“PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORBSI OBAT DAN EFEK SEDATIF” I. PENDAHULUAN a. Lata Latarr Be Bela laka kang ng
Absorp Absorpsi si merupa merupakan kan proses proses masukn masuknya ya obat obat dari dari tempat tempat pember pemberian ian ke dalam dalam darah. darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai dengan rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Cara pemberian obat yang berbeda beda melibatkan proses absorbsi obat yang berbeda-beda pula. Kegagalan atau kehilangan obat obat selama selama proses proses absorbs absorbsii akan akan mempen mempengar garuhi uhi efek obat obat dan menyeb menyebabk abkan an kegaga kegagalan lan pengobatan. Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan adalah pemberian obat per oral, karena mudah, aman, dan murah . Dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus, karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni !!m . "ada pemberian secara oral, sebelum obat masuk ke peredaran darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh, terlebih dahulu harus mengalami absorbsi pada saluran cerna. Ada beberapa cara pemberian obat yang lain, yaitu sublingual, per oral, per rectal, pemakaian pada permukaan epitel ( kulit, kornea, #agina, mukosa hidung ), inhalasi, dan suntikan ( subkutan, intramuskuler, dan intratekal ). Kecepatan Kecepatan absorbsiny absorbsinyaa pun berbeda pada masing-masing masing-masing cara pemberian pemberian yang dapat menun$ukan keefektifan obat tersebut. Dalam praktikum kali ini kita akan membandingkan keefektifan keefektifan dan kecepatan kecepatan absorbsi absorbsi obat berdasarkan rute pemberian pemberian yang berbeda-beda. berbeda-beda. %elain itu, pada percobaan kali ini $uga akan digunakan obat golongan hipnotik sedatif yang merupa merupakan kan golong golongan an obat obat depresa depresan n susunan susunan saraf saraf pusat pusat (%%"), (%%"), mulai mulai yang yang ringan ringan yaitu yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan , hingga yang berat (kecuali ben&odia&epine) yaitu hilangnya kesadaran, koma dan mati mat i bergantung kepada dosis.
. T!"!an "!an #er #er$% $%a aan an 'engenal, mempraktekkan, dan membandingkan cara-cara pemberian obat terhadap
kecepatan absorbsinya, menggunakan data farmakologi sebagai tolak ukurnya. 'empela$ari dan mengamati pengaruh dari obat penekan syaraf pusat.
$. Da&a a&ar Te%r' %r'
Absorbsi merupakan pengambilan obat dari permukaan tubuh atau dari tempat-tempat tertentu pada organ ke dalam aliran darah yang dipengaruhi beberapa faktor yakni cara pemberian obat dan bentuk sediaan. Ada beberapa cara pemberian obat yaitu sublingual, per oral, per rectal, pemakaian pada permukaan epitel ( kulit, kornea, #agina, mukosa hidung ), inhalasi, dan suntikan ( subkutan, intramuskuler, dan intratekal ). (Anonim,*). Absorbsi sebagian besar obat secara difusi pasif, maka sebagai barier absorbsi adalah membran epitel saluran cerna yang seperti halnya semua membran sel epitel saluran cerna , yang seperti halnya semua membran sel ditubuh kita, merupakan lipid bilayer.Dengan demikian , agar dapat melintasi membran sel tersebut, molekul obat harus memiliki kelarutan lemak (setelah terlebih dulu larut dalam air) (+armakologi dan erapi edisi *, !!). Cara pemberian dapat mempengaruhi kecepatan absorbsi obat yang berpengaruh $uga terhadap onset dan durasi. nset adalah /aktu yang dibutuhkan obat untuk menimbulkan efek mulai obat itu diberikan. Cara pemberian per oral memiliki onset yang paling lama karena pada per oral senya/a obat memerlukan proses absorbsi, setelah obat masuk mulut akan masuk lambung mele/ati kerongkongan. Di dalam lambung obat mengalami ionisasi kemudian diabsorbsi oleh dinding lambung masuk kedalam peredaran darah, sehingga membutuhkan /aktu lebih lama untuk berefek. %edangkan secara intraperitonial memiliki onset paling pendek karena rongga perut banyak terdapat pembuluh darah dan tidak ada faktor penghambat sehingga dengan segera akan menimbulkan efek. "ada subcutan melalui ba/ah kulit di mana obat harus