LV Underground Pirnaz Community
Kegilaan yang Merubah Dunia
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI e o b r o m a c a c ao ao KAKAO (T h eo L) L) (Studi Kasus di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng)
OLEH : NUR AFIAH G 311 04 044
LV Underground Pirnaz Community
Kegilaan yang Merubah Dunia
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI e o b r o m a c a c ao ao KAKAO (T h eo L) L) (Studi Kasus di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng)
OLEH : NUR AFIAH G 311 04 044 Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar 2008
LV Underground Pirnaz Community
Kegilaan yang Merubah Dunia
PANITIA UJIAN SARJANA JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
JUDUL
:
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KAKAO (T h e o b r o m a c a c ao L) L) ao (Studi Kasus di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng)
NAMA
:
NUR AFIAH
STAMBUK
:
G 311 04 044
TIM PENGUJI
LV Underground Pirnaz Community
Kegilaan yang Merubah Dunia
RINGKASAN
NUR AFIAH (G 311 04 044). Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kakao (T h e o b r o m a c a c ao a o L) . (Studi Kasus di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng), dibawah bimbingan Bapak Sofyan Jamal dan Bapak Tamzil Ibrahim . “
”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan finansial usahatani kakao di daerah penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di desa Soga, kecamatan Marioriwawo, kabupaten Soppeng pada bulan April sampai Mei 2008. Daerah ini dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa di daerah ini populasi petani kakao cukup besar, serta cukup potensial untuk pengembangan usahatani kakao. Jumlah responden yang diambil sebanyak 30 orang dengan menggunakan metode acak bertingkat ( Stratified Random Sampling )
LV Underground Pirnaz Community
Kegilaan yang Merubah Dunia
RIWAYAT HIDUP PENULIS
NUR AFIAH, Lahir di Takalala pada tanggal 30 Juli 1986,
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Jumardin, S.Pd dan Nurwadia. Pendidikan formal yang telah dilalui adalah Taman Kanak-kanak di TK Dharma Wanita Unit Depdikbud Kabupaten Wajo dan tamat pada tahun 1992. Selanjutnya meneruskan pendidikan SD Negeri 224 Pallawa dan tamat pada tahun 1998. Kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 4 Maririwawo dan tamat pada tahun 2002. Setelah itu melanjutkan ke SMA Negeri 1 Watansoppeng dan tamat pada tahun 2004. Pada tahun 2004
LV Underground Pirnaz Community
Kegilaan yang Merubah Dunia
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke Hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayahNYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dimana disetiap kesulitan, selalu datang pertolonganNYA. Salawat dan Salam tak lupa kita kirimkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW dan keluarganya. Skripsi ini berjudul
“
Analisis Kelayakan Finansial Usahatani
Kakao (T h e o b r o m a c a c a o L) , dibawah bimbingan Bapak Prof. Dr. Ir. ”
LV Underground Pirnaz Community
Kegilaan yang Merubah Dunia
Disadari sepenuhnya bahwa meskipun tulisan ini telah disusun dengan usaha semaksimal mungkin, namun bukan mustahil bila di dalamnya terdapat berbagai kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan kerendahan hati akan menerima setiap kritik dan saran untuk perbaikan dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini dan untuk pembelajaran dimasa yang akan datang. Harapan penulis semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Akhir kata Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pengembangan diri dikemudian hari dan senantiasa menunjukkan jalan yang terbaik untuk kita serta dapat menuntun kita untuk terus bekerja
LV Underground Pirnaz Community
Kegilaan yang Merubah Dunia
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan penghargaan dan terima kasih yang sebesarbesarnya terutama kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Sofyan Jamal, M.Sc dan Bapak Ir. Tamzil Ibrahim, M.Si, sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia
membimbing, memberikan banyak pelajaran berharga, waktu, tenaga, dan ilmunya bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
LV Underground Pirnaz Community
5.
Kegilaan yang Merubah Dunia
Penghargaan teristimewa kepada Ayahanda Jumardin, S.Pd, Ibunda tercinta Nurwadia, atas segala doa, dukungan, kasih sayangnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini (Semoga tulisan ini dapat menjadi kebanggan bagi Ayah dan Ibu ). Dan Saudara-saudaraku Nasaruddin dan Nawiruddin yang paling kusayangi, serta keluargaku yang selalu menjadi semangatku.
6.
Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian dari generasi ke generasi, khususnya teman-teman seperjuanganku (angkatan 2004) yang telah berbagi suka dan duka sejak penulis menuntut ilmu di kampus ini. Teristimewa buat Sahabatku (Indra Pratiwi, A. Selviana, Eka Andriani Astika, Henni Amir, Ayu Nafsirah
LV Underground Pirnaz Community
Kegilaan yang Merubah Dunia
LV Underground Pirnaz Community
Kegilaan yang Merubah Dunia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................
ii
RINGKASAN ......................................................................................
iv
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................
v
KATA PENGANTAR ...........................................................................
vi
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvii
LV Underground Pirnaz Community
Kegilaan yang Merubah Dunia
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu .................................................................
14
3.2 Penentuan Petani Responden ................................................
14
3.3 Jenis dan Sumber Data ..........................................................
14
3.4 Analisis Data ..........................................................................
15
3.5 Konsep Operasional ..............................................................
17
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Batas Wilayah dan Tofografi ..................................................
19
4.2 Jenis Tanah dan Penggunaanya ...........................................
19
4.3 Keadaan Iklim .........................................................................
20
4.4 Keadaan Penduduk
20
LV Underground Pirnaz Community
Kegilaan yang Merubah Dunia
5.2 Pengelolaan Usahatani Kakao ...............................................
29
5.3 Pemeliharaan Usahatani Kakao .............................................
31
5.3 Biaya-biaya Usahatani Kakao .................................................
34
5.3.1 Biaya Investasi ..............................................................
34
5.3.2 Biaya Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) ................
35
5.3.3 Biaya Produksi ...............................................................
36
5.3.4 Penyusutan dan Nilai Sisa ..............................................
42
5.4 Produksi dan Nilai Produksi ...................................................
43
5.5 Pendapatan Usahatani Kakao ...............................................
45
5.6 Analisis Kelayakan Usahatani Kakao .....................................
46
5.3.1 Net Present Value (NPV)
46
LV Underground Pirnaz Community
Kegilaan yang Merubah Dunia
DAFTAR TABEL
No. 1.
Teks
Halaman
Luas Tanah Menurut Penggunaannya di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008. ................
20
2.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ................ 21
3.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ....... 22
4.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Matapencaharian di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ....... 23
5.
Sarana dan Prasarana di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ........................................................
6.
Kisaran Rata-rata Umur Petani Responden di Desa Soga,
24
LV Underground Pirnaz Community
Kegilaan yang Merubah Dunia
14.
Penyusutan dan Nilai Sisa pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ....... 43
15.
Produksi dan Nilai Produksi pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng, 2008 ........ 44
16.
