CEDERA KEPALA
A. Definisi
Cedera kepala meliputi trauma kulit kepala , tengkorak dan otak, sangat sering terjadi dan merupakan penyakit neorologik dan merupakan proporsi epidemik sebagai hasil kecelakaan jalan raya. (Brunner & Suddarth, 2002: 2210) Cedera kepala menggambarkan perubahan neurologi akibat dari adanya sumbatan suplai darah ke otak . ( Joyce..M.Black, 2005). Cedera kepala merupakan kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma yang terjadi (Sylvia anderson Price, 1992).
B. Prinsi Prinsip p - Prin Prinsip sip pada pada Traum Trauma a Kepal Kepala a
1. Tulan Tulang g teng tengko korak rak seba sebaga gaii pelin pelindu dung ng jari jaring ngan an otak otak,, memp mempun unya yaii daya daya elastisitas untuk mengatasi adanya pukulan. 2. Bila daya/toleran daya/toleransi si elastisit elastisitas as terlampau terlampau akan terjadi terjadi fraktur. fraktur. 3. Berat/ringan Berat/ringannya nya cedera cedera tergant tergantung ung pada pada : a.
Lokasi yang terpengaruh : -
Cedera kulit.
-
Cedera jaringan tulang.
-
Cedera jaringan otak.
b. b.
Kead Keadaa aan n kepa kepala la saat saat terj terjad adii bent bentur uran an.. 4.
Masalah utama adalah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial (TIK) TIK dipertahankan oleh 3 komponen :
a.
Volume darah darah /Pembuluh /Pembuluh darah (± 75 - 150 ml).
b.
Volume Jaringan Otak ( ± . 1200 - 1400 ml).
c. Volume
LCS ( ± 75 - 150 ml).
1
C. Etiologi
1. Kecelakaan Kecelakaan lalu lalu lintas lintas dan industri industri 2. Jatuh 3. Perk Perkel elah ahia ian n 4. Cidera Cidera saat saat olah olah raga. raga. 5. Trom Trombo bosi siss 6. Emboli 7. Spasme Spasme pemb pembulu uluh h darah darah 8.
Pecah pembuluh darah karena aneurisma, hipertensi berat
9.
Trauma atau luka akibat persalinan
10. Oleh benda/ benda/ serpihan serpihan tulang tulang yang menembu menembuss jaringan jaringan otak. 11. Efek dari dari kekuatan kekuatan atau energi energi yang yang di terusk teruskan an ke otak. otak. 12. Efek percepatan percepatan dan dan perlamba perlambatan tan (akselerasi-d (akselerasi-deselera eselerasi) si) pada pada otak. otak. 13.
Cidera kepala terbuka sering oleh peluru atau pisau
Faktor Resiko, Faktor Pemberat dan Proses Fisiologis Abnormal Cedera Kepala 1. Fakto ktor re resik siko
a. Non Non rev revers ersib ible le Usia laki-laki 15 s/d 30 tahun, ras, keturunan dan laki-laki 3 kali dari pada wanita. b. b. Reve Revers rsib ible le -
Hipertensi, penyakit jantung, lipid abnormalitas dan obesitas.
-
Kebiasaan hidup : diet, kebiasaan merokok, alkoholik dan aktifitas, pengendara kendaraan bermotor yang ceroboh tidak menggunakan sabuk pengaman, penggunaaan senjata yang tidak te pat.
2. Faktor Faktor Pemberat Pemberat Terj Terjadiny adinya a Cidera Cidera Otak
a. Besar Besar kekuat kekuatan an yang yang menyeb menyebabk abkan an terjad terjadiny inyaa trauma trauma (semak (semakin in besar besar kekuatan semakin besar pula kerusakan yang di timbulkannya). b. Efek sekunder sekunder dari dari cidera cidera otak. otak.
2
3. Proses-proses fisiologi yang abnormal
a.
Kejang-kejang
b.
Gangguan saluran nafas
c.
Tekanan intrakranial meningkat yang dapat disebabkan karena: -
Edema fokal atau difusi
-
Hematoma epidural
-
Hematoma subdural
-
Hematoma intraserebral
-
Over hidrasi
d. Sepsis/septik syok e. Anemia f. Shock
Proses fisiologis yang abnormal ini lebih memperberat kerusakan cidera otak dan sangat mempengaruhi morbiditas dan mortali tas.