melalui lapisan- lapisan kulit baru masuk ke pembuluh kapiler ba/ah kulit, sehingga onset yang dihasilkan lebih lama dari kedua cara lainnya (Anief, !). Durasi adalah /aktu yang diperlukan obat mulai dari obat berefek sampai efek hilang. Durasi dipengaruhi oleh kadar obat dalam darah dalam /aktu tertentu. "ada per oral didapatkan durasi terpendek, disebabkan karena per oral mele/ati banyak fase seperti perombakan dihati men$adi aktif dan tidak aktif. %emakin banyak fase yang dilalui maka kadar obat akan turun sehingga obat yang berikatan dengan reseptor akan turun dan durasinya pendek. %edangkan pada pemberian secara intraperitonial obat dengan kadar tinggi akan berikatan dengan reseptor sehingga akan langsung berefek tetapi efek yang dihasilkan durasinya cepat karena setelah itu tidak ada obat yang berikatan lagi dengan reseptor. "ada sub cutan memiliki durasi yang lama, hal ini disebabkan karena obat akan tertimbun di depot lemak0 $aringan di ba/ah kulit sehingga secara perlahan- lahan baru akan dilepaskan sehingga
durasinya lama. Cara pemberian obat yang baik, bila onset yang dihasilkan cepat dan durasi dalam obat lama (Anief, !). "er oral. %ebagian besar obat diberikan melalui mulut dan ditelan. Beberapa obat ( misalnya1 alcohol dan aspirin ) dapat diserap dengan cepat dari lambung, tetapi kebanyakan obat diabsorpsi sebagian besar melalui usus halus. Absorpsi obat melalui usus halus, pengukuran yang dilakukan terhadap absorpsi obat baik secara in #i#o maupun secara in #itro, menun$ukan bah/a mekanisme dasar absorpsi obat melalui usus halus ini adalah secara transfer pasif. Di mana kecepatan obat ditentukan oleh dera$at ionisasi obat dan lipid solubilitas dari molekul obat tersebut. "emberian obat secara suntikan intra#ena. "emberian obat secara intra#ena adalah cara yang paling cepat dan paling pasti. %uatu suntikan tunggal intra#ena akan memberikan kadar obat yang sangat tinggi yang pertama-tama akan mencapai paru-paru dan kemudian ke sirkulasi sistemik. Kadar puncak yang mencapai $aringan tergantung pada kecepatan suntikan yang harus diberikan secara perlahan-lahan sekali. bat-obat yang berupa larutan dalam minyak dapat menggumpalkan darah atau dapat menyebabkan hemolisa darah, karena itu tidak boleh diberikan secara intra#ena. "emberian obat suntikan subkutan. %untikan subkutan hanya bias dilakukan untuk obat-obat yang tidak menyebabkan iritasi terhadap $aringan karena akan menyebabkan rasa sakit hebat, bnekrosis dan pengelupasan kulit. Absorpsi melalui subkutan ini dapat pula ber#ariasi sesuai dengan yang diinginkan. "emberian suntikan intramuskuler ( 2' ). bat- obat yang larut dalam air akan diabsorbsi dengan cepat setelah penyuntikan 2'. 3mumnya kecepatan absorpsi setelah penyuntikan pada muskulus deloid atau #astus lateralis adalah lebih cepat dari pada bila disuntikkan pada gluteus ma4imus. "emberian suntikan intra-anterial. Kadang-kadang obat disuntikan ke dalam sebuah arteri untuk mendapatkan efek yang terlokalisir pada $aringan atau alat tubuh tertentu. etapi nilai terapi cara ini masih belum pasti. Kadang-kadang obat tertentu $ug a disuntikan intraarteri untuk keperluan diagnosis. %utikan intraarteri harus dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli. "emberian suntikan intratekal. Dengan cara ini oabt langsung disuntikkan ke dalam ruang subaraknoid spinal. %untikan intratekal dilakukan karena banyak obat yang tidak dapat mencapi otak, karena adanya sa/ar darah otak (dr. s$amsuir munaf, 5 ) "emberian suntikan intra-peritonial. 6ongga peritoneum mempunyai permukaan absorpsi yang sangat luas sehingga obat dapat masuk ke sirkulasi sistemik secara cepat. Cara
