BAB II ISI
2.1 Pencemaran Udara 2.1.1 Definisi Udara Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan (Fardiaz, 1992). Udara juga merupakan atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya fungsinya sangat penting penting bagi kehidupan manusia di dunia ini. Dalam udara terdapat oksigen untuk bernafas, karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon untuk menahan sinar ultraviolet.
2.1.2 Definisi Pencemaran Udara Menurut ”The Engineers” Joint Council in Air Polution and Its Control, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, bahwa pencemaran udara diartikan hadirnya satu atau beberapa kontaminan di dalam udara atmosfer di luar, antara lain oleh debu, busa, gas, kabut, bau – bau –bauan, bauan, asap atau uap dalam kuantitas yang banyak, dengan berbagai sifat maupun lama berlangsungnya di udara tersebut, hingga menimbulkan gangguan terhadap kehidupan manusia, tumbuh – tumbuh –tumbuhan tumbuhan atau binatang maupun benda, atau tanpa alasan jelas sudah dapat mempengaruhi kelestarian organisme maupun benda. Menurut Peraturan Pemerintah RI No.41 tahun 1999, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
2.1.3 Sumber Pencemaran Udara Sumber bahan pencemar dapat menjadi dua golongan besar, yaitu: 1. Sumber alamiah Beberapa kegiatan alam bisa menyebabkan pencemaran udara seperti kegiatan gunung berapi, kebakaran hutan, petir, kegiatan mikroorganisme dan lain – lain –lain. lain. Bahan pencemar yang dihasilkan umumnya asap, debu, grit dan gas – gas –gas gas ( CO dan NO). 2. Sumber buatan manusia
Kegiatan manusia yang menghasilkan bahan pencemar bermacam –macam, antara lain adalah : a. Pembakaran, Misalnya pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga, industri, kendaraan bermotor yang menghasilkan asap, debu, pasir dan gas. b. Proses peleburan, seperti peleburan baja, pembuatan keramik, soda, semen dan aspal yang menghasilkan debu, asap dan gas. c. Pertambangan dan penggalian, seperti tambang mineral dan logam. Bahan yang dihasilkan terutama adalah debu. d. Proses pengolahan, seperti pada proses pengolahan makanan, daging, ikan, penyamakan dan pengasapan yang menghasilkan asap, debu dan bau. e. Pembuangan limbah, baik limbah industri maupun limbah rumah tangga. f. Proses percobaan atom nuklir yang menghasilkan gas dan debu radioaktif, dll.
2.2 Penanganan 2.2.1 Pengertian Absorbsi Absorbsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi.
2.2.2 Jenis- Jenis Absorbsi Jenis – jenis absorbsi yaitu dibagi menjadi dua: 1. Absorbsi fisik Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam cairan penyerap tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi gas H2S dengan air, metanol;, propilen dan karbonat. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik, difusi gas ke dalam air atau pelarutan gas ke fasa air. Dari absorbsi fisik ini ada beberapa teori untuk menyatakan model mekanismenya yaitu teori model film, teori penetrasi dan teori permukaan yang diperbaharui. 2. Absorbsi kimia Absorbsi kimia merupakan absorbsi gas terlarut di dalam larutan penyerap disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi dengan adanya larutan MEA, NaOH, K2CO3 dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik amoniak.
2.2.3 Fungsi Absorbsi Fungsi dari absorbsi untuk meningkatkan nilai guna dari suatu zat dengan cara merubah fasenya. Contohnya antara lain: 1. Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat dihasilkan melalui proses absorbsi.Teknologi proses pembuatan formalin Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor yang berupa gas yang mempunyai suhu 1820C didinginkan pada kondensor hingga suhu 55 0C,dimasukkan ke dalam absorber.Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan formalin dengan kadar formaldehid sekitar 37 – 40%. Bagian terbesar dari metanol, air,dan formaldehid dikondensasi di bawah air pendingin bagian dari menara, dan hampir semua removal dari sisa metanol dan formaldehid dari gas terjadi dibagian atas absorber dengan counter current contact dengan air proses. 2. Pembuatan asam nitrat (absorpsi NO dan NO2).Proses pembuatan asam nitrat Tahap akhir dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam kolom absorpsi. Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO2 dan reaksi absorpsi NO2 oleh air menjadi asam nitrat. Kolom absorpsi mempunyai empat fluks masuk dan dua fluks keluar. Empat fluks masuk yaitu air umpan absorber, udara pemutih, gas proses, dan asam lemah. Dua fluks keluar yaitu asam nitrat produk dan gas buang. Kolom absorpsi dirancang untuk menghasilkan asam nitrat dengan konsentrasi 60 % berat dan kandungan NOx gas buang tidak lebih dari 200 ppm.
