23
Critical Jurnal Review (CJR)
Mata Kuliah
Statistik Pendidikan Matematika
Oleh :
Nama : Syamsah Fitri
NIM : 8176171034
Kelas : A1 / Pasca Pendidikan Matematika
Dosen Pengampuh :
Prof. Dr. MUKHTAR, M.Pd
PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A. 2017 / 2018
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT. Karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Tugas ini dengan tapat waktu. Saya memohon maaf apabila kepenulisan dalam tugas saya masih jauh dari kata sempurna. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku dosen Statistik Pendidikan Matematika yang memberi arahan dalam mengerjakan tugas Critical Journal Review dengan Judul jurnal pertama Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pestasi Belajar Ipa Di Sekolah Dasar dan jurnal kedua The Relationship between Self-Concept, Intrinsic Motivation, Self-Determination and Academic Achievement among Chinese Primary School Students. Saya berharap tugas ini dapat menambah wawasan kita mengenai materi yang diangkat menjadi topik utama dalam tugas Critical Journal Review dengan judul jurnal pertama Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pestasi Belajar Ipa Di Sekolah Dasar dan jurnal kedua The Relationship between Self-Concept, Intrinsic Motivation, Self-Determination and Academic Achievement among Chinese Primary School Students. serta dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi para pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan tugas ini dengan penuh rasa terima kasih dan harapan semoga tugas saya bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Medan, 02 Oktober 2017
Syamsah Fitri
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Pembahasan 2
BAB II RINGKASAN JURNAL 3
2.1 Ringkasan Jurnal Pertama 3
2.2 Ringkasan Jurnal Kedua 8
BAB III PEMBAHASAN ANALISIS 19
3.1 Kritikal Jurnal 19
3.2 Kelebihan dan Kelemahan Jurnal 20
BAB IV PENUTUP 22
3.1. Kesimpulam 22
3.2 Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu tugas mata kuliah statistik pendidikan matematika yang diberikan seluruh komponen dari suatu hasil penelitian dalam jurnal dengan cara menganalisis temuan utama, keunggulan dan kelemahan yang ada dalam penelitian tersebut dan membandingkannya dengan jurnal lainnya. Untuk melengkapi tugas yang diberikan saya mencoba mereview jurnal dengan identitas sebagai berikut
Identitas Jurnal
Jurnal pertama
Judul Jurnal : Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pestasi Belajar Ipa
Di Sekolah Dasar
Penulis : Ghullam Hamdu, Lisa Agustina
Penerbit : Tarumanagara Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya
Indentitas : Jurnal Penilitian Pendidikan Volume 12 Nomor 1 April Tahun 2011
Kota : Tasikmalaya
Nomor e-ISSN : 1412-565X
Jurnal kedua
Judul Jurnal : The Relationship between Self-Concept, Intrinsic Motivation, Self-
Determination and Academic Achievement among Chinese Primary School Students.
Penulis : Kong Bee Leng
Penerbit : UTM Perdana School, Universiti Teknologi Malaysia, International
Campus
Indentitas : International Journal of Psychological Studies , Volume 3 Nomor 1
edisiom june Tahun 2017
Kota : Masai, Johor, Malaysia
Nomor e-ISSN : 1918-722X
Nomor ISSN : 1918-7211
Tujuan
Journal review ini bertujuan untuk:
Mengulas isi jurnal yang akan direview.
Mencari dan mengetahui informasi mengenai hubungan motivasi dengan prestasi belajar siswa dengan menggunakan rumus korelasi yang ada dalam jurnal
Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang ada pada jurnal.
Manfaat
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Statistik Pendidikan Matematika
Untuk menambah pengetahuan tentang statistik pendidikan matematika dengan jurnal penilitian mengenai hubungan motivasi dengan prestasi belajar siswa dengan menggunakan rumus korelasi yang ada dalam jurnal .
BAB II
RINGKASAN
Ringkasan Jurnal 1
Pendahuluan
Dengan prestasi yang tinggi, para siswa mempunyai indikasi berpengetahuan yang baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi siswa adalah motivasi. Dengan adanya motivasi, siswa akan belajar lebih keras, ulet, tekun dan memiliki dan memiliki konsentrasi penuh dalam proses belajar pembelajaran. Dorongan motivasi dalam belajar merupakan salah satu hal yang perlu dibangkitkan dalam upaya pembelajaran di sekolah.