ini banyak digunakan di laboratorium tetapi $arang digunakan di klinik karena adanya bahaya infeksi dan perlengketan peritoneu ( dr.s$amsuir munaf,5 ). 7ipnotika atau obat tidur adalah &at-&at yang dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan faali untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur. 3mumnya, obat ini diberikan pada malam hari. Bila &at-&at ini diberikan pada siang hari dalam dosis yang lebih rendah untuk tu$uan menenangkan, maka dinamakan 7ipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (%%"), mulai yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan , hingga yang berat (kecuali ben&odia&epine) yaitu hilangnya kesadaran, koma dan mati bergantung kepada dosis. "ada dosis terapi obat sedasi menekan aktifitas, menurunkan respons terhadap rangsangan dan menenangkan. bat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis sedatif ($ay, !!). %edatif menekan reaksi terhadap perangsangan, terutama rangsangan emosi tanpa menimbulkan kantuk yang berat. 7ipnotik menyebabkan tidur yang sulit dibangunkan disertai penurunan refleks hingga kadang-kadang kehilangan tonus otot (D$amhuri, *). 7ipnotika dapat dibagi men$adi beberapa kelompok, yaitu ben&odia&epin, contohnya1 flura&epam, lora&epam, tema&epam, tria&olam8 barbiturat, contohnya1 fenobarbital, tiopental, butobarbital8 hipnotik sedatif lain, contohnya1 kloralhidrat, etklor#inol, glutetimid, metiprilon, meprobamat8 dan alkohol (9anis/arna dkk, *). Barbiturat tidak dapat mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran. "emberian obat barbiturat yang hampir menyebabkan tidur, dapat meningkatkan !: ambang nyeri, sedangkan ambang rasa lainnya (raba, #ibrasi dan sebagainya) tidak dipengaruhi. "ada beberapa indi#idu dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa nyeri, barbiturat tidak menyebabkan sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan dan delirium). 7al ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat penghambatan (9anis/arna dkk, *).
II.
ALAT DAN BAHAN A. Alat-alat %puit in$eksi (!,- ml) ;arum sonde
• • •
III.
7e/an coba (masing-masing kelompok tikus > ekor) +enobarbital A?uabidest
CARA KER(A
"eralatan "ercobaan Disiapkan semua alat yang dibutuhkan
%emua perhitungan Dihitung dosis kon#ersi, larutan stok, dan $umlah obat yang harus diambil. Dihitung #olumefenobarbital yang akan diberikan. Dibagi per kelompok mendapat > tikus 7e/an u$i (tikus) Ditimbang bobot tikus dan diberi tanda. Diberikan fenobarbital sesuai dengan kelompok.
Kelompok Diberikan secara • • •
"er oral 2ntra#ena 2ntraperitoneal
Kelompok Diberikan secara • • •
"er oral %ubkutan 2ntramuskular
Kelompok > Diberikan secara
Kelompok 5 Diberikan secara
"er oral sesuai dengan "er oral • Ditandai pemberian bahan 2ntra#ena %ubkutan • • u$i. 2ntraperitoneal 2ntramuskular Dilakukan percobaan pada menit ke *, >!, •
•
•
@!, dan ! dengan meletakkannya pada rotarod. Diamati berapa kali tikus ter$atuh dari rotarod. Diamati onset dan durasi obat fenobarbital. Dicatat I).
PERHITUNGAN DAN HASIL PERCOBAAN 7asil Per*'t!ngan Per Oral
Dosis Kon#ersi !,! 4 >! mg !,*5 mg0!! g BB tikus
dosis konversi
0,54
2 x 5
2 x V Maks
!,!*5 mg
larutan stok
Berat yang diambil
4 berat tablet
dosis
0,054
4 5,> mg !, mg ad ! ml a?uabidest
30
BB tikus
olume pemberian
4 maks
100
110
100
4 .*
,* ml S!k!tan Dosis Kon#ersi !,! 4 >! mg !,*5 mg0!! g BB tikus dosis konversi
0,54
2 x 5
2 x V Maks
!,!*5 mg
. ' . ' . * * 4 !,!*5 !,!*5 ad * ml BB tikus
olume pemberian
4 maks
100
150
100
4 .*
>,* ml Intra+!&k!lar
Dosis Kon#ersi !,! 4 >! mg !,*5 mg0!! g BB tikus dosis konversi
2 x V Maks
0,54
2 x 0,1
, mg
. ' . ' . * , 4 * , ad * ml BB tikus
olume pemberian
4 maks
100
130
100
4 . !,
!,!@* ml Ha&'l #enga+atan Pengar!* #e+er'an ter*a,a# a&%r&' %at Kel%+#%k On&et D!ra&' Kel%+#%k 4 On&et D!ra&' Kel%+#%k / On&et D!ra&' Kel%+#%k 6 On&et D!ra&' Tael Rata8rata
Per Oral /0 20 Per Oral 20 30 Per Oral 14 76 Per Oral 61 70
Intraena -1 30 S!k!tan 50 30 Intraena -1 77 S!k!tan 50 --1
Intra#er't%neal -1 30 Intra+!&k!lar 61 20 Intra#er't%neal -2 30 Intra+!&k!lar /0 30
Per Oral
Intraena
Intra#er't%neal
S!k!tan
Intra+!&k!lar
Rata8rata
63941
-1
-5
50
/291
On&et Rata8rata
70
73
30
-0491
70
D!ra&'
E:ek Se,at': ;(!+la* (at!* ,ala+ 4 +en't< Men't ;Kel%+#%k -< -1
Per Oral -
Intraena 4
Intra#er't%neal /
/0 61 50 30 Men't ;Kel%+#%k 4< -1 /0 61 50 30 Men't ;Kel%+#%k /< -1 /0 61 50 30 Men't ;Kel%+#%k 6< -1 /0 61 50 30 Tael Rata8rata
Men't -1 Men't /0 Men't 61 Men't 50 Men't 30
).
