UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL) DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL) PEMBANGUNAN PABRIK PUPUK PT. SUMBER SUBUR SEJATI
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup, yang bertanda tangan dibawah ini menyampaikan UKL dan UPL dari rencana usaha dan atau kegiatan dengan benar dan akan mematuhi segala persyaratan dan kewajiban yang telah ditentukan dalam UKL dan UPL serta izin yang diterbitkan oleh pejabat dari instansi yang berwenang dapat diuraikan sebagai berikut :
I. IDENTITAS PEMRAKARSA A.
Nama perusahaan
:
PT. Sumber Subur Sejati
B.
Nama pemrakarsa
:
Sari Wardana (Direktur)
C.
Alamat kantor
:
Jl. P. Diponegoro, RT. 22 Kelurahan Bukuan, Palaran, Samarinda
D.
Nomor telepon/fax
:
-
II. RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN A.
Nama Rencana Usaha: Pembangunan Pabrik Pupuk
B.
Lokasi Rencana Usaha dan / atau Kegiatan : Lokasi rencana pembangunan pabrik pupuk secara administrasi terletak di Kelurahan Bukuan, Kecamatan Palaran, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, dapat dilihat pada Peta Lokasi Kegiatan (Gambar 1). Letak secara geografis pada koordinat-koordinat yang ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1.
Koordinat Batas IUP Eksplorasi Kopontren Nabil Husein Bujur
No.
Lintang
Titik
Derajat
Menit
Detik
BT/BB
Derajat
Menit
Detik
LS/LU
1
117
07
00
BT
00
25
30
LS
2
117
07
50
BT
00
25
30
LS
3 4
117 117
07 07
50 30
BT BT
00 00
26 26
00 00
LS LS
5
117
07
30
BT
00
26
30
LS
6
117
07
00
BT
00
26
30
LS
Sumber : Surat Keputusan Walikota Samarinda Nomor 545/263/HK-KS/V/2011 Tanggal 18 Mei 2011
Lokasi rencana usaha berdasarkan
Peta Lampiran Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor : 79/Kpts-II/2001 Tanggal 15 Maret 2001 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Kalimantan Timur Skala 1 : 250.000 berada pada Areal Penggunaan Lain (APL) dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 1.
Peta Lokasi Kegiatan
Gambar 2.
Peta Tata Ruang
C.
Skala Usaha dan/atau Kegiatan 1.
Luas Tapak Proyek Luas tanah yang akan dibangun pabrik pupuk di Kelurahan Bukuan adalah seluas 2,9 Ha yang diperuntukkan untuk sarana dan prasarana pabrik pupuk. Rencana alokasi peruntukan lahan penambangan Kopontren Nabil Husein ditunjukkan dalam Tabel 2. Tabel 2.
Rencana Penggunaan Lahan Pertambangan Kopontren Nabil Husein.
No.
Jenis peruntukan
Luas (Ha)
1.
Areal prospek tambang
33,02
2.
Area spoil dump
29,10
3.
Lokasi perkantoran, base camp, sarana kerja, dll
4.
Buffer zone
5.
Jalan angkut tanah pucuk dan tanah penutup dari
6
tambang ke spoil dump Sisa lahan sebagai lahan cadangan, sebagian dienclave
1,5 5,40
karena lahan pemukiman dan pertanian warga, dll Jumlah Total
1,02 126,96 197.00
Sumber: Laporan Studi Kelayakan Kopontren Nabil Husein Tahun 2011
2.
Kapasitas Produksi Berdasarkan Laporan Eksplorasi, penyebaran Seam dan ketebalan batubara pada area yang akan diajukan untuk mendapatkan IUP Eksplorasi, ditemukan jumlah sumber daya batubara terukur dengan total cadangan batubara adalah 159.177,33 MT dengan perhitungan seperti pada tabel 3. Tabel 3. Cadangan Batubara Di Lokasi IUP Kopontren Nabil Husein Batubara
Pit
Seam
1
2
1
C
11.737,44
116.967,61
9,97
0,96
1,1
2
F
5.407,89
54.169,73
10,02
0,54
0,90
3
H
14.749,49
147.631,08
10,01
0,71
1,87
1
2
4
I
17.716,20
171.914,42
9,70
0,77
2,07
5
O
24.355,19
242.655,45
9,96
0,83
2,64
6
P
10.543,69
105.428,70
10,00
0,51
1,86
7
Q
59.756,91
605.409,42
10,13
1,08
4,98
8
S
15.405,39
154.292,79
10,02
0,56
2,48
(MT) 3
3
Ob
Sr
4
5
4
5
Tebal (m) Area (Ha) 6
6
7
7
Jumlah
159.177,33
1.598.469,20
10,01
17,9
Sumber: Laporan Studi Kelayakan Kopontren Nabil Husein Tahun 2011
Berdasarkan analisa kelayakan, maka cadangan yang ekonomis untuk di tambang adalah Pit 1, 2, 3, 4 dan 5 dengan jumlah cadangan 159.177,33 MT. Kualitas batubara Kopontren Nabil Husein dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut : Tabel 4.
Hasil Analisa Laboratorium Kualitas Batubara Kopontren Nabil Husein Kualitas
No.
