CATATAN KULIAH EKONOMI MINERAL
Yuli Kusumawati, S.T., M.T.
CATATAN KULIAH EKONOMI MINERAL
YULI KUSUMAWATI, S.T., M.T.
Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka dan mereka tidak mengetahui sesuatu apapun tentang ilmu -Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar. (QS. Al Baqarah : 25 5)
DAFTAR ISI 1.
2.
DEFINISI DAN KONS EP DASAR Ekonomi teknik dan pengambilan keputusaninvestasi
1
1.2.
Karakteristik industri pertambangan
2
1.3.
Konsep nilai wa ktu uang
3
1.4.
Konsep kesetaraa n
4
1.5.
Aliran kas
5
KONS EP BIAYA
6
2.1.
Pengertian biaya
6
Klasifikasi biaya
6
2.2.
2.3.
3.
5.
6.
7.
2.2.1. Biaya berdasarkan waktu
6
2.2.2. Biaya berdasarkan sifat penggunaannya
6
2.2.3. Biaya berdasarkan produk
7
2.2.4. Biaya berdasa rkan volume produksi
8
Biaya dala m usaha pertambangan
9
2.3.1. Biaya kapital
9
2.3.2. Biaya operasi
10
KONS EP DAN RU MUSAN BUNGA
12
3.1.
Bunga sederhana dan bunga majemuk
12
3.2.
Suku bunga nominal dan suku bunga efektif
13
3.3.
Minimum Attractiv e Rat e of Return (MARR)
13
3.4.
Waktu lipat dua
3.5.
4.
1
1.1.
14
Rumus bunga majemuk 3.5.1. Single payment compound-amount
14 14
3.5.2. Single payment present-worth
15
3.5.3. Uniform series compound- amount
15
3.5.4. Sinking-fund deposit
15
3.5.5. Capital-recovery
16
3.5.6. Uniform series present-w orth
16
3.5.7. Uniform gradient-series
16
INDIK ATOR KELAYAKAN INVESTASI
18
4.1.
Net Present Value (NPV)
18
4.2.
Int ernal Rat e of Return(R OR)
19
4.3.
Benefit-Cost Ratio (BCR)
19
4.4.
Present Value Ratio (PVR)
20
4.5.
Payb ack Period (PBP)
20
ANALISI S MU TUALLY EXCLUSIVE 5.1. Analisis mutually exclusive dengan umur alternatif sama
22 22
5.2.
24
Analisis mutua lly exclusive dengan umur alternatif berbeda
ANALISI S NON MU TUALLY EXCLUSIVE
27
6.1.
Analisis non-mut ually exclusive dengan umur alternatif sama
27
6.2.
Analisis non-mut ually exclusive dengan umur alternatif berbeda
29
DEPRES IASI, DEPLESI, AMO RTISASI 7.1.
32
Depresiasi
32
7.1.1. Straigth line depreciation (SLD)
33
iii
7.2.
7.3.
8.
9.
10.
7.1.2. Double declining bala nce depreciation (DDBD)
34
7.1.3. Sum of years digits depreciation (SOYD)
35
7.1.4. Sinking fund depreciation (SFD)
36
7.1.5. Unit of production depreciation (UPD)
38
Deplesi
39
7.2.1. Cost depletion
40
7.2.2. Percentage depletion
40
7.2.3. Pemilihan metode deplesi
41
Amortisasi
41
PENGARUH PAJAK DALAM ANALISI S LIFE CYCLE COS TING 8.1. Pengertian pajak
43 43
8.2.
44
Cashflow setelah pajak
ANALISI S PENGGANTIAN
53
9.1.
Konsep penggantian
53
9.2.
Umur ekonomis
53
9.3.
Memban dingkan sewa atau beli
54
ANALISI S RESI KO DAN KETI DAKPASTIAN
59
10.1. Analisis sensitiv itas
59
10.1.1. Analisis sensitiv itas variabel tunggal
60
10.1.2. Analisis sensitiv itas dengan pendekatan rentang 10.2. Analisis probab ilitas
62 62
10.2.1. Teori probab ilitas
62
10.2.2. Pohon keputusan
63
iv
PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamiin,berkat kuasa dan kasih sayang ALLAH SWT akhirnya Catatan Kuliah Ekonomi Mineral ini bisa diselesaikan.
Catatan Kuliah Ekonomi Mineral ini diperuntukkan bagi mahasiswa teknik tingkat diploma maupun sarjana yang ingin mendapatkan pemahaman mengenai prinsip-prinsip dasar dan metodologi ekonomi teknik dalam proses pengambilan keputusan investasi pada kegiatan perencanaan dan pengembangan proyek-proyek keteknikan, khususnya pada industri pertambangan dan pengelolaan sumberdaya mineral.
Materi dalam catatan kuliah ini merupakan rangkuman dari berbagai referensi yang disajikan secara ringkas dan mudah dipahami namun tetap mencakup esensi dari setiap eori t yang berkaitan d engan ekonomi teknik. Disamping itu disajikan p ula contoh soal sederhana untuk membantu p emahaman mat eri.
Mengingat keterbatasan yang ada, maka catatan kuliah ini masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan. Oleh karena itu masukan dan saran sangat diharapkan untuk penyempurnannya. Tak lupa penyusun menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan catatan kuliah ini. Selain itu penghargaan yang besar penyusun berikan kepada suami dan anak-anak yang tidak surut atas memberikan doa, semangat, dan dukungan.
Mudah-mudahan catatan kuliah ini menjadi amal kebaikan penyusun dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.
Bandu ng, Juli 2014
Yuli Kusumawati S.T., M.T.
v
1.
DEFINISI DAN KONSE P DASAR Tujuan: Memaha mi konsep ekonomi teknik dan aplikasinya dalam pengambilan kepu tusan investasi. Memaha mi karakteristik industri p ertambangan. Memaha mi konsep nilai waktu ua ng dan kesetaraan. Memaha mi konsep aliran kas.
1.1.
Ekonomi teknik dan pen gam bilan keputusan investasi
Ekonomi teknik adalah ilmu yang berkaitan dengan teknik analisis kuantitatif yang berguna untuk memilih satu alternatif yang lebih baik da ri beberapa alternatif yang secara teknis layak.
Prosedur dalam a nalisis ekonomi teknik adala h: 1.
Pengenalan masalah, perumusan, da n evaluasi.
2.
Meranca ng alternatif yang layak.
3.
Menyu sun net cashflow dari masing-masing alternatif.
4.
Pemilihan kriteria.
5.
Menganalisis dan membandingkan semua alternatif.
6.
Memilih alternatif yang tepat.
7.
Memonitor kinerja d an mengevaluasi hasilnya.
Aplikasi prinsip-prinsip ekonomi teknik tidak hanya berguna dalam analisis kelayakan dari aspek finansial terhadap proyek-proyek keteknikan tetapi juga membantu dalam pengambilan keputusan investasi pada umumnya.
Investasi merupakan penukaran sejumlah dana dengan kemungkinan perolehan 100% (karena telah dikuasai) dengan jumlah dana yang lebih besar tetapi kemungkinan perolehannya kurang dari 100%. Investasi diperlukan untuk memulai suatu usaha atau mempertahankan dan meningkatkan kapasitas produksi suatu usaha yang sedang berjalan.
Inv estasi memiliki dua faktor, yaitu: 1.
Waktu
2.
Resiko
Tujuan dilakukannya investasi adalah untuk memperoleh nilai lebih/keuntungan di masa depan dari modal yang diinvestasikan.
Modal yang dimaksud dapat berupa uang, barang modal, tanah, bangunan, teknologi,
ataupun sesuatu yang tidak riil, misalnya hak paten atau kemampuan manajerial. Dalam bidang pertamba ngan, kapital umumnya berupa deposit b ahan tambang da n modal. Keputusan investasi modal akan mempunyai dampak jangka pendek dan jangka panjang bagi kelangsungan perusahaan untuk dapat berkompetisi ataupun untuk tetap berproduksi. Keputusan investasi yang salah dak ti saja dapat mengurangi keuntungan perusahaan tetapi juga dapat menghentikan kegiatan perusahaan sama sekali.
Kepu tusan inv estasi modal mempunyai dua bentuk tindakan utama, yaitu : 1.
Mengalokasikan sejumlah modal untuk investasi proyek tertentu a tau untuk menyediakan asset p roduksi.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 1
2.
Memperoleh sejumlah modal u ntuk meningkatkan nilai perusahaan.
Ada lima langkah penting dalam pengambilan keputusan investasi, yaitu : 1.
Mend efinisikan masa lah
2.
Mengan alisis masalah
3.
Mengembangkan alternatif solusi
4.
Memutu skan solusi yang terbaik
5.
Mengub ah keputusan menjadi tindakan yang efektif
Analisis inv estasi diklasifikasikan menjadi tiga, ya itu : 1.
Analisis ekonomi Evaluasi terhadap kemakmuran relatif dari situasi-situasi investasi dari sudut pandang laba dan ongkos, yaitu studi ev aluasi terhadap keuntungan dari alternatif proyek.
2.
Analisis finansial Analisis finansial adalah evaluasi terhadap cara pendanaan terhadap investasi ya ng diusulkan. Terdapat beberapa alternatif metode untuk pendanaan, di antaranya adalah dengan dana pribadi atau perusaha an, meminjam dari ba nk, atau menawarkan saham pada publik. Analisis finansial terbagi lagi menjadi tiga pengambilan keputusan penting yang harus dilakukan oleh sebuah p erusahaan,yaitu : a.
Kepu tusan devid en
b.
Keputusan keuangan
c.
Keputusan investasi
Ketiga keputu san ini saling terkait satu sama lain d an mempengaruhi analisis inv estasi secara keseluruhan. 3.
Analisis intangible Evaluasi terhadap faktor-faktor yang mem pengaruhi investasi tetapi sukar diukur secara kuantitatif. Contoh faktor intangible antara lain perijinan, pertimbangan keamanan, opini publik, pertimbangan politik, faktor ekologi dan lingkungan, dan ketidakpastian kondisi peraturan pajak.