Arus Cash Flow pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 .................
46
Hasil Analisis Net Present Value (NPV) pada Usahatani Kakao Di Desa soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ...............................................................
47
Hasil Analisis Internal Rate of Return (IRR) pada Usahatani Kakao Di Desa soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ...............................................................
48
Hasil Analisis Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.... ...............................................................
49
17.
18.
19.
LV Underground Pirnaz Community
Kegilaan yang Merubah Dunia
DAFTAR GAMBAR
No. 1.
Teks
Halaman
Kerangka Pikir Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kakao ...
13
LV Underground Pirnaz Community
Kegilaan yang Merubah Dunia
DAFTAR LAMPIRAN
No. 1.
Teks
Halaman
Perkembangan Luas Areal (ha) dan Produksi (ton) Kakao Lima Tahun Terakhir (2003-2007) di Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ..........................................................
53
2.
Perkembangan luas Areal (ha) dan Produksi (ton) Kakao Lima Tahun Terakhir (2003-2007) di Kabupaten Soppeng, 2008 ......... 54
3.
Nama-nama Responden, Umur, Pendidikan, Lama Berusahatani, Jumlah Tanggungan, Luas Lahan, Umur Tanaman, dan Produksi Kakao di Desa Soga, Kecamatan, Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ....................................
55
4.
Skedul Investasi pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 ................. 56
5.
Skedul Penyusutan/Tahun pada Usahatani Kakao di Desa
53
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari seluruh perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan banyaknya penduduk yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. Oleh karena itu pembangunan bangsa dititik beratkan pada sektor pertanian. Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari
pembangunan
nasional
secara
keseluruhan.
54
Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangnan kerja, sumber pendapatan petani dan sumber devisa bagi negara disamping mendorong berkembangnya agrobisnis kakao dan agroindustri. Oleh karenanya tidak mengherankan bahwa sejak awal tahun 1980-an, perkembangan kakao di Indonesia sangat pesat. Keadaan iklim dan kondisi lahan yang sesuai untuk pertumbuhan kakao akan mendorong pengembangan pembangunan perkebunan kakao Indonesia (PPKKI, 2004 : v). Perkebunan kakao Indonesia mengalami perkembangan pesat sejak awal tahun 1980-an sampai pada tahun 2002. Luas kakao
55
Jawa Timur. Sedangkan Perkebunan Rakyat terdapat terutama di Maluku, Irian Jaya, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Nusa Tenggara Timur (Sunanto, H, 2001 :102). Tanaman kakao (Theobroma cacao L) adalah salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peranan penting dalam pembangunan di Sulawesi Selatan, karena memiliki areal yang cukup luas dan menyebar di seluruh kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan, serta memberikan kontribusi yang cukup besar bagi propinsi Sulawesi Selatan. Disamping itu, sampai saat ini kakao masih memiliki prospek pasar yang cukup baik dibanding komoditas perkebunan lainnya (Salahuddin, S, 2007). Luas perkebunan kakao di Sulawesi Selatan tahun 2007 adalah
56
penyakit ditujukan kepada ditemukannya suatu periode penanaman dan pemeliharaan kakao yang efisien dengan sasaran produksi baik dari segi jumlah maupun mutu (Siregar dkk, 1997). Kabupaten Soppeng adalah salah satu wilayah di Propinsi Sulawesi Selatan yang memiliki potensi dalam pengembangan sektor pertanian. Luas wilayah Kabupaten Soppeng adalah 150.000 ha, dan sekitar 64.139 ha (42%) dari luasan tersebut merupakan lahan pertanian yang terdiri atas sawah 24.846 ha (16%), kebun 31.405 ha (21%) dan perkebunan 7.888 ha (5%). Kebun yang dimaksud biasanya ditanami sayur-sayuran, buah-buahan dan umbi-umbian. Sedangkan perkebunan umumnya berisi kakao, kelapa dan cengkeh (Anonim, 2008b). Pada tahun
57
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui apakah usahatani kakao layak secara finansial untuk
diusahakan”. Sedangkan kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan
informasi bagi
para penentu kebijakan untuk
peningkatan usahatani kakao. 2. Menambah pengetahuan penulis tentang masalah yang sedang dikaji dan dapat menjadi bahan informasi bagi peneliti lain.
58
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kakao
Tanaman kakao (Theobroma cacao L) termasuk tanaman tropis. Dan mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia sejak tahun 1970. Tanaman kakao yang paling banyak ditanam ada 3 (tiga) jenis, yaitu jenis Criollo buahnya berwarna merah, jenis Forastero buahnya berwarna hijau,
dan jenis Trinitario merupakan hibrida dari jenis Criollo dan jenis Forastero secara alami, buahnya berwarna merah atau hijau. Kakao di Indonesia yang ditanam sesudah tahun 1970 sebagian besar adalah jenis Trinitario varietas lindak (Spillane, J, 1995 : 15).
59
irigasi. Temperatur sangat berpengaruh terhadap pembentukan flush, pembungaan, serta kerusakan daun. Menurut hasil penelitian, temperatur ideal bagi pertumbuhan kakao adalah 30º – 32ºC (maksimum) dan 18º – 21ºC (minimum). Kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan persyaratan fisik dan kimia yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi. Kemasaman tanah (pH), kadar zat organik unsur hara, kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan. Pohon kakao mencapai tingkat produksi yang matang sesudah enam atau tujuh tahun, dan mulai berbuah sesudah tiga tahun. Ada
60
dipungut hasil panennya serta tidak memerlukan banyak modal untuk alat mesin berat dalam pengolahannya. Oleh karena itu, kakao mudah terpadu dengan sistem pertanian tradisional (Spillane, J, 1995 : 163). 2.2 Prospek Pengembangan Usahatani Kakao
Salah satu potensi pertanian yang memiliki prospek cerah adalah usaha di bidang perkebunan kakao. Usaha tanaman ini memiliki arti penting dalam aspek sosial ekonomi. Hal ini dimungkinkan, karena selain merupakan sumber devisa negara, juga merupakan tempat tersedianya lapangan kerja, terutama di daerah-daerah sentra produksi. Tanaman kakao merupakan tanaman buah-buahan yang memiliki
61
khususnya Amerika Serikat, Eropa Barat dan beberapa negara di Asia (Spillane, 1995 : 27). Hal tersebut didukung oleh pendapat PPKKI (2004 : 7) bahwa konsumsi biji kakao sejak tahun 1990 cenderung meningkat dengan rata-rata peningkatan 3,9% per tahun. Pada tahun 2000 konsumsi biji kakao dunia 2.965.000 ton. Seandainya tingkat kesejahteraan sebagian besar penduduk dunia meningkat, apalagi jika harga produk jadi (cokelat) lebih murah, konsumsi kakao dunia diprediksikan akan meningkat. Pada masa yang akan datang, komoditas kakao di Indonesia diharapkan memperoleh posisi yang sejajar dengan komoditi perkebunan lainnya, seperti karet, kopi, dan kelapa sawit, baik dalam luas areal
62
yang akan dikeluarkan. Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan non finansial. Aspek-aspek yang dikaji dalam studi kelayakan mencakup aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek organisasi dan manajemen serta aspek ekonomi dan keuangan (Ibrahim, Y, 2003 : 92). Pada penelitian ini yang dikaji adalah aspek keuangan/finansial. Analisis kelayakan finansial merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi suatu usaha. Beberapa metode kriteria investasi yang digunakan yaitu NPV, IRR dan Net B/C. Berbagai kriteria tersebut mencerminkan analisis partial yang didasarkan pada asumsi bahwa
63
Suatu proyek usahatani disebut layak apabila manfaat yang dihasilkan lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan selama proyek tersebut dilaksanakan. Karenanya berbagai faktor penunjang yang mendukung proyek tersebut secara pasti harus diketahui sebelum proyek itu dilaksanakan (Choliq dkk, 1999 : 6). Ukuran menyeluruh untuk mengetahui baik tidaknya suatu usaha adalah menggunakan kriteria investasi.Usaha dapat dikatakan layak untuk dijalankan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : NPV ≥ 0; Net B/C ≥ 1; IRR ≥ Opportunity Cost of Capital (Kadariah dkk, 1999 : 51-57). Menurut Choliq, dkk (1999 : 33, 37), bahwa Net Present Value (NPV) digunakan untuk menghitung selisih antara present value dari
64
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara
jumlah NPV positif dengan NVP Negatif. Net B/C menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan diperoleh dari cost yang dikeluarkan (Choliq dkk, 1999 : 35). 2.4 Kerangka Pikir
Tanaman kakao merupakan komoditi perkebunan yang memiliki potensial untuk dikembangkan. Mengingat biaya produksi yang tidak terlalu mahal dan perawatan yang tidak terlalu intensif. Sedangkan pendapatan yang dihasilkan cukup tinggi, maka budidaya tanaman kakao di masa yang akan datang akan sangat menguntungkan.
