TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kelapa
Tanaman kelapa (Cocos nucifera L. ) merupakan salah satu tanaman yang termasuk dalam famili Palmae dan banyak tumbuh di daerah tropis, seperti di Indonesia. Tanaman kelapa membutuhkan lingkungan hidup yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksinya. Faktor lingkungan itu adalah sinar matahari, temperatur, curah hujan, kelembaban, dan t anah (Palungkun, (Palungkun, 2001). Kelapa dikenal sebagai tanaman yang serbaguna karena seluruh bagian tanaman ini bermanfaat bagi kehidupan manusia serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Salah satu bagian yang terpenting dari tanaman kelapa adalah buah kelapa. Buah kelapa terdiri dari beberapa komponen yaitu kulit luar ( epicarp), sabut (mesocarp), tempurung kelapa ( endocarp), daging buah ( endosperm ), dan air kelapa. Adapun komposisi buah kelapa dapat k ita lihat pada tabel berikut ber ikut ini. Tabel 1. Komposisi buah kelapa Bagian buah Sabut Tempurung Daging buah Air kelapa (Palungkun, 2001).
Jumlah berat (%) 35 12 28 25
Tempurung Kelapa
Tempurung kelapa merupakan bagian buah kelapa yang fungsinya secara biologis adalah pelindung inti buah dan terletak di bagian sebelah dalam sabut dengan ketebalan berkisar antara 3–6 mm. Tempurung kelapa dikategorikan sebagai kayu keras tetapi mempunyai kadar lignin yang lebih tinggi dan kadar selulosa lebih rendah dengan kadar air sekitar enam sampai sembilan persen
5 Universitas Sumatera Utara
(dihitung berdasarkan berat kering) dan terutama tersusun dari lignin, selulosa dan hemiselulosa (Tilman, 1981). Apabila tempurung kelapa dibakar pada temperatur tinggi dalam ruangan yang tidak berhubungan dengan udara maka akan terjadi rangkaian proses penguraian penyusun tempurung kelapa tersebut dan akan menghasilkan arang, destilat, tar dan gas. Destilat ini merupakan komponen yang sering disebut sebagai asap cair (Pranata, 2008). Tempurung kelapa termasuk golongan kayu keras dengan kadar air sekitar enam sampai sembilan persen (dihitung berdasar berat kering), dan terutama tersusun dari lignin, selulosa dan hemiselulosa. Data komposisi kimia tempurung kelapa dapat kita lihat pada tabel berikut ini. Tabel 2. Komposisi kimia te mpurung kelapa Komponen Selulosa Hemiselulosa Lignin Abu Komponen ekstraktif Uronat anhidrat Nitrogen Air (Suhardiyono, 1988).
Persentase % 26,6 27,7 29,4 0,6 4,2 3,5 0,1 8,0
Asap Cair
Asap cair adalah cairan kondensat dari asap yang telah mengalami penyimpanan dan penyaringan untuk memisahkan tar dan bahan-bahan partikulat. Salah satu cara untuk membuat asap cair adalah dengan mengkondensasikan asap hasil pembakaran tidak sempurna dari kayu. Selama pembakaran, komponen utama kayu yang berupa selulosa, hemiselulosa, dan lignin akan mengalami pirolisis.
