CHAPTER REPORT (BUKU) Tentang Anomaly and Emergence of Scientific Discoveries “ Kejanggalan dan Munculnya Penemuan Ilmiah”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Dosen Pengampu: Dr. Y. Suyitno, M.Pd
Disusun Oleh Kelompok VI: Suharti_ Nim. 1707804 Meriza Heronica_ Nim. 1706822
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2017
A. Identitas Buku Pada bab ini, penulis akan menguraikan bagaimana latar belakang identitas buku dari pada chapter report yang penulis susun. Buku ini berjudul “The Structure of Scientific Revolutions” yang dikarang oleh Thomas S. Khun, terbit pada tahun 1962 yang diterbitkan oleh “ Universitas Chicago” Edisi kedua. Buku ini terdiri dari 13 BAB yaitu : Introduction: a role for history , the route to normal science , the nature of normal science, normal science as puzzle-solving , the priority of paradigms , anomaly and the emergence of scientific discoveries, crisis and the emergence of scientific theories , the response to crisis , the nature and necessity of scientific revolutions , revolutions as changes of world view , the invisibility of revolutions , the resolution of revolutions , progress through revolutions. Dalam buku ini, penulis akan menguraikan chapter report yang berada pada bab ke VI tentang “ Anomaly and Emergence of Scientific Discoveries” (Kejanggalan dan Munculnya Penemuan Ilmiah), halaman 52 – 64. Alasan penulis dalam memilih buku ini untuk dijadikan bahan kajian serta laporan untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu, kemudian belajar bagaimana mengkaji ilmu filsafat terkait permasalahan serta penemuan- penemuan yang diungkapkan oleh para ilmuan terhadap normal science, kemudian bagaimana anomali- anomali ada, hingga penemuan- penemuan lahir dan akhirnya penemuannya diberhentikan.
B. Uraian tentang Anomali dan Munculnya Penemuan Ilmiah Dalam bukunya Thomas S. Khun menguraikan bahwa sains yang normal, yakni kegiatan pemecahan masalah yang baru saja diteliti, adalah kegiatan yang sangat komulatif, benar- benar berhasil dalam tujuannya. Sains yang normal tidak ditunjukan kepada kebaruan- kebaruan fakta atau teori, yang kemudian isu- isu yang baru hadir dan yang tak terduga, itu berulang kali tersingkap oleh riset ilmiah, hingga teori- teori baru yang radikal terus- menerus diciptakan oleh para ilmuan. Bahkan sejarah mengemukakan bahwa kegiatan ilmiah ini telah mengembangkan teknik yang kekuatannya tiada bandingannya untuk menghasilkan kejutan- kejutan terkait penemuannya. Jika hal ini terjadi, maka ini merupakan cara yang efektif yang akan mendorong pada perubahan paradigma- paradigma selanjutnya. Penemuan diawali dengan kesadaran akan anomali, yakni dengan pengakuan bahwa alam, dengan suatu cara, telah menghapus harapan paradigma yang menguasai sains yang normal dikarenakan adanya anomali- anomali yang bermunculan secara tak terduga, kemudian penemuan berlanjut dengan eksplorasi yang sedikit banyak diperluas pada wilayah anomali, dan penemuan itu hanya akan berakhir jika teori paradigma itu telah
diselesaikan
sehingga
yang
menyimpang
itu
menjadi
yang
diharapkan.
