DIET BEBAS GLUTEN DAN KASEIN ( G L UT UTE N F R E E C AS A SE I N F R E E D I E T )
Oleh: Amalia Dwi Aryanti 101614153008
Dosen: Dr. Roedi Irawan, dr., M.Kes, SpA(K)
UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM MAGISTER KESEHATAN IBU DAN ANAK SURABAYA 2017
DIET BEBAS GLUTEN DAN KASEIN 1. Autisme
Autis pertama kali dikemukakan oleh Leo Kanner (1943) dengan mengamati gejala autis yang disebut early infantile autism atau autis usia dini (Delphie, 2009). Autis merupakan suatu permasalahan tumbuh kembang anak (Nelson,1988 dalam Yuliati, 2008). Autis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku yang aneh atau ganjil dan keterlambatan perkembangan sosial komunikasi yang berat (Kirk dan Gallagher, 1986 dalam Abdurrachman dan Sudjadi, 1994). Matson (dalam APA, 1987 seperti dikutip oleh Hadis, 2006) juga mengemukakan bahwa autis merupakan gangguan perkembangan yang berentetan atau pervasif. Gangguan perkembangan ini terjadi secara jelas pada masa bayi, masa anak-anak, dan masa remaja. Penyebab autis belum dapat ditentukan secara pasti. Menurut Winarno (2009), banyak spekulasi yang beredar mengenai penyebab autis. Pada dasarnya, autis dapat disebabkan oleh banyak faktor (multifaktor), antara lain: 1) Kerentanan genetik; 2) Infeksi virus contohnya rubella, herpes, dan Cytomegalovirus, infeksi toxoplasma gondii, maupun jamur saat bayi di dalam kandungan; 3) Nutrisi yang buruk pada ibu hamil; 4) Perdarahan saat melahirkan; 5) Bahan pangan seperti pengawet, pewarana, perasa buatan, dan makanan siap saji ( fast food; 6) Polusi udara; 7) Makanan yang terkontaminasi logam berat; 8) Gangguan metabolisme seperti alergi; 9) Kegagalan pertumbuhan otak; dan 10) Autoimun desease (Depdiknas, 2002 dalam Hadis, 2006). Anak autis seringkali menunjukkan perilaku hiperaktif dalam kegiatan kesehariannya. Hiperaktivitas atau tidak bisa diam merupakan salah satu gejala Gangguan Pemusatan Perhatian Hiperaktivitas (GPPH) yang tercantum di dalam DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV). Macam perilaku hiperaktivitas antara lain: a. Sering menggerakkan tangan dan kaki serta sering menggeliat b. Sering meninggalkan tempat duduk di kelas c. Sering berlari dan memanjat d. Tidak bisa konsentrasi pada satu tugas e. Mengalami kesulitan melakukan kegiatan dengan tenang f. Sering bergerak seolah-olah diatur oleh motor penggerak g. Sering bicara berlebihan dan diulang-ulang (echolalia) (Handojo, 2003). Anak-anak dan orang dewasa dengan gangguan spektrum autis sering kali mengalami berbagai keluhan pada lambung dan usus (gastrointestinal) seperti diare, sembelit, rasa sakit
pada perut, kembung, dan gas dalam perut (Kessick, 2011). Menurut penelitian Horvath dan Perman (2002), anak autis dapat mengalami gangguan pada saluran pencernaan atas dan bawah. Permeabilitas usus dan aktivitas enzim pencernaannya menurun. Selain itu terdapat pula abnormalitas jaringan pada kerongkongan, perut, usus kecil, dan kolon serta disfungsi kapasitas hati dalam melakukan proses konjugasi (Winarno, 2009). Sekitar 50% anak autis memiliki lapisan usus yang terlalu permeabel sehingga terjadi ketidakseimbangan flora usus yang berakibat pertumbuhan berlebih dari mikroorganisme pencernaan yang berpotensi menyebabkan penyakit (patogen). Pada saluran pencernaan anak autis, ditemukan kelompok bakteri Clostridium histolyticum (kluster 1 dan 2) dalam jumlah yang lebih banyak daripada anak sehat tanpa autis. Anggota kelompok Clostridium histolyticum ini dikenal sebagai penghasil toksin dan senyawa metabolit yang dapat mengganggu usus dan menyebabkan efek sistemik (Winarno, 2009). Autis mempunyai gangguan metabolisme yaitu kekurangan enzim dipeptidal peptidase (DPP IV) yang berkaitan dengan pencernaan gluten dan casein. Karena metabolisme tidak sempurna, maka proses pencernaan protein bukan menghasilkan asam amino, tetapi menjadi zat racun semacam opioid yang jika masuk ke otak akan memicu hiperaktivitas (Ekky, 2010) Kelainan lain terletak pada kesulitan memproses protein karena termasuk asam amino pendek yang sering disebut peptida. Peptida dalam keadaan normal biasanya hanya diabsorbsi sedikit dan sisanya dibuang, namun karena tingginya permeabilitas pada lapisan mukosa usus menjadikannya masuk ke dalam sirkulasi darah (Rachmanto, 2010). Studi klinis di seluruh dunia telah mendemonstrasikan bahwa kombinasi dari gejala-gejala yang digambarkan tersebut sering ditemukan pada penyandang ASD dan ADHD (Kessick, 2011). Oleh karena itu, anak autis memerlukan cara khusus untuk mengatasi masalah pencernaannya (Winarno, 2009). Salah satu cara untuk mencegahnya adalah dengan memperhatikan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh sebab makanan tertentu dapat menjadi pemicu terjadinya masalah pencernaan pada anak autis. Beberapa zat makanan yang dapat memicu gangguan pencernaan anak autis adalah gluten dan casein.