Kode
TM
IM
VM
FC
Ash
TS
CV
Sampel
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
cal/Kg
ar
adb
adb
adb
adb
adb
adb
1
CA-01
12,20
9,20
42,70
44,80
3,00
0,93
6,435
2
CA-02
10,80
8,60
40,60
46,70
4,10
1,65
6,775
3
DHA-01
12,70
9,70
40,50
47,10
2,70
1,17
6,482
4
DHA-02
11,70
8,60
41,30
47,40
2,70
0,92
6,601
5
DHA-03
7,80
6,30
42,60
46,70
4,80
1,82
6,855
6
DHA-04
8,20
6,10
43,40
47,40
2,50
1,90
7,124
7
DHA-05
10,80
8,60
41,50
47,10
2,80
2,74
6,703
8
DHA-06
9,10
7,00
42,90
48,00
2,10
1,56
7,069
9
DHA-07
7,40
5,50
42,70
49,60
2,20
1,70
7,282
10
DHA-08
10,00
7,70
42,20
46,70
1,90
0,53
6,995
11
DHA-09
10,80
8,60
40,60
46,70
4,10
1,65
6,688
Sumber: Laporan Studi Kelayakan Kopontren Nabil Husein Tahun 2011
Endapan batubara yang terdapat pada area rencana penambangan Kopontren Nabil Husein secara umum arah perlapisan dari Timur Laut o
o
ke Barat Daya dengan kemiringan (dip) antara 62 - 79 . Lapisan batubara terdiri atas 3 seam/lapisan yang berada pada blok penyelidikan, yaitu seam C, F, H, I, O, P, Q dan S dengan ketebalan lapisan antara 0,51 – 1,08 meter.
3.
Sumber Energi / Bahan Bakar Sumber energi / bahan bakar yang digunakan dalam kegiatan pertambangan adalah bahan bakar minyak (solar dan premium). Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penggunaan bahan bakar / sumber energi dapat dilihat pada Tabel 5.
Penyimpanan bahan bakar oleh Kopontren Nabil Husein akan dilakukan di dalam tangki khusus penyimpanan bahan bakar minyak (solar) sebanyak 1 unit berukuran 20.000 liter yang ada di lokasi tambang. Untuk penyimpanan oli / minyak pelumas akan ditempatkan dalam drum-drum yang ditempatkan pada gudang penyimpanan yang tertutup yang berlantaikan semen dan sudah dilengkapi dengan oil trap mengacu pada keputusan Kepala Bapedal Nomor : 255/Bapedal/08/1996
Tentang
Tata
Cara
dan
Persyaratan
Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas. Tabel 5.
Proyeksi Kebutuhan BBM dan Jumlah Peralatan Kopontren Nabil Husein
No.
Peralatan
I
Jlh Alat
Produksi
Target
Alat
produksi
(BCM)
(BCM)
Solar
Oli
BBM (Ton)
Pengupasan OB
1
Bulldozer CAT D85
2
348,92
697,84
4.855,03
4,32
2 3
Excavator PC 300 Dump Truck 6 BCM
4 20
130,29 45,7
260,58 914,00
6.456,99 12.029,47
8,50 7,669
Cool Mining
II 1
Excapator CAT 320 B
3
2,5
7,5
2.142,51
6,75
2
Dump Truck 20
3
20
60
1.415,23
3,834
III
Kegiatan Penunjang
1
Motor Greder
1
151,2
1,75
2
Compactor
1
151,2
1,25
3
Water Truk
1
108
0,38
4
Mobil BBM
1
108
0,38
5
Pompa
2
145
0,48
6
Bus Karyawan
1
40
0,38
7
Mobil Service
1
15
0,38
8
Mobil Operasional
4
20
0,38
9
Genset 50 KWA
2
124
0,38
10
Chain Saw
1
0,5
0,08
Jumlah
47
189.056,50 36,843
Sumber : Laporan Studi Kelayakan Kopontren Nabil Husein Tahun 2011
4.
Sumber Air yang Diperlukan di Lokasi Rencana Kegiatan Untuk keperluan akan air bersih terutama untuk keperluan karyawan dan domestik / mess diperoleh dari sumur bor dan air sungai, terdapat 2 (dua) sumur bor dilokasi proyek, yang dalam pemanfaatannya lebih lanjut akan di-treatment (diolah) terlebih dahulu. Pembagian air ini adalah untuk keperluan karyawan atau pekerja di lokasi tambang sebanyak 78 orang, di mana kebutuhan air karyawan tersebut diasumsikan ± 100 liter/Hari (termasuk mandi dan cuci) atau total ± 3
7,8 m /hari, sedangkan kebutuhan air untuk kantor, kantin dan bengkel
3
diasumsikan sebanyak ± 10 m /hari. Sedangkan untuk keperluan penyiraman jalanan airnya diperoleh dari Sungai Manggis.
5.
Pengadaan Fasilitas Penunjang Pengadaan fasilitas penunjang sangat perlu untuk mendukung pertambangan sehingga dapat berjalan sesuai yang direncanakan. Rencana lokasi fasilitas penunjang dikonsentrasikan pada daerah tertentu agar memudahkan dalam pengaturan dan pengawasannya. Berdasarkan
pertimbangan,
pembangunan
fasilitas
penunjang
direncanakan terdiri dari: a. Lokasi penimbunan tanah pucuk dan tanah penutup di spoil dump dengan luas 29,10 Ha b. Kolam pengendapan (settling pond). Untuk mengantisipasi terjadinya pencemaran lingkungan akibat air tirisan dan air larian permukaan (run off), maka direncanakan akan dibuat kolam-kolam pengendapan (settling pond) di dalam wilayah IUP Eksplorasi yaitu di sekitar spoil dump dan di sekitar pit (blok tambang). Settling pond di lokasi spoil dump akan dibuat dengan 4 buah kolam yang dihubungkan secara seri dan ukuran masing-masing kolam 10 m x 5 m x 3 m atau berkapasitas 150 m 3 sehingga total kapasitas 600 m3, sedangkan untuk air tirisan tambang dibuat sebanyak 3 buah dengan masing-masing berukuran 3
10 m x 10 m x 3 m atau 3
berkapasitas 300 m sehingga total kapasitas 900 m . c. Sarana pendukung dengan lahan digunakan seluas 15.000 m2 (atau 1,5 Ha) : yang terdiri dari kantor, kantin, mushalla dan lain-lain. 2
d. Sarana Kerja lahan yang digunakan seluas 688 m (0,0688 Ha) : meliputi workshop, gudang, rumah genset, tanki BBM dll.