Pengasimilasian suatu fakta yang baru menuntut lebih dari penyesuaian tambahan pada
teori, dan sebelum penyesuaian itu selesai, sebelum ilmuan itu tahu bagaimana melihat alam dengan cara yang berbeda, fakta yang baru sama sekali bukan fakta ilmiah. Untuk mengetahui betapa eratnya kebaruan faktual dan teoritis itu saling terjalin dalam penemuan ilmiah, seperti contoh yang sangat terkenal, yaitu penemuan oksigen. Sekurang- kurangnya ada tiga orang yang memiliki perbedaan klaim yang sah atas penemuan itu. Penemuan yang sangat terkenal adalah dari penemuan oksigen, ada tiga pria yang memiliki klaim yang berbeda terhadap penemuan itu, beberapa ahli kimia lainnya, pada awal tahun 1770 an, tentu telah memperkaya udara dilaboraturium tanpa mengetahuinya. Kemajuan sains normal yang dalam hal ini kimia pneumatik, disiapkan cara untuk memecahkan hingga terselesaikan. Yang pertama kali mengklaim untuk menyiapakan sampel gas yang relatif murni adalah apoteker Swedia, C. W. Scheele, kita boleh mengabaikan karyanya, karena tidak dipublikasikan sampai penemuan oksigen berulang kali diumumkan di tempat lain dan karena penemuannyapun tidak berpengaruh pada pola historis yang paling mengkhawatirkan yang berhubungan dengan kita. Kemudian yang kedua, yang mengajukan klaim adalah ilmuan sekaligus pendeta inggris yang bernama Joseph Priestley, yang mengumpulkan gas yang dilepaskan melalui oksida merkuri merah dari air raksa yang dipanaskan, sebagai satu bagian dari penyelidikan normal berkepanjangan terhadap "udara- udara" yang ditimbulkan oleh sejumlah besar zat padat. Pada tahun 1774, dia mengidentifikasi gas yang dihasilkan dengan cara itu sebagai nitrooksida dan pada tahun 1775, hasil pengujian- pengujian selanjutnya, udara biasa memperoleh dengan jumlah phlogiston yang kurang dari biasanya. Pengkalim yang ketiga, Lavoisier, memulai pekerjaan yang membimbingnya kepada oksigen, setelah eksperimen- eksperimennya Priestley tahun 1774, dan mungkin sebagai suatu petunjuk dari Priestley. Pada awal 1775, Lavoiser melaporkan bahwa gas yang diperoleh dengan memanaskan oksida merah dari air raksa adalah udara itu sendiri seluruhnya tanpa ada perubahan kecuali bahwa......udaranya keluar lebih murni, dan lebih baik buat pernapasan (dihirup). Menjelang tahun 1777, mungkin dengan bantuan petunjuk kedua dari Priestley, Lavoiser telah menyimpulkan bahwa gas itu adalah spesies yang berbeda, salah satu dari dua unsur utama atmosfer, sebuah kesimpulan yang tidak pernah bisa diterima oleh Priestley. Pola penemuan ini menimbulkan pertanyaan yang bisa ditanyakan tentang setiap fenomena baru, yang memasuki kesadaran para ilmuan. Apakah Priestly atau Lavoisier, yang pertama kali menemukan oksigen? Dalam hal ini, kapan pertama kali oksigen ditemukan? Dalam bentuk itu pertanyaan bisa ditanyakan meski hanya satu pengklaim. " Prioritas dan tanggal, sebuah jawaban samasekali bukan urusan kita. Meskipun demikian, upaya untuk memperoleh jawaban akan menerangkan sifat penemuan karena tidak ada jawaban dari jenis yang dicari, penemuan bukanlah semacam proses pertanyaan yang diajukan den gan tepat. Faktanya bahwa prioritas untuk penemuan oksigen telah berulangkali diperebutkan sejak tahun 1780 adalah gejala dari sesuatu yang
mirip dengan citra sains yang memberi penemuan peran yang sangat mendasar. Lihatlah sekali lagi pada contoh dari klaim Priestley atas penemuan oksigen didasarkan pada atas lebih dulunya dia dalam mengisolasikan gas yang dikemudian hari dikenal sebagai spesies yang berbeda. Tapi sampel Priestley tidak murni, jika memegang oksigen tidak murni
