PEDOMAN MATA KULIAH WAJIB UMUM: BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia Eksp Ekspre resi si Diri Diri dan dan Akad Akadem emik ik
untuk Perguruan Tinggi
Dr. Dr. Tr Trii Wira Wiratn tno, o, M.A. M.A. Dr. Dwi Dwi Purnan Purnanto, to, M.Hum. M.Hum. Dr. Dr. Vi Vism smai aia a S. Dama Damaia iant nti, i, M.Pd M.Pd..
1.
Pend Pendah ahul ulua uan n
Bahasa Bahasa Indone Indonesia sia merupa merupakan kan bahasa bahasa negara negara (Pasal (Pasal 36, Undang Undang-Un -Undan dang g Dasar Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945). Pernyataan konstitusi tersebut menyiratkan bahwa bahasa Indonesia berfungsi sebagai identitas negara dan simbol kedaulatan serta sekalig sekaligus us faktor faktor pembed pembedaa dari dari negara negara lain. lain. Kedaul Kedaulatan atan negara negara kesatu kesatuan an Republ Republik ik Indone Indonesia sia sangat sangat ditent ditentuka ukan n oleh oleh sebera seberapa pa kuat kuat bahasa bahasa negara negara itu difung difungsika sikan n dan dima dimanf nfaa aatk tkan an
dala dalam m
kehi kehidu dupa pan n
bern berneg egar ara, a,
term termas asuk uk
dala dalam m
peny penyel elen engg ggar araa aan n
pendidikan secara nasional. Penyel Penyeleng enggar garaan aan pendid pendidika ikan n Indone Indonesia sia sejauh sejauh ini belum belum diopti dioptimalk malkan an untuk untuk mencap mencapai ai cita-c cita-cita ita konstit konstitusi usi terseb tersebut. ut. Hasil Hasil pendid pendidika ikan n nasion nasional al memper memperliha lihatka tkan n bahwa bahasa Indonesia cenderung berkembang inferior di tengah kehidupan masyarak masyarakat. at. Inferio Inferiorita ritass bahasa bahasa Indone Indonesia sia terhada terhadap p bahasa bahasa asing, asing, khususn khususnya ya bahasa bahasa Inggris, disebabkan oleh rendahnya kompetensi masyarakat terdidik–terutama dimensi sikap sikap sosial sosial untuk untuk bertind bertindak ak setia, setia, bangga bangga,, dan tanggu tanggung ng jawab–d jawab–dalam alam penggu penggunaa naan n bahasa Indonesia sesuai dengan norma. Fakt Faktaa terse tersebu butt jelas jelas berim berimpl plik ikas asii buru buruk k pada pada masa masa depa depan n baha bahasa sa nega negara ra dan dan bangsa Indonesia sendiri. Harapan agar bahasa Indonesia menjadi wahana utama jati diri bangsa dan identitas identitas negara Indonesia Indonesia akan seperti jauh seperti jauh panggang dari api . Bahkan, pengembangan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi akan lambat dan upaya pencerdasan kehidupan bangsa pun terhambat. Oleh karena itu, penyelenggaraan mata kuliah Bahasa Indonesia di perguruan tinggi perlu dipacu dipacu untuk untuk mening meningkat katkan kan kompet kompetens ensii dalam dalam berbah berbahasa asa Indone Indonesia sia sebaga sebagaii bentuk bentuk ekspresi diri dan akademik. Buku Bahasa Indonesia: Indonesia: Ekspresi Ekspresi diri dan akademik akademik untuk untuk perguruan tinggi ini disusun untuk memenuhi harapan tersebut.
2.
Land Landas asan an Yuri Yuridis dis
Landasan yurudis penulisan buku Bahasa Indonesia: Ekspresi diri dan akademik untuk perguruan tinggi ini tinggi ini adalah: (1) Undang-Und Undang-Undang ang Dasar Negara Kesatuan Republik Republik Indonesia Indonesia Tahun 1945 (Pasal 36); (2) (2) Unda Undang ng-Un -Unda dang ng Sistem Sistem Pend Pendid idik ikan an Nasio Nasiona nall Nomo Nomorr 20 Tahu Tahun n 2003 2003 tentan tentang g Sisdiknas;
1.
Pend Pendah ahul ulua uan n
Bahasa Bahasa Indone Indonesia sia merupa merupakan kan bahasa bahasa negara negara (Pasal (Pasal 36, Undang Undang-Un -Undan dang g Dasar Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945). Pernyataan konstitusi tersebut menyiratkan bahwa bahasa Indonesia berfungsi sebagai identitas negara dan simbol kedaulatan serta sekalig sekaligus us faktor faktor pembed pembedaa dari dari negara negara lain. lain. Kedaul Kedaulatan atan negara negara kesatu kesatuan an Republ Republik ik Indone Indonesia sia sangat sangat ditent ditentuka ukan n oleh oleh sebera seberapa pa kuat kuat bahasa bahasa negara negara itu difung difungsika sikan n dan dima dimanf nfaa aatk tkan an
dala dalam m
kehi kehidu dupa pan n
bern berneg egar ara, a,
term termas asuk uk
dala dalam m
peny penyel elen engg ggar araa aan n
pendidikan secara nasional. Penyel Penyeleng enggar garaan aan pendid pendidika ikan n Indone Indonesia sia sejauh sejauh ini belum belum diopti dioptimalk malkan an untuk untuk mencap mencapai ai cita-c cita-cita ita konstit konstitusi usi terseb tersebut. ut. Hasil Hasil pendid pendidika ikan n nasion nasional al memper memperliha lihatka tkan n bahwa bahasa Indonesia cenderung berkembang inferior di tengah kehidupan masyarak masyarakat. at. Inferio Inferiorita ritass bahasa bahasa Indone Indonesia sia terhada terhadap p bahasa bahasa asing, asing, khususn khususnya ya bahasa bahasa Inggris, disebabkan oleh rendahnya kompetensi masyarakat terdidik–terutama dimensi sikap sikap sosial sosial untuk untuk bertind bertindak ak setia, setia, bangga bangga,, dan tanggu tanggung ng jawab–d jawab–dalam alam penggu penggunaa naan n bahasa Indonesia sesuai dengan norma. Fakt Faktaa terse tersebu butt jelas jelas berim berimpl plik ikas asii buru buruk k pada pada masa masa depa depan n baha bahasa sa nega negara ra dan dan bangsa Indonesia sendiri. Harapan agar bahasa Indonesia menjadi wahana utama jati diri bangsa dan identitas identitas negara Indonesia Indonesia akan seperti jauh seperti jauh panggang dari api . Bahkan, pengembangan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi akan lambat dan upaya pencerdasan kehidupan bangsa pun terhambat. Oleh karena itu, penyelenggaraan mata kuliah Bahasa Indonesia di perguruan tinggi perlu dipacu dipacu untuk untuk mening meningkat katkan kan kompet kompetens ensii dalam dalam berbah berbahasa asa Indone Indonesia sia sebaga sebagaii bentuk bentuk ekspresi diri dan akademik. Buku Bahasa Indonesia: Indonesia: Ekspresi Ekspresi diri dan akademik akademik untuk untuk perguruan tinggi ini disusun untuk memenuhi harapan tersebut.
2.
Land Landas asan an Yuri Yuridis dis
Landasan yurudis penulisan buku Bahasa Indonesia: Ekspresi diri dan akademik untuk perguruan tinggi ini tinggi ini adalah: (1) Undang-Und Undang-Undang ang Dasar Negara Kesatuan Republik Republik Indonesia Indonesia Tahun 1945 (Pasal 36); (2) (2) Unda Undang ng-Un -Unda dang ng Sistem Sistem Pend Pendid idik ikan an Nasio Nasiona nall Nomo Nomorr 20 Tahu Tahun n 2003 2003 tentan tentang g Sisdiknas;
(3) Undang Undang-Un -Undan dang g Republ Republik ik Indone Indonesia sia Nomor Nomor 24 Tahun Tahun 2009 2009 tentan tentang g Bender Bendera, a, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan; (4) Undang-Und Undang-Undang ang Republik Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Pendidikan Tinggi; (5) Peratu Peraturan ran Pemeri Pemerinta ntah h Republ Republik ik Indone Indonesia sia Nomor Nomor 19 Tahun Tahun 2005 2005 sebagai sebagaiman manaa telah telah diubah diubah dengan dengan Peratu Peraturan ran Pemeri Pemerinta ntah h RI Nomor Nomor 032 Tahun Tahun 2013 2013 tentan tentang g Standar Nasional Pendidikan; (6) Peratu Peraturan ran Menteri Menteri Pendid Pendidika ikan n dan Kebuda Kebudayaa yaan n Republ Republik ik Indone Indonesia sia Nomor Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
3.
Kerang Ker angka ka Konsep Konseptua tuall
Konsep Konsep nasionalisme nasionalisme Indonesia Indonesia dibangun dibangun oleh para pendiri negara atas dasar atau fondasi bahasa, bukan fondasi ras/etnis atau agama. Tidak ada satu agama pun yang dijadikan landasan berdirinya negara bangsa Indonesia. Meskipun demikian, landasan agama terdapat pada diri setiap warga negara. Konsep kebangsaan Indonesia pun tidak direpresentasi oleh salah satu di antara ratusan ras/etnis yang ada di Indonesia, tetapi kons konsep ep
kesuk esukua uan n
bera berad da
dalam alam
diri iri
ind individ ividu u
masi masing ng-m -mas asin ing g
di
kelo elompo mpok
masyarakatnya. Di tengah keragaman etnis dan keyakinan beragama tersebut, keberadaan bahasa Indonesia disyukuri sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa oleh setiap warga negara dengan dengan mengak mengaktua tualisa lisasik sikan an diri diri dalam dalam komuni komunikas kasii berbah berbahasa asa Indone Indonesia sia baik baik lisan lisan maupun maupun tulis. tulis. Melalu Melaluii penyel penyeleng enggar garaan aan mata kuliah kuliah Bahasa Bahasa Indone Indonesia sia di pergur perguruan uan tingg tinggi, i, peng pengua uata tan n jati jati diri diri bang bangsa sa Indo Indone nesia sia meng mengar arahk ahkan an sikap sikap spiri spiritu tual al sivi sivitas tas akad akadem emik ik untu untuk k
mene meneri rima ma,,
meng mengha harg rgai ai,,
dan dan
meng mengha haya yati ti kebe kebera rada daan an baha bahasa sa
kebangsaan Indonesia yang merupakan anugerahTuhan Yang Maha Esa. Pengha Penghayat yatan an atas nilai-n nilai-nilai ilai keberad keberadaan aan bahasa bahasa Indone Indonesia sia diwuju diwujudk dkan an dalam dalam bentuk pengamalan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, responsif, dan proaktif proaktif dalam kehidupan kehidupan bermasyarak bermasyarakat. at. Penyelengg Penyelenggaraan araan mata kuliah Bahasa Indo Indone nesia sia di perg pergur urua uan n tingg tinggii meng mengup upay ayak akan an peni pening ngka kata tan n peng pengha haya yatan tan sivit sivitas as akad akadem emik ik agar agar mamp mampu u men menunju unjuk kkan kan sika sikap p seba sebag gai bagia agian n dari dari solu solusi si atas atas permasalahan hilangnya fungsi bahasa Indonesia di masyarakat. Dengan sikap itu, sivitas sivitas akadem akademik ik mampu mampu menemp menempatk atkan an diri diri sebagai sebagai cermin cerminan an bangsa bangsa yang yang cerdas cerdas dalam pergaulan dunia global.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara membawa konsekuensi bahwa bahasa Indonesia harus mampu mengemban tujuan nasional bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam kehidupan bangsa yang cerdas, setiap warga negara, apalagi mereka yang telah terdidik, tidak hanya harus mampu memahami berbagai informasi, tetapi juga mampu menjelaskan, menerapkan, mengevaluasi, dan bahkan mampu mencipta ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni (ipteks), baik sebagai bentuk implementasi maupun inovasi. Untuk itu, diperlukan kemahiran mewujudkan teks sebagai bentuk terlengkap komunikasi berbahasa. Penyelenggaraan mata kuliah Bahasa Indonesia di perguruan tinggi bertujuan menciptakan sivitas akademik yang cerdas berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Implementasi pembelajaran bahasa Indonesia secara khusus bertujuan untuk menciptakan sivitas akademik yang terampil memproduksi dan menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Dalam pembelajaran bahasa berbasis teks, bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang berfungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial budaya akademik. Oleh karena itu, teks dipandang sebagai satuan bahasa yang bermakna secara kontekstual, dan materi ajar bahasa Indonesia disajikan dengan prinsip pembelajaran berbasis teks. Pada Prawacana buku Bahasa Indonesia Wahana Ilmu Pengetahuan (2013) untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik (2013) untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA), dinyatakan:
Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata-kata atau kaidah-kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena bentuk bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia, dan cara berpikir seperti itu direalisasikan melalui struktur teks (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013).