6.
Metoda Penambangan Dasar pertimbangan utama pemilihan metoda penambangan adalah faktor tercapainya biaya produksi yang rendah dan reasonable secara jangka panjang dengan tetap mengutamakan kesehatan, keselamatan kerja dan kelestarian lingkungan, serta bentuk dan karakteristik cadangan batubara yang relatif horizontal atau sedikit miring dan kondisi tanah penutupnya. Berdasarkan pertimbangan ini, maka pertambangannya menggunakan metoda surface mining (tambang terbuka) dengan teknik back filling dan jenis lubang bukaan secara open pit. Penggalian dilakukan dari permukaan yang relatif mendatar menuju ke arah bawah, di mana endapan batubara tersebut berada.
Model penambangan dengan tahapan sebagai berikut : pada aktivitas awal, pembuatan Pre Bench terdiri dari pekerjaaan persiapan permukaan kerja yang cukup lebar dan aman serta ramp yang menghubungkan antara jenjang permuka kerja dari beberapa elevasi sampai keluar dari pit di mana panjang working bench minimal 100 m, lebar working bench minimal 60 m, tinggi jenjang kerja 6 m. Sudut lereng tunggal 45 dan overall slope 45. Selanjutnya galian tanah penutup dari Pit akan dibuang ke luar tambang sambil membentuk box cut. Setelah final high wall pada area di box cut (ex pit) tersebut terbentuk, galian tanah penutup dari blok berikutnya dibuang ke dalamnya sampai mencapai elevasi tertentu untuk kemudian direklamasi. Jarak angkut untuk tanah penutup ratarata sekitar 0,5 Km dengan kemiringan jalan maksimum 8%. Di beberapa lokasi aliran air dibuat setlling pond sehingga air dari tambang dapat ditampung, diendapkan dan dinetralkan terlebih dahulu keasamannya agar nilai pH, TSS, Fe dan Mn dapat memenuhi baku mutu limbah cair, sehingga tidak mengganggu/ merusak lingkungan pada saat mengalir keluar tambang/perairan umum.
7.
Kegiatan Lain Di Sekitar Hubungan lokasi pertambangan dengan perusahaan lain di sekitarnya jika sama-sama beroperasi maka akan menimbulkan dampak komulatif antara lain pencemaran air dan udara, serta gangguan terhadap fungsi sosial terutama dalam pemenuhan tenaga kerja lokal dalam jumlah besar yang berimplikasi pada masuknya para pendatang. Kegiatan lain di sekitar lokasi rencana kegiatan pertambangan batubara Koppontren Nabil Husein yang terletak di Kelurahan Bukit Pinang dan Sempaja Utara Kecamatan Samarinda Ulu dan Samarinda Utara, Kota Samarinda adalah :
a. Kegiatan pertanian masyarakat Di sekitar lokasi kegiatan terdapat kegiatan pertanian masyarakat seperti kebun dan ladang.
b. Pemukiman Di sekitar wilayah IUP Eksplorasi Kopontren Nabil Husein terdapat pemukiman penduduk Kelurahan Air Hitam dan Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan Samarinda Utara dan Samarinda Ulu.
c. Kegiatan Pertambangan Kegiatan
pertambangan
baik
yang
sudah
memperoleh
IUP
Eksplorasi atau IUP Eksploitasi adalah yang ada disekitar lokasi adalah CV. Bukit Pinang Bahari, CV. Utia Ilma Jaya dan PT. Mahakam Bara Utama. Untuk lebih jelasnya tentang gambaran umum kegiatan lain yang berada di sekitar Pertambangan Batubara Koppontren Nabil Husein dapat dilihat pada Peta Kegiatan Lain Di Sekitar yang ditampilkan pada Gambar 3.
Gambar 3.
Peta Kegiatan Lain Di Sekitar
D.
Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan 1.
Tahap Pra Konstruksi a. Sosialisasi Rencana Kegiatan Sosialisasi rencana kegiatan dilakukan untuk menjelaskan kepada masyarakat, bahwa akan ada rencana kegiatan pertambangan batubara yang dilakukan oleh Kopontren Nabil Husein tentang tahapan/ rencana kegiatan, manfaat, dampak positif dan dampak negatif yang kemungkinan ditimbulkan dari kegiatan eksplorasi atau penambangan batubara.
b. Pembebasan Lahan Pembebasan lahan yang akan dilakukan oleh Kopontren Nabil Husein di lokasi tambang rencananya akan dilakukan dengan cara / sistem ganti rugi lahan dan tanam tumbuh. Dalam kegiatan ini, hanya lahan yang akan terkena kegiatan pertambangan saja yang akan mengalami pembebasan lahan. Pembebasan lahan akan dilakukan oleh Pemrakarsa setelah mendapatkan IUP Eksplorasi dari Walikota Samarinda, yang didahului dengan sosialisasi dan inventarisasi lahan dengan melibatkan pemilik lahan, pihak BPN, aparat Pemkot, aparat kecamatan dan aparat kelurahan setempat untuk menentukan kesepakatan mengenai harga ganti rugi lahan dan tanam tumbuh, baru dilanjutkan dengan proses pembayaran.