65
Untuk melengkapi uraian diatas maka penulis menyajikan kerangka pikir sebagai berikut :
Usahatani Kakao
Biaya
Penerimaan
Analisis Kelayakan Finansial
NPV
IRR
Net B/C
66
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, Propinsi Sulawesi Selatan. Lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini penduduknya mayoritas matapencahariannya adalah berusahatani kakao serta cukup potensial untuk pengembangan usahatani kakao. Waktu yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dalam melakukan penelitian ini adalah kurang lebih satu bulan, yaitu dari bulan April hingga bulan Mei 2008.
67
penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait yang dapat memberikan gambaran kondisi umum wilayah penelitian yaitu Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan, Dinas Perkebunan kabupaten Soppeng, BPS Kabupaten Soppeng, dan Kantor desa Soga. 3.4 Analisis Data
Data dan informasi yang diperoleh dari penelitian ini selanjutnya ditabulasi dan dianalisa. Adapun analisa yang digunakan adalah analisa “kelayakan usaha” dengan menggunakan metode Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C).
68
Dengan kriteria sebagai berikut:
Apabila NPV yang diperoleh positif (NPV > 0), berarti proyek layak untuk diusahakan.
Apabila NPV yang diperoleh sama dengan nol (NPV = 0), berarti proyek masih layak untuk diusahakan.
Apabila NPV yang diperoleh negatif (NPV < 0), berarti proyek tidak layak untuk diusahakan.
b. Internal Rate Of Return (IRR)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun dan juga merupakan alat ukur
69
c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara
jumlah NPV positif dengan NPV Negatif. Net B/C menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan diperoleh dari cost yang dikeluarkan (Choliq dkk, 1999 : 35). Secara matematis nilai Net B/C dirumuskan sebagai berikut : t n
NVP Positif Net B/C =
t 0 t n
NVP Negatif t 0
Dengan kriteria:
Jika Net B/C ≥ 1, maka proyek dianggap layak untuk diusahakan.
70
4. Net B/C adalah perbandingan antara seluruh manfaat dan biaya dalam usahatani kakao. 5. Usahatani kakao adalah kegiatan pertanian dalam mengusahakan produk kakao dengan memanfaatkan faktor produksi dan sarana produksi. 6. Produksi kakao adalah jumlah fisik yang diperoleh dalam bentuk buah kakao yang selanjutnya diolah menjadi biji kakao kering dan dinyatakan dalam bentuk kg, dalam satu kali panen. 7. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian barang-barang investasi yang dapat digunakan berulang kali dalam proses produksi usahatani kakao, dengan asumsi bahwa nilainya
71
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Batas Wilayah dan Topografi
Desa Soga merupakan salah satu dari 13 desa yang ada di wilayah kecamatan Marioriwawo dengan luas wilayah 2.200 ha. Desa Soga terbagi dalam 3 (tiga) dusun, yaitu dusun Bellalao, dan dusun Pallawa, dusun Tonronge. Desa Soga terletak 37 km dari ibukota kabupaten Soppeng dan berjarak 15 km dari ibukota kecamatan Marioriwawo. Adapun batas-batas wilayah desa Soga sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan desa Mariorilau
72
Tabel 1. Luas Tanah Menurut Penggunaannya di Desa Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
Soga,
No.
Penggunaan Tanah
Luas Lahan (ha)
Persentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Ladang Pemukiman Perkebunan Lapangan Perkantoran Pemerintah Hutan Perkuburan
52 12 1.260 1 3 275 2
3,24 0,75 78,51 0,06 0,19 17,13 0,12
1.605
100,00
Jumlah
Sumber : Kantor Desa Soga, 2008. Pada Tabel 1. terlihat bahwa penggunaan lahan yang terbesar adalah lahan tanah perkebunan yang luasnya 1.260 ha (78,51%) dan penggunaan lahan terkecil adalah lahan untuk lapangan olahraga seluas 1 ha (0,06%).
73
4.4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di desa Soga sebanyak 1.746 jiwa yang terdiri dari pria 815 jiwa dan wanita 931 jiwa. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk di desa Soga, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008. Kelompok Umur (tahun)
Pria(jiwa)
Wanita (jiwa)
0-6 7-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44
86 89 54 60 55 51 64 64
91 93 62 65 70 60 70 72
Jenis Kelamin
Total
177 182 116 125 125 111 134 136
Persentase (%)
10,14 10,42 6,64 7,16 7,16 6,36 7,68 7,79
74
4.4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat
pendidikan
merupakan
tolok
ukur
dalam
melihat
kemampuan masyarakat untuk dapat menerima suatu inovasi baru. Selain itu dengan adanya pendidikan yang cukup memadai akan mempengaruhi pola pikir seseorang sehingga mereka mampu untuk melaksanakan/ melakukan suatu pekerjaan yang lebih produktif. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai jumlah penduduk berdasarkan dari tingkat pendidikan masyarakat desa Soga dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008. No.