dia menemukannya, hal itu telah dilakukan oleh semua orang yang pernah
memasukan udara di atmosfer kedalam botol. Lagipula jika Priestley adalah penemunya, kapan penemuan itu dibuat? Pada tahun 1774, dia berpikir telah mendapatkan nitrooksida, spesies yang sudah dia ketahui; Pada tahun 1775 ia memandang gas sebagai udara bebas flogiston, yang masih bukan oksigen atau bahkan bagi ahli kimia flogistik, sejenis gas yang sangat tidak terduga. Jika kita menolak memberikan piala kepada Priestley, kita tidak dapat memberikannya kepada Lavoisier untuk karya tahun 1775 yang telah menuntunya untuk mengidentifikasi gas sebagai "udara itu sendiri secara keseluruhan”. Barangkali kita menunggu karya dari tahun 1776 dan 1777 yang menyebabkan Lavoiser tidak sekedar melihat gas itu, melainkan gas apa itu. Namun, ganjaran ini pun patut dipertanyakan karena pada tahun 1777 dan sampai akhir hayatnya Lavoiser bersikeras bahwa oksigen adalah “ prinsip keasaman” atom dan bahwa gas oksigen hanya terbentuk jika prinsip itu bersatu dengan sifat kalori, materi panas. Namun, perhatikan, karena akan penting kemudian, bahwa penemuan oksigen itu sendiri bukan penyebab perubahan teori kimia. Jauh sebelum dia berperan dalam penemuan gas baru tersebut, Lavoisier yakin bahwa ada sesuatu yang salah dengan teori phlogiston dan bahwa tubuh yang terbakar menyerap sebagian atmosfer. Banyak yang telah dia catat dalam sebuah catatan tertutup yang disimpan di Sekretaris Akademi Prancis di tahun 1772. Apa pekerjaan yang dilakukan oksigen adalah memberikan banyak bentuk dan struktur tambahan pada perasaan Lavoisier sebelumnya bahwa ada sesuatu yang salah. Ia mengatakan kepadanya bahwa ia sudah siap untuk menemukan-sifat zat yang dapat dihilangkan dari atmosfer. Kesadaran akan kesulitan itu harus menjadi bagian penting dari apa yang memungkinkan Lavoisier melihat dalam eksperimen seperti gas Priestley yang tidak bisa dilihat Priestley sendiri. Sebagai hasilnya, kita mungkin juga mengerti bagaimana penemuan sinar-X tampak membuka dunia baru yang aneh bagi banyak ilmuwan dan dengan demikian dapat berpartisipasi secara efektif dalam krisis yang menyebabkan fisika abad ke-20. Ceritanya terbuka pada hari dimana fisikawan Roentgen menyela penyelidikan normal sinar katoda karena dia menyadari bahwa layar barium platino-sianida pada jarak tertentu dari aparatus terlindungnya bersinar saat proses pengosongan berlangsung. Penyelidikan lebih lanjut - mereka membutuhkan tujuh minggu yang sibuk dimana Roentgen jarang meninggalkan laboratorium - mengindikasikan bahwa penyebab cahaya itu berasal dari garis lurus dari tabung sinar katoda, bahwa bayang-bayang radiasi, tidak dapat
dibelokkan oleh magnet, dan banyak hal lain. Selain sebelum mengumumkan penemuannya, Roentgen telah meyakinkan dirinya sendiri bahwa pengaruhnya bukan karena sinar katoda tetapi untuk agen yang setidaknya memiliki kesamaan dengan cahaya. Bahkan begitu singkat sebuah lambang menunjukkan kemiripan yang mencolok dengan penemuan oksigen: Sebelum bereksperimen dengan oksida merah merkuri, Lavoisier telah melakukan eksperimen yang tidak menghasilkan hasil yang diantisipasi di bawah paradigma phlogiston; Penemuan Roentgen dimulai dengan pengakuan bahwa layarnya bersinar saat seharusnya tidak. Dalam kedua kasus, persepsi anomali - sebuah