TERAPI FARM TERAPI ARMAKOLOGI AKOLOGI DALA ALAM M ILMU KESEHATAN MATA
Dr. ANDI IRAWAN ASFAR, Sp.FK
FARMAKOLOGI KLINIK
FK UNMUL
RSUD AWS
Pendahuluan
Bentuk dan kerja obat mata disesuaikan dan dibuat khusus dengan konsentrasi obat yang rendah. Obat-obatan mata anestetika (topical dan injeksi local), midriatika & sikloplegika, obat glaukoma, antiinflamasi (NSAID & kortikosteroid topical), antiinfeksi (antibiotic, anti jamur, anti virus), Pewarna Diagnostik, Diagnost ik, Agen pengganti air mata & agen pelumas, pe lumas, dan Agen pengering kornea. Sediaan u/ topikal << ESO namun efek
Anestetika Topikal Prosedur diagnostic & terapeutik Proparacaine Hydrochloride (Ophtaine). Sediaan : larutan 0,5 %. Sediaan kombinasi dengan fluorescein (fluoracaine). Dosis : 1 tetes. Mulai dan lama kerja : 20 detik dan 10-15 menit. Tetracaine Hydrochloride (Pontocaine). Derivat dari PABA. PABA. Dimetabolisme secara s ecara lambat & potensi toksik. Sediaan : larutan 0,5 %, dan salep 0,5 %. Dosis : 1 tetes. Mulai dan lama kerja : 1 menit dan 15-20 menit. Benoxinate Hydrochloride Sediaan : larutan 0,4 %. Dosis : 1 tetes. Mulai dan lama kerja : 1-2 menit dan 10-15 menit.
Anestetika lokal untuk injeksi Lidocaine Hydrochloride (xylocaine) Farmakodinamik lebih cepat, lebih kuat, lebih lama >> prokain aminoetilamide & gol. amida. tanpa vasokonstriktor, kec. absorbsi & toksisitas >, masa kerja <. Sediaan : larutan 1 % dengan / tanpa epinefrin (1:50.000 – (1:50.000 – 1:200.000). 1:200.000). Dosis : 15-20 cc pada operasi katarak, dosis maksimal yang aman 4,5 mg/kgbb tanpa epinefrin & 7 mg/kgbb dg epinefrin. Farmakokinetik cepat diserap & melewati sawar darah otak. metabolisme di hepar, hepar, dealkilasi enzim oksidase fungsi ganda monoetilglisin xilidid dan glisin xilidid ekskresikan urine metabolit akhir (4 hidroksi-2-6 dimetil-anilin).
Anestetika lokal untuk injeksi Procaine Hydrochloride (novocaine) Dosis : 50 cc larutan 1 %, max aman 10 mg/kgbb. Lama kerja : 45-60 menit. Mepivacaine Hydrochloride (carbocaine) Dosis : infiltrasi & blok saraf sampai 20 cc lar.1%, lar.1%, 2%. Max aman 7 mg/kgbb. Lama kerja : 2 jam. Bupivacaine Hydrochloride (marcaine, sensorcaine) 1,4 Dosis : larutan 0,75 %. Max aman dewasa 250 mg dg epinefrin, 200 mg tanpa epinefrin. epinefrin . Mulai & lama kerja : mulai bekerja lebih lambat daripada lidocaine, & lama kerja panjang 6-10 jam. Etidocaine Hydrochloride (duranest) 1 Dosis max aman 4 mg/kgbb tanpa epinefrin & 5,5 mg/kgbb dg epinefrin.
Terapi Glaukoma Glaukoma sudut terbuka beta bloker (misalnya timolol, betaxolol, carteolol, levobunolol atau metipranolol) pilocarpine untuk memperkecil pupil dan meningkatkan pengaliran cairan dari bilik anterior. epinephrine, dipivephrine dan carbacol (untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi pembentukan cairan). sinar laser untuk membuat lubang iris/pembedahan untuk memotong sebagian iris (iridotomi).