c. Mobilisasi Peralatan Mobilisasi
peralatan
akan
dilakukan
menggunakan
mobil
pengangkut khusus (trailer) dengan melewati jalur darat menggunakan akses jalan Samarinda – Tenggarong, kemudian melewati jalan yang ada menuju lokasi kegiatan. Jumlah alat yang digunakan adalah 47 unit (Tabel 5), sementara kebutuhan material untuk sarana penunjang disesuaikan dengan kebutuhan. Mobilisasi peralatan akan dilakukan dengan melewati jalur sungai (Sungai Mahakam) / laut (Selat Makassar) dengan menggunakan kapal ponton atau LCT, kemudian melewati jalan tambang yang ada menuju lokasi kegiatan. Dalam kegiatan ini nantinya
Kopontren
Nabil Husein akan berkoordinasi dengan instansi terkait dalam hal ini adalah Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur, Dinas Perhubungan Propinsi Kalimantan Timur, Dinas Perhubungan Kota Samarinda serta Pihak Kepolisian.
Mobilisasi material untuk sarana penunjang akan diangkut melalui jalan darat dari Samarinda yang merupakan kota terdekat untuk memperolah material untuk kebutuhan sarana penunjang.
d. Penerimaan Tenaga Kerja Kebutuhan tenaga kerja yang direncanakan oleh Kopontren Nabil Husein ditampilkan pada Tabel 6 Tabel 6.
Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Kopontren Nabil Husein.
No.
Jumlah
Tingkat Jabatan
(orang)
Tingkat Gaji
1
Manager Operasional KTT
1
8 - 10 juta
2
Site Manager
3
5 - 8 juta
3
Surpervisor
6
3 - 5 juta
4
Foreman
8
2,5 - 3 juta
5
Staff
10
2 - 2,5 juta
6
Karyawan lapangan
30
1,5 – 2 juta
7
Tenaga Harian
20
50 ribu/hari
78 Sumber : Laporan Studi Kelayakan Kopontren Nabil Husein, 2011 .
Pihak
manajemen
Kopontren
Nabil
Husein
mempunyai
kebijaksanaan untuk memprioritaskan masyarakat sekitar lokasi minimal 30 % untuk terlibat dalam aktivitas penambangan yang disesuaikan dengan kualifikasi/persyaratan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan prosentase masyarakat lokal terlibat akan meningkat seiring dengan meningkatnya kapasitas produksi. Rekruitmen tenaga kerja tetap mengutamakan keahlian tenaga kerja lokal secara berjenjang dari desa, kecamatan, kabupaten dan Provinsi Kalimantan Timur serta dilakukan pelatihan bagi tenaga kerja lokal sehingga spesifikasi keahlian terpenuhi. Tenaga kerja yang akan dilibatkan dalam proyek ini dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu tenaga kerja siap pakai (berpengalaman) dan tenaga kerja belum berpengalaman yang kemudian akan ditraining secara khusus sesuai dengan jabatannya. Pendataan potensi tenaga kerja lokal perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana potensi (peluang) pekerjaan di proyek ini. Struktur organisasi penambangan Kopontren Nabil Husein dapat dilihat pada Gambar 4 yang dibuat berdasarkan pertimbanganpertimbangan berikut :
1)
Lokasi kegiatan utama dan jadwal kerja di lapangan.
2)
Kemudahan dalam pengendalian aktivitas sehari-hari.
3)
Mempunyai kemampuan merespon kebutuhan saat ini dan kemungkinan pengembangan perusahaan di masa yang akan datang.
4)
Efisiensi komunikasi.
5)
Adanya alur wewenang dan tanggung jawab yang jelas bagi setiap karyawan dalam menjalankan tugasnya.
DIREKTUR
MANAGER OPERASIONAL DAN KTT
HRD MANAGER
MINE MANAGER
MANAGER KEUANGAN
HUMAS MINE ENGINE MINE HAULING
PROSES & STOCKPILE
N A G N A P A L N A D F F A T S
MAINTENANCE HSE
Gambar 4.
Struktur Organisasi Penambangan Kopontren Nabil Husein
Dalam pelaksanaannya Kopontren Nabil Husein
akan menerapkan
suatu sistem kerja yang akan diterapkan dan disepakati oleh tenaga kerja yaitu : 1)
Tenaga kerja tetap, secara administratif bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan pertambangan, antara lain Direktur, Kepala Bagian, Supervisor, Kasi, Staff serta Keamanan.
2)
Tenaga kerja tidak tetap, yaitu tenaga kerja harian yang direkrut sesuai dengan kebutuhan dalam suatu unit-unit proyek pekerjaan.
Dalam pemberian insentif, gaji (upah), akan disesuaikan dengan dengan tingkat keterampilan / kemampuan serta tanggung jawab terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh tenaga kerja. Selain itu juga dalam sistim pengupahannya Kopontren Nabil Husein akan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, seperti Upah Minimum Sektoral Propinsi (UMSP) khususnya di bidang pertambangan.
2.
Tahap Konstruksi a. Pembuatan Jalan Tambang Panjang Jalan angkut tanah penutup dan tanah pucuk dari tambang hingga spoil dump ± 0,5 Km. Rencana pembangunan jalan tambang berpedoman pada lebar alat angkut terbesar. Dengan asumsi alat angkut terbesar adalah dump truck dengan kapasitas angkut tanah sebesar 12 Ton dan lebar 4 meter, maka lebar jalan angkut pada belokan adalah 15 meter. Kemiringan maksimum 8 %. Di kedua sisi jalan angkut dibuat tanggul yang tingginya sekitar 1 meter dengan luas lahan yang digunakan ntuk jalan angkut tanah penutup adalah seluas 0,75 Ha.