Ketiga jenis analisis investasi ini mutlak harus dilakukan, karena sering terjadi suatu alternatif yang hasil analisis
intangible-nya. ekonominya baik, ternyata tidak cukup baik jika dilihat dari analisis finansial dan
Sebagai
contoh, suatu proyek ditolak dari analisis finansial bila dana internalnya tidak mencukupi untuk membiayai proyek dan juga tidak dapat memperoleh pinjaman dana dari luar dengan tingkat bunga y ang sesuai. Faktor
intangible yang dapat mengakibatkan suatu proyek ditolak secara analisis ekonomi pada umumnya adalah karena opini publik dan masalah lingkungan (polusi udara, tanah, dan air). Karenanya pengaruh analisis finansial dan intangible terhadap analisis ekonomi harus diperhatikan secara seksama karena analisis-analisis tersebut mempunyai p engaruh yang sangat besar terhadap pemilihan a lternatif investasi.
1.2.
Karakteristik industri pertambangan
Industri pertambangan merupakan bagian dari dunia industri umum namun industri pertambangan mempunyai karakteristik khusus yang berbeda dengan industri lainnya. Pemahaman tentang karakteristik khusus ini penting untu k melakukan ana lisis kelayakan suatu p royek/investasi ta mbang.
Kara kteristik Indu stri pertambangan antara lain : 1.
Moda l Besar Besarnya modal yang dibutuhkan untuk industri tambang bervariasi, tergantung dari jenis bahan tambang, metode pena mbangan, skala penambangan, lokasi da n p arameter lainnya.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 2
2.
Periode Pra Produksi yang Panjang Lama periode pra produksi tergantung dari metode penambangan, metode pengolahan, ukuran dan letak deposit, kompleksitas operasi, dan kendala ngkungan. li Periode pra produksi ini berkisar antara 3– 12 tahun. Periode pra produksi yang panjang akan berdampak terhadap besar modal yang dibutuhkan dan terhada p tingkat pengembalian modal.
3.
Beresiko Tinggi Disamping resiko yang berhubungan dengan kebutuhan modal yang besar serta masa pra produksi yang lama, terdapat resiko lain yang mempengaruhi keputusan investasi pada industri tambang, yaitu: resiko geologi, resiko engineering dan konstruksi, reiko ekonomi, resiko politik, dan resiko pasar mineral.
4.
Sumber da ya a lam yang tak dapat diperbaharui ( nonrenewable resources) Implikasi dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui ini adalahterhadap pendapatan utama perusahaan yang diperoleh dari penjualan bahan tambang, yang mengakibatkan umur tambang tergantung dari jumlah cadangan dan tingkat produksi sehingga dibutuhkan eksplorasi kontinyu untuk menemukan deposit ba ru.
5.
Mend orong pertumbuhan ekonomi Dikarenakan letak aktivitas penambangan banyak terdapat di daerah terpencil, hal ini akan dapat memberikan dampak positif terhadap aktivitas ekonomi masyarakat setempat sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
6.
Dampak terhad ap lingkungan Kegiatan eksploitasi bahan tambang akan mengubah bentang alam sehingga berdampak buruk terhadap keadaan lingkungan. Oleh karena itu tingkat kepedulian industri tambang terhadap lingkungan harus tinggi.
Reklamasi merupakan salah satu upaya untuk mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan
penamba ngan dan pengolahan. 7.
Sifat indestr uctibility of pr oduct Konsekuensi dari sifat ini adalah munculnya pasar sekunder dan dapat mengurangi prosentase kebutuhan akan
bijih/bahan
tambang.
Daur
ulang logam sering dipertimbangkan ebih l
menguntungkan
diban dingkan menambang bijih untuk dijadikan logam.
1.3.
Konsep nilai waktu uang
Konsep nilai waktu uang (time value of money) mengacu pada biaya kesempatan (opportunity cost) dalam menghasilkan pendapatan pada saat sekarang. Bila sejumlah dana tidak digunakan untuk membiayai suatu proyek, maka dana tersebut akan dapat digunakan untuk membiayai proyek lain. Dengan kata lain jika suatu dana ditanamkan seluruhnya pada suatu proyek maka akan menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan (return) d ari proyek lain yan g tidak dipilih.
Nilai sesuatu (termasuk uang) berubah seiring dengan berjalannya waktu. Perjalanan waktu pada umumnya mengurangi nilai kecuali pada benda antik dan benda yang mempunyai umur layanan (service life) tak terbata s, seperti tanah.
Beberapa hal yang menyebabkan nilai u ang dipengaruhi oleh w aktu a dalah: 1.
Ua ng memiliki purchasing power (daya b eli). Secara umum uang digunakan untuk melakukan transaksi, sehingga semua komoditi harus dinilai berdasarkan nilai tukarnya terhadap uang. Daya beli uan g menurun disebabkan oleh:
Inflasi
Peruba han pola supp ly (pasokan) da n demand (permintaan)
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 3
Peruba han struktur ekonomi
Sebagai contoh harga premium sekarang Rp 6.500/liter, artinya 1 liter premium nilainya Rp 6.500.Beberapa tahun yang lalu harga premium masih Rp 4.500/liter, atau dikatakan nilai uang mengalami penurunan terhada p premium. 2.
Ua ng memiliki earning p ower (kemampuan menghasilkan). Sejumlah uang yang disimpan di bank akan bertambah dengan adanya bunga. Sebagaimana meminjam barang, bunga (interest) dianggap sebagai sewa at as pemakaian uang tersebut.
1.4.
Konsep kesetaraan
Konsep kesetaraan (equivalence) menyatakan bahwa sejumlah uang pada satu waktu tertentu setara nilainya dengan uang dalam jumlah yang berbeda pada waktu yang berbeda apabila diberikan discount rate tertentu. Konsep kesetaraan dapat digunakan untuk mengevaluasi rencana investasi. Untuk keperluan tersebut maka seluruh pendapatan dan pengeluaran proyek di masa yang akan datang dihitung nilainya pada saat sekarang (present worth).
Sebagai contoh uang sejumlah Rp 10 juta yang disimpan di bank dengan bunga 20%/tahun dapat diambil dala m beberapa cara, antara lain: a.
Disimpan hari ini dan baru diambil tahun depan dengan jumlah Rp 12 juta, dengan rincian pokok simpanan Rp 10 juta ditambah bunga Rp 2 juta.
b.
Diambil bunganya saja Rp 2 juta tiap tahun selama lima ta hun, dan pada akhir tahun kelima pokok simpanannya diambil. Jumlah uang yang diperoleh selama lima tahun tersebut adalah Rp 20 juta, dengan rincian bunga Rp 2 juta x 5 = Rp 10 juta dan pokok simpanan Rp 10 juta.
c.
Diambil dalam jumlah yang sama setiap tahunnya selama sepuluh tahun sebesar Rp 2,385 juta. Jumlah
uang ya ng diperoleh selama sepuluh tah un tersebut adalah Rp 23,85 juta, ya itu Rp 2,385 juta x 10. Ketiga jumlah nominal uang tersebut yaitu Rp 12 juta, Rp 20 juta, dan Rp 23,85 juta pada dasarnya setara dengan Rp 10 jut a p ada saa t sekarang. K esetaraan tersebut t erjadi dengan penggunaan bunga 20% per ta hun.
1.5.
Aliran kas
Aliran kas (cashflow) adalah aliran uang yang terdiri atas cash-in (uang masuk) dan cash-out (uang keluar) yang terjadi
selama
periode
operasi
tertentu,
misalnya
bulan
atau
tahun.
Cashflow
digunakan
untuk
menggambarkan pergerakan ua ng suatu perusahaan pada sa tuan p eriode t ertentu.
Aliran kas terdiri dari:
Ua ng masuk (cash in), u mumnya berasal dari penjualan produk atau manfaat (benefit) yang terukur.
Ua ng keluar (cash out), merupa kan kumulatif da ri biaya-biaya (cost) yang dikeluarkan.
Net cashflow adalah jumlah uang masuk dikurangi jumlah uang keluar. Net cashflow yang negatif artinya defisit, yaitu ca sh-out lebih b esar daripada cash-in.
Discounted cashflow adalah nilai cashflow yang dibawa ke nilai sekarang (present worth) sesuai dengan discount rate yang diberikan. Istilah discount mengacu pada pengurangan nilai, yaitu jika sejumlah tertentu uang dimasa da tang dihitung nilainya sekarang maka nilai uang tersebut akan lebih kecil (berkurang).
Cashflow d apat digambarkan dalam b entuk: 1.
Tab el yang terdiri paling sedikit tiga kolom, yaitu kolom w aktu, kolom pengeluaran, dan kolom penda patan.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 4
2.
Diagram yang ditunjukkan dengan anak panah yang mengarah ke atas untuk cash-in dan anak panah yang mengarah ke ba wa h untuk menggambarkan cash-out.
Contoh 1-1: Pada tahun awal (tahun ke-0) biaya yang dikeluarkan adalah Rp 10 juta. Tahun ke-1 dikeluarkan lagi biaya Rp 2 juta selain diterima pendapatan (revenue) Rp 3 juta. Pada tahun ke-2, 3, 4, dan 5 diperoleh pendapatan masing-masing Rp 5 juta. Gambarkan undiscounted cashflow perusahaan tersebut dalam bentuk tabel dan diagram. Jawab: Tab el undiscounted cashflow: Tahun
Pendapatan(cash-inflow)
Pengeluaran (cash-outflow)
Net cashflow
0
0
10.000.000
-10.000.000
CummulativeCashflow -10.000.000
1 2
3.000.000 5.000.000
2.000.000 0
1.000.000 5.000.000
-9.000.000 -4.000.000
3
5.000.000
0
5.000.000
1.000.000
4 5
5.000.000 5.000.000
0 0
5.000.000 5.000.000
6.000.000 11.000.000
Jumlah
23.000.000
12.000.000
11.000.000
Diagram cashflow: 3.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
0
1
2
3
4
5
10.000.0000
2.000.000
Dari tabel di atas terlihat pada akhir tahun ke-5, proyek tersebut menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 11.000.000.