Sehubungan dengan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks tersebut, secara konseptual perlu dirumuskan bahwa di dalam setiap teks terdapat struktur tersendiri yang satu sama lain berbeda. Sementara itu, di dalam struktur teks tergambar struktur berpikir. Dengan demikian, makin banyak jenis teks dalam bentuk
genre makro yang dikuasai oleh sivitas akademik, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat mereka gunakan dalam kehidupan sosial dan akademiknya di masyarakat, baik di tingkat nasional maupun global. Hanya dengan cara itu, sivitas akademik kemudian
dapat
mengonstruksi
ilmu
pengetahuannya
melalui
kemampuan
mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan hasil analisis secara saintifik.
4.
Visi dan Misi
Visi dan misi penulisan buku Bahasa Indonesia: Ekspresi diri dan akademik untuk perguruan tinggi dapat diuraikan sebagai berikut.
Visi:
Terwujudnya sivitas akademik yang mampu memicu dan memacu pengembangan fungsi bahasa Indonesia sebagai penghela dan pembawa ilmu pengetahuan di dunia global.
Misi:
(1) Meningkatkan literasi berbahasa Indonesia di kalangan sivitas akademik; (2) Meningkatkan akses dan relevansi pendidikan tinggi berbasis bahasa Indonesia; (3) Meningkatkan kemampuan sivitas akademik untuk mencari dan menemukan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni melalui bahasa Indonesia; (4) Meningkatkan kesadaran sivitas akademik akan peran pentingnya sebagai agen transformasi pola berpikir saintifik melalui penggunaan bahasa Indonesia.
5.
Tujuan
Buku Bahasa Indonesia: Ekspresi diri dan akademik untuk perguruan tinggi dirancang untuk mencapai tujuan sebagai berikut: (1) untuk menumbuhkan sikap mental sivitas akademik yang mampu mengapresiasi nilai-nilai bahasa Indonesia sebagai simbol kedaulatan bangsa dan negara; (2) untuk memberikan pemahaman dan penghayatan atas keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa dan bahasa ipteks;
(3) untuk menyiapkan sivitas akademik agar mampu menganalisis permasalahan dan mencari solusi terhadap persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui pembuatan dan penggunaan teks; (4) untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara akademik baik dalam bentuk bahasa Indonesia lisan maupun tulis demi pengembangan ipteks dalam tatanan dunia global.
6.
Desain Mata Kuliah
Mata kuliah Bahasa Indonesia didesain sedemikian rupa sehingga dapat menjadikan bahasa Indonesia sebagai wahana untuk ekspresi diri dan akademik. Desain itu dapat digambarkan ke dalam poin-poin sebagai berikut.
(1) Kompetensi Inti (KI) merupakan kompetensi generik yang isinya merujuk pada esensi Tujuan Pendidikan Nasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tujuan Pendidikan Tinggi yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012, KKNI (Permendikbud Nomor 73 Tahun 2013), dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang tercantum dalam Permendikbud tentang Standar Nasional Sistem Pendidikan Tinggi. Kompetensi Inti mencakupi unsur nilai spiritual, nilai sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Keempat unsur itu berfungsi sebagai organisator semua MKWU, baik Pendidikan Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, maupun Bahasa Indonesia. (2) Kompetensi
Dasar
(KD)
merupakan
kemampuan
spesifik
yang
isinya
mendeskripsikan kemampuan yang berkaitan dengan substansi mata kuliah, yang dalam hal ini mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai salah satu elemen Mata Kuliah Wajib Umum. Dalam konteks Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, Kompetensi Dasar sepadan dengan konsep dan posisi capaian pembelajaran. (3) Kompetensi Inti 1 dan 2 (KI 1 dan KI 2) dikembangkan secara koheren dan harmonis sebagai dampak pengiring (nurturant effects). KI 1 dan KI 2 secara filosofis berfungsi sebagai dasar aksiologis mata kuliah. (4) Kompetensi Inti 3 dan 4 (KI 3 dan KI 4) dikembangkan secara konsisten dan interaktif sebagai dampak instruksional. KI 3 dan KI 4 secara filosofis berfungsi sebagai dasar ontologis dan epistemologis mata kuliah.
(5) Kompetensi Inti 1, 2, 3, dan 4 secara bersama-sama merupakan entitas capaian pembelajaran dalam konteks utuh proses psikologis pedagogis/andragogis sebagai suatu proses pencapaian/perwujudan tujuan pendidikan nasional. (6) Dalam konteks materi kuliah Bahasa Indonesia, Kompetensi Dasar dijabarkan secara utuh, koheren, dan konsisten berdasarkan pada kerangka Kompetensi Inti 1, 2, 3, dan 4 yang kemudian dikembangkan dalam materi kuliah. (7) Kompetensi Dasar 1.1 sampai dengan 1.3 berfungsi untuk membangun sikap spiritual sivitas akademik terhadap keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Masa Esa. (8) Kompetensi Dasar 2.1sampai dengan 2.4 berfungsi untuk membangun sikap sosial dengan cara menunjukkan perilaku jujur, responsif, santun, tanggung jawab, peduli, disiplin, dan toleran atas keberagaman dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk menyampaikan teks akademik. (9) Kompetensi Dasar 3.1sampai dengan 3.4 bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan berbahasa Indonesia kepada sivitas akademik agar mereka mampu memahami struktur dan kaidah, membandingkan satu teks dengan teks lainnya, menganalisis, dan mengevaluasi teks-teks akademik. (10) Kompetensi Dasar 4.1sampai dengan 4.7 bertujuan untuk memberikan peningkatan keterampilan berpikir kritis untuk berbahasa Indonesia sesuai dengan norma bagi sivitas akademik agar mampu mengabstraksi, mengonsepkan, mengadaptasi, memproduksi, menyunting, mengombinasikan, dan mengaktualisasikan teks-teks akademik. Kompetensi berbahasa Indonesia seperti itu diperoleh melalui penerapan pendekatan saintifik.
7.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup isi buku Bahasa Indonesia: Ekspresi diri dan akademik untuk perguruan tinggi dapat dijabarkan menjadi pokok-pokok bahasan di bawah ini. (1) Hakikat Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan dan Bahasa Negara Membangun sikap positif terhadap bahasa Indonesia dan mengenal arti kebersamaan dalam keragaman suku bangsa yang ada di Indonesia, serta norma dan peluang penggunaan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi keilmuan.
(2) Mengeksplorasi Teks dalam Kehidupan Akademik (penanaman nilai dan hakikat bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan) Ruang lingkup ini meliputi pengenalan berbagai teks dalam genre akademik kepada mahasiswa agar mereka dapat bersikap lebih arif dan positif terhadap bahasa Indonesia yang digunakan di masyarakat akademik. (3) Menjelajah Dunia Pustaka Lingkup ini meliputi kegiatan memahami, membandingkan, menganalisis, dan mengevaluasi berbagai ulasan buku. Dengan kegiatan tersebut, mahasiswa diarahkan untuk terbiasa membuat ulasan buku. (4) Mendesain Proposal Penelitian dan Proposal Kegiatan Ruang lingkup ini meliputi pengabstraksian, pengonsepan, pengadaptasian, dan pemroduksian rancangan penelitian dan rancangan kegiatan. (5) Melaporkan Hasil Penelitian dan Hasil Kegiatan Dalam ruang lingkup ini, mahasiswa memberikan laporan hasil penelitian dan hasil kegiatan, baik dalam bentuk tulis maupun lisan. (6) Mengaktualisasikan Diri dalam Artikel Ilmiah Ruang lingkup ini mencakup berbagai upaya yang harus dilakukan mahasiswa untuk secara mandiri membangun sebuah teks akademik dalam bentuk artikel ilmiah. Artikel ilmiah yang diharapkan untuk dijadikan sarana ekspresi diri meliputi artikel penelitian, artikel konseptual, dan artikel ilmiah populer.
8.