Gambar 5.
Konstruksi Jalan Tambang
b. Pembangunan Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan
pembangunan
sarana
dan
prasarana
penunjang
(emplasement) disesuaikan dengan kebutuhan proyek, sehingga diharapkan
fasilitas-fasiltas
tersebut
sangat
berguna
untuk
memperlancar kegiatan operasional tambang. Pembersihan lahan (land clearing) akan dilakukan pada saat membuka areal penambangan untuk pembangunan prasarana dan sarana infrastruktur. Peralatan yang digunakan untuk pembersihan lahan adalah parang, kapak, chainsaw dan bulldozer. Rencana
pembangunan
sarana
dan
prasarana
penunjang
(emplasement) ini terbagi menjadi : 1)
Sarana pendukung dengan lahan digunakan seluas 1.5 Ha yang meliputi: kantor, base camp key personel, base camp operator, musholah, kantin, pos keamanan / satpam security), septic tank untuk menampung limbah cair domestik (tinja dan kotoran),
2)
dan taman. Sarana kerja, dengan lahan yang digunakan seluas 0,068 Ha meliputi sarana bangunan workshop, lapangan parkir, kantor, gudang, laboratorium, rumah genset, tangki BBM,
water
treatmen dll. Workshop dilengkapi dengan lantai plester semen akan dibuat kedap air, sehingga terhindar dari terjadinya rembesan air yang berasal dari dalam tanah atau aliran air dari permukaan yang lebih tinggi, serta dilengkapi dengan oil trap untuk menampung ceceran oli dan minyak pelumas bekas, gudang spare part, rumah genset, tangki penyimpanan bahan bakar minyak (solar) dari plat / besi sebanyak 1 (satu) unit dengan ukuran 20.000 liter di lokasi tambang. Dalam
pelaksanaan
pembangunan
sarana
dan
prasaranan
penunjang akan mengacu pada Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan
dan
Energi
Nomor:
Kep-555.K/26/M.PE/1995
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum, dan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor : 85 Tahun 1999 Perubahan Nomor : 18 Tahun 1999 Tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3).
3.
Tahap Operasi a. Pembersihan Lahan (Land Clearing) Tambang
Sebelum kegiatan penambangan dilakukan pembersihan tanaman yang dimulai dari
penebangan, penyaradan dan pengumpulan.
Kegiatan pembersihan ini dilakukan secara bertahap mengikuti kemajuan tambang agar tanah pucuk tidak mengalami erosi apabila dibiarkan
terbuka
cukup
lama.
Batang-batang
pohon
yang
berukuran kecil dan semak belukar didorong dengan bulldozer dan akan ditimbun disuatu tempat, sedangkan pohon yang berukuran besar pemotongannya dilakukan dengan menggunakan chainsaw, kemudian dikumpulkan disuatu tempat yang cukup rendah dan dibiarkan lapuk tanpa pembakaran.
b. Pengupasan dan Penimbunan Tanah Pucuk Kegiatan ini merupakan pengupasan lapisan tanah permukaan (top soil dan sub soil) dilakukan pada musim kemarau, dan tidak akan dilakukan pada saat musim penghujan. Hal ini dimaksudkan agar unsur hara tanah tetap terjaga dan untuk menghindari terjadinya erosi. Tanah pucuk (top soil) merupakan bagian dari tanah penutup yang mengandung unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan (vegetasi) sehingga dalam penanganannya dilakukan secara tersendiri, dan penempatannya akan dipisahkan antara top soil dan sub soil. Tanah pucuk (top soil) setebal ± 15 cm dan tanah bawah (sub soil) setebal ± 50 cm dikupas, diangkut ke tempat penyimpanan khusus dan dilakukan pengelolaan agar tidak terjadi erosi dengan cara sistem terasiring atau langsung ditebar di daerah-daerah reklamasi yang dilakukan dengan
menggunakan backhoe CAT PC 300,
3
kapasitas 2,3 m dan dump truck Nissan kapasitas 12 Ton. Lokasi penimbunan adalah lokasi yang tidak mengandung cadangan batubara, tidak mengganggu daerah yang akan ditambang, serta topografi permukaannya berupa lembah. Penataan penimbunan tanah pucuk baik top soil maupun sub soil ini akan dirancang dengan mempertimbangkan aspek-aspek kestabilan lahan, hidrologi serta diselaraskan dengan topografi yang berada di sekitarnya. Tanah pucuk (top soil dan sub soil) yang dikupas akan disimpan untuk sementara di sepanjang pinggir sub crop line batubara, sidewall dan
belakang garis lereng akhir pertambangan untuk
memudahkan pengambilan pada saat reklamasi. Pihak pemrakarsa akan membangun saluran drainase disekeliling lokasi penimbunan tanah pucuk yang berfungsi untuk mengendalikan air limpasan yang akan disalurkan ke kolam pengendapan (settling pond).
c. Penggalian dan Penimbunan Tanah Penutup ( Overburden) Tahapan ini terdiri dari pembuatan jalan masuk ke tambang, spoil dump dan lokasi-lokasi settling pond, aktivitas pekerjaan sipil ini memerlukan armada articulated dump truck. Penggalian dan pemuatan tanah penutup dilakukan dengan alat gali (backhoe) dan dibantu bulldozer yang dilengkapi dengan ripper sebagai alat garu-dorong. Untuk mengangkut tanah penutup ke lokasi penimbunan, baik ke lokasi timbunan di luar tambang maupun ke lokasi backfilling menggunakan dump truck.
Gambar 6.