4 6 -0 1 Per Oral / / 8 Per Oral 4 / 6 8 Per Oral 4 / 6 8
4 1 1 8 S!k!tan 6 4 8 8 Intraena 8 / 6 6 S!k!tan 6 2 7 -4
4 5 8 1 Intra+!&k!lar 6 4 / 8 Intra#er't%neal 6 4 4 4 Intra+!&k!lar 8 / 8 6
Per O ral
Intraena
Intra#er't%neal
S!k!tan
Intra+!&k!lar
-91 4941 /91 6 1
491 691 691 091
/91 4 /91 /91
6 691 6 5
4 -91 / 091 4
PEMBAHASAN
nset adalah /aktu yang dibutuhkan obat untuk menimbulkan efek mulai obat itu diberikan. Cara pemberian per oral memiliki onset yang paling lama karena pada per oral senya/a obat memerlukan proses absorbsi, setelah obat masuk mulut akan masuk lambung mele/ati kerongkongan. Di dalam lambung obat mengalami ionisasi kemudian diabsorbsi oleh dinding lambung masuk kedalam peredaran darah, sehingga membutuhkan /aktu lebih lama untuk berefek. %edangkan secara intraperitonial memiliki onset paling pendek karena rongga perut banyak terdapat pembuluh darah dan tidak ada faktor penghambat sehingga dengan segera akan menimbulkan efek. "ada subcutan melalui ba/ah kulit di mana obat harus melalui lapisan- lapisan kulit baru masuk ke pembuluh kapiler ba/ah kulit, sehingga
onset yang dihasilkan lebih lama dari kedua cara lainnya. Durasi adalah /aktu yang diperlukan obat mulai dari obat berefek sampai efek hilang. Durasi dipengaruhi oleh kadar obat dalam darah dalam /aktu tertentu. "ada per oral didapatkan durasi terpendek, disebabkan karena per oral mele/ati banyak fase seperti perombakan dihati men$adi aktif dan tidak aktif (Anief, !). 6ute-rute pemberian obat di kelompokkan men$adi lima yaitu1 peroral, subktan(sc), intra#ena(i#), intraperitonial(ip) dan intramuscular(im).