D. Klasifikasi
Cidera kepala dapat diklasifikasikan menirit mekanisme, keparahan dan morfologi. 1. Berdasarkan mekanisme a.
Cidera Kepala Terbuka (fraktur tengkorak) Kerusakan otak dapat terjadi bila Fraktur tengkorak meliputi robekan durameter-----LCS merembes, pembuluh darah dan jaringan otak dan dapat menyebabkan kerusakan pusat vital dan saraf kranial otak. Tanda tanda klinisnya meliputi: -
-
Batle sign : adanya tanda ekimosis pada daerah mastoid. Perdarah telinga, periorbital ekhimosis ( mata berwarna hitam).
Renorrhea dan Otorrhea : cairan otak yang mengalir melalui hidung dan telinga.
3
Susunan tulang tengkorak dan lapisan kulit kepala membantu menghilangkan tenaga benturan kepala sehingga sedikit kekuatan yang ditrasmisikan kedalam jaringan otak. - Hemotympanum. - Periorbital echymosis. - Brill hematom
Ada dua jenis fraktur tulang tengkorak: - Fraktur tengkorak linier. Disebabkan oleh kekuatan yang amat berlebih terhadap luas area tengkorak tertentu. - Fraktur tengkorak basiller. Hanya terbatas pada dasar tengkorak seperti bagian tulang frontal/temporal.
b.
Cidera Kepala Tertutup 1) Comosio Cerebri (gegar otak) biasa disebut Cidera kepala ringan Adalah suatu kerusakan sementara fungsi neorologi yang disebabkan oleh karena benturan kepala. Umumnya meliputi sebuah periode tidak sadarkan diri dalam waktu yang berakhir selama beberapa detik sampai beberapa menit, getaran otak sedikit saja hanya akan menimbulkan pusing/berkunang-kunang atau juga dapat kehilangan kesadaran komplet sewaktu gejala. Biasanya tidak merusak struktur tapi menyebabkan hilangnya kesadaran setelah cidera. Dapat timbul lesu, nausea dan muntah. Tetapi biasanya dapat kembali pada fungsi yang normal. Setelah comosio biasanya akan timbul gejala berupa sakit kepala, pusing, ketidak mampuan berkontraksi beberapa minggu sesudah kejadian, gangguan memori sementara, pasif dan peka. Jika terjadi kecelakaan, kesadaran mungkin hanya beberapa detik/menit. Setelahnya pasien mungkin, mengalami disorientasi 4
dalam waktu yang relatif singkat. Amnesia retrograde (pada beberapa orang). Pingsan kurang dari 10 menit-20 menit. 2) Contosio Cerebri (memar otak). Benturan dapat menyebabkan kerusakan struktur dari permukaan otak yang mengakibatkan perdarahan dan kematian jaringan dengan atau tanpa edema. Contosio dapat berupa coup injuri (massa relatif diam) dan countercoup injuri (Kepala dalam kondisi bebas bergerak). Merupakan cedera kepala berat, dimana otak mengalami memar, dengan kemungkinan adanya daerah hemoragi. Pasien berada pada keadaaan tidak sadarkan diri.
Gejala muncul lebih khas : Pasien terbaring, kehilangan gerakan, denyut nadi lemah, pernafasan dangkal, kulit dingin dan pucat, defekasi dan berkemih tidak disadari, tekanan darah dan suhu tidak normal . Gangguan kesadaran lebih lama. Kelainan neurologik positif, reflek patologik positif, lumpuh, konvulsi. Gejala TIK meningkat.Amnesia retrograd lebih nyata.
Perdarahan Intra Kranial pada Cedera Kepala a.
Haematom Epidural.
Adalah suatu akumulasi/pengumpulan darah atau bertambahnya perdarahan yang menuju keruang antara tulang tengkorak bagian dalam dan meningen paling luar (durameter). Terjadi karena laserasi atau pecahnya pembuluh darah / cabang-cabang dari arteri meningeal tengah/media atau meningeal bagian frontal. Lokasi yang paling sering yaitu dilobus temporalis dan parietalis. Gejala – gejalanya : 1) Hilangnya kesadaran ringa, tingkat kesadaran cepat menurun menuju bingung dan koma, deserebrasi, pupil an isokor, reflek patologik positif. 2) Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1 – 2 hari.
5
3) Jika tidak ditangani akan menyebabkan kematian 4) Nyeri kepala sampai hebat 5) Muntah 6) Hemiparese 7) Pernapasan cepat dalam kemudian dangkal ( reguler ) 8) Penurunan nadi 9) Peningkatan suhu
b.
Hematoma Subdural
Adalah akumulasi/perdarahn arteri/vena antara durameter dan arakhnoid yang menutup otak. Penyebabnya biasanya robekan pembuluh darah vena yang ditemukan diarea ini Hematom ini terbagi menjadi : Akut : -
Menunjukkan gejala dalam 24-48 jam setelah cedera
-
Tanda klinis : TD meningkat dengan frekuensi nadi lambat dan pernafasan cepat sesuai dengan peningkatan hematoma yang cepat sakit kepala, mengantuk, bingung, agitasi, dilatasi dan fiksasi pupil ipsi lateral/edema pupil, menarik diri, berfikir lambat
Sub Akut : -
Mempunyai gejala klinis dari 2 hari- 2 minggu setelah cedera
-
Awitan gejala klinis lebih rendah dan lebih tidak berbahaya dari pada yang akut
Kronis: -
Terjadi 2 minggu sampai dengan 3-4 bulan setelah cedera awal, hemoragi awal mungkin sangat kecil
-
Dalam satu minggu atau lebih dari hemoragi, bekuan membentuk membrane mukosa yang berbentuk kapsul
-
Gejala umum meliputi sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, kadang-kadang disfagia
6
c.
Hematom Intrakranial : -
Perdarahan intraserebral ± 25 cc atau lebih.
-
Selalu diikuti oleh kontosio.
-
Penyebab : Fraktur depresi tulang tengkorak, cidera penetrasi peluru,
getaran
atau
gerakan
akselerasi
-
deselerasi
mendadak/tiba-tiba. -
Herniasi merupakan ancaman nyata, adanya bekuan darah, edema lokal.
d.
Hematom Intraserebral
Berupa perdarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh darah arteri, kapiler dan vena/perdarahan kedalam substansi otak yang diakibatkan oleh hipertansi sistemik yang menyebabkan degenerasi dan ruptur pembuluh darah, ruptur kantung anaerisma, anomaly vaskuler, tumor intrakranial, serta penyebab sitemik termasuk gangguan perdarahan ( sperti leukemia, hemofilia, anemia aplastik, trombositopenia dan komplikasi terapi anti koagulan). Biasanya terjadi akibat cidera langsung, sering terjadi pada lobus frontal dan temporal. Gejala – gejalanya : 1) Nyeri kepala 2) Penurunan kesadaran 3) Komplikasi pernapasan 4) Hemiplegi kontra lateral 5) Dilatasi pupil 6) Perubahan tanda – tanda vital
e.
Hematom Subarakhnoid.
Adalah perdarahan yang terjadi pada ruang arakhnoid yaitu antara lapisan arakhnoid dengan piameter. Sering kali terjadi karena adanya robekan vena dan bersifat kronik.
7
Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan permukaan otak, hampir selalu ada pada cedera kepala yang hebat. Gejala – gejalanya : 1). Nyeri kepala 2). Penurunan kesadaran 3). Hemiparese 4). Dilatasi pupil ipsilateral 5). Kaku kuduk.
2. Berdasarkan keparahan atau derajat kesadaran
a.
Cidera kepala ringan.(55%) -
GCS : 13-15
-
Kehilangan kesadaran kurang dari atau sama dengan 30 menit atau kurang dari sama dengan 2 jam.
b.
-
Tidak ada fraktur tengkorak, contosio/hematom.
-
Pusing ≤ 10 menit, tidak ada deficit neurology
-
Gambaran scaning otak normal
Cidera kepala sedang.(24%) -
GCS : 9-12.
-
Kehilangan kesadran/ Pingsan . > 10 menit sampai 30 menit (bahkan bisa 24 jam atau antara 2-6 jam
c.
-
Dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi ringan (bingung)
-
Terdapat deficit neurology
-
Gambaran scanning otak abnormal
Cidera kepala berat.(21%) -
GCS: 3-8
-
Kehilanggan kesadaran Pingsan > 6 jam sampai lebih dari 24 jam
-
Contosio cerebri, laserasi/adanya hematom/edema serebral
-
Defisit neurology terjadi
-
Gambaran scaning otak abnormal
8
Catatan: Pada cedera kepala dengan GCS 13-15, pingsan
≤
10 menit, tanpa deficit
neurology, tetapi scaning otak menunjukkan adanya perdarahan, maka diagnosa bukan cedera kepala ringan tetapi cedera kepala sedang.
3. Berdasarkan Morfologi.
a.
Fraktur tengkorak. -
Kranium: linier, depressi.
-
Basis: dengan/tanpa kebocoran Cairan cerebro spinal dan dengan tanpa kelumpuhan nervus 7
b.
Lesi intracranial. -
Vokal : epidural, subdural, intraserebral.
-
Difus: konklusi ringan dan konklusi klasik.
Berdasarkan Patofisiologi Dibagi Menjadi Dua
Cidera Kepala Primer Akibat langsung pada mekanisme dinamik ( acceselarsi – descelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada jaringan. Pada cedera primer dapat terjadi : -
Cidera kulit kepala (Sclap injuri). Dapat menimbulkan laserasi, hematoma dan kontosio atau abrasi kulit.
-
Cidera tengkorak (Skuul injuri)
Fraktur dapat terbuka atau tertutup yang dapat merusak jaringan otak yang tergantung dari laserasi kulit kepala atau tekanan dari fraktur. Tipe dan tingkat keparahanya tergantung dari velocity momentum. Komplikasi utamanya adalah infeksi intracranial dan hematoma seperti meningitis dan kerusakan jaringan otak.
9
Cedera Kepala Sekunder Cidera yang dapat disebabkan oleh hipoksia, hiperkapnea, hipertensi dan hipertensi cranial. Timbul gejala seperti : -
Hipotensi sistemik
-
Hiperkapnea
-
Hipokapnea
-
Udema otak
-
Komplikasi pernapasan
-
Infeksi komplikasi pada organ tubuh yang lain.
Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi, energi yang dihasilkan di dalam sel – sel syaraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg % karena akan menimbulkan koma, kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan tubuh, sehingga bila kadar oksigen plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala – gejala permulaan disfungsi cerebral. Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolisme anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan oksidasi metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metababolik. Dalam keadaan normal Cerebral Blood Flow (CBF) adalah 50 – 60 ml / menit 100 gr. Jaringan otak yang merupakan 15 % dari cardiac output. Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktifitas atypical myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udema paru.
10
Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P aritmia, fibrilasi atrium dan ventrikel serta takikardi. Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler akan menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi. Pengaruh
persyarafan simpatik
dan
parasimpatik pada
pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.
E.
Mekaniame Terjadinya Cedera
Cedera kepala disebabkan oleh adanya suatu kekuatan yang mendadak terhadap kepala, hasilnya sangat kompleks Mekanisme cidera dapat menentukan berat ringanya cidera kepala . 1. Akselerasi. Kepala yang diam dihantam oleh banda yang bergerak seperti trauma akibat pukulan atau lemparan benda tumpul. 2. Deselerasi. Kepala yang bergerak menghantam benda yang diam, misal kepala menghantam setir mobil. 3. Akselerasi dan deselerasi (coup-counter coup). Terjadi ketika benda yang bergerak menghantam benda yang diam dan kemudian kepala menghantam banda yang diam (otak bergeser dalam tengkorak, injuri otak terjadi peda sisi yang terbentur dan pada sisi yang berlawanan. 4. Deformasi. Deformasi adalah injury yang dihasilkan oleh suatu kekuatan yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan kerusakan dari bagian tubuh. ( Joyce. M. Black, 1997). Menyebabkan deformitas dan mengganggu integritas akibat adanya bagian kepala yang patah misalnya fraktur tulang tengkorak yang dapat merobek jaringan otak dan rusaknya struktur otak lain seperti pembuluh darah dan saraf terjadi hematom dan mengakibatkan kerusakan otak yang luas.Kelainan dapat berupa cedera otak fokal/difus dengan atau tanpa fraktur tulang tengkorak
11
5.
Cedera otak fokal dapat menyebabkan memar otak, hematom epidural, sub dural, dan intracerebral
6. Cedera difus dapat menyebabkan gangguan fungsional atau cedera structural yang difus 7. Dari tempat benturan, gelombang kejut disebarkan keseluruh arah, bila tekanan cukup besar makan akan terjadi kerusakan jaringan otak di tempat benturan (coup) atau di tempat yang berseberangan dengan daerah benturan (contracoup)
F.
Manifestasi Klinik.
1. Fraktur tulang tengkorak. - Frontal. Expose otak dengan agen yang mengkontaminasi melalui sinis f rontal dapat terlihat CSF rinorrhea (kebocoran CSF dari hidung), pneomo cranium. -
Orbital: Echimosis peri orbital
-
Temporal : Otak temporal menebal karena akstravasai darah,
battle sign. -
Parietal : Tuli, CSF atau otorrhea (kebocoran CSF dari telinga), otak, membrane timpani bengkok karena darah .
-
Posterior : Buta karena memar oksipital, penurunan lapang pandang, atraksia.
-
Basiler : Otorrhea, membrane timpani membengkak, battle sign, vertigo.
-
Komusio : Hilang kesadaran selama 5 menit atau kurang amnesia retrograde post traumatic, pusing, sakit kepala, mual,dan muntahmuntah.
2. Kontusio. - Kontosio cerebral - Lobus temporal: agitasi, kebingungan tetapi tetap terjaga. - Lobus frontal: hemi paresis
12
- Froto temporal: apasia. 3.
4.
Kontosio batang otak -
Terjadi gangguan kesadaran selam beberapa jam, hari/minggu
-
Respirasi dapat normal, atraksia, periodic atau sangat cepat.
-
Pupil biasanya kecil, sama dan reaktif.
-
Gangguan gerakan bola mata.
Gangguan kesadaran, konfusi, awitan tiba-tiba deficit neurologist, perubahan tanda-tanda vital, disfungsi sensori, kejang otot, syok mungkin menunjukkan cedera multi system, suhu tubuh yang sulit dikendalikan, tekanan darah menurun, bradikardia, papil edema, kesadaran makin menurun.
G. Komplikasi
a. Hemoragik b.
Edema pulmonal. Akibat dari cidera pada otak yang menyebabkan adanya reflek cusshing. Perubahan permeabilitas pembuluh darah berperan dalam proses dengan kemungkinan cairan berpindah dalam alveolus.
c.
Infeksi
d. Diabetes insipidus e. Edema cerebral f. Kejang g. Merembesnya cairan serebrospinal h. Hipertermia i. Hipovolemia j. Immobilisasi k. Epilepsi l. GI Tract : -
Sering ditemukan gastritis erosive/lesi GI 10-14%
-
Kelainan fokal karena kelaianan akut mukosa GI atau karena kelaianan patologis atau karena cedera cerebral.
13
-
Umumnya terjadi karena hiperaciditas , hiperfungsi kelenjar adrenal yang ditandai dengan hiperkolesterolemia
m. Kelainan Hematologis -
Anemia, trombositopenia, hiperagregasi trombosit, hiperkoagulitas atau disseminated intrakoagulopati (DIC) sifatnya sementara tetapi perlu penanganan segera
-
Gelisah yang dapat disebabakan oleh kandung kemih yang full, usus halus yang pecah, frakur, TIK meningkat, emboli paru
n. Sesak nafas Akut akibat aspirasi, odema pulmonal, tromboemboli atau emboli lemak ke arteri pulmonal o. Tromboemboli pulmonal berasal dari trombosis vena dalam di tungkai dll p. Emboli lemak karena patah tulang q. Gejala lainnya seperti dispnea, hipotensi dan syok r. Aspirasi s. Dapat terjadi daerah-darerah infark, alveoli paru tertutup, odema dan perdarahan di dalam paru
H. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT scan (tanpa/dengan kontras) Mengidentifikasi adanya SOL, hemoragik, menetukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak, adanya nyeri kepala, mual, muntah, kejang, penurunan kesadaran. Pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada iskemia/infark mungkin tidak terdeteksi dalam 24-72 jam pasca trauma. b. MRI. Mengidentifikasi patologi otak atau perfusi jaringan otak, misalnya daerah yang mengalami infark, hemoragik. Digunakan sama seperti CTScan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
14
c. Angiografi cerebral. Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran caiaran otak akibat edema, perdarahan, dan trauma. d. EEG Memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis e. Sinar X-Ray Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang tengkorak (fraktur), pergeseran srtuktur dari garis tengah (kerena perdarahan, edema), adanya fragmen tulang. f. BAER (Brain Auditori Evoked Respon) Menentukan cortek dan batang otak/otak kecil g. PET (Positron Emission Tomografi) Menunjukkan perubhan aktivitas metabolisme pada otak h. Punksi lumbal dapat menduga kemungkin adanya perdarahan sub araknoid, dan menganalisa cairan otak. i. GDA Mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenisasi yang akan dapat meningkatkan TIK. j. Kimia/elektrolit darah Mengetahui ketidakseimbangan cairan/ elektrolit yang berperan dalam meningkatkan TIK / perubahan mental. k. Perubahan/Screen toksikologi Untuk mendeteksi obat yang memungkinkan menimbulkan terhadap penurunan kesadaran. l. Kadar anti konfulsan darah Mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang. m. ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intracranial
15
I.
Laboratorium
1. AGD untuk mengetahui adanya masalah ventilasi perfusi atau oksigenasi yang dapat meningkatkan TIK 2. Kimia Darah untuk melihat keseimbangan cairan dan elektrolit yang berperan dalam peningkatan TIK dan perubahan status mental 3. Pemeriksaan Toksikologi untuk mendeteksi obat yang mungkin menimbulkan penurunan kesadaran 4. Kadar anti konvulsan darah untuk mengetahui keefektifan terapi untuk mengatasi kejang
J.
Penatalaksanaan
1. Jika terdapat luka pad kulit kepala, diusahakan ditutup, dan control perdarahan yang terjadi. 2. Luka pada kulit kepala yang tidak diatas fraktur, segera dianastesi local, dibersihkan dan dijahit. 3. Pada depresi tengkorak dilakukan pembedahan untuk menata kembali fragmen tulang dalan lapisan durameter yang robek. 4. Pembedahan : -
Kraniotomy Membuka tengkorang untuk mwngangkat bekuan darah atau tumor, menghentikannperdarahan intra cranial, memperbaiki jaringan otak, atau pembuluh darah yang rusak.
-
Kraniaektomy : mengangkat bagian tulang tengkorak.
-
Kranioplasty : Memperbaiki tulang tengkorak dengan logam, lempeng plastik, untuk menutup area yang terbuka dan memperkuat area kerudakan tulang.
5.
Pembedahan. Trepanasi
melakukan evakuasi terhadap perdarahan yang
timbul dan menghentikan perdarahan.
16
6. Konservatif: Memperbaiki keadaan umum, pemberian vasodilator, mengurangi edema cerebri. -
Bedrest total
-
Pemberian obat-obatan
-
Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)
K. Pengobatan.
1. Anti Seuzure ( serangan tiba-tiba), seperti phenitoin 2. Antagonis, histamine untuk mengurangi resiko stress ulcer. 3. Analgetik : acenaminoven, kodein 4. Diuretic untuk menurunkan TIK 5. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidasol 6. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringanya trauma. 7. Terapi
hiperventilasi
(trauma
kepala
berat),
untuk
mengurnagi
vasodilatasi. 8. Pengobatan anti edema dnegan larutan hipertonis yaitu manitol 20 % atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %. 9. Makanan atau cairan, Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5 %, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2 - 3 hari kemudian diberikan makanan lunak. 10.
Karena hari-hari pertama didapat penderita mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka harihari pertama (2-3 hari) tidak terlalu banyak cairan. Dextosa 5 % 8 jam pertama, ringer dextrosa 8 jam kedua dan dextrosa 5 % 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah makanan diberikan melalui
17
nasogastric tube (2500 - 3000 TKTP). Pemberian protein tergantung nilai ure nitrogennya.