Terapi Glaukoma Glaukoma sudut tertutup gliserin dan air bisa mengurangi tekanan dan menghentikan serangan glaukoma. inhibitor karbonik anhidrase (misalnya acetazolamide). Tetes mata pilocarpine mengontrol tekanan intraokuler beta blocker. Pada kasus yang berat manitol IV Terapi laser Glaukoma sekunder Terapi glaukoma sekunder tergantung kepada penyebabnya. Penyebab peradangan, diberikan corticosteroid dan obat untuk melebarkan pupil. Kadang pembedahan. Glaukoma kongenitalis
Terapi Glaukoma 1. Agonis kolinergik (parasimpatomimetik)
Mekanisme kerja : Obat miotika bekerja langsung sebagai obat parasimpatomimetik yang menyebabkan terjadinya kontriksi pupil, menstimulasi otot siliaris, dan meningkatkan aliran humor aquous sehingga menurunkan tekanan intraokuler. glaukoma sudut terbuka yang menambah fasilitas pengeluaran cairan mata, selain daripada glaukoma sudut sempit untuk membuka sudut bilik mata.
Terapi Glaukoma 2. Inhibitor β adrenergik 2 bekerja dengan menghambat stimulasi simpatis sehingga menurunkan produksi cairan mata, & penurunan tekanan bola mata. tidak mengakibatkan gang. Akomodasi Obat
Selektivit
Onset
Efek
Durasi
as resp. β
(menit)
max
(jam)
BSO
Dosis
Larutan 0,5%
2x1 tts/hr
(jam)
Betaksolol
β1
≤ 30
2
12
Suspensi 0,25% Levobunolol
β1, β2
< 60
2-6
≤ 24
Larutan 0,25 & 0,5 %
2x1 tts/hr
Metilpranolol
β1, β2
≤ 30
2
24
Larutan 0,3 %
2x1 tts/hr
Timolol
β1, β2
≤ 30
1-2
≤ 24
Larutan 0,25 & 0,5 %
2x1 tts/hr
Terapi Glaukoma 3. Inhibitor karbonik anhidrase
menghambat enzim karbonik anhidrase secara non kompetitif sehingga mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata sebanyak 60 %, akibatnya dapat menurunkan tekanan bola mata. Acetazolamide (Diamox), Methazolamide (neptazane), dan Dichlorphenamide (daranide)
Terapi Glaukoma 4. Agonis Prostaglandin
menurunkan tekanan intraokuler dg >> aliran humor aquous.
Latanoprost
Indikasi : glaucoma sudut lebar, hipertensi okuler yang tidak responsif dengan obat lain.
Terapi Glaukoma 5. Obat hiperosmotik u/ mengurangi tekanan intraokuler dg mengatur tekanan osmotik cairan mata & meningkatkan tekanan osmotic plasma plasma menjadi hipertonik terhadap humor aquous dan air dari cairan bola mata akan berdifusi ke dalam plasma. Mannitol (osmitrol) (Glyrol, osmoglyn) Isosorbide (ismotic) Urea (Ureaphil)
Terapi Glaukoma 6. Antikolinesterase bekerja dengan menghambat kerja dari enzim asetilkolinesterase dg cr berikatan dg enzim tersebut sebagai substrat. Fisostigmin salisilat Echothiophate iodide (phosfoline iodide) Isoflurophate (Floropryl) Demecarium bromide (Humorsol)
Terapi Glaukoma 7. Obat-obat adrenergik (simpatomimetik)
Epinefrin bekerja pada semua reseptor adrenergic α1, β1, α2, dan β2. merangsang sekresi air mata. midriasis akibat perangsangan simpatis, menurunkan tekanan intraokuler glaucoma sudut lebar.
Midriatika dan Sikloplegika
Melebarkan pupil untuk pemeriksaan fundus okuli Peradangan intraokuler (uveitis) digunakan menekan peradangan, melepaskan sinekia, mengatasi nyeri, dan fotofobia. Melemahkan daya akomodasi dengan melumpuhkan otototot akomodasi pada pemeriksaan kelainan refraksi pada anak-anak. Melebarkan pupil selama pembedahan lensa (operasi katarak) dimana diperlukan pupil yang tetap melebar.
