MAKALAH INDUSTRIALISASI BERKELANJUTAN
Dosen Pengampu : Dr. Asih Kuswardinah, M.Pd
Dampak Emisi Gas Buang
Oleh:
Bayu Ariwibowo
0501514018
PENDIDIKAN KEJURUAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia selain China, India dan Amerika. Pertumbuhan penduduk yang terjadi juga sangat besar. Keadaaan tersebut sangat berbanding lurus dengan perkembangan di berbagai sector industri Negara ini, karena semakin banyak manusia, semakin besar pula keinginan manusia untuk mencukupi berbagai macam kebutuhannya.
Akibat dari Industri yang berkembang sangat pesat tersebut adalah pemakaian bahan bakar minyak ataupun mineral bumi sangat meningkat, karena bahan bakar digunakan sebagai sumber utama untuk menciptakan energy. Sebagai contoh adalah pemakaian premium, yaitu bahan bakar bersubsidi yang paling banyak dipakai masyarakat. Setiap satu kepala keluarga saat ini setidaknya memiliki sebuah sepeda motor, sumber tenaga sepeda motor tersebut salah satunya berasal dari bahan bakar minyak fosil. Sisa hasil pembakaran untuk menghasilkan tenaga tersebut adalah sebuah asap atau gas buang yang dapat mencemari lingkungan. Selain premium bahan bakar yang digunakan untuk sumber energy adalah batu bara, bahan bakar ini paling banyak dipakai oleh industri pembangkitkan listrik. Batu bara yang digunakan untuk pembakaran akan menghasilkan asap.
Walaupun gas buang kendaraan bermotor sebagian terdiri dari senyawa yang tidak berbahaya seperti nitrogen, dan uap air, tetapi didalamnya juga terdapat senyawa lain dengan jumlah yang cukup besar yang dapat membahayakan gas buang membahayakan kesehatan maupun lingkungan. Bahan pencemar yang terutama terdapat didalam gas buang buang kendaraan bermotor adalah karbon monoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk timbel (PB).
Menurut DW Inovator, CO2 yang berjumlah 65 persen dari semua gas rumah kaca, diproduksi selama proses pembakaran batu bara, minyak dan gas. Sebelas persen melalui penebangan hutan dan pembukaan lahan. Sementara Methana yang bertanggungjawab atas 16 persen gas rumah kaca, berasal dari peternakan sapi dan pengolahan gas. Adapun Dinitrogen oksida yang berjumlah enam persen, tercipta melalui penggunaan pupuk kimia. Disitu terbukti jika industri sangat bertanggung jawab atas rusaknya lingkungan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-35/MENLH/10/1993 tentang ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor, kandungan CO pada mobil ditentukan maksimum 4,5 persen dan 3.000 ppm untuk HC (hidrokarbon) Pada prinsipnya, setiap pembakaran kendaraan akan menghasilkan CO2 (sebagai sampah) dan O2 terpakai (sebagai pembakar). Dalam pembakaran yang sempurna, CO2 harus tinggi dan O2 rendah. CO2 merupakan indikasi dari tingkat efisiensi pembakaran mesin bensin/premium.
Banyak masyarakat yang sudah menyadari tentang bahayanya hal tersebut, namun mereka masih memakai bahan bakar fosil atau mineral bumi tersebut sebagai bahan bakar utama dengan berbagai alasan. Padahal bahan bakar yang lebih ramah lingkungan sudah banyak diperkenalkan seperti bio diesel. Menurut banyak masyarakat pemakaian bahan bakar seperti premium banyak digunakan karena bahan bakar tersebut merupakan bahan bakar yang paling terjangkau harganya, terutama bagi masyarakat menengah kebawah. Dilihat dari segi teknologi, kendaraan yang menggunakan teknologi terbarukan untuk mendukung pemakaian bahan bakar yang lebih ramah lingkungan masih jarang digunakan untuk masal. Kalaupun ada, harga yang ditawarkan terlalu mahal, jadi masyarakat masih menggunakan kendaraan yang menggnuakan bahan bakar premium atau teknologi lama.
Negara-negara maju terutama Negara yang ada di benua eropa, sudah banyak masyarakat yang sadar tentang bahayanya menggunakan kendaraan beremisi tinggi. Banyak para ilmuan yang berlomba menciptakan kendaraan ataupun industri berwawasan ramah lingkungan. Salah satunya dengan mengembangkan energy terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Sebagai contoh banyak para peneliti menciptakan mobil-mobil listrik sebagai solusi, banyak industri yang juga memanfaatkan bahan-bahan bekas untuk dimanfaatkan lagi, atau menciptakan teknologi yang sumber listriknya berasal dari energy terbarukan.