Secara u mum cash flow dikelompokkan menjadi: 1.
Cashflow uniform, adalah cashflow dimana besar cash-in dan cash-out tiap periode adalah seragam (tetap).
2.
Cashflow gradient uniform, adalah cashflow dimana besar cash-in atau cash-out bertambah atau berkurang dengan gradien tetap.
3.
Cashflow seri geometrik, adalah cashflow dimana besar cash-in atau cash-out bertambah atau berkurang dengan p resenta se tetap.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 5
2.
KONSEP BIAYA Tujuan:
Memaha mi konsep b iaya dan klasifikasinya secara u mum.
Ma mpu menghitung biaya produksi dengan metode ya ng sesuai.
Ma mpu menganalisis biaya p roduksi sehingga bisa memperbaiki efisiensinya.
Mengetah ui komponen biaya ya ng ada dalam usaha p ertambangan.
2.1.
Pengertian biaya
Biaya adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk memproduksi sesuatu (cost of production) atau harga yang ha rus dikeluarkan untuk mendapatkan sesuat u (supply price). Konsep biaya dalam analisis ekonomi teknik perlu dipahami karena semua analisis yang dilakukan didasarkan atas perkiraan arus kas yang dikembangkan berdasarkan perkiraan biaya (cost estimate) dan proyeksi penda patan (revenue projection).
2.2.
Klasifikasi biaya
Biaya d apa t kelompokkan berdasarkan klasifikasi berikut (Giat man, Ekonomi Teknik): a. Berdasarkan w aktunya, dibedakan menjadi:
Biaya masa lalu
Biaya perkiraan
Biaya sebenarnya
b. Berdasarkan sifat penggunaannya, dibedakan menjadi:
Biaya inv estasi
Biaya operasi
Biaya perawatan
c. Berdasarkan p roduknya, dibedakan menjadi:
Biaya produksi/pabrikasi
Biaya komersial
d. Berdasarkan v olume produk, dibedakan menjadi:
Biaya tetap
Biaya tidak tetap
Biaya semi v ariable
2.2.1.
Biaya berdasarkan waktu
Biaya b erdasarkan waktu d ibedakan menjadi: 1)
Biaya masa lalu (hystorical cost), yaitu biaya yang secara riil telah dikeluarkan yang dibuktikan dengan catat an historis pengeluaran kegiatan. Biaya historis digunakan seba gai dasar untuk:
2)
Penyusu nan/perkiraan b iaya masa datang.
Pertanggungjawaban atau audit terhadap biaya -biaya yang telah dikeluarkan.
Biaya perkiraan (predictive cost), yaitu perkiraan biaya yang akan dikeluarkan bila suatu kegiatan dilaksanakan. Biaya perkiraan digunakan untuk:
Memperkirakan pemakaian biaya d alam merealisasikan suatu kegiatan.
Mengan alisis efektivitas dan efisiensi biaya terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 6
3)
Biaya aktual (actual cost), yaitu biaya yang sebenarnya dikeluarkan. Biaya ini perlu diperhitungkan jika rentang waktu antara pembelian dengan proses produksi atau penjualan cukup lama sehingga terpengaruh d engan perubahan harga pa sar. Biaya aktua l dibedakan menjadi:
Biaya riil (expense), yaitu biaya yang dikeluarkan secara riil.
Biaya semu (sunk cost), yaitu biaya yang ditanggung tetapi tidak pernah dikeluarkan secara riil. Misalnya, selisih harga p embukuan aset yan g akan dilikuidasi dengan harga pasar.
Biaya kesempatan (opportunity cost), yaitu biaya yang ditanggung akibat kelalaian dalam memanfaatkan peluang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Metod e perhitungan biaya aktu al antara lain:
First in first out (FIFO )
Last in first out (LIFO)
Metod e rata-rata (average method)
Metod e harga standar (standard price method)
2.2.2.
Biaya berdasarkan sifat pen ggunaann ya
Biaya b erdasarkan sifat penggunaannya dikelompokkan menjadi tiga, ya itu: 1)
Biaya investasi (investment cost), yaitu biaya yang ditanamkan untuk membangun dan mengembangkan suatu usaha sehingga siap beroperasi. Biaya ini bisanya dikeluarkan pada awal kegiatan dengan jumlah yang relatif besar d an mempunyai dampak jangka panjang untuk keberlangsungan usaha tersebut. Contoh:
2)
Pembelian ta nah atau hak penggunaan lahan.
Pembangunan pabrik, gedung, dan infrastuktur p endukung.
Pengad aan mesin dan peralatan produksi.
Pengad aan alat transportasi
Pengad aan p erabotan kantor dan sarana p endukung administrasi.
Pend idikan dan pelatihan sumberdaya manusia.
Biaya operasi (operational cost), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan usaha. Biaya ini biasanya dikeluarkan secara rutin atau berkala dalam jumlah yang relatif sama sesuai dengan jadwal kegiatan/produksi. Biaya operasi digunakan antara lain untuk:
3)
Pembelian bahan baku
Pembelian ba han pendukung
Pembaya ran upahkaryawan
Pengeluaran untuk keperluan organisasi dan a dministrasi.
Biaya perawatan (maintenance cost), yaitu biaya yang digunakan untuk menjamin kinerja fasilitas atau peralata n agar selalu prima dan siap untuk digunakan. Sifat p engeluaran ini umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu: a. b.
2.2.3.
Biaya p erawatan rut in (preventive ma intenance) Biaya p erawatan mendadak (curative maintenance)
Biaya berdasarkan produk
Biaya b erdasarkan produk d ikelompokkan menjadi d ua, yaitu: 1)
Biaya produksi (production cost) atau biaya pabrikasi (factory cost), yaitu biaya yang langsung berkaitan dengan proses produksi. Biaya produksi terdiri dari komponen berikut:
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 7
a.
Biaya utama (prime cost), yaitu biaya untuk bahan langsung dan tenaga kerja langsung yang berhubu ngan dengan proses produksi.
b.
Biaya overhead, yaitu biaya untuk bahan tak langsung, tenaga kerja tak langsung, dan biaya tak langsung lainnya.
c.
Biaya konversi (conversion cost), yaitu biaya pengubahan bahan bahan baku menjadi barang jadi. Biaya bn biaya overhead dapat digabung ke dala m kelompok biaya konversi.
2)
Biaya komersial (commercial cost) Biaya komersial ada lah b iaya di lua r biaya produ ksi yang digunakan u ntuk keperluan penjualan produk. Biaya komersial meliput i: a.
Biaya umum dan administrasi (general and administration cost), contoh gaji karyawan dan pimpinan, biaya untu k keperluan ad ministrasi, dan telekomunikasi.
b.
Biaya p emasaran (marketing cost), meliput i biaya distribusi, d an promosi.
c.
Pajak usaha dan perusahaan (company tax), meliputi semua pajak dan retribusi yang dikeluarkan perusahaan.
Tujuan perhitungan biaya b erdasarkan p roduk ant ara lain:
Memproyeksikan bia ya produksi dan harga jual p roduk.
Mengeta hui komposisi komponen biaya produksi da n b iaya keseluruha n produk.
Untuk menganalisis struktur biaya produk yang ideal guna mem perbaiki struktur pembiayaan melalui konsep pusa t-p usat pembiayaan.
2.2.4.
Biaya berdasarkan vo lume produ ksi
Biaya b erdasarkan volume p roduksi dibedakan menjadi: 1)
Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang dikeluarkan dengan jumlah yang relatif sama walaupun volume produksi berubah dalam batas tertentu. Contoh:gaji karyawan tetap, biaya penyusutan, pajak bumi dan bangunan, biaya sewa, biaya listrik untu k penerangan, telepon, dan air.
2)
Biaya tidak tetap (variable cost), yaitu biaya yang besarnya berubah secara proporsional dengan jumlah produk yang dibuat. Contoh: biaya bahan baku, tenaga kerja langsung yang digaji berdasarkan volume kerja, biaya penyusutan yang tergantung dengan v olume produksi.
3)
Biaya semi variable (semi variable cost), yaitu biaya yang berubah tidak proporsional terhadap volume produksi. Contoh: perubahan volume produksi yang melampaui kapasitas mesin, sehingga diperlukan biaya penamba han kap asitas mesin, a tau biaya perbaikan mesin.
Contoh 2-1: PT Insan Kreatif mendapat pesanan bangku untuk suatu sekolah. Di pasaran harga bangku (S) sesuai dengan spesifikasi teknis yang diajukan sekolah itu adalah Rp 450.000/unit. Jika bangku itu dibuat sendiri maka diperlukan biaya -biaya sebagai berikut: Harga kayu
= Rp 950.000/m3
Paku
= Rp 20.000/kg
Bahan finishing Up ah tukang
= Rp 100.000/lt = Rp 80.000/orang/ha ri
Up ah pembantu tukang
= Rp 50.000/orang/ha ri
Satu unit bangku membutuhkan 0,20 m3 kayu, 0,01kg paku, bahan finishing 0,1lt, dan diselesaikan selama 0,5 hari kerja oleh tukang ditambah1 hari kerja oleh pembantunya.Selain itu perusahaan memerlukan bengkel kerja dengan b iaya sekitar Rp 1,5 jut a da n pengadaan peralatan kerja Rp 2,2 juta .
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 8
Kelompokkan biaya berdasarkan biaya e t tap dan biaya variable. Hitunglah berapa jumlah minimal pesanan ban gku yang harus d iterima perusahaan un tuk mencapai titik impas (break ev en point/BEP)? Jawab: Biaya tetap: Memba ngun bengkel kerja
= Rp 1.500.000
Pengad aan alat kerja
= Rp 2.200.000
Jumlah fixed cost (FC)
= Rp 3.700.000
Biaya v ariable per unit bangku: Bahan kayu
= 0,2 m3 x Rp 950.000/m3
Paku
= 0,01kg x Rp 20.000/kg
= Rp 190.000 = Rp200
Bahan finishing
= 0,1 lt x Rp 100.000/lt
= Rp 10.000
Up ah tukang
= 0,5 hari x Rp 80.000/orang/ha ri
= Rp 40.000
Up ah pembantu tukang
= 1 hari x Rp 50.000/orang/ha ri
= Rp 50.000
Jumlah v ariable cost (VC)
= Rp 290.200
Jumlah produksi minimal unt uk mencapai titik impas (BEP) a dalah:
=
BEP =
2.3.
