DESAIN PERENCANAAN BANGUNAN HIDROLIS PEMBANGUNAN BENDUNG SUNGAI CIPASAURAN
LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN
Oleh: NIRWAL MAHDI ABDULLAH F44090071
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN
DESAIN PERENCANAAN BANGUNAN HIDROLIS PEMBANGUNAN BENDUNG SUNGAI CIPASAURAN
NIRWAL MAHDI ABDULLAH F44090071
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DESAIN PERENCANAAN BANGUNAN HIDROLIS PEMBANGUNAN BENDUNG SUNGAI CIPASAURAN
LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN
NIRWAL MAHDI ABDULLAH F44090071
Disetujui Oleh : Bogor, 20 Desember 2012 Pembimbing Akademik
Dr. Yuli Suharnoto, M.Eng NIP. 19620709 198703 1 001
KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Lapangan ini. Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan teima kasih kepada orang-orang di bawah ini : 1. Dr. Yuli Suharnoto, M.Eng, sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan laporan ini. 2. Bapak Ir. Muhamad Budi Saputra, M.Eng, selaku Kepala Dinas ketersediaan air bersih PT. Krakatau Tirta Industri yang telah memberikan izin Praktek Lapangan dan telah memberikan bimbingan dan arahan pada waktu pelaksanaan Praktik Lapang. 3. Bapak Ir. Muhammad Nashir, yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama waktu pelaksanaan Praktik Lapangan. Terima kasih untuk seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dimasa mendatang.
Bogor, 24 Agustus 2012
Penulis
i
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................. iv I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1 1.2 Tujuan ..................................................................................................................... 1 1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan .............................................................................. 2 1.4 Metode Pelaksanaan ................................................................................................ 2 1.5 Aspek Kajian ........................................................................................................... 2 TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ....................................................................... 3 2.1 Sejarah dan Perkembangan...................................................................................... 3 2.2 Lokasi dan Tata Letak ............................................................................................. 4 2.3 Struktur Organsasi dan Ketenagakerjaan ................................................................ 4 KEGIATAN PRAKTEK LAPANG ........................................................................... 7 3.1 Analisis Curah Hujan .............................................................................................. 7 3.2 Analisis Debit Banjir ............................................................................................... 7 3.3 Perencanaan Hidrolis Bendung ............................................................................... 7 3.3.1 Perencanaan Elevasi Mercu Bendung .................................................................. 7 3.3.2 Perencanaan Lebar Efektif Bendung .................................................................... 8 3.4 Perencanaan Bangunan Pelengkap .......................................................................... 8 3.4.1 Perhitungan dan Desaun Bangunan Intake ........................................................... 8 3.4.2 Perhitungan dan Desain Bangunan Pembilas ....................................................... 9 3.4.3 Perhitungan dan Desain Bangunan Kolam Olak .................................................. 9 PEMBAHASAN .......................................................................................................... 10 4.1 Analisis Curah Hujan .............................................................................................. 10 4.2 Analisis Debit Banjir ............................................................................................... 10 4.3 Mercu Bendung dan Lebar Efektif Bendung ........................................................... 10 4.4 Bangunan Utama dan Bangunan Pelengkap Bendung ............................................ 11 4.4.1 Perhitungan dan Desain Bangunan Intake ............................................................ 11 4.4.2 Perhitungan dan Desain Bangunan Pembilas ....................................................... 11 4.4.3 Perhitungan dan Desain Bangunan Kolam Olak .................................................. 11 PENUTUP .................................................................................................................... 12 5.1 Simpulan.................................................................................................................. 12 5.2 Saran ........................................................................................................................ 12 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 13
ii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Trial and Error Lebar Efektif Bendung
10
Tabel 2. Desain Kolam Olakan
11
iii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data Perhitungan Curah Hujan dan Debit Andalan .................................................. 15 Lampiran 2. Data Perhitungan Debit Banjir ................................................................................. 19 Lampiran 3. Peta Kontur DAS Cipasauran .................................................................................... 22 Lampiran 4. Desain perencanaan bangunan intake ........................................................................ 23 Lampiran 5. Desain perencanaan bangunan kolam olakan ............................................................ 24
iv
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kebutuhan utama akan air baik dalam segi pertanian maupun untuk air bersih merupakan masalah utama dalam lingkungan masyarakat saat ini. Tetapi dengan cuaca serta iklim yang berubah-ubah seiring dengan pemanasan global menyebabkan ketersediaan air menjadi hal yang sangat diutamakan, sehingga dibutuhkan beberapa bangunan hidrolik air baik berupa bendungan, waduk, serta bangunan-bangunan pelengkap bendung. Bendung merupakan salah satu alternatif dalam mensuplai kebutuhan air dari suatu sungai. Dengan kondisi perusahaan yang membutuhkan debit air lebih banyak menyebabkan harus dibuat suatu bendung sehingga didaptkan debit air yang diinginkan. Dalam hal ini, mahasiswa harus mampu ikut turut serta dalam menyelesaikan masalah baik itu dalam memberikan solusi maupun ide-ide yang kemudian dapat dikembangkan oleh pihak perusahaan. PT. Krakatau Tirta Industri merupakan salah satu perusahaan yang berada di Cilegon, Banten yang bergerak di bidang produksi air baku ke seluruh wilayah di Cilegon baik ke perumahanperumahan di daerah Cilegon melalui perusahaan PDAM dan ke perusahaan induk PT. Krakatau Steel melalui pipa. PT Krakatau Tirta Industri mempunyai dua pemasok air, yaitu dari sungai Cidanau dan waduh Krenceng. Keduanya digunakan sesuai debit air yang kebutuhan. Tetapi seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perubahan iklim yang kadang tidak diprediksi dari awal menyebabkan dibutuhkan lagi tambahan debit air yang digunakan untuk memproduksi air baku. Air dari sungai Cidanau memasok debit sebesar 1.2-2.81 m3/detik. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan air sehingga PT. Krakatau Tirta Industri harus mensuplai debit air tambahan sebesar 0.6 m3/detik sehingga direncanakan pembuatan bendung di sungai Cipasauran yang berjarak sekitar 14 km dari sungai Cidanau untuk menambah debit air. Perencanaan pembangunan ini menjadi pertimbangan dalam memilih tempat Praktik Lapang di Perusahaan PT. Krakatau Tirta Industri karena sesuai dengan minat dan keahlian mahasiswa pada bidang Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor.