2. Diet GFCF (Gluten F ree Casein F ree)
Diet bebas gluten dan kasein adalah diet yang tidak mengkonsumsi protein gluten (paling sering ditemukan pada gandum, jelai, dan gandum hitam) dan kasein (paling sering ditemukan pada susu dan produk susu). Menurut Emilia dan Yuliana (2006), proses pola makan bebas gluten dan kasein dimulai secara perl ahan-lahan dengan cara sebagai berikut :
1. Menyingkirkan makanan yang mengganggu satu demi satu sambil berangsur-angsur
memperkenalkan makanan pengganti yang baru. 2. Membuat makanan dengan variasi dalam bahan dan pengolahan serta menarik dalam
penyajian 3. Gluten lebih lama hilang dari sistem pencernaan daripada kasein. Tes urin
menunjukkan bahwa kasein dapat hilang dari tubuh dalam tiga hari, sedangkan gluten membutuhkan waktu berbulan-bulan. Dengan demikian, hindari konsumsi susu terlebih dahulu dan setelah beberapa minggu hindari mengkonsusmsi produk susu atau hasil olahan susu. Setelah itu baru menghindari produk dengan bahan dasar gandum 4. Menghindari produk kedelai kecuali tes hipersensitivitas makanan menunjukkan bahwa
anak tidak alergi terhadap kedelai. 5. Mematuhi pola makan bebas gluten dan kasein dan kedelai ketat, minimal selama 6
bulan karena pemberian makanann yang mengandung gluten dan kasein, meskipun dalam jumlah sedikit, dapat menyebabkan kemunduran pada kesehatan anak. 6. Membiasakan diri untuk membaca label pada kemasan makanan atau tandai makanan
yang mengandung gluten dan kasein. Saat ini, terdapat banyak tepung GFCF, yang dapat langsung digunakan sebagai bahan baku makanan atau dibuat biskuit ataupun makanan lainnya yang biasa dijual di pasaran. Selain itu berbagai produk bebas gluten dan kasein telah banyak dijual baik berupa produk yang sudah jadi, antara lain berupa roti atau tepung yang beraneka ragam jenisnya. Hal yang juga penting untuk diperhatikan pada pemilihan makanan anak autis adalah tidak mengandung zat tambahan seperti pewarna, pemanis atau pengawet (Sari ID. 2009).
3. Gluten dan Casein
Gluten adalah protein yang terkandung di dalam terigu, barley dan rye, serta sejenis protein didalam oats. Menurut Winarno (2009). Gluten merupakan komponen protein (80%) dalam gandum yang terdiri atas campuran protein gliadin dan glutenin. Contoh produknya adalah roti, pizza, produk pasta (mie, spaghetti), pastry, biskuit, beberapa produk sereal sarapan dan produk-produk lainnya yang dibuat dengan menggunakan terigu. Tepung terigu berasal dari tanaman gandum (Triticum sp), merupakan tanaman serealia yang kaya akan karbohidrat. Kandungan protein pada tepung terigu 85% adalah protein gliadin dan glutenin yang merupakan komponen penyusun gluten dan sisanya 15% adalah protein albumin dan globulin. Sifat protein gluten adalah menyerap air bahkan bisa mencapai 2 kali beratnya,
elastis, dan plastis karena kemampuannya dalam membentuk adonan (Rachmanto, 2010) . Berikut ini gluten digambarkan dalam struktur kimia :
Gambar 1. Rumus kimia gluten sumber: Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia . Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Casein adalah protein yang terdapat di dalam susu. Menurut Winarno (2009), protein yang terdapat dalam susu adalah casein (bahan pembentuk keju) dan protein whey yang terdapat dalam bentuk cairan (limbah pembuatan keju). Casein terdapat dalam semua susu yang berasal dari ternak penghasil susu seperti susu sapi, kambing, kuda, kerbau, unta, dan domba. Di dalam casein terdapat dua kelompok varian, yaitu casein A (A1 dan A2) dan B. Varian A diduga sering mendatangkan masalah, yaitu penyebab death syndrome, ischemic heart disease, dan autis. Produk-produk olahan susu seperti yoghurt, keju, mentega, beberapa margarin, es krim, susu coklat biskuit dan beberapa produk olahan yang menggunakan susu sebagai bahan bakunya otomatis juga akan mengandung casein. Berikut ini casein digambarkan dalam struktur kimia:
Gambar 2. Rumus kimia casein sumber: Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia . Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Berikut ini peptida casein digambarkan dalam struktur kimia:
Gambar 3. Rumus peptida casein (caseomorphin) sumber: Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia . Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.