1.
Tingkat Pendidikan
Tidak Pernah Sekolah
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
177
10,14
75
4.4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Penduduk di desa Soga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya senantiasa melaksanakan berbagai jenis kegiatan, baik di sektor pertanian maupun
pemerintahan
selengkapnya
mengenai
matapencaharian
penduduk desa Soga disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Matapencaharian di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008. No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jenis Matapencaharian
Petani Buruh Tani Buruh/Swasta Pegawai Negeri Guru Pedagang Montir
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1.059 56 5 16 2 31 4
86,59 4,58 0,40 1,31 0,16 2,54 0,33
76
Tabel 5. Sarana dan Prasarana di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008. No.
1.
Uraian
Sarana Pendidikan TK SD SLTP TPA Sarana Peribadatan Mesjid Mushollah Sarana Kesehatan Polindes Posyandu Sarana Perekonomian Kios/Toko Pasar Sarana Pengangkutan Mobil Motor
2.
3.
4.
5.
Jumlah
Persentase (%)
1 2 1 3
0,52 1,04 0,52 1,55
3 3
1,55 1,55
2 3
1,04 1,55
24 1
12,44 0,52
31 91
16,06 47,15
77
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Petani Responden
Identitas petani responden menggambarkan keadaan dan kondisi status petani responden dalam usahataninya. Dengan adanya identitas petani
responden
maka
akan
memudahkan
dalam
menganalisis
usahataninya. Identitas responden meliputi nama responden, umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan, dapat dilihat pada Lampiran 3. Identitas petani responden akan dibahas berikut ini.
78
Dari Tabel 6. terlihat bahwa umur petani responden berkisar x ≤ 50 dan x > 50 dengan presentase yang sama yaitu 50,00%. Hal ini menunjukkan bahwa yang bekerja sebagai petani masih tergolong produktif, usia produktif yakni antara 15 – 64 tahun. 5.1.2 Tingkat Pendidikan
Pendidikan umumnya akan mempengaruhi cara berfikir petani dan turut mempengaruhi keberhasilan dalam mengelolah usahataninya. Pendidikan petani yang relatif tinggi menyebabkan petani akan lebih dinamis mengikuti perkembangan teknologi. Tingkat pendidikan petani responden di lapangan dapat dilihat pada Tabel 7. berikut ini : Tabel 7. Tingkat
Pendidikan
Petani
Responden
di
Desa
Soga,
79
5.1.3 Lama Berusahatani
Pengalaman berusahatani yang dimaksud adalah terhitung sejak melepaskan diri dari keluarga dan mengusahkan sendiri usahataninya. Pengalaman hidup petani merupakan pelajaran besar untuk menuju ke tingkat pengembangan usahanya. Tabel 8. berikut ini akan menunjukkan pengalaman berusahatani dari petani responden sebagai berikut : Tabel 8. Kisaran Rata-rata Lama Berusahatani Petani Responden di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008. No
Kisaran Lama Berusahatani (tahun)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1.
≤ 27
17
56,67
2.
> 27
13
43,33
80
mempengaruhi besar kecilnya usahatani karena tanggungan keluarga petani dapat membantu kelancaran usahataninya terutama dalam hal penggunaan tenaga kerja, tetapi dilain pihak menyebabkan beban biaya hidup yang ditanggung oleh petani. Jumlah tanggungan keluarga petani responden dapat dilihat pada Tabel 9. berikut ini : Tabel 9. Kisaran Rata-rata Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008. No
Kisaran Jumlah Tanggungan Keluarga (orang)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1.
≤3
23
76,67
2.
>3
7
23,33
30
100,00
Total
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008
81
5.1.5 Luas Lahan
Pada dasarnya luas lahan yang dikelola oleh petani responden sangat berpengaruh terhadap kegiatan usahataninya baik terhadap jenis komoditi maupun pada pola usahatani itu sendiri. Luas lahan yang dimiliki petani responden dapat dilihat pada Tabel 10. berikut ini Tabel 10.
Rata-rata Luas Lahan Petani Responden di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
No
Luas Lahan (ha)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1.
≤ 1,34
16
53,33
2.
> 1,34
14
46,67
30
100,00
Total
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008
82
Untuk keperluan menutup tanah yang telah terbuka dengan segera dan juga sebagai pelindung sementara tanaman kakao muda dari serangan terik matahari maupun kencangnya angin, maka penaungan sementara sangat diperlukan. Jenis pohon pelindung sementara yang digunakan dapat berupa pohon pisang, dan jenis pohon pelindung tetap dapat berupa pohon kelapa. Jarak tanam yang ideal adalah jarak yang sesuai dengan perkembangan bagian atas tanaman serta cukup tersedianya ruang bagi perkembangan perakaran di dalam tanah. Pada umumnya jarak tanam tanaman kakao yang digunakan adalah jarak 3 m x 3 m dan 4 m x 4 m. Ukuran lubang tanam yang dipersiapkan bervariasi menurut berat
83
5.3 Pemeliharaan Tanaman Kakao
Pemeliharaan tanaman kakao meliputi beberapa tindakan sejak tanaman mulai ditanam sampai siap panen. Pemeliharaan tanaman kakao meliputi pemupukan, pemangkasan dan pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan berarti menambah unsur-unsur hara tertentu dalam tanah yang berada dalam keadaan kekurangan. Pada umumnya pupuk yang digunakan oleh petani adalah pupuk urea dan ZA. Teknik pemupukan pada tanaman kakao adalah membuat parit melingkar di sekeliling batang utama. Sebelum pupuk ditaburkan, lingkaran di sekitar batang utama dibersihkan terlebih dahulu. Umumnya pemupukan
84
3. Memudahkan pelaksanaan panen dan pemeliharaan penyemprotan insektisida atau pemupukan 4. Mendapatkan produksi yang tinggi, karena pemangkasan akan merangsang pembungaan/pembuahan yang disebabkan oleh adanya keseimbangan vegetatif dan generatif. Pada tanaman kakao yang belum menghasilkan (TBM), setelah berumur 8 bulan perlu dilakukan pemangkasan. Pemangkasan demikian disebut pemangkasan bentuk. Sekali dua minggu tunas-tunas air (chuppon) dipangkas dengan cara memotongnya tepat dipangkal batang utama atau cabang primer yang tumbuh. Sebanyak 5-6 cabang dikurangi sehingga hanya tinggal 3-4 cabang saja. Cabang yang dibutuhkan adalah
85