Rp 3.700.000 = 23,15 ≈ 24 unit Rp 450.000 Rp 290.200
Biaya dalam usaha pe rtamb angan
Secara umum biaya dalam usaha pertambangan dibedakan menjadi dua, ya itu: 1.
2.
Biaya kapita l (biaya investasi), terdiri dari du a komponen yaitu: 1)
Biaya kapital tetap
2)
Mod al kerja
Biaya operasi, terdiri dari tiga komonen yaitu: 1)
Biaya operasi langsung
2)
Biaya operasi tak langsung
3)
Biaya ov erhead
2.3.1.
Biaya kapital
Biaya kapital (capital cost) adalah jumlah biaya yang dibutuhkan untuk membuat suatu endapan bahan galian yang berad a di d alam bumi menjadi produk tambangyang dapat d ijual. Biaya kapita l terdiri dari dua komponen penting, yaitu: 1)
Biaya kapita l tetap (initial investment) Jika tambang yang akandikerjakan merupakan tambang baru, maka biaya tetap biasanya terdiri dari komponen-komponen berikut:
Land Acquisition (pembebasan lahan), biayanya tergantung kepada luas d an lokasi lahan.
Konstruksi pra -penambangan (pengupasan tanah penutup, d an sebagainya).
Pembangunan tambang/masa konstruksi
Analisa Dampa k Lingkungan.
Peralata n tambang, bangunan, sarana lain.
Peralata n pabrik, bangunan, sarana lain.
Sa rana penunjang (jalan, listrik, perumaha n, sarana olahraga, instalasi air, d an sebagainya).
Jasa perancangan dan konsultasi.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 9
2)
Contingency.
Moda l kerja (working capita l). Modal kerja adalah biaya yang digunakan untuk memulai produksi sebelum perusahaan mendapatkan uang dan hasil penjualan produknya. Besarnya modal kerja umumnya adalah 25% dari biaya operasi atau mencukupi kebutuhan op erasi selama 3 -6 bu lan. Moda l kerja u mumnya t erdiri dari komponen-komponen b iaya sebagai berikut: a.
Persediaan
Bahan baku, berupa dimana cadangan endapan mineral/bijih yang ekonomis yang belum dilaksanakan proses penambangan.
Suku cadan g, yang berguna apabila terjadi ker usakan pa da alat-alat penambangan.
Supplies, merupakan stock dari suatu perusahan tambang yang berupa perlengkap an habis sekali pakai seperti perlengkapankantor, bahan ba kar, bah an pelumas, dll.
Bahan dalam proses (materialsin process), berupa endapan mineral/bijih yang sedang atau dalam proses p enambangan atau dalam proses pengolahan (mineral dressing).
Bahan jadi/produk tambang, merupakan bahan galian/bijih yang telah melalui proses pengolahan yang siap dijual.
b.
Piutang dagang Piutang dagang merupakan suatu modal kerja yang dapat ditarik sewaktu-waktu dari pihak kedua sesuai dengan perjanjian dagang (seperti pembayaran diakhir transaksi penjualan komoditas dagang).
c.
Hutang dagang Merupakan modal kerja yang diperoleh dari or ang lain dalam bentuk pinjaman yang bernilai ekonomis, yang harus dibayar oleh kita apabila telah jatuh tempo sesuai dengan perjanjian dagang kedua belah pihak
d.
Kas, d an lain-lain. Merupakan cadangan uang yang disimpan yang berguna untuk membiayai kehidupan tambang sehari-hari, d engan p eriode waktu yang relatif singkat .
2.3.2.
Biaya Operasi
Biaya operasi(operating cost) adalah segala macam biaya yang harus dikeluarkanagar proyek penambangan dapat beroperasi/berjalan dengan normal. Dalam suatu operasi penambangan, keseluruhan biaya penambangan terdiri dari banyak komponenbiaya yang merupakan akibat dari masing-masing tahap kegiatan.
Besar
kecilnya
biaya
penambanganakantergantung
pada
perancangan
teknis
sistem
penamba ngan, jenis dan jumlah alat yang digunakan.
Aspek
teknis
dan
aspek
ekonomis
tidak
dapat
berjalan
sendiri-sendiri,
keduanyaakanselalu
saling
mempengaruhi. Perkiraan biaya investasi alatakan tergantung pada jumlah alat yang dipergunakan dan kapasitas alat yang dipilih. Demikian pula biaya produksi merupakan fungsi dari kapasitas alat yang dipakai. Biaya penambangan yang rendah dapat dicapai jika rancangan teknis dapat dioptimalkan dengan memperhatikan pemilihan dan jumlah alat yang akan digunakan, yaitu yang dapat memberikan biaya produksi per ton yang rendah.
Secara u mum biaya operasi dibagi menjadi tiga komponen b iaya, yaitu: 1)
Biaya operasi langsung
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 10
Biayaoperasi langsung merupakan biaya utama dan berkaitan langsungdenganproduk yang dihasilkan. Walaupun komponen biaya operasi langsung dari satu tambang ke tambang yang lain bervariasi, akan tetap i pad a umumnya terdiri dari:
2)
Up ah pekerja (p ekerja lap angan, p engawas lapangan, dan sebagainya)
Bahan bakar (ba han bakar, oli, dan sebagainya)
Royalti.
Persiapan daerah p roduksi/permukaan kerja
Biaya operasi tak langsung Biaya operasi tak langsung adalah pengeluaran-pengeluaran yang tak terpengaruholeh produksi yang dihasilkan. Biaya operasi langsung terdiri dari:
3)
Gaji p ekerja (ad ministrasi, keamanan, t eknisi, juruba yar, petugas kantor, bengkel dan sebagainya).
Asuransi.
Penyusutan alat.
Pajak.
Reklamasi daerah b ekas tambang.
Perjalanan bisnis, rap at, sumbangan-sumbangan.
Keperluan kantor.
Humas da n sebagainya.
Biaya ov erhead Biaya overhead dapat/tidak dapat dimasukkan sebagai ko mponen biaya operasi tetapi biaya-biaya ini berpengaruh terhadap total biaya produksi walaupun umumnya mencerminka n b iaya -biaya diluar tambang/biaya-biaya perusahaan. Overhead biasanya dikelompokkan menjadi: a.
Penjualan.
b.
Administrasi kantor pusat .
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 11
3.
KONSEP DAN RUMUSAN BUNGA Tujuan:
Memaha mi konsep bu nga sederhana dan bunga majemuk.
Ma mpu menghitung suku bu nga nominal, periode, dan efektif.
Mampu menerapkan rumus bunga majemuk yang sesuai untuk menghitung kesetaraan nilai uang pada berbagai titik wa ktu.
3.1.
Bunga sederhana dan bunga m ajemuk
Bunga (interest) adalah uang yang dibayarkkan atas penggunaan sejumlah pinjaman. Bunga juga bisa berarti uang yang diperoleh dari investasi sejumlah modal tertentu sebagai bentuk kompensasi resiko yang timbul dari inv estasi tersebut. Tingkat/suku bunga (interest rate) adalah rasio antara bunga yang dibayarkan terhadap pokok dalam suatu periode waktu. Periode bunga (interest period) ad alah interva l w aktu yang d ijadikan dasar dalam p erhitungan bunga.
Secara umum perhitungan b unga dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1.
Bunga sederhana (simple interest), yaitu bunga yang dihitung dari pokok uang/pinjaman selama periode pinjaman.
I=Pin Dimana: I
= bunga (interest)
P = pokok (principal) i
= tingkat/suku bunga (interest rate)
n = periode pinjaman Sehingga jumlah u ang/pinjaman pada akhir periode (F) ada lah: F = Pokok + Bunga =P+Pin = P (1 + i n)
Contoh 3-1: Seorang petani meminjam uang di KUD sebesar Rp 10.000.000 dengan bunga 10%/tahun dengan perhitungan bunga sederhana. Berapa hu tang yang harus dibayar pada akhir tahun keempat ? Jawab: F = Rp 10.000.000 x (1 +(10% x 4)) = Rp 14.000.000
2.
Bunga majemuk (compound interest), yaitu bunga yang dihasilkan dari pokok pinjaman dibungakan lagi bersama-sama dengan pokok pinjaman.
I = P(1 + i) n-1 . i Sehingga jumlah u ang/pinjaman pada akhir periode (F) ada lah: F = Pokok + Bunga = P + P(1 + i)n-1 . i = P (1 + i)n
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 12
Contoh 3-2: Seorang karyawan meminjam uang di Bank sebesar Rp 10.000.000 dengan bunga 10%/tahun dengan perhitungan bunga majemuk. Berapa hutang yang harus dibayar pada akhir tahun keempat? Jawab: F = Rp 10.000.000 (1 + 10%)4 = Rp 14.641.000
Dari kedua contoh di atas ternyata bunga majemuk nilainya lebih tinggi dari bunga sederhana. Dalam pembaha san pemilihan alternatif atau evaluasi rencana inv estasi digunakan bunga majemuk.
3.2.
Suku bunga n ominal da n suku bu nga efektif
Suku bunga nominal (nominal rate) per tahun (r) adalah perkalian suku bunga per periode (i) dengan jumlah pemajemukan da lam setahun (m).
r = i. m Suku bunga efektif (effectiv e rate) disimbolkan E adalah suku bunga sesungguhnya dalam satu tahun yang tepat diba yarkan terhadap sejumlah uang yang d isimpan a tau dipinjam.