4. Reaksi terhadap Gluten dan Casein pada Anak Autis
Sebagian besar protein ( gluten dan casein) dicerna menjadi asam amino, sisanya menjadi peptida. Protein gluten dan casein mempunyai kombinasi asam amino tertentu yang oleh sistem pencernaan anak autis sukar dipecah secara sempurna menjadi asam amino tunggal akibat defisiensi enzim dipeptidal peptidase (DPP IV). Produk pencernaan protein ini masih dalam bentuk peptida yang secara biologis masih aktif (Rachmanto, 2010). Peptida dari gluten ( glutheomorphin) dan casein (caseomorphin) adalah zat semacam morfin yang dapat mengganggu dan merangsang otak. Zat yang mirip morfin tersebut keluar dari usus halus akibat adanya kebocoran usus dan masuk dalam peredaran darah. Kondisi seperti ini disebut leaky gut (peningkatan permeabilitas usus). Melalui darah glutheomorphin dan caseomorphin dikirim ke otak, kemudian ditangkap oleh reseptor opioid . Kondisi opioid menyerupai kondisi seperti baru mengkonsumsi obat-obatan serupa morfin atau heroin (Winarno, 2009). Reaksi opioid dapat digambarkan pada skema berikut ini:
Gambar 4. Reseptor neuron untuk peptida kasein dan gliadin Sumber: Winarno,F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Yogyakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Peptida hasil pemecahan protein (gluten dan casein) sebagian diekskresikan lewat urin dan sisanya masuk ke dalam otak yang dapat menempel pada reseptor opioid di otak. Peningkatan aktivitas opioid akan menyebabkan gangguan susunan saraf pusat dan dapat berpengaruh terhadap persepsi, emosi, perilaku dan sensitivitas. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan otak dan memicu gejala autis seperti perilaku hiperaktivitas (Winarno, 2009) Pada orang sehat, mengonsumsi gluten dan casein tidak akan menyebabkan masalah yang serius atau memicu timbulnya gejala autis (Anggraeni, 2010). Namun berbeda pada anak dengan gangguan autis sehingga harus melakukan diet terhadap makanan yang terklasifikasi menjadi dua yaitu casein (protein dari susu) dan gluten (protein dari gandum). Banyak penelitian menunjukkan bahwa dengan melakukan penghindaran makanan tertentu, gejala gangguan fungsi tubuh dan perilaku dapat diminimalkan (Maulana, 2008).
5. Makanan pada Anak Autis
Pemberian makanan untuk penderita autis bersifat individual. Diet yang diberikan pada satu anak autis belum tentu sama dengan diet terhadap anak lain yang juga mengalami autis. Oleh karena itu, konsultasi dengan ahli gizi dan dokter anak sangat diperlukan. Orang tua juga hendaknya selalu membuat daftar makanan yang dikonsumsi oleh anak autis dan efek yang ditimbulkannya (Rachmanto, 2010). Beberapa penelitian diketahui bahwa pemberian diet tanpa gluten dan casein ternyata memberikan respon yang baik terhadap 81% anak autis. Sebagai pengganti susu dapat digunakan sari kedelai, sari almond, dan sari kacang hijau; pengganti terigu dapat digunakan tepung beras merah, tepung beras, tepung kedelai, tepung tapioka, tepung kentang dan tepung beras (Rachmanto, 2010). 1. Makanan yang Dihindari: a. Makanan yang mengandung gluten, yaitu semua makanan dan minuman yang dibuat dari terigu, havermut, atau oat misal roti, mie, kue-kue, cake, biskuit, pizza, makaroni, spageti, tepung bumbu. b. Produk produk lain seperti soda kue, baking soda, kaldu instant, saus, lada bubuk. c. Makanan sumber casein, yaitu susu dan hasil olahannya misal es krim, keju, mentega, yoghurt , dan makanan yang menggunakan campuran susu. d. Daging, ikan, ayam yang diawetkan dan diolah seperti sosis, kornet, nugget, hotdog, sarden, daging asap, ikan asap.