Penelitian Wasty Soemanto (2003) menyebutkan, pengenalan seseorang terhadap prestasi belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai maka siswa akan lebih berusaha meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan demikian peningkatan prestasi belajar dapat lebih optimal karena siswa tersebut merasa termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar yang telah diraih sebelumnya.
Biggs dan Tefler (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006) mengungkapkan motivasi belajar siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu prestasi belajar akan rendah. Oleh karena itu, mutu prestasi belajar pada siswa perlu diperkuat terus-menerus. Dengan tujuan agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, sehingga prestasi belajar yang diraihnya dapat optimal.
Motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu (Nashar, 2004:11). Siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, artinya semakin tinggi motivasinya, semakin intensitas usaha dan upaya yang dilakukan, maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya.
Kajian Pustaka
Pengertian Tentang Belajar dan pembelajaran
Slameto (2003) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu.
Motivasi Belajar
Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Menurut Clayton Alderfer (dalam Nashar, 2004:42) Motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.
Prestasi Belajar
Poerwanto (2007) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu " hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport" Selanjutnya Winkel (1997) mengatakan bahwa " prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya" Sedangkan menurut Nasution, S (1987) prestasi belajar adalah " kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut"
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi- informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Metode Penelitian
Penelitian dengan metode penelitian kuantitatif ini akan dilaksanakan di kelas IV SDN 18 Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya dengan sampel sebanyak 26 orang siswa dan dilakukan selama 4 bulan dari bulan Agustus sampai dengan November 2010. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu motivasi belajar siswa dengan 8 indikator sebagaimana yang diungkapkan oleh Abin Syamsudin M (2007:30) kemudian disusun dalam bentuk instrumen angket (skala likert) dengan jumlah 20 soal. Angket ini terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitas sebelum dipakai di lapangan. Sedangkan variabel dependen yaitu nilai tes formatif mata pelajaran IPA yang berasal dari data dokumentasi rata-rata prestasi belajar siswa dalam pembelajaran.
Data hasil penelitian dari angket dan data prestasi siswa diolah dengan merata-ratakan dan dihitung berdasarkan kategori dari Riduan (2009):
X Xid + 0,61sd adalah dirasakan atau tinggi
Xid - 0,61sd < X < X id+ 0,61 sd adalah cukup dirasakan atau sedang
X Xid – 0,61sd adalah kurang dirasakan atau kurang
Setelah itu dilakukan uji normalitas, uji korelasi dan Uji Koefisien Determinasi berdasarkan hipotesis: (H0) "Tidak terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA". Sedangkan Ha "Terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Analisis dilakukan terhadap semua data yang diperoleh dengan bantuan program SPSS Statistik 16.0.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Berikut ini perhitungan deskripsi nilai dari motivasi belajar siswa:
Tabel 1 Deskriptif Motivasi Belajar Siswa
N
Mean
Std.
Deviation
Min
Max
Sum
Valid
Missing
X
26
0
87,46
7,596
72
99
2274
Hasil deskriptif data motivasi belajar siswa dalam penelitian ini diterangkan bahwa terdapat jumlah kasus 26 orang siswa yang mengisi angket dengan rata-rata (mean) sebesar 87,46; simpangan baku (standar deviasi) = 7,596; skor minimun dari data motivasi belajar siswa yang paling rendah = 72 dan skor maksimum dari data motivasi belajar siswa = 99. Sedangkan jumlah skor keseluruhan sebesar 2274.Sedangkan Perbandingan rata-rata setiap indikator dari jumlah total siswa dapat dilihat dari gambar dibawah ini: Rata-rata skor Indikator Motivasi. Gambar 1. Diagram Batang Hasil Rata-rata Angket Setiap Indikator
Hasil dari nilai prestasi belajar siswa dihitung dengan hasil perhitungan Deskriftif seperti Tabel 4.20 sebagai berikut:
Tabel 2 Deskriptif Prestasi Belajar Ipa
N
Mean
Std.
Deviation
Min
Max
Sum
Valid
Missing
Y
26
0
88,46
7,317
70
100
2300
Hasil deskriftif data prestasi belajar IPA dalam penelitian ini diterangkan bahwa terdapat 26 orang siswa yang mengisi angket dengan rata-rata (mean) sebesar 88,46; simpangan baku (standar deviasi) = 7,317; skor minimun dari data motivasi belajar siswa yang paling rendah = 70 dan skor maksimum dari data motivasi belajar siswa = 100. Sedangkan jumlah skor keseluruhan sebesar 2300.