1.2 Tujuan Secara umum tujuan Praktik Lapangan adalah : 1. Tujuan Instruksional Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan mahasiswa melalui latihan kerja dan aplikasi ilmu yang telah diperoleh sesuai dengan bidang keahliannya, serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi, merumuskan, dan memecahkan permasalahan sesuai dengan keahliannya di lapangan secara sistematis dan interdisiplin. 2. Tujuan Institusional Memperkenalkan dan mendekatkan IPB, khususnya Fakultas Teknologi Pertanian dengan masyarakat dan mendapatkan masukan/pertimbangan bagi penyusunan kurikulum sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan yang sesuai dengan kemajuan iptek dan kebutuhan masyarakat sebagai pengguna.
1
Secara khusus tujuan Praktik Lapangan adalah: a. Mempelajari perencanaan bangunan bendung dari segi perencanaan hidrolis dan bangunan pelengkap. b. Mempelajari perhitungan dan desain bangunan bendung pada bagian hidrolis dan bangunan pelengkap sesuai kebutuhan di lapangan.
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan praktik lapangan ini dilaksanakan di PT Krakatau Tirta Industri, Cilegon, Banten. Praktik lapangan ini berlangsung selama 40 hari sejak tanggal 25 Juni 2012 sampai dengan 12 Agustus 2012
Metode Pelaksanaan Metodologi pelaksanaan kegiatan praktik lapangan ini adalah sebagai berikut : 1. Observasi Lapang Melakukan pengamatan langsung terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan topik, yaitu pengolahan air limbah. 2. Wawancara dan Diskusi Wawancara dilakukan sebagai upaya pengumpulan informasi dan data serta untuk mengklarifikasi permasalahan yang terjadi di lapangan. Wawancara dilakukan dengan pihakpihak yang terkait langsung dan berdasarkan bimbingan dari pembimbing lapangan. 3. Praktik Langsung Praktik langsung dilakukan untuk memperoleh pengalaman di dunia kerja dan mempelajari kesesuaian antara teori yang disampaikan di dalam perkuliahan dengan praktik di lapangan. Dalam melakukan praktik, mahasiswa diharapkan dapat aktif berperan serta dalam kegiatan kerja harian di perusahaan. 4. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh penjelasan atau pembuktian ilmiah.dalam melakukan analisis terhadap berbagai macam permasalahan yang dihadapi di lapangan.
1.4
Aspek Kajian
Aspek yang dikaji dalam kegiatan praktik lapangan ini antara lain : 1. Aspek Kajian Umum Pengkajian aspek umum mencakup latar belakang dan sejarah perkembangan PT. Krakatau Tirta Industri, Cilegon, Banten, Indonesia, lokasi dan tata letak perusahaan, struktur organisasi perusahaan, ketenagakerjaan, sistem dan kapasitas produksi, serta sistem pemasaran produk. 2. Aspek Kajian Khusus Pengkajian aspek khusus mencakup kebutuhan air atau debit andalan yang dibutuhkan, perencanaan konstruksi bendung mencakup bagian hidrolis bendung dan bangunan pelengkap
2
II. 2.1
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah dan Perkembangan PT. Krakatau Steel berdiri pada era pergerakan Budi Utomo. Atas izin dan prakarsa Presiden RI Ir. Soekarno, dilakukan peletakan batu pertama pendirian Pabrik Baja Trikora pada tanggal 26 Mei tahun 1962. Pabrik ini kemudian menjadi cikal bakal PT. Krakatau Steel. Pabrik Baja Trikora merupakan industri yang dapat menjadikan bangsa Indonesia mandiri, merupakan pabrik baja terpadu dan terbesar di Asean. Melalui Peraturan Pemerintah No. 35/31 Agustus 1970, Pabrik Baja Trikora berganti nama menjadi Pabrik Baja Modern PT. Krakatau Steel (Persero). Sejak saat itu berbagai pabrik kemudian dibangun di area Kompleks PT. Krakatau Steel. Pada tahun 1977 Presiden RI Jenderal Soeharto meresmikan Pabrik Besi Beton, dan pada bulan Juli tahun 1997 Pelabuhan Cigading (PT. KBS). Setelah itu diresmikan Pabrik Billet Baja (BSP), Wire Rod, Pipa Baja (PT. KHI), dan Pembangkit Listrik (PT. KDL) 400 MW. Pusat penjernihan air berkapasitas 800 lt/dt diresmikan pada Oktober 1979, dan yang sejak tahun 1996 lebih dikenal dengan PT. Krakatau Tirta Industri. PT. Krakatau Tirta Industri merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang industri air bersih khususnya untuk air minum. Hasil pengolahan air bersih sebagian besar didistribusikan untuk kebutuhan air baku industri di wilayah Cilegon, Banten, dan sebagian untuk kebutuhan penduduk Kota Cilegon. Air yang diolah berasal dari Sungai Cidanau, yang merupakan saluran pelepas dari Rawa Danau, dengan debit antara 1.2 โ 28.1 m3/detik. Air dipompakan melalui pipa berdiameter 1.4 m sepanjang ยฑ28 km untuk diolah menjadi air bersih di unit pengolahan air. PT. Krakatau Tirta Industri memiliki kapasitas terpasang unit pengolah air sebesar 2000 lt/dt, dengan kapasitas sebesar 56%. Perusahaan memiliki beberapa kegiatan, yaitu : a. Penyedia air baku untuk kebutuhan sendiri maupun pihak lain b. Mendirikan dan mengoperasikan instalasi penjernihan air termasuk limbah c. Menjalankan perdagangan barang yang berhubungan dengan kegiatan 1 dan 2 tersebut d. Menjalankan usaha jasa konsultasi dan supervisi di bidang teknologi air bersih dan/atau air limbah. Luas wilayah pelayanan air besih di Kota Cilegon dan sekitarnya mencapai 225 km2, dengan tingkat konsumsi di tahun 2007 kurang lebih 1100 lt/dt. Pelanggan terbesar saat ini adalah PT. Krakatau Steel Group serta industri-industri di kawasan Cigading, Ciwandan, Cilegon, dan Banten. Pada tahun 2006, PT. Krakatau Tirta Industri melakukan kerjasama Operasional (KSO) dengan PT. Krakatau Daya Listrik (PT. KDL) membentuk PT. Krakatau Daya Tirta (PT. KDT), dengan kegiatan utama pada pengolahan air minum dalam kemasan.