"ada pemberian per oral banyak
faktor dapat mempengaruhi bioa#aibilitas obat. Karena ada obat-obat yang tidak semua yang diabsorpsi dari tempat pemberian akan mencapai sirkulasi sistemik. %ebagian akan dimetabolisme oleh en&im di dinding usus dan atau di hati pada lintasan pertamanya melalui organ-organ tersebut (metabolisme atau eliminasi lintas pertama). "emberian intra#ena (2) tidak mengalami absorpsi tetapi langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik, sehingga kadar obat dalam darah diperoleh secara capat, tepat, dan dapat disesuaikan langsung dengan respon penderita. Kerugiannya adalah mudah tercapai efek toksik karena kadar obat yang tinggi segera menca pai darah dan $aringan, dan obat tidak dapat ditarik kembali. 2n$eksi subkutan (%C) atau pemberian obat melalui ba/ah kulit, hanya boleh digunakan untuk obat yang tidak menyebabkan iritasi $aringan. Absorpsinya biasanya ter$adi secara lambat dan konstan sehingga efeknya bertahan lama. 2n$eksi intramuskular (2') atau suntikkan melalui otot, kecepatan dan kelengkapan absorpsinya dipengaruhi oleh kelarutan obat dalam air. Absorpsi lebih cepat ter$adi di deltoid atau vastus lateralis daripada di gluteus maksimus. 2n$eksi intraperitoneal atau in$eksi pada rongga perut tidak dilakukan untuk manusia karena ada bahaya infeksi dan adesi yang terlalu besar. "emberian secara in$eksi intra#ena menghasilkan efek yang tercepat, karena obat langsung masuk ke dalam sirkulasi. Efek lebih lambat diperoleh dengan in$eksi intramuskular, dan lebih lambat lagi dengan in$eksi subkutan karena obat harus melintasi banyak membran sel sebelum tiba dalam peredaran darah. "raktikum kali ini mempala$ari tentang pengaruh cara pemberian obat terhadap absorpsi obat dalam tubuh (dalam hal ini pada tubuh he/an u$i). ikus dipilih sebagai he/an u$i karena proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung cepat sehingga sangat cocok
untuk di$adikFn sebagai ob$ek pengamatan. "ada praktikum ini, di lakukan berbagai macam cara pemberian obat fenobarbital kepada * tikus $antan. "ada a/alnya mencit $antan bersifat normal (aktif berlari, meman$at, dll). Kemudian disuntikkan obat fenobarbital ke masingmasing mencit $antang dengan berbagai macam cara pemberian obat, yaitu oral, intra #ena, intra peritoneal, intra muscular, dan subcutan. Dosis yang diberikan kepada masing-masing mencit berbeda-beda, sesuai dengan berat badan mencit masing-masing. %etelah pemberian fenobarbital perubahan mulai ter$adi pada mencit, namun ada perbedaan pada hasilnya, yaitu perbedaan pada /aktu obat mulai bereaksi terhadap masing-masing mencit.
Dari hasil percobaan didapatkan rata-rata onset dari yang tercepat hingga terlama secara berurutan yaitu intravena 15 menit, intraperitoneal 16 menit, intramuskular 3,5 menit, per oral !",#5 menit dan subkutan 6$ menit. Dari data yang didapatkan tentang perbandingan rute pemberian obat terhadap e%ekti&tasnya, menun'ukkan bah(a onset rute pemberian melalui intravena adalah yang paling cepat, yaitu didapatkan hasil ratarata membutuhkan (aktu rata-rata 15 menit. )al ini sudah sesuai dengan literatur yang menyebutkan bah(a rute pemberian intravena dapat memberikan onset yang paling cepat karena obat langsung masuk kepembuluh darah dan langsung terabsorbsi ke bagian tubuh yang sakit. *edangkan onset yang paling lama tercapai adalah melalui subkutan yang didapatkan hasil rata-rata sekitar 6$ menit. +etapi hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur. Dalam literatur menyatakan bah(a onset yang paling lama adalah peroral, karena rute pemberiannya paling pan'ang dan harus melalui saluran pencernaan dan kemungkinan obat dapat rusak oleh asam lambung, selain itu absorbsi obat terhambat oleh makanan dalam lambung Anie%, 1""$. Kesalahan hasil percobaan ini, dikarenakan karena mekanisme pemberian obat terutama in$eksi yang kurang benar, in$eksi yang salah dapat mengakibatkan obat terakumulasi pada $aringan yang salah sehingga absorbsi dan distribusi obat men$adi berbeda dari yang seharusnya. 2n$eksi yang salah $uga mengakibatkan dosis obat yang masuk tidak sesuai dengan yang diharapkan bahkan obat tidak masuk ke sirkulasi sistemik. %elain itu, kondisi he/an coba yang mungkin kurang baik karena stress.