e. Tempe tidak dianjurkan jika anak alergi terhadap jamur karena pembuatan tempe menggunakan fermentasi ragi. f. Buah dan sayur yang diawetkan 2. Makanan Yang Dianjurkan : a. Makanan sumber karbohidrat yang tidak mengandung gluten misalnya beras, singkong, ubi, talas, jagung, tepung beras, tapioka, ararut, maizena, bihun, dan soun. b. Makanan sumber protein yang tidak mengandung casein, misalnya susu kedelai, daging dan ikan segar (tidak diawetkan), unggas, telur, udang, kerang, cumi, tahu, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, kacanng mede, kacang kapri, dan kacang kacangan lain. c. Sayuran dan buah-buahan segar (Rachmanto, 2010). Ada tahapan yang dapat dilakukan jika ingin memulai diet gluten dan casein ini. Tahapan ini paling baik dilakukan dengan dukungan dan saran dari ahli diet. Tahapannya meliputi (Rex, 2014): 1. Perkenalkan anak ke berbagai makanan bebas gluten dan kasein. Jika anak menyukainya, mungkin akan membantu memutuskan bahwa diet gluten dan casein itu realistis. Contohnya termasuk roti bebas gluten, sereal sarapan dan pasta; dan pengganti susu atau suplemen kalsium. 2. Pengecualian gluten dan casein penuh. Banyak keluarga mencoba menyingkirkan gluten dan kasein pada waktu bersamaan. Namun, bila mengecualikan keduanya secara bersamaan, jika ada peningkatan, tidak akan tahu apakah ini karena pengecualian kasein, gluten atau keduanya. 3. Pengecualian
kasein
saja.
Beberapa
keluarga
hanya
mengecualikan
kasein.
Membutuhkan waktu sekitar 3 atau 4 minggu sebelum dapat dinilai apakah pengecualian tersebut bermanfaat atau tidak. Setelah 4 minggu, kasein bisa dikenalkan kembali untuk membantu memastikan apakah hal itu mempengaruhi anak atau tidak. 4. Pengecualian jenis kasein tertentu saja. Terdapat beberapa bukti bahwa fragmen kasein tertentu bisa menjadi zat penyalahguna utama. Ini ditemukan dalam kebanyakan bentuk susu sapi dan bukan pada susu hewan lainnya. Juga, beberapa orang bisa mentolerir yoghurt atau susu dan keju yang dimasak. Hal ini karena pembuatan yoghurt dan memasak, mengubah kasein. 5. Pengecualian gluten saja. Beberapa keluarga hanya mengecualikan gluten. Ini bisa memakan waktu sekitar 3 sampai 6 bulan sebelum dapat dinilai apakah pengecualian ini bermanfaat atau tidak. Jika tidak ada perbaikan yang jelas dalam 6 bulan, maka re-
introduksi makanan yang mengandung gluten dan amati baik-baik untuk setiap perubahan. 6. Pengecualian makanan tambahan terlebih dahulu, atau pada saat bersamaan. Warna buatan, pengawet benzoat, aspartame dan monosodium glutamat adalah aditif makanan yang dapat mempengaruhi mood. Beberapa orang menghapusnya bersamaan dengan kasein. Idealnya sebaiknya keluarkan aditif makanan selama 1 bulan pertama, sebelum mempertimbangkan gluten atau casein exclusion. Aditif ini tidak memiliki nutrisi; nilai dan sering disertakan dalam makanan dan minuman berkualitas rendah untuk memperbaiki penampilan, rasa atau masa simpan (Rex, 2014).
6. Pengecualian gluten.
Alasan medis yang paling terkenal untuk diet bebas gluten adalah kondisi yang mempengaruhi usus kecil yang disebut penyakit Celiac. Diet bebas gluten hanya satu-satunya makanan bebas gluten dan pengobatan yang tersedia dengan resep dokter. Kondisi ini diuji untuk penggunaan tes darah dan dengan menguji "biopsi" jaringan usus. Tes ini mencari "antibodi IgE". Saat ini ditemukan, penyakit celiac dikonfirmasi dan diet bebas gluten dimulai. Belum diketahui apakah penyakit celiac lebih umum terjadi pada anak autis atau ADHD daripada populasi lainnya. Kemungkinan reaksi gluten di antara anak-anak ini adalah bentuk intoleransi daripada alergi. Namun, kemungkinan sejumlah kecil anak autis atau ADHD memang memiliki penyakit celiac yang tidak terdiagnosis. Hanya mungkin untuk menguji penyakit celiac jika anak tersebut secara teratur mengonsumsi makanan yang mengandung gluten. Bahkan jika tes untuk penyakit celiac terbukti negatif, anak masih bisa memiliki intoleransi gluten. Ini masih bisa mempengaruhi mood dan kesehatan tapi tidak ada antibodi IgE yang diproduksi (Rex, 2014). Gluten adalah bentuk protein tapi bukan nutrisi penting. Namun, gandum merupakan sumber utama dan sumber energi utama. Selain itu, "whole grain", "high fiber", dan kadangkadang "coklat" dari gandum juga mengandung serat, magnesium, vitamin E, dan vitamin B. Beberapa anak mendapatkan banyak makanan ini dari makanan lain. Namun, beberapa anak akan memiliki asupan serat yang jauh berkurang jika mereka mengeluarkan makanan berserat tinggi ini. Serat penting bagi kesehatan usus dan untuk membantu mengatur gula darah dan suasana hati. Magnesium penting untuk mengurangi kecemasan. Sayuran hijau adalah sumber magnesium terbaik.