2.2.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Factor factor yang mempengaruhi absorbs adalah o
Zat yang diabsorbsi
o
Luas permukaan yang diabsorbsi
Temperature
o
Suhu
o
o
Laju aliran air
o
Komposisi dalam aliran air
o
Suhu operasi
o
Tekanan operasi
o
Laju alir gas
2.2.5 Absorber Alat absorpsi disebut juga absorber, adalah tempat campuran gas dan absorben dikontakkan satu sama lain secara intensif, biasanya dalam arah yang berlawanan. Besarnya absorber (juga kuantitas absorben yang diperlukan) tidak hanya ditentukan oleh jumlah tahap yang lebih sedikit dari pada absorpsi fisik (alat menjadi lebih kecil) alat ini dapat dijadikan satu dengan absorber, atau dipasang dalam sistem sirkulasi absorber. Kadang-kadang satu kali absorpsi tidak cukup untuk memisahkan campuran multi komponen dalam hal ini dua atau lebih absorber harus dipasang secara seri. Selain itu absorber sring kali digunakan untuk melakukan presipitasi bahan-bahan padat atau debu dalam kuantitas kecil yang ikut terbawa dalam campuran gas. Jenis jenis absorber yang biasa digunakan pada industry antara lain : a) Packed Tower Paked bed berfungsi mirip dengan media filter, dimana gas dan cairan akan tertahan dan berkontak lebih lama dalam kolom sehingga operasi absorbs akan lebih optimal. b) Tray Tower Tray tower adalah unit absorbs yang menggunakan lapisan tipis/ tray untuk mengalirkan ke bawah. Pada tray tersebut terdapat lubang lubang untuk melewatkan gas. c) Spray Tower Jenis ini tidak banyak digunakan karena efisiensinya yang rendah.
Struktur dalam absorber yaitu:
Bagian atas: Spray untuk megubah gas input menjadi fase cair.
Bagian
tengah: Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh sehingga mudah
untuk diabsorbsi
Bagian bawah: Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam reaktor.
2.2.6 Kolom Absorbsi Kolom absorbsi adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses pengabsorbsi (penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut.
Prinsip Kerja Kolom Absorbsi 1) Kolom absorbsi adalah sebuah kolom, dimana ada zat yang berbeda fase mengalir berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer dari satu fase cairan ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap reaktor kimia. Proses ini dapat berupa absorpsi gas, destilasi,pelarutan yang terjadi pada semua reaksi kimia. 2) Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor diumpankan kebawah menara absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu fasa gas dan fasa cair mengakibatkan perpindahan massa difusional dalam umpan gas dari bawah menara ke dalam pelarut air sprayer yang diumpankan dari bagian atas menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi pada sebuah kolom yang berisi packing
dengan dua tingkat. Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan dari gas yang dimasukkan tadi.
Proses pengolahan kembali pelarut dalam proses kolom absorber yaitu: 1. Konfigurasi reaktor akan berbeda dan disesuaikan dengan sifat alami dari pelarut yang digunakan 2. Aspek Thermodynamic (suhu dekomposisi dari pelarut),Volalitas pelarut,dan aspek kimia/fisika seperti korosivitas, viskositas,toxisitas, juga termasuk biaya, semuanya akan diperhitungkan ketika memilih pelarut untuk spesifik sesuai dengan proses yang akan dilakukan. 3. Ketika volalitas pelarut sangat rendah, contohnya pelarut tidak muncul pada aliran gas, proses untuk meregenerasinya cukup sederhana yakni dengan memanaskannya.
Contoh Pertama Cairan absorber yang akan didaur ulang masuk kedalam kolom pengolahan dari bagian atasnya dan akan dicampur /dikontakan dengan stripping vapor.Gas ini bisa uap atau gas mulia, dengan kondisi termodinamika yang telah disesuaikan.dengan pelarut yang terpolusi. Absorber yang bersih lalu digunakan kembali di absorpsi kolom.