E = (1 + i) m -1
atau
E = (1+ (r/m))
m 1–
atau
E = (F/P)
1/n–
1
Contoh 3-3: Bank ABC membebankan suku bunga sebesar 1,25 % per bulan pada semua saldo rekening yang belum terbaya r. Berapa kah suku bu nga nominal dan suku bunga efekti per tahunnya? Jawab: Suku bunga periode (i)
= 1,25% per bulan
Jumlah pemajemukan/th (m)
= 12
Suku bunga nominal (r)
= 1,25% x 12 = 15% per tahun
Suku bunga efektif (E)
= (1 + (0,15/12))12 – 1 = 16,18% per tahun
Tab el 3.1. Tingkat suku b unga efektif per t ahun dari berbagai suku bunga nominal.
3.3.
Minimum Attractive Rate of Return (MARR)
MARR adalah laju pengembalian minimum yang dikehendaki oleh investor.MARR tergantung pada lingkungan, jenis kegiatan, tujuan dan kebijakan organisasi, dan tingkat resiko masing-masing proyek.
Pertimbangan da lam menentukan MARR an tara lain: a.
Jika perusahaan beroperasi dengan modal pinjaman, maka besarnya MARR harus lebih besar daripada bunga yang dibayarkan p ada pinjaman itu.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 13
b.
Jika modal datang dari berbagai sumber (dana-dana yang berasal dari perusahaan sendiri, hutang jangka panjang maupun jangka pendek, dan sumber-sumber keuangan lainnya), maka penentuan biaya modal rata- rata bisa d ipakai sebagai basis unt uk menentukan besarnya MARR.
c.
Besarnya MARR harus setara dengan kecepatan pertumbuhan dari kekayaan perusahaan yang telah ditetap kan oleh pimpinan perusahaan.
d.
MARR unt uk proyek yang resikonya t inggi harus lebih besar d aripada proyek yang resikonya renda h.
e.
Perusahaan yang lebih bonafide (lebih banyak kesempatan mendapatkan proyek) biasanya menetapkan MARR lebih tinggi daripa da perusahaan sejenis yang belum punya na ma.
3.4.
Waktu lipat dua
Waktu lipat dua (doubling time) adalah waktu yang diperlukan agar uang yang ditanamkan hari ini menjadi dua kali lipat. U ntuk memperkirakan w aktu ini dengan cepat d igunakan angka a jaib (magic number) 72.
Waktu l ipa t dua = 72 / (su ku bunga majemuk per peri ode x 100) Akan tetapi penggunaan magic number ini akan salah jika periode pemajemukan kurangdari tiga ≤3) (n
atau
suku bunga (i) di atas 30%
Contoh 3-4: Berapa tahun uang yang disimpan di bank menjadi dua kali lipat jika suku bunga yang berlaku adalah 8% per tahun? Jawab: n = 72/(8% x 100) = 9 tahun
3.5.
Rumus bunga majemuk
Notasi dalam rumus bunga : i
= suku bunga tiap periode bunga
n
= jumlah periode bunga
P
= nilai uang sekarang
F
= nilai uang mendatang
A = pembaya ran seri tahunan yang seragam G = pembaya ran seri gradient
3.5.1.
Single payment compound-amount
Digunakan untuk menentukan nilai mendatang (F) dari sejumlah uang pada saat sekarang (P) selama periode (n) tertentu da n pada tingkat suku bunga (i) tertentu.
Contoh 3-5: Seorang ayah mendepositokan uang Rp 100 juta sekarang di bank dengan tingkat bunga 12%/ tahun. Uang tersebut akan diambil pada akhir tahun kelima, saat anaknya akan masuk universitas. Berapa jumlah uang yang akan diperoleh sang ayah?
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 14
Jawab: F
= Rp 100 juta (1 + 0,12)5 = Rp 100 juta (F/P
12%, 5)
= Rp 100 juta (1,7623)= Rp 176.230.000
3.5.2.
Singl e payment pr esent-worth
Digunakan untuk menentukan nilai sekarang dari sejumlah uang yang diterima pada waktu mendatang selama periode tertentu da n tingkat bunga tertentu.
Contoh 3-6: Biaya masuk SMA favorit lima tahun mendatang diperkirakan Rp 30 juta. U ntuk keperluan tersebut,seorang ayah berniat membuka tabungan pendidikan yang memberikan bunga 18% per tahun. Berapa uang yang harus disetorkan sekarang? Jawab: P
= Rp 30 juta (1/(1 + 0,18)5) = Rp 30 juta (P/F
18%, 5)
= Rp 30 juta (0,4371)= Rp 13.113.000
3.5.3.
Uniform series compound-amount
Digunakan untuk menentukan nilai mendatang (F) dari suatu rangkaian pembayaran yang seragam (A) yang terjadi pa da setiap akhir periode tertentu da n tingkat b unga tertentu.
Contoh 3-7: Seorang PNS menabung Rp 10 juta per tahun untuk keperluan investasi saat dia pensiun lima tahun yang akan datang. Jika suku bunga yang diberikan bank 6% per tahun, berapa total uang yang dia kumpulkan sampai akhir tahun ke-5? Jawab: F
F= ? 0
1
2
3
4
5
A
A
A
A
= Rp 10 juta ((1 + 0,06)5 – 1)/ 0,06 = Rp 10 juta (F/A 6%, 5) = Rp 10 juta (5,6371)= Rp 56.371.000
A
A = Rp 10 jt/th
3.5.4.
Sinking-fund deposit
Digunakan untuk menghitung besarnya pembayaran seri yang seragam pada tiap akhir tahun dari sejumlah uang pada masa mendatang pada akhir periode tertentu dan tingkat suku bunga tertentu.
Contoh 3-8: Jika kita ingin memiliki uang $ 1000 pada akhir tahun keenam, berapa uang yang harus kita depositokan setiap tahunnya, jika suku bunga deposito itu 10%/tahun?
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 15
F= $1000
Jawab: A
= $1000 (0,1/((1 +
0,1)6
0
-1))
1
..
A
A
..
..
6
A
A
A
= $ 1000 (A/F10%,6) = $ 1000 (0,12961)= $ 129,61
A=?
3.5.5.
Capital-recovery
Digunakan untuk menentukan nilai aliran kas yang seragam setiap akhir tahun selama periode tertentu dengan suku bunga tertentu d ari nilai sekarang.
Contoh 3-9: Untuk ekspansi bisnisnya seorang pengusaha meminjam uang di bank sebesar Rp 100 juta dengan suku bunga 5% per tahun untuk jangka waktu 10 tahun. Berapa angsuran yang dibayar pengusaha tersebut setiap tahunnya?
P=Rp 100 jt
Jawab: A
= Rp 100 juta {(0,05(1+0,05)10) / ((1+0,05)10 – 1)}
0
1
..
A
A
..
..
A
A
10
= Rp 100 jut a (A/P 5%,10) = Rp 100 juta (0,1295)= Rp 12.950.000/tahun
A
A=?
3.5.6.
Uniform series pr esent-worth
Digunakan untuk menentukan nilai sekarang dari sejumlah pembayaran yang seragam setiap akhir tahun selama periode tertentu da n suku bu nga tertentu.
Contoh 3-10: Sebuah dealer menawarkan mobil dengan uang muka Rp 10 juta dan sisanya dapat diangsur Rp 2 juta/bulan selama 100 bulan. Bila bunga yang diberlakukan dealer tersebut adalah 1%/bulan, berapa harga mobil itu jika dibayar tunai saat ini? Jawab:
P=?
Nilai sekarang dari total angsuran:
0
P
1
..
A
A
..
..
100
A
A
A
= Rp 2 juta (P/A 1%,100) = Rp 2 juta (63,029) = Rp 126.038.000
A= 2jt/bln
Harga mobil tersebut = uang muka + total angsuran H
= Rp 10 juta + Rp 126.038.000 = Rp 136.038.000
3.5.7.
Uniform gradient-series
Digunakan un tuk menghitung pembayaran yang naik at au turun secara konstan p ada setiap periode.
A = B + g {(1/i)-(n/ (1+i) n – 1))} A = B + g (A/G
i,n)
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 16
Contoh 3-11: Biaya operasi dan pemeliharaan suatu mesin produksi dari tahun ke-1 sampai tahun ke-5 berturut-turut adalah Rp 5 juta, Rp 7,5 juta, Rp 10 juta, Rp 12,5 juta, dan Rp 15 juta. Berapa biaya tersebut per tahunnya jika diketahui tingkat suku bunga ad alah 20% per tahun. Jawab: A
= B + g (A/G i,n) = Rp 5 juta + Rp 2,5 juta (A/G 20%,5) = Rp 5 juta + Rp 2,5 juta (1,6045) = Rp 9.011.250
Sama d engan diagram aliran kas:
Tab el 3.2. Rumus aljaba r dan konversi rumus bunga majemuk
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 17
4.
INDIKATOR-INDIKATOR KELAYAKAN INVESTASI Tujuan:
Ma mpu memahami konsep a nalisis kelayakan investasi tunggal.
Ma mpu menganalisis kelayakan inv estasi tunggal berdasarkan indikator NPV, ROR , PVR, BCR, d an PBP
Kelayakan suatu investasi (proyek) dari aspek ekonomi dapat dianalisis berdasarkan manfaat (benefit) dan biaya (cost). Suatu proyek dikatakan layak untuk dikerjakan jika manfaat yang diberikan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Untuk menilai keekonomian suatu proyek perlu dilihat seluruh pengeluaran dan pendapatan sepanjang umur proyek tersebut (life cycle analysis), bukan hanya dengan melihat biaya per satua n produksi di tahun tertentu.
Ind ikator keuntungan yang digunakan dalam pengambilan keputusan seyogyanya mempunyai ciri-ciri: 1.
Dapat dengan tepat dalam membandingkan dan mengelompokkan kesanggupan memberikan keuntungan (profitability) d ari kesempatan-kesempatan penanaman modal.
2.
Mencerminkan nilai waktu dari modal perusahaan dan secara realistis merupakan masukan bagi kebijaksana an fiskal dari perusahaan, termasuk investasi kembali di masa yang a kan datang.