Ada banyak makanan bertepung bebas gluten sehingga anak-anak bisa mendapatkan energinya. Ini termasuk jagung, beras, quinoa, soba, kentang, lobak, oat dan produk bebas gluten khusus seperti roti dan pasta. Oat dapat terkontaminasi dengan gandum dan itu karena gluten. Kebanyakan orang yang sensitif terhadap gluten dapat mentolerir gandum jika tidak terkontaminasi dan diberi label sebagai gluten free. Oat mengandung avenins yang sangat mirip dengan gluten tapi biasanya cukup berbeda untuk ditoleransi dengan aman. Makanan seperti oatcakes dan bubur sangat sehat, makanan berserat tinggi bisa menjadi alternatif yang sangat baik untuk roti, kerupuk dan serealia sarapan yang mengandung gluten. Roti bebas gluten, pasta, tepung dan makanan spesialis lainnya tidak dapat disesuaikan untuk anak-anak penderita Autisme atau ADHD kecuali mereka memiliki penyakit celiac. Mereka bisa dibeli tanpa resep dan supermarket besar biasanya stoknya bermacam-macam. Mereka jauh lebih mahal daripada makanan yang mengandung gluten biasa. Selain itu, beberapa makanan bebas gluten (terutama roti) menggunakan susu sebagai bahan pengganti protein dan memperbaiki tekstur. Jika anak juga perlu menghindari kasein (dari susu) periksa labelnya dengan hati-hati dan pilih produk bebas susu. Anak-anak yang menyukai makanan bertepung lainnya seperti kentang dan nasi, sering kali dikelola dengan baik tanpa produk bebas perekat khusus ini. Roti bisa menjadi masalah bagi beberapa anak karena tekstur roti gluten berbeda. Memanggang atau memanggang Anda kadang-kadang membantu. Selama uji coba diet bebas gluten, periksakan perubahan fungsi usus, mood, tidur, perhatian atau perilaku. Kebiasaan usus bisa berubah. Gejala seperti konstipasi, diare, sakit perut kembung bisa membaik. Sebagai alternatif, sumber perekat kaya gluten yang hilang seperti roti gandum, bisa meningkatkan konstipasi (Rex, 2014).
7. Pengecualian Casein.
Ada dua alasan mengapa orang mungkin perlu menghindari produk susu. Ini adalah protein susu atau alergi kasein atau intoleransi laktosa (gula susu) (Rex, 2014). Laktosa adalah gula alami yang ditemukan dalam susu. Bukan protein atau kasein. Intoleransi laktosa mempengaruhi usus. Kembung dan diare adalah gejala khas. Efek laktosa terbatas pada usus. Intoleransi laktosa dapat diuji untuk menggunakan tes nafas. Intoleransi kasein. Kasein adalah sejenis protein yang ditemukan dalam susu dan produk susu. Hal ini bisa menimbulkan alergi atau intoleransi. Efek terkadang bisa terlihat di beberapa bagian tubuh. Efek ini bisa sangat jelas atau lebih halus. Otak, otak, kulit, kerongkongan, hidung dan paru-paru semuanya bisa terkena kasein.
Satu zat tertentu dilepaskan, saat kasein dicerna, disebut "betacasomorphin 7 " (bCM7). Efeknya seperti morfin atau opium pada usus dan otak. Beberapa penelitian menghubungkan bCM7 (dari susu sapi) ke berbagai gejala dan kondisi medis termasuk diabetes, penyakit jantung, konstipasi, perkembangan motor tertunda, produksi lendir dan pembengkakan. Namun saat ini, bukti untuk ini tidak lengkap. Efek morfin juga bisa membuat kecanduan pada beberapa anak (Rex, 2014). Bisa jadi beberapa anak saat ini menjalani diet bebas susu, hanya sensitif terhadap bCM7. Jika demikian, mungkin ada beberapa produk susu hewani yang bisa mereka tolerir. Susu kambing dan susu sapi A2 menghasilkan sedikit bCM7 saat dicerna. Hal ini juga berlaku untuk produk kambing, domba (Ewe's) dan produk susu kerbau. Beberapa anak autis atau ADHD yang saat ini menjalani diet bebas susu (karena tidak toleran daripada alergi), bisa mencoba produk susu alternatif ini untuk melihat apakah bisa ditoleransi. Jika bisa, akan meningkatkan asupan protein, kalsium, yodium, dan B dari beberapa anak ini dan juga memungkinkan mereka menikmati makanan favorit, makanan dan minuman yang mungkin telah hilang. Termasuk mereka yang memiliki alergi protein susu, mungkin perlu menghindari semua susu hewani. Akan berbahaya bagi anak-anak dengan alergi protein susu yang parah untuk mencoba susu hewan lain ini kecuali jika berada di bawah pengawasan medis yang ketat. Susu kambing dan produk susu lainnya yang tidak menghasilkan bCM7, disebut susu "A2". Susu sapi biasa biasanya mengandung tipe "A1". ASI manusia juga mengandung jenis protein A2. Susu sapi A2 ini diperkirakan memiliki efek morfin yang jauh lebih rendah. A2 susu sapi dan susu domba (susu Ewe) keju berbau, terlihat dan terasa seperti susu sapi biasa dan keju cheddar. Susu kambing, keju kambing, buffalo