BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian 3.1.1 Identitas Nama Umur Jenis kelamin Suku/ Bangsa Agama Status Alamat
: An.A. : 2 tahun. : Perempuan : Indonesia : Islam :: Bebas
3.1.2 Riwayat Kesehatan Keluhan Utama BAB lebih dari 3 xdalam sehari dengan intensitas sering dan jumlah yang sedikit. Riwayat Penyakit Sekarang BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali Riwayat Penyakit Dahulu Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang, alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak. campak. Riwayat Penyakit Keluarga Ada salah satu keluarga yang mengalami diare. Riwayat Kesehatan Lingkungan Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal 3.1.3 Pemeriksaan Fisik Kesadaran : Composmentis Keadaan umun: Lemas BB : 5,5 kg. TB : 45 cm TTV Nadi : 70 x/menit TD : 130/90 mmHg RR : 18 x/menit Kepala dan Leher Rambut : Keriting, ada lesi, distribusi merata. Wajah : Normal, mata agak cowong
Hidung : Pernapasan cuping hidung,Tidak ada polip Mulut : Bersih Leher : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid Thorax Inspeksi : Tidak tampak otot bantu pernafasan Palpasi : Tidak terdapat krepitasi Perkusi : Suara paru normal Auskultasi : Suara napas vesikuler. Sistem gastrointestinal : nafsu makan klien tidak ada, anoreksia, abdomen datar, bising usus 26x/menit, suara timpani, ada nyeri tekan. Sistem musculoskeletal : badan lemah, tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri Sistem Integumen : kulit kering dan turgor kulit juga jelek Sistem perkemihan : BAK 8-10x/hari warna kuning jernih, bau khas. BAB > 5-7x/hari dengan konsistensi encer, nyeri saat BAB. Eks. Atas : jumlah dan bentuk jari normal,tidak terdapat odema Eks. Bawah : jumlah dan bentuk jari normal,tidak terdapat odema Genetalia : tampak kemerahan pada daerah anus 3.2Analisa Data No Analisa data Etiologi Problem 1. Ds: keluarga klien Kehilangan cairan Gangguan mengatakan BAB lebih yang berlebihan keseimbangan dari 3x sehari dengan cairan dan konsistensi cair elektrolit Do: - TTV(N : 70 x/mnt, S 0 ; 38,5 C, RR : 18 x/mnt, TD : 130/90 mmHg) - Turgor kulit turun, kembali dalam 5 detik - Membran mukosa bibir kering - Mata cowong 2. Ds: keluarga klien Output berlebihan Nutrisi kurang dari mengatakan tidak dan intake yang kebutuhan bernafsu untuk makan kurang Do: BB klien turun, porsi makan tidak habis, BAB > 3x/hari 3 Ds: keluarga klien Proses infeksi Resiko
mengatakan badannya terasa hangat Do: 0 suhu tubuh : 38 C akral hangat Leukosit : 9.100 /mm3 4. Ds: keluarga klien mengatakan bahwa pada daerah sekitar anus terasa gatal Do: daerah sekitar anus terlihat kemerahan dan lecet 55. Ds : keluarga mengatakan pasien lemes Do : wajah terlihat lemas, lesu dan terlihat tidak bersemangat
sekunder diare
peningkatan suhu tubuh
Peningkatan frekuensi diare
Resiko gangguan integritas kulit
Ketunadayaan fidik
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
3.3 Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang. 3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare. 4. Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekuensi BAB (diare). 5. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan efek ketunadayaan fisik ditandai dengan penurunan waktu respon, lesu/ tidak bersemangat. 3.4 Intervensi 1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare. Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal. Kriteria Hasil : a. Tanda vital dalam batas normal (N: 60-100x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : 1424x/mnt). b. Turgor elastik, membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung. c. Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari. Intervensi : 1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit. Rasional :Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit. 2. Pantau intake dan output. Rasional : Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus, membuat keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme. 3. Timbang berat badan setiap hari. Rasional : Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt. 4. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr. Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral. 5. Kolaborasi : Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN) Rasional : Koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi). Cairan parenteral ( IV line ) Rasional :Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat. Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik) Rasional :Anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar seimbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam diharapkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi. Kriteria Hasil : a. Klien tidak menghindari makanan
b. Klien tidak mual muntah c. Klien berminat terhadap makanan d. Klien tidak mengeluh mengalami gangguan sensasi rasa Intervensi : 1) Pertahankan kebersihan mulut dengan baik sebelum dan sesudah makan. Rasional : Mulut yang tidak bersih dapat mempengaruhi makanan dan menimbulkan mual. 2) Tawarkan makanan porsi kecil tetapi sering untuk mengurangi perasaan tegang pada lambung. Rasional : Makan dalam porsi kecil tetapi sering bisa mengurangi perasaan tegang pada lambung. 3) Atur agar mendapatkan nutrien yang berprotein atau kalori yang disajikan pada saat individu ingin makan. Rasional : Agar asupan nutrisi dan kalori klien adekuat. 4) Siapkan dalam kemasan yang menarik dan makanan yang disukai oleh pasien. Rasional : Dapat meningkatkan selera makan. 5) Konsultasikan dengan ahli gizi mengenai kebutuhan kalori yang realistis dan adekuat. Rasional : Konsultasi ini dilakukan agar klien mendapatkan nutrisi sesuai indkasi dan kebutuhan kalorinya. 3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare. Tujuan : Setelah dilaksanakan asuhan keperawatan selama 24jam diharapkan suhu tubuh bisa kembali dalam rentang normal. Kriteria Hasil : a. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C) b. Tidak terdapat tanda infeksi (rubor,dolor,kalor,tumor,fungtio leasa) Intervensi : 1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam. Rasional :Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi) 2. Berikan kompres hangat. Rasional : Merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh. 3. Kolaborasi pemberian antipirektik. Rasional : Merangsang pusat pengatur panas di otak.
4. Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekuensi BAB (diare). Tujuan : Setelah dilaksanakan asuhan keperawatan selama 24jam diharapkanintegritas kulit tidak terganggu. Kriteria Hasil : a. Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga. b. Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar. Intervensi : 1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur. Rasional : Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman. 2. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya). Rasional :Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces. 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan. Instruksikan pasien/orang terdekat untuk mencuci tangan sesuai indikasi Rasional : Mengurangi resiko kontaminasi silang 4. Pantau tanda-tanda vital Rasional : Adanya proses inflamasi atau infeksi membutuhkan evaluasi atau pengobatan. 5. Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam. Rasional : Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi . 5. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan efek ketunadayaan fisik ditandai dengan penurunan waktu respon, lesu/ tidak bersemangat. Tujuan : Setelah dilaksanakan asuhan keperawatan selama 24jam diharapkan pertumbuhan dan perkembangan optimal dengan kriteria hasil : a. Klien akan tubuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan. Intervensi : 1. Kaji tingkat tumbuh kembang anak. Rasional : Untuk mengetahui tingkat tumbuh kembang klien sehingga dapat menetukan intervensi selanjutnya.
2. Berikan stimulasi tumbuh kembang, aktivitas, nonton TV, dan lain-lain sesuai kondisi klien. Rasional : Dengan adanya stimulasi tumbuh kembang dapat menstimulasi otak sehingga dapat mengoptimalkan tumbuh kembang klien sesuai dengan DDST. 3. Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat Rasional : Keluarga merupakan orang-orang terdekat klien, sehingga sangat membantu dalam mengoptimalkan pemberian tidakan / intervensi yang dilakukan.
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Disentri berasal dari bahasa Yunani yaitudys (=gangguan) dan enteron(=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah, diare encer dengan volume sedikit dan nyeri saat buang air besar (tenesmus).Disentri adalah peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar.Buang air besar ini berulang-ulang yang menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah. Ada 2 macam disentri, yaitu 1. Bakteri (Disentri basiler) Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella, Escherichia coli enteroinvasif (EIEC), Salmonella danCampylobacter jejuni , terutama pada bayi. 2. Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada anak usia > 5 tahun Diare dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman diare.Air sumur atau air tanah yang telah tercemar kuman diare, atau makanan dan minuman yang telah terkontaminasi kuman diare, atau tidak mencuci tangan sebelum memberikan makan/minum pada bayi/anak, memasak dll yang tanpa disadari sebenarnya tangan telah terkontaminasi kuman diare yang tak tampak oleh mata telanjang. 4.2 Saran
Saran dari penulis untuk pembaca hindari kegiatan atau kaftor-faktor yang bisa meningkatkan resiko terkena penyakit Disentri seperti yang telah dijelaskan diatas. DAFTAR PUSTAKA Doenges,Marilyn E, dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Pencernaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien .Jakarta : EGC J.Corwin, Elizabeth.2009.Buku Saku Patofisiologis.Jakarta : EGC http://fandik-prasetiyawan.blogspot.com/ Wilkinson, J,M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC Dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC A.Prince, S & M. Wilson.2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.Jakarta : EGC Dharma, Andi Pratama.2001.Buku Saku Diare Edisi 1.Bandung : SMF IKA FKUP/RSHS Mansjoer,Arif,dkk.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media Aesculaplus FK UI Gandahusada, Srisasi.2000.Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga.Jakarta : FK-UI http://fandik-prasetiyawan.blogspot.com/
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan sering kali menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba). Di Amerika serikat, insiden diseentri amoeba mencapai 1-5 % sedangkan disentri basiler dilaporkan kurang dari 500.000kasus tiap tahunnya. Sedangkan kejadian disentri amoeba di Indonesia sampai saat ini masih belum ada, akan tetapi untuk disentri basiler dilaporkan 5% dari 3848 or ang penderita diare berat menderita disentri basiler. Di dunia sekurangnya 200 juta kasusdan 650.000 kematian terjadi akibat disentri basiler pada anak-anak dibawah usia 5 tahun. Kebanyakan kuman penyebab disentri basiler ditemukan di Negara berkembang dengan kesehatan lingkungan yang masih kurang. Disentri amoeba hampir menyebar di seluruh dunia terutama di Negara yang berkembang yang berada didaerah tropis. Hal ini dikarenakan faktor kepadatan penduduk, hygiene individu, sanitasi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi serta cultural yang menunjang. Penyakit ini biasa menyerang anak dengan usia lebih dari 5 tahun. Spesies Entamoebamenyerang 10% populasi di dunia. Prevalensi yang tinggi mencapai 50% di Asia, Afrika, dan Amerika selatan. Sedangkan pada Shigella di Amerika serikat menyerang 150.000 kasus dan di Negara-negara yang berkembangShigella flexeneri dan S. dysentriae menyebabkan 600.000 kematian per tahun. WHO menyebutkan bahwa sekitar 15 persen dari seluruh kejadian diare pada anak di bawah usia 5 tahun adalah disentri. Adapun hasil survei evaluasi di Indonesia pada tahun 1989-1990 juga menunjukkan angka kejadian yang sama. Disentri menjadi penyebab panting pada kesehatan dan kematian yang dikaitkan dengan diare. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana asuhan keperawatan disentri?