Berdasarkan uji hipotesis diperoleh, besarnya koefisien korelasi (r) yaitu sebesar 0,693 lebih besar dari 0,491 dengan taraf signifikan 1%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yaitu "terdapat hubungan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA" Jika dikonsultasikan dengan pendapat Arikunto, S (2006) maka besarnya korelasi ini berada pada rentang 0,600 – 0,800 dengan tingkat hubungan yang tinggi. Dengan demikian data di atas memiliki tingkat hubungan yang tinggi anatara motivasi siswa dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPA. Sementara itu berdasarkan uji koefisien determinasi dengan rumusan KP = r2 x 100%, menunjukkan kontribusi variabel X (motivasi siswa) terhadap variabel Y (prestasi belajar IPA) berpengaruh sebesar 48,1%, sedangkan 51,9% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diketahui.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Tarumanagara tergolong baik. Analisis juga menunjukkan bahwa pengaruh motivasi belajar besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar IPA dari siswa. Sehungga sebagaimana yang diungkapkan oleh
Hal ini berarti bahwa jika siswa memiliki motivasi dalam belajar, maka prestasi belajarnya pun akan baik (tinggi). Sebaliknya jika siswa memiliki kebiasaan yang buruk dalam belajar, maka prestasi belajarnya pun akan buruk (rendah).
Kesimpulan
Tanggapan siswa kelas IV Tarumanagara Kota Tasikmalaya terhadap motivasi belajar diinterpretasikan baik karena nilai rata-rata (87,46) berada dalam kategori X 61. Prestasi tiap siswa berbeda-beda ada yang tinggi dan ada yang rendah. Prestasi belajar pada kelas IV SDN Tarumanagara umumnya diinterpretasikan baik karena nilai rata-rata (88,46) berada dalam kategori X 61.
Berdasarkan pengolahan dan analisis data dengan dibantu program SPSS 16.0 diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,693 artinya motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa memiliki pengaruh yang signifikan, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA". Setelah dikorelasikan menunjukkan interprestasi tingkat reliabilitas tinggi besarnya pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN Tarumanagara Tawang Tasikmalaya adalah sebesar 48,1%.
2.2. Ringkasan Jurnal 2
Kajian Pustaka
Orang tua peduli tentang prestasi akademik anak-anak mereka karena mereka percaya bahwa hasil akademik yang baik akan memberikan pilihan karir yang lebih dan keamanan kerja. Sekolah juga sering dipengaruhi oleh kekhawatiran tentang reputasi sekolah, yang dapat bergantung pada prestasi akademik keseluruhan sekolah.
Hal-hal lain yang dapat mempengaruhi prestasi akademik termasuk anak motivasi, gaya pengasuhan (Darling dan Steinberg, 1993; Steinberg, 1996; Nooraini dan Azizi, 2004).
Tindakan motivasi dapat berupa self-ditentukan atau dikendalikan. Sejauh bahwa itu adalah ditentukan sendiri, itu mengalami sebebas dipilih dan berasal dari diri sendiri, tidak dilakukan di bawah tekanan dari beberapa kekuatan internal atau eksternal (Brophy, 1998). Untuk menjadi diri menentukan, orang harus memutuskan bagaimana untuk bertindak atas lingkungan mereka.
Prestasi akademik juga menunjukkan pengetahuan dicapai dan keterampilan yang dikembangkan dalam subjek sekolah, biasanya dirancang oleh nilai tes. Tingkat pencapaian adalah seberapa jauh mahasiswa berhasil dalam ujian tertentu atau tes standar (Reber, 1985). Dalam pengaturan pendidikan, keberhasilan diukur dengan prestasi akademik, atau seberapa baik seorang siswa memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah daerah atau lembaga itu sendiri Di sekolah dasar dan menengah di Malaysia, prestasi akademik selalu diukur dengan hasil pemeriksaan siswa, tidak hanya pemeriksaan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah seperti UPSR, PMR, SPM dan STPM, tetapi juga tes bulanan, tes jangka menengah atau standar tes yang dilakukan oleh sekolah atau kabupaten. Hal yang paling penting adalah siswa mendapatkan banyak "A" karena mereka dapat dalam pemeriksaan meskipun sekolah atau kabupaten yang berbeda memiliki sistem penilaian yang berbeda.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara konsep diri, penentuan nasib sendiri, motivasi intrinsik dan prestasi akademik siswa sekolah dasar Cina.