Universitas Sumatera Utara
Selama proses pirolisis akan terbentuk berbagai macam senyawa. Senyawasenyawa yang terdapat di dalam asap dikelompokkan menjadi beberapa golongan yaitu, fenol, karbonil (terutama keton dan aldehid), asam furan, alkohol dan ester, lakton, hidrokarbon alifatik, dan hidrokarbon poliiklis aromatis. Asap memiliki kemampuan untuk mengawetkan bahan makanan karena adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil (Pranata, 2008). Komposisi Asap Cair
Menurut Astuti dalam Pranata (2008), asap cair mengandung berbagai senyawa yang terbentuk karena terjadinya proses pirolisis dari tiga komponen kayu yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Lebih dari 400 senyawa kimia dalam asap telah berhasil diidentifikasi. Komponen-komponen tersebut ditemukan dalam jumlah yang bervariasi tergantung jenis kayu, umur tanaman sumber kayu, dan kondisi pertumbuhan kayu seperti iklim dan tanah. Komponen-komponen tersebut meliputi asam yang dapat mempengaruhi citarasa, pH dan umur simpan produk asapan; karbonil yang bereaksi dengan protein dan membentuk pewarnaan coklat dan fenol yang merupakan pembentuk utama aroma dan menunjukkan aktivitas antioksidan. Diketahui pula bahwa temperatur pembuatan asap merupakan faktor yang paling menentukan kualitas asap yang dihasilkan. Kandungan maksimum senyawasenyawa fenol, karbonil, dan asam dicapai pada temperatur pirolisis
0
600 C. 0
Tetapi produk yang diberikan asap cair yang dihasilkan pada temperatur 400 C dinilai mempunyai kualitas organoleptik yang terbaik dibandingkan dengan asap cair yang dihasilkan pada temperatur pirolisis yang lebih t inggi. Menurut Girard (1992), senyawa-senyawa penyusun asap cair meliputi:
Universitas Sumatera Utara
1.
Senyawa-senyawa fenol merupakan senyawa yang berperan sebagai antioksidan sehingga dapat memperpanjang masa simpan produk asapan. Kandungan senyawa fenol dalam asap sangat tergantung pada temperatur pirolisis kayu. Kuantitas fenol pada kayu sangat bervariasi yaitu antara 10200 mg/kg. Beberapa jenis fenol yang biasanya terdapat dalam produk asapan adalah guaiakol, dan siringol.
2.
Senyawa-senyawa karbonil merupakan senyawa yang berperan pada pewarnaan dan citarasa produk asapan. Golongan senyawa ini mepunyai aroma seperti aroma karamel yang unik. Jenis se nyawa karbonil yang terdapat dalam asap cair antara lain adalah vanilin dan siringaldehida.
3.
Senyawa-senyawa asam merupakan senyawa yang berperan sebagai antibakteri dan membentuk cita rasa produk asapan. Senyawa asam ini antara lain adalah asam asetat, propionat, butirat dan valerat.
4.
Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis merupakan senyawa yang dapat terbentuk pada proses pirolisis kayu. Senyawa hidrokarbon aromatik seperti benzo(a)pirena merupakan senyawa yang memiliki pengaruh buruk karena bersifat karsinogen.
5.
Senyawa benzo(a)pirena merupakan senyawa yang mempunyai titik didih 0
310 C dan dapat menyebabkan kanker kulit jika dioleskan langsung pada permukaan kulit. Akan tetapi proses yang terjadi memerlukan waktu yang lama.
Universitas Sumatera Utara
Manfaat Asap Cair
Menurut Darmadji (1999), asap cair memiliki banyak manfaat dan telah digunakan pada berbagai industri, antara lain : 1. Industri pangan Asap cair ini mempunyai kegunaan yang sangat besar sebagai pemberi rasa dan aroma yang spesifik juga sebagai pengawet karena sifat antimikrobia dan antioksidannya. Dengan tersedianya asap cair maka proses pengasapan tradisional dengan menggunakan asap secara langsung yang mengandung banyak kelemahan seperti pencemaran lingkungan, proses tidak dapat dikendalikan, kualitas yang tidak konsisten serta timbulnya bahaya kebakaran, yang semuanya tersebut dapat dihindari. 2. Industri perkebunan Asap cair dapat digunakan sebagai koagulan lateks dengan sifat fungsional asap cair seperti antijamur, antibakteri dan antioksidan tersebut dapat memperbaiki kualitas produk karet yang dihasilkan. 3. Industri kayu Kayu yang diolesi dengan asap cair mempunyai ketahanan terhadap serangan rayap dari pada kayu yang tanpa diolesi asap cair. Proses Pirolisis
Menurut Widjaya dalam Pranata (2008), pirolisis adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen sehingga terjadi penguraian komponen-komponen penyusun kayu keras. Istilah lain dari pirolisis adalah penguraian yang tidak t eratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa
Universitas Sumatera Utara
apabila tempurung dipanaskan tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang cukup tinggi, maka akan terjadi reaksi penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang menyusun kayu keras dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan dan gas. Pembakaran tidak sempurna pada tempurung kelapa menyebabkan senyawa karbon kompleks tidak teroksidasi menjadi karbon dioksida dan peristiwa tersebut disebut sebagai pirolisis. Pada saat pirolisis, energi panas mendorong terjadinya oksidasi sehingga molekul karbon yang kompleks terurai, sebagian besar menjadi karbon atau arang. Istilah lain dari pirolisis adalah “destructive distillation ” atau destilasi kering, dimana merupakan proses penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa apabila tempurung dipanaskan tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang cukup tinggi maka akan terjadi rangkaian reaksi penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang menyusun tempurung dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan dan gas. Tempurung kelapa dan kayu keras memiliki komponen-komponen yang hampir sama. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam kayu berbeda beda tergantung dari jenis kayu. Pada umumnya kayu mengandung dua bagian selulosa, satu bagian hemiselulosa serta satu bagian lignin. Girard (1992) menyatakan bahwa produk dekomposisi termal yang dihasilkan melalui reaksi pirolisis komponen-komponen kayu adalah sebanding dengan jumlah komponenkomponen tersebut dalam kayu.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Tahir (1992), pada proses pirolisis dihasilkan tiga macam penggolongan produk yaitu : 1. Gas-gas yang dikeluarkan pada proses karbonisasi ini sebagian besar berupa gas CO 2 dan sebagian lagi berupa gas-gas yang mudah terbakar seperti CO, CH 4 , H 2 dan hidrokarbon tingkat rendah lain. Komposisi rata-rata dari total gas yang dihasilkan pada proses karbonisasi kayu disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 3. Komposisi rata-rata dari total gas yang dihasilkan pada proses karbonisasi kayu Komponen gas Persentase (%) Karbondioksida 50,77 Karbonmonoksida 27,88 Metana 11,36 Hidrogen 4,21 Etana 3,09 Hidrokarbon tak jenuh 2,72 2. Destilat berupa asap cair dan tar Komposisi utama dari produk yang tertampung adalah metanol dan asam asetat. Bagian lainnya merupakan komponen minor yaitu fenol, metil asetat, asam format, asam butirat dan lain-lain. 3. Residu (karbon). Tempurung kelapa dan kayu mempunyai komponen-komponen yang hampir sama. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam kayu berbeda beda tergantung dari jenis kayu. Pada umumnya kayu mengandung dua bagian selulosa dan satu bagian hemiselulosa, serta satu bagian lignin.
Universitas Sumatera Utara
Jenis Asap Cair
Jenis Asap Cair dibedakan atas penggunaannya. Ada 3 jenis grade asap cair, yaitu sebagai berikut : 1.
Grade 1 yaitu warna bening, rasa sedikit asam, aroma netral, digunakan untuk makanan, ikan,
2.
Grade 2 yaitu warna kecoklatan transparan, rasa asam sedang, aroma asap lemah, digunakan untuk makanan dengan taste asap (daging asap, bakso, mie, tahu, ikan kering, telur asap, bumbu-bumbu barbaque, ikan asap/bandeng asap),
3.
Grade 3 yaitu warna coklat gelap, rasa asam kuat, aroma asap kuat, digunakan untuk penggumpal karet pengganti asam semut, penyamakan kulit, pengganti antiseptik untuk kain, menghilangkan jamur dan mengurangi bakteri patogen yang terdapat di kolam ikan
(Buckingham, 2010). Komponen Alat Pengolahan Asap Cair Reaktor Pirolisis
Reaktor Pirolisis adalah alat pengurai senyawa-senyawa organik yang dilakukan dengan proses pemanasan tanpa berhubungan langsung dengan udara 0
luar dengan suhu 300-600 C. Reaktor pirolisis dibalut dengan selimut dari bata dan tanah untuk menghindari panas keluar berlebih, memakai bahan bakar kompor minyak tanah atau gas. Proses pirolisis menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padat, gas dan cairan (Buckingham, 2010). Cara penggunaan alat ini yaitu dengan memasukkan sampel ke dalam reaktor pirolisis dan ditutup rapat. Reaktor kemudian dipanaskan selama 5 jam.