Midriatika (simpatomimetika)
bekerja pada otot iris dan berfungsi melebarkan pupil. Obat midriatika tanpa efek sikloplegika : fenilefrin. Epinefrin
Midriatika dan Sikloplegika Sikloplegika (parasimpatolitik) 1,3 anti muskarinik memblok asetilkolin sehingga menghambat m.konstriktor pupilae dan m. ciliaris lensa mata. bekerja pada iris dan otot badan silier dengan melumpuhkan otot sfingter iris sehingga terjadi dilatasi pupil, & paralisis otot silier atropin sulfat, homatropine hidrokloride, scopolamine hidrobromide, cyclopentolate hidrokloride, dan tropikamide
Larutan Pewarna Diagnostik Sodium Fluorescein u/ deteksi defek epitel kornea, pada tonometri aplanasi, & pemasangan lensa kontak. Dosis 1 tetes. Sediaan larutan 2%, kertas strip steril, larutan 10% steril IV u/ angiografi fluorescein. Rose Bengal keratokonjunctivitis sicca, secret mukosa, dan epitel kornea yang mati Sediaan larutan 1 %, kertas strip steril. Dosis 1 tetes.
Agen pengganti air mata & agen pelumas
Metilselulosa, alkohol polivinil, dan gelatin u/ formula air mata buatan, pelumas optalmik, larutan lensa kontak, larutan lensa genioskopik, & terapi keratokonjunctivitis sicca.
Agen pengering kornea
Larutan dan salep pengering edema kornea dengan menciptakan gradient osmotic. larutan gliserin anhidrat (Ophtalgan), natrium klorida hipertonik 2 %, salep & larutan 5 % (absorbanac, Ak-NaCl, hypersal). Dosis : 1 tetes / 0,5-1 cm salep, ulang per 3-4 jam.
Antiinflamasi
Obat Anti-Inflamasi non-steroid
Nafazolin
Merupakan agen simpatomimetik dengan aktivitas alfa adrenergik yang lebih menonjol. Bekerja sebagai vasokonstriktor ESO: Iritasi lokal, Rebound congestion, Efek sistemik Pemberian pada mata dapat melepaskan granula pigmen dari iris, terutama pemberian dengan dosis tinggi pada lansia, Hipertensi dapat diikuti dengan rebound hypotension.
Penggunaan:
Kongesti nasal
Larutan yang mengandung 0,1% nafazolin hidroklorida dapat diteteskan ke mata sebagai dekongestan konjunktiva sebagai terapi konjungtivitis.
Nafazolin dapat digunakan sebagai vasokonstriktor dengan anastesi lokal.
Interaksi obat:
MAOI menyebabkan krisis hipertensi
Antazolin
Farmakodinamik: antihistamin Penggunaan: Digunakan secara topikal untuk terapi konjungtivitis alergik dalam bentuk hidroklorida, fosfat, atau sulfat. iritasi mata, infeksi atau inflamasi mata. Perhatian: glaukoma sudut sempit (karena efek antimuskariniknya)
ESO: Efek sedatif Gangguan psikomotor, sakit kepala, konvulsi, berkeringat, mialgia, tremor, paraestesia, efek ekstrapiramidal, gangguan tidur, depresi, tinnitus Efek antimuskarinik (mulut kering, sekresi traktus respiratorius yang menebal, pandangan kabur, retensi atau kesulitan dalam urinasi, konstipasi, meningkatkan refluks gaster) Gangguan pada GIT nausea, vomiting, diare, atau nyeri ulu hati Palpitasi, aritmia, hipotensi Reaksi hipersensitifitas (ruam kulit, bronkospasme, angioedema, anafilaksis) Kelainan darah
Na-Diklofenak
Derivat Asam Fenilasetat Farmakokinetik: Absorbsi onset aksi 30 menit, kadar puncak plasma 2-3 jam, dan durasi aksi 8 jam. Distribusi terikat pada protein plasma sebesar 99%, distribusi luas. Metabolisme di hepar. Ekskresi melalui urine. T1/2 1,2-2 jam. Indikasi: pengobatan inflamasi mata setelah operasi katarak. Kontraindikasi: hipersensitif, penderita pemakai lensa kontak, penderita asma, urtikaria, rinitis akut, Hipersensitif, Perhatian: Porfiria, Ulkus peptikum, Laktasi, Gangguan fungsi hepar & ginjal