1.3 Tujuan Penulisan 1. Tujuan khusus Untuk memenuhi penugasan kelompok yang diberikan oleh dosen pembimbing
2. Tujuan umum Setelah mengkaji tentang defenisi, etiologi. Tanda dan gejala dan lain-lainnya, perawat ataupun mahasiswa dapat menegakkan diagnosa dan intervensi dengan benar dan tepat. 1.4 Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan makalah ini adalah : 1. Menambah pengetahuan tentang konsep penyakit pankreatits. 2. Menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasienpankreatitis. BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Definisi Disentri berasal dari bahasa yunani, yaitu dys (=gangguan) danenteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah. Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah. Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni : 1. Sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus, 2. Berak-berak, dan 3. Tinja mengandung darah dan lendir. Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang di bawahnya. Penyakit ini seringkali terjadi karena kebersihan tidak terjaga,baik karena kebersihan diri atau individu maupun kebersihan masyarakat dan lingkungan. 2.2 Anatomi dan Fisiologi a. Usus Besar (Intestinum Mayor) Panjangnya ± 1 ½ m, lebar 5-6 cm, lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar adalah : a. Selaput lender b. Lapisan otot melingkar c. Lapisan otot memanjang d. Jaringan ikat. b. Fungsi Usus Besar
a. Menyerap air dari makanan b. Tempat inggal bakteri koli c. Tempat feses 2.3 Etiologi Penyebab Disentri yang paling umum adalah tidak mencuci tangan setelah menggunakan toilet umum atau tidak mencuci tangan sebelum makan. Cukup simple memang untuk penyebab disentri sebagai kasus klasik, tapi itulah kenyataannya. Secara garis besar penyebab penyakit disentri sangat erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan dan kebiasaan hidup bersih. Bakteri penyebab penyakit disentri antara lain kontak dengan bakteri Shigella dan beberapa jenis Escherichia coli (E. coli). Penyebab lain bakteri yang kurang umum dari diare berdarah termasuk infeksi Salmonella dan Campylobacter. Untuk jenis penyakit disentri amoeba, disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica Mikroorganisme penyebab disentri baik itu berupa bakteri maupun parasit menyebar dari orang ke orang. Hal yang sering terjadi penderita menularkan anggota keluarga untuk menyebarkannya ke seluruh anggota keluarga yang lainnya. Infeksi oleh mikroorganisme penyebab disentri ini dapat bertahan dan menyebar untuk sekitar empat minggu. Disentri juga dapat menyebar melalui makanan yang terkontaminasi. Negara miskin yang memiliki sistem sanitasi yang tidak memadai menunjukkan angka yang tinggi untuk kejadian kasus penyakit disentri. Frekuensi setiap patogen penyebab penyakit disentri bervariasi di berbagai wilayah dunia. Sebagai contoh, Shigellosis yang paling umum di Amerika Latin sementara Campylobacter adalah bakteri yang dominan di Asia Tenggara. Disentri jarang disebabkan oleh iritasi kimia atau oleh cacing usus. Mikroorganisme Penyebab Disentri Disentri Amoeba (amoebiasis) disebabkan oleh parasit protozoa yang dikenal dengan nama Entamoeba histolytica. Amuba bisa eksis untuk jangka waktu yang lama di usus besar (kolon). Pada sebagian besar kasus, amoebiasis tidak menimbulkan gejala (hanya sekitar 10% dari individu yang terinfeksi). Hal ini jarang kecuali di zona tropis dunia, di mana penyakit ini sangat lazim. Orang dapat terinfeksi setelah menelan kotoran yang mengandung parasit kemudian di ekskresikan seseorang. Orang-orang berisiko tinggi tertular parasit melalui makanan dan air jika terkontaminasi atau tercemar oleh limbah. Parasit juga dapat masuk melalui mulut ketika tangan di cuci dalam air yang terkontaminasi. Jika orang mengabaikan untuk mencuci dengan benar sebelum menyiapkan makanan, makanan dapat terkontaminasi. Buah-buahan dan sayuran bisa terkontaminasi
jika dicuci dalam air tercemar atau ditanam di tanah yang telah dipupuk oleh limbah manusia. Untuk mikroorganisme penyebab disentri bakteri Shigella danCampylobacter, merupakan penyebab penyakit disentri bacilliary yang dapat ditemukan di seluruh dunia. Mereka menembus lapisan usus, menyebabkan pembengkakan, ulserasi, dan diare parah yang mengandung darah dan nanah. Kedua infeksi disebarkan oleh konsumsi makanan yang terkontaminasi tinja dan air. Jika orang tinggal atau melakukan perjalanan di wilayah di mana kemiskinan atau kepadatan dapat mengganggu kebersihan dan sanitasi, mereka beresiko terkena bakteri invasif. Anak-anak (usia 1 sampai 4) hidup dalam kemiskinan yang paling mungkin untuk kontak Shigellosis, campylobakteriosis, atau salmonellosis.
2.4 Gejala Klinis 2.4.1 Disentri basiler Disentri basiler, disebabkan oleh Shigella,s p. Shigella adalah basil non motil, gram negatif, famili enterobacteriaceae. Ada 4 spesies Shigella, yaitu S.dysentriae, S.flexneri, S.bondii dan S.sonnei. Terdapat 43 serotipe O dariShigella. S.sonnei adalah satu-satunya yang mempunyai serotipe tunggal. Karena kekebalan tubuh yang didapat bersifat serotipe spesifik, maka seseorang dapat terinfeksi beberapa kali oleh tipe yang berbeda. Genus ini memiliki kemampuan menginvasi sel epitel intestinal dan menyebabkan infeksi dalam jumlah 102-103 organisme. Penyakit ini kadangkadang bersifat ringan dan kadang-kadang berat. Suatu keadaan lingkungan yang jelek akan menyebabkan mudahnya penularan penyakit. Secara klinis mempunyai tanda-tanda berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, perut terasa sakit dan tenesmus. Shigella sp merupakan penyebab terbanyak dari diare invasif (disentri) dibandingkan dengan penyebab lainnya. Hal ini tergambar dari penelitian yang dilakukan oleh Taylor dkk. di Thailand pada tahun 1984. Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa da rah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja. Panas tinggi (39,50 – 400 C), appear toxic. Muntah-muntah. Anoreksia. Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi). 2.4.2 Disentri amoeba Disentri amoeba, disebabkan Entamoeba hystolitica. E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai mikroorganisme komensal apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan menembus dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi. Siklus hidup amoeba ada 2 bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang dapat bergerak dan bentuk kista. Bentuk trofozoit ada 2 macam, yaitu trofozoit komensal (berukuran < 10 mm) dan trofozoit patogen (berukuran > 10 mm). Trofozoit komensal dapat dijumpai di lumen usus tanpa menyebabkan gejala penyakit. Bila pasien mengalami diare, maka trofozoit akan keluar bersama tinja. Sementara trofozoit patogen yang dapat dijumpai di lumen dan dinding usus (intraintestinal) maupun luar usus (ekstraintestinal) dapat mengakibatkan gejala disentri. Diameternya lebih besar dari trofozoit komensal dapat sampai 50 mm) dan mengandung beberapa eritrosit di dalamnya. Hal ini dikarenakan trofozoit patogen sering menelan eritrosit (haematophagous trophozoite). Bentuk trofozoit ini bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala penyakit namun cepat mati apabila berada di luar tubuh manusia. mempunyai tandatanda berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, perut terasa sakit dan tenesmus. Bentuk kista juga ada 2 macam, yaitu kista muda dan kista dewasa. Bentuk kista hanya dijumpai di lumen usus. Bentuk kista bertanggung jawab terhadap terjadinya penularan penyakit dan dapat hidup lama di luar tubuh manusia serta tahan terhadap asam lambung dan kadar klor standard di dalam sistem air minum. Diduga kekeringan akibat penyerapan air di sepanjang usus besar menyebabkan trofozoit berubah menjadi kista. Diare disertai darah dan lendir dalam tinja. Frekensi BAB mmnya lebi sedikit daripada disentri basiler (≤10x/ari) Sakit perut hebat (kolik) Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus). 