fenomena, yaitu, yang paradigmanya tidak mempersiapkan penyidik - memainkan peran penting dalam mempersiapkan jalan bagi persepsi kebaruan. Tapi, sekali lagi dalam kedua kasus tersebut, persepsi bahwa ada sesuatu yang tidak beres hanyalah pendahuluan untuk ditemukan. Baik oksigen maupun sinar-X tidak muncul lagi dalam proses eksperimen dan asimilasi. Pada titik manakah penyelidikan Roentgen, misalnya, seharusnya kita mengatakan bahwa sinar-X sebenarnya telah ditemukan? Tidak, dalam apapunKasus, pada saat pertama, ketika semua yang tercatat adalah layar yang bercahaya. Setidaknya ada satu penyidik lain yang melihat cahaya itu dan, pada kekecewaannya berikutnya, tidak menemukan apa-apa. Tidak pula, hampir sama jelasnya, dapatkah saat penemuan terdorong ke depan pada suatu titik selama minggu terakhir penyelidikan, yang dengannya Waktu Roentgen sedang mengeksplorasi sifat-sifat radiasi baru yang telah dia temukan. Kita hanya bisa mengatakan bahwa sinar-X muncul di Würzburg antara 8 November dan 28 Desember 1895. Namun, di area ketiga, adanya kesejajaran yang signifikan antara penemuan oksigen dan sinar-X jauh kurang jelas. Berbeda dengan penemuan oksigen, sinar-X tidak, setidaknya selama satu dekade setelah kejadian tersebut, yang terlibat dalam pergolakan jelas dalam teori ilmiah. Dengan kata lain, bagaimana asimilasi penemuan itu dikatakan mengharuskan perubahan paradigma? Kasus untuk menolak perubahan semacam itu sangat kuat. Yang pasti, paradigma yang ditulis oleh Roentgen dan orang sezamannya tidak mungkin digunakan untuk memprediksi sinar-X. (Teori elektromagnetik Maxwell belum diterima di mana-mana, dan teori partikel sinar katoda hanyalah satu dari sekian banyak spekulasi saat ini.) Namun, paradigma itu sama sekali tidak, bagaimanapun, melarang keberadaan sinar-X sebagai phlogiston. teori telah melarang penafsiran Lavoisier terhadap gas Priestley. Sebaliknya, pada tahun 1895 teori dan praktik ilmiah menerima sejumlah bentuk radiasiterlihat, inframerah, dan ultraviolet. Mengapa sinar X tidak bisa diterima hanya sebagai satu bentuk fenomena fenomena alam yang terkenal? Mengapa mereka tidak, misalnya, menerima dengan cara yang sama seperti penemuan unsur kimia tambahan? Unsur baru untuk mengisi tempat kosong di tabel periodik masih dicari dan ditemukan di hari Roentgen. Pengejaran mereka adalah proyek standar untuk ilmu pengetahuan normal, dan kesuksesan hanyalah sebuah kesempatan hanya untuk selamat, bukan karena kejutan.
Sinar-X, bagaimanapun, disambut tidak hanya dengan kejutan tapi dengan kejutan. Lord Kelvin pada awalnya mengucapkan tipuan yang rumit.9 Yang lain, meskipun mereka tidak dapat meragukan buktinya, jelas terhalang olehnya. Meskipun sinar-X tidak dilarang oleh teori yang telah mapan, namun sinar-sinar tersebut melanggar harapan yang sangat mengakar. Harapan mereka, menurut saya, tersirat dalam desain dan interpretasi prosedur laboratorium yang mapan. Dengan peralatan sinar katoda 1890, banyak digunakan di berbagai laboratorium di Eropa. Jika alat Roentgen menghasilkan sinar-X, maka sejumlah eksperimentalis lain pasti telah menghasilkan sinar tersebut tanpa menyadarinya. Mungkin sinar-sinar itu, yang mungkin juga memiliki sumber-sumber lain yang tidak diakui juga, terlibat dalam perilaku yang sebelumnya dijelaskan tanpa mengacu pada mereka. Paling tidak, beberapa peralatan lama yang sudah lama dikenal di masa depan harus dilindungi dengan timbal. Pekerjaan