Universitas Sumatera Utara
Destilat yang keluar dari reaktor ditampung dalam dua wadah. Wadah pertama untuk menampung fraksi berat, sedangkan wadah kedua untuk menampung fraksi ringan. Fraksi ringan ini diperoleh setelah dilewatkan tungku pendingin yang dilengkapi pipa berbentuk spiral. Pipa penghubung
Pipa penghubung merupakan bagian komponen dari alat pengolahan asap cair yang berfungsi sebagai penghubung antara reaktor pirolisis dengan kondensor. Asap dari proses pembakaran pirolisa akan mengalir menuju kondensor akibat adanya perbedaan tekanan yang disebabkan oleh perbedaan temperatur antara reaktor piirolisis dengan kondensor. Tabung endapan fraksi berat
Tabung endapan praksi berat merupakan komponen alat yang berfungsi untuk menampung fraksi berat seperti tar, slug, pasir,dan benda-benda lainnya dari uap asap sebelum sampai pada kondensor. Komponen alat ini terdapat pada bagian pipa penghubung yang berbentuk tabung. Pada saat asap mengalir pada pipa maka kandungan asap dengan fraksi berat seperti tar, slug, dan benda-benda lainnya akan jatuh dan tertampung pada tabung endapan akibat adanya gaya grafitasi. Kondensor
Kondensor adalah salah satu jenis mesin penukar kalor (heat exchanger) yang berfungsi untuk mengkondensasikan fluida kerja. Pada alat ini kondensor merupakan komponen alat yang berfungsi untuk mengembunkan asap menjadi cair. Kondensor yang digunakan merupakan kondensor tipe vertikal. Uap asap yang mengalir dari reaktor pirolisis melalui pipa penghubung akan masuk pada kondensor dan akan mengembun pada pipa kondensat yang terdapat dalam
Universitas Sumatera Utara
kondensor. Pipa kondensat ini berbentuk spiral dengan arah vertikal. Selama asap tersebut dalam pipa kondensat maka akan terjadi pengembunan sehingga terbentuk asap cair (Bagasvaniwaran, 2010). Logam yang Digunakan
Logam yang digunakan merupakan logam baja perkakas ( tool steel) dan logam baja tahan karat Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh baja perkakas adalah tahan pakai, tajam atau mudah diasah, tahan panas, kuat dan ulet. Baja tahan karat (stainless steel ) yang mempunyai seratus lebih jenis yang berbeda-beda. Akan tetapi, seluruh baja itu mempunyai satu sifat karena kandungan kromium yang membuatnya tahan terhadap karat. Baja tahan karat dapat dibagi ke dalam tiga kelompok dasar, yaitu : a. Baja Tahan Karat Ferit Baja ini mengandung unsur karbon yang rendah (sekitar 0,04 % C) dan sebagian besar dilarutkan dalam besi. Sementara itu, unsur lainnya yaitu kromium sekitar 13 % - 20 % dan tambahan kromium tergantung pada tingkat ketahanan karat yang diperlukan. Baja ini tidak dapat dikeraskan dengan cara disepuh dan cocok untuk dipres, ditarik, dan dipuntir. Baja yang mengandung 13 % kromium digunakan untuk garpu dan sendok, sedangkan yang mengandung 20 % kromium untuk tabung sinar katoda. b. Baja Tahan Karat Austenit Baja tahan karat austenit mengandung nikel dan kromium yang amat tinggi, nikel akan membuat temperatur transformasinya rendah, sedangkan kromium
akan
membuat
kecepatan
pendinginan
kritisnya
rendah.