2.5 Patofisiologi dan Patogenesa a. Disentri basiler Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri, yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasanya lunak, diserta ieksudat inflamasi yang mengandung leukosit polymorfonuclear (PMN) dan darah. Kuman Shigella secara genetik bertahan terhadap pH yang rendah, maka dapat melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air,makanan, dan lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah
melewati lambung dan usus halus, kuman ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak didalamnya. Kolon merupakan tempat utama yang diserang Shigella namun ileumterminalis dapat juga terserang. Kelainan yang terberat biasanya di daerahsigmoid, sedang pada ilium hanya hiperemik saja. Pada keadaan akut dan fatalditemukan mukosa usus hiperemik, lebam dan tebal, nekrosis superfisial, tapi biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan subakut terbentuk ulkus pada daerah folikel limfoid, dan pada selaput lendir lipatan transversum didapatkan ulkus yang dangkal dan kecil, tepi ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus bergaung S.dysentriae, S.flexeneri, dan S.sonei menghasilkan eksotoksin antara lain ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik,dan neurotoksik. Enterotoksin tersebut merupakan salah satu faktor virulen sehingga kuman lebih mampu menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan menyebabkan kelainan pada selaput lendir yang mempunyai warna hijau yang khas. Pada infeksi yang menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5cm sehingga dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil. Dapat terjadi perlekatan dengan peritoneum. b. Disentri Amuba Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di lumen usus besar dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa usus danmenimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan perubahan ini sampaisaat ini belum diketahui secara pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien,sifat keganasan (virulensi) amoeba, maupun lingkungannya mempunyai peran.Amoeba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase danlisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus.Bentuk ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapidi lapisan submukosa dan muskularis melebar (menggaung). Akibatnya terjadiulkus di permukaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang yangminimal. Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. Ulkus dapat terjadi disemua bagian usus besar, tetapi berdasarkan frekuensi dan urut-urutan tempatnya adalah sekum, kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum terminalis. 2.6 Pencegahan Disentri amoeba Makanan, minuman dan keadaan lingkungan hidup yang memenuhi syarat kesehatan merupakan sarana pencegahan penyakit yang sangat penting. Air minum sebaiknya dimasak dahulu karena kista akan binasa bila air dipanaskan 500C selama 5 menit. Penting sekali adanya jamban keluarga, isolasi dan pengobatan carrier. Carrier dilarang bekerja sebagai juru masak atau segala pekerjaan yang berhubungan dengan makanan. Sampai saat
ini belum ada vaksin khusus untuk pencegahan. Pemberian kemoprofilaksis bagi wisatawan yang akan mengunjungi daerah endemis tidak dianjurkan. Disentri basiler Belum ada rekomendasi pemakaian vaksin untuk Shigella. Penularan disentri basiler dapat dicegah dan dikurangi dengan kondisi lingkungan dan diri yang bersih seperti membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang tidak terkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih Dari program-program yang telah dibuat oleh pemerintah, terdapat cara-cara untuk mencegah terjadinya disentri. Salah satunya dengan melakukan program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dari yang paling penting,yaitu mencuci tangan. Mencuci tangan sering dianggap sebagai hal biasa di masyarakat. Ada yang tidak mencuci tangan sebelum makan,ada yang mencuci tangan hanya sekedar dengan air. Padahal mencuci tangan merupakan pencegahan terjadinya penyakit yang paling penting. Cara mencuci tangan yang paling benar yaitu dengan cara memakai air bersih dan sabun atau antiseptik. Sabun dan antiseptik berguna untuk membersihkan kuman atau bakteri yang ada di tangan. Mencuci tangan hingga steril menggunakan sembilan langkah yang diterapkan dan dianjurkan oleh rumah sakit adalah cara mencuci tangan yang paling benar. Mencuci tangan dilakukan setelah buang air besar,sebelum memasak atau menjamah makanan,sebelum dan sesudah makan. Langkah selanjutnya yaitu menutup rapat-rapat tempat menyimpan makanan. Ini bertujuan agar makanan tidak berisi bakteri dan makanan menjadi makanan yang bersih dan sehat untuk dikonsumsi. Dalam kehidupan sehari-hari,ada masyarakat yang kurang menjaga kebersihan. Sehingga tidak jarang di dalam rumah atau ruangan mereka banyak terdapat serangga atau binatang lain yang dapat menimbulkan penyakit seperti lalat, kecoak, tikus, nyamuk, dan lainnya. Kebersihan alat-alat rumah tangga yang digunakan untuk membuat makanan juga harus diperhatikan. Kita juga harus melindungi sumber air agar tetap bersih dan terhindar dari kontaminasi tinja. Kamar mandi harus bersih dan diusahakan agar tidak lembab dan ada sinar matahari yang masuk ,karena bakteri dapat hidup di daerah yang lembab. Tinja dibuang secara saniter dan teratur. Dalam menjalankan langkah-langkah pencegahan, sebaiknya masyarakat saling bergotong-royong, sehingga setiap orang akan tahu bahaya dari penyakit ini. Dari pengetahuan tersebut akan tercipta masyarakat yang harmonis, memiliki perilaku sehat,dan pola hidup sehat teratur. Dalam bidang pelayanan kesehatan, sudah banyak diterapkan programprogram untuk mencegah disentri.Masyarakat juga harus mencari informasiinformasi terkini terkait dengan upaya meningkatkan kesejahteraan kesehatan. Banyak juga klinik-klinik atau rumah sakit meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang professional dengan memperbanyak program sosialisasi dan penyuluhan ke masyarakat,sekolah-sekolah,di banjar,dan dimana saja.