Contoh kedua: Absorber yang akan didaur ulang masuk ke kolom pemanasan stripping column. The stripping vapor dibuat dari cairan pelarut itu sendiri.Bagian yang telah didaur ulang lalu digunakan lagi untuk menjadi absorber.
Contoh ketiga: Sebuah kolom destilasi juga dapat digunakan untuk mendaur ulang.Absorber yang terpolusi dilewatkan kedalam destilasi kolom. Dibawahnya, pelarut dikumpulkan dan dikirim kembali ke absorber. 2.2.7 Prinsip Absorbsi Udara Yang mengandung komponen terlarut ( misalnya CO 2) dialirkan ke dalam kolom pda bagian bawah. Dari atas dialirkan alir. Pada saat udara dan air bertemu dalam kolom isian, akan terjadi pemindahan massa. Dengan menganggap udara tidak larut dalam air (sangat sedikit larut), maka hanya gas CO 2 saja yang berpindah ke dalam fase air (terserap). Semakin ke bawah aliran air semakin kaya CO 2. semakin ke atas, aliran udara semakin miskin CO2.
2.2.8 Absorben Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci. Persyaratan absorben antara lain: 1) Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin (kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil). 2) Selektif 3) Memiliki tekanan uap yang rendah 4) Tidak korosif.
5) Mempunyai viskositas yang rendah 6) Stabil secara termis. 7) Murah Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam sulfat (untuk gasgas yang dapat bereaksi seperti basa). Jenis-jenis absorben ini antara lain: 1. Arang aktif Arang
merupakan
suatu
padatan
berpori
yang
mengandung
85-95%
karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut
dilakukan aktifasi
dengan
aktifator
bahan-bahan
kimia
ataupun
dengan
pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat arang aktif. Arang aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu arang aktif sebagai pemucat dan sebagai penyerap uap. Arang aktif sebagai pemucat, biasanya berbentuk powder yang sangat halus, diameter pori mencapai 1000A0, digunakan dalam fase cair, berfungsi untuk memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat penganggu dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan industri baru. Diperoleh dari serbukserbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah. Arang aktif sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granular atau pellet yang sangat keras diameter pori berkisar antara 10-200 A0 , tipe pori lebih halus,digunakan dalam rase gas, berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut, katalis, pemisahan dan
pemurnian gas. Diperoleh dari tempurung kelapa, tulang, batu bata atau bahan baku yang mempunyai bahan baku yang mempunyai struktur keras. 2. Zeolit Mineral zeolit bukan merupakan mineral tunggal, melainkan sekelompok mineral yang terdiri dari beberapa jenis unsur. Secara umum mineral zeolit adalah senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali tanah. serta mempunyai rumus kimia sebagai berikut : M2x/nSi1-xAlxO2.yH2O, dengan M = e.g Na, K, Li, Ag, NH, H, Ca, Ba. Ikatan ion Al-Si-O adalah pembentuk struktur kristal, sedangkan logam alkali adalah kation yang mudah tertukar. Jumlah molekul air menunjukkan jumlah pori-pori atau volume ruang
hampa
yang
akan
terbentuk bila
unit
sel
kristal
zeolit
tersebut
dipanaskan. Penggunaan zeolit cukup banyak, misalnya untuk industri kertas, karet, plastik, agregat ringan, semen puzolan, pupuk, pencegah polusi, pembuatan gas asam, tapal gigi, mineral penunjuk eksplorasi, pembuatan batubara, pemurnian gas alam, industri oksigen, industri petrokimia. Dalam keadaan normal maka ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul air bebas yang membentuk bulatan di sekitas kation. Bila kristal tersebut dipanaskan selama beberapa jam, biasanya pada temperatur 250-900 oC, maka kristal zeolit yang bersangkutan berfungsi menyerap gas atau cairan. Daya serap (absorbansi) zeolit tergantung dari jumlah ruang hampa dan luas permukaan. Biasanya mineral zeolit mempunyai luas permukaan beberapa ratus meter persegi untuk setiap gram berat. Beberapa jenis mineral zeolit mampu menyerap gas sebanyak 30% dari beratnya dalam keadaan kering. Pengeringan zeolit biasanya dilakukan dalam ruang hampa dengan menggunakan gas atau udara kering nitrogen atau methana dengan maksud mengurangi tekanan uap ari terhadap zeolit itu sendiri. 