3
2.2 Lokasi dan Tata Letak 1. Kantor Cilegon Pusat Penjernihan Air Krakatau Steel Group - Jl. Ir. Sutami Kenon Sari Citangkil Krenceng Cilegon, Banten 42442. Telp: (0254) 311206; Faximile: (0254) 310824. 2. Kantor Jakarta Gedung Wisma Baja Krakatau Steel Lt.VIII - Jl. Gatot Subroto Kav 54 Jakarta Selatan. Telp /fax: (021) 5221249. Bagian utama dari PT. Krakatau Tirta Industri adalah pengolah air atau water treatment plant (WTP). WTP ini dijalankan secara mekanis dan dikendalikan oleh operator di ruang kontrol (Control Room) Divisi Operasi. Tetapi secara umum, PT. Krakatau Tirta Industri mempunyai enam gedung utama, dengan masing-masing gedung mempunyai fungsi dan pembagian kerja yang berbeda. Kelima gedung tersebut diantaranya adalah Gedung Tirta Graha, Gedung Perencanaan Korporat dan Pengembangan Usaha (PKPU), Gedung Jasa Teknik, Gedung Operasi, Gedung Logistik, dan Gedung Koperasi. Gedung Tirta Graha merupakan kantor pusat yang ditempati oleh jajaran direksi dan Divisi Sumberdaya Manusia. Gedung ini juga merupakan pusat kegiatan administrasi PT. Krakatau Tirta Industri. Gedung PKPU merupakan pusat dari proyek dan pengembangan yang dilakukan oleh perusahaan. Gedung Jasa Teknik merupakan gedung yang berfungsi melakukan perawatan dan perbaikan alat-alat produksi. Gedung operasi merupakan gedung yang mengontrol jalannya operasi penjernihan air. Gedung Logistik merupakan gedung yang menyuplai alat dan bahan yang diperlukan untuk penjernihan air. Sedangkan Gedung Koperasi berfungsi sebagai gedung yang memfokuskan pada kesejahteraan karyawan. Selain gedung, Jalur Lingkar Selatan pun merupakan jalan yang tidak luput dari wilayah perusahaan. Jalur Lingkar Selatan merupakan jalan yang membentang daerah Cilegon sepanjang 16 km. Pekerjaan jalan ini dimulai dari ujung timur Kota Cilegon, tepatnya setelah gerbang tol Cilegon hingga ujung barat daya Kota Cilegon, daerah Pelabuhan Ciwandan. Jalur ini memiliki manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat yang berdomisili di Cilegon Timur, karena mudahnya akses yang dilalui menuju Pantai Anyer maupun daerah industri kimia. Selain itu, pembangunan jalur ini akan diikuti pula dengan pembangunan wilayah pergudangan dan perumahan di sepanjang jalur pada tahun 2012 oleh Pemerintah Kota Cilegon. Wilayah pergudangan ini akan digunakan oleh pabrik-pabrik yang beroperasi di wilayah Cilegon untuk menyimpan barang-barang logistik perusahaan.
2.3
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Struktur organisasi yang ada di PT. Krakatau Tirta Industri (KTI) sebagian besar menggunakan sistem pendelegasian. Sehubungan dengan kegiatan praktik lapangan yang dilakukan pada bagian divisi operasi, maka penulisan tentang struktur organisasi adalah pada divisi operasi dengan organigram serta beberapa jabatan dan tugasnya sebagai berikut : 1. Kepala Divisi Operasi : Mengorganisasikan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan kegiatan produksi dan masalah-masalah serta peralatan produksi guna mengembangkan sistem pengolahan air yang sesuai dengan spesifikasi dan standar produksi.
4
2. Kepala Dinas Air Baku : Menyelenggarakan kegiatan pengoperasian dan serta pemantauan instalasi intake dan stasium pompa I Cidanau serta pemeliharaan dan pemantauan Sungai Cidanau / Rawa Danau untuk menjamin kelancaran dan ketersediaan suplay air baku sesuai dengan kebutuhan air WTP Krenceng. 3. Kepala Dinas Pengolahan : Menyelenggarakan dan mengatur kegiatan operasi pengolahan air bersih sesuai dengan standar perusahaan, serta terkendalinya perlakuan terhadap peralatan untuk menjamin kontinitas suplay air bersih. 4. Kepala Dinas Proses, Lab., dan K3LH : Menyelenggarakan dan mengatur kegiatan pengendalian pemeriksaan air baku dan pengendalian kualitas air bersih dan bahan kimia yang digunakan agar sesuai dengan standar kualitas yang diinginkan serta mengkordinasikan dan mengawasi pelaksanaan K3LH. 5. Petugas Tata Usaha : Bertugas membuat, menyiapkan, dan membukukan segala sesuatu yang berhubungan dengan kedinasan yang ada di lingkungan divisi Operasi. 6. Officer Pengolah Data : Membuat dan mengolah data hasil analisa dan membukukannya menjadi dokumen untuk kedinasan di lingkungan divisi Operasi. 7. Kasi Air Baku : Mengawasi dan mengamati kegiatan operasi pengadaan air baku mulai dari instalasi intake, station pompa I Cidanau, pipa transmisi, Waduk Krenceng, dan DAS Cidanau untuk menjaga kelancaran pengadaan air baku sesuai dengan produksi yang ditetapkan. 8. AP DAS dan Bendungan : Merencanakan, menganalisa, dan memonitor kondisi DAS dan bangunan air sehingga kontinitas air baku terjamin dan kelancaran proses pengolahan air dapat berjalan dengan baik. 9. Kasi Operasi : Mengatur, mengoperasikan, dan mengawasi kegiatan operasi pengolahan air bersih sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang telah ditentukan untuk tercapainya kelancaran operasi. 10. Kasi Pengendalian Peralatan : Merencanakan, Mengoperasikan, mengontrol, dan mengevaluasi atas program preventif seluruh mesin-mesin produksi dan sarana penunjangnya, serta menjamin avability dan kehandalan peralatan. 11. Kasi Quality Control : Mengawasi dan memberi pengarahan terhadap kegiatan pengawasan kualitas air baku, air bersih, dengan cara melalui pemeriksaan/penelitian laboratorium, guna menghasilkan kualitas air bersih sesuai dengan standar ISO 17025. 12. AP K3LH : Mengawasi dan memberi pengarahan terhadap kegiatan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan hidup di lingkungan PT. KTI. 13. Teknisi Transmisi Air Baku : Merencanakan, menganalisa, dan mengadakan perawatan, peralatan mekanik dan listrik di station pompa I Cidanau untuk menjamin kelancaran operasi pompa di rumah pompa I Cidanau dan rumah pompa II Waduk Nadra, Krenceng.