Dari hasil percobaan terhadap durasi obat, didapatkan hasil durasi terpendek sampai terpan$ang, yaitu per oral dan intramuskular ! menit, intra#ena menit, intraperitoneal ! menit, dan subkutan !,* menit. Durasi tecepat yaitu per oral dan intramuskular dengan durasi rata-rata sekitar ! menit. 7al ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan pada pemberian per oral didapatkan durasi terpendek, disebabkan karena per oral mele/ati banyak fase seperti perombakan dihati men$adi aktif dan tidak aktif. %edangkan durasi yang terlama adalah subkutan, yang memiliki durasi rata-rata sekitar !,* menit, hal ini $uga sesuai dengan literatur yaitu pada pemberian sub cutan memiliki durasi yang lama, hal ini disebabkan karena obat akan tertimbun di depot lemak0 $aringan di ba/ah kulit sehingga secara perlahan- lahan baru akan dilepaskan sehingga durasinya lama (Anief, !). "ada percobaan efek sedatif, obat yang digunakan adalah golongan barbiturat yaitu fenobarbital. +enobarbital ini bila digunakan sebagai anti hipnotik-sedatif, diberikan secara oral. bat ini diabsorbsi cepat dan beredar luas di seluruh tubuh. 2katan fenobarbital pada protein plasma tinggi tetapi tingkat kelarutan lemak tidak begitu tinggi. Dosis sedasi *->! mg. +enobarbital mencapai kadar puncak dalam @! menit dengan durasi ker$a ! hingga $am./aktu paruh dari fenobarbital adalah ! hingga ! $am. +enobarbital dimetabolisme di hati dan diekskresikan ke urin kira-kira *: fenobarbital diekskresi ke urin dalam bentuk utuh (Kat&ung, !!5). Pe+er'an Fen%ar'tal 6umus 'olekul 1 C 7 => • =ama Kimia 1 asam *-etil-*- fenilbarbiturat • Bobot molekul 1 >,5 • "emerian 1 hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau, rasa agak pahit. •
(asam 5, fenil-5, etil barbiturat) •
Kelarutan 1 sangat sukar larut dlam air, agak sukar larut dalam kloroform, larut dalam
•
etanol. %ifat farmakologi 1 +enobarbital merupakan obat golongan barbitural yang berkhasiat sebagai hipnotik sedati#e yang berefek utama depresi susunan saraf pusat. 7ipnotika adalah &at-&at yang dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur.
psikoleptika yang mencakup obat-obat yang menekan atau menghambat fungsi-fungsi susunan saraf pusat. De/asa ini hanya beberapa barbiturat yang masih digunakan untuk indikasi-indikasi tertentu seperti fenobarbitural yang memiliki sifat antikon#ulsif. Dosis fenobarbital *->! mg beker$a sebagai sedati#um dan !! mg atau lebih sebagai obat tidur. #erdosis fenobarbital dapat menimbulkan depresi sentral dengan penghambat pernapasan berbahaya, koma, dan kematian (Kat&ung, !!5) Efek utama fenobarbital adalah depresi pada sistem saraf pusat. Efek ini dicapai dengan cara berikatan dengan komponen-komponen molekuler reseptor 9ABAA pada membran neuron sistem saraf pusat. 2katan ini akan meningkatkan lama pembukaan kanal ion klorida yang diakti#asi oleh 9ABA. "ada konsentrasi tinggi, fenobarbital $uga bersifat sebagai 9ABAmimetik dimana akan mengaktifkan kanal klorida secara langsung. "eristi/a ini menyebabkan masuknya ion klorida pada badan neuron sehingga potensial intra membran neuron men$adi lebih negatif ($ay, !!). "ercobaan terhadap efek sedatif dilakukan dengan menghitung berapa kali tikus ter$atuh dari rotarod selama menit, dihitung pada menit ke *, >!, 5*, @!, dan !. "ada pemberian per oral didapatkan hasil frekuensi terbanyak tikus $atuh yaitu pada menit ke-!, menun$ukkan bah/a kadar obat sudah mencapai puncak sehingga tikus tidak bisa men$aga keseimbangan dan ter$atuh dari rotarod. "ada pemberian secara intra#ena, didapatkan hasil frekuensi terbanyak tikus $atuh yaitu pada menit ke-@!, intraperitoneal pada menit ke-!, subkutan pada menit ke-!, dan intramuskular pada menit ke !. 'enurut literatur dosis sedasi *->! mg. +enobarbital mencapai kadar puncak dalam @! menit (Kat&ung, !!5). %ehingga perbandingan hasil percobaan dengan bila dibandingkan dengan literatur tidak sesuai, karena rute pemberian obat yang berbeda-beda sehingga absorbsi obat $uga berbeda, dan /aktu kadar obat mencapai puncak berbeda. %elain itu, faktor lain yang mempengaruhi ketidaksesuaian hasil dengan literatur, yaitu penempata tikus pada rotarod yang tidak sesuai sehingga mudah ter$atuh.
)I.