Campuran kedua unsur itu menghasilkan struktur lapisan austenit pada
Universitas Sumatera Utara
temperatur kamar. Baja ini tidak dapat dikeraskan melalui perlakuan panas, tetapi dapat disepuh keras. Pekerjaan dan penyepuhan tersebut membuat baja sukar dikerjakan dengan mesin perkakas. Seperti baja austenit yang lain, baja tahan karat austenit tidak magnetis. Baja tahan karat yang mengandung 0,15 % C, 18 % Cr, 8,5 % Ni, dan 0,8 % Mn sesuai untuk digunakan sebagai alat-alat rumah tangga dan dekoratif. Baja tahan karat yang mengandung 0,05 % C, 18,5 % Cr, 10 % Ni, dan 0,8 % Mn, baik untuk dikerjakan dengan cara penarikan dalam karena kandungan karbonnya rendah. Baja tahan karat yang mengandung 0,3 % C, 21 % Cr, 9 % Ni, dan 0,7 % Mn sesuai untuk dituang. Kebanyakan baja tahan karat austenit mengandung sekitar 18 % kromium dan 8 % nikel. Proporsi unsur kromium dan nikel sedikit berbeda dengan penambahan dalam proporsi yang kecil dari unsur molibdenum, titanium, dan tembaga untuk menghasilkan sifat-sifat yang spesial. Baja dalam kelompok ini digunakan apabila diperlukan ketahanannya terhadap panas. c. Baja Tahan Karat Martensit Baja tahan karat martensit mengandung sejumlah besar unsur karbon dan dapat dikeraskan melalui perlakuan panas, juga mempengaruhi sifatsifatnya melalui pengerasan dan penyepuhan. Baja yang mengandung 0,1 % C, 13 % Cr, dan 0,5 % Mn ini dapat didinginkan untuk memperbaiki kekuatannya, tetapi tidak menambah kekerasan. Baja ini seringkali disebut besi tahan karat dan digunakan khususnya untuk peralatan gas turbin dan pekerjaan dekoratif. Apabila baja ini digunakan untuk alat-alat pemotong 0
maka terlebih dahulu ditemper atau disepuh pada temperatur sekitar 180 C,
Universitas Sumatera Utara
dan jika digunakan untuk pegas terlebih dahulu ditemper pada temperatur 0
sekitar 450 C. (Amanto dan Daryanto, 1999). Mekanisme Pembuatan Alat
Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan seharihari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin–mesin perkakas, antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1984). Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan peralatan usaha tani bergantung terutama pada macam dan kualitas bahan yang digunakan untuk pembuatannya. Dalam pembuatannya terdapat kecenderungan konstruksi peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan dan mengganti dengan baja tekan atau baja cetak. Bilamana hal ini dilakukan dapat menekan biaya membuat mesin dalam jumlah besar. Keberhasilan atau kegagalan alat sering sekali tergantung pada bahan yang dipakai untuk pembuatannya. Bahan yang digunakan untuk pembuatan peralatan usaha tani dapat diklasifikasikan dalam logam dan non logam (Smith dan Wilkes, 1990). Prinsip Kerja Alat Pirolisis
Pada alat pirolisis terjadi proses penguraian senyawa-senyawa organik pada bahan. Penguraian ini disebabkan oleh proses pemanasan tanpa berhubungan 0
langsung dengan udara luar dengan suhu 400-600 C. Untuk mencapai suhu 4000
600 C dilakukan pemanasan reaktor selama 5 jam sehingga akan diperoleh destilat
Universitas Sumatera Utara
berupa asap cair setelah melalui proses pengembunan pada kondensor yang dilengkapi dengan pipa spiral (anonimus, 2010). Pada proses pemanasan yang terjadi pada reaktor pirolisis, asap yang dihasilkan akan mengalir menuju kondensor melalui pipa yang mengubungkan reaktor pirolisis dengan kondensor. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tekanan yang disebabkan perbedaan temperatur antara reaktor pirolisis dan kondensor. Sebagaimana yang kita ketahui pada reaktor pirolisis terjadi proses pemanasan sehingga temperatur naik, sedangkan pada kondensor temperaturnya akan lebih rendah karena dialiri oleh air, maka akan terjadi perpindahan fluida berupa asap karena sifat fluida mengalir dari tekanan tinggi menuju tekanan yang lebih rendah. Analisa Ekonomi dan Analisa Kelayakan Usaha