5
14. Petugas Transmisi Air Baku : Melakukan perawatan peralatan mekanik dan listrik untuk menjamin kelancaran operasi pompa I Cidanau dan pompa II Waduk Krenceng. 15. Teknisi Peralatan : Melakukan monitoring peralatan instalasi pengolahan air bersih dan melakukan preventif maintenance yang diprogramkan. 16. Teknisi Elektrik : Menyiapkan dan mendistribusikan SPK sesuai dengan jadwal preventif maintenance yang telah ditetapkan dalam 1 tahun berjalan. 17. Teknisi Mekanik : Melakukan pekerjaan secara teknis dan memberi bimbingan dalam hal memasang, memperbaiki dana, dan memelihara instalasi mekanik di area dan kantor dengan menguji pekerjaan yang telah diselesaikan untuk menjamin kelancaran operasional pengolahan air. 18. Petugas Chemichal Dozer, Acc & GLF : Mengatur dan melaksanakan pengisian bahan kimia serta penyalurannya sesuai dengan dosis yang ditentukan untuk menghasilkan kuantitas dan kualitas air bersih sesuai standar yang ditentukan serta melakukan pengoperasian dan pengawasan terhadap instalasi accelator dan green leaf filter di lapangan, agar operasi berjalan lancar sesuai dengan rencana yang ditentukan. 19. Petugas Pompa SEPS : Melakukan pengoperasian dan pengawasan terhadap pompa-pompa dan valve pada saat di lapangan agar operasi berjalan lancar dan mendistribusikan air bersih kepada konsumen sesuai dengan kebutuhan. 20. Petugas Peralatan : Melaksanakan pekerjaan perawatan dan perbaikan peralatan operasi sesuai dengan program operasi agar peralatan pengolahan air berfungsi dengan baik. 21. Analis Kimia : Menganalisa dan mengevaluasi pengambilan sample, penyiapan reagen, kalibrasi, alat-alat ukur dan bahan kimia yang akan digunakan dalam proses pengolahan air untuk menjamin pemeriksaan kualitas air sesuai dengan standar prosedur yang diinginkan oleh perusahaan. 22. Analis Mikrobiologi : Melaksanakan analisa pekerjaan secara mikrobiologi dalam air seperti bakteri coli, bakteri pathogen, dan algae agar kualitas air sesuai dengan departemen kesehatan RI.
6
III.
KEGIATAN PRAKTEK LAPANG
3.1 Analisis Curah Hujan Dalam menghitung dan merancang pembuatan bendung, harus diketahui lebih dahulu data debit andalan dan debit banjir lokasi sungai yang direncanakan. Analisis curah hujan menjadi salah satu faktor yang dibtuhkan untuk menghitung debit andalan. Ada beberapa metode dalam menghitung curah hujan yaitu menggunakan metode Thiessen, serta metode aritmatik aljabar.
3.2 Analisis Debit Banjir Analisis debit banjir merupakan hal yang harus diperhitungkan dalam membangun bendungan. Dengan menganalisis debit banjir, umur suatu bendungan bisa diukur. Berpedoman pada KP-02, banjir rencana maksimum untuk bendungan diambil pada periode ulang 100 tahun. Untuk perhitungan debit banjir periode ulang 1000 tahun juga diperlukan agar dapat diketahui tinggi tanggul banjir dan mengontrol keamanan bangunan utama bendung.
3.3 Perencanaan Hidraulis Bendung 3.3.1
Perencanaan Elevasi Mercu Bendung Elevasi mercu bendung merupakan salah satu bagian dari perencanaan bendung. Penentuan dari mercu bendung didasarkan dari muka air rencana pada bangunan intake. Pada penentuan elevasi mercu bendung, harus diketahui data-data berupa lebar sungai yaitu ketika dalam keadaan banjir, tinggi mercu yang akan direncanakan, serta debit yang akan diperkirakan bakal melewati mercu bendung. Debit yang digunakan adalah debit banjir pada 100 tahun (Q100) karena perencanaan mengenai umur bendung tidak lebih dari 100 tahun. Data-data yang diperoleh untuk menetukan mercu bendung adalah sebagai berikut : a) Elevasi dasar sungai pada hulu bendung = +18 b) Elevasi dasar sungai pada hilir bendung = +25 c) Elevasi dasar sungai pada perencanaan bendung = +21 d) Lebar dasar sungai pada bendung = +30 m Penentuan elevasi untuk bangunan bendung didasarkan pada peta kontur DAS Cipasauran pada lampiran. Beberapa hal yang menyebabkan penentuan letak lokasi bendungan menurut KP-02 yaitu : a) Pemilihan lokasi bendung yaitu pada lembah yang sempit dan tidak terlalu dalam ataupun dangkal. b) Dipilih pada bagian sungai yang lurus. Jika bagian sungai tidak lurus maka bisa pada belokan sungai dengan syarat bangunan intake harus terletak pada tikungan luar dan terdapat bagian sungai yang lurus di hulu bendung. c) Pemilihan lokasi bendung harus juga memperhatikan sektor ekonomis sehingga pembangunan tidak terlalu mahal.