3.
Dapat menunjukkan keunt ungan meskipun sekecil-kecilnya.
4.
Mencakup pernyataan-pernyataan kuantitatif dari resiko.
5.
Menggambarkan faktor-faktor lain, seperti hasil-hasil gabungan, resiko, dan kekayaan perusahaan bila mungkin.
Beberapa indikator yang digunakan u ntuk menilai kelayakan proyek/investasi antara lain: a. b.
Net present v alue (NPV) Rat e of return (ROR)
c.
Present v alue ratio (PVR) at au Benefit-cost ratio (BCR)
d.
Payb ack period (PBP)
Pada dasarnya untuk analisis investasi tunggal, semua indikator tersebut akan memberika n hasil keputusan yang konsisten satu sama lain, tetapi informasi spesifik yang dihasilkan tentu akan berbeda. Sehingga dalam prakteknya beberapa indikator sering digunakan secara bersamaan untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif.
4.1.
Net present value (NPV)
NPV adalah perbedaan antara total present worth dari total penerimaan (revenue) atau penghematan (saving) dan present w orth dari pengeluaran sepanjang umur proyek pada discount rate ya ng diberikan.
NPV = ∑ PW revenue - ∑ PW cost NPV menunjukkan keuntu ngan proyek secara ab solut.Suatu proyek dikatakan layak (feasible) apabila NPV>0. Cara menghitung NPV bukan trial and error, memperhitungkan nilai waktu uang, menggunakan discount rate sama d engan MARR, d an bisa mempertimbangkan resiko.
Contoh 4-1: Sua tu p royek memiliki aliran kas seba gai berikut: Tahu n ke-
0
1
2
3
4
5
Aliran kas (x Rp 1.000.000)
-100
20
30
20
40
40
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 18
Analisis kelayakan p royek tersebut b erdasarkan NP V jika diketahui M ARR = 10%. Jawab: NPV
= ∑ PW rev enue - ∑ PW cost = 20(P/F,10%,1)+30(P/F,10%,2)+20(P/F,10%,3)+40(P/F,10%,4)+40(P/F,10%,5)-100 = 20(0,9091)+30(0,8264)+20(0,7513)+40(0,6830)+40(0,6209)-100 = 10,156
Karena NPV>0, maka proyek tersebut la yak.
4.2.
Rate of return (ROR)
ROR adalah discount rate (i) yang menyebabkan NPV = 0.ROR merupakan laju perolehan per tahun yang dihasilkan oleh inv estasi suat u proyek (menunjukkan keuntungan secara relatif terhadap skala investasi proyek). Cara menghitung ROR adalah coba-coba (trial and error), memperhitungkan nilai waktu uang, lebih dipengaruhi cashflow awal, tidak tergantung nilai absolut cashflow, tidak bisa dihitung jika semua cashflow negatif atau positif atau b elum balik modal, dan bisa diperoleh nilai ganda. Sua tu proyek dikatakan layak jika RO R>MARR.
Contoh 4-2: Sua tu p royek memiliki aliran kas seba gai berikut: Tahu n ke-
0
1
2
3
4
5
Aliran kas (x Rp 1.000.000)
-100
20
30
20
40
40
Analisis kelayakan proyek tersebut berdasarkan ROR jika diketahui MARR = 10%. Jawab: ROR ada lah nilai i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba: Untuk i = 10% dip eroleh NPV = 10,156 (perhitungannya seperti contoh 4.1) Untu k i = 15%, nilai NPV adalah: NPV
= 20(P/F,15%,1)+30(P/F,15%,2)+20(P/F,15%,3)+40(P/F,15%,4)+40(P/F,15% ,5)-100 = 20(0,8696)+30(0,7561)+20(0,6575)+40(0,5718)+40(0,4972)-100 = -4,015
Selanjut nya dicari nilai ROR dengan interpolasi:
−% ,− ROR
%−% = ,−(−,)
10,156
= 10% + (15%-10%)((10,156/(10,156+4,02))
0 10%
=13,58%
15% -4,015
Karena ROR >MARR, maka p royek tersebut layak.
4.3.
ROR=?
Present value ratio (PVR)
PVR adalah perbandingan antara NPV dengan nilai absolut investasi yang dikeluarkan (PW net cashflow negatif).
=
│ ()│
Proyek dikata kan layak jika PVR>0.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 19
Contoh 4-3: Sua tu p royek memiliki aliran kas sebagai berikut: Tahu n ke-
0
1
2
3
4
5
Aliran kas (x Rp 1.000.000)
-100
20
30
20
40
40
Analisis kelayakan proyek tersebut berdasarkan PVR jika diketahui MARR = 10%. Jawab: PVR
= NPV/│PW net CF ( - )│ = 10,156/│- 100│= 0,10
Karena PVR>0, maka proyek tersebut layak.
4.4.
Benefit-cost ratio (BCR)
BCR ad alah perbandingan antara d iscounted benefit (saving atau revenue) dengan investasi.
=
() │ ()│
Proyek dikata kan layak jika BCR>1. Hub ungan PVR dan BCR adalah:
BCR = PVR + 1
atau
PVR = BCR -1
Contoh 4-4: Sua tu p royek memiliki aliran kas seba gai berikut: Tahu n ke-
0
1
2
3
4
5
Aliran kas (x Rp 1.000.000)
-100
20
30
20
40
40
Analisis kelayakan proyek tersebut b erdasarkan BCR jika diketahui MARR = 10%. Jawab: BCR
= PW net CF(+)/│PW net CF ( - )│ = 20(P/F,10%,1)+30(P/F,10%,2)+20(P/F,10%,3)+40(P/F,10%,4)+40(P/F,10%,5) /- 100│ │ = 110,156/100 = 1,10
Atau BCR
= PVR + 1 = 0,10 + 1 = 1,10
Karena BCR>1, maka proyek tersebut layak.
4.5.
Payback period (PBP)
PBP adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi yang ditanam (investasi mencapai titik impas). Simple PBP adalah PBP dengan discount rate sama dengan nol (undiscounted). Kelemahan PBP adalah tidak mempersoalkan keuntungan investasi.PBP dihitung dengan cara interpolasi berdasarkan aliran kas kumulatif.Diterima atau tidaknya suatu proyek pada periode pengembalian tertentu tergantung pada investor. Proyek akan diterima jika PBP lebih singkat dari periode terpendek yang diinginkan inv estor.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 20
Contoh 4-5: Sua tu p royek memiliki aliran kas seba gai berikut: Tahu n ke-
0
1
2
3
4
5
Aliran kas (x Rp 1.000.000)
-100
20
30
20
40
40
Analisis kelayakan proyek tersebut b erdasarkan undisconted dan discounted PBP jika d iketahui MARR = 10%. Jawab: a.
Simple PBP
Terlebih dulu menghitung aliran kas kumulatifnya: Tahun keAliran kas (x Rp 1 juta)
0 -100
1 20
2 30
3 20
4 40
5 40
Aliran kas kumulatif (x Rp 1 juta)
-100
-80
-50
-30
10
50
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-3 dan ke-4, sehingga PBP dap at dihitung dengan interpolasi:
= . () │
. () │ ( )
PBP = 3 │ − │ = 3 + 0,75= 3,75 tahun. b.
Discounted P BP dengan MARR 10%
Terlebih dulu menghitung aliran kas diskonto dan kumulatifnya: DCF th- 1
= 20(P/F,10%,1) = 20(0,9091) = 18,182
DCF th- 2
= 30(P/F,10%,2) = 30(0,8264) = 24,792
DCF th- 3
= 20(P/F,10%,3) = 20(0,7513) = 15,026
DCF th- 4 DCF th- 5
= 40(P/F,10%,4) = 40(0,6830) = 27,320 = 40(P/F,10%,5) = 40(0,6209) = 24,836 Tahun ke-
0
1
2
3
4
5
Discounted CF (x Rp 1 juta)
-100
18,182
24,792
15,026
27,320
24,836
Cummulatif DCF (x Rp 1 juta)
-100
-81,818
-57,026
-42,000
-14,680
10,156
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-4 dan ke-5, sehingga PBP dap at dihitung dengan interpolasi:
= . () │
. () │ ( )
PBP = 4 │ −, │= 4 + 0,59 = 4,59 tahun. ,
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 21
5.
ANALISIS MUTU ALLY EXCLUSIVE Tujuan:
Ma mpu memahami konsep pemilihan alternatif investasi secara mutually exclusive.
Ma mpu melakukan analisis mutually exclusive berdasarkan indikator NPV, ROR, BCR, da n PVR.
Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan ekonomi dengan tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat berbagai alternatif yang dapat dipilih. Pertimbangan untuk memilih alternatif yang terbaik adalah yang membutuhkan biaya minimum atau yang menghasilkan keuntungan maksimum atau yang waktu pengembalian investasinya paling singkat. Secara umum inv estasi dibedakan menjadi dua, yaitu: a.
Investasi yang menghasilkan pendapatan (revenue) atau penghematan (saving). Pertimbangan yang digunakan untuk menilai kelayakan inv estasi ini ad alah keuntungan yang maksimum.
b.
Investasi yang tidak menghasilkan revenue atau saving. Pertimbangan yang digunakan untuk menilai kelayakan investasi ini ada lah biaya yang minimum.
Analisis mutually exclusiv e adalah menganalisis beberapa alternatif dimana hanya ada satu alternatif yang akan dipilih, yaitu alternatif yang akan menghasilkan pelayanan (service) terbaik, atau yang akan memperbaiki, memperluas, mengembangkan
operasi yang ada, atau yang akan menghasilkan pemasukan (income)
terbesar. Alternatif yang dipilih adalah yang mempunyaiROR, NPV, BCR, atau PVR yang paling tinggi dibandingkan alternatif yang lain. Akan tetapi terkadang suatu alternatif mempunyai ROR yang lebih tinggi dibanding alternatif yang lain tetapi NPV nya lebih rendah. Untuk kondisi tersebut maka indikator kelayakan tersebut ha rus dihitung nilai inkrementalnya.