Desain penelitian
Desain penelitian dari penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara konsep diri, motivasi intrinsik, penentuan nasib sendiri dan prestasi akademik responden.
metode
peserta
Sampel dipilih dari sekolah dasar Cina di Kabupaten Pasir Gudang, Johor, Malaysia. Ini terdiri dari 200 siswa dari standar 5 dan standar 6. Sampel dipilih dengan menggunakan simple random sampling.
langkah-langkah
Sebuah instrumen yang dikembangkan sendiri digunakan untuk tujuan pengumpulan data. literatur yang cukup telah dibuat sebelum perkembangan laporan barang. Wajah dan isi validasi dibuat oleh tiga hakim dari bidang psikologi. Uji reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen itu dapat diandalkan diberi nilai reliabilitas keseluruhan Cronbach Alpha adalah 0,941.
Analisis data
Dalam studi ini, tiga hipotesis nol diuji untuk tingkat signifikansi pada 0,05 margin of error. Mereka:
H01: Tidak ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dan prestasi akademik
responden.
H02: Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi intrinsik dan prestasi
akademik responden
H03: Tidak ada hubungan yang signifikan antara penentuan nasib sendiri dan
prestasi akademik responden.
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Korelasi Pearson digunakan untuk menguji hubungan antara variabel independen (konsep diri, motivasi intrinsik dan penentuan nasib sendiri) dan variabel terikat (prestasi akademik). Konsep diri dan prestasi akademik responden menunjukkan korelasi yang lemah. motivasi intrinsik dan prestasi akademik responden juga menunjukkan korelasi lemah dan dua variabel ini.
Hubungan antara Konsep Diri dan Prestasi Akademik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan lemah antara konsep diri dan prestasi akademik di antara responden. Temuan ini kontras dengan beberapa penelitian sebelumnya (Anderson & Johnson, 1971; Aryana, 2010; Francisco & Maria, 2003; Marsh & Craven, 1997; Marsh et al, 2000;. Marsh et al, 2005;. Mboya, 1989 ; Nuthana & Yenagi, 2009; Skaalvik, 1997;. Valentine et al, 2004), di mana mereka menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dan prestasi akademik.
Namun, temuan penelitian ini mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh Bachman & O'Malley (1977), Habibollah et al. (2009) dan Maruyama et al. (1981), di mana mereka menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara konsep diri siswa dan prestasi akademik mereka. Dalam temuan lain, Azizi dan Jamaludin (2009) juga menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dan prestasi akademik.
Penelitian ini menggunakan tiga dimensi konsep diri seperti keluarga, sosial dan pribadi, tetapi temuan digambarkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tiga dimensi-dimensi konsep diri dengan prestasi akademik siswa.
Namun, faktor yang paling penting dan signifikan yang mempengaruhi siswa konsep diri adalah orang tua (Burns, 1982). Menurut Stott (1939), remaja yang berasal dari rumah-rumah di mana ada penerimaan, saling percaya dan kompatibilitas antara orang tua dan anak-anak, lebih baik disesuaikan, lebih mandiri, berpikir lebih positif tentang mereka dan memiliki konsep diri positif.