7
3.3.2
Perencanaan Lebar Efektif Bendung Dalam menentukan lebar efektif bendung dihitung dari lebar rata-rata sungai yang stabil. Rumus yang digunakan dalam menghitung lebar efektif bendung ini diambil dari KP-02 pada bagian Perencanaan Hidrolis:
๐ฉ โ ๐ ๐ โ ๐ฒ๐ + ๐ฒ๐ ๐ฏ๐ Be B N Kp Ka H
= lebar efektif bendung (m) = lebar mercu bendung (m) = jumlah pilar yang direncanakan = koefisien kontraksi pilar (untuk pilar bulat = 0.01) = koefisien kontrak pangkal bendung = 0 = tinggi energi (m)
Pada rumus diatas, nilai untuk lebar mercu bending, jumlah pilar serta koefisien kontraksi pilar dan pangkal bendung ditentukan dari KP-02.
3.4 Perencanaan Bangunan Pelengkap 3.4.1 Perhitungan dan Desain Pintu Intake Pintu pengambilan atau intake merupakan pintu yang digunakan untuk mengambil debit air sesuai dengan yang dibutuhkan. Pada perencanaan bangunan intake ini, jumlah debit yang diambil pada DAS Cipasauran sebesar 0.6m3/detik. Nilai jumlah debit sendiri ditentukan setelah dilakukan analisis kebutuhan air serta perkiraan jumlah debit air yang dibutuhkan untuk menambah debit pada DAS Cidanau. Bangunan intake sendiri direncanakan pada elevasi +21 pada kontur DAS Cipasauran. Pada perencanaan bangunan digunakan acuan KP-02 pada bagian bangunan pengambil dan pembilas. Pada awal perencanaan, kapasitas pengambilan air harus sekurang-kurangnya 120% dari debit yang diinginkan dengan mengggunakan rumus sebagai berikut : ๐๐ = ๐๐ โ 120% Qp = kapasitas debit (120%) Qd = debit andalan/ debit yang diinginkan (m3/detik) Tinggi pintu bukaan didesain dan dihitung berdasarkan jenis pintu yang direncanakan serta lebar bukaan saluran intake. Berdasarkan KP-02, rumus yang digunakan dalam menghitung tinggi bukaan pintu adalah : ๐๐ ๐= ๐โ๐โ 2โ๐โ๐ง a = tinggi bukaan pintu (m) Qp = kapasitas debit (120%) ยต = koefisiensi debit
8
b = lebar bukaan (m) g = gravitasi (m2/detik) z = kehilangan tinggi energy pada bukaan pintu. Penentuan koefisien debit menggunakan acuan KP-02. Lebar bukaan pintu diambil berdasarkan lebar bendung yang direncanakan. Kehilangan tinggi energi pada bukaan pintu intake ditentukan untuk mencegah terjadinya pengendapan sedimen yang terbawa oleh sungai. Setelah didapatkan nilai berupa tinggi jagaan pintu serta lebar pintu intake, kemudian didesain bentuk pintu serta saluran menggunakan software Autocad.
3.4.2
Perhitungan dan Desain Pintu Pembilas Bangunan pintu pembilas didesain tepat berada di sebelah bangunan intake. Pintu pembilas berfungsi untuk membuang sedimen kasar yang akan masuk ke saluran intake. Dalam perencanaannya digunakan nilai debit banjir 100 tahun (Q100) sebab perkiraan umur untuk bangunan pembilas yaitu selama 100 tahun. Tinggi dari bangunan pembilas sama dengan tinggi bendung sehingga dapat melewati air banjir. Dalam menentukan desain pintu pembilas ada beberapa hal yang harus diperhatikan menurut pedoman dari KP-02 dan KP-04 : a) Panjang pembilas dihitung bersama pilarnya lebih baik 1/6 โ 1/10 dari panjang bendung jika sungai tidak lebih dari 100 m b) Panjang pembilas dapat diambil 60 % dari panjang total bangunan pembilas. c) Kecepatan pembilas tidak lebih dari 3 m/detik. d) Lebar pintu pembilas lebih baik tidak leboh dari 2 m.
3.4.3
Perhitungan dan Desain Kolam Olakan Aliran air yang melewati mercu bendung mempunyai kecepatan yang tinggi yang bisa menyebabkan terganggunya kestabilan bendung sehingga diperlukan bangunan peredam energi untuk mengurangi kecepatan aliran tersebut. Kolam olakan merupakan salah satu tipe bangunan dalam meredam energi aliran. Penentuan bilangan Froude diperlukan untuk menentukan tipe kolam olak seperti apa yang dibutuhkan. Tipe-tipe kolam berdasarkan bilangan Froude adalah sebagai berikut : a. Untuk Fr<1.7, tidak diperlukan kolam olakan. Pada salura tanah bagian hilir harus dilindungi dari erosi, saluran pasangan bata/beton, tidak memerlukan lindungan khusus. b. Untuk 1.7 < Fr < 4.5, maka kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara efektif. Untuk penurunan muka air 1.5 m digunakan bangunan terjun. c. Untuk 2.5 < Fr < 4.5, maka dibangun kolam olakan USBR tipe IV. Situasi ini merupakan situasi paling solid dan biasanya jarang digunakan. Jika didapatkan nilai Fr ini, biasanya diusahakan untuk melebarkan atau mengecilkan bilangan Froude. d. Fr > 4.5, maka digunakan kolam olakan USBR tipe III. Bangunan ini merupakan bangunan paling ekonomis karena kolam olakan tipe ini biasanya kecil.
9
IV.
4.1
PEMBAHASAN
Data Curah Hujan
Pada data Curah hujan, digunakan data curah hujan daerah Ciomas dan Padarincang. Pemilihan dari stasiun cuaca ini dikarenakan daerah Ciomas dan Padarincang merupakan daerah yang dekat dengan DAS Cipasauran sehiungga bisa diasumsikan bisa mewakili curah hujan yang ada di sekitar DAS. Perhitungan data curah hujan untuk menentukan debit yang dinginkan yang akan melewati bangunan intake dan selanjutnya dialirkan ke DAS Cidanau. Perhitungan menggunakan metode Fj. Mock. Data-data mengenai curah hujan serta table perhitungan tersedia di bagian lampiran.
