DIAPER RASH A. DEFINISI Diaper rash sering juga disebut juga napkin dermatitis yang menunjukkan terjadinya erupsi inflamasi pada daerah popok. Setiap erupsi mempunyai banyak penyebab, sehingga istilah diaper rash sebaiknya dihindari dan hanya dipakai untuk pengertian yang lebih luas. Setiap erupsi mempunyai banyak penyebab, sehingga istilah diaper rash sebaiknya dihindari dan hanya dipakai untuk pengertian yang lebih luas. Istilah Dermatitis Popok Iritan Primer (DPIP) lebih tepat dipakai pada keadaan dimana erupsi yang terjadi akibat kontak iritan dengan bahan excreta. Dermatitis popok iritan primer merupakan gangguan kulit yang paling sering di daerah popok, diperkirakan 50% dari bayi yang menderita DPIP. Penyakit ini mulai timbul pada usia 1-3 bulan dan mencapai puncaknya pada usia 7-12 bulan. Jarang timbul pada usia neonatus. 1
B. ETIOLOGI Etiologi dari DPIP bersifat multifaktorial. Penyebab utamanya adalah maserasi pada kulit akibat peningkatan keadaan kulit yang basah dan berkepanjangan. Hal ini akan menyebabkan peningkatan luka akibat gesekan pada kulit, misalnya pada daerah lipatan paha, permukaan yang cekung pada daerah genitalia, bokong, dan pinggang, penurusan fungsi pertahanan kulit, dan peningkatan reaktivitas kulit terhadap iritan. Penyebab lainnya termasuk kontak terhadap urin dan feses, enzim protease dan lipase pada feses, peningkatan pH kulit, dan infeksi jamur atau bakteri (jarang terjadi). 2,3
C. PATOGENESIS Iritan utama penyebab DPIP adalah enzim protease dan lipase feses, yang aktivitasnya sangat meningkat oleh pH yang tinggi. Permukaan kulit yang asam juga penting untuk pemeliharaan mikroflora normal yang memberikan perlindungan terhadap invasi oleh bakteri patogen dan jamur. Aktivitas enzime lipase dan protease juga sangat meningkat dengan percepatan waktu transit makanan di dalam saluran pencernaan, terbukti dengan tingginya insiden dermatitis iritan popok pada bayi yang mengalami diare dalam 48 jam sebelumnya.4 1
Pemakaian popok menyebabkan peningkatan yang signifikan terhadap kelembaban dan pH kulit. Keadaan basah yang berkepanjangan akan menyebabkan maserasi (pelunakan) dari stratum korneum, lapisan pelindung terluar kulit, yang berhubungan dengan kerusakan lamela lipid interseluler. Serangkaian studi popok dilakukan terutama pada akhir tahun 1980an menemukan penurunan signifikan terhadap kelembaban kulit setelah pengenalan popok dengan inti yang memiliki daya serap tinggi. Penelitian terbaru menemukan bahwa fenomena ini terus berlangsung. Akibatnya, stratum korneum lebih mudah terkena kerusakan oleh gesekan dari permukaan popok dan iritasi lokal.4
Bagan 1. Patogenesis Diaper Rash.4 Kulit bayi merupakan pertahanan yang baik terhadap penyakit dengan permeabilitas yang sama dengan kulit orang dewasa. Beberapa penelitian melaporkan kehilangan air transepidermal pada kulit bayi lebih sedikit dibandingkan pada kulit orang dewasa. Namun, kelembaban, kurangnya udara, paparan asam atau paparan iritan, dan peningkatan gesekan kulit dapat merusak pertahanan kulit.4 pH normal kulit adalah antara 4,5 dan 5,5. Ketika urea dari urin dan feses bercampur, urease mengurai urin, menurunkan konsentrasi ion hidrogen (pH meningkat). Peningkatan pH meningkatkan hidrasi pada kulit dan membuat kulit bersifat lebih permeabel.4 2
Sebelumnya, amonia diyakini menjadi penyebab utama dari diaper rash. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ketika ammonia atau urin ditempatkan pada kulit selama 24-48 jam, tidak ada kerusakan kulit yang terjadi.4 Serangkaian studi telah menunjukkan bahwa pH produk pembersih dapat mengubah spektrum mikrobiologi pada kulit. Nilai pH sabun yang tinggi dapat mendorong pertumbuhan propionibakterial pada kulit, sedangkan syndets (yaitu, deterjen sintetis) dengan pH 5,5 tidak menyebabkan perubahan mikroflora. 4
D. DIAGNOSIS a. Gambaran Klinis Secara klinis, DPIP ditandai dengan eritema yang menyatu dan kelihatan mengkilat, kadang terlihat seperti terbakar. Dapat pula ditemukan papul eritema, udem, dan skuama pada kulit yang mengalami DPIP. Ketika erupsi mulai sembuh, kulit akan tampak seperti kertas yang kusut. DPIP biasanya terjadi pada daerah kulit
Gambar 1. Dermatitis popok iritan primer.3 yang sering bersentuhan dengan popok, misalnya cekungan pada bokong, paha bagian tengah, mons pubis, dan skrotum atau labium mayor. 5 b. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan darah lengkap dapat membantu terutama jika terdapat demam dan dicurigai adanya infeksi sekunder bakteri. Pemeriksaan kultur untuk mengetahui ada atau tidaknya infeksi polimikroba, misalnya streptococcus, enterobacteriaceae, dan bakteri anaerob pada hampir setengah dari kasus.4 3
Adapun pemeriksaan KOH diperlukan untuk menegakkan etiologi kausa jamur. Pada pemeriksaan histopatologi, ditemukan gambaran histologis pada umumnya menunjukkan dermatitis iritan primer dengan spongiosis epidermal dan inflamasi ringan pada dermis.4
E. DIAGNOSIS BANDING a. Kandidosis Merupakan penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut, disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki atau paru. Gejala klinis kandidosis perianal: Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah.6
Gambar 2. Candidiasis: erosi konfluen, kerak marginal, dan “satellite pustules” di daerah yang tertutup oleh popok pada seorang bayi. Dermatitis atopik atau psoriasis juga terjadi pada distribusi ini dan mungkin secara bersamaan.7 b. Dermatitis Seboroik Infantil Dermatitis seboroik infantil dialami pada minggu-minggu pertama kehidupan dan cenderung mengenai lipatan tubuh, termasuk lipatan ketiak, daerah kemaluan dan leher, tetapi juga dapat melibatkan wajah dan kulit kepala. Lesi pada lipatan tampak sebagai sisik eritem mengkilat, tetapi pada kulit kepala dapat ditemukan krusta kekuningan. Kondisi tersebut biasanya dapat dibedakan dengan diaper dermatitis (tidak mengenai lipatan), kandidosis (biasanya pustuler) dan dermatitis atopik (lebih gatal).8 4
Gambar 3. Dermatitis seboroik infantil. Kondisi ini mengenai lipatan tubuh.8
F. PENATALAKSANAAN Pengobatan diaper rash mencakup: 1,2
A: Air. Popok harus dibiarkan terbuka sesering mungkin ketika bayi tidur, untuk pengeringan kulit.