3. Bentonit Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam dunia perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Penamaan jenis lempung tergantung dari penemu atau peneliti, misal ahli geologi, mineralogi, mineral industri dan lainlain. Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alu-munium silikat hydrous, yaitu activated clay dan fuller's Earth. Activated clay adalah lempung yang kurang
memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's earth digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak. Sifat bentonit sebagai adsorben adalah :
mempunyai surface area yang besar (fisika)
bersifat asam yang padat (kimia)
bersifat penukar-ion (kimia)
bersifat katalis (kimia)
2.2.9 Studi Kasus Berikut ini adalah contoh studi kasus tentang absorbsi: 1)
Pada
kebanyakan pencemaran
menyebabkan
kerusakan
dan
udara,
secara sendiri-sendiri
perubahan
fisiologi
tanaman
atau kombinasi yang
kemudian
diekspresikan dalam gangguan pertumbuhan. Pencemaran menyebabkan perubahan pada tingkatan biokimia sel kemudian diikuti oleh perubahan fisiologi pada tingkat individu hingga tingkat komunitas tanaman. Pencemaran udara terhadap tanaman dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, pertumbuhan akar dan pertumbuhan daun. Gejala yang sering tampak pada tanaman akibat pencemaran udara adalah kerusakan makrokopis daun, kerusakan klorofil dan anatomi daun. Timbal bersifat beracun terhadap manusia karena unsur tersebut mempengaruhi Ca dan menghalangi beberapa system enzim. Timbal yang masuk ke bagian-baian tubuh sewaktu-waktu melibatkan fungsi kinetik yang mencakup absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Kira-kira 5 sampai 10% dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan dan sekitar 30% dari jumlah yang terhisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan. Hanya sekitar 5 sampai 30% yang terabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tertinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikelnya. Timbal organik (Pb 2+) bahkan dapat merusak pertumbuhan jaringan tulang pada anak-anak (Siregar, 2005). 2)
Penggunaan Larutan CO2 pada Percobaan Absorbsi. Tujuan dari percobaan Absorbsi CO2 menggunakan larutan NaOH adalah mempelajari pengaruh konsentrasi NaOH terhadap % CO2 yang terabsorbsi dan menghitung besarnya koefisien perpindahan massa
(kga).
Absorbsi
merupakan
salah
satu
proses
pemisahan
dengan
mengontakkan campuran gas dengan cairan sebagaipenyerapnya. Dalam percobaan ini menggunakan larutan NaOH untuk menyerap gas CO2. Absorbsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu absorbs fisik dan absorbsi kimia. Faktor-faktor yang mempengaruhi
absorbsi antara lain adalah laju alir gas dan cairan, suhu, tekanan, serta konsentrasi larutan penyerap. Percobaan ini dilakukan dengan mengalirkan larutan NaOH ke dalam kolom absorbsi sampai diperoleh aliran yang stabil, kemudian mengalirkan gas CO2 dengan laju alir tertentu sehingga memungkinkan keduanya terjadi di dalam kolom absorbsi. Kemudian hasilnya dianalisa menggunakan metode acidi-alkalimetri. Variabel yang dipelajari pada percobaan ini adalah konsentrasi NaOH, yaitu 0,05N, 0,1 N, dan 0,3N. Pengambilan sampel dilakukan setiap 2 menit sekali hingga konsentrasi konstan dimulai dari menit ke-0. Semakin besar konsentrasi NaOH maka akan berakibat % CO2 yang terserap semakin besar pula. Hal ini disebabkan oleh semakin pekat larutan NaOH maka semakin besar kandungan NaOH dan CO2 yangterserap akan semakin banyak. Waktu tidak berpengaruh terhadap % CO2 yang terserap karena proses absorbs berlangsung secara kontinu. Kemudian, semakin besar konsentrasi NaOH, maka koefisien perpindahan massa (kga) juga akan semakin besar. Kesimpulan dari percobaan ini adalah bahwa proses absorbsi CO2 dengan menggunakan larutan NaOH dipengaruhi oleh konsentrasi NaOH yang digunakan. Sedangkan waktu tidak berpengaruh. Saran yang dapat diberikan adalahdalam pengamatan manometer dan titrasi dilakukan secara teliti. Absorben dalam spektrofotometer. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. 3)