mozzarella dan yogurt kambing juga bisa diterima banyak anak, tapi mereka akan memperhatikan perbedaan rasa, aroma dan penampilannya. Semua produk susu alternatif ini lebih mahal dari versi standarnya (Rex, 2014). Banyak anak dengan intoleransi kasein diberi pengganti berbasis kedelai seperti susu kedelai dan yoghurt kedelai. Ini bisa bermanfaat karena kalsium ditambahkan tetapi juga merupakan sumber protein yang baik. "Keju" kedelai juga tersedia dalam bentuk irisan, sebagai satu blok atau sebar. Sayangnya beberapa anak dengan kasein intoleransi atau alergi juga mengalami gejala serupa dengan protein kedelai. Pilihan lainnya adalah banyaknya pengganti susu yang diperkaya kalsium yang terbuat dari almond, kelapa, beras, gandum atau hazelnut. Karena mereka bebas protein, mereka hanya cocok untuk anak-anak yang sudah banyak makan makanan kaya protein lainnya
seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan, kacang-kacangan atau kacang lentil. Periksa label untuk memastikan mereka menambahkan kalsium. Jika Anda ingin memulai uji coba produk susu, tabel di akhir lembaran informasi ini akan membantu Anda menentukan alternatif terbaik (Rex, 2014). Tabel 1. Daftar makanan yang mengandung gluten dan kasein yang disarankan untuk dihindari dan daftar pilihan alternatif GFCF GRAINS AND LEGUMES
PASTA
RECOMMENDED • Amaranth • Basmati Rice • Beans • Brown Rice • Buckwheat • Chickpea • Lentils • Millet • Pea • Quinoa • Wild Rice • Flour: any flour made from the above sources • Buckwheat noodles • Rice noodles • Vegetable, corn, spinach or quinoa pasta
BREADS AND CEREALS
• Gluten free breads based on buckwheat, corn, rice, chickpea flour • Gluten free muesli, homemade muesli made from a combination of: Brown rice flakes, millet flakes, organic cornflakes, puffed corn, puffed rice, raw nuts & seeds,shredded coconut • Puffed kamut • Puffed quinoa
CRACKERS
• Rice cakes • Corn cakes • Gluten free products
CONDIMENTS
• Bouillon stock powder • Sesame salt • Tamari (check label) • Mustard seeds • Fresh dried herbs & spices • Apple cider vinegar
SNACKS AND DESSERTS
• Fruit • Nuts
AVOID • Baked Beans unless gluten free • Flours: Wheat flour, wholemeal flour, bakers flour, semolina, barley, rye (avoid battered or crumbed food) • Wheat including durum, semolina, triticale, rye, barley, bulgur, couscous and oats
• Durum wheat pasta (spaghetti, macaroni etc) • Egg noodles • Hokkein noodles • Barley pasta • Spelt pasta • Breakfast Bars • Burritos • Cereals containing sugar • Wheat breads – wholegrain, white bread, rye bread, oat bread, barley bread, pumpernickel bread.
• Wheat crackers • Bran biscuits • Ryvita • Oatcakes • Gravy mixes, seasonings & rubs • Hydrolyzed vegetable protein • Malt • Malt vinegar • Modified starch • Mustard pickles • Soy sauce • Texturized vegetable protein • Vegemite • Chocolate • Commercial biscuits, cookies, cakes, scones
RECOMMENDED • Dried fruits (avoid sulphites code 220)
AVOID • Cakes • Pastries • Flavoured or frozen Yoghurts • Fried foods • Fruit Juices • Ice Cream • Liquorice • Potato chips • Processed cheeses & creams • Lollies • Soft drinks • Almond milk • Cow’s milk DAIRY FOODS • Soy milk and yogurt • Goat’s milk • Rice milk • Butter • Non-dairy cheese • Cheese • Sour cream • Yogurt • Ice cream • Margarine • Soy cheese Sumber: Rex, D. 2014. Gluten and casein free diets for children with ASD or ADHD – An idea worth trying?. Highland Council, Care & Learning Directorate. Diakses 18 September 2017
Berikut panduan diet CFGF secara garis besar (Kusumayanti, 2011): 1. Minggu pertama Hindari atau kurangi makanan dari terigu dalam bentuk mi. Solusinya adalah dengan mencari bahan mirip mi dari tepung beras, misalnya bihun, spaghetti beras, fettucini beras atau jagung dan kwetiaw beras. 2. Minggu kedua Hindari atau kurangi biskuit. Solusinya adalah cari biskuit dari tepung beras yang dapat dibuat sendiri atau yang dijual di toko makanan khusus anak autis. 3. Minggu ketiga Hindari atau kurangi roti. Solusinya buat camilan bebas tepung seperti berbahan dasar singkong, ubi, kentang atau jajan pasar tanpa tepung terigu. 4. Minggu keempat Hindari atau kurangi makanan dari susu sapi. Solusinya ganti dengan susu kedele dengan tambahan aroma pandan dan jahe atau bisa juga ditambah coklat khusus yang bukan terbuat dari susu. Bisa dicoba susu kentang, susu dari air beras dan susu kacang almond. 5. Minggu kelima Hindari makanan yang banyak mengandung gula. Solusinya gunakan gula merah atau pengganti gula.