5.1.
Anali sis mutuall y exclusive alternatif dengan umur sam a
Jika terdapat beberapa alternatif proyek/investasi yang mempunyai umur investasi yang sama, maka prosedur ana lisis mutua lly exclusive a lternatif tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Urutkan alternatif dari yang mempunyai inv estasi awal terendah ke tertinggi.
2.
Buat cashflow inkremental (∆CF), yaitu alternatif yang investasi awalnya lebih tinggi (penantang/challenger) dikurangi alternat if yang investasi awalnya lebih rend ah (pe tahana/defender).
3.
Tentukan nilai NPV inkremental, ROR incremental, BCR inkremental, P VR inkremental.
4.
Analisis d engan kriteria sebagai berikut: a.
Jika ∆ NPV> 0, maka pilih a lternatif dengan inv estasi yang lebih besar (penantang) da n sebaliknya.
b.
Jika ∆ ROR > M ARR, maka pilih alternatif dengan investasi yang lebih besar (penantang) dan sebaliknya.
c.
Jika ∆ BCR> 1, maka p ilih alternatif dengan investasi yang lebih b esar (penantang) dan sebaliknya.
d.
Jika ∆ PVR> 0, maka p ilih alternatif dengan investasi yang lebih b esar (penantang) dan sebaliknya.
Contoh 5-1: Untuk memenuhi kebutuhan listrik di area penambangan, investor bermaksud membeli generator listrik. Ada tiga alternatif generator listrik yan g ditawarkan oleh penjual, dengan biaya d an manfaat sebagai berikut: Merek generator
X
Y
Z
Harga (x Rp 1 juta) Biaya operasi dan perawatan (x Rp 1 juta)
17 8
25 6
28 5
Nilai manfaat /tahun (x Rp 1 juta)
13
13
13
Nilai sisa (x Rp 1 juta)
5
8
14
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 22
Ketiga generator tersebut dibeli pada tahun ini (tahun ke-0) dan akan digunakan pada tahun depan (tahun ke1) serta memiliki umur pemakaian yang sama yaitu 5 tahun.Jika hanya satu generator yang akan dibeli, tentu kan generator mana yan g paling menguntungkan dengan asumsi MARR 14%/tahun. Jawab: Diagram cash flow masing-masing alternat if adalah sebagai berikut: Alternatif X: CX = 17 juta 0 CF=X0-17 juta
CF
X1 =
OC X = 8 juta I X = 13 juta LX = 5 juta
OC X = 8 juta I X = 13 juta
OC X = 8 juta I X = 13 juta
........................... 4 1 CFX4 = 5 juta 5 juta
5 CFX5 = 10 juta
Alternatif Y:
Cy = 25 juta 0 CF=Y0-25 juta
CF
Y1
OC y = 6 juta I y = 13 juta
OC y = 6 juta I y = 13 juta
OCy = 6 juta I y = 13 juta
Ly = 8 juta
........................... 4 1 CFY4 = 7 juta = 7 juta
5 CFY5 = 15 juta
Alternatif Z:
0 CF=Z0-28 juta
CF
OC Z = 5 juta I Z = 13 juta LZ = 14 juta
OC Z = 5 juta I Z = 13 juta
OC Z = 5 juta I Z = 13 juta
CZ = 28 juta
........................... 4 1 CFZ4 = 8 juta 8 juta
Z1 =
5 CFZ5 = 22 juta
Kemudian urutkan alternatif dari yang mempunyai investasi terkecil sampai yang mempunyai investasi terbesar, dengan cara membuat t abel cashflow masing-masing alternatif dan inkrementalnya: Tahun ke0
X -17
Y -25
Z -28
Y-X -8
Z-Y -3
1
5
7
8
2
1
2 3
5 5
7 7
8 8
2 2
1 1
4
5
7
8
2
1
5
10
15
22
5
7
Selajutnya dianalisis berdasarkan nilai inkrementalnya: Bandingkan generator X dengan generator Y:
∆NPVY-X @ 14%
=- 8 + 2 (P/A,14%,4) + 5 (P/F,14%,5) = - 8 + 2(2,914) + 5(0,519) = 0,423 juta
Karena NPV Y-X> 0, maka pilih Y (a lternatif dengan investasi awal lebih besar). Lalu ba ndingkan generator Y dengan generator Z:
∆NPVZ-Y @ 14%
= - 3 + 1 (P/A,14%,4) + 7 (P/F,14%,5) = - 3 + 1(2,914) + 7(0,519) = 3,547 juta
Karena ∆ NPVZ-Y > 0, maka pilih Z (alternatif dengan investasi awal lebih besar).
∆ROR Y-X (dihitu ng dengan cara coba -coba) = 15,9% Karena ∆ RORY-X> M ARR, maka pilih Y (a lternatif dengan investasi awal lebih b esar). Lalu ba ndingkan generator Y dengan generator Z:
∆ROR Z-Y (dihitun g dengan cara coba -coba) = 42,1% Karena ∆ RORZ-Y> M ARR, maka pilih Z (alternatif dengan investasi awal lebih besar).
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 23
∆PVRY-X@ 14% = ( ∆ NPVY-X @ 14%)/ │PW net ∆ CFY-X (- )│ = 0,423 / 8 = 0,052 Karena ∆ PVRY-X> 0, maka pilih Y (a lternatif dengan investasi awal lebih besar). Lalu ba ndingkan generator Y dengan generator Z:
∆PVRZ-Y@ 14% = ( ∆ NPVZ-Y @ 14%)/ │PW net ∆ CFZ-Y (- )│ = 3,547 / 3 = 1,182 Karena ∆ PVRZ-Y> 0, maka pilih Z (alternatif dengan investasi lebih besar). ∆BCRY-X@ 14%
=
∆PVRY-X @ 14% + 1 = 0,052 + 1 = 1,052
Karena BCR Y-X>1, maka p ilih Y (alternatif dengan investasi awal lebih besar). Lalu ba ndingkan generator Y dengan generator Z:
∆BCRZ-Y@ 14% = ∆ PVRZ-Y @ 14% + 1 = 1,182 + 1 = 2,182 Karena ∆ BCRZ-Y>1, maka p ilih Z (a lternatif dengan investasi awal lebih besar). Hasil perhitungan dirangkum dalam tabel berikut ini: Tahu n ke-
CF X
CF Y
CF Z
CF (Y-X)
CF (Z- Y)
0 1 2 3 4 5
-17 5 5 5 5 10
-25 7 7 7 7 15
-28 8 8 8 8 22
-8 2 2 2 2 5
-3 1 1 1 1 7
NPV ROR
2,76 19,9%
3,19 18,6%
6,74 22,1%
0,4 15,9%
3,5 42,1%
PVR
0,16
0,13
0,24
0,05
1,18
BCR
1,16
1,13
1,24
1,05
2,18
Terbukti dengan menganalisis secara inkremental maka semua indikator tersebut memberikan hasil yang sama/konsisten (generator Z paling layak untuk dipilih).
5.2.
Anali sis mutuall y exclusive alternatif dengan umur berbeda
Seringkali alternatif-alternatif yang ada memiliki umur yang berbeda, sehingga diperlukan basis umur yang sama untu k bisa mengana lisisnya. Perhatikan diagram cashflow d ari dua a lternatif berikut ini:
Alternatif A:
Alternatif B:
CA
OC A1
0
1
CB
OC B1
OC B2
OC B3
0
1
2
3
OC A2 2 LA
LB
Ada t iga metode un tuk menyamakan basis umur alternatif, yaitu: a.
Berdasarkan kelipata n persekutuan terkecil d ari masing-masing umur alternatif. Kelemahan metode ini adalah jika diperoleh hasil kelipatan persekutuan terkecil yang besar maka akan terlalu ba nyak d ummy reinvestment (investasi ula ng semu). Alternatif A: CA 0 Alternatif B: CB 0
OC A1 1
OC B1
OC A2
LA 2
OC B2
CA
OC A1
2
LB
1
2
3
CA
LA
3
OC B3
OC A2 4
CB 3
OC B1
OC A1
4
OC A2
LA
5
6
OC B2
OC B3
5
6
LB
4
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 24
b.
Berdasarkan umur a lternatif terpanjang Alternatif dengan umur lebih pendek akan ditambahkan investasi ulang semu sampai periodenya sama dengan alternatif dengan umur terpanjang. Jika menggunakan alat yang sama maka nilai sisa pada investasi ulang semu adalah nilai buku pada periode yang terpotong. Jika menggunakan alat baru (C A ≠ C’A) pa da inv estasi ulang semu, maka nilai L A ≠ L’A. Alternatif A: CA OC A1
LA
0 Alternatif B:
1
CB
OC B1
2
C’ A
OC A3
2
3
OC B2
OC B3
2
3
L’ A
LB
0 c.
OC A2
1
Berdasarkan umur a lternatif terpendek. Pada alternatif yang dikurangi umurnya, maka nilai sisa yang baru sama dengan nilai buku yang terpotong
(L’B> LB). Alternatif A: CA OC A1 0
OC A2
LA
1
2
Alternatif B: CA
OC B2
OC B1
0
L’ B
1
2
Contoh 5-1: Seorang investor dihadapkan pada pilihan untuk menjual bukit karst miliknya seharga Rp 150 juta atau mengembangkan lahan tersebutdengan investasi Rp 300 juta pada tahun ke-0 dan Rp 400 juta pada tahun ke-1 akan menghasilkan keuntungan tetap dari tahun ke-2 sampai tahun ke-10 sebesar Rp 200 juta. Jika MARR yang ditetap kan adalah 15%, keputusan mana yang p aling menguntungkan secara ekonomi? Jawab: Diagram cash flow masing-masing alternatif adalah: Alternatif A (mengembangkan lahan): -300
-400
200
200
200
200
200
200
200
200
200
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-
-
-
-
-
-
-
-
-
7
8
9
10
200
200
200
200
7
8
9
10
Alternatif B (laha n dijual): 150 0
1
2
3
4
5
6
Diagram inkremental cashflow (alternatif A– alternatif B ) ada lah: -400 200 200 200 200 -450 200 0
∆NPVA-B
1
2
3
4
5
6
= - 450 - 400(P/F,15%,1) + 200(P/A,15%,9)(P/F,15%,1) = - 450 – 400(0,870) + 200(4,772)(0,870) = Rp 32,3 juta
Keputusan pilih alternatif A(∆NPV A-B> 0, pilih alternatif dengan inv estasi awal lebih besar)
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 25
∆ROR A-Bdihitung dengan cara coba-coba: ∆NPVA-B@15% = Rp 32,3 juta ∆NPVA-B@ 20% = - 450 - 400(P/F,20%,1) + 200(P/A,20%,9)(P/F,20%,1) = - 450 - 400(0,833) + 200(4,031)(0,833) = Rp - 111,6 juta Selanjut nya dicari nilai ∆RORA-B d engan interpolasi:
32,3
(∆ ROR A-B-15%)/(32,3-0) = (20%-15%)/(32,3-(-111,6))
∆ROR A-B = 15% + (20%-15%)((32,3/(32,3+111,6)) =16% Karena ∆ RORA-B>MARR, maka pilih alternatif A.