Pembelajaran
Pembelajaran
bahasa
Indonesia
di perguruan
tinggi merupakan
proses
pembentukan miniatur kehidupan bahasa negara di masyarakat. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia ini, kampus menjadi arena utama pengembangan bahasa Indonesia sebagai identitas negara dan ekspresi diri bangsa yang lebih bermartabat. Oleh karena itu,
partisipasi
aktif
sivitas
akademik
diperlukan
untuk
menyusun
strategi
pengembangan metode pembelajaran bahasa Indonesia. Pendekatan pembelajaran aktif mendorong mahasiswa lebih banyak melakukan eksplorasi daripada hanya pasif menerima informasi pengetahuan dari pengajar. Keunggulan pembelajaran aktif tersebut ialah bahwa mahasiswa tidak hanya memperoleh pengetahuan
dan
keterampilan berbahasa
Indonesia, tetapi juga
berkesempatan mengembangkan sikap baik spiritual maupun sosial untuk bertindak
positif terhadap bahasa Indonesia. Proses pembelajaran aktif itu terdapat dalam implementasi pendekatan teks dengan tahapan: pembangunan konteks dan pemodelan teks, kerja sama membangun teks, serta kerja mandiri membangun teks. Proses pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks di perguruan tinggi ini diwujudkan sebagai aktivitas belajar dalam bentuk pembelajaran genre makro. Proses pembelajaran aktif tersebut dilakukan dengan menerapkan berbagai metode belajar, antara lain, sebagai berikut. (1) Pembelajaran Tematik Metode ini bertujuan untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap pembelajaran, dan pemikiran yang kreatif dalam menggunakan teks tertentu (tematik) untuk membangun sebuah konteks yang baru. (2) Pembelajaran Berbasis Saintifik Metode belajar ini mengutamakan kaidah-kaidah ilmiah, objektif, terukur, dan sistematis dalam melakukan pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu teks. (3) Pembelajaran Berbasis Proyek Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang berorientasi proses, relatif berjangka waktu, dan berfokus pada masalah tertentu. Metode ini mengedepankan kolaborasi dalam kelompok yang heterogen untuk merancang sebuah proyek tertentu. (4) Pembelajaran Berbasis Masalah Metode ini berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Dengan metode belajar ini, sivitas akademik disodorkan pada suatu masalah, yang kemudian melalui pemecahan masalah tersebut mereka dapat memperoleh keterampilan-keterampilan baru yang lebih mendasar. (5) Pembelajaran Kolaboratif Pembelajaran kolaboratif adalah suatu metode pembelajaran yang di dalam prosesnya, sivitas akademik, baik yang berasal dari disiplin ilmu yang sama maupun dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda, bekerja sama mengeksplorasi sebuah pertanyaan spesifik atau bekerja sama merancang sebuah proyek bersama. (6) Pembelajaran Berbasis Teks Pembelajaran berbasis teks atau pembelajaran berbasis genre mengandung makna bahwa teks beserta unsur-unsur di dalamnya menjadi bahan dasar pembelajaran.
Mahasiswa tidak hanya mempelajari isi dan kaidah-kaidah tentang teks, tetapi juga mempelajari nilai-nilai sosial yang terungkap di dalamnya.
9.
Pembelajaran Berbasis Teks
Pembelajaran berbasis teks juga disebut pembelajaran berbasis genre. Secara sempit genre diartikan sebagai jenis teks. Secara luas, genre didefinisikan sebagai “ a staged, goal-oriented social process” (Martin, 1985a; Martin, 1992), yaitu proses sosial yang berorientasi kepada tujuan yang dicapai secara bertahap. Genre merupakan “proses sosial” karena melalui genre atau teks anggota masyarakat berkomunikasi; genre “berorientasi kepada tujuan” karena orang menggunakan jenis teks tertentu untuk melakukan sesuatu, misalnya untuk memasak mi instan orang menggunakan teks prosedur; dan genre dikatakan “bertahap” karena untuk mencapai tujuannya, teks disusun dalam tahapan-tahapan (Martin & Rose, 2003:7-8). Tahapan-tahapan itu tidak lain adalah tahapan-tahapan pada struktur teks (Wiratno, 2014). Melalui tahapantahapan itulah tujuan sosial atau fungsi sosial teks dapat dicapai. Sebagai ilustrasi dapat disebutkan bahwa teks dengan genre eksposisi mempunyai tujuan sosial untuk menyampaikan gagasan agar gagasan itu diterima oleh pihak lain. Untuk itu, teks eksposisi disusun dengan struktur teks: pernyataan tesis^argumentasi^ pernyataan ulang tesis (Tanda ^ berarti diikuti oleh). Sementara itu, teks dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa yang dapat dimediakan secara tulis atau lisan yang ditata menurut struktur teks tertentu yang mengungkapkan makna secara kontekstual (Wiratno, 2003; Wiratno, 2009).
Dari
definisi itu, dapat diungkapkan bahwa teks tidak selalu berwujud bahasa tulis, sebagaimana telah lazim dipahami oleh khalayak, misalnya teks Pancasila yang sering dibacakan pada saat upacara. Teks dapat berwujud baik tulis maupun lisan. Bahkan dalam multimoda, teks dapat berwujud perpaduan antara teks lisan atau tulis dan gambar/animasi/film. Selain itu, dapat diungkapkan pula bahwa teks dimaknai melalui konteks.
9.1 Teks sebagai Bahan Dasar Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks di perguruan tinggi merupakan kelanjutan dari pendekatan yang sama di SMP/MTs dan SMA/MA. Teks dan fungsi sosialnya serta unsur-unsur kebahasaan yang dikandung di dalamnya
menjadi fokus kegiatan pembelajaran. Fungsi sosial teks itu sesungguhnya adalah tujuan teks tersebut. Sudah barang tentu unsur-unsur kebahasaan di dalam teks tidak lagi diajarkan secara terpisah-pisah, tetapi secara integratif dengan struktur teks dan fungsi/tujuan sosialnya. Dalam proses pembelajaran, perlu ditunjukkan bahwa unsurunsur dan struktur teks itu digunakan di dalam teks untuk memenuhi fungsi/tujuan sosialnya. Karena teks yang satu memiliki fungsi/tujuan sosial yang berbeda, teks yang berbeda juga memanfaatkan unsur-unsur kebahasaan dan struktur teks yang berbeda pula. Telah disampaikan di atas bahwa teks berada dalam konteks. Teks diliputi oleh dua konteks, yaitu konteks situasi dan konteks budaya. Konteks situasi berkenaan dengan penggunaan bahasa yang di dalamnya terdapat register yang melatarbelakangi lahirnya teks, yaitu adanya sesuatu (pesan, pikiran, gagasan, ide) yang hendak disampaikan ( field ); sasaran atau partisipan yang dituju oleh pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu (tenor ); dan format bahasa yang digunakan untuk menyampaikan atau mengemas pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu (mode). Terkait dengan format bahasa tersebut, teks dapat diungkapkan ke dalam berbagai jenis atau genre, misalnya deskripsi, laporan, prosedur, eksplanasi, eksposisi, diskusi, naratif, cerita petualangan, anekdot, dan lain-lain. Jenis-jenis itu tergolong ke dalam genre mikro dan sudah dipelajari di SMP atau MTs dan SMA atau MA. Di perguruan tinggi, pembelajaran dipusatkan pada genre makro (Lihat penjelasan pada E. 2). Konteks yang kedua adalah konteks budaya masyarakat tutur bahasa yang menjadi tempat jenis-jenis teks tersebut diproduksi. Konteks situasi merupakan konteks yang terdekat yang menyertai penciptaan teks, sedangkan konteks budaya lebih bersifat institusional dan global. Totalitas makna sebuah teks dapat dipahami dengan menggali situasi dan konteks budaya sekaligus. Konteks budaya yang dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi adalah konteks budaya akademik. Pada konteks yang demikian itulah diciptakan dan digunakan teks dengan ragam akademik.
9.2 Jenis-jenis Teks
Di atas telah dinyatakan bahwa jenis teks dimaknai sebagai genre dalam arti sempit. Genre sebagai jenis teks, dapat digolongkan menjadi genre faktual dan genre fiksional atau genre rekaan. Genre faktual adalah jenis teks yang dibuat berdasarkan
kejadian, peristiwa, atau keadaan nyata yang berada di sekitar lingkungan hidup. Genre fiksional adalah jenis teks yang dibuat berdasarkan imajinasi, bukan berdasarkan kenyataan yang sesungguhnya. Genre faktual meliputi: laporan, deskripsi, prosedur, rekon ( recount ), eksplanasi, eksposisi, dan diskusi. Sementara itu, genre fiksional mencakup: rekon, anekdot, cerita/naratif, dan eksemplum. Genre yang dipelajari pada mata kuliah Bahasa Indonesia adalah genre faktual, bukan genre fiksional. Di pihak lain, genre dapat dijelaskan dari sudut pandang makro dan mikro. Nama-nama genre yang disebutkan di atas: laporan, deskripsi, prosedur, rekon, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi (untuk yang faktual) dan rekon, anekdot, cerita/narartif, dan eksemplum (untuk genre fiksional) adalah nama-nama genre mikro. Kenyataannya, teks-teks yang dijumpai di masyarakat merupakan campuran dari beberapa genre mikro. Genre yang digunakan untuk menamai jenis teks itu secara keseluruhan disebut genre makro. Genre makro berfungsi sebagai payung yang membawahi genre-genre mikro yang ada di dalamnya. Sebagai contoh, dapat disebutkan teks editorial. Nama editorial sekaligus digunakan sebagai nama genre makro editorial. Di dalam editorial, mungkin ditemukan campuran genre mikro deskripsi, laporan, eksplanasi, dan rekon. Akan tetapi, sangat mungkin keseluruhan editorial itu hanya ditulis dengan genre eksposisi atau diskusi. Dengan demikian, nama genre makronya adalah editorial, dan nama genre mikro yang ada di dalamnya adalah genre eksposisi atau diskusi. (Lampiran 4)
9.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Teks
Pada pengajaran dan pembelajaran berbasis teks, terdapat empat tahap yang harus ditempuh (Rose & Martin, 2012), yaitu: (1)
tahap pembangunan konteks,
(2)
tahap pemodelan teks,
(3)
tahap pembuatan teks secara bersama-sama,
(4)
tahap pembuatan teks secara mandiri.
Keempat tahap itu berlangsung secara siklus. Dosen dapat memulai kegiatan belajar-mengajar dari tahap mana pun, meskipun pada umumnya tahap-tahap itu ditempuh secara urut. Selain itu, apabila kegiatan belajar-mengajar mengalami
kesulitan pada tahap tertentu, misalnya pembuatan teks secara bersama-sama, dosen boleh mengarahkan mahasiswa untuk kembali kepada tahap pemodelan. Setiap bab pada buku Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini terdapat empat bagian kegiatan belajar (A, B, C, dan D). Bagian A berkenaan dengan tahap pembangunan konteks, yang dimaksudkan sebagai langkah-langkah awal yang dilakukan oleh dosen bersama mahasiswa untuk mengarahkan pemikiran ke dalam pokok persoalan yang akan dibahas pada bab itu. Bagian B adalah tahap pemodelan, yaitu tahap yang berisi tentang pembahasan teks yang diberikan sebagai model pembelajaran. Pembahasan diarahkan kepada semua aspek kebahasaan yang membentuk teks itu secara keseluruhan. Bagian C adalah tahap pembangunan teks secara bersama-sama. Pada bagian ini, karena pada dasarnya mahasiswa belum dapat membangun teks secara mandiri, mahasiswa masih membutuhkan fasilitasi dari pihak lain. Fasilitasi itu dapat berasal dari dosen, teman sejawat, atau siapa pun. Dengan demikian, pada tahap ini mahasiswa bersama-sama mahasiswa lain dan dosen sebagai fasilitator menyusun kembali teks seperti yang ditunjukkan pada model. Tugas-tugas yang diberikan berupa semua aspek kebahasaan yang sesuai dengan ciri-ciri yang dituntut pada jenis teks yang dimaksud. Adapun Bagian D adalah tahap
belajar
mandiri.