Efek samping: (Lokal) Rasa perih dan panas, kenaikan tekanan intraokuler, jarang terjadi gatal, mata merah, keratitis punctata, midriasis, gangguan penglihatan. (sistemik) Sakit kepala, kram abdomen, mual, muntah, konstipasi, diare, rash, edema perifer atau retensi cairan, overdosis ARF, ulkus peptikum, perdarahan GI, jaundice, nefrotoksik (hematuria, dysuria, proteinuria). Dosis: Dewasa, 3 kali sehari 1 tetes segera setelah operasi, kemudian 3-5 kali sehari 1 tetes jika diperlukan (sediaan tetes mata 5 ml)
Antiinflamasi steroid Steroid memberikan efek baik pada peradangan karena:
Mengurangi permeabilitas pembuluh darah
Mengurangi gejala radang
Mengurangi pembentukan jaringan parut
Efek samping dari pemakaian steroid
Menurunkan daya reaksi jaringan Mengaktifkan proliferasi bakteri Menyembunyikan gejala penyakit lain Menambah aktif kolagenase yang membuat kerusakan yang lebih parah dari tukak Pada penggunaan lama dapat menimbulkan penyulit glaukoma sudut terbuka, dan katarak Mengakibatkan midriasis pupil dan ptosis kelopak mata Mengaktifkan atau memperparah infeksi herpes simpleks dan infeksi virus Menambah kemungkinan infeksi jamur Memperberat radang akibat infeksi bakteri
Betamethasone
Indikasi: alergi kronik dan akut berat, inflamasi pada mata dan adneksanya yang responsif terhadap steroid. Kontraindikasi: hipersensitif, kondisi-kondisi bakteri, virus, jamur, tuberkulosis atau purulen pada mata, glaukoma, atau herpetik keratitis. Efek samping: reaksi hipersensitif, peningkatan tekanan intraokuler sampai pada kerusakan saraf mata, penglihatan kabur dan lapang pandang terganggu, penggunaan jangka lama dapat mengakibatkan pembentukan katarak subkapsular posterior. Dosis: awal 1-2 tetes setiap jam pada siang hari dan setiap 2 jam pada malam hari. Jika ada perbaikan kemudian tappering off 1 tetes tiap 4 jam, selanjutnya 1 tetes 3-4 kali sehari (yang digunakan untuk sediaan obat mata adalah Betamethasone dihydrogenphosphat dinatrium dengan dosis 1 mg/mL atau 0,1 % pada sediaan tetes mata 5 ml).
Deksametason11
Indikasi: pengobatan inflamasi okular yang responsif terhadap steroid, inflamasi konjungtiva palpebral dan bulbar, kornea, segmen anterior bola mata, konjungtivitis. Kontraindikasi: hipersensitif, kondisi-kondisi bakteri, virus, jamur, tuberkulosis atau purulen pada mata, glaukoma, atau herpetik keratitis. Efek samping: reaksi hipersensitif, peningkatan tekanan intraokuler sampai pada kerusakan saraf mata, penglihatan kabur dan lapang pandang terganggu, penggunaan jangka lama dapat mengakibatkan pembentukan katarak subkapsular posterior. Dosis: awal 1-2 tetes setiap jam pada siang hari dan setiap 2 jam pada malam hari. Jika ada perbaikan kemudian tappering off 1 tetes tiap 4 jam, selanjutnya
alergika Kromolin sodium11
Farmakodinamik: mekanisme kerjanya masih belum diketahui secara pasti, tapi dipercaya bahwa obat ini bekerja sebagai pencegah reaksi alergi dengan cara mencegah pelepasan mediator inflamasi dari sel mast yang tersensitisasi melalui stabilisasi membran sel mast. Farmakokinetik: diabsorbsi secara buruk di Git dengan bioavailabilitas hanya 1% dan hanya sekitar 0,03% dosis oftalmik yang diabsorbsi pada pemberian topikal. T ½ sekitar 20-60 menit setelah pemberian IV dan sekitar 80 menit pada pemberian oral maupun topikal.
Indikasi: konjungtivitis alergi akut dan kronis, termasuk hay fever dan keratokonjungtivitis vernalis (musiman). Efek profilaksis terhadap konjungtivitis alergika. Kontraindikasi: Hipersensitif, anak usia < 4 tahun Perhatian: selama pemakaian jangan menggunakan lensa kontak, hati-hati pada wanita hamil dan menyusui, gangguan ginjal dan liver. Efek samping: rasa perih dan terbakar sementara, pruritus, eritema, dan kemosis. Dosis: 1-2 tetes 4-6x/hari (sediaan tetes mata 2-4%), 23 kali sehari (sediaan salep mata 4%).