4.2
Analisis Debit Banjir
Perhitungan analisis debit banjir dibuthkan untuk menimalisasikan kerusakan yang terjadi pada bangunan bendung. Analisis debit banjir yang dibutuhkan adalah pada periode ulang 50 tahun serta 100 tahun yang biasanya digunakan untuk mengukur umur suatu bendung. Pada perhitungan yang menggunakan metode AWLR, didapatkan periode ulang untuk 50 tahun dan 100 tahun adalah 19.77 m3/detik dan 18.13 m3/detik. Untuk perhitungan tersedia di bagian lampiran.
4.3
Mercu bendung dan lebar efektif bendung
Lebar bendung, yaitu jarak antara pangkal-pangkalnya abutment), sebaiknya sama dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil. Di bagian ruas bawah sungai, lebar rata-rata dapat diambil pada debit penuh. Lebar maksimum tidak lebih dari 1.2 kali lebar rata-rata sungai pada ruas yang stabil (KP-02). Lebar bendung yang direncanakan adalah 30 m serta lebar mercu bendung yang direncanakan adalah 26 m. Data diperoleh berdasarkan pengukuran langsung di lapang. Nilai koefisien debit serta jari-jari bendung berdasarkan KP-02 adalah 1.3 dan 0.4 m. jarijari bendung diasumsikan menggunakan beton sebagai bahan utama. Setelah itu dengan menggunakan metode trial and error, didapatkan lebar efektif bendung sebesar 25.98344 m, serta tinggi energy yang melewati mercu bendung sebesar 19.82729 m. Tabel 1. trial and error lebar efektif bendung
No
H1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0.05 0.06 0.061 0.062 0.063 0.064 0.065 0.066 0.067 0.069
Be H1/r 25.988 0.125 25.9856 0.15 25.98536 0.1525 25.98512 0.155 25.98488 0.1575 25.98464 0.16 25.9844 0.1625 25.98416 0.165 25.98392 0.1675 25.98344 0.1725
p1/H1 80 66.66667 65.57377 64.51613 63.49206 62.5 61.53846 60.60606 59.70149 57.97101
Cd
Q 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3
19.77 19.77 19.77 19.77 19.77 19.77 19.77 19.77 19.77 19.77
10
H1 15.57508 17.85566 18.07823 18.29988 18.52064 18.74052 18.95953 19.1777 19.39504 19.82729
4.4
Bangunan utama dan bangunan pelengkap bendung 4.4.1
Perhitungan dan desain pintu Intake Dalam mendesain dan merencanakan bangunan intake pada DAS Cipasauran, harus diketahui data-data seperti elevasi bangunan intake, debit yang dibutuhkan serta penentuan kapasitas pengambilan debit. Kapasitas pengambilan harus sekurang-kurangnya 120 % dari debit yang dibutuhkan sebab utnuk menambah fleksibilitas dan agar dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi selama umur proyek bendung. Pada perhitungan didapatkan besarnya kapasitas pengambilan adalah 0.72 m3/detik. Debit yang dibutuhkan sendiri sebesar 0.6 m3/detik. Kemudian ditentukan tinggi bukaan pintu intake dengan kehilangan energy (ยต = 0.8) serta lebar bukaan pintu sebesar 1 m. sehingga didapatkan nilai tinggi bukaan pintu intake sebesar 0.45 m.
4.4.2
Perhitungan dan desain saluran pembilas Dalam mendesain dan merencanakan bangunan pembilas pada bendung, datadata yang harus diperole terlebih dahulu yaitu debit banjir 100 tahun, kecepatan pembilas, serta kedalaman kritis saluran tersebut. Nilai debit banjir 100 tahun yaitu 19.77 m3/detik, kecepatan pembilas sebesar 3 m/detik, serta kedalaman kritis sebesar 2.15 m. Untuk nilai slope lantai penguras sebesar 0.24. Nilai slope didapatkan dari rumus kecepatan kritis.
4.4.3
Perhitungan dan desain kolam olakan Bangunan kolam olak dirancang untuk menghindari kerusakan berupa gerusan pada bagian belakang pelimpah yang bisa menyebabkan kerusakan pada badan bendung. Pada perencanaan bendung untuk DAS Cipasauran, beberapa data seperti debit banjir periode 100 tahun serta beberapa data dalam merencanakan kolam olak seperti tinggi bendung sebesar 4 m dan tinggi energi yang melewati sebesar 0.69 m. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan trial and error didapatkan nilai Froude number sebesar 2.503. Karena nilai 2.5
tabel 2. desain kolam olakan panjang lebar chute chute jarak antara tinggi chute panjang kolam olakan (Lb) blok blok chute blok blok tinggi end sill D P 6.268612141 0.809 0.809 2.0225 1.618 1.01125 0.809 0.1618
11
V.
PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh, didapatkan bahwa perencanaan bangunan bendung untuk DAS Cipasauran merupakan salah satu langkah efektif dalam menambah debit air untuk DAS Cidananu yang terletak 14 km dari DAS Cipasauran jika ditinjau dari permasalahan DAS Cidanau yang membutuhkan debit air yang lebih banyak.
5.2 Saran Dalam mengalirkan air ke sungai dibutuhkan perhitungan yang benar-benar tepat sehingga umur bendung bisa diperkirakan dengan tepat. Data-data seperti curah hujan dan debit andalan serta debit banjir merupakan data-data awal yang diperlukan dalam mendesain bangunan bendung.
12
DAFTAR PUSTAKA DIRJEN PENGAIRAN, 1996, Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama (KP-02), Jakarta. Anonymous, 2010, Chapter_V, http://eprints.undip.ac.id/34567/8/1597_chapter_V.pdf diakses tanggal 10 Juli 2012
13
LAMPIRAN
14
Lampiran 1. Data perhitungan curah hujan dengan metode FJ. Mock
PENENTUAN HUJAN KAWASAN MENGGUNAKAN METODE ARITMATIK ALJABAR CIOMAS DAN PADARINCANG No.