KESIMPULAN a. 6ute pemberian obat dapat dilakukan melalui per oral yaitu melalui mulut dan
mele/ati saluran cerna, intra#ena yaitu dengan mengin$eksi ke pembuluh darah #ena, intramuskular yaitu dengan mengin$eksi pada otot, intraperitoneal
yaitu dengan mengin$eksi di rongga perut, dan secara subkutan dengan mengin$eksi di ba/ah kulit. . "emberian obat secara intra#ena memberikan onset0 efek obat yang tercepat karena obat langsung masuk ke pembuluh darah, sementara onset yang terpan$ang yaitu secara per oral karena harus melalui saluran cerna. $. Efek dari fenobarbital pada dosis >! mg dapat memberikan efek sedatifhiptonik, hipnotik-sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (%%"), yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, dan menidurkan.
)II.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, '. !. Perjalanan dan Nasib Obat Dalam Badan. 39' "ress. Gogyakarta Anonim.*. Farmakope Indonesia edisi IV . Depkes 62. ;akarta. Ansel, 7. C. @. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. 32 "ress. ;akarta. Kat&ung, 9 B, !!5, Farmologi Dasar dan Klinik, E9C, ;akarta. 0!*0pengaruh-cara pemberian-terhadap-absorpsi- obat0 diakses > April !5 'ycek, mary ;. dkk .!!>. Farmakologi !lasan Bergambar "disi #. ;akarta 1 Buku kedokteran E9C. 7alaman -5
*yind'ia, alika, #$11, Keuntungan & kerugian Beberapa cara pemberian http/00(((.syind'ia.com0#$110$30penggolongan-obat-padaobat . antibiotik$#.html diakses 13 april #$1! im departemen +armakologi +K32.!!. Farmakologi dan Terapi. +K321;akarta. $ay. .7 dan K. 6ahar$a, !!, Obat$obat Penting K%asiat, Penggunaan, dan "&ek$e&ek Sampingna "disi ', " Ele4 'edia, ;akarta.
)III.
LAMPIRAN
T!ga& -. (ela&kan :akt%r8:akt%r =ang +e+#engar!*' a&%r&' %at ,ar' &al!ran $erna> a. Bentuk %ediaan
erutama berpengaruh terhadap kecepatan absorbsi obat, yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi intensitas respon biologis obat. Dalam bentuk sediaan yang berbeda, maka proses absorpsi obat memerlukan /aktu yang berbeda-beda dan $umlah ketersediaan hayati kemungkinan $uga berlainan. b. %ifat Kimia dan +isika bat Bentuk asam, ester, garam, kompleks atau hidrat dari bahan obat dapat mempengaruhi kekuatan dan proses absorpsi obat. %elain itu bentuk kristal atau polimorfi, kelarutan dalam lemak atau air, dan dera$at ionisasi $uga mempengaruhi proses absorpsi. Absorpsi lebih mudah ter$adi bila obat dalam bentuk non-ion dan mudah larut dalam lemak. c. +aktor Biologis Antara lain adalah p7 saluran cerna, sekresi cairan lambung, gerakan saluran cerna, /aktu pengosongan lambung dan /aktu transit dalam usus, serta banyaknya pembuluh darah pada tempat absorpsi. d. +aktor
Antara lain umur, makanan, adanya interaksi obat dengan senya/a lain dan adanya penyakit tertentu (
Cara pemberian obat dapat mempengaruhi onset dan durasi dimana hubungannya dengan kecepatan dan kelengkapan absorbsi obat. Kecepatan absorbs obat di sini berpengaruh terhadap onsetnya sedangkan kelengkapan absorbs obat berpengaruh terhadap durasinya misalnya lengkap atau tidaknya obat yang berikatan dengan reseptor dan apakah ada factor penghambatnya (Ansel, @). /. (ela&kan ke!nt!ngan ,an ker!g'an ,ar' +a&'ng8+a&'ng $ara #e+er'an %at>
Cara Pemberian Obat Intravena
2euntungan • •
epat mencapai konsentrasi Dosis tepat 4udah mentitrasi dosis 2erugian
•
2onsentrasi a(al tinggi, toksik nvasiv, risiko in%eksi dan 4emerlukan tenaga ahli Cara Pemberian Obat Intravemuskuler
2euntungan • • •
+idak diperlukan keahlian khusus Dapat dipakai untuk pemberian obat larut dalam minyak Absorbsi cepat obat larut dalam air 2erugian
• • • •
asa sakit +idak dapat dipakai pada gangguan bekuan darah Bioavibilitas ber%ariasi. 7bat dapat menggumpal pada lokasi penyuntikan.