B: Barrier Oinments. Pasta Zinc oxide, petrolatum, dan campuran lainnya, sebagai pelindung merupakan terapi utama. Pasta atau salep dioleskan setiap sehabis popok diganti. Diaper rash sedang dan berat tidak akan mengalami perbaikan bila hanya menggunakan krim pelindung. Pada keadaan tersebut, dianjurkan penggunaan kortikosteroid topical potensi rendah dan krim pelindung. Krim hidrokortison 1% digunakan dua kali sehari selama 3-5 hari. Bila dicurigai terjadi superinfeksi dengan kandida dapat digunakan klotrimazol 1% atau mikonazol 2%. Hidrokortison dan anti jamur dioleskan bersamaan dua kali sehari pada saat mengganti popok, kemudian dioleskan barier ointment di atasnya. Dapat pula digunakan hidrokortison kuat sebab popok bersifat oklusif dan meningkatkan absorpsi kortikosteroid yang dapat menimbulkan atrofi kulit dan penekanaan kelenjar adrenal. Untuk terapi lanjutan dan pencegahan digunakan nistatin, amphoterin B atau imidazol dalam bentuk powder.
C: Cleansing and anti-candidal treatment. Direkomendasikan untuk membersihkan kulit dengan air bersih, dan hindari gesekan atau digosok. Antikandida topikal diberikan jika ada tanda-tanda infeksi kandida. Pada diaper rash dengan infeksi Candida albicans sedang hingga berat diberikan mupirocin 2%. Mupirocin 2% mengeradikasi Candida albicans dalam waktu 5
2-6 hari. Pada diaper rash yang disertai infeksi jamur saluran cerna, dianjurkan menambah nistatin oral 150.000 unit tiga kali sehari. Neomisin sering menimbulkan sensitasi sehingga tidak digunakan pada pengobatan diaper rash. Infeksi yang meliputi sebagian tubuh kadang membutuhkan antibiotic sistemik. Pada infeksi Staphylococcus sebaiknya menggunakan sepalosporin generasi pertama, dicloxacin atau amoxilin-clavunat dan sebaiknya menghindari pemakaian eritromisin
D: Diaper. Popok harus diganti sesering mungkin dan secepatnya setelah buang air
E:
Education:
Edukasi
orang
tua
dan
pengasuh.
Tujuan
utama
penatalaksanaan DPIP adalah mengurangi kelembapan, karena itu yang paling penting adalah keberhasilan yang baik dan menjaga daerah popok agar tetap bersih dan kering dengan mengganti popok secara teratur dan menggunakan popok sekali pakai seperti popok golongan sintesis yang mengurangi kontak kulit dengan urin.
G. PROGNOSIS Diaper Rash hampir selalu menunjukkan respon terhadap terapi yang akan membaik bila pemakaian popok tidak terlalu lama. Pada beberapa anak erupsi pada daerah popok merupakan tanda dini dari suatu kelainan kulit yang kronis seperti dermatitis atopi atau psoriasis. 1
6
DAFTAR PUSTAKA
1. Aminuddin, Dali. Diaper Dermatitis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Makassar. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.h.357-62 2. Atherton DJ, Gennery AR, Cant AJ. The Neonate. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, eds. Rook’s Textbook of Dermatology Vol. I. 7th Ed. Oxford: Blackwell Publishing Company; 2004. P: 14.23-7 3. Chang MW, Orlow SJ. Neonatal, Pediatric, and Adolescent Dermatology. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolf K, Austen KF, eds. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Vol. II. 7th Ed. New York: McGraw-Hill; 2003. Page 942-5 4. Rania Dib, MD. Diaper Rash. Available from: http://www.emedicine.medscape.com. Updated: May 15, 2012 5. Oranje A. General Aspects of Napkin Dermatitis. In: Harper J, Oranje A, Prose N. Textbook of Pediatric Dermatology Vol. II. 2nd Ed. Oxford: Blackwell Publishing Company; 2006. P: 161 6. Kuswadji. Kandidosis. Dalam: Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008. p106-9. 7. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology, Sixth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc 2009.p 723 8. Gawkrodger DJ. Dermatology, An Illustrated colour text, 3rd ed. New York: Churchill Livingstone. 2002. p108
7