Jadi,dapat disimpulkan bahwa penyakit ini merupakan penyakit berbahaya yang dapat dicegah. Memang sulit untuk mengobati penyakit disentri ini. Namun,dengan adanya kesadaran dari setiap individu,dan menerapkan pengetahuan yang didapat dari sosialisasi, edukasi, pengalaman, kontak sosial, atau motivasi dari orang terdekat,niscaya penyakit ini setidaknya dapat dicegah. Bersama-sama semua orang bergotong-royong menerapkan pola hidup sehat, berolahraga, dan memakan makanan yang sehat dan teratur. Semua orang diharapkan dapat menjadi role mode bagi orang-orang yang belum tahu. Semuanya harus dimulai dari diri sendiri. Secara khusus sebagai berikut : Disentri tersebar karena kebersihan yang buruk. Untuk meminimalkan risiko terkena penyakit ini, jaga selalu kebiasaan hidup bersih dan sehat. Cuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet atau sebelum dan sesudah makan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain/anak. Bila Anda bepergian, jangan minum air setempat kecuali telah direbus selama paling sedikit 10 menit. Atau gunakan air kemasan atau minuman bersoda dari kaleng atau botol yang masih dalam kondisi bersegel. a. Jangan minum dari air mancur umum atau membersihkan gigi dengan air keran b. Jangan makan buah segar atau sayuran yang tidak bisa dikupas sebelum makan. c. Jangan makan atau minum produk susu, keju atau susu yang mungkin belum dipasteurisasi. d. Jangan makan atau minum apa pun yang dijual oleh PKL (kecuali minuman dari kaleng benar disegel atau botol). 2.7 Penatalaksanaan 1. Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi kurang, lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan darah) untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak. Waspadai adanya syok sepsis. 2. Komponen terapi disentri, antara lain : a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap status hidrasi dan keseimbangan elektrolit. b. Diet Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian makanannya. Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama pada anak yang diduga mengalami defisiensi. Untuk
mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan preparat seng oral. Dalam pemberian obat-obatan, harus diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas usus sebaiknya tidak diberikan karena adanya resiko untuk memperpanjang masa sakit. c. Antibiotika Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan mendapatkan terapi yang sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan resiko komplikasi dan kematian. Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) : Kotrimokasazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari. Dari hasil penelitian, tidak didapatkan perbedaan manfaat pemberian kotrimoksazol dibandingkan placebo10. Alternatif yang dapat diberikan : o Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis o Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis o Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV atau IM o Asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll. Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik harus dihentikan dan diganti dengan alternatif lain. Terapi antiamubik diberikan dengan indikasi : o Ditemukan trofozoit Entamoeba hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja. o Tinja berdarah menetap setelah terapi dengan 2 antibiotika berturut-turut (masing-masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk disentri basiler. Terapi yang dipilih sebagai antiamubik intestinal pada anak adalah Metronidazol 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Bila disentri memang disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan akan membaik dalam 2-3 hari terapi. d. Sanitasi Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan§ dengan bersih sehabis membersihkan tinja anak untuk mencegah autoinfeksi. Prinsip utama pengobatan diare 1. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya/penyebabnya. 2. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada gizi. 3. Antibiotik/anti parasit tidak boleh digunakann secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan kasus termasuk diare berat, diare dengan panas kecuali : pada disentri yang harus diobati dengan antimikroba yang efektif
untuk shigella, Suspek kolera dengan dehidrasi berat, Diare persisten, bila diketemukan tropozoit atau kista G lamblia atau tropozoit E. histolitika di tinja atau cairan usus, atau bila bakteri patogen ditemukan dalam kultur tinja. Terapi rehidrasi, Bertujuan untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat. Terapi rehidrasi oral: Cairan oralit (cairan rehidrasi oral) Oralit adalah campuran gula dan garam. Rasio glukosa vs natrium paling tidak 1 : 1. Untuk terapi diare di rumah ibu diberi oralit untuk pemakaian 2 hari. Bila memberikan oralit satu kantong harus diberikan sekaligus dan larutan oralit yang tidak digunakan dalam 24 jam harus dibuang. Bila diare terus berlangsung sedangkan oralit sudah habis harus memberikan cairan rumah tangga atau membawa kembali anaknya ke sarana kesehatan untuk pengobatan. Cairan rumah tangga, Meskipun komposisinya tidak seberat oralit untuk mengobati dehidrasi, cairan larutan seperti sup, air biasa, minuman yoghurt mungkin lebih praktis untuk rehidrasi oral mencegah dehidrasi. Cairan rumah tangga ini harus segera diberikan pada anak pada saat mulai diare dengan tujuan memberi lebih banyak cairan dari biasanya. Ada beberapa cairan yang tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare termasuk sari buah manis yang diperdagangkan, pencahar, stimulansia seperti kopi. 3. Makanan pada terapi diare ASI, susu formula atau susu sapi harus diberikan seperti biasanya. Anak umur 6 bulan atau lebih harus diberikan makanan lunak/setengah padat. Tawarkan makanan setiap 3-4 jam atau berikan anak makanan sebanyak dia mau. Pemberian makanan sedikit – sedikit namun sering lebih dapat diterima daripada diberikan dalam jumlah besar tapi jarang. Setelah diare berhenti, teruskan pemberian makanan satu kali lebih banyak daripada biasanya selama 2 minggu menggunakan makanan yang mengandung banyak gizi. 4. Obat anti diare Banyak obat dijual untuk mengobati diare akut dan muntah. Obat-obatan anti diare meliputi anti motilitas usus (misal loperamid, difenoksilat, kodein), adsorben (misal norit, kaolin, attapulgit, smectite) dan biakan bakteri hidup (misal lactobacillus, streptokokus faecalis). Antimuntah termasuk klorpromasin, prometasin. Semua obat di atas tidak boleh diberikan pada anak di bawah 5 tahun. WOC