Eritromisin
Farmakodinamik: Makrolid yang berikatan reversible pada ribosom bakteri,, menghambat sintesa protein bakteri, bersifat bakteriostatik Farmakokinetik: diabsorbsi bervariasi tergantung dosis yang digunakan, berikatan dengan protein plasma sekitar 70-90%, didistribusikan luas ke seluruh tubuh. Metabolisme di Hepar dan eliminasi terutama di feses melalui empedu. T ½ 1,4-2 jam Indikasi: Infeksi mata seperti konjungtivitis, blefaritis, blefarokonjungtivitis, ulkus kornea. Efektif untuk bakteri gram positif, neiseria, spiroketa, dan hemofilus. Kontraindikasi: Hipersensitif, Gangguan fungsi hepar, kerusakan fungsi ginjal, myasthenia gravis, kehamilan dan laktasi Efek samping: Kram perut, tromboflebitis, kulit kering urtikaria (topical),kadang-kadang mual, muntah
Gentamisin
Farmakodinamik: Golongan aminoglikosida yang secara ireversibel berikatan pada protein ribosom bakteri sehingga bersifat bakterisidal. Efektif untuk kokus gram positif, basil gram negatif, dan pseudomonas. Terutama pada basil gram negatif yang aerobik Indikasi: Infeksi mata seperti konjungtivitis, blefaritis, blefaro-konjungtivitis, ulkus kornea Kontraindikasi: Hipersensitif Efek samping: Nyeri hebat dan iritasi pada tempat injeksi IM, phlebitis, tromboplebitis pada penggunaan IV, demam, urtikaria, nefrotoksik, ototoksik Dosis: 1-2 tetes 3-4 kali sehari (sediaan: tetes
Kloramfenikol
Farmakodinamik: Derivat dihidroklorasetik yang menginhibisi sintesis protein bakteri dengan berikatan pada reseptor ribosomal bakteri Indikasi: Infeksi mata seperti trakoma, blefaritis, keratitis, konjungtivitis. efektif untuk kuman gram positif dan negatif, klamidia, dan riketsia. Kontraindikasi: Hipersensitif Efek samping: rasa terbakar, nyeri, kemerahan, gatal, ruam kulit, bengkak, atau tanda-tanda iritasi lain. Mual, muntah, diare, reaksi hipersensitivitas, pada mata pandangan kabur. Dosis: salep mata 3-4 kali sehari, pengobatan diteruskan sampai 48 jam setelah mata normal kembali, 2-3 tetes 4-6 kali sehari untuk sediaan
Polimiksin
Farmakodinamik: Merubah permeabilitas membran sel mikroorganisme sehingga bersifat bakterisidal. Indikasi: konjungtivitis bakterialis, konjungtivitis traumatik, blefaritis, meibomiatis. efektif terhadap pseudomonas, bakteri gram negatif kecuali proteus dan neiseria. Kontraindikasi: Hipersensitif Efek samping: Nyeri Dilatasi ringan dan iritasi Interaksi obat: Anastetik, muscle relaxan dapat meningkatkan relaksasi otot skeletal Dosis: 3 kali sehari 2 tetes, salep mata 3-6 kali sehari
Tetrasiklin
Farmakodinamik: Tetracycline menginhibisi sintesis protein bakteri dengan berikatan pada ribosom dan bersifat bakteriostatik. Indikasi: infeksi superfisial akibat bakteri gram positif dan negatif, klamidia, protozoa, virus, riketsia dan mikoplasma Kontraindikasi: Hipersensitif Efek samping: reaksi alergi seperti urtikaria, edema palpebra, fotosensitif Dosis: 3-4 kali sehari (salep mata 1%)
Siprofloksasin
Farmakodinamik: Flouroquinolon yang menginhibisi enzim DNA gyrase pada bakteri, mempengruhi replikasi sel bakteri sehingga bersifat bakterisidal. Indikasi: tukak kornea yang disebabkan P.aeruginosa, S.marcescens, Stap.aureus, Stap.epidermidis, Strep.pneumoniae, Strep.viridan, konjungtivitis akibat Stap.aureus, Stap.epidermidis, Strep.pneumoniae.