Seiring berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia saat ini, maka dibutuhkan suatu sumber energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan, salah satunya adalah biogas. Biogas dapat dihasilkan dari limbah organik seperti sampah, sisa-sisa makanan, kotoran hewan dan limbah industri makanan. Hasil fermentasi dari bahan-bahan diatas menghasilkan biogas dengan kadar komponen terbesar yaitu CH (55% - 75%) dan CO (25% - 45%). 4
2
Pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar masih dalam skala rumah tangga dan belum terpakai secara optimal. Hal ini disebabkan biogas masih mengandung CO
2
dalam kadar yang tinggi sehingga effisiensi panas yang dihasilkan rendah. Untuk mengurangi kadar CO yang terkandung dalam biogas adalah dengan mengabsorbsi 2
CO menggunakan larutan NaOH secara kontinyu dalam suatu reactor (absorber). 2
Pada penelitian ini, variabel yang diteliti adalah pengaruh laju alir NaOH terhadap CO
2
yang
terserap
dan
CH
4
yang
dihasilkan.
Absorbsi
CO
2
dilakukan
dengan
mengumpankan larutan NaOH secara kontinyu pada bagian atas menara pada konsentrasi dan laju alir tertentu, sementara biogas dialirkan pada bagian bawah menara. Gas dan cairan akan saling kontak dan terjadi reaksi kimia. Tiap interval waktu 3 menit, larutan NaOH setelah diabsorbsi diambil untuk dianalisa jumlah CO
2
terserap dengan metode acidi alkalimetri. Dari hasil analisa dan perhitungan didapatkan jumlah CO yang terserap dan CH yang dihasilkan semakin besar seiring 2
4
berkurangnya laju alir NaOH serta %CO yang terserap maksimum 58,11% dan kadar 2
CH yang dihasilkan sebesar 74,13%. 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan o
o
o
o
o
o
Absorbsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gayagaya fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia). Fungsi dari absorbsi untuk meningkatkan nilai guna dari suatu zat dengan cara merubah fasenya. Contohnya antara lain: formalin yang berfase cair dan pembuatan asam nitrat. Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci. Jenis-jenis absorben ini antara lain: arang aktif, zeolite, dan bentonit. Kolom absorbsi adalah sebuah kolom, dimana ada zat yang berbeda fase mengalir berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer dari satu fase cairan ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap reaktor kimia. Proses ini dapat berupa absorpsi gas, destilasi,pelarutan yang terjadi pada semua reaksi kimia. Mekanisme absorbsi yaitu: difusi pasif, transfer konfektif, transport aktif, transport fasilitatif, transfer pasangan ion, dan pinositosis. Studi kasus mengenai absorbs antara lain yaitu: kerusakan dan perubahan fisiologi tanaman,pengaruh konsentrasi NaOH terhadap % CO 2, dan biogas
3.2 Saran Adapun saran bagi penyusunan makalah selanjutnya adalah: o
Jelaskan satu topik kasus mengenai absorbsi dengan diperkaya referensi dari jurnal maupun prosiding.
o
Hindari sumber referensi pustaka yang berasal dari artikelanonim internet.
o
Pelajari format penulisan makalah ilmiah yang lebih baik sesuai kaidah kepenulisan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013.http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/absorbsi/. Diakses pada tanggal 5 Desember 2014. Anonim. 2013. http://chemeng2301.blogspot.com/2013/05/absorpsi.html. Diakses pada tanggal 5 Desember 2014. Coulson, J.M. dan Richardson, J.F., 1996, Chemical Engineering : Volume 1:Fluid flow, heat transfer and mass transfer, 5th ed. Butterworth Heinemann,London, UK. Franks, R.G.E., 1967, Mathematical modeling in chemical engineering . JohnWiley and Sons, Inc., New York, NY, USA, pp. 4-6. Siregar, Edy B M. 2005. Pencemaran Udara, Respon Tanaman dan Pengaruhnya Pada Manusia. E-USU Repository Universitas Sumatra Utara.