Sebaliknya, apa yang telah terjadi di sebagian besar kota yang sebagian besar keluarga adalah keluarga-keluarga dual-pencari nafkah, terutama di daerah perkotaan. Penelitian menunjukkan bahwa hampir 75% dari ibu dari anak usia sekolah bekerja di luar rumah (DelCampo, 1994). Menurut Johari (2009), pada tahun 2004, sekitar 54,6% Malaysia tinggal di daerah perkotaan. Tingginya biaya hidup di daerah perkotaan telah memaksa ibu Malaysia untuk meninggalkan anak-anak mereka untuk pekerjaan. 62,8% dari ibu-ibu dengan anak-anak di bawah usia 15 tahun bekerja penuh waktu saat ini (Departemen Statistik, Malaysia, 2004). daerah Pasir Gudang dapat dianggap sebagai daerah perkotaan dan banyak orang tua yang bekerja di Singapura. Beberapa orang tua pulang dan bertemu keluarga mereka seminggu sekali atau selama akhir pekan dan beberapa dari mereka melakukan perjalanan setiap hari dari Pasir Gudang ke Singapura. Ini dapat dijelaskan berdasarkan kedekatan antara Pasir Gudang dan Singapura serta pertukaran mata uang tinggi yang ditawarkan oleh pengusaha Singapura. Dengan demikian, orang tua ini sibuk dengan pekerjaan mereka, memiliki waktu yang terbatas untuk berpartisipasi dan melibatkan diri dalam kegiatan belajar di rumah dan kurang memiliki kesempatan untuk mengajar dan membimbing anak-anak mereka di sekolah mereka bekerja serta membangun konsep diri anak-anak dan mengajarkan mereka moral dan nilai-nilai. Secara khusus, keterlibatan orang tua telah menjadi salah satu indikator yang paling signifikan efektivitas sekolah (Clemons, 2005; Johari, 2009; Morrison, 2009; Rosenblatt & Peled, 2002) dan penyesuaian psikologis pada anak-anak (Veneziano & Rohner, 1998). Sebuah studi yang dilakukan oleh Gibson & Jefferson (2006) juga mengungkapkan bahwa keterlibatan orang tua memiliki pengaruh pada anak-anak konsep diri. Keterlibatan orang tua dapat membentuk rasa keterkaitan antara orang tua dan anak-anak, dengan demikian membina kedekatan antara orang tua dan anak-anak (Grolnick & Slowiaczek, 1994). Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dapat membantu anak-anak mencapai nilai yang lebih tinggi melalui pemantauan kegiatan sehari-hari mereka dan dengan melacak dekat mereka kemajuan sekolah (Fehrmann et al., 1987).
Yang lain yang signifikan berikutnya yang dapat mempengaruhi konsep diri siswa adalah guru. Guru juga merupakan panutan siswa. Berdasarkan Buri (1991) guru memainkan peran penting dalam mengembangkan konsep diri antara anak. Menurut Leung et al. (1998), pengaruh sekolah sangat penting dalam mengembangkan kepribadian siswa sebagai proses sosialisasi di rumah harus dilakukan lebih lanjut di sekolah-sekolah. Dengan demikian, guru memiliki pengaruh langsung pada perasaan, inspirasi, konsep diri dan sikap anak dan karenanya mempengaruhi prestasi akademik mereka. Sehubungan dengan penelitian ini, sekolah Cina belajar dipraktekkan kelas streaming dan beberapa responden berpartisipasi dalam studi yang berprestasi tinggi. Para guru yang mengajar kelas yang lebih tinggi peringkat mungkin memiliki harapan yang tinggi untuk prestasi akademik mereka dibandingkan dengan kelas normal. Pada kenyataannya, Burnett (1997) melaporkan bahwa pernyataan positif yang dibuat oleh guru memiliki efek langsung pada anak-anak self-talk positif yang pada gilirannya memiliki efek langsung pada konsep diri anak-anak.
Hirsch dan Rapkin (1987) menemukan bahwa dukungan sebaya dikaitkan dengan konsep diri yang tinggi.
Hubungan antara Motivasi Intrinsik dan Prestasi Akademik
Temuan penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan lemah dan negatif antara motivasi intrinsik siswa dan prestasi akademik mereka. Temuan ini mirip dengan Niebuhr (1995) yang menunjukkan motivasi intrinsik siswa tersebut menunjukkan efek signifikan yang lemah pada hubungan dengan prestasi akademik. Temuan menunjukkan bahwa unsur-unsur dari kedua iklim sekolah dan lingkungan keluarga memiliki dampak langsung yang lebih kuat pada prestasi akademik
Hasil penelitian juga menemukan bahwa ada hubungan yang lemah antara motivasi intrinsik siswa dan prestasi akademik mereka. Ini mungkin disebabkan oleh orang tua dari responden yang cenderung dapat menggunakan motivasi ekstrinsik seperti moneter, hadiah dan sebagainya untuk menghargai anak-anak mereka untuk prestasi mereka sangat baik dalam tes.
Selain itu, pada akhir tahun, Orang Tua dan Guru Association (PTA) sekolah akan memuji berprestasi tinggi di setiap kelas dan setiap standar dengan hadiah atau imbalan moneter. Umumnya, di banyak ruang kelas atau sekolah, jumlah yang tidak memadai imbalan, wabah penyakit, dan sertifikat, didistribusikan merata, dengan jumlah terbesar dari imbalan akan penampil terbaik atau peserta didik tercepat (Covington, 2000). Situasi ini menunjukkan bahwa prestasi dimaksimalkan ketika siswa benar-benar bersaing untuk sejumlah imbalan. Siswa termotivasi atau terangsang untuk alasan yang salah: menang atas orang lain dan untuk menghindari kehilangan; alasan tersebut dapat mengakibatkan siswa kegagalan akhirnya, frustrasi, dan kebencian (Covington, 1998; 1999). Dengan demikian, kegiatan semacam ini dapat menurunkan motivasi intrinsik siswa, membangkitkan moral yang salah untuk siswa dan tidak cocok untuk diterapkan di sekolah.