Kontraindikasi: Hipersensitif Efek samping: reaksi alergi seperti urtikaria, edema palpebra, fotosensitif Dosis: Tukak kornea 2 tetes tiap 15 menit untuk 6 jam pertama, selanjutnya 2 tetes tiap 30 menit untuk hari pertama, 2 tetes tiap jam pada hari ke-2, 2 tetes tiap 4 jam pada hari 314, dapat terus dilanjutkan jika reepitelialisasi kornea tidak terjadi. Konjungtivitis bakterial 1-2 tetes tiap 2 jam selama 2 hari dan 1-2 tetes tiap 4 jam untuk 5 hari berikutnya
Kombinasi antibiotika dengan antibiotika antara lain 3:
Neomisin sulfat + polimiksin
Kloramfenikol + polimiksin
Neomisin sulfat + polimiksin + gramisidin
Neomisin + basitrasin
Polimiksin + gramisidin
Teramisin + polimiksin
Kombinasi antibiotika dengan steroid
Gentamycin Sulfat (sebagai antiseptik) dan Betamethasone dihydrogenphosphat dinatrium (sebagai kortikosteroid). Tobramycin (sebagai antiseptik) dan Dexamethasone (sebagai kortikosteroid). Polymixin B Sulfat, Neomycin (sebagai antiseptik) dan Dexamethasone (sebagai kortikosteroid). Chloramphemicol, Polymixin B Sulfat (sebagai antiseptik) dan Dexamethasone Na Phosphate (sebagai kortikosteroid). Oxytetracycline (sebagai antiseptik) dan Hydrocortisone (sebagai kortikosteroid).
Natamisin (pimafulin),
Farmakodinamik: merupakan antibiotik antifungal polyene yang diproduksi oleh Streptomyces natalensis Farmakokinetik: diabsorbsi secara buruk melalui GIT, sama sekali tidak diabsorbsi melalui kulitataupun membran mukosa pada pemberian topikal. Pada pemberian okular, natamisin mencapai konsentrasi terapeutik dalam stroma kornea tetapi tidak pada cairan intraokular. Absorbsi sistemik pada pemberian topikal tidak biasa terjadi. Indikasi: pengobatan lokal kandidiasis dan keratitits fungi, blefaritis, konjungtivitis, atau keratitis akibat fungi yang suseptibel, termasuk Fusarium solani . efektif untuk kandidia dan fusarium aspergilus, penicillium, cephalosporium. Kontraindikasi: Hipersensitif Efek samping: iritasi, gangguan GIT, serangan akut porfiria pada pasien porfiria Sediaan suspensi 5% dan salep mata 1%
Nistatin (mycostatin)
Farmakodinamik: merupakan antibiotik antifungal polyene yang mempengaruhi permeabilitas membran sel fungi yang sensitif dengan mengikat sterol, terutama ergosterol. Farmakokinetik: Absorbsi melalui GIT sangat buruk, dan sama sekali tidak diabsorbsi melalui kulit atau membran mukosa pada pemberian topikal. Indikasi: digunakan sebagai profilaksis dan terapi kandidiasis. Kontraindikasi: hipersensitif Efek samping: Nausea, vomiting, diare, iritasi, sensitisasi, ruam kulit, urtikaria.
Amfoterisin (fungisidal)
Farmakodinamik: merupakan antibiotik antifungal polyene yang mempengaruhi permeabilitas membran sel fungi yang sensitif dengan mengikat sterol, terutama ergosterol. Farmakokinetik: sedikit atau bahkan sama sekali tidak diabsorbsi melalui GIT. Berikatan secara kuat dengan protein plasma dan didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh tapi hanya sedikit yang dapat mencapai cairan serebrospinal. T ½ 24 jam. Diekskresikan berbentuk utuh dalam jumlah yang sedikit dan secara lambat melalui urin Indikasi: Fungisidum untuk pengobatan infeksi mikotik pada mata dan adneksa mata, efektif untuk aspergilus, histoplasma, blastomyces, coccidiodes Kontraindikasi: Hipersensitif Efek samping: iritasi pada mata Dosis: 2-3 kali sehari 1 tetes (tetes mata 5 ml dan salep mata 3,5 gr)
Anti viral
Obat yang sering dipakai adalah iodouksiridin/IDU (cendirid), vidarabin, adenosin arabinosa (ARA A), trifluorotimidin (TFT) dan asiklovir. Vidarabin sama dengan IDU, akan tetapi hanya terdapat dalam bentuk salep. Trifluorotimidin (TFT) sama dengan IDU, diberikan 1% setiap 4 jam. Asiklovir bersifat selektif terhadap sintesis DNA virus. Dalam bentuk salep 3% yang diberikan setiap 4 jam, sama efektifnya dengan antivirus yang lain tetapi dengan efek samping yang minimal3.