6. Minggu keenam Atur jadwal makan buah-buahan yang bisa dikonsumsi anak. Hindari apel, anggur, melon, tomat dan strawberry. Pilih yang aman bagi anak autis seperti pepaya, nanas, dan kiwi, jika perlu dimasak menjadi pudding . Tabel 2. Implementing GFCF BREAKFAST MEALS IDEAS
LUNCH & DINNER IDEAS
Always try to serve some protein such as eggs or sausage at breakfast. Try two or three of these ideas together such as: scrambled eggs, with bacon and a piece of fruit — unless breakfast already contains fat, carbohydrate, and protein such as French toast or a smoothie. Eggs, scrambled eggs, an omelet, any style without milk Breakfast sausage. Store bought or simply a homemade meat patty (with no nitrates/ites) Bacon GFCF waffle or pancake GFCF toast with nut butter or ghee and/or coconut oil (butter substitute) GFCF cereal or other GFCF breakfast granola French toast (GF bread) Fruit Fruit Smoothie - Non-dairy milk, frozen fruit such as blueberries, bananas, peaches, and pear, Honey, protein powder (if not in conjunction with other protein), non-dairy yogurt
Include a protein, vegetable, some fat, and a starch (the starch is not necessary and is eliminated on certain diets). Have hot leftover dinner for lunch by using a Thermos. Protein: Meatballs Ground beef Buffalo Lamb or any meat Burger – beef, chicken, turkey, veggie Ground chicken, beef, turkey, or other meat GFCF, nitrate/ite-free hotdog and sausage Homemade GF chicken nuggets Any roasted chicken or meat Vegetables:
Steamed or boiled vegetables with ghee or coconut oil melted on top
Stir-fry vegetables
Salad or carrot sticks
ADDITIONAL LUNCH AND DINNER IDEAS GF sandwich with sliced lunchmeat GF sandwich with sunflower seed butter and jelly (a peanut/nut-free PB&J) Stews & soups – Pureed or broth soup Casseroles Snacks Chicken nuggets or chicken pancakes Celery or apple with nut butter Vegetables with hummus Potato chips or other chips (ideally with guacamole or other healthy dip) Carrot chips Vegetable latkes with apple sauce on top Smoothie (or frozen into popsicles) Vegetable juice (fresh made) GF French toast strips with coconut oil and a bit of salt (not sweet if possible) Fruit or apple/pear sauce
Raw sauerkraut Fruits: Fresh fruit - cooked into a sauce like apple sauce or pear sauce Starch: GF pasta Sweet potato or potato fries Rice or quinoa GF crackers, bread, or rice cakes Sumber: Generation Rescue (Jenny McCarthy's Autism Organization ). 2017. Your Complete Guide To Autism & Nutrition Diets to Explore. https://www.generationrescue.org/wp-content/uploads/2017/04/autism-nutritionguide.pdf diakses pada 18 September 2017
8. Bagaimana Cara Menghindari Kasein dan Gluten Saat Berbelanja
Label makanan sekarang jauh lebih baik dalam menampilkan bahan mana yang berasal dari kasein dan gluten. Label sering menggunakan huruf tebal dan atau huruf kapital untuk
menonjolkan alergen umum seperti ini. Jenis makanan yang cukup jelas mengandung kasein termasuk es krim, custard, puding susu, mentega, krim, keju, susu, yoghurt, buttermilk, fromage frais dan susu coklat. Makanan yang kurang jelas yang sering termasuk produk susu termasuk beberapa jenis biskuit, roti, keripik rasa, kue dan beberapa produk daging olahan.
Gambar 5. Gluten Free Shopping List Sumber: Children's Digestive Health And Nutrition Foundation. 2005. Gluten-Free Diet Guide for Families. http://www.gikids.org/files/documents/resources/Gluten-FreeDietGuideWeb.pdf diakses pada 18 September 2017
Jenis makanan yang cukup jelas mengandung gluten meliputi hampir semua hal yang terbuat dari gandum, gandum atau gandum hitam termasuk roti, roti gandum, sereal gandum, sereal, sereal, sereal, roti panggang, sereal, roti panggang, kue kering, kue kering, kue kering, kue, kue dadar, wafer, cous cous, dan jelai mutiara. Gandum dan jelai juga bisa muncul saat Anda tidak mengharapkannya. Tepung misalnya banyak digunakan pada makanan olahan. Tepung jagung, tepung jagung dan tepung kentang / tepung bebas gluten tentu saja. Ekstrak malt dan malt biasanya berasal dari jelai sehingga mengandung gluten juga (Rex, 2014).