Faktor lain yang dapat menyebabkan hubungan lemah antara motivasi intrinsik siswa dan prestasi akademik mereka lingkungan rumah. Istilah "lingkungan rumah" mengacu pada semua benda, kekuatan dan kondisi di rumah yang mempengaruhi anak secara fisik, intelektual dan emosional (Muola, 2010). Orang tua cenderung membeli sesuatu anak-anak' seperti bukan sesuatu yang berguna dan cocok untuk anak-anak. Ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa sebagian besar responden memiliki komputer, notebook dan PlayStation portabel bukan buku cerita atau buku referensi di rumah. Situasi ini dapat mencegah kegiatan belajar dan tidak menyediakan lingkungan belajar di rumah. Anak-anak lebih suka bermain game komputer daripada membaca buku cerita, buku sekolah dan melakukan latihan akademis mereka yang relevan. Bahkan, lingkungan rumah memiliki pengaruh positif dan signifikan serta efek langsung dan tidak langsung dengan motivasi intrinsik dari masa melalui masa remaja awal (Gottfried et al., 1998). Selain itu, anak-anak termotivasi untuk belajar informasi baru dan keterampilan ketika lingkungan mereka kaya dengan kegiatan menarik yang membangkitkan rasa ingin tahu mereka dan menawarkan tantangan yang moderat (Schunk et al., 2008). Dengan demikian, rumah harus memiliki banyak kegiatan yang merangsang pemikiran anak-anak, serta buku-buku, teka-teki, dan sejenisnya.
Hubungan antara Penentuan Nasib Sendiri dan Prestasi Akademik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dan negatif yang lemah antara siswa penentuan nasib sendiri dan prestasi akademik mereka. Temuan itu kontras dengan beberapa studi yang menemukan hubungan positif (Sarver, 2000; Thoma & Getzel, 2005; Wehmeyer & Palmer, 2003; Wehmeyer & Schwartz, 1997) antara variabel yang diukur. Temuan ini sesuai dengan asumsi teori penentuan nasib sendiri bahwa kebutuhan psikologis dasar seseorang untuk otonomi, kompetensi, dan keterkaitan harus dipenuhi secara berkelanjutan bagi orang untuk berfungsi terbaik mereka (Ryan & Deci, 2000).
Namun, temuan penelitian ini konsisten dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Ahmed dan Bruinsma (2006), yang juga menunjukkan bahwa penentuan nasib sendiri siswa menunjukkan korelasi yang lemah dengan prestasi akademik mereka.. Mereka menyimpulkan bahwa Asia lebih "eksternal" termotivasi. Sejak Malaysia terletak di kawasan Asia, tidak mengherankan untuk penelitian ini menunjukkan temuan penelitian ini. Selain itu, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bae (2007) menemukan bahwa hanya sebagian kecil dari prestasi akademik dicatat oleh penentuan nasib sendiri.
Beberapa responden berasal dari keluarga tunggal yang orang tua mereka bercerai dan beberapa orang lain yang bekerja di Singapura, khususnya siswa dari kelas normal. Mereka tinggal dengan kakek-nenek mereka, dengan wali atau tinggal di rumah kesejahteraan. Dengan demikian, mereka mungkin tidak memenuhi kebutuhan psikologis dasar untuk otonomi, kompetensi dan keterkaitan dan sebagian besar tidak melakukan yang terbaik mereka.
Faktor lain yang dapat menyebabkan tidak ada hubungan yang signifikan antara penentuan nasib sendiri siswa dan prestasi akademik mereka gaya pengasuhan. Sebagian besar responden dihadiri banyak kelas kuliah setelah sekolah. Mereka tidak rela patungan kelas kuliah, tetapi dipaksa untuk melakukannya oleh orang tua mereka. Oleh karena itu, mereka hanya mengikuti kegiatan dan rencana diatur oleh orang tua mereka dan menghadiri kelas kuliah tanpa bunga untuk belajar atau kemauan untuk belajar. Jenis perilaku tidak berfungsi untuk memotivasi diri dan memberikan kontribusi untuk menentukan nasib sendiri mereka, maka mengakibatkan penurunan prestasi akademik mereka. jenis gaya pengasuhan dapat dianggap sebagai otoriter gaya pengasuhan (Nooraini, 2004).