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN DISENTRI 3.1. Identitas Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya . 3.2. Keluhan Utama BAB lebih dari 3 x 3.3. Riwayat Kesehatan 1. Riwayat Penyakit Sekarang BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis). 2. Riwayat Penyakit Dahulu Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak. 3. Riwayat Nutrisi AS Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa,
porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan, 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Ada salah satu keluarga yang mengalami diare. 5. Riwayat Kesehatan Lingkungan Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal. 6. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan a. Pertumbuhan o Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun. o Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya. o Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah o Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring. b. Perkembangan o Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud
BAB 4 PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Disentri merupaka peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perutdan buang air besar encer yang bercampur lendir dan darah. Etiologi dari disentri ada 2, yaitu disenstri basiler yang disebabkan oleh Shigella,sp. Dan disentri amuba yang disebabkan oleh Entamoeba hystolitica .Manifestasi klinis disentri basiler berupa diare berlendir, alkalis, tinja kecilkecildan banyak, darah dan tenesmus serta bila tinja berbentuk dilapisi lendir. Manifestasi klinis disentri amuba berupa tinja biasanya besar, asam, berdarah dantenesmus jarang. Pencegahan penyakit disentri dapat dengan melakukan program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dari yang paling penting yaitu mencuci tangan, menutup rapat-rapat tempat menyimpan makanan, melindungi sumber air agar tetap bersih dan terhindar dari kontaminasi tinja. Tinja dibuang secara saniter dan teratur lembab. Kamar mandi harus bersih dan diusahakan agar tidak lembab dan ada sinar matahari yang masuk,karena bakteri dapat hidup di daerah yang lembab. Disentri basiler Prinsip dalam
melakukan tindakan pengobatan adalah istirahat,mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan antibiotika 4.2 SARAN Penulis mengharapkan bagi setiap orang untuk tetap menjaga pola hidup bersih dan sehat baik dari hal yang kecil seperti rajin mencuci tangan sampai hal yang besar. Dan untuk pemerintah hendaknya senantiasa tetap memberikan pemahan tentang pola hidup sehat dan bersih kepada setiap warga Negara agar mereka terhindar dari berbagai penyakit serta perlunya pengawasan makanan dari pemerintah. DAFTAR PUSTAKA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan sering kali menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba). Di Amerika serikat, insiden diseentri amoeba mencapai 1-5 % sedangkan disentri basiler dilaporkan kurang dari 500.000kasus tiap tahunnya. Sedangkan kejadian disentri amoeba di Indonesia sampai saat ini masih belum ada, akan tetapi untuk disentri basiler dilaporkan 5% dari 3848 orang penderita diare berat menderita disentri basiler. Di dunia sekurangnya 200 juta kasusdan 650.000 kematian terjadi akibat disentri basiler pada anak-anak dibawah usia 5 tahun. Kebanyakan kuman penyebab disentri basiler ditemukan di Negara berkembang dengan kesehatan lingkungan yang masih kurang. Disentri amoeba hampir menyebar di seluruh dunia terutama di Negara yang berkembang yang berada didaerah tropis. Hal ini dikarenakan faktor kepadatan penduduk, hygiene individu, sanitasi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi serta cultural yang menunjang. Penyakit ini biasa menyerang anak dengan usia lebih dari 5 tahun. Spesies Entamoeba menyerang 10% populasi di dunia. Prevalensi yang tinggi mencapai 50% di Asia, Afrika, dan Amerika selatan. Sedangkan pada Shigella di Amerika serikat menyerang 150.000 kasus dan di Negara-negara yang berkembang Shigella flexeneri dan S. dysentriae menyebabkan 600.000 kematian per tahun. WHO menyebutkan bahwa sekitar 15 persen dari seluruh kejadian diare pada anak di bawah usia 5 tahun adalah disentri. Adapun hasil survei evaluasi di Indonesia pada tahun 1989-1990 juga menunjukkan angka kejadian yang
sama. Disentri menjadi penyebab panting pada kesehatan dan kematian yang dikaitkan dengan diare.
BAB 2 TINJAUAN TEORI A). PENGERTIAN Disentri adalah peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar. Buang air besar ini berulang-ulang yang menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah. B). KLASIFIKASI Ada 2 macam disentri, yaitu
1. Disentri Amoebica 2. Disentri Bacilaris Perbedaan disentri Amoebica dan Basilaris Disentri Amoebica Penyebab Entamoeba Histolitika Dimulai Tidak dengan tiba-tiba dan hebat Panas Tidak ada Berak Berjangkitnya Tidak sering kali, tidak banyak darah dan lender Diagnosa dan baunya amat busuk Prognosis Tidak berat dan tidak secara wabah Dapat dengan mikroskop Pada penyakit endokrin tergantung pada penyakit dasarnya. Pada penyebab obat-obatan tergantung kemampuan menghindari pemakaian obat.