Break Even Point /BEP (Analisis Titik Impas) Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing ). Dan selanjutnya dapat berkembang sendiri ( self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan. Analisis titik impas juga digunakan untuk: 1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha, 2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi untuk peralatan produksi,
Universitas Sumatera Utara
3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi (Waldiyono, 2008). Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada out put yang dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan. Tak heran jika biayanya semakin besar. Sedangkan, Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan (Soeharno, 2007). Analisis finansial yaitu menghitung tingkat keuangan yang diterima dari modal yang sudah diinvestasikan pada alat yang akan dibuat. Kriteria investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : B/C Ratio
Metode B/C Ratio adalah metode dengan memberikan penekanan terhadap nilai perbandingan antara aspek manfaat ( benefit ) yang akan diperoleh dengan aspek biaya dan kerugian yang akan ditanggung ( cost ) dengan adanya sebuah investasi. Adapun metode analisis benefit cost ratio (B/C Ratio) ini akan di jelaskan sebagai berikut: Rumus umum B/C Ratio =
Benefit Cost
atau
Σ Benefit ΣCost
.........................................( 1 )
Jika analisis dilakukan terhadap present : n
B/C Ratio =
PWB PWC
∑ Cbt ( FBP) t atau
t = 0 n
............................................................( 2 )
∑ Cct ( FBP) t t =0
Universitas Sumatera Utara
Jika analisis dilakukan terhadap annual : n
B/C Ratio =
EUAB EUAC
∑ Cb ( FBA) t
t
t = 0
atau
.........................................................( 3 )
n
∑ Cc ( FBA) t
t
t = 0
Dimana : PWB = Present Worth of Benefit PWC = Present Worth of Cost Cb
= Cash flow benefit
Cc
= Cash flow cost
FBP
= Faktor bunga present
FBA
= Faktor bunga annual
EUAB = Equivalent Uniform Annual of Benefit EUAC = Equivalent Uniform Annual of Cost n
= Umur investasi
t
= periode waktu
Dengan kriteria: Untuk mengetahui apakah suatu rencana investasi layak ekonomis atau tidak setelah melalui metode ini: Jika B/C Ratio ≥ berarti investasi layak ( feasible) Jika B/C Ratio < berarti investasi tidak layak (unfeasible ) (Giatman, 2006). Net Present Value (NPV) Net present value (NPV) adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur
suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Perhitungan NPV merupakan net benefit yang telah didiskon dengan discount factor.
Universitas Sumatera Utara
t = n
NPV =
∑ t = i
( Bt − C t ) (1 + i) t
……………………………….................................. ( 4 )
Keterangan : B
= manfaat penerimaan tiap tahun
C
= ongkos yang dikeluarkan tiap tahun
t
= tahun kegiatan usaha (t = 1,2,...n)
i
= tingkat suku bunga yang berlaku
Kriteria NPV yaitu : NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan; NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak menguntungkan; NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan (Pujosumarto, 1998). Internal Rete of Returns (IRR) Dengan menggunakan metode IRR kita akan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk % periode waktu. Logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi. Kemampuan ini yang disebut dengan IRR. Sedangkan kewajiban disebut dengan Minimum Atractive Rate of Return (MARR) (Giatman, 2006). t = n
IRR =
∑ t = i
( Bi − C i ) (1 + i)t
= 0……………………………………………. ………….. ( 5 )
Keterangan : B = manfaat penerimaan tiap tahun
Universitas Sumatera Utara
C = manfaat biaya yang dikeluarkan tiap tahun t = tahun kegiatan usaha ( t = 1,2,…,n ) i = tingkat suku bunga Kriteria IRR yaitu : IRR > social discount rate
berarti usaha layak dilaksanakan
IRR < social discount rate
berarti usaha tidak layak untuk dilaksanakan
(Pujosumarto, 1998).
Universitas Sumatera Utara