +<)-. Asetosal*Aspirin. Tersedia di http(**familiamedika.net*obat keluarga*asetosal.htmlR.lC?iy7C> Sdiakses tanggal <4 2ktober +<)- oenoes, Q. :. +<<+. "rs Prescribendi #ilid $.!urabaya. Airlangga ni&ersity Press. Kepera$atan, A. +<)). Absorpsi obat. Tersedia di http(**$$$.artikelkepera$atan.info* materi kuliahstudiabsorbsiobat)38.html Sdiakses tanggal <3 2ktober +<)- ?eeson, C.9., T.!. ?esson, dan A.A. Paparo. )88<. Buku "%ar &istologi. akarta. Penerbit 7uku Kedokteran ;BC. !hargel, ? and yu, A. 7. C. )866. Biofarmasetika dan Farmakokinetika 'erapan. !urabaya. Airlangga ni&ersity Press. !yukri, !. +<<+. (M" )"*"R +. 7andung. Penerbit 0T7. atson, D.B., +<<5. "nalisis Farmasi. ;BC. akarta. Kirimkan ni le1at EmailBlog!his7Berbagi ke !1itterBerbagi ke Fa,ebook Posting LamaBeran.a
Links to this post Buat sebuah Link
#O8AL PROFLE#
•
Popuar
•
Ta!s
•
Bo! Ar"hi#$s
9OO9LE: FOLLO%ER#
AR#P BLO9 •
o
; 05&< 4)=6 ; Oktober 406
#!"$ AB#ORP# OBA! #E8ARA N >!RO ? BOFARMA#
LAPORAN AKHR PRAK!K"M MO$ELN9 $AN ANAL## $A!A(((
o
@ uli 406
o
@ uni 40)6
•
@ 05&0 4&56
BLO9 #!A!#!8#
8op-right C 05&< Laporan Akhir Praktikum | Po1ere. b- Blogger $esign b- Ne1%p!hemes | Blogger !heme b- Lasantha ? Premium Blogger !hemes Bluehost ,oupon ,o.es
Rea. moreD httpDlaporanakhirpraktikum(blogspot(,om05&<&5#!"$?AB#ORP#?OBA!?#E8ARA? N?>!RO?BOFARMA#(htmliG