Disentri Bacilaris Shigela Disentri Dengan hebat dan tiba-tiba Ada Terlalu sering, lebih banyak darah, lender dan nanah, tidak bau busuk. Hebat dan sering secara wabah Menghendaki pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium. Pada bentuk berat angka kematian tinggi, kecuali mendapat pengobatan dini. Pada bentuk sedang angka kema
C). ANATOMI FISIOLOGI Usus Besar (Intestinum Mayor) Panjangnya ± 1 ½ m, lebar 5-6 cm, lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar adalah : a. Selaput lender b. Lapisan otot melingkar c. Lapisan otot memanjang d. Jaringan ikat. Fungsi Usus Besar a. Menyerap air dari makanan b. Tempat inggal bakteri koli c. Tempat feses D). ETIOLOGI 1. Bakteri (Disentri basiler) Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella Escherichia coli enteroinvasif (EIEC) Salmonella Campylobacter jejuni , terutama pada bayi 2. Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada anak usia > 5 tahun. E). PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESA a. Disentri basiler Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri, yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasanya lunak, diserta ieksudat inflamasi yang mengandung leukosit polymorfonuclear (PMN) dan darah. Kuman Shigella secara genetik bertahan terhadap pH yang rendah, maka dapat melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air,makanan, dan lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati lambung dan usus halus, kuman ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak didalamnya. Kolon merupakan tempat utama yang diserang Shigella namun ileumterminalis dapat juga terserang. Kelainan yang terberat biasanya di daerahsigmoid, sedang pada ilium hanya hiperemik saja. Pada keadaan akut dan fatalditemukan mukosa usus hiperemik, lebam dan tebal, nekrosis superfisial, tapi biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan subakut terbentuk ulkus pada daerah folikel limfoid, dan pada selaput lendir lipatan transversum didapatkan ulkus yang dangkal dan kecil, tepi ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus bergaung S.dysentriae, S.flexeneri, dan S.sonei menghasilkan eksotoksin antara lain ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, o
o
o
o
yang mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik,dan neurotoksik. Enterotoksin tersebut merupakan salah satu faktor virulen sehingga kuman lebih mampu menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan menyebabkan kelainan pada selaput lendir yang mempunyai warna hijau yang khas. Pada infeksi yang menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5cm sehingga dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil. Dapat terjadi perlekatan dengan peritoneum. b. Disentri Amuba Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di lumen usus besar dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa usus danmenimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan perubahan ini sampaisaat ini belum diketahui secara pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien,sifat keganasan (virulensi) amoeba, maupun lingkungannya mempunyai peran.Amoeba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase danlisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus.Bentuk ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapidi lapisan submukosa dan muskularis melebar (menggaung). Akibatnya terjadiulkus di permukaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang yangminimal. Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. Ulkus dapat terjadi disemua bagian usus besar, tetapi berdasarkan frekuensi dan urut-urutan tempatnya adalah sekum, kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum terminalis. F). TANDA dan GEJALA Disentri basiler Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja. Panas tinggi (39,50 – 400 C), appear toxic. Muntah-muntah. Anoreksia. Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB. Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi). Disentri amoeba
Diare disertai darah dan lendir dalam tinja. Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/ari) Sakit perut hebat (kolik)
Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus). G). TEST DIAGNOSTIK Pemeriksaan tinja Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan bentuk trofozoit dalam tinja Benzidin test Mikroskopis : leukosit fecal (petanda adanya kolitis), darah fecal . Biakan tinja Media : agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar SS. Pemeriksaan darah rutin : leukositosis (5.000 – 15.000 sel/mm3), kadangkadang dapat ditemukan leucopenia. Endoscopy : memberikan visualisasi area yang terlibat. H). KOMPLIKASI 1. Disentri Basiler Stenosis Peritonetis Hemoroid Neuritis perifer artritis 2. Disentri Amoebica Perdarahan usus Perforasi Ameboma Striktura I). PENULARAN Diare dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman diare. Air sumur atau air tanah yang telah tercemar kuman diare, atau makanan dan minuman yang telah terkontaminasi kuman diare, atau tidak mencuci tangan sebelum memberikan makan/minum pada bayi/anak, memasak dll yang tanpa disadari sebenarnya tangan telah terkontaminasi kuman diare yang tak tampak oleh mata telanjang. J). PENCEGAHAN Buang airlah ditempatnya dan tidak disembarang tempat, latih anak untuk buang air dikakus Cuci tangan sebelum makan dan sesudah makan. Cuci tangan sebelum memasak makanan dan pastikan tangan anda selalu bersih ketika memberikan makan pada bayi atau balita. Pastikan peralatan
makan dan minum anak bersih dan tidak terkontaminasi kuman apapun juga. Untuk bayi usahakan Selalu memasak/merebus peralatan makan dan minumnya terlebih dahulu. Minum dan makanlah makanan yang sudah dimasak. Hindari memberikan makanan setengah masak/setengah matang pada anak. Pastikan air yang dimasak benar-benar mendidih. Berikanlah ASI selama mungkin kepada anak, disamping pemberian makanan lainnya. Bayi yang minum susu botol lebih mudah terserang diare dari pada bayi yang disusui ibunya. Tetap menyusui anak walaupun anak terserang diare. Pastikan tangan sipengasuh tetap bersih ketika mengasuh anak atau memberikan makan dan minum pada anak. Jaga kebersihan diri dan kebersihan lingkungan tempat tinggal. K). PENATALAKSANAAN 1. Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi kurang, lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan darah) untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak. Waspadai adanya syok sepsis. 2. Komponen terapi disentri a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap status hidrasi dan keseimbangan elektrolit. b. Diet Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian makanannya. Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama pada anak yang diduga mengalami defisiensi. Untuk mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan preparat seng oral. Dalam pemberian obat-obatan, harus diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas usus sebaiknya tidak diberikan karena adanya risiko untuk memperpanjang masa sakit. c. Antibiotika • Anak dengan disentri ars dicrigai menderita sigellosis dan mendapatkan terapi yang sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan risiko komplikasi dan kematian.
• Pilian tama ntk igelosis (menrt anjran WHO) : Kotrimoksazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari. • Alternatif yang dapat diberikan : o Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis o Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis o Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV atau IM o Asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. • Perbaikan searsnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll. Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik harus dihentikan dan diganti dengan alternatif lain. • Terapi antiamebik diberikan dengan indikasi : o Ditemukan trofozoit Entamoeba hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja. o Tinja berdarah menetap setelah terapi dengan 2 antibiotika berturut-turut (masing-masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk disentri basiler. • Terapi yang dipili sebagai antiamebik intestinal pada anak adala Metronidazol 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Bila disentri memang disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan akan membaik dalam 2-3 hari terapi. d. Sanitasi Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan dengan bersih sehabis membersihkan tinja anak untuk mencegah autoinfeksi.