Pemeliharaan pada tanaman kakao meliputi pula pengendalian hama dan penyakit tanaman. Berbagai hama dan penyakit menyerang tanaman ini, antara lain Helopeltis sp, yang menyerang buah dan pucukpucuk muda. Conopomorpha cramerella yang dikenal dengan penggerek buah sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman kakao itu adalah busuk buah dan kaker batang. Apabila syarat-syarat penanaman telah dilakukan dengan baik, buah kakao dapat dipanen pada tahun keempat. Buah yang siap untuk dipanen atau dipetik adalah buah-buah yang masak optimal. Kriteria buah masak umumnya berdasarkan warna luarnya. Warna itu sangat dipengaruhi oleh jenis atau varietas tanaman kakao itu sendiri. Buah-buah
86
5.4 Biaya-biaya Usahatani Kakao
Secara umum biaya yang terjadi pada usahatani kakao terdiri dari biaya investasi, biaya Tanaman Belum Manghasilkan (TBM) dan biaya produksi yang meliputi biaya pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM), biaya panen dan biaya penjemuran. 5.3.1 Biaya Investasi
Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya investasi pada usahatani kakao ini meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembelian lahan, sertifikasi lahan, upah tenaga kerja (pengolahan lahan, penanaman pohon pelindung, pembuatan lubang tanam dan penanaman bibit kakao), serta
87
Pada Tabel 11. terihat bahwa total investasi yang digunakan untuk usahatani kakao adalah sebesar Rp 59.280.000,- dengan alokasi dana terbesar pada lahan yaitu dengan nilai Rp 54.400.000,- Adapun bibit untuk tanaman pohon pelindung, petani responden tidak mengeluarkan biaya sebab sudah tersedia di sekitar lokasi. 5.3.2 Biaya Tanaman Belum Menghasilkan
Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya TBM meliputi pembelian pupuk, pestisida, pemeliharaan tanaman selama tanaman kakao belum berproduksi, yaitu dari umur tanaman 0 tahun sampai umur tanaman 3 tahun. Total biaya TBM yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 2.563.700,-. Untuk lebih jelasnya, perincian biaya Tanaman Belum Menghasilkan
88
Berdasarkan Tabel 12. dapat diketahui bahwa biaya terbesar terjadi pada awal kegiatan pengusahaan tanaman (Tahun 0), yaitu sebesar Rp 497.000,- Total kebutuhan pupuk selama masa tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah sebesar 780 kg/ha/tahun dengan total nilai Rp 497.000,- sedangkan total kebutuhan pestisida, pemeliharaan tanaman dan pajak tanah adalah berturut-turut sebesar Rp 280.000,-, Rp 352.000,-, Rp 48.000,-. Penanganan yang intensif pada masa TBM memegang peranan penting dalam silkus produksi tanaman kakao, karena pada tahun-tahun pertama penanaman, sistem perakaran masih lemah dan masih rendah daya adaptasinya sehingga apabila kurang mendapat perhatian dalam hal
89
Sesuai dengan pertambahan umur tanaman terdapat perbedaan biaya produksi untuk masing-masing umur tanaman. Perbedaan tersebut disebabkan oleh alokasi biaya yang berbeda-beda untuk tiap periode umur tanaman. Total biaya produksi usahatani kakao di desa Soga sebesar Rp 20.076.000,-. Untuk lebih jelasnya alokasi biaya produksi per umur tanaman dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Biaya Produksi pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008. Umur Tanaman (tahun)
4 5 6
Uraian Biaya Pupuk (Rp)
614.000 810.000 1.136.000
Biaya Pestisida (Rp)
50.000 115.000 150.000
Biaya Upah Peralatan Tenaga (Rp) Kerja (Rp)
134.000 264.000
67.000 127.000 217.000
Pajak Lahan (Rp)
12.000 12.000 12.000
Total (Rp)
877.000 1.064.000 1.779.000
90
Selanjutnya biaya produksi semakin berkurang seiring dengan semakin tuanya umur tanaman. Dalam menganalisis biaya ini digunakan harga konstan yang disesuaikan dengan nilai riil pada umur 10 tahun pengusahaan yaitu tahun 2008. Tahun nilai penilaian (t=0) adalah tahun 1998, dimana semua nilai yang berupa uang dikembalikan ke nilai di tahun 2008. Secara umum biaya yang dikeluarkan petani dalam menunjang keberhasilan pengelolaan usahatani dibedakan atas biaya variabel dan biaya tetap. Perbedaan dari kedua jenis biaya ini terletak pada penanganannya dalam kegiatan pengelolaan usahatani. Dalam hal ini biaya variabel diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh petani
91
a. Bibit Bibit merupakan bahan yang ditumbuhkan dalam suatu proses produksi usahatani. Jumlah dan kualitas bibit yang digunakan akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kakao. Bibit yang digunakan dalam usahatani kakao ini diperoleh dari penangkaran bibit dengan harga 1000 rupiah per pohon. Untuk lahan seluas satu hektar ditanam bibit kakao sebanyak 1000 pohon dengan jarak tanam 3 x 3 meter. Total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bibit adalah sebesar Rp 1.000.000,b. Pupuk Kandang Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa-
92
peningkatan hasil produksi kakao. Pada usahatani kakao ini penggunaan pupuk urea semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan unsur tanaman. Total kebutuhan pupuk urea selama umur pengusahaan tanaman kakao (17 tahun) di desa Soga adalah 4.505 kg, dengan total biaya sebesar Rp 5.737.500,-. d. Pupuk ZA Pupuk ZA (Amonium Sulfat) adalah salah satu pupuk sumber N. Pupuk ZA selain mengandung unsur N sebesar 20%-21% juga merupakan sumber belerang (S) sebesar 24%. Total kebutuhan pupuk ZA yang digunakan selama pengusahaan tanaman kakao (17 tahun) adalah 6000 kg, dengan total biaya sebesar Rp 6.780.000,-.
93
mempertahankan produksi maka petani harus dapat mengendalikan serangan hama dan penyakit tersebut dengan menggunakan pestisida. Jenis pestisida yang digunakan adalah sevin, furadan, tiodan, 505 50c dan asdarin. Total kebutuhan pestisida yang digunakan selama 17 tahun pengusahaan tanaman adalah sebesar 11 kg pestisida bentuk padat dengan biaya sebesar Rp 465.000,- dan 17,25 liter pestisida bentuk cair dengan biaya
sebesar Rp 1.495.000,- Untuk lebih jelasnya mengenai
penggunaan bibit, pupuk dan pestisida setiap tahun umur tanaman dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7. g. Peralatan
94
h. Penggunaan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan pada usahatani kakako ini adalah tenaga kerja manusia. Tenaga kerja dihitung berdasarkan jumlah jam, hari dan banyaknya tenaga kerja yang dikorbankan sejak pengolahan lahan, pembuatan lubang tanam, penanaman, pemeliharaan, pemanenan sampai kepada penjemuran. Besarnya biaya untuk pengolahan lahan pada tahun awal pengusahaan adalah sebesar Rp 375.000,-. Biaya penanaman pohon pelindung sebesar Rp 45.000,-, biaya tenaga kerja untuk pembuatan lubang tanam sebesar Rp 1.500.000,- dan biaya penanaman bibit kakao untuk lahan satu hektar adalah Rp 150.000,-.
95
Tabel 14. Penyusutan dan Nilai Sisa pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008. No.