yang telah selesai sebelumnya pada proyek normal sekarang harus dilakukan lagi karena ilmuwan sebelumnya gagal mengenali dan mengendalikan variabel yang relevan. Sinar-X, untuk memastikan, membuka lapangan baru dan dengan demikian menambah potensi domain sains normal. Tapi mereka juga, dan sekarang ini poin yang lebih penting, ganti bidang yang sudah ada. Dalam prosesnya mereka menolak jenis instrumentasi paradigmatik sebelumnya hak mereka atas judul itu. Singkatnya, secara sadar atau tidak, keputusan untuk menggunakan peralatan tertentu dan menggunakannya dengan cara tertentu membawa asumsi bahwa hanya keadaan tertentu yang akan muncul
C. Analisis Kritis Berdasarkan uraian diatas, pada pembahasan chapter VI ini, menguraikan bagaimana paradigma-paradigma yang saling bermunculan satu sama lain. Para peneliti dalam penemuannya, menghasilkan penemuan - penemuan baru yang bersifat radikal, akan tetapi ilmuan mengungkapkan paradigma hanya dengan memandang dan mengspekulasikan
terhadap
sesuatu
apa
yang
dilihatnya,
sebetulnya
dalam
menyampaikan paradigma tidak semerta-merta hanya dengan melihat begitu saja hanya karena ingin memunculkan paradigma- paradigma yang baru, sehingga dalam penemuannya sering terjadi berulang-ulang kali. Penemuan itu didasarkan pada kesadaran anomali, dimana dilakukannya karena sebab yang janggal atau aneh dalam proses penemuan sebelumnya. Oleh sebab itu, para peneliti seharusnya peka terhadap penemuannya yang dimulai dengan kesadaran akan anomali tersebut, yaitu, dengan mengenali sifat, warna, pola yang mempengaruhi sains normalnya. Disamping itu, hal yang paling penting dalam kegiatan ilmiah, tentu beribu kalipun penelitian dilakukan, anomali- anomali pasti akan bermunculan yang tanpa disadari oleh para ilmuan, karena penemuannya tidak ada yang bisa mencapai pada tingkat kebenaran yang mutlak. Artinya
para ilmuan harus tau, dan paham tentang hukum alam. Kelemahan dari indera kita untuk melihat kebenaran itu masih lemah. Kita tidak akan pernah sampai pada kebenaran yang mutlak, karena allah yang menentukan. Filsafat tidak akan mampu secara mutlak karena filsafat bersifat konsistensi, fakta ada, akan tetapi tidak sampai pada 100 %. Eksplorasi terhadap anomali tersebut harus diperluas dan dikaji dengan baik hingga menjadi anomali yang diharapkan, artinya memecahkan anomali hingga menghasilkan hasil yang baik yang sesuai dengan fakta yang ada. Seperti contoh seorang peneliti pertama melakukan penelitian yang menghasilkan munculnya penemuannya, kemudian karena rasa penasarannya terhadap hasil yang ada, ilmuan kedua mencoba melakukan uji coba berdasarkan pijakan dari penemuan sebelumnya yang berdasarkan pada satu teori, sehingga ilmuan menemukan ada anomali yang terjadi dan membimbingnya pada penemuannya yang berbeda dari hasil sebelumnya, dan sehingga timbullah pertanyaan “kapan, dimana, dan siapa yang menemukan objek benda itu?, masih belum bisa di jawab oleh para ilmuan. Penemuan- penemuan baru akan terus lahir karena adanya kesadaran terhadap anomali, akan tetapi penemuannya diberhentikan manakala paradigma baru sudah ada dan ditunjukan sesuai dengan fakta yang telah ditemukan. Fakta yang baru menuntut penyesuaian teori yang lebih dari pada penyesuaian, hingga sampai penyesuaian itu selesai, sampai ilmuan belajar melihat alam dengan cara yang berbeda, karena fakta baru sama sekali bukan fakta ilmiah melainkan ini berguna untuk melihat seberapa dekat fakta- fakta