ASUHAN KEPERAWATAN A.PENGKAJIAN 1. Identitas Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus
karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya . 2. Keluhan Utama BAB lebih dari 3 x 3. Riwayat Penyakit Sekarang BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis). 4. Riwayat Penyakit Dahulu Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak. 1. Riwayat Nutrisi ASI Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan. 2. Riwayat Kesehatan Keluarga Ada salah satu keluarga yang mengalami diare. 3. Riwayat Kesehatan Lingkungan Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal. 4. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan a. Pertumbuhan o Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun. o Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya. o Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah o Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring. b. Perkembangan o Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud B.DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang 2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare. 3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare 4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare. 5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus. 6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive C. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal Kriteria hasil : o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt ) o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung. o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari Intervensi : 1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit 2) Pantau intake dan output R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme. 3) Timbang berat badan setiap hari R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt 4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral 5) Kolaborasi : - Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN) R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi). - Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat. - Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik) R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang,
antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria : – Nafsu makan meningkat - BB meningkat atau normal sesuai umur Intervensi : 1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin) R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus. 2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan. 3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan 4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan. 5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain : a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu b. obat-obatan atau vitamin ( A) R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan 3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C) Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa) Intervensi : 1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi) 2) Berikan kompres hangat R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh 3) Kolaborasi pemberian antipirektik R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak 4. Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu Kriteria hasil : – Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga - Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar Intervensi : 1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman 2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya) R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces 3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi . 5. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel Intervensi : 1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga 2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS 3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya 4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll) R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada klien. 5) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak. D.IMPLEMENTASI 1.Memantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit agar Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki deficit 2.Memantau intake dan output agar Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3. Menimbang berat badan setiap hari untuk Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt 4. Menganjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr untuk Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral 5. Berkolaborasi : dalam Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN) untuk koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi). E.EVALUASI Masalah dikatakan teratasi apabila Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt ) Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung. Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
DAFTAR PUSTAKA
1. Kamus Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : FK-UI; 2001 2. Saroni, Mahput. Buku Saku Diare Edisi 1. Bandung : Bagian/SMF IKA FKUP/RSHS; 2001 3. Behrman, et al. Nelson Textbook of Pediatrics 17th edition. UK : Saunders; 2004 4. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Volume 1. Jakarta : Bagian IKA FK-UI; 1998. 5. Pratama, Ega, et al. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : FK-UI; 2000. 6. Kumpulan catatan kuliah Ilmu Kesehatan Anak . 7. Lengkong, John B. Prosedur Tetap (Standard Operating Procedure) Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta; 2004.
Penyakit Disentri pada Anak Orang kerap berikan nama sakit di perut dan pencernaan jadi sakit perut saja. Namun sakit perut itu bermacam jenisnya bergantung pemicunya. Di antara pemicu sakit perut yaitu kuman layaknya pada penyakit disentri.
Disentri yaitu di antara penyakit yang menyerang saluran pencernaan, terutama di usus besar. Gejala penyakit ini diantaranya mencret dan perut mulas. Kotorannya lalu berlendir dan berdarah. Tidak jarang juga penderita rasakan sakit di anusnya. Untuk penderita disentri butuh diperhatikan bahwa penyakit ini amat cepat menular. Gejala dan penyebab Disentri datang dari bahasa yunani, yakni dys ( =gangguan ) dan enteron ( =usus ) yang bermakna radang usus yang menyebabkan gejala meluas dan tinja lendir bercampur darah. Gejala-gejala disentri diantaranya: - buang air besar dengan tinja berdarah - diare encer dengan volume sedikit - buang air besar dengan tinja bercampur lendir (mucus) - nyeri waktu buang air besar (tenesmus) Ciri-ciri waktu bila terkena disentri yaitu seperti berikut: - panas tinggi (39, 50°c – 400°c), appear toxic - muntah-muntah - sakit kram di perut dan sakit di anus waktu bab - terkadang dibarengi gejala sama ensefalitis dan sepsis - diare dibarengi darah dan lendir di dalam tinja - frekuensi bab biasanya lebih sedikit - sakit berut hebat (kolik)
Who mengatakan bahwa lebih kurang 15 % dari semua perihal diare pada anak dibawah usia 5 th yaitu disentri. Adapun hasil survey evaluasi di Indonesia pada th 1989-1990 juga tunjukkan angka perihal yang sama. Disentri jadi pemicu panting pada kesehatan dan kematian yang dihubungkan dengan diare. Lantaran efek disentri cukup berat, pada diare yang dengan klinis dicurigai jadi disentri basiler bisa diberikan antibiotik dengan empiris buat kuman shigella, walau belum ada bukit baikkan bakteri pada tinja. Walau demikian, menurut dr. Hegar, perihal ini kudu diikuti oleh pemantauan klinis, penyembuhan yang didapatkan kudu memberikan respons pada hari ketiga.
Bila di dalam kurun waktu tersebut tidak tampak respons, kudu dikerjakan evaluasi apakah disentri tersebut bukan hanya disentri basiler namun disentri amuba atau kuman tersebut telah resisten terhadap antibiotik yang didapatkan, hingga butuh diganti. penyembuhan disentri kudu selekasnya jikalau tidak bisa membahayakan jiwa anak atau kemungkinan komplikasi dapat terjadi. Disentri cukup berat dilaporkan pada bayi yang tidak memperoleh asi dan pada anak dengan gizi kurang. Dengan semakin khusus pemicu disentri yaitu kuman spesifik dari kelompok shigella atau sejenis amuba, entamoeba histolytica. Terkadang disentri juga dikarenakan infeksi parasit babi yakni balantidium coli dan cacing daun (schistosoma japonicum) yang banyak ada di Sulawesi bagian tengah. Organisme ini disebarkan dari satu orang ke orang selainnya lewat makanan dan air yang telah dikotori atau yang disebarkan oleh lalat. Kuman disentri ini hidup di dalam usus besar manusia dan mengakibatkan luka pada dinding usus. Inilah yang mengakibatkan kotoran penderita kerapkali tercapur nanah dan darah. Disentri basiler umumnya dialami anak-anak yang lebih muda. Kuman penyakit ini masuk segera ke dalam alat-alat pencernaan dan mengakibatkan pembengkakan dan pemborokan dangkal. Peradangan yang hebat barangkali meliputi semua usus besar serta juga usus halus bagian bawah. Penyakit ini umumnya menyerang dengan tiba-tiba lebih kurang dua hari setelah terkena kuman terlebih pada anak-anak. Seterusnya demam, anak cengeng, dan gampang mengantuk. Nafsu makannya hilang, mual, muntah, mencret, nyeri perut, dan kembung. Dua-tiga hari lantas tinjanya mengandung darah, nanah dan lendir. Penderita barangkali mengeluarkan tinja encer 20 sampai 30 kali 1 hari hingga ia dapat kekurangan cairan. pada step parahnya infeksi terjadi hebat dan dapat mengakibatkan kematian. Buat mengobatinya umumnya dikerjakan mengganti cairan yang keluar layaknya oralit. tak hanya itu pemberian antioksidan amat perlu buat membunuh kuman. Walau demikian usaha pencegahan yaitu dengan melindungi kebersihan, membasmi lalat di tempat tinggal, dan jaga makanan dan minuman dari kotoran. (rwa: http://tipsku.info/)