Investasi
1
Tanah
2
Peralatan
Jumlah (unit)
Umur Penyusutan Penyusutan/ Nilai (Rp) Ekonomis / 17 tahun tahun (Rp) (tahun) (Rp)
1 ha
54.400.000
-
- H.Sprayer
2
1.000.000
10
50.000
850.000
250.000
- Linggis
1
50.000
17
2.941,17
50.000
0
- Pacul
6
180.000
6
10.000
170.000
10.000
- Parang
6
600.000
6
33.333,32
566.666,44
33.333,56
- P.Panen
6
180.000
5
12.000
156.000
24.000
- Ember
10
100.000
3
6.666,66
86.666,58
13.333,42
- Karung
14
28.000
2
2.000
26.000
2.000
20 m
100.000
7
7.142,85
92.857,05
7.142,95
- T.Jemur Total
56.638.000
-
-
Nilai Sisa (Rp)
54.400.000
124.084 1.998.190,07 54.639.809,93
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008. Dari Tabel 14. diatas terlihat bahwa total nilai penyusutan selama
96
Produksi kakao di desa Soga berkisar antara 535 kg/ha/tahun sampai 1828 kg/ha/tahun dengan produksi keseluruhan selama 17 tahun adalah sebesar 19.723 kg. Nilai produksi yang diperoleh oleh petani di desa Soga berkisar antara Rp 9.095.000,- sampai dengan Rp 31.076.000,-. dengan total nilai produksi selama 17 tahun adalah sebesar Rp 335.291.000. Nilai produksi tersebut diperoleh dari hasil penjualan kakao kering dengan harga Rp 17.000/kg. Jumlah produksi dan nilai produksi kakao yang diperoleh petani responden di desa Soga dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15.
Produksi dan Nilai Produksi pada Usahatani Kakao di Desa
97
Berdasarkan Tabel 15. dapat diketahui bahwa pada umur tanaman 4 tahun, tanaman mulai berproduksi dengan jumlah produksi maksimum dicapai pada umur tanaman 10 tahun dengan jumlah produksi sebesar 1.828 kg/ha/tahun. Pada umur 11 tahun produksi mulai menurun seiring dengan semakin menuanya umur tanaman sehingga pada umur tanaman 17 tahun hanya diperoleh produksi sebesar 1.375 kg/ha/tahun kakao kering. Nilai produksi yang dimaksud pada usahatani kakao ini adalah banyaknya penerimaan yang diterima setelah menjual hasil panen. Pada umur tanaman 4 tahun (tahun awal produksi) diperoleh nilai produksi sebesar Rp 9.095.000,- dan selanjutnya semakin meningkat seiring
98
Tabel 16.
Arus Cash Flow pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
Umur Tanaman (tahun)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Cash In Flow (Rp)
0 0 0 0 9.095.000 14.875.000 17.850.000 21.641.000 25.636.000 27.625.000 31.076.000 30.345.000 29.920.000 27.948.000 27.115.000 25.245.000 23.545.000
Cash Out Flow (Rp)
59.777.000 246.500 339.200 481.000 877.000 1.064.000 1.779.000 1.757.500 1.402.500 1.730.500 2.210.000 1.588.000 1.626.000 1.206.000 1.265.000 1.301.000 1.082.500
Net Cash Flow (Rp)
-59.777.000 -246.500 -339.200 -481.000 8.218.000 13.811.000 16.071.000 19.883.500 24.233.500 25.894.500 28.866.000 28.757.000 28.294.000 26.742.000 25.850.000 23.944.000 22.462.500
99
Net Present Value (NPV) merupakan arus kas bersih ( net cash)
pada tiap tahun yang dikalikan dengan Discount Factor . Dalam analisis ini digunakan Discount Factor 16 %. Penggunaan Discount Factor 16% ini didasarkan pada tingkat suku bunga deposito bank pemerintah dan swasta pada saat analisis dilakukan. Hasil analisis Net Present Value (NPV) dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17.
Hasil Analisis Net Present Value (NPV) pada Usahatani Kakao Di Desa soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008. Net Cash Flow
NPV (DF 16%)
Rp 309.073.110
Rp 13.238.460,7
Sumber : Dapat Primer Setelah Diolah, 2008. Dari Tabel 17. terlihat bahwa nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp
100
Tabel 18.
Hasil Analisis Internal Rate of Retur n (IRR) pada Usahatani Kakao Di Desa soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
NPV Positif pada DF 18%
NPV Negatif pada DF 19%
IRR
Rp 901.769,5
Rp -2.568.900,08
18,78%
Sumber : Dapat Primer Setelah Diolah, 2008. Dari hasil analisisi diperoleh nilai NPV positif sebesar Rp 901.769,5,- pada Discount Factor 18% dan nilai NPV negatif sebesar Rp 2.568.900,08,- pada Discount Factor 19%. Hasil analisis pada kedua nilai NPV dan Discount Factor ini diperoleh nilai IRR sebesar 18,78%. Nilai yang diperoleh ini lebih besar dari Opportunity Cost of Capital . Nilai 18,78% ini juga menunjukkan usahatani kakao di desa Soga akan
101
Tabel 19.
Hasil Analisis Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
Present Value Net Benefit Positif
Presen Value Net Benefit Negatif
Net Benefit Cost Ratio
Rp 73.788.290,3
Rp 60.549.829,6
1,22
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008. Berdasarkan Tabel 19. terlihat bahwa Net Benefit pada tahun-tahun dimana Net Benefit negatif adalah Rp 60.549.829,6,-. Sedangkan Net Benefit pada tahun-tahun dimana Net Benetif positif adalah Rp
73.788.290,3,-. Berdasarkan kedua nilai ini maka diperoleh nilai Net B/C sebesar 1,22. Net B/C 1,22 ini menunjukkan bahwa usahatani kakao yang dikelolah petani di desa Soga memberikan kentungan sampai 1,22 kali
102
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.2 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada dari hasil penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa usahatani kakao yang dikelolah petani di desa Soga adalah layak diusahakan dan menguntungkan secara finansial, dengan berdasarkan pada hasil analisis yaitu : Nilai Net Present Value (NPV) adalah positif yaitu sebesar Rp
13.238.460,7,- pada Discount Factor 16% Nilai Internal Rate of Ret urn (IRR) adalah 18,78%, yang lebih besar
103
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008a. Data dan Informasi . Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan. . 2008b. Potensi Pengembangan Pertanian di Kabupaten Soppeng http://www.damandiri.or.id. Diakses tanggal 14 Maret 2008. . 2008c. Potensi Tanaman Kakao untuk Dikembangkan http://www.unila.ac.id/~fp. Diakses tanggal 14 Maret 2008. Choliq, Abdul., Rivai Wirasasmita, dan Sumarna Hasan. 1999. Evaluasi Proyek (Suatu Pengantar). Edisi Revisi. Pionir Jaya. Bandung. Djalaluddin, Akhsan. 2007. Makalah : Gerakan Pembarahuan Kakao pada Seminar Nasional Strategi dan Peranan Pemerintah Daerah dalam Revitalisasi Pembangunan Pertanian untuk Mewujudkan Millennium Development Goals (MDGs). Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
104
Pedoman Rakyat. Senin, 17 Oktober 2005. http://www.bppmd-sulsel.go.id. Diakses tanggal 14 Maret 2008. PPKKI (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia). 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao . Cet.1. Agromedia Pustaka, Jakarta. Salahuddin, Syahrul. 2007. Melongok Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dari H. Achmad Lamo s/d HM. Amin Syam. http://www.fajar.co.id. Diakses tanggal 14 Maret 2008. Siregar, Tumpal., Slamet Riyadi, dan Laeli Nuraeni, 1997. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Cokla t. Penebar Swadaya. Jakarta Spillane,
James
J.