Tabel 3. Daftar bahan yang mengandung gluten dan kasein Mengandung Gluten
Barley Oatmeal Bran Pasta Udon Couscous Rye Wheat Cream of Wheat Wheat germ Farina Semolina Wheat flour Wheat starch Malt Sprouted wheat Soy and teriyaki sauces (unless labeled wheat free) Matzo/matzoh meal Sprouted barley Oats (oats do not have gluten, but are often crosscontaminated with gluten products) Tabbouleh Cosmetics Medications Vitamin and Mineral Supplements Play-Doh Gravy Spices and Seasonings
Mengandung Kasein
Milk (nonfat, low-fat, skim, whole, buttermilk, dry, powdered, condensed, evaporated, malted) Ice cream Lactoglobulin Butter (butterfat, butter oil, butter solids, artificial butter flavor) Lactalbumin Lactalbumin phosphate Caseinates (all forms) Lactoferrin cheese (all forms) Chocolate Cheese flavor Nougat Cream Pudding Cottage cheese Rennet Curds Sherbet Custard Sour cream Ghee Whey Goat‟s milk Yogurt Yalf & half Salad dressing Sauces Soups Margarine Processed meats Whipped cream
Aman
Corn & Corn Meal Corn Starch Fruits Vegetables Meat Fish Baking Soda Herbs Beans Eggs Nuts Popcorn Potatoes Quinoa Rice & Rice Products Seeds (Sunflower, Sesame, etc.) Flour (Nut, Rice, Potato, Soy) Gelatin Grits
Sumber: Korstad, L. 2012. Nutrition for People with Autism: The Gluten-Free Casein-Free Diet. https://www.csuchico.edu/kine/top-nav/adapted-physical-education/community-service-programs/autismclinic/documents/nutrition-autism-gluten-brochure.pdf Diakses pada 18 September 2017
Referensi: Abdurrachman, Muljono & Sudjadi S. 1994. Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta: Depdiknas. Children's Digestive Health And Nutrition Foundation. 2005. Gluten-Free Diet Guide for Families.
http://www.gikids.org/files/documents/resources/Gluten-
FreeDietGuideWeb.pdf diakses pada 18 September 2017 Delphie, Bandi. 2009. Pendidikan Anak Autis. Yogyakarta: PT Intan Sejati.
Ekky. 2010. Asupan Makanan Untuk Autis. http://ekkypsikologi08. com/2010/04/asupanmakanan-untuk-autis.htm. diakses pada 18 September 2017. Generation Rescue (Jenny McCarthy's Autism Organization). 2017. Your Complete Guide To Autism & Nutrition Diets to Explore. https://www.generationrescue.org/wpcontent/uploads/2017/04/autism-nutrition-guide.pdf diakses pada 18 September 2017 Hadis, Abdul. 2006. Pendidikan Anak berkebutuhan Khusus-Autis. Bandung:Alfabeta. Handojo, Y. 2003. Autisma. Jakarta: Gramedia. Kessick, Rosemary. 2011. Autisme dan Pola Makan yang Penting untuk Anda Ketahui. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Korstad, L. 2012. Nutrition for People with Autism: The Gluten-Free Casein-Free Diet. https://www.csuchico.edu/kine/top-nav/adapted-physical-education/communityservice-programs/autism-clinic/documents/nutrition-autism-gluten-brochure.pdf Diakses pada 18 September 2017 Kusumayanti, GAD. 2011. Pentingnya Pengaturan Makanan bagi Anak Autis. Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar. Jurnal Ilmu Gizi Vol 2 Nomor 1. Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia . Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga. Mashabi NA, Tajudin NR. 2009. Hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan pola makan anak autis. Makara, Kesehatan 13 : 84-86. Maulana, Mirza. 2007. Anak Autis, Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain Menuju anak Cerdas dan Sehat. Yogyakarta: KataHati. McCandless. 2003. Children with Starving Brain. F. Siregar, penerjemah; Jakarta: Grasindo. Rachmanto, E. Bayu. 2010. Pangan untuk Penderita Autis. Majalah Kulinologi Indonesia online
(posting
pada
6
Februari
2010)
http://id.shvoong.com/medicine-and-
health/1971066-pangan-untukpenderita-autis/ diakses pada 18 September 2017. Rex, D. 2014. Gluten and casein free diets for children with ASD or ADHD – An idea worth trying?. Highland Council, Care & Learning Directorate. Diakses 18 September 2017 Sari ID. 2009. Nutrisi pada pasien autis. Cermin Dunia Kedokteran 36 : 89-93. Winarno,F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Yogyakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Winarno,F.G. 2009. Panduan Praktis Pemberian makanan Sehat, Lezat, dan Tepat bagi Anak dengan Autis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yuliana, Emilia E. 2006. Penanganan anak autis melalui terapi gizi dan pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 61 : 429-447.
Yuliati. 2008. Tata Gizi untuk Penyandang Autis. Majalah Ilmiah Populer WUNY. tahun X, Nomor 2, Mei 2008.