Pada
tahap
ini,
mahasiswa
diharapkan dapat
mengaktualisasikan diri dengan menggunakan teks sesuai dengan jenis dan ciri-ciri seperti yang ditunjukkan pada model tanpa bantuan dari mana pun.
10. Penilaian
Penilaian yang diterapkan meliputi penilaian otentik, penilaian portofolio, dan penilaian diri. Selain itu, Tes Standar UKBI (Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia) dapat diberikan. (1) Penilaian otentik Penilaian terhadap teks yang dihasilkan oleh mahasiswa sesuai dengan model yang diberikan baik dari segi genre, struktur teks, maupun ciri-ciri kebahasaannya. (2) Portofolio Mahasiswa diminta untuk membuat rangkuman terhadap materi yang dipelajari dan membuat proyek sesuai dengan kebutuhan akademiknya. (3) Penilaian diri
Mahasiswa diminta untuk mengukur capaian dirinya sendiri dengan menentukan seberapa jauh ia telah menyelesaian sesuatu yang telah direncanakannya.
Sementara itu, Tes Standar UKBI digunakan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kemahiran mahasiswa dalam berbahasa Indonesia. Karena UKBI dikeluarkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, UKBI dapat dilakasanakan dengan bekerjasama dengan badan tersebut.
11. Dosen
Dosen yang diharapkan mengajarkan bahasa Indonesia memiliki kualifikasi seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Selain memiliki kompetensi tertentu, sebelum mengajar dosen seharusnya mendapatkan pelatihan terlebih dahulu.
Kualifikasi Dosen Pengampu Mata Kuliah Bahasa Indonesia Kualifikasi Akademik
Predikat UKBI
Magister Bahasa dan Sastra Indonesia
Sangat Unggul
Pelatihan Kebahasaan ≥ 40 jam
Magister Bahasa dan Sastra Non-Indonesia
Sangat Unggul
≥ 50 jam
Magister Non-Bahasa dan Sastra Indonesia
Sangat Unggul
≥ 60 jam
Lampiran:
(1) Rumusan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (2) Deskripsi Materi Buku Bahasa Indonesia: Ekpresi diri dan akademik untuk perguruan tinggi (D3, D4, dan Sarjana) (3) Rancangan Pembelajaran (4) Jenis-jenis Teks
Lampiran 1
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya sebagai pola hidup dalam konteks akademik, dan/atau profesi serta kehidupan.
1.1
Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan dan menggunakannnya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa 1.2 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam memahami, menerapkan, dan menganalisis informasi lisan dan tulis melalui teks akademik dalam genre makro ulasan buku, proposal penelitian/kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan artikel ilmiah 1.3 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai penghela ilmu pengetahuan dalam mengolah, menalar, dan menyajikan informasi lisan dan tulis melalui teks akademik dalam genre makro ulasan buku, proposal penelitian/kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan artikel ilmiah
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai, responsif dan pro-aktif), menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa, serta memosisikan diri sebagai agen transformasi masyarakat yang berakhlak mulia dalam membangun peradaban bangsa yang memancarkan nilai dan moral Pancasila, dan
2.1
Menunjukkan perilaku jujur, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk menyampaikan teks akademik dalam genre makro ulasan buku, proposal penelitian/kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan artikel ilmiah 2.2 Menunjukkan perilaku tanggung jawab dan peduli dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk memahami dan menyampaikan teks akademik dalam genre makro ulasan buku, proposal penelitian/ kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan artikel ilmiah 2.3 Menunjukkan perilaku disiplin dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk
KOMPETENSI INTI
membangun dunia yang sejahtera, aman, dan damai.
KOMPETENSI DASAR
memahami dan menyampaikan teks akademik dalam genre makro ulasan buku, proposal penelitian/kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan artikel ilmiah 2.4 Menunjukkan sikap toleransi atas keberagaman penutur bahasa dalam penggunaan bahasa Indonesia untuk memahami dan menyajikan teks akademik dalam genre makro ulasan buku, proposal penelitian, laporan penelitian, dan artikel ilmiah
3. Memahami, menerapkan, 3.1 Memahami struktur dan kaidah teks menganalisis, mengevaluasi, akademik dalam genre makro ulasan buku, dan mencipta pengetahuan proposal penelitian, laporan penelitian, dan faktual, konseptual, prosedural, artikel ilmiah dan metakognitif dengan 3.2 Mengulang teks akademik dalam genre wawasan kemanusiaan, makro ulasan buku, proposal penelitian/ kebangsaan, kenegaraan, dan kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan peradaban terkait berbagai artikel ilmiah fenomena dan kejadian, serta 3.3 Memeriksa teks akademik dalam genre menggunakannya pada bidang makro ulasan buku, proposal penelitian/ kajian yang spesifik sesuai kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan dengan bakat dan minatnya. artikel ilmiah 3.4 Membandingkan teks satu dengan teks lain dalam genre makro ulasan buku, proposal penelitian/kegiatan, laporan penelitian/ kegiatan, dan artikel ilmiah 3.5 Merumuskan teks akademik dalam genre makro ulasan buku, proposal penelitian/kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan artikel ilmiah 3.6 Menganalisis teks akademik dalam genre makro ulasan buku, proposal penelitian/ kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan artikel ilmiah 3.7 Mengevaluasi teks akademik dalam genre makro ulasan buku, proposal penelitian/ kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan artikel ilmiah
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
4. Mengolah, menalar, mencipta, 4.1 dan menyaji berbagai hal dalam ranah konkret dan abstrak secara mandiri serta bertindak secara efisien, 4.2 efektif, dan kreatif, serta menggunakannya sesuai kaidah keilmuan dan/atau keprofesian. 4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
Mengabstraksi teks akademik dalam genre makro ulasan buku, proposal penelitian/ kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan artikel ilmiah Mengonsepkan teks akademik dalam genre makro ulasan buku, proposal penelitian/ kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan artikel ilmiah Mengadaptasi teks akademik dalam genre makro ulasan buku, proposal penelitian/ kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan artikel ilmiah Memproduksi teks akademik dalam genre makro ulasan buku, proposal penelitian/ kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan artikel ilmiah Menyunting teks akademik dalam genre makro ulasan buku, proposal penelitian/ kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan artikel ilmiah Mengombinasikan teks akademik dalam genre makro ulasan buku, proposal penelitian/kegiatan, laporan penelitian/ kegiatan, dan artikel ilmiah Mengaktualisasikan teks akademik dalam genre makro ulasan buku, proposal penelitian/kegiatan, laporan penelitian/kegiatan, dan artikel ilmiah
Lamppiran 2 DESKRIPPSI MATERI MATA KULIAH WAJIB UMUM BAHASA INDONESIA: EKSPRESI DIRI DAN AKADEMIK UNTUK PERGURUAN TINGGI Desain Buku
Buku yang berjudul BAHASA INDONESIA: Ekspresi diri dan akademik untuk perguruan tinggi ini terdiri atas lima bab isi dan satu bab pendahuluan. Secara garis besar, masing-masing bab itu dapat diuraikan sebagai berikut.
Pendahuluan
Bab Pendahuluan berisi pengantar yang memberikan penjelasan secara umum tentang mata kuliah bahasa Indonesia. Mahasiswa diberi gambaran tentang hakikat bahasa, kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia (dibandingkan dengan bahasa daerah dan bahasa asing), kerangka konseptual, serta desain dan konsep pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks.
Bab I. Mengeksplorasi Berbagai Jenis Teks Akademik
Teks akademik atau teks ilmiah dapat berwujud dalam berbagai jenis, misalnya buku, ulasan buku, proposal penelitian, laporan penelitian, dan artikel ilmiah. Jenis jenis tersebut merupakan genre makro yang masing-masing di dalamnya terkandung campuran dari beberapa genre mikro seperti deskripsi, laporan, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi. Beragam genre mikro itu telah mahasiswa pelajari pada waktu mereka berada di bangku Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah. Bab ini mengajak mahasiswa untuk mengeksplorasi bagaimana berbagai jenis teks akademik berproses di lingkungan akademik mereka dan mengapa mereka memerlukan teks-teks tersebut untuk mengekspresikan diri. Untuk mencapai hal itu, mahasiswa diharapkan mempersiapkan diri untuk: (1) Menelusuri struktur dan kaidah teks akademik dalam genre makro untuk menguak kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan (2) Menanya alasan mengapa diperlukan teks akademik dalam genre makro (3) Menggali teks akademik dalam genre makro (4) Membangun argumen tentang teks akademik dalam genre makro (5) Menyajikan esensi dan urgensi teks akademik dalam genre makro (6) Membuat rangkuman tentang hakikat dan pentingnya teks akademik dalam genre makro (7) Membuat proyek belajar: (Proyek 1)
Bab II. Menjelajah Dunia Pustaka
Sebagai insan akademik, mahasiswa tentu harus membaca karya-karya ilmiah, antara lain buku. Pada saat mahasiswa membaca buku, mahasiswa harus mencernanya dengan seksama agar mahasiswa memahami isinya. Di pihak lain, mahasiswa perlu
mengkomunikasikan pemahaman mahasiswa itu dalam berbagai bentuk, misalnya ulasan buku. Pada bab ini, mahasiswa diminta untuk mencermati bagaimana mengkomunikasikan hasil membaca buku dalam bentuk ulasan buku. Dalam melaksanakan kegiatan belajar pada bab ini, mahasiswa diharapkan untuk: (1) Menelusuri teks akademik dalam genre makro ulasan buku (2) Menanya alasan mengapa diperlukan teks akademik dalam genre makro ulasan
buku (3) Menggali teks akademik dalam genre makro ulasan buku (4) Membangun argumen tentang teks akademik dalam genre makro ulasan buku (5) Menyajikan argumen pada teks akademik dalam genre makro ulasan buku (6) Membuat rangkuman tentang teks akademik dalam genre makro ulasan buku (7) Melakukan presentasi dan menyerahan tugas (8) Membuat proyek belajar lanjut: (Proyek 2)