Masalah-masalah yang timbul seperti diatas, menjadi sebuah pekerjaan besar bagi seluruh umat manusia yang ada di bumi. Dampak negative yang timbul dari gas buang kendaraan atau hasil pembakaran bahan bakar fosil sangat besar baik bagi kesehatan ataupun alam, namun bagaimana gambaran besar tentang hal yang harus dilakukan manusia agar alam tetap terjaga tapi kegiatan ekonomi tetap berjalan dengan baik masih menjadi sebuah pertanyaan besar, kemudian bagaimana cara memanfaatkan teknologi terbarukan sebagai solusi-solusi yang diciptakan ilmuan agar kehidupan tetap seimbang juga masih menjadi tanda tanya.
Makalah ini akan coba menjawab tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut secara garis besar, yaitu tentang bagaimana solusi-solusi untuk mengurangi emisi gas buang kendaraan yang terbuang ke permukaan bumi.
Rumusan Masalah
Latar belakang yang telah diuraikan diatas terdapat beberapa masalah tentang dampak emisi gas buang, masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu "Bagaimana solusi untuk mengurangi emisi gas buang yang mambahayakan bagi kesehatan dan lingkungan".
Kajian Teori
Emisi Gas Buang
Menurut Wikipedia, Emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar di dalam mesin pembakaran dalam, mesin pembakaran luar, mesin jet yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin. Sisa hasil pembakaran berupa air (H2O), gas CO atau disebut juga karbon monooksida yang beracun, CO2 atau disebut juga karbon dioksida yang merupakan gas rumah kaca, NOx senyawa nitrogen oksida, HC berupa senyawa Hidrat arang sebagai akibat ketidak sempurnaan proses pembakaran serta partikel lepas selain itu masih banyak lagi senyawa yang dapat merugikan kesehatan dan lingkungan.
Menurut Tugaswati, Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung dari kondisi mengemudi, jenis mesin, alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan faktor lain yang semuanya ini membuat pola emisi menjadi rumit. Jenis bahan bakar pencemar yang dikeluarkan oleh mesin dengan bahan bakar bensin maupun bahan bakar solar sebenarnya sama saja, hanya berbeda proporsinya karena perbedaan cara operasi mesin. Secara visual selalu terlihat asap dari knalpot kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar, yang umumnya tidak terlihat pada kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin.
Walaupun gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri dari senyawa yang tidak berbahaya seperti nitrogen, karbon dioksida dan upa air, tetapi didalamnya terkandung juga senyawa lain dengan jumlah yang cukup besar yang dapat membahayakan gas buang membahayakan kesehatan maupun lingkungan. Bahan pencemar yang terutama terdapat didalam gas buang buang kendaraan bermotor adalah karbon monoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk timbel (PB). Bahan bakar tertentu seperti hidrokarbon dan timbel organik, dilepaskan ke udara karena adanya penguapan dari sistem bahan bakar. Lalulintas kendaraan bermotor, juga dapat meningkatkan kadar partikular debu yang berasal dari permukaan jalan, komponen ban dan rem. Setelah berada di udara, beberapa senyawa yang terkandung dalam gas buang kendaraan bermotor dapat berubah karena terjadinya suatu reaksi, misalnya dengan sinar matahari dan uap air, atau juga antara senyawa-senyawa tersebut satu sama lain.
Proses reaksi tersebut ada yang berlangsung cepat dan terjadi saat itu juga di lingkungan jalan raya, dan adapula yang berlangsung dengan lambat. Reaksi kimia di atmosfer kadangkala berlangsung dalam suatu rantai reaksi yang panjang dan rumit, dan menghasilkan produk akhir yang dapat lebih aktif atau lebih lemah dibandingkan senyawa aslinya. Sebagai contoh, adanya reaksi di udara yang mengubah nitrogen monoksida (NO) yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor menjadi nitrogen dioksida (NO2 ) yang lebih reaktif, dan reaksi kimia antara berbagai oksida nitrogen dengan senyawa hidrokarbon yang menghasilkan ozon dan oksida lain, yang dapat menyebabkan asap awan fotokimi (photochemical smog). Pembentukan smog ini kadang tidak terjadi di tempat asal sumber (kota), tetapi dapat terbentuk di pinggiran kota. Jarak pembentukan smog ini tergantung pada kondisi reaksi dan kecepatan angin.