yang mengandung atau berdasarkan fakta yang sesungguhnya terhadap teoritis bisa terjalin dalam penemuan ilmiah. Kebanyakan para peneliti tergoda dengan melakukan sebuah penelitian yang belum terpecahkan, menunggu suatu peneltian yang berkelanjutan untuk mengetahui siapa dan kapan penemuan itu secara fakta telah ditemukan, jelas bahwa ketika melakukan suatu experimen terhadap objek penelitian, tentu membutuhkan ide dan konsep baru untuk menganalisa kejadian seperti penemuan oksigen tersebut, meskipun tidak diragukan lagi benar kalimatnya “Oksigen ditemukan”. Suatu hal yang dianggap menyesatkan dengan mengatakan bahwa menemukan sesuatu adalah suatu tindakan yang sederhana yang dapat diasimilasikan dengan konsep penglihatan kita yang biasa. Begitu mudah berasumsi bahwa menemukan sesuatu hanya bisa dengan melihat dan menyentuh, harus dengan tegas penemuan diakibatkan oleh seseorang akan tetapi hanya bersifat sesaat atau sementara. Pada akhirnya penemuannya menunjukan tidak mungkin, bahkan juga pada awal dilakukannya. Kita bisa saja mengatakan bahwa oksigen tidak ditemukan sebelum 1774 dan mungkin kita juga akan mengatakan bahwa benda itu telah ditemukan pada tahun 1777 atau mungkin dihari kemudian. Usaha dari pada peneliti untuk mengencani penemuan itu pasti bisa jadi sewenang- wenang karena menemukan fenomena baru tentu merupakan peristiwa yang kompleks. Paling tidak, beberapa peralatan lama yang sudah lama dikenal di masa depan harus dilindungi dengan baik dan
dengan ditimbal. Pekerjaan yang telah selesai sebelumnya, pada proyek normal sekarang harus dilakukan lagi, karena ilmuwan sebelumnya gagal mengenali dan mengendalikan variabel yang relevan.
D. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa, penemuan ilmiah boleh saja akan menemukan berbagai gejala yang tidak akan bisa diduga, penemuan hadir didasarkan pada kesadaran akan anomali yang disebabkan oleh kelemahannya kita atau terhadap faktor hukum alam yang tidak memungkinkan kita untuk menembus dengan panca indera kita. Penemuan ilmiah bisa berupa kebenaran faktual dan teoritis yang terjalin, menuntun kita untuk sadar akan gejala yang nantinya akan muncul. Dalam suatu penemuan, mengharuskan kita untuk peka dan mengenal sifat, warna, bentuk dan lainnya dalam penelitian, kemudian beberapa peralatan lama yang sudah lama dikenal di masa depan harus dilindungi dengan baik dan dengan ditimbal. Pekerjaan yang telah selesai sebelumnya, pada proyek normal sekarang harus dilakukan lagi, karena ilmuwan sebelumnya gagal mengenali dan mengendalikan variabel yang relevan. sehingga kita bisa waspada terhadap kejanggalan yang terjadi dalam proses kegiatan ilmiah, penemuan akan terus hadir seiring berjalannya waktu dan munculnya ilmuan yang meneliti terhadap anomali yang ada, akan tetap penemuannya diberhentikan manakala paradigma baru sudah ada dan ditunjukan sesuai dengan fakta yang telah ditemukan. Fakta yang baru menuntut penyesuaian teori yang lebih dari pada penyesuaian, hingga sampai penyesuaian itu selesai, sampai ilmuan belajar melihat alam dengan cara yang berbeda, karena fakta baru sama sekali bukan fakta ilmiah melainkan ini berguna untuk melihat seberapa dekat fakta- fakta yang mengandung atau berdasarkan fakta yang sesungguhnya terhadap teoritis bisa terjalin dalam penemuan ilmiah.
E. Daftar Pustaka Khun, Thomas S. 1962. The Structure Scientific Of Revolutions.University of Chicago Press, Second Edition. Vol II No 2