Bab III. Mendesain Penelitian dan Kegiatan
Mahasiswa adalah ilmuwan pemula. Sebagai ilmuwan, mahasiswa mempunyai tugas untuk melakukan penelitian. Agar penelitian dapat dilakukan dengan baik dan terarah, penelitian perlu didesain menurut tata cara yang berlaku. Bab ini mengarahkan mahasiswa untuk membuat desain penelitian yang baik. Selain itu, mahasiswa juga harus dapat merancang kegiatan, karena di lingkungan akademiknya, mahasiswa melakukan banyak kegiatan nonpenelitian. Dalam hal ini, mahasiswa diajak untuk: (1) Menelusuri teks akademik dalam genre makro proposal penelitian dan proposal
kegiatan (2) Menanya alasan mengapa diperlukan teks akademik dalam genre makro proposal
penelitian dan proposal kegiatan (3) Menggali teks akademik dalam genre makro proposal penelitian dan proposal
kegiatan (4) Membangun argumen tentang teks akademik dalam genre makro proposal
penelitian dan proposal kegiatan (5) Menyajikan teks akademik dalam genre makro proposal penelitian dan proposal
kegiatan
(6) Membuat rangkuman tentang teks akademik dalam genre makro proposal penelitian
dan proposal kegiatan (7) Melakukan presentasi dan menyerahkan tugas (8) Membuat proyek belajar lanjut: (Proyek 3)
Bab IV. Melaporkan Hasil Penelitian dan Hasil Kegiatan
Hasil penelitian dan hasil yang telah mahasiswa lakukan perlu mahasiswa komunikasikan ke berbagai pihak dalam bentuk laporan penelitian dan laporan kegiatan. Agar laporan penelitian dan laporan kegiatan mahasiswa dapat dipahami oleh pihak lain, laporan itu harus mahasiswa susun menurut tata cara yang berlaku secara akademik, baik dari segi isi maupun bahasa yang digunakan. Melalui bab ini, mahasiswa akan belajar bagaimana melaporkan hasil penelitian dan hasil kegiatan. Kemampuan untuk membuat laporan yang baik dapat mahasiswa raih dengan: (1) Menelusuri teks akademik dalam genre makro laporan hasil penelitian dan hasil
kegiatan (2) Menanya alasan mengapa diperlukan teks akademik dalam genre makro laporan
hasil penelitian dan hasil kegiatan (3) Menggali teks akademik dalam genre makro laporan hasil penelitian dan hasil
kegiatan (4) Membangun argumen tentang teks akademik dalam genre makro laporan hasil
penelitian dan hasil kegiatan (5) Menyajikan teks akademik dalam genre makro laporan hasil penelitian dan hasil
kegiatan (6) Membuat rangkuman tentang teks akademik dalam genre makro laporan hasil
penelitian dan hasil kegiatan (7) Melakukan presentasi dan menyerahkan tugas (8) Membuat proyek belajar lanjut: (Proyek 4)
Bab V. Mengaktualisasikan Diri melalui Artikel Ilmiah
Laporan penelitian sebagaimana yang telah mahasiswa buat di Bab IV dapat dituangkan ke dalam artikel ilmiah. Pada dasarnya, artikel ilmiah yang demikian itu merupakan laporan penelitian yang disajikan dalam bentuk artikel ilmiah. Artikel jenis ini disebut artikel penelitian, yaitu artikel yang didasarkan pada penelitian. Jenis artikel
lainnya adalah artikel konseptual, yaitu artikel sebagai hasil pemikiran secara konseptual. Artikel jenis yang kedua ini tidak merupakan laporan penelitian. Pada bab ini, mahasiswa diajak untuk menyelami bagaimana memformulasikan artikel ilmiah, baik artikel penelitian maupun artikel konseptual (termasuk artikel ilmiah populer). Pada bab ini, mahasiswa diarahkan untuk: (1) Menelusuri teks akademik dalam genre makro artikel ilmiah (2) Menanya alasan mengapa diperlukan teks akademik dalam genre makro artikel
ilmiah (3) Menggali teks akademik dalam genre makro artikel ilmiah (4) Membangun argumen tentang teks akademik dalam genre makro artikel ilmiah (5) Menyajikan teks akademik dalam genre makro artikel ilmiah (6) Membuat rangkuman tentang teks akademik dalam genre makro artikel ilmiah (7) Melakukan presentasi dan menyerahkan tugas (8) Membuat proyek belajar lanjut: (Proyek 5)
Lampiran 3
RANCANGAN PEMBELAJARAN MKWU BAHASA INDONESIA
1. Tujuan
Setelah akhir perkuliahan MKWU Bahasa Indonesia ini, mahasiswa dapat mengaktualisasi diri melalui bahasa akademik dalam berbagai genre makro untuk menanya, mengobservasi, mengeksplorasi, menilai, menganalisis, mencipta, dan mengomunikasikan karya akademik (yang meliputi ulasan buku, proposal penelitian, proposal kegiatan, laporan penelitian, laporan kegiatan, dan artikel ilmiah), baik secara tulis maupun lisan.
2. Deskripsi Materi
Tatap Muka
Materi
1.
Pengertian, fungsi, dan ciri-ciri leksikogramatika teks akademik dalam bahasa Indonesia di perguruan tinggi
2.
Jenis-jenis teks akademik dalam berbagai genre makro
3.
Pengertian genre makro ulasan buku
4.
Struktur teks, hubungan genre, dan leksikogramatika ulasan buku
5.
Pengertian genre makro proposal penelitian
6.
Struktur teks, hubungan genre, dan leksikogramatika proposal penelitian
7.
Pengertian genre makro proposal kegiatan
8.
Struktur teks, hubungan genre, dan leksikogramatika proposal kegiatan
9.
Pengertian genre makro laporan penelitian
10.
Struktur teks, hubungan genre, dan leksikogramatika laporan penelitian
11.
Pengertian genre makro laporan kegiatan
12.
Struktur teks, hubungan genre, dan leksikogramatika laporan kegiatan
13.
Pengertian genre makro artikel ilmiah
14.
Struktur teks, hubungan genre, dan leksikogramatika artikel ilmiah
Keterangan
3. Daftar Pustaka
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Bahasa Indonesia: Ekspresi diri dan akademik untuk Perguruan tinggi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (Sumber pustaka yang lain menyusul, dan ini merupakan bagian tugas pencarian yang diberikan kepada mahasiswa).
Lampiran 4 JENIS-JENIS TEKS
Genre sebagai jenis teks, dapat digolongkan menjadi genre faktual dan genre fiksi atau rekaan. Genre faktual adalah jenis teks yang dibuat berdasarkan kejadian, peristiwa, atau keadaan nyata yang berada di sekitar lingkungan hidup. Genre fiksi adalah jenis teks yang dibuat berdasarkan imajinasi, bukan pada kenyataan yang sesungguhnya. Genre faktual meliputi: laporan, deskripsi, prosedur, rekon ( recount ), eksplanasi, eksposisi, dan diskusi. Di pihak lain, genre fiksi mencakup: rekon, anekdot, cerita/narartif, dan eksemplum.
1. Jenis Teks Faktual
Genre faktual adalah genre yang dihasilkan berdasarkan kenyataan, yang meliputi: deskripsi, laporan, prosedur, penceritaan, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi. Sementara itu, genre cerita adalah genre fiksi yang dihasilkan berdasarkan rekaan. Genre cerita meliputi penceritaan, anekdot (anecdote), eksemplum (exemplum), dan naratif (narrative).
1.1
Laporan
Teks laporan mempunyai fungsi sosial untuk membuat klasifikasi mengenai sesuatu. Dengan klasifikasi, hal yang dilaporkan itu dapat digolongkan ke dalam kelas atau subkelas tertentu. Adapun struktur teks yang digunakan adalah “Pernyataan Umum atau Klasifikasi^ Anggota/Aspek yang Dilaporkan”.
Harimau Pernyataan Umum atau Klasifikasi
Harimau ( Panthera tigris) digolongkan ke dalam mamalia, yaitu binatang yang menyusui. “Kucing besar” itu adalah hewan pemangsa dan pemakan daging.
Harimau dapat mencapai tinggi 1,5 meter, panjang 3,3 meter, dan Anggota/Aspek yang Dilaporkan berat 300 kilogram. Bulunya berwarna putih dan cokelat keemasemasan dengan belang atau loreng berwarna hitam. Gigi taringnya kuat dan tajam untuk mengoyak daging. Kakinya berjumlah empat dengan cakar yang kuat untuk menerkam mangsanya.
Harimau mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Harimau dapat hidup di hutan, padang rumput, dan daerah payau atau hutan bakau. Di Indonesia harimau dapat ditemukan di hutan dan hutan bakau di Pulau Sumatera dan Jawa. Harimau termasuk hewan penyendiri, tetapi mempunyai wilayah yang amat luas untuk berburu mangsa. Wilayahnya dapat mencapai kawasan perdesaan. Populasi harimau cenderung menurun karena sering diburu manusia. Oleh karena itu, harimau saat ini termasuk binatang yang dilindungi pemerintah agar tidak punah. Harimau menjadi pusat perhatian dalam dunia sastra, seni, dan olahraga. Harimau sering dijadikan tokoh dalam cerita rakyat, objek untuk foto atau gambar, dan maskot dalam olahraga. (Dari: Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik , 2013: 18) 1.2
Deskripsi
Fungsi sosial teks deskripsi adalah untuk menguraikan sesuatu secara individual menurut
ciri-ciri
fisiknya. Untuk
itu,
struktur
teks
yang
digunakan untuk
mengorganisasikannya adalah “Pernyataan Benda yang Dideskripsikan^Bagian yang Dideskripsikan”.
Harimau di Kebun Binatang A Pernyataan Benda yang Dideskripsikan
Harimau yang ada di Kebun Binatang A berbeda dengan harimau pada umumnya. Harimau yang diberi nama “Gagah” itu tidak tampak gagah.
Bagian-Bagian yang Dideskripsikan
Badannya kurus, matanya tidak tajam, dan keadaannya lemas seakan-akan empat kakinya tidak sanggup menopang tubuhnya untuk berdiri tegak. Rupanya Gagah tidak terawat. Binatang pemangsa itu tampak kurang makan. Kecuali itu, Gagah tidak tampak buas. Ia juga tidak memperhatikan bahwa di sekitar kandangnya terdapat banyak pengunjung yang melihatnya. Gagah tampak lesu dan malas bergerak. Gagah hanya diam meskipun situasi di sekitarnya hiruk-pikuk. Kandangnya pun tidak nyaman untuk Gagah. Lantainya kotor, dindingnya kusam, atapnya bocor, dan pintunya yang terbuat dari besi itu juga tidak kukuh. (Dari: Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik , 2013: 171)
1.3
Prosedur
Teks yang tergolong ke dalam genre ini mempunyai fungsi sosial untuk memberikan petunjuk mengenai cara mengerjakan sesuatu. Petunjuk itu merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh agar pekerjaan itu dapat diselesaikan. Pada petunjuk pengerjaan sesuatu atau pengoperasian sebuah alat, langkah-langkah yang dimaksud merupakan langkah-langkah bersyarat, yaitu langkah-langkah yang terdahulu menentukan langkah-langkah yang kemudian, sehingga apabila langkah-langkah itu tidak ditempuh secara urut, barang yang dibuat itu tidak jadi atau alat yang dioperasikan tersebut tidak dapat beroperasi. Teks prosedur mempunyai struktur teks sebagai berikut: “Tujuan^Langkah-langkah”.