Untuk bahan pencemar yang sifatnya lebih stabil sperti limbah (Pb), beberapa hidrokarbon-halogen dan hidrokarbon poliaromatik, dapat jatuh ke tanah bersama air hujan atau mengendap bersama debu, dan mengkontaminasi tanah dan air. Senyawa tersebut selanjutnya juga dapat masuk ke dalam rantai makanan yang pada akhirnya masuk ke dalam tubuh manusia melalui sayuran, susu ternak, dan produk lainnya dari ternak hewan. Karena banyak industri makanan saat ini akan dapat memberikan dampak yang tidak diinginkan pada masyarakat kota maupun desa.
Seperti diketahui, gas sisa dari pembakaran sangat berbahaya, seperti CO, merupakan karbon yang sangat beracun bagi manusia jika dihirup, karena CO akan mengikat sel darah merah dan akan merusak saraf-saraf penting pada tubuh makhluk uang menghirupnya dalam jangka waktu tertentu. Kerugian yang mungkin ditimbulan dari emisi gas buang salah satunya adalah hipertensi, iritasi mata, penurunan kecerdasan, mengganggu perkembangan mental anak, batuk, dan mengurangi fungsi reproduksi laki-laki.
Sedangkan CO2 merupakan gas rumah kaca yang sangat berbahaya bagi lingkungan karena dapat menciptakan lubang pada lapisan ozon. Akibat dari gas rumah kaca tersebut, permukaan bumi akan semakin panas, es di kutup bumi mencair, permukaan air laut akan semakin naik sehingga terjadi abrasi. Kemungkinan lain yang akan terjadi yaitu perubahan iklim, karena suhu di permukaan bumi yang tidak teratur, makhluk hidup juga akan terkena dampak dari perubahan iklim tersebut seperti kematian masal.
Gambar 1. Efek Rumah Kaca
Lingkungan
Menurut Wikipedia, Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
Semakin banyaknya populasi manusia, dan semakin banyak pula kebutuhan hidup manusia berdampak bagi kerusakan lingkungan, Kerusakan pada lingkungan hidup terjadi karena dua faktor baik fator alami ataupun karena tangan-tangan jahil manusia. Pentingnya lingkungan hidup yang terawat terkadang dilupakan oleh manusia, dan hal ini bisa menjadikan ekosistem serta kehidupan yang tidak maksimal pada lingkungan tersebut.
Berikut beberapa faktor secara mendalam yang menjadikan kerusakan lingkungan hidup :
Faktor alami
Banyaknya bencana alam dan cuaca yang tidak menentu menjadi penyebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Bencana alam tersebut bisa berupa banjir, tanah longsor, tsunami, angin puting beliung, angin topan, gunung meletus, ataupun gempa bumi. Selain berbahaya bagi keselamatan manusia maupun mahkluk lainnya, bencana ini akan membuat rusaknya lingkungan.
Faktor buatan
Manusia sebagai makhluk berakal dan memiliki kemampuan tinggi dibandingkan dengan makhluk lain akan terus berkembang dari pola hidup sederhana menuju ke kehidupan yang modern. Dengan adanya perkembangan kehidupan, tentunya kebutuhannya juga akan sangat berkembang termasuk kebutuhan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.
Kerusakan lingkungan karena faktor manusia bisa berupa penebangan secara liar yang menyebabkan banjir ataupun tanah longsor, dan pembuangan sampah di sembarang tempat terlebih aliran sungai dan laut akan membuat pencemaran.
Pencemaran Lingkungan
Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No 02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan.
Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat.
Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi: Pencemaran Air, Pencemaran Udara, dan Pencemaran Tanah. Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansifisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia.
Pembahasan
Solusi untuk Mengendalikan Emisi Gas Buang
Pengendalian terhadap emisi gas buang tergantung dari sifat dan sumber polutannya. Pengendalian yang paling sederhana dan mudah dilakukan adalah dengan menggunakan masker sebagai pelindung saat berada di daerah yang berpotensi terdapat polusi untuk menghindari gangguan kesehatan. Dengan menggunakan masker, udara yang kotor akan disaring dan udara yang dihirup akan relative labih bersih jika dibandingkan tanpa menggunakan masker. Penggunaan masker biasanya lebih dianjurkan bagi masyarakat yang berada di perkotaan, karena di daerah perkotaan pemakaian bahan bakar cenderung lebih besar, banyak juga terdapat industri yang mencemari lingkungan.