1995.
Komoditi
Kakao
Peranannya
dalam
Perekonomian Indonesia. Cet.1. Kanisus. Yogyakarta.
Sunanto, Hatta. 2001. Coklat Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya . Cet.10. Kanisus. Yogyakarta.
105
Lampiran 1. Perkembangan Luas Areal (ha) dan Produksi (ton) Kakao Lima Tahun Terakhir (2003-2007) di Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008. Tahun
Luas Areal (ha)
Produksi (ton)
2003
2.636
2.970
2004
2.641
2.784
2005
2.641
1.345
2006
2.641
1.347
2007
2.641
1.346
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Soppeng, 2008. Lampiran 2. Perkembangan luas Areal (ha) dan Produksi (ton) Kakao Lima Tahun Terakhir (2003-2007) di Kabupaten Soppeng, 2008. Tahun
Luas Areal (ha)
Produksi (ton)
106
Lampiran 3.
No.
Nama-nama Responden, Umur, Pendidikan, Lama Berusahatani, Luas Lahan, Umur Tanaman, dan Produksi Kakao di Desa Soga, Kecamatan, Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008.
Nama Responden
Umur (tahun)
Pendidikan
Lama Jumlah Berusahatani Tanggungan (tahun) (jiwa)
Luas Lahan (ha)
Umur Tanaman (tahun)
Produksi (kg)
1
Tahirman
34
SLTP
12
2
1,2
10
2.191
2
Mastang
37
SLTP
17
3
1,2
10
2.192
3
Rustang
37
SLTA
16
4
1,2
10
2.190
4
Syamsu
38
S1
13
3
1,2
10
2.193
5
Gusrianto
38
SD
13
2
1
10
1.825
6
Mustari
38
SD
13
3
1
10
1.825
7
H. Sudarman
39
SLTA
15
4
1,5
10
2.743
8
Naharuddin
41
SD
21
6
1,4
10
2.554
9
Hj. Hadrah
42
SD
12
1
1,2
10
2.190
10
Alimin
45
SD
25
3
1
10
1.827
11
H. Hasanuddin
48
SLTA
25
3
1,2
10
2.193
12
Salama
48
SD
18
2
1,4
10
2.558
13
M. Nur Buhali
49
SD
24
4
1,5
10
2.744
14
Mustafa
50
SD
26
4
1,5
10
2.746
107
Lampiran 4. Skedul Investasi pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008. No.
Jenis Investasi
1
Tanah
2
Peralatan
Jumlah (unit)
1 ha
Total Investasi
Tahun 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
(Rp)
54400000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
54400000
1000000
- H.Sprayer
2
500000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
500000
-
-
-
-
-
-
-
- Linggis
1
50000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
50000
- Pacul
6
60000
-
-
-
-
-
60000
-
-
-
-
-
60000
-
-
-
-
-
180000
- Parang
6
200000
-
-
-
-
-
200000
-
-
-
-
-
200000
-
-
-
-
-
600000
- P.Panen
6
-
-
-
-
60000
-
-
-
60000
-
-
-
-
60000
-
-
-
180000
- Ember
10
-
-
-
-
20000
-
-
20000
-
-
20000
-
-
20000
-
-
20000
-
100000
- Karung
14
-
-
-
-
4000
-
4000
-
4000
-
4000
-
4000
-
4000
-
4000
-
28000
- T.Jemur
20 m
-
-
-
-
50000
-
-
-
-
-
-
50000
-
-
-
-
-
-
100000
55210000
-
-
-
134000
Total
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008.
-
264000
20000
4000
60000
524000
50000
264000
20000
64000
-
24000
-
56638000
108
Lampiran 5. Skedul Penyusutan/Tahun pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008 No.
Jenis Investasi
Jumlah
Tahun
Nilai (Rp)
0 1
Tanah
2
Peralatan - H.Sprayer - Linggis - Pacul - Parang - P.Panen - Ember - Karung - T.Jemur Total
1
2
3
4 -
5 -
6 -
7 -
8 -
9 -
10 -
11 -
12 -
13 -
14 -
15 -
16 -
17 -
-
Umur Ekonomis (tahun)
0
54400000
0
54400000
68000000
2
1000000
500000
50000
50000
50000
50000
50000
50000
50000
50000
50000
50000
50000
50000
50000
50000
50000
50000
-
850000
250000
10
1
50000
50000
2941.17
2941.17
2941.17
2941.17
2941.17
2941.17
2941.17
2941.17
2941.17
2941.17
2941.17
2941.17
2941.17
2941.17
2941.17
2941.17
-
50000
0
17
6
180000
60000
10000
10000
10000
10000
10000
10000
10000
10000
10000
10000
10000
10000
10000
10000
10000
10000
-
170000
10000
6
6
600000
200000
33333.32
33333.32
33333.32
33333.32
33333.32
33333.32
33333.32
33333.32
33333.32
33333.32
33333.32
33333.32
33333.32
33333.32
33333.32
33333.32
-
566666.4
33333.56
6
6
180000
0
0
0
0
12000
12000
12000
12000
12000
12000
12000
12000
12000
12000
12000
12000
12000
-
156000
24000
5
10
100000
0
0
0
0
6666.67
6666.67
6666.67
6666.67
6666.67
6666.67
6666.67
6666.67
6666.67
6666.67
6666.67
6666.67
6666.67
-
86666.58
13333.42
3
14
-
Nilai Sisa (Rp)
1 ha
20 m
-
Total Investasi (Rp)
28000
0
0
0
0
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
-
26000
2000
2
100000
0
0
0
0
714585
714585
714585
714585
714585
714585
714585
714585
714585
714585
714585
714585
714585
-
92857.05
7142.95
7
1998190
68339810
566238000
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008.
Lampiran 6.