Tujuan
Cara Menggunakan Kartu ATM Kartu ATM adalah salah satu fasilitas penting bagi nasabah sebuah bank. Dengan kartu ATM, seorang nasabah bisa dengan mudah melakukan transaksi penting. Transaksi penting melalui ATM itu, antara lain, adalah (1) transfer uang antarbank, baik bank yang sama maupun yang berbeda; (2) penarikan uang tunai; (3) pembayaran tagihan, misalnya listrik atau telepon; (4) pengecekan saldo tabungan; (5) belanja atau pembayaran di kasir di tempat-tempat tertentu, misalnya swalayan; (6) pengisian pulsa telepon seluler; (7) pembayaran tiket pesawat.
Langkahlangkah
1. Perhatikan panduan ini baik-baik agar tujuan menggunakan ATM tercapai. 2. Setelah memasuki ruang mesin ATM, masukkan kartu ATM (lihat jangan sampai terbalik, bagian sisi kiri yang harus dimasukkan terlebih dahulu). Pada kartu ATM tertentu biasanya ada tanda panah. Tanda panah itulah sisi yang harus dimasukkan terlebih dahulu. Setelah memasukkan kartu ATM, tunggu 54 Kelas X sampai layar meminta pilih bahasa. Jika ingin menggunakan bahasa Indonesia, pilihlah bahasa Indonesia. 3. Kemudian, Anda masukkan nomor PIN (personal identification number) rahasia Anda setelah di layar tertera masukkan nomor PIN Anda. Pastikan jangan sampai ada yang mengintip, sebaiknya rapatkan tubuh Anda ke mesin ATM. Setelah memasukkan nomor PIN dengan benar,
pilihlah transaksi yang diinginkan dengan menekan tombol yang ada di sisi layar lurus dengan menu transaksi yang ingin dipilih, misalnya penarikan tunai atau transaksi lainnya untuk melihat layanan transaksi yang lain. Ikuti perintah selanjutnya sesuai dengan yang tertera di layar. Masukkan jumlah uang yang akan ditarik (kelipatan Rp50.000,00 atau Rp100.000,00) jika Anda ingin menarik uang. Anda tidak bisa menarik uang dari ATM dengan jumlah, seperti Rp22.750. Berbeda dengan saat Anda mentransfer uang, jumlah berapa saja dimungkinkan. Ambillah uang yang keluar dari lubang uang yang ada di bagian bawah. Jika tidak diambil, mesin ATM akan menunggu perintah Anda selanjutnya. Adakalanya di ATM bank yang berbeda pada transaksi penarikan uang justru Anda diminta mengambil kartu ATM terlebih dahulu. Perhatikan saja perintah yang ada di layar. 4. Jika transaksi selesai, jawablah pertanyaan bahwa Anda selesai bertransaksi sesuai dengan menu yang tertera di layar. Tunggu sampai keluar kertas bukti transaksi dan ambil. Pada transaksi penarikan uang adakalanya mesin ATM tidak mengeluarkan tanda bukti. Perhatikan saja keterangan yang tertera di layar. Setelah itu, kartu akan keluar dengan sendirinya. Ambil kartu Anda dan transaksi berhasil. ( Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik , 2013: 53-54) 1.4
Rekon
Fungsi sosial teks rekon adalah untuk mebangkitkan atau menghidupkan pengalaman nyata di masa lampau agar tercipta semacam hiburan bagi pembaca atau pendengar. Dengan teks penceritaan, pencipta teks dapat berbagi pengalaman dengan pembaca atau pendengar. Teks penceritaan disusun dengan tata organisasi “Orientasi^ Urutan Peristiwa^Reorientasi”. Pada struktur teks tersebut, “Reorientasi” merupakan tahap struktur yang bersifat pilihan.
Pariwisata ke Parang Tritis Orientasi
Minggu lalu, saya dan keluarga saya berpariwisata ke Parang Tritis. Parang Tritis adalah pantai di Samodra Indonesia yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Urutan Peristiwa
Pagi-pagi betul, kami semua telah dibangunkan. Sebelum berangkat, ibu mempersiapkan makanan untuk bekal, ayah memanasi mobil, saya dan adik saya menyiapkan kebutuhan kami masing-masing.
Di Parang Tritis, kami bermain-main di hamparan pasir. Kami berkejar-kejaran. Kemudian, kami bermain layang-lanyang. Setelah itu, kami naik kuda, mengelilingi pantai. Begitu matahari condong ke barat, kami semua lelah. Tiba saatnya kami membuka bekal dan makan bersama. Reorientasi (Pilihan) 1.5
Meskipun lelah, kami semua merasa berbahagia.
Eksplanasi
Teks eksplanasi mempunyai fungsi sosial untuk menjelaskan proses terjadinya sesuatu menurut prinsip-prinsip sebab-akibat. Untuk memenuhi fungsi tersebut, teks eksplanasi disusun dengan struktur teks “Pernyataan Umum^Urutan Sebab Akibat”.
Bagaimana Binatang Dapat Punah? Pernyataan Umum
Binatang tertentu menjadi langka dan terancam punah sebagai akibat dari perubahan kondisi alam, binatang pemangsa, dan perburuan yang dilakukan oleh manusia.
Urutan SebabAkibat
Pertumbuhan penduduk di bumi ini menimbulkan bertambahnya permukiman, pabrik, perkantoran, dan lain-lain. Pembangunan permukiman, pabrik, dan perkantoran itu dilakukan dengan memanfaatkan wilayah hutan tempat berbagai jenis binatang hidup. Ketika hutan dirusak untuk tujuan-tujuan tersebut, habitat atau wilayah tempat binatang-binatang itu hidup akan berkurang. Hal itu menyebabkan ketersediaan pangan untuk binatang binatang itu berkurang. Perubahan kondisi alam yang demikian itu menyebabkan kepunahan beberapa spesies binatang yang hidup di hutan tersebut.
Urutan SebabAkibat
Binatang pemangsa atau predator juga dapat mengurangi jumlah spesies binatang tertentu. Jumlah binatang terus berkurang karena binatang tertentu memangsa binatang yang lain. Dalam habitat yang terus 176 Kelas X menyempit, persaingan hidup di antara berbagai jenis binatang menjadi makin ketat. Binatang yang lemah menjadi mangsa binatang yang lebih kuat. Karena hewan tertentu memangsa binatang yang lain, jumlah binatang yang dimangsa menjadi terus-menerus berkurang hingga akhirnya punah.
Urutan SebabAkibat
Manusia ikut menyumbang kepunahan binatang karena manusia memburu jenis binatang tertentu tanpa kendali. Perburuan dilakukan untuk mendapatkan daging untuk dimakan oleh manusia atau untuk tujuan perdagangan binatang secara tidak sah
atau untuk dibunuh agar bagian tubuhnya dapat dijual dengan harga mahal. Misalnya, gajah diburu untuk diambil gadingnya, harimau diburu untuk diambil kulitnya, kura-kura diburu untuk diambil cangkangnya. Jumlah binatang itu terus berkurang. Perburuan binatang secara tidak terkendali dapat menyebabkan jenis binatang tertentu punah.
( Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik , 2013: 174-175) 1.6
Eksposisi
Teks eksposisi adalah teks yang berisi gagasan pribadi atau usulan mengenai sesuatu. Teks eksposisi juga sering disebut argumentasi satu sisi. Dikatakan demikian karena pencipta teks ini mempertahankan gagasan atau usulannya berdasarkan argumentasi yang ia yakini benar tanpa membandingkannya dengan argumentasi dari pihak lain. Terdapat dua macam eksposisi, yaitu eksposisi analitis dan eksposisi hortatoris. Sesuai dengan kedua jenis eksposisi tersebut, fungsi sosial teks eksposisi adalah untuk mengajukan argumentasi bahwa sesuatu itu benar adanya (untuk eksposisi analitis) atau bahwa sesuatu yang diusulkan itu harus dilakukan (untuk eksposisi hortatoris). Eksposisi analitis berkenaan dengan konsep atau teori tentang sesuatu, sedangkan eksposisi hortatoris berkenaan dengan tindakan yang perlu dilakukan atau kebijakan yang perlu dibuat. Diterima atau tidaknya gagasan atau usulan tersebut oleh pihak lain bergantung kepada kuat atau tidaknya argumentasi yang diajukan. Teks
eksposisi
disusun
dengan
struktur
teks
“Pernyataan
Pendapat
^Argumentasi^Peprnyataan Ulang Pendapat”.
Pemimpin Sosial dan Politik Tidak Harus Mempunyai Pendidikan Formal yang Tinggi Pernyataan Pendapat
Sudah diketahui oleh semua orang bahwa pendidikan formal itu penting. Akan tetapi, apakah seseorang akan menjadi pemimpin sosial atau pemimpin politik yang bagus pada kemudian hari tidak selalu ditentukan oleh pendidikan formalnya. Diyakini bahwa pengalaman juga menjadi faktor penentu untuk menuju kesuksesan.
Argumentasi
Betul bahwa pendidikan formal memberikan banyak manfaat kepada para calon pemimpin atau calon orang terkemuka, tetapi pelajaran yang mereka peroleh dari pendidikan formal tidak selalu
dapat diterapkan di masyarakat tempat mereka menjadi pemimpin atau menjadi orang terkenal di kemudian hari. Kenyataan bahwa di sekolah dan di perguruan tinggi, orang hanya “mempelajari” teori, sedangkan di masyarakat, orang betul-betul belajar untuk hidup melalui beraneka ragam pengalaman. Pengalaman semacam inilah yang menghasilkan orang-orang terkemuka, termasuk pemimpin sosial dan politik. Orang-orang terkemuka dan pemimpin-pemimpin itu lahir dari hal-hal yang mereka pelajari di masyarakat. Sekadar menyebut contoh orang terkemuka atau pemimpin sosial dan politik, kita dapat menunjuk beberapa nama. Almarhum Adam Malik, konon ia hanya menyelesaikan jenjang pendidikan dasar tertentu, diangkatmenjadi Wakil Presiden Indonesia bukan karena pendidikan formalnya, melainkan karena kapasitas yang ia dapatkan dari belajar secara otodidak. Almarhum Hamka adalah contoh pemimpin lain yang lahir dari caranya belajar sendiri. Ia juga menjadi pemimpin agama dan sastrawan terkenal sekaligus karena pengalaman belajar pribadinya, bukan karena pendidikan formalnya yang tinggi. Bahkan, Einstein tidak mempunyai reputasi pendidikan formal yang bagus, tetapi melalui usahanya untuk belajar dan melakukan penelitian sendiri di masyarakat, ia terbukti menjadi ahli fisika yang sangat termasyhur di dunia. Pernyataan Ulang Pendapat
Dengan demikian, jelaslah bahwa melalui pendidikan formal orang hanya mempelajari cara belajar, bukan cara menjalani hidup. Meskipun pendidikan formal diperlukan, pendidikan formal bukan satu-satunya jalan yang dapat ditempuh oleh setiap orang untuk menuju ke puncak kesuksesannya.