Pencegahan mengurangi emisi lain juga bisa dilakukan dengan cara mengurangi benda yang berpolutan, cara ini sangatlah sulit karena kebutuhan masyarakat akan benda-benda tersebut sangat besar. Contoh dari mengurangi benda berpolutan yaitu dengan memakai kendaraan yang ramah lingkungan, seperti meninggalkan kendaraan yang memakai karburator dan menggantinya dengan kendaraan yang menggunakan elektronik control injeksi. Karena suplai bahan bakar akan lebih terkontrol sesuai dengan kebutuhan, akibatnya gas buang yang dihasilkan juga lebih bersih. Selain kendaraan yang menggunakan EFI, kendaraan menggunakan teknologi hybrid ataupun kendaraan penggerak listrik dianjurkan.karena pemakaian bahan bakar fosil pada teknologi tersebut sangat minim. Permasalahannya adalah kemampuan masyarakat untuk membeli teknologi tersebut sangat mahal sehingga sangat jarang digunakan di tempat umum. Solusi yang paling baik adalah memperbaiki transportasi umum dengan teknologi ramah lingkungan, dan membatasi pemakaian kendaraan pribadi, membatasi umur kendaraan yang sudah tua, karena kamungkinan kerja mesinnya tidak maksimal dan emisi yang dikeluarkan tinggi, kemudian berpindah ke transportasi masal yang nyaman.
Untuk mengurangi emisi akibat dari industri yaitu dengan memanfaatkan energy terbarukan, seperti yang telah diketahui saat ini, industri yang paling banyak menyumbang polusi adalah industri pembangkit listrik tenaga uap, karena memanfaatkan panas dari hasil pembakaran batubara sebagai sumber energy penggerak turbin. Asap yang dihasilkan dari pembakaran tersebut sangat besar dan sangat mencemari lingkungan.
Menurut DW Inovator, CO2 yang berjumlah 65 persen dari semua gas rumah kaca, diproduksi selama proses pembakaran batu bara, minyak dan gas. Adapun energy terbarukan yang bisa dimanfaatkan untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan tersebut adalah dengan beralih ke pembangkit listrik tenaga surya atau yang bisa disebut dengan solar cell. Di Negara-negara maju eropa sudah banyak industri yang menggunakan solar cell, diikuti dengan pemanfaatan solar cell dalam skala rumah tangga, entah masyarakat disana sudah sadar tentang kelestarian lingkungan ataupun hanya mengikuti gaya hidup saja, yang pasti sangat bermanfaat sekali bagi kelestarian lingkungan.
Selain menggunaka solar cell, banyak industri yang merancang tentang pemanfaatan angin sebagai tenaga listrik, karena hal ini sangat ramah lingkungan, seperti yang diliput tim DW Inovator, "Kebanyakan pembangkit listrik tenaga angin/bayu (PLTB) berada di Eropa, Asia dan Amerika Utara. Boom energi angin kini juga dimulai di Amerika Selatan dan Eropa Timur. Di seluruh dunia, energi angin telah menghasilkan listrik di 100 negara dan memenuhi tiga persen kebutuhan listrik global". DW Inovator Juga menyebutkan jika energi angin ramah iklim, produk lokal, independen dari impor energi dan lebih murah dibandingkan sumber energi lain. Satu kilowatt jam (kWh) listrik produksi turbin angin harganya berkisar antara lima sampai sepuluh sen Euro.
Banyak ilmuan juga merancang tentang keefektifan pemanfaatan angin sebagai sumber energy pembangkit listrik yaitu dengan memanfaatkan balon udara. industri pembangkit listrik di Jerman yang merencanakan sebuah pembangkit listrik tenaga angin memanfaatkan balon udara. Menurut DW Inovator, Kincir angin yang dikembangkan ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) ini dilengkapi dengan balon udara. Balon tersebut mampu menangkat kincir hingga ke ketinggian 600 meter. Teorinya, semakin tinggi maka semakin kencang pula angin bertiup.
Gambar 2. Rancangan Pembangkit Listrik Memanfaatkan Balon Udara
Ilmuwan mengungkap, di ketinggian 600 meter kepadatan energi mencapai lima hingga enam kali lipat ketimbang di darat. Dengan memanfaatkan ketinggian tersebut, generator melayang ini bisa memproduksi listrik dua kali lipat lebih banyak ketimbang kincir angin konvensional.
Kincir angin buatan MIT memiliki diameter 3,7 meter dan dipasang di bagian tengah balon yang bentuknya menyerupai turbin pesawat. Ketika melayang di udara, balon yang diisi dengan gas helium ini dipasung dengan beberapa tali dan dilengkapi dengan kabel yang mengalirkan listrik ke darat.