109
Biaya Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Tahun ke-0 sampai dengan Tahun ke-3 pada Usahatani Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008. 0 1 2 3 No Uraian Total Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai 1 Biaya Variabel 1067000 a. Bibit 1000 1000000 b. Pupuk 100000 Pupuk Kandang 200 200000 200000 50 107200 100 134000 308200 Pupuk Urea 67000 80 50 120000 200 240000 420000 Pupuk ZA 60000 100 c. Pestisida 40000 160000 Sevin 2 80000 1 40000 1 Furadan 1 25000 2 50000 75000 d. Tenaga Kerja Pemeliharaan 180000 67500 60000 45000 352500 2 Biaya Tetap Pajak 12000 12000 12000 12000 48000 1497000 246500 339200 481000 2563700 Total Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008.
110
Lampiran 7. No
1
2
Biaya Tanaman Menghasilkan (TM) Tahun ke-4 sampai dengan Tahun ke-3 pada Usahatani Kakao Kakao di Desa Soga, Kecamatan Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008. 4 5 6 7 8 Uraian Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai Satuan Nilai Biaya Variabel a. Pupuk 150 400 400 536000 350 469000 Pupuk Urea 100 134000 210000 536000 500 500 500 600000 500 600000 Pupuk ZA 400 480000 600000 600000 Pupuk TSP 100 170000 b. Pestisida 1 Sevin 40000 Furadan 2 50000 Tiodan 1 60000 1 60000 505 50c 0.5 75000 1 150000 1 150000 Asdarin c. Tenaga Kerja Pemeliharaan 30000 30000 30000 22500 22500 Panen 30000 90000 180000 180000 240000 Penjemuran 7000 7000 7000 7000 7000 Biaya Tetap a. Pajak 12000 12000 12000 12000 12000 b. Peralatan 134000 264000 20000 4000 877000 1064000 1779000 1757500 1414500 Total
111
Lanjutan Lampiran 5………. No
1
2
Uraian
Biaya Variabel a. Pupuk Pupuk Urea Pupuk ZA Pupuk TSP b. Pestisida Sevin Furadan Tiodan 505 50c Asdarin c. Tenaga Kerja Pemeliharaan Panen Penjemuran Biaya Tetap a. Pajak b. Peralatan Total
9 Satuan
10 Nilai
350 500 100
469000 600000 170000
1
40000
1 1
Satuan
11 Nilai
350 500 50
469000 600000 85000
60000
1 1
50000
1
Satuan
12 Nilai
350 500
469000 600000
25000 60000
1
60000
50000
1
50000
Satuan
350 500
1
13 Nilai
469000 600000
Satuan
Nilai
300 250
402000 300000
1
25000
1
50000
150000
22500 240000 7000
30000 360000 7000
30000 360000 7000
30000 360000 7000
30000 360000 7000
12000 60000 1730500
12000 524000 2222000
12000 50000 1638000
12000 264000 1892000
12000 20000 1206000
112
Lanjutan Lampiran 5………. No
Uraian
14 Satuan
15 Nilai
Biaya Variabel a. Pupuk 300 402000 Pupuk Urea 250 300000 Pupuk ZA Pupuk TSP 50 85000 b. Pestisida Sevin Furadan 2 50000 Tiodan 1 60000 505 50c Asdarin c. Tenaga Kerja Pemeliharaan 45000 Panen 240000 Penjemuran 7000 2 Biaya Tetap a. Pajak 12000 b. Peralatan 64000 Total 1265000 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008.
Satuan
16 Nilai
Satuan
Nilai
17 Satuan
Nilai
Total
1
300 250 50
1 1
402000 300000 85000
300 250 50
402000 300000 85000
60000 150000
275 250 50
1 1
368500 300000 85000
150000
50000
5737500 6780000 765000 80000 150000 420000 825000 250000
45000 240000 7000
22500 180000 7000
22500 180000 7000
412500 3240000 98000
12000
12000 24000 1082500
12000
168000 1428000 20354000
1301000
1125000
113
Keterangan : Harga Bibit
= Rp 1.000/pohon
Harga Pupuk: -
Pupuk Kandang
= Rp 1.000/kg
-
Pupuk Urea
= Rp 1.340/kg
-
Pupuk ZA
= Rp 1.200/kg
-
Pupuk TSP
= Rp 1.700/kg
Harga Pestisida: -
Sevin
= Rp 40.000/kg
-
Furadan
= Rp 25.000/kg
-
Tiodan
= Rp 60.000/liter
-
505 50c
= Rp 150.000/liter
-
Asdarin
= Rp 50.000/liter
114
Lampiran 8. Cash Flow pada Usahatani Kakao di desa Soga, Kecamatan, Marioriwawo, Kabupaten Soppeng, 2008. Tahun
No
Cash Flow 0
I
II
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Cash Flow 1. Penerimaan
0
0
0
0
9095000
14875000
17850000
21641000
25636000
27625000
31076000
30345000
29920000
27948000
27115000
25245000
23545000
2. Nilai Sisa
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Total
0
0
0
0
9095000
58280000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1000000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
485000
234500
327200
469000
865000
1052000
1767000
1745500
1402500
1718500
2210000
1626000
1628000
1194000
1253000
1289000
1070500
1113000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
12000
12000
12000
12000
12000
12000
12000
12000
12000
12000
12000
12000
12000
12000
12000
12000
12000
14875000
17850000
21641000
25636000
27625000
31076000
30345000
29920000
27948000
27115000
25245000
23375000
23545000
54639810 78014810
Cash Out Flow 1. Investasi 2. Pra Investasi 3. Operasi 4. Modal Kerja 5. Pajak Total
III
1
Net Cash Flow
12000
59777000
246500
339200
481000
877000
1064000
1779000
1757500
1414500
1730500
2222000
1638000
1640000
1206000
1265000
1301000
1082500
1125000
-59777000
-246500
-339200
-481000
8218000
13811000
16071000
19883500
24221500
25894500
28854000
29438000
28705000
28714000
26683000
25814000
22462500
76889810
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2008.
115
Lampiran 9. Analisis Data Net Present Value (NPV) pada Discount Factor 16% Umur Tanaman (tahun)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Cash In Flow (Rp)
0 0 0 0 9095000 14875000 17850000 21641000 25636000 27625000 31076000 30345000 29920000 27948000 27115000 25245000 23545000 78014810
Cash Out Flow (Rp)
59777000 246500 339200 481000 877000 1064000 1779000 1757500 1402500 1730500 2210000 1588000 1626000 1206000 1265000 1301000 1082500 1125000
Net Cash Flow (Rp)
-59777000 -246500 -339200 -481000 8218000 13811000 16071000 19883500 24233500 25894500 28866000 28757000 28294000 26742000 25850000 23944000 22462500 76889810
Discount Factor 16%
1 0.862 0.743 0.641 0.552 0.476 0.410 0.354 0.305 0.263 0.227 0.195 0.168 0.145 0.125 0.108 0.093 0.080
NPV pada DF 16%
-59777000 -212483 -252025.6 -308321 4536336 6574036 6589110 7038759 7391217.5 6810253.5 6552582 5607615 4753392 3877590 3231250 2585952 2089012.5 6151184.8