(Diadaptasi dari Kiat Menulis Karya Ilmiah dalam Bahasa Inggris , 2003: 61-62; Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik , 2013: 103-104) 1.7
Diskusi
Fungsi sosial teks diskusi adalah untuk menyatakan kontroversi sebuah isu dari dua sudut pandang. Meskipun kedua sudut pandang itu dibeberkan secara seimbang, pencipta teks dapat berdiri di salah satu sudut pandang atau bersikap netral terhadap isu yang dimaksud. Apabila pencipta teks berada di salah satu sisi, pembaca atau pendengar diharapkan mengikutinya, tetapi apabila ia bersikap netral, pembaca atau pendengar diberi kebebasan untuk memilih sendiri sudut pandang yang dianggap benar.
Teks diskusi disusun dengan struktur teks “Isu^Argumentasi Mendukung^ Argumentasi Menentang^Simpulan/Rekomendasi”. Secara umum, ciri-ciri linguistik teks diskusi hampir sama dengan teks eksposisi.
Energi Nuklir harus Dihindari demi Keamanan Lingkungan Isu
Argumentasi Mendukung
Argumentasi Menentang
Energi nuklir pada umumnya ditawarkan sebagai alternatif untuk mengatasi krisis energi. Debat apakah penggunaan energi nuklir adalah pilhan yang tepat belum berakhir. Sejumlah orang setuju dengan penggunaan nuklir karena manfaatnya. Namun demikian, sejumlah orang yang lain tidak setuju karena resikonya terhadap lingkungan terlalu besar. Orang-orang yang setuju dengan pengoperasian rektor nuklir biasanya berargumentasi bahwa energi yang diproduksi dari reaktor nuklir dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Reaktor tersebut dapat memproduksi radioisotop yang dimanfaatkan di bidang medis, industri, dan pertanian. Mereka juga mengklain bahwa energi nuklir adalah satu-satunua pilihan yang layak untuk menjawab kebutuhan energi yang terusmenerus bertambah. Menurut mereka, sumber-sumber energi yang lain: minyak, batubara, dan gas alam cair tidak terbarukan dan tidak aman, sedangkan energi nuklir dapat diproduksi secara berkelanjutan dengan cara yang aman. Sejumlah pejabat pemerintah juga mengemukakan bahwa energi jenis ini adalah energi yang paling aman dalam kaitannya dengan lingkungan dibandingkan dengan energi yang takterbarukan yang disebutkan di atas. Mereka mengklaim bahwa reaktor tersebut beroperasi atas basis dengan kebocoran nol, yang berarti bahwa materi sisa diproses sehingga tidak ada sisa yang dibuang ke lingkungan. Selain itu, mereka yakin, energi nuklir tidak akan pernah menyebabkan polusi, tetapi energi yang lain, khususnya minyak dan batubara, betul-betul menyebabkan polusi. Namun demikian, orang-orang yang tidak setuju dengan penggunaan energi nuklir, di pihak lain, terus-menerus mengkritik bahwa memilihnya sebagai alternatif yang paling bagus untuk mengatasi kebutuhan energi yang terus bertambah adalah bodoh. Kebodohan itu dapat dilihat dari pertanyaan mengapa mereka tertarik kepada tenaga nuklir pada saat masih terdapat berlimpahnya sumber-sumber energi alam: minyak, batubara, hidroelectrik, termo, dan sebagainya. Dalam reaksinya terhadap lingkungan, mereka menambahkan bahwa pengoperasian tenaga nuklir tidak masuk di akal. Sejumlah LSM yang memusatkan perhatian kepada usaha untuk menyelamatkan lingkungan berargumentasi bahwa produk sisa tenaga nuklir betul-betul menghancurkan lingkungandan kehidupan manusia. Di pihak lain, betul bahwa
Simpulan/ Rekomentdasi
jenis energi yang lain seperti minyak dan batubara menyumbang polusi lingkungan, tetapi sumbangan energi seperti itu masih dapat ditoleransi. Juga betul bahwa reaktor nuklir menyediakan energi dalam jumlah besar, tetapi sumbangan energi nuklir untuk menghancurkan lingkungan dan kehidupan tdak dapat ditoleransi. Kebocoran pada sebuah reaktor, misalnya, mengakibatkan kontaminasi tanah dan air di bawah inti nuklir, yang membuat kehidupan manusia tidak memungkinkan sampai sejauh bermil-mil di sekitarnya. Reaktor itu juga berbahaya bagi kehidupan karena kebocoran radiasinya. Dalam hal ini, sering dikatakan bahwa di bawah kontrol yang bagus tidak ada produk sisa pecahan dimungkinkan untuk bocor keluar dari reaktor. Akan tetapi siapa dapat menjamin ini? Jelaslah bahwa energi nuklir harus dihindari karena energi nuklir itu membahayakan lingkungan. Jika kita bersikukuh untuk menggunakannya, sementara itu radiasinya dikontrol dengan sangat lemah, maka hal itu akan membunuh kita sendiri cepat atau lambat. Pemerintah harus betul-betul memperhatikan kenyataan itu dan merevisi pilihan tersebut.
(Diadaptasi dari Kiat Menulis Karya Ilmiah dalam Bahasa Inggris , 2003: 66-67) 2. Jenis Teks Fiksi
Seperti telah dinyatakan di atas bahwa genre cerita adalah genre rekaan. Isi teks tidak didasarkan pada kenyataan yang sesungguhnya.
2.1
Rekon
Teks penceritaan pada genre cerita sama dengan teks penceritaan pada genre faktual. Perbedaannya terletak pada isi yang dimuat. Di bawah genre faktual, teks penceritaan didasarkan pada peristiwa nyata, tetapi di bawah genre cerita, teks penceritaan didasarkan pada peristiwa dalam khayalan. Karena pada dasarnya kedua genre penceritaan tersebut sama, struktur teks dan ciri-ciri linguistiknya pun juga sama. Untuk itu, Anda dapat melihat kembali pembicaraan tentang teks penceritaan pada genre faktual di atas.
Kejadian di Rumah Susun Orientasi
Hari-hari berjalan seperti biasa.Tetangga sepasang suami isteri yang tinggal di lantai bawah saya tadi malam menyelenggarakan pesta bersama teman-teman mereka.
Urutan Peristiwa
Mereka berkumpul dan beramai-ramai, tetapi hal itu tidak terlalu mengganggu, meskipun Jane, isteri saya, terbangun berkali-kali. Akan tetapi, di pagi harinya, ketika saya membuka pintu garasi di lantai dasar, saya tidak dapat mengeluarkan mobil dari garasi, karena di depan pintu terdapat mobil lain yang menutupi separo jalan keluar. Padahal, saya harus mengantarkan Jane ke kantornya. Dugaan saya, itu pasti mobil tamu yang datang ke pesta tadi malam. Ternyata mobil tersebut bukan milik tamu. Saya menanyakannya ke sepasang suami isteri itu, tetapi mereka tidak tahu pemiliknya. Lalu saya menelpon polisi. Ketika polisi datang, polisi itu tidak dapat berbuat apa-apa kecuali memberikan surat tilang yang diselipkan di wiper depan. Betul betul sia-sia. Kami dengan susah payah mendorong mobil itu agar sedikit bergeser.
Reorientasi
Akhirnya, saya dapat mengeluarkan mobil dan mengantarkan Jane ke tempat kerja. (Diadaptasikan dari English Text: System and Structure, 1992:)
2.2
Anekdot
Teks anekdot adalah teks rekaan yang berisi peristiwa yang membuat jengkel atau konyol bagi partisipan yang mengalaminya. Secara interpersonal, perasaan jengkel dan konyol seperti itu merupakan krisis yang ditanggapi dengan reaksi dari pertentangan antara aman/tidak aman, puas/frustrasi, dan tercapai/gagal. Struktur teks anekdot adalah “Abstrak^Orientasi^Krisis^Reaksi^Koda”.
Kejadian di Rumah Susun Abstrak
Saya tinggal di rumah susun. Saya mempunyai pengalaman yang memalukan tadi pagi.
Orientasi
Tetangga sepasang suami isteri yang tinggal di lantai bawah saya tadi malam menyelenggarakan pesta bersama teman-teman mereka. Tadi malam mereka sangat gaduh, tetapi tidaklah mengapa. Isteri saya terbangun berkali-kali.
Krisis
Lalu tadi pagi terdapat sebuah mobil diparkir di depan jalan keluar kami. Saya mengira bahwa mobil itu milik seseorang yang ikut pesta tadi malam. Saya mengetuk pintu tetangga saya itu. Saya ketuk pintunya berkali-kali, tetapi tak seorang pun keluar. Saya kira mereka masih tertidur karena mereka berpesta-pora sampai larut malam, sehingga saya ketuk-ketuk terus dengan keras: pintu, jendela, dan apa pun yang dapat saya ketuk dalam
jangkauan. Akhirnya, seorang laki-laki terbangun dan melongok keluar jendela. Saya menjelaskan persoalan yang terjadi. Ternyata, pesta tadi malam itu bukan pestanya. Rumah susun ini terbagi menjadi dua sisi, dan itu adalah pesta orang yang tinggal di sisi sebelah belakang. Reaksi
Lelaki itu terlihat tidak berkenan, karena ia juga tidak dapat tidur semalam, terganggu oleh pesta tetangga di sisi sebelah lain itu!
Koda
Saya masih belum tahu mobil siapa yang menghalangi jalan keluar kami itu.
2.3
Eksemplum
Teks eksemplum adalah teks rekaan yang berisi insiden yang menurut partisipannya tidak perlu terjadi. Secara interpersonal, partisipan menginginkan insiden itu dapat diatasi, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Struktur teksnya adalah “Abstrak^Orientasi^ Insiden^Interpretasi^Koda”.
Abstrak
Saya mempunyai pengalaman gila pagi tadi.
Orientasi
Tetangga sepasang suami isteri yang tinggal di lantai bawah saya tadi malam menyelenggarakan pesta bersama teman-teman mereka. Tadi malam mereka sangat gaduh, tetapi tidaklah mengapa. Isteri saya terbangun berkali-kali.
Insiden
Pagi tadi, ada sebuah mobil yang diparkir di depan pintu garasi, sehingga menghalangi pintu keluar mobil saya. Saya kira mobil itu milik seseorang yang mengikuti pesta tadi malam. Saya mengetuk pintu tetangga itu dan menanyakan hal ini kepada mereka, tetapi mereka tidak tahu. Saya bertanya kepada tentangga yang lain, sebelum saya menelpon polisi, dengan harapan polisi dapat menindak pemilik mobil dan menyingkirkanya.
Interpretasi
Namun demikian, meskipun polisi itu datang dengan cepat, polisi itu tidak dapat berbuat banyak. Polisi itu hanya dapat memberikan surat tilang yang diselipkan di wiper depan. Pengalaman ini sungguh gila. Seseorang memarkir mobil di depan pintu garasi dan menghalangi jalan keluar mobil saya. Saya hanya dapat menunggu sampai pemilik mobil datang dan memindahkannya. Kalau saya memindakan mobil itu, saya harus masuk secara paksa ke dalamnya, lalu membebaskan rem tangan, sebelum didorong ke tempat lain. Gila.