Tahun
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
1
1996
413
352
310
237
175
116
40
251
125
263
357
806
2
1997
385.5
383
270.86
122.5
120.955
57.5
120.245
105.32
86.45
318.545
116.5
152
3
1998
183.5
292
294.5
236
289.5
191
151.5
242.5
175
304
275.5
301.5
4
1999
468
358
374.5
188.5
197
158.445
88
88.5
70.5
278
319
549.5
5
2000
371.5
319.5
264
259.5
146
53.5
113.5
64.5
66.5
110
282
130
6
2001
496.5
765.5
301
190.5
243.5
152.5
89.5
52.5
178.5
321
251.5
185
7
2002
414
450.955
268.275
401.5
173.27
68.5
82.865
36.63
31.125
11.5
207.5
271.5
8
2003
62
283
154
90
91.5
145.5
38.5
75
97.5
142
187.5
514
9
2004
226.5
167.5
227.16
154.5
136
56
99.5
34
93.5
56.5
170
197.5
10
2005
244.5
92.5
140.5
135
167
132
67
109.66
61.5
80
134
321
11
2006
273
235
191.5
114.86
131.89
92.765
23.365
11
71.73
44
150.5
188
15
Des
Debit Andalan (m3/dt/km2)
No.
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Bulan Jan 0.0888 0.0850 0.0396 0.1027 0.0835 0.1099 0.0901 0.0106 0.0425 0.0513 0.0543
Feb 0.0815 0.0919 0.0778 0.0755 0.0715 0.2016 0.1071 0.0886 0.0397 0.0174 0.0546
Mar 0.0556 0.0468 0.0612 0.0756 0.0365 0.0294 0.0385 0.0360 0.0000 0.0298 0.0392
Apr 0.0409 0.0148 0.0475 0.0243 0.0520 0.0157 0.0876 0.0167 0.0345 0.0327 0.0197
Mei 0.0362 0.0217 0.0681 0.0369 0.0201 0.0430 0.0170 0.0236 0.0357 0.0433 0.0365
Jun 0.0243 0.0189 0.0441 0.0352 0.0139 0.0316 0.0091 0.0472 0.0179 0.0393 0.0302
Jul 0.0132 0.0336 0.0342 0.0155 0.0284 0.0140 0.0208 0.0193 0.0283 0.0203 0.0185
Agt 0.0707 0.0300 0.0590 0.0208 0.0208 0.0147 0.0177 0.0287 0.0211 0.0332 0.0217
Sep 0.0257 0.0292 0.0333 0.0220 0.0244 0.0490 0.0219 0.0344 0.0284 0.0220 0.0244
Okt 0.0624 0.0867 0.0690 0.0727 0.0302 0.0805 0.0233 0.0359 0.0240 0.0237 0.0248
Nop 0.0962 0.0260 0.0594 0.0823 0.0769 0.0734 0.0527 0.0560 0.0503 0.0433 0.0478
Des 0.2143 0.0370 0.0691 0.1420 0.0324 0.0549 0.0687 0.1417 0.0547 0.0890 0.0519
Agt 0.07069 0.05900 0.03316 0.03002 0.02866 0.02172 0.02108 0.02085
Sep 0.04897 0.03439 0.03332 0.02918 0.02837 0.02574 0.02444 0.02442
Okt 0.08667 0.08053 0.07272 0.06900 0.06244 0.03592 0.03016 0.02481
Nop 0.09620 0.08231 0.07686 0.07339 0.05941 0.05596 0.05267 0.05031
Des 0.21430 0.14201 0.14171 0.08895 0.06908 0.06874 0.05485 0.05468
Debit Andalan Hasil Sorting (m3/dt/km2)
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Weibull (%) 9.1 18.2 27.3 36.4 45.5 54.5 63.6 72.7
Jan 0.10994 0.10270 0.09006 0.08877 0.08496 0.08355 0.05427 0.05130
Feb 0.20155 0.10712 0.09193 0.08865 0.08154 0.07782 0.07549 0.07146
Mar 0.07560 0.06116 0.05560 0.04682 0.03918 0.03852 0.03646 0.03604
Apr 0.08763 0.05204 0.04753 0.04086 0.03453 0.03265 0.02429 0.01970
Mei 0.06807 0.04329 0.04301 0.03691 0.03651 0.03621 0.03569 0.02363
Bulan Jun Jul 0.04717 0.03418 0.04410 0.03363 0.03931 0.02841 0.03519 0.02834 0.03159 0.02079 0.03018 0.02032 0.02432 0.01934 0.01892 0.01850
16
9 10 11
81.8 90.9 100.0
0.04246 0.03956 0.01060
0.05456 0.03967 0.01740
0.02979 0.02939 0.00000
0.01673 0.01567 0.01479
0.02169 0.02010 0.01696
0.01791 0.01387 0.00906
0.01547 0.01400 0.01315
0.02082 0.01765 0.01471
0.02205 0.02196 0.02192
0.02395 0.02366 0.02335
0.04777 0.04325 0.02602
0.05193 0.03698 0.03237
Debit Andalan 95% (m3/dt/km2)
No. 1 2 3
Weibull
Bulan
(%)
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
100.0 95.0 90.9
0.01060 0.02653 0.03956
0.01740 0.02965 0.03967
0.00000 0.01616 0.02939
0.01479 0.01527 0.01567
0.01696 0.01868 0.02010
0.00906 0.01171 0.01387
0.01315 0.01362 0.01400
0.01471 0.01633 0.01765
0.02192 0.02194 0.02196
0.02335 0.02352 0.02366
0.02602 0.03550 0.04325
0.03237 0.03490 0.03698
Agt 0.01765 0.01797 0.02082
Sep 0.02196 0.02197 0.02205
Okt 0.02366 0.02369 0.02395
Nop 0.04325 0.04370 0.04777
Des 0.03698 0.03847 0.05193
Debit Andalan 90% (m3/dt/km2)
No. 1 2 3
Weibull (%) 90.9 90.0 81.8
Jan 0.03956 0.03985 0.04246
Feb 0.03967 0.04116 0.05456
Mar 0.02939 0.02943 0.02979
Apr 0.01567 0.01578 0.01673
Mei 0.02010 0.02026 0.02169
Bulan Jun Jul 0.01387 0.01400 0.01428 0.01415 0.01791 0.01547
Debit Andalan 80% (m3/dt/km2)
No. 1 2 3
Weibull
Bulan
(%)
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
81.8 80.0 72.7
0.04246 0.04423 0.05130
0.05456 0.05794 0.07146
0.02979 0.03104 0.03604
0.01673 0.01732 0.01970
0.02169 0.02208 0.02363
0.01791 0.01811 0.01892
0.01547 0.01608 0.01850
0.02082 0.02083 0.02085
0.02205 0.02252 0.02442
0.02395 0.02412 0.02481
0.04777 0.04828 0.05031
0.05193 0.05248 0.05468
17
Debit Andalan 50% (m3/dt/km2)
No. 1 2 3
Weibull
Bulan
(%)
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
54.5 50.0 45.5
0.08355 0.08426 0.08496
0.07782 0.07968 0.08154
0.03852 0.03885 0.03918
0.03265 0.03359 0.03453
0.03621 0.03636 0.03651
0.03018 0.03089 0.03159
0.02032 0.02055 0.02079
0.02172 0.02519 0.02866
0.02574 0.02706 0.02837
0.03592 0.04918 0.06244
0.05596 0.05769 0.05941
0.06874 0.06891 0.06908
Agt 0.0163 0.0180 0.0208 0.0252 0.7071 0.7780 0.9017 1.0909
Sep 0.0219 0.0220 0.0225 0.0271 0.9500 0.9512 0.9753 1.1716
Okt 0.0235 0.0237 0.0241 0.0492 1.0184 1.0258 1.0445 2.1295
Nop 0.0355 0.0437 0.0483 0.0577 1.5370 1.8924 2.0904 2.4978
Des 0.0349 0.0385 0.0525 0.0689 1.5113 1.6658 2.2723 2.9837
Debit Andalan (m3/dt) Luas DPS Ket.