Skematis Pengelolaan Tanah Penutup
Out of pit spoil dump seluas 20 Ha berlokasi di blok tambang masih termasuk wilayah prosfek tambang. Rancangan out of pit spoil dump untuk jangka pendek terdiri dari tinggi jenjang 6 m, sudut lereng 45º, lebar jenjang 10 m, untuk kondisi lereng permanen, sedang untuk kemiringan keseluruhan (overall slope ) lereng timbunan 45º, tinggi timbunan sekitar 3 m, Berdasarkan data penyelidikan umum, diperkirakan sebagian tanah penutup bisa digali langsung dengan menggunakan alat gali muat backhoe khususnya untuk batuan lapuk dan pasir lepas, sedangkan tanah penutup yang berupa batuan sedimen yang masih segar seperti batu lempung, batu lanau dan batu pasir memerlukan pemberaian terlebih dahulu sebelum digali. Pemberaian bisa dilakukan dengan menggunakan ripping & dozing Kegiatan pengupasan tanah penutup (overburden) utamanya dilakukan dengan cara pemberaian menggunakan sistim ripping dan dozing
yakni
metode
penggalian
menggunakan ripper dan bulldozer.
tanah
penutup
dengan
Tanah penutup yang telah dikupas, kemudian didorong dengan bulldozer dan dikumpulkan di suatu tempat. Kemudian dengan menggunakan excavator, tanah penutup tersebut di muat ke dalam dump truck untuk selanjutnya dibawa ke lokasi penimbunan tanah penutup (disposal/spoil dump area) ataupun ke lokasi bekas bukaan tambang sebagai material penimbunan lubang bekas tambang (backfilling). Pada tahap awal pembuatan box cut, tanah penutup dibuang ke luar pit, setelah terbentuk box cut di dalam pit maka pembuangan tanah penutup dilakukan ke dalam box cut tersebut sampai mencapai elevasi akhir yang telah ditentukan. Peralatan yang digunakan terdiri dari excavator CAT PC 300, dump truck Nissan kapasitas 12 Ton dan bulldozer CAT D 85. Selain itu pula, di sekeliling lokasi penimbunan tanah penutup (spoil dump) tersebut akan dilengkapi dengan parit keliling yang berukuran lebar atas ± 1 meter, lebar bawah ± 0,5 meter dan tinggi ± 0,5 meter, serta dilengkapi dengan kolam pengendapan ( settling pond) sebanyak 4 unit yang masing-masing dihubungkan secara seri dan berukuran 10 X 5 X 3 m atau masing-masing berkapasitas = 150 3
3
m , atau berkapasitas total = 600 m . Tujuan di buatnya kolam pengendapan (settling pond) tersebut adalah untuk mengolah air larian permukaan (run off) dari Spoil dump. Selanjutnya untuk mempercepat terjadinya proses pengendapan (sedimentasi) di settling pond tersebut, maka air larian permukaan (run off) dan air tirisan tersebut akan di treatment dengan penambahan tawas atau koagulan lainnya yang layak sesuai dengan tujuan ramah lingkungan berdasarkan rekomendasi hasil kajian ilmiah yang ada dan dilakukan penambahan kapur / gamping untuk menaikan pH airnya. Pengolahan terhadap air tirisan tambang yang bersifat asam adalah dengan proses netralisasi asam. Caranya dengan menampung air asam tambang di settling pond kemudian ditambahkan kapur gamping untuk menetralkan /menaikkan pH air dengan dosis 15 gram/m
3
3
air bila diasumsikan volume air 12.600 m , maka
ditambahkan
189 Kg kapur gamping dengan siklus waktu
penetralan setiap 12 Jam. Dan setelah terjadi pengendapan, maka air yang bersih pada bagian atas (overflow) akan dialirkan ke kolam berikutnya (kolam pengendapan akhir). Limbah cair dari kolam pengendapan (settling pond) yang telah diolah dan telah memenuhi baku mutu limbah cair (Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor : 113 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan Atau Kegiatan Pertambangan Batubara) akan dibuang ke badan perairan. Namun tidak menutup kemungkinan jika nantinya air olahan tersebut dipakai sebagai bahan baku untuk penyiraman jalan kerja, sehingga diharapkan tidak ada limbah cair yang dibuang ke badan perairan. Untuk menjaga agar settling pond dapat berfungsi secara optimal, maka setiap saat lumpur atau sedimen yang mengendap di dasar kolam pengendapan (settling pond) diangkat / dikeruk dan dikeringkan. Untuk pengamanan lumpur atau sedimen yang telah dikeruk, maka akan dibuat paritan berukuran lebar atas 1 m atas dan lebar bawah 0,5 m serta kedalam 0,75 m yang mengalirkan kembali lumpur / sedimen terikut saat terjadi hujan ke settling pond.