Koda
Mobil sial itu masih berada di situ sampai siang. (Diadaptasikan dari English Text: System and Structure, 1992: 567)
2.4
Naratif
Teks naratif adalah teks rekaan yang berisi komplikasi yang menimbulkan masalah yang memerlukan waktu untuk melakukan evaluasi agar dapat memecahkan masalah tersebut. Teks naratif pada umumnya dijumpai pada dongeng, hikayat, cerita pendek,
atau
novel.
Struktur
teksnya
adalah
“Abstrak^Orientasi^Komplikasi^
Evaluasi^Resolusi^Koda”.
Cinderela Abstrak
Dahulu kala, ada seorang gadis remaja yang bernama Cinderela. Ia tinggal bersama ibu tiri dan kedua saudara tirinya, yang juga gadis remaja.
Orientasi
Ibu tirinya, bahkan kedua saudara tirinya, mempunyai sifat-sifat yang tidak terpuji. Cinderela diperlakukan secara tidak adil oleh mereka semua. Ia disuruh bekerja keras, seperti memasak, mencuci pakaian, membersihkan lantai, dan pekerjaan rumah tangga yang lain. Sebaliknya, kedua saudara tirinya itu tidak mengerjakan apa-apa. Bahkan, mereka dimanjakan oleh ibu tiri itu dengan berbagai kemewahan.
Komplikasi
Pada suatu hari, seorang Pangeran mengadakan pesta di istana kerajaan. Kedua saudara tirinya mendapat undangan ke pesta itu. Sebelum berangkat ke pesta mereka melakukan berbagai macam persiapan. Mereka membeli baju baru, sepatu baru, dan tas baru. Sayang sekali, Cinderela tidak diperbolehkan pergi ke pesta. Ia hanya dapat menangis.
Evaluasi
“Cinderela, mengapa kamu menangis?” Seorang Nenek Tua bertanya. Ia terkejut, seorang nenek tiba-tiba berada di depannya dan menghapirinya dengan penuh kasih sayang. “Karena aku tidak dapat pergi ke pesta Sang Pangeran”. “O, begitu”, kata Nenek Tua, “ya, aku tahu kamu selalu dipaksa untuk bekerja keras, dan sekarang kamu tidak diperbolehkan pergi ke sana. Lagi pula, kamu juga tidak mempunyai baju yang bagus. Tidak seperti saudara tirimu yang memakai baju baru.”
Resolusi
Sangat ajaib, begitu Nenek tua berhenti berbicara, keluarlah dari tangannya sepasang sepatu kaca yang indah. Dipakailah sepatu itu oleh Cinderela. Ia juga diberi pakaian baru yang indah. Dalam sekejap, Cinderela berubah menjadi seorang gadis remaja yang sangat cantik. “Cinderela”, kata Nenek Tua; “sekarang kamu dapat pergi ke pesta”.
Di pesta itu, Cinderela menari-nari dengan lincah. Betapa ia tampak sangat cantik dengan sepatu kacanya itu. Setiap orang terperangah terhadap penampilannya, termasuk Sang Pangeran. Sampai tak terasa, pesta berlangsung sampai larut malam. Pada saat semua orang pulang, Cinderela berbegas berlari dan sepatunya terlepas sebelah. Sepatu itu ditemukan dan disimpan oleh Sang Pangeran. Setelah beberapa hari berselang, Sang Pangeran mengumumkan bahwa ia akan menikahi gadis yang telapak kakinya seukuran dengan sepatu kaca yang ia temukan di pesta itu. Gadis-gadis cantik berlomba-lomba mencoba sepatu itu. Tak ketinggalan, kedua saudara tiri Cinderela juga mencoba, tetapi gagal, karena ukuran sepatu itu tidak pas. Ternyata, hanya Cinderela yang telapak kakinya sesuai dengan ukuran sepatu itu. Koda
Akhirnya, Sang Pangeran menikah dengan Cinderela. Mereka hidup berbahagia selamanya. (Diceritakan kembali dari berbagai sumber)
3.
Teks dalam Berbagai Genre Makro
Teks sering berisi campuran dari beberapa genre sekaligus. Jika demikian, teks itu secara keseluruhan perlu diberi nama, dan nama itu ternyata menjadi nama genre yang mewadahi genre-genre yang terkadung di dalamnya tersebut. Genre yang menjadi wadah tadi disebut genre makro dan genre-genre yang diwadahi disebut genre mikro. Di sekitar kita, terdapat teks iklan, brosur, editorial/tajuk rencana, proposal, ulasan, dan lain-lain. Nama-nama teks itu sekaligus menjadi nama genre makro, dan di dalam genre-genre makro itu ditemukan genre-genre mikro seperti deskripsi, prosedur, rekon, eksplanasi, eksposisi, atau diskusi. Berikut ini, disajikan genre makro ulasan buku (review) sebagai contoh. Ulasan buku disusun dengan struktur teks “Identitas^ Orientasi^Tafsiran Isi^Evaluasi^ Rangkuman Evaluasi”. Setiap tahapan pada struktur teks itu direalisasikan oleh genregenre mikro yang sesuai dengan fungsi retoris yang dikehendaki. Sebagai genre makro, ulasan buku berfungsi secara sosial untuk menilai buku itu berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Seperti terlihat pada Tabel 1, genre-genre mikro yang ada juga mengemban fungsi retoris sendiri-sendiri.
PERANGI NARKOBA
Judul
:
Penulis Penerbit Tahun Tebal Bahasa Sampul
: : : : : :
Mencegah bahaya penyalahgunaan narkoba melalui pendidikan budaya dan karakter bangsa Suyadi Penerbit Andi, Yogyakarta 2013 178 halaman + 10 halaman prakata dan daftar isi Indonesia Latar putih, merah, dan hitam
(1) Buku ini ditulis oleh Suyadi, seorang akademisi muda yang banyak bergiat di dunia pendidikan dengan menjadi staf pangajar di beberapa universitas di Yogya-karta. Di usianya yang masih tergolong muda (lahir pada tanggal 7 Agustus 1982), penulis yang dijuluki “si pendekar pena” ini bahkan telah menulis lebih dari 40 judul buku, baik yang sudah terbit maupun yang masih dalam proses penerbitan. (2) Buku ini sendiri merupakan pengem-bangan dari hasil penelitian mengenai penyalahgunaan narkoba oleh kalangan siswa/remaja di Yogyakarta. Buku ini sangat berguna dan perlu dimiliki oleh para pengampu pendidikan bukan hanya karena kekayaan data, tetapi juga karena solusi nyata yang ditawarkan.
Gambar 2.2 Sampul Buku 1 (Sumber: Foto oleh tim penulis)
(3) Buku ini memaparkan data dan fakta seputar penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja/siswa. Melalui sebuah penelitian lapangan, Suyadi berhasil menemukan lorong-lorong gelap sebagai tempat berlangsungnya praktik penyalahgunaan narkoba oleh kalangan pelajar. Dari penelitian itu pula, Suyadi menangkap banyak paradoks penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja atau siswa menengah. (4) Satu di antara paradoks itu ialah rentannya kalangan remaja/siswa terperangkap ke dalam penyalahgunaan narkoba, pada satu sisi, padahal bangsa kita adalah bangsa yang religius serta pendidikan nasional kita mengajarkan karakter pancasilais, pada sisi lain. Gejala inilah yang menjadi dorongan utama bagi Suyadi untuk melakukan penelitian saintifik mengenai pola persebaran “penyakit narkoba” di kalangan remaja/siswa. (5) Dengan metodologi penelitian yang terukur serta analisis teoretik
yang mendalam, Suyadi menemukan tiga fakta tentang penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja di Yogyakarta. Ketiga fakta itu berkenaan dengan tingginya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar, permisifnya guru dan agresifnya polisi, serta kurang efektifnya penyuluhan narkoba di sekolah. Buku sebagai hasil penelitian ini juga menjawab pertanyaan tentang mengapa remaja/pelajar rentan terhadap penyalahgunaan narkoba dan tentang “lorong-lorong gelap” peredaran narkoba di sekolah. Buku ini juga menyajikan tawaran pemecahan penyalahgunaan narkoba di sekolah. Semuanya diuraikan secara terperinci dengan disertai ilustrasi, sehingga mudah ditangkap dan mengesankan. Selain paparan data yang terperinci kuat dan terperinci, buku ini juga disajikan dengan menggunakan tabel dan gambar ilustrasi sehingga tampak lebih ilmiah dan menarik. (6) Banyak sekali keunggulan yang terkandung dalam buku ini. Di antaranya ialah buku ditulis berdasarkan penelitian dengan metodologi saintifik. Karena berdasarkan penelitian, yang dituliskan bukan sekadar opini penulis, melainkan data nyata dan faktual. Selain itu, buku ini memberikan informasi secara terperinci dengan disertai ilustrasi, sehingga mudah ditangkap dan mengesankan serta memberi arahan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Setidaknya, buku ini sangat berguna menambah khasanah ilmu, khususnya mengenai narkoba. (7) Akan tetapi, buku ini juga bukan tanpa kelemahan. Satu ganjalan pertama dalam membaca buku ini ialah adanya tulisan melingkar (berbentuk seperti stempel) berbunyi “SMA/MA SMK” pada sampul. Tulisan seperti stempel pada sampul ini jelas memberi kesan bahwa buku ini hanya untuk siswa setingkat SLTA. Implikasinya adalah buku ini memberi kesan sebuah buku pelajaran sekolah (textbook ). Padahal buku ini bukanlah buku pedoman yang perlu diajarkan kepada siswa. (8) Buku ini, tampaknya, lebih tepat dan bermanfaat bagi para pengampu pendidikan, misalnya pemerintah sebagai pengelola sekolah, guru/pendidik, dan orang tua untuk dijadikan sebagai acuan membuat suatu kebijakan pendidikan. Berbeda dengan buku ini, buku yang berjudul Remaja dan bahaya narkoba – untuk Sekolah Lanjutan Ata s (Abdul Rozak dan Wahdi Sayuti) ditujukan bagi pelajar dan pembaca remaja. Jika buku yang disebut pertama menitikberatkan pada praktik penyalahgunaan narkoba, buku yang disebut belakangan membahas berbagai hal yang berkaitan dengan definisi narkoba, jenis-jenisnya, dan bahaya serta sanksi bagi para pemakai, pengedar, dan pembuatnya. Kemudian, jika buku pertama lebih mengedepankan pendidikan karakter sebagai upaya mencegah penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar, buku kedua mengutamakan pendekatan agama dan pengetahuan terhadap sanksi hukum bagi pelajar sebagai upaya mencegah penyalahgunaan narkoba. (9) Meskipun terdapat perbedaan dalam hal pendekatan, kedua buku tersebut ditulis sebagai upaya penyebaran virus-virus positif untuk mencegah para pelajar agar tidak terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba.