BAB 1 KETUHANAN YANG MAHA ESA 1. Manusia adalah makhluk religious atau beragama. Sebagai makhluk religius manusia menyadari bahwa keberadaan hidupnya di dunia ini tidak terlepas dari Allah. Manusia adalah amkhluk yang terbatas dan tergantung kepada Allah. 2. Allah hanya memiliki satu keinginan yaitu keselamatan manusia. Oleh karena itu Allah mau merevelasikan atau mewahyukan diriNya dan menjadi sama dengan manusia dalam diri Yesus Kristus (Gratia Operans) 3. Allah yang kita imani adalah Allah Tritunggal Maha Kudus. 4. Perwahyuan Allah demi keselamatan manusia tersebut baru akan berdaya guna apabila manusia mau menanggapi perwahyuan Allah tersebut (Gratia Operans) melalui iman.
BAB II MANUSIA SECITRA DENGAN ALLAH 1. Kitab kejadian menceritakan bahwa manusia diciptakan” Menurut citra atau gambar Allah diciptakan dia, laki-laki laki-laki dan perempuan diciptakan mereka” (Kej mereka” (Kej 1:16-27). Dengan diciptakan menurut citraNya, Allah telah menjadikan manusia lebih unggul dari semua makhluk yang lain. 2. Manusia adalah Imago Dei. Dei. Bagi para bapa gereja, gagasan ini sangat penting, karena membuat kita tidak teralienasikan sama sekali dari Allah, dan membuka kemungkinan secara signifikan dan dorongan untuk mengambil bagian dalam kesempurnaan dan keutuhan hidup Allah. 3. St. Agustinus mengatakan bahwa pribadi manusia merupakan suatu substansi, hasil penyatuan substansi jiwa dan badan.meskipus berbeda dalam gagasan tentang relasi antara badan dan jiwa, tetap mempertahankan gagasan manusia sebagai pribadi. 4. Allah adalah pusat dan arah hidup manusia. Kodrat manusia menjadi terluka ketika ia memilih yang lain sebagai pusat dan arah hidupnya. Inilah sesungguhnya dosa, yakni menjauhkan diri dari Allah, pusat dan arah hidup asasinya. Dengan kata lain, dosa adalah kesombongan manusia yang mencari kebahagiaan di luar Allah.
BAB III GEREJA KATOLIK DAN HAK ASASI MANUSI 1. HAM adalah bagian integral dalam iman Kristen. Pendekatan hukum kodrat yang dilakukan oleh kaum liberal sama sekali tidak bertentangan dengan pendekatan teologis Geraja Katolik. Manusia yang pada hakekatnya adalah logos, rasio adalah perwujudan dari rencana ilahi terhadap dirinya sebagai citra Allah. Manusia memiliki HAM karena dari kodratnya ia bermartabat akal budi, citra Tuhan. Oleh karena semua manusia memiliki kodrat yang sama, maka dengan sendiri HAM bersifat universal. HAM adalah penjelmaan dari hukum abadi (Thomas Aquinas), dan melekat pada kodrat manusia, karena itu HAM tak terubahkan. 2. Gereja tidak hanya menemukan dasar teologis mengenai HAM, tetapi juga dasar kristologis. Inkarnasi Yesus dalam hidup manusia, terutama solidaritasnya pada yang miskin dan hak tak berdaya yang berpuncak pada kematianNya di salib telah menyatukan hakekat ilahinya pada kodrat manusia, sehingga bersama denganNya kita menjadi anakanak Allah. Semua umuat manusia memiliki kedudukan yang sama dihadapan Allah, yakni sebagai citra dan anak-anak Allah. 3. Gereja katolik harus memaklumkan martabat luhur manusia itu dan turut serta dalam perjuangan membela HAK terutama bagi mereka yang terkungkung dalam strukturstruktur dan penguasa-penguasa dunia yang menindas, mereka yang miskin dan tak berdaya. Inilah evangelisasi baru zaman ini. Mengabaikan ini berarti mengabaikan misi esensial gereja.
BAB IV MORAL KATOLIK 1. Teologi moral adalah bagaimana seharusnya manusia hidup, apakah tindakan ini diperbolehkan atau tidak? 2. Teologi moral mencakup: Teologi Moral Fundamental (Teologi Moral Dasar) dan Teologi Moral Spesial (Teologi Moral Khusus). 3. Moral kristiani adalah ajaran tentang norma-norma bagi tingkah laku manusia yang benar menurut kehendak Allah yang berdasarkan wahyu Allah dalam kristus. Sumber moral kristiani adalah kitab suci dan pengajaran Gereja. Moral kristiani membantu manusia untuk mengambil keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap Allah dan menunjukkan jalan ke sikap Kristiani yang diwujudkan dalam tindakan. 4. Moral memuat dua segi yang berbeda yakni: Segi bantiniah dan segi lahiriah. Orang yang baik adalah orang yang memiliki sikap batin yang baik dan melakukan perbuatan perbuatan yang baik pula. Sikap batin sering disebut hati. Orang yang baik mempunyai hati yang baik. Akan tetapi sikap batin yang baik dapat dilihat oleh orang lain setelah terwujud dalam perbuatan
lahiriah yang baik pula. Moral dapat diukur secara, tepat
apbila kedua seginya diperhatikan. 5. Pendekatan kristiani atas moralitas manusia berpusat pada pribadi manusia. Hubungan pribadi harus selalu berawal dan berlabuh pada hubungan manusia dengan Allah dalam diri Yesus Kristus dan melalui Roh Kudus. 6. Hati nurani dipandang sebagai kecakapan seseor ang, “sanggar suci” terdalam manusia, tempat manusia mengenal dirinya terhadap dengan Tuhan dan sesame. Hati nurani dianggap sebagai bentara yang menyarakan hukum objektif dan seseorang utusan menerapkannya dalam keadaan nyata secara pribadi (St. Thomas).
BAB V KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA 1. Kehidupan yang rukun dan damai adalah merupakan kerinduan setiap orang. Namun kehidupan rukun dan damai ini dapat menjadi hilang-musna karena kerusuhan antar umat beeragama. Konflik yang bernuansa. Agama ini terjadi antara lain karena orang sering menyalahgunakan agama untuk kepentingan tertentu, misalnya demi kekuasaan dan politik. Disamping itu, orang kurang mendalami agaman ya dan kurang memahami agama orang lain sehingga mudah diadudombakan. 2. Gereja memiliki pandangan yang positif terhadap agama-agama lain. “Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci dalam agama-agama. Gereja memandang dengan penghargaan yang tulus cara hidup dan cara bertindak, peraturan dan ajaran agama-agama itu, yang biarpun dalam banyak hal berbeda dengan apa yang dipahami dan dianjurkan Gereja, toh tidak jrang memantulkan cahaya kebenaran, yang menerangi semua manusia. 3. Perlu usaha untuk menciptakan persaudaraan sejati antar pemeluk agama. Usaha itu adalah mengadakan berbagai bentuk dialog dan kerja sama. Ada berbagai bentuk dialog yang dapat diusahakan dan dikembangkan dengan saudara-saudari umat Islam, Hindu, Budha, Konghucu, Aliran Kepercayaan dan agama asli yakni: Dialog Kehidupan; dialog karya, dan dialog iman. Selain itu perlu kita menghindari kerusuhan antar umat beragama.
Bab VI kebudayaan menurut perspektif iman katolik 1. Manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan. Di mana ada manusia disana ada kebudayaan. Mengenai pengertian kebudayaan banyak defenisi atau batasan pengertian kebudayaan yang disampaikan oleh para ahli. 2. Ada lma sikap manusia terhadap kebudayaan yaitu: sikap radikal, sikap akomodatif, sikap sintentik, sikap dualistic, sikap transformative. 3. Antara iman dan kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat. Iman hidup dan tumbuh dalam budaya. 4. Pandangan gereja katolik terhadap kebudayaan adalah bahwa kebudayaan itu bermanfaat untuk mewartakan dan menjelaskan injil kepada seluruh umat manusia.
Bab VII GEREJA KATOLIK DAN POLITIK 1.