d. Penambangan Batubara Setelah overburden diangkut, pekerjaan selanjutnya adalah pembersihan atap (roof) batubara dengan menggunakan excavator. Dengan kemiringan lapisan 35º - 45º, maka alat pembersihan batubara yang
dipakai
excavator CAT 320 C. Ilustrasi Tahapan
penambangan batubara dapat dilihat pada Gambar 7. Pada penambangan batubara biasanya akan terjadi air tirisan tambang, hal ini merupakan konsekuensi logis dari suatu kegiatan penambangan karena disatu pihak lokasi tambang dikehendaki kering, akan tetapi di lain pihak air tirisan tambang terus mengalir baik berasal dari air limpasan permukaan
(run off) pada waktu
hujan maupun dari rembesan air tanah. Untuk menjaga lokasi bukaan tambang batubara tetap kering, maka di sekeliling dari lantai bukaan tambang dibuatkan saluran / parit keliling dan sumur (sump) untuk menampung air tirisan tambang ; lebar parit 1 m dengan kedalaman 0,75 m, bagian dinding parit o
dibuat miring 60 dengan lebar dasar parit 0,5 m, selanjutnya air tirisan tersebut di pompakan ke luar tambang dan ditampung di settling pond ataupun dengan memanfaatkan lubang bekas bukaan tambang yang belum di timbun. Sedangkan untuk menghindari air run off dari tanah penutup di atasnya maka tiap jenjang dan lereng tanah penutup dibuat saluran drainase. Dengan adanya air tirisan, maka fenomena air asam tambang ( Acid Mine Drainage) dapat terjadi di lokasi pertambangan batubara, di
lokasi penimbunan tanah penutup (waste dump area), di lokasi penimbunan akhir (stock pile). Terbentuknya air asam tambang pada umumnya disebabkan adanya kandungan mineral sulfida (FeS2), yang ada di dalam batubara (sulfur) dan batuan sekitarnya, adanya zat oksidan berupa oksigen (O2) dari udara dan adanya air (H2O), di mana ketiga bahan pembentuk asam tersebut saling bereaksi dan akan membentuk senyawa ferro sulfat dan asam sulfat yang dapat menyebabkan penurunan pH air. Oleh karena itu, pihak pemrakarsa akan melakukan treatment terhadap air tirisan yang berada di settling pond dengan penambahan kapur guna menaikan pH air.
Gambar 7.
Ilustrasi Bagan Alir Pertambangan Batubara
1m 0,7 0
60o0 60
0,5 m
Gambar 8.
Saluran Trapersium
Gambar 9.
Lokasi Saluran Pengaliran Air Tirisan
e. Pengangkutan Batubara Pengangkutan batubara dari lokasi penggalian menuju stockpile sementara menggunakan dump truk kapasitas 12 ton. Batubara bagian teratas dari dump truk tersebut dipadatkan menggunakan excavator untuk menghindari tumpahan atau ceceran di jalan. Dari stockpile sementara selanjutnya di angkut ke tempat penimbunan dan pengolahan (stockpile dan preparasi).
f. Aktifitas Perbengkelan dan Genset Kegiatan perbengkelan meliputi perbaikan dan pemeliharaan kendaraan alat berat seperti ; bulldozer, wheel loader, back hoe / excavator, grader dan dump truck dan alat-alat penunjang lainnya seperti truck tangki air dan BBM, mobil operasional dan lain-lain. Operasional genset merupakan aktivitas penggunaan energi listrik untuk memperlancar operasional pertambangan. Pengoperasian genset setelah memperoleh ijin Dinas Pertambangan dan Energi Kota Samarinda . Fasilitas
perbengkelan
guna
perawatan
peralatan
tambang
disediakan di daerah tambang, sedangkan fasilitas perbengkelan guna perawatan peralatan pengolahan / preparasi batubara berada di areal pengolahan / preparasi batubara yang hanya menangani perawatan perbaikan mesin dan listrik.
Lubang pengambilan sampel emisi gas
Gambar 10. Desain Cerobong dan Ruangan Genset
Gambar 11. Bak Penampungan Oli (Oil Trap) di Bengkel / Workshop
g. Aktivitas Perkantoran dan Domestik Kegiatan aktivitas perkantoran dan domestik meliputi kegiatan perkantoran yang membawahi semua sistem managemen. Aktivitas perkantoran meliputi kegiatan admistrasi, SMK3, HSE, Tataniaga dll. Dalam aktivitas domestik meliputi kegiatan karyawan diluar jam kerja di perumahan (mess) karyawan, aktivitas di kantin, aktivitas MCK dll.
h. Pengembangan Masyarakat (Coorporate Social Responsibility ) Sebagai
bentuk
kepedulian
perusahaan
dalam
memberikan
kontribusi terhadap masyarakat yang berada di sekitar wilayah
kegiatan
pertambangannya,
maka
Kopontren
Nabil
Husein
menyisihkan dana sebesar (Rp. 500/Ton) dari hasil penjualan batubara
yang
diproduksi
setiap
tahunnya
untuk
kegiatan
pengembangan masyarakat (Coorporate Social Responsibility). CSR dibuat terpola yang disesuaikan dengan program pemerintah, agar tidak tumpang tindih serta sistem pemberian bantuan yang mengarah pada usaha mandiri pasca tambang.
4.
Tahap Pasca Operasi a. Reklamasi dan Revegetasi Lahan Dalam kegiatan reklamasi lahan tambang bekas penggalian batubara
dilakukan
dengan
mengembalikan
tanah
penutup
(overburden) dan tanah pucuk (top soil) ke dalam lubang bekas tambang (back filling). Kegiatan ini direncanakan pada daerah blok penambangan yang telah selesai ditambang ditutup / diisi dengan tanah penutup (overburden) yang berasal dari kegiatan pengupasan tanah penutup, kemudian pada bagian atas timbunan tanah penutup tersebut ditebari tanah pucuk (top soil) setebal
50 cm, setelah ditanami
dengan tanaman yang cepat tumbuh dengan jarak tanaman 3 m x 3 m. Sebelum kegiatan revegetasi dimulai terlebih dahulu lahan yang telah direklamasi di treatment terlebih dahulu dengan penambahan kapur sebanyak ± 200 kg/ha, pupuk organik dan pupuk anorganik sebanyak ± 250 kg/ha dengan tujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Setelah dibiarkan
1 (satu) bulan baru ditanami
dengan jenis tanaman penutup (cover crop) seperti : Centrosema pubescens, Callopogonium mucunoides, dan Pueraria javanica, sedangkan species untuk pengolahan tanah adalah: mangium, Paraserianthes falcataria, dan Gmelina arborea.