11. Pasien dalam keadaan sadar (GCS 15) dengan : a.
Simple head injury bila tanpa deficit neurology -
Dilakukan rawat luka
-
Pemeriksaan radiology
-
Pasien dipulangkan dan keluarga diminta untuk observasi bila terjadi penurunan kesadran segera bawa ke rumah sakit
Kesadaran Terganggu Sesaat -
Pasien mengalami penurunan kesadaran sesaat setelah trauma dan saat diperiksa sudah sadar kembali
-
Lakukan foto kepala dan perawatan luka
-
Pulangkan dan bila kesadaran menurun di rumah, segera bawa ke rumah sakit
12. Pasien Dengan Penurunan Kesadaran a.
CKR (GCS 13-15) -
Perubahan orientasi tanpa disertai deficit fokal cerebral
-
Lakukan pemeriksaan fisik, perawatan luka, foto kepala, istirahat baring dengan mobilisasi bertahap sesuai dengan kondisi pasien disertai terapi simptomatis
-
Observasi minimal 24 jam di rumah sakit untuk menilai kemungkinan hematom intracranial seperti sakit kepala, muntah, kesadaran menurun, gejala lateralisasi (pupil anisolor, refleks patologis positif)
-
b.
Jika dicurigai adanya hematom, lakukan scaning otak
CKS (GCS 9-12) -
Pada kondisi ini, pasien dapat mengalami gangguan kardiopulmoner, urutan tindakan sebagai berikut:
18
-
Periksa dan atasi gangguan nafas (ABC)
-
Lakukan pemeriksaan kesadaran, pupil, tanda fokal cerebral dan cedera organ
-
Foto kepala dan bila perlu bagian tubuh lainnya
-
Scaning otak bila dicurigai hematoma intracranial
-
Observasi TTV, kesadaran, pupil dan deficit fokal cerebral lainnya
c.
CKB ( GCS 3-8) -
Biasanya disertai cidera multiple
-
Bila dicurigai fraktur cervical pasang kolarneck
-
Bila ada luka terbuka dan ada perdarahan dihentikan dengan balut tegas untuk pertolongan pertama
-
Observasi kelainan cerebral dan kelainan sistemik
-
Hipokapnia, hipotensi, dan hiperkapnia akibat gangguan cardiopulmonal
L. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Cedera Kepala Data Dasar Pengkajian Pasien Cedera Kepala a.
Aktifitas/Istirahat Gejala : Merasa lemah, Lelah, Kaku, Hilang keseimbangan Tanda -
Perubahan kesadaran
-
Letargi
-
Hemiparese
-
Quadreplegia
-
Ataksia cara berjalan tidak tegap
-
Masalah dalam keseimbanga
-
Cedea (trauma) ortopedi
-
Kehilangan tonus otot
-
Otot spastiK
19
b.
Sirkulasi Gejala -
Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi)
-
Perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang disertai dengan bradikardi, aritmia)
c.
Intregritas Ego Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau
dramatis) Tanda: Cemas, Mudah tersinggung, Delirium, Agitasi, Bingung,
Depresi, Impulsif d.
Eliminasi Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami
gangguan fungsi e.
Makanan/Cairan Gejala : Mual, Muntah, Mengalami perubahan selera Tanda
f.
-
Muntah (mungkin proyektil)
-
Gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia)
Neurosensori Gejala -
Kehilangan kesadaran sementara
-
Amnesia seputar kejadian
-
Vertigo
-
Sinkope
-
Tinitus
-
Kehilangan pendengaran
-
Tingling
-
Baal pada ekstremitas
-
Perubahan dalam pengelihatan seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapangan pandang, fotofobia
-
Gangguan pengecapan dan juga penciuman
20
Tanda
-
Perubahan kesadaran bisa sampai koma
-
Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah pengaruh emosi/tingkah laku dan memori)
-
Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri)
-
Deviasi pada mata
-
Ketidakmampuan mengikuti
-
Kehilangan penginderaan seperti pengecapan, pengelihatan, dan penciuman, dan pendengaran
g.
-
Wajah tidak simetri
-
Genggaman lemah
-
Tidak seimbang
-
Refleks tendon dalam tidak ada atau lemah
-
Apraksia
-
Hemiparese
-
Quadriplegia
-
Postur (dekortikasi, deserebrasi)
-
Kejang
-
Sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan
-
Kehilangan sensasi sebagian tubuh
-
Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
Nyeri/Kenyamanan Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,
biasanya lama Tanda -
Wajah menyeringai
-
Respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat
21
h.
-
Gelisah tidak bisa beristirahat
-
Merintih
Pernafasan Tanda -
Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi)
- Nafas berbunyi
i.
-
Stridor
-
Tersedak
-
Ronki
-
Mengi positif (kemingkinan aspirasi)
Keamanan Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan Tanda -
Fraktur/dislokasi
-
Gangguan penglihatan
-
Kulit : laserasi, abrasi, perubahan warna seperti Raccoon Eye, tanda battle disekitar telinga (merupakan tanda adanya trauma). Adanya aliran cairan dari telinga dan hidung
j.
-
Gangguan kognitif
-
Gangguan rentang gerak
-
Tonus otot hilang
-
Kekuatan secara umum mengalami paralisis
-
Demam
-
Gangguan dalam regulasi suhu tubuh
Interaksi Sosial Tanda -
Afasia motorik atau sensoorik
-
Bicara tanpa arti
-
Bicara berulang-ulang
-
Disartria
-
Anomia 22
k.
Penyuluhan/Pembelajaran Gejala : Pengguna alkohol , Obat-obatan lain Pertimbangan DRG menunjukkan rerata lama rawat 12 hari Rencana pulang: Membutuhkan bantuan pada perawatan diri, ambulasi, transportasi,
menyiapkan makan, beklanja, perawatan, pengobatan, tugas-tugas rumah tangga, perubahan tata ruang atau penempatan fasilitas lainnya dalam rumah
Prioritas Dalam Keperawatan 1. Memaksimalkan perfusi atau fungsi cerebral
2.
Mencegah atau meminimalkan komplikasi
3.
Mengoptimalkan fungsi otak/mengembalikan pada keadaan sebelum trauma
4.
Menyokong proses koping dan pemulihan keluarga
5.
Memberikan informasi mengenai proses/prognosis penyakit, rencana tindakan, dan sumberdaya yang ada
Diagnosa Keperawatan
1.
Perubahan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah oleh SOL (hemoragi, hematom); edema cerebral (respon lokal atau umum pada cedera, perubahan metabolik, takar lajak obat/alkohol); penurunan tekanan darah sistemik/hipoksia (hipovolemia, disritmia jantung)
2.
Risti tak efektifnya pola nafas b.d kerusakan nerovaskuler (cidera pada pusat pernapasan otak), Kerusakan persepai atau kognitif, Obstruksi trakeobronkial
3.
Perubahan persepsi sensori b.d perubahan resepsi sensorik, transmisi dan/atau integrasi (trauma atau defisit neurologis)
4.
Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan persepsi atau kognitif, penurunan kekuatan/tahanan, terapi pembatasan/kewaspadaan keamanan, misalnya tirah baring dan imobilisasi
5.
Risiko tinggi terhadap infeksi b.d jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif, penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh, kekurangan nutrisi, respon
23
inflamasi tertekan (penggunaan steroid), perubahan integritas sistem tertutup (kebocoran CSS) 6.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan; Risiko tinggi b.d perubahan kemampuan untuk mencerna nutrisi (penurunan tingkat kesdaran), kelemahan otot yang diperlukan untuk mengunyah, menelan, status hipermetabolik
7.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang pemajanan, tidak mengenal informasi/sumber-sumber, kurang mengingat/keterbatasan kognitif
Referensi
Black and Hawks. (2005). Medical surgical nursing : clinical management for positive outcomes 7 th edition . .Elsevier Saunders Brunner dan Suddarth. (2002). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC Doenges M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 . EGC: Jakarta. Hudak and Gallo.(1996). Critical care nursing: a holistic approach 6th edition. ( Monica Ester penerjemah) buku asli diterbitkan tahun 1994. EGC Jakarta
24
25