Menurut Santrock (2007), gaya pengasuhan otoriter adalah membatasi, hukuman gaya di mana orang tua menasihati anak untuk mengikuti arah mereka dan untuk menghormati pekerjaan dan usaha mereka. Ulama sepakat bahwa gaya asuh otoriter adalah norma dalam sistem keluarga tradisional Cina, berdasarkan filsafat Konfusianisme (Lau dan Cheung, 1987; Tseng dan Wu, 1985). Karena penelitian ini dilakukan dalam jenis sekolah dasar Cina-nasional, sehingga lebih dari 90% siswa dari sekolah ini adalah Cina. Chao (1994) karakterisasi perilaku otoriter orang tua China jatuh ke otoritarianisme umum karena sebagian besar berkaitan dengan mengendalikan perilaku anak-anak mereka dan menuntut ketaatan mereka. Dengan demikian, anak-anak dengan jenis pengasuhan mungkin memiliki kompetensi sosial yang kurang sebagai orangtua umumnya mengatakan kepada mereka apa yang harus dilakukan bukannya membiarkan mereka lebih banyak kebebasan pilihan.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan lemah antara konsep diri dan prestasi akademik di kalangan mahasiswa, hubungan yang signifikan lemah dan negatif antara motivasi intrinsik dan prestasi akademik mereka dan hubungan yang signifikan dan negatif yang lemah antara siswa siswa penentuan nasib sendiri dan prestasi akademik mereka.
Namun, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa prestasi akademik antara siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor penting yang secara langsung dan tidak langsung berkaitan dengan konsep diri, motivasi intrinsik dan penentuan nasib sendiri. Terlepas dari hubungan tersebut, ada faktor lain dianggap menonjol di alam tetapi relevan dan berkontribusi pada keberhasilan kinerja siswa. Faktor-faktor ini termasuk peran signifikan lain seperti dukungan keluarga, guru sikap dan rekan-rekan pemahaman yang telah ditemukan oleh penelitian ini.
Tabel 1. Ringkasan korelasi
item
Prestasi akademik
Konsep diri 1. Siswa
0,033
motivasi intrinsik 2. Mahasiswa
-0,135
penentuan nasib sendiri 3. Mahasiswa
-0,065
BAB III
PEMBAHASAN ANALISIS
3.1. Kritik Jurnal
a. Perbandingan jurnal 1 dan jurnal 2
Jurnal 1
Judul jurnal pertama membahas tentang Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pestasi Belajar Ipa Di Sekolah Dasar dengan menggunakan rumus korelasi. Pembahasan dari jurnal ini sudah bagus terlihat dari keahlian penulis dalam menulis hasil karya ilmiahnya yang sudah bervoleme 12. Hasil penelitian menunjukan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa memiliki pengaruh yang signifikan, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA". Setelah dikorelasikan menunjukkan interprestasi tingkat reliabilitas tinggi besarnya pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN Tarumanagara Tawang Tasikmalaya adalah sebesar 48,1%. Walaupun secara keseluruhan jurnal ini sudah baik, tetapi menurut sudut pandang reviewer masih ditemukan beberapa kekurangan dalam penulisan ini . Isi jurnal pertama sangat detail dan mudah untuk dipahami oleh pembaca. Isi juga sangat detail dari hasil penilitiannya di sekolah dasar yang ditunjukan dalam bentul tabel, sehingga lebih menarik pembaca. Jurnal ini tidak melampirkan indikator motivasi di dalam hasil penilitiannya dalam bentuk diagram batang. Sehingga pembaca merasa agak bingung memahami maksud gambar diagram batang tersebut.