qand
Qand
95% 90% 80% 50% 95% 90% 80% 50%
43.3
km2 Bulan
Jan 0.0265 0.0398 0.0442 0.0843 1.1487 1.7254 1.9151 3.6483
Feb 0.0297 0.0412 0.0579 0.0797 1.2839 1.7824 2.5088 3.4501
Mar 0.0162 0.0294 0.0310 0.0388 0.6999 1.2743 1.3439 1.6821
Apr 0.0153 0.0158 0.0173 0.0336 0.6614 0.6831 0.7501 1.4545
Mei 0.0187 0.0203 0.0221 0.0364 0.8090 0.8771 0.9560 1.5744
Jun 0.0117 0.0143 0.0181 0.0309 0.5070 0.6182 0.7841 1.3374
Jul 0.0136 0.0141 0.0161 0.0206 0.5897 0.6125 0.6961 0.8900
18
Lampiran 2. Tabel perhitungan debit banjir
Durasi (jam) 0.000 0.720 1.439 1.799 2.519 3.238 3.958 4.677 5.397 6.117 6.836 7.556 8.276 8.995 9.715 10.434 11.154 11.874 12.593 13.313 14.032
Unit Hidrograf (m3/dt) 0.000 0.190 1.005 1.717 1.371 1.095 0.875 0.699 0.558 0.468 0.403 0.347 0.298 0.257 0.221 0.190 0.164 0.144 0.129 0.115 0.103
Curah Hujan Efektif 0 9 (mm) (mm) 0.000 0.000 0.000 1.761 0.000 9.293 0.000 15.877 0.000 12.681 0.000 10.129 0.000 8.090 0.000 6.462 0.000 5.161 0.000 4.326 0.000 3.724 0.000 3.206 0.000 2.760 0.000 2.376 0.000 2.045 0.000 1.761 0.000 1.516 0.000 1.335 0.000 1.193 0.000 1.066 0.000 0.953
Direct
Base
Total
Runoff (m3/dt) 0.00 1.76 9.29 15.88 12.68 10.13 8.09 6.46 5.16 4.33 3.72 3.21 2.76 2.38 2.05 1.76 1.52 1.33 1.19 1.07 0.95
Flow (m3/dt) 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77
Runoff (m3/dt) 1.77 3.53 11.06 17.65 14.45 11.90 9.86 8.23 6.93 6.10 5.49 4.98 4.53 4.15 3.81 3.53 3.29 3.10 2.96 2.84 2.72
19
14.752 15.472 16.191 16.911 17.631 18.350 19.070 19.789 20.509 21.229 21.948 22.668 23.387 24.107 24.827 25.546 26.266 26.986 27.705 28.425 29.144 29.864 30.584 31.303 32.023 32.742 33.462 34.182 34.901
0.092 0.082 0.074 0.066 0.059 0.052 0.047 0.042 0.037 0.033 0.030 0.027 0.024 0.021 0.019 0.017 0.015 0.014 0.012 0.011 0.010 0.009 0.008 0.007 0.006 0.006 0.005 0.004 0.004
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.851 0.761 0.680 0.608 0.543 0.485 0.434 0.388 0.347 0.310 0.277 0.247 0.221 0.198 0.177 0.158 0.141 0.126 0.113 0.101 0.090 0.080 0.072 0.064 0.057 0.051 0.046 0.041 0.037
0.85 0.76 0.68 0.61 0.54 0.49 0.43 0.39 0.35 0.31 0.28 0.25 0.22 0.20 0.18 0.16 0.14 0.13 0.11 0.10 0.09 0.08 0.07 0.06 0.06 0.05 0.05 0.04 0.04
1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77
2.62 2.53 2.45 2.38 2.31 2.26 2.20 2.16 2.12 2.08 2.05 2.02 1.99 1.97 1.95 1.93 1.91 1.90 1.88 1.87 1.86 1.85 1.84 1.83 1.83 1.82 1.82 1.81 1.81
20
35.621 36.341 37.060 37.780 38.499 39.219 39.939 40.658 41.378 42.097 42.817
0.004 0.003 0.003 0.003 0.002 0.002 0.002 0.002 0.001 0.001 0.001
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.033 0.029 0.026 0.023 0.021 0.019 0.017 0.015 0.013 0.012 0.011
0.03 0.03 0.03 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01
1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77
1.80 1.80 1.80 1.79 1.79 1.79 1.79 1.78 1.78 1.78 1.78
21
Lampiran 3. Peta kontur DAS Cipasauran
22
Lampiran 4. Desain perencanaan bangunan intake
23
Lampiran 6. Desain perencanaan bangunan kolam olakan
24