Acacia
b. Rasionalisasi Tenaga Kerja Dengan berakhirnya kegiatan pertambangan maka rasionalisasi tenaga kerja atau pemutusan hubungan kerja (PHK) tidak dapat dihindari. Dalam kegiatan ini, pihak perusahaan akan mengacu pada peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku serta disesuaikan dengan kondisi perusahaan. c. Demobilisasi Peralatan Dengan berakhirnya kegiatan pertambangan pada tahap pasca operasi maka kegiatan demobilisasi peralatan (alat-alat berat) dari lokasi proyek ke luar lokasi proyek dilakukan melewati jalan darat dan sungai dengan menggunakan kapal ponton atau LCT, sedangkan yang melalui jalan darat diangkut dengan menggunakan mobil pengangkut khusus (trailer) yang melewati ruas jalan raya yang ada.
d. Pengembalian Lahan / Penyerahan Lahan Pada akhir kegiatan tahap pasca operasi pertambangan ini, sejalan dengan tingkat keberhasilan kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan, maka areal bekas tambang yang telah di reklamasi dan di revegetasi terlebih dahulu di evaluasi oleh Tim Pemerintah Kota Samarinda dengan jangka waktu evaluasi lahan yang telah di reklamasi dan direvegetasi tersebut diperkirakan sekitar
3 - 5
Tahun setelah pasca tambang. Setelah dinyatakan berhasil (seperti atau mendekati rona awal), baru lahan tersebut dikembalikan kepada Negara melalui Pemerintah Kota Samarinda. Jadwal rencana kegiatan Pertambangan Batubara Kopontren Nabil Husein dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7.
Jadwal Rencana Kegiatan Penambangan Batubara
Kopontren Nabil
Husein No
KOMPONEN KEGIATAN
A.
TAHAP PRA KONSTRUKSI
1
Sosialisasi Rencana Kegiatan
2
Pembebasan Lahan
3
Mobilisasi Peralatan
4
Penerimaan Tenaga Kerja
B.
TAHAP KONSTRUKSI
1
Pembangunan Jalan Tambang
2
C. 1 2 3
Pembangunan Sarana dan Prasarana Penunjang
TAHAP OPERASI Pembersihan lahan (land clearing) tambang Pengupasan dan Penimbunan Tanah Pucuk Penggalian dan Penimbunan Tanah Penutup (Overburden)
4
Penambangan Batubara
5
Pengangkutan Batubara
6
Aktifitas Perbengkelan dan Genset
7
Tahun Penambangan 1
Aktivitas Perkantoran dan
8
Domestik Pengembangan Masyarakat (CSR)
D.
TAHAP PASCA OPERASI
1
Reklamasi dan Revegetasi Lahan
2
Rasionalisasi Tenaga Kerja
3
Demobilisasi Peralatan
4
Pengembalian Lahan
Sumber : Rencana Kerja Kopontren Nabil Husein, 2011.
2
3
4
5-8
A. B. C. D.
Nama Rencana Usaha : Pertambangan Batubara ........................................................................ 1 Lokasi Rencana Usaha dan / atau Kegiatan : ............................................................................... 1 Skala Usaha dan/atau Kegiatan .................................................................................................. 5 Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan .................................................... 12 1.
Luas Tapak Proyek ...................................................................................................... 5
2.
Kapasitas Produksi...................................................................................................... 5
3.
Sumber Energi / Bahan Bakar .................................................................................... 6
4.
Sumber Air yang Diperlukan di Lokasi Rencana Kegiatan .......................................... 7
5.
Pengadaan Fasilitas Penunjang .................................................................................. 8
6.
Metoda Penambangan ............................................................................................... 8
7.
Kegiatan Lain Di Sekitar ............................................................................................ 10
1.
Tahap Pra Konstruksi ................................................................................................ 12
2.
Tahap Konstruksi ...................................................................................................... 15
3.
Tahap Operasi .......................................................................................................... 16
4.
Tahap Pasca Operasi ................................................................................................ 24
Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7.
Koordinat Batas IUP Eksplorasi Kopontren Nabil Husein ............................................... 1 Rencana Penggunaan Lahan Pertambangan Kopontren Nabil Husein. .......................... 5 Cadangan Batubara Di Lokasi IUP Kopontren Nabil Husein ........................................... 5 Hasil Analisa Laboratorium Kualitas Batubara Kopontren Nabil Husein ........................ 6 Proyeksi Kebutuhan BBM dan Jumlah Peralatan Kopontren Nabil Husein ................... 7 Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Kopontren Nabil Husein. ..................................... 13 Jadwal Rencana Kegiatan Penambangan Batubara Kopontren Nabil Husein .............. 26
Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7.
Peta Lokasi Kegiatan ....................................................................................................... 3 Peta Fungsi Kawasan ...................................................................................................... 4 Peta Kegiatan Lain Di Sekitar ........................................................................................ 11 Struktur Organisasi Penambangan Kopontren Nabil Husein ........................................ 14 Konstruksi Jalan Tambang ............................................................................................ 15 Skematis Pengelolaan Tanah Penutup ......................................................................... 18 Ilustrasi Bagan Alir Pertambangan Batubara ............................................................... 21
Gambar 8. Saluran Trapersium ....................................................................................................... 21 Gambar 9. Lokasi Saluran Pengaliran Air Tirisan ............................................................................ 22 Gambar 10. Desain Cerobong dan Ruangan Genset .................................................................... 23 Gambar 11. Bak Penampungan Oli (Oil Trap) di Bengkel / Workshop ......................................... 23