Jurnal 2
Jurnal kedua membahas tentang " The Relationship between Self-Concept, Intrinsic Motivation, Self-Determination and Academic Achievement among Chinese Primary School Students" yang artinya adalah Hubungan antara Konsep Diri, Intrinsik Motivasi, Penentuan Nasib Sendiri dan Prestasi Akademik dengan siswa Cina Sekolah Dasar. Sama halnya dengan dengan jurnal pertama, jurnal kedua juga cukup bagus trelihat dari dari hasil karya ilmiahnya penulis yang bervolume 3. Pengalaman penulis kedua belum terlalu banyak berbeda dengan penulis pertama. Dari sudut pandang reviewer masih ditemukan beberapa kekurangan dalam penulisan ini guna membangun kualitas penulis agar lebih baik untuk hasil karya selanjutnya mengurangi kekurangan dalam penulisan selanjutnya. Pembahasan jurnal kedua memiliki beberapa kekurangan. Hasil dari penelitian jurnal kedua menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan lemah antara konsep diri dan prestasi akademik di kalangan mahasiswa, hubungan yang signifikan lemah dan negatif antara motivasi intrinsik dan prestasi akademik mereka dan hubungan yang signifikan dan negatif yang lemah antara siswa siswa penentuan nasib sendiri dan prestasi akademik mereka. Pembahasan dalam jurnal tidak menjelaskan hasil penghitungan Korelasi Pearson digunakan untuk menguji hubungan antara variabel independen (konsep diri, motivasi intrinsik dan penentuan nasib sendiri) dan variabel terikat (prestasi akademik). Pembaca lebih merasa sulit untuk memahami hasil dari penelitian tersebut karna tidak disajikan dalam bentuk tabel ataupun gambar digram batang, proses mencari hasil penilitian lebih lama karna harus membaca terlebuh dahulu. Penjelasan teori masih kurang untuk memperkuat landasan. Faktor-faktor dan indikator motivasi tidak dijabarkan dengan jelas.
3.2. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal
Jurnal 1
Kelebihan jurnal pertama:
Jurnal pertama pembahasannya sangat mudah untuk dipahami oleh pembaca, teori pembahasannya juga sudah sangat jelas untuk dijadikan landasan toeri.
Hasil penelitian jurnal pertama mudah untuk dilihat oleh pembaca karna disajikan oleh penulis dalam bentuk tabel dan diagram batang sehingga langsung terlihat mana yang rendah dan tinggi.
Kelemahan jurnal pertama :
Dalam jurnal di hasil penilitian tertera hasil kontribusi motivasi yang mempengaruhi prestasi belajar . Tetapi kekurangannya di dalam jurnal tidak dijabarkan indikator dari motivasi agar lebih mendukung toeri jurnal pertama.
Jurnal 2
Kelebihan jurnal kedua :
Teori pendukung didalam jurnal kedua lebih spesifik dan jelas sehingga pembaca lebih memahami variabel bebas dan variabel terikat dalam penilitian jurnal ini.
Kelemahan jurnal kedua :
Dalam jurnal pada hasil penitian tidak menujukkan hasilnya penilitian dalam bentuk yang spesifik ke bentuk tabel atau digaram batang.
Indikator motivasi tidak di jabarkan di dalam jurnal.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Jurnal pertama dan kedua ini sudah bisa menjadi referensi bagi pembaca yang mempelajari statistik pendidikan matematika dengan menggunakan rumus korelasi . Kelebihan dari jurnal pertama terdapat bagan atau digram dari hasil penelitian sehingga mempermudah pembaca untuk lebih memahami hasil penilitian terhadap hubungan motivasi dengan prestasi belajar siswa.
4.2. Saran
Penulisan jurnal pertama dan kedua sudah baik, terlihat dari identitas jurnal yang sudah bervolume 12 dan 3 artinya penulis jurnal ini memang sudah ahlinya. Meskipun begitu bahkan seorang ahli pun tetap memerlukan kritik dan saran yang membangun untuk kepenulisan jurnal berikutnya. Menurut saya sebagai pembaca, jurnal ini akan lebih bagus lagi jika contoh-contoh sedikit diperbanyak, agar pembaca tau arah dan tujuan pembahasan dalam jurnal. Sehingga jika menemukan persoalan yang sama, pembaca bisa menjadikan jurnal ini sebagai referensi yang kuat. Begitu juga dengan jurnal yang kedua.
DAFTAR PUSTAKA
Hamdu Ghulham dan Agustina Lisa, 2011. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa
Terhadap Pestasi Belajar Ipa Di Sekolah Dasar. Jurnal Penilitian
Pendidikan volume 12 nomor 1.
Leng Bee Kong , 2011. The Relationship between Self-Concept, Intrinsic Motivation,
Self-Determination and Academic Achievement among Chinese Primary
School Students. International Journal of Psychological Studies
volume 3 nomor 1 edisi juni.