Idoksuridin (tetes atau salep)
Farmakodinamik: mengikuti fosforilasi intraseluler menjadi trifosfat, idoksuridin bergabung dengan DNA virus yaitu pada timidin sehingga menghambat replikasi virus. Indikasi: keratitis yang diakibatkan virus herpes simpleks dan virus DNA yang peka, varisella zoster, CMV. Kontraindikasi: Hipersensitif, pengguna obat-obat topikal mata yang mengandung kortikosteroid dan asam borat. Perhatian: ulkus yang dalam hingga mencapai lapisan stroma kornea Efek samping: iritasi, nyeri, seperti terbakar, oedem, konjungtivitis, perih dan inflamasi pada kelopak mata atau mata, fotofobia, pruritus, dan yang jarang adalah oklusi dari duktus lakrimalis. Defek punctata pada kornea dengan pemberian berlebihan. Dosis: 1 tetes setiap jam
Cara penggunaan obat tetes mata
Cuci tangan anda seluruhnya dengan sabun dan air. Gunakan cermin atau minta tolong orang lain untuk meneteskan obat mata. Buka tutup botol. Pastikan ujung penetes tidak patah atau retak dan cairan jernih tidak berkabut. Hindari menyentuh ujung penetes pada mata anda dan benda lainnya. Pegang botol menghadap ke bawah sepanjang waktu penetesan untuk menghindari cairan kembali ke botol dan mengkontaminasi sisa cairan yang ada. Tengadahkan kepala anda ke belakang. Jepit botol diantara jempol dan jari telunjuk, letakkan ujung penetes sedekat mungkin ke kelopak mata tanpa menyentuhnya.
Letakkan sisa jari tangan yang memegang botol ke pipi atau hidung anda. Dengan jari telunjuk dari tangan lainnya, tarik ke bawah kelopak mata bawah agar membentuk kantong. Teteskan sejumlah yang diresepkan dokter pada kantung kelopak mata bawah . Meletakkan penetes pada permukaan bola mata dapat mengakibatkan pedih di mata. Tutup mata anda dan tekan kelopak bawah mata anda dengan jari secara perlahan selama 2-3 menit untuk menjaga obat tetap di mata. Jangan berkedip. Tutup dan putar hingga kencang segera mungkin. Jangan usap atau basuh obat tersebut. Bersihkan sisa cairan yang ada di pipi anda dengan tisu
Cara penggunaan salep mata
Cuci tangan anda dengan air dan sabun. Gunakan cermin atau minta bantuan orang lain untuk memakai salep. Hindari menyentuh ujung tube ke mata atau tempat lainnya. Salep harus dijaga tetap bersih. Tengadahkan kepala ke belakang secara perlahan. Pegang tube dengan jempol dan jari telunjuk tangan, letakkan tube sedekat mungkin dengan kelopak mata tanpa menyentuhnya. Letakkan sisa jari tangan yang memegang botol ke pipi atau hidung anda. Dengan jari telunjuk dari tangan lainnya, tarik ke bawah kelopak mata bawah agar membentuk kantong. Letakkan sejumlah kecil salep ke dalam kantung kelopak mata dan mata. ½ inci salep biasanya cukup kecuali bila dinyatakan lain dari petunjuk dokter. Dengan perlahan tutup mata anda dan diamkan terpejam selama 12 menit agar obat diabsorbsi/diserap.
KESIMPULAN Obat-obatan yang digunakan pada terapi di bagian mata adalah obat anestetika (topical dan injeksi local), midriatika & sikloplegika, obat glaukoma, antiinflamasi (NSAID & kortikosteroid topical), antiinfeksi (antibiotic, anti jamur, anti virus), Larutan Pewarna Diagnostik, Agen pengganti air mata & agen pelumas, serta Agen pengering kornea.