Cara Pemberian Obat Subkutan
2euntungan
• • •
Diperlukan latihan sederhana Absorbsi cepat obat larut dalam air 4encegah kerusakan sekitar saluran cerna 2erugian
• • •
asa sakit dan kerusakan kulit +idak dapat dipakai 'ika volume obat besar Bioavibilitas ber%ariasi, sesuai lokasi
Cara Pemberian Obat Oral
2euntungan • • •
+idak diperlukan latihan khusus 8yaman penyimpanan,muda diba(a 8on-invasiv, lebih aman 9konomis.
2erugian • • • • •
:drug delivery; tidak pasti *angat tergantung :kepatuhan pasien; +ingginya nteraksi / obat < obat, obat-makanan Banyak obat rusak dalam saluran cerna. 9=poses drugs to &rst pass e>ect (%yind$ia, ! )
6. A#a t!"!an +enga,a#ta&'kan +en$'t &eel!+ ,'lak!kan #er$%aan> u$uannya adalah agar mencit terbiasa dengan rotarod dan mengecek apakah mencit yang
digunakan benar-benar sehat0 sudah tidak sehat. 1. (ela&kan +ekan'&+e ter"a,'n=a e:ek &e,at': ,an a#a e,an=a ,engan e:ek ana&te&'>
'ekanisme efek sedatif1 "engikatan 9ABA (asam gamma amino butirat) ke reseptornya pada membran sel akan membuka saluran klorida, meningkatkan efek konduksi klorida. Aliran ion klorida yang masuk menyebabkan hiperpolarisasi lemah menurunkan potensi postsinaptik
dari
ambang
letup
dan
meniadakan
pembentukan
ker$a-potensial.
Ben&odia&epin terikat pada sisi spesifik dan berafinitas tinggi dari membran sel, yang terpisah tetapi dekat reseptor 9ABA. 6eseptor ben&odia&epin terdapat hanya pada %%" dan lokasi nya se$a$ar dengan neuron 9ABA. "engikatan ben&odia&epin memacu afinitas reseptor 9ABA untuk neurotansmitter yang bersangkutan, sehingga saluran klorida yang berdekatan lebih sering terbuka keadaan tersebut akan memacu hiperpolarisasi dan menghambat letupan neuron H catatan 1 ben&odia&epin dan 9ABA secara bersama-sama
akan meningkatkan afinitas terhadap sisi sisi ikatan nya tanpa perubahan $umlah total sisi tersebut I. Efek klinis berbagai ben&odia&epin tergantung afinitas ikatan obat masingmasing pada kompleks ikatan ion, yaitu kompleks 9ABA reseptor dan klorida. Barbiturat barangkali mengganggu transpor natrium dan kalium mele/ati membran sel. 2ni mengakibatkan inhibisi akti#itas sistem retikular mesensefalik. ransmisi polisinaptik %%" dihambat . Barbiturat $uga meningkatkan fungsi 9ABA memasukkan klorida ke dalam neuron, meskipun obatnya tidak terikat pada reseptor ben&odia&epin. 'ekanisme ker$a anastesi1 "usat mekanisme ker$a dari anastesi local terletak di membrane sel. Anastesi local memblok penyampaian implus dengn cara mencegah kenaikan permeabilitas membrane sel pada ion-ion natrium. "ada /aktu yang bersamaan ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat laun meningkat, yang pada akhirnya memblokir penerusan impuls ( 'ycek,!!>) 5. Car' ,an "ela&kan $ara !"' ,a=a &e,at': =ang la'n er'k!t alat8alat =ang ,'g!nakann=a> a. 'etode u$i Chimoncy test
'encit ditempatkan di dalam suatu silinder sepan$ang >! cm yang diberi tanda pada ketinggian >! cm dan diameter tabung , cm. %ilinder ditegakkan dalam posisi #ertikal dan tikus akan berusaha meman$at dinding silinder. "ada mencit yang normal, mencit akan meman$at sampai batas tanda dalam /aktu >! detik. b. 'etode u$i "latform Dilakukan pengamatan terhadap tingkah laku mencit di atas platform. Efek sedatif ditun$ukkan dalam malas bergerak ($arang men$enguk-$engukkan kepala keluar dari platform dan mencit cenderung tidk peduli dengan kondisi eksternal misalnya bunyi bunyian.