Menurut perusahaan Altaeros Energies yang dibentuk MIT, balon kincir buatannya bisa dibongkar pasang dalam waktu 24 jam. Selain itu, balon ini juga didesain agar bisa ditempatkan di kawasan terpencil atau di wilayah bencana untuk mengamankan pasokan energi. Menurut Altaeros Energies, balon tidak cuma bisa mengangkut kincir angin, melainkan juga bisa dilengkapi dengan pemancar seluler untuk telefon dan internet. Kemampuannya itu membuat balon kincir cocok untuk ditempatkan di kawasan yang jauh dari akses listrik seperti Afrika atau Asia.
Balon kincir sejak awal desain untuk memanfaatkan High Altitude Wind alias angin di ketinggian. Menurut ilmuwan, angin yang selalu bertiup kencang tersebut adalah jenis energi terbarukan yang paling tidak dimanfaatkan di dunia. Kelemahan terbesar balon kincir adalah cuaca buruk semisal badai. Menurut Altaeros, balon buatannya mampu menahan gempuran angin sekencang 160 kilometer per jam. Selain itu perusahaan yang berdiri tahun 2010 itu juga melengkapi balonnya dengan sensor bencana yang secara otomatis mendaratkan balon kincir jika kondisi cuaca terus memburuk.
Sifatnya yang ringan, murah dan mudah dibongkar pasang membuat balon kincir ideal untuk dipakai di wilayah kepulauan, industri, di kawasan bencana atau untuk keperluan militer. Altaeros Energies tidak merinci berapa biaya yang perlu dikeluarkan untuk memproduksi sebuah balon kincir. Namun begitu perusahaan tersebut mengklaim ongkos produksinya jauh lebih murah ketimbang kincir angin konvensional.
Solusi lain untuk mengurangi pemanasan global dapat dilakukan dengan cara mengurangi pemakaian AC menggunakan Freon, serta menggunakan bahan bakar ramah lingkungan. Alternatif lain yang bisa digunakan adalah penggunaan tanaman untuk mengurangi dampak emisi gas buang. Tanaman dapat menyerap berbagai gas dan partikel beracun yang mencemari udara. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tanaman mempunyai kemampuan efektif untuk mengatasi pencemaran udara yang terjadi, karena tanaman bisa berfotosintesis yang mengubah CO2 yang berasal dari bahan bakar fosil menjadi O2. (Sunu 2001).
Ditinjau dari segi estetika, tanaman bisa member manfaat social, dimana melalui sifat-sifat fisiknya tanaman dapat memperlunak suasana terutama yang berada di kota yang serba keras, disamping itu tanaman dapat meredam kebisingan, terciptanya lingkungan yang asri yang dapat menghalau kejenuhan dan stress, juga akan terciptanya lingkungan dengan udara yang lebih segar (Sunu 2001).
Simpulan
Untuk mengurangi emisi gas buang, dapat dilakukan dengan berbagai cara, cara yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan energi-energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan, memakai kendaraan yang bisa dengan baik mengontrol emisi gas buang, membangun transportasi umum yang nyaman dan kemudian masyarakat dialihkan dari memakai kendaraan pribadi ke kendaraan umum, mengurangi pemakaian gas Freon, menggunakan bahan bakar ramah lingkungan, dan yang terakhir adalah dengan banyak menanam pepohonan rindang untuk mengurangi kadar gas rumah kaca CO2 pada bumi yang bisa merusak lapisan ozon.
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1993. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1993. Jakarta.
Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Grasindo Jakarta. 297-41.
Tri-Tugaswati A, Suzuki S, Kiryu Y, Kawada T. 1995. Automotive Air Pollution in Jakarta with Special emphasis on lead, Particulate, and nitrogen dioxide. Jpn J of Health and human Ecology. 61:261-75.
_____, Booming Energy Angin Diseluruh Dunia. http://www.dw.de/booming-energi-angin-di-seluruh-dunia/g-16820888. 20.03 WIB/29/5/2015
_____. Mengurangi Emisi Global. http://www.dw.de/mengurangi-emisi-global/g-17338117 21.45 WIB/29/05/2015
_____. Masa Depan Tanpa Energi Fosil. http://www.dw.de/masa-depan-tanpa-energi-fosil/g-18105916 21.23 WIB/29/05/2015
_____. Memanen Listrik Dari Langit. http://www.dw.de/memanen-listrik-dari-langit/g-18270766 21.45 WIB/29/05/2015