∆PVRA-B
0 15%
∆ROR A-B
20% -111,6
= ∆NPVA-B /│PW net ∆CF ( - )│ = 32,3 /│ (-450 + -400(P/F,15%,1) │ = 0,04
Karena ∆ PVRA-B> 0, maka pilih alternatif A.
∆BCRA-B
= ∆PVRA-B + 1 = 0,04 + 1 = 1,04
Karena ∆ BCRA-B>1, maka pilih alternatif A.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 26
6.
ANALISIS NON-MUTUALLY EXCLUSIVE Tujuan:
Ma mpu memahami konsep p emilihan alternatif inv estasi non -mutually ex clusive.
Ma mpu melakukan analisis non- mutually exclusive berdasarkan indikator NPV, ROR, BCR, da n PVR.
Analisis non-mutually exclusive adalah analisis terhadap beberapa alternatif dimana dari beberapa alternatif tersebut dapat dipilih lebih dari satu alternatif, sesuai dengan tersedianya modal atau anggaran untuk investasi tersebut. Tujuan dari analisis non-mutually exclusive adalah untuk memaksimalkan keuntungan kumulatif yang dapat dihasilkan dari investasi (cummulative net value atau cummulative future worth profit) berdasarkan kombinasi beberapa alternatif. Aplikasi analisis non-mutually exclusive antara lain pemilihan alternatif riset dan pengembangan, pemilihan metode eksplorasi, serta meranking prospek pengeboran p ada industri minyak.
Ada dua teknik yang digunakan untuk meranking proyek non-muatually exclusive, yaitu: a.
Growth rate of return (growth ROR ), yaitu suatu tingkat suku bun ga majemuk dimana investasi tumbuh.
b.
Analisis rasio, b aik menggunakan P VR atau BCR.
Individual ROR dan individual NPV tidak bisa digunakan untuk meranking proyek non-mutually exclusive, karena individual NPV maupun RORyang besar belum tentu mencerminkan alternatif terbaik.Analisis menggunakan net value analysis (NPV,NAV,NFV) pada proyek non-mutually exclusive digunakan untuk memilih kombinasi proyek yang menghasilkan nilai b ersih kumulatif terbesar.
6.1.
Anali sis non-m utually exclusive den gan um ur alternatif sam a
Contoh 6-1: Seorang p engusaha dihadapkan pada empat alternatif pembelian mesin seperti berikut:
Biaya inv estasi (xRp 1000) Keunt ungan (xRp 1000) Umur mesin
Mesin A
Mesin B
10.000
25.000
Mesin C 35.000
6.000 5 tahun
10.000 5 tahun
15.000 5 tahu n
Jika pengusaha itu memiliki dana Rp 35 juta untuk pembelian mesin tersebut, dan dia juga mempunyai pilihan untuk berinvestasi pada proyek lain yang memberi keuntungan 20%/tahun, mesin mana yang dipilih secara nonmutually exclusive? Jawab: NPVA
= -10 juta + 6 juta(P /A,20%,5)
= -10 juta + 6 juta (2,991)
= Rp 7,946 juta
NPVB
= -25 juta + 10 juta(P /A,20%,5)
= -25 juta + 10 juta (2,991)
= Rp 4,910 juta
NPVC
= -35 juta + 15 juta(P /a,20%,5)
= -35 juta + 15 juta (2,991)
= Rp 9,865 juta
Analisis: Total harga mesin A + mesin B = Rp 35 juta , NPVA + NPVB= Rp 12,856 juta. Harga mesin C = Rp 35 juta, NPVC = Rp 9,865 juta. Kesimpulan: lebih menguntungkan membeli mesin A + mesin B.
PVRA
= NPVA /│PW net CF A (- )│
PVRB
= NPVB /│PW net CF B (-)│
= 7,946 /│- 10│ = 0,795 = 4,910 /│-25│ = 0,196
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 27
PVRC
= NPVC /│PW net CF C (- )│ = 9,865
/│ -35│ = 0,282
Berdasarkan PVR dip eroleh ranking sebagai berikut: Mesin A (PVRA = 0,795) paling menguntungkan, disusul mesin C (P VRC = 0,282), dan terakhir mesin B (PVRB = 0,196).
BCRA
= PVRA + 1
= 0,795 + 1
= 1,795
BCRB
= PVRB+ 1
= 0,196+ 1
= 1,196
BCRC
= PVRC+ 1
= 0,282 + 1
= 1,282
Berdasarkan BCR d iperoleh ranking sebagai b erikut: Mesin A (BCRA= 1,795) pa ling menguntungkan, disusul mesin C (BCR C = 1,282), dan t erakhir mesin B (BCRB = 1,196).
Growth ROR mesin A:
Initial
-10jt
6jt
6jt
6jt
6jt
6jt
0
1
2
3
4
5
Keunt ungan yang diperoleh diinvestasikan lagi ke proyek lain dengan i* = 20%:
Reinv est
0
6jt
6jt
6jt
6jt
6jt
1
2
3
4
5
-
-
-
-
2
3
4
5
FA = ?
Mengha silkan t otal pendapatan di a khir umur proyek sebesar: FA = 6jt(F/A,20%,5) = 6jt(7,442) = Rp 44,65 juta -10jt
-
FA = 44,65jt
Initia l +Reinv est 0
1
Growth R OR a lternatif A (GROR A)dihitung dengan coba-coba: NPVA @ 35%
= - 10jt + 44,65jt (P/F,35%,5) = - 10jt + 44,65jt (0,269) = Rp 2,01 jt
NPVA @ 40%
= - 10jt + 44,65jt (P/F,40%,5) = - 10jt + 44,65jt (0,186) = Rp -1,69 jt
Selanjut nya dicari nilai interpolasinya:
2,01
(GROR A-35%)/(2,01-0) = (40%-35%)/(2,01-(-1,69)) GROR A = 35% + (40%-35%)((2,01/(2,01+1,69))=37,7%
0 35%
Growth RO R mesin B:
Initial
40%
GROR =?
-1,69
-25jt 0
10jt 1
10jt
10jt
10jt
10jt
2
3
4
5
Keunt ungan yang diperoleh diinvestasikan lagi ke proyek lain dengan i* = 20%:
Reinv est
0
10jt
10jt
10jt
10jt
10jt
1
2
3
4
5
FB = ?
Mengha silkan t otal pendapatan di a khir umur proyek sebesar: FB = 10jt(F/A,20%,5) = 10jt(7,442) = Rp 74,42 juta -25jt
-
-
-
-
-
1
2
3
4
5
FB = 74,42jt
Initia l +Reinv est 0
Growth ROR alternatif B (GRO R B)dihitung dengan coba-coba: NPVB @ 20%
= - 25jt + 74,42jt (P/F,20%,5) = - 25jt + 74,42jt (0,402) = Rp 4,92 jt
NPVB @ 25%
= - 25jt + 74,42jt (P/F,25%,5) = - 25jt + 74,42jt (0,328) = Rp -0,59 jt
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 28
Selanjut nya dicari nilai interpolasinya:
4,92
(GROR B- 20%)/(4,92-0) = (25%-20%)/(4,92-(-0,59)) GROR B = 20% + (25%-20%)((4,92/(4,92+0,59)) = 24,46%
0 20%
Growth RO R mesin C:
-0,59
-35jt
Initial
25%
GROR =?
15jt
15jt
15jt
15jt
15jt
1
2
3
4
5
0
Keunt ungan yang diperoleh diinvestasikan lagi ke proyek lain d engan i* = 20%: -
Reinv est
0
15jt
15jt
15jt
15jt
15jt
1
2
3
4
5
FC = ?
Mengha silkan t otal pendapatan di a khir umur proyek sebesar: FC = 15jt(F/A,20%,5) = 15jt(7,442) = Rp 111,63 juta -35jt Initia l + Reinv est
-
-
-
-
-
1
2
3
4
5
FC = 111,63jt 0
Growth R OR alternatif C (GROR C)dihitung dengan coba-coba: NPVC @ 30%
= - 35jt + 111,63jt (P/F,20%,5) = - 35jt + 111,63jt (0,269) = Rp -4,97 jt
NPVC @ 25%
= - 35jt + 111,63jt (P/F,25%,5) = - 35jt + 111,63jt (0,328) = Rp 1,61 jt
Selanjut nya dicari nilai interpolasinya:
1,61
(GROR C- 25%)/(1,61-0) = (30%-25%)/(1,61-(-4,97)) GROR C = 25% + (30%-25%)((1,61/(1,61+4,97)) = 26,22%
0 25%
30%
GROR =?
Berdasarkan growth ROR diperoleh ranking sebagai berikut:
-4,97
Mesin A (GRO R A=37,7%) paling menguntungkan, lalu mesin C (GRO R C=26,22%), terakhir mesin B(GROR B=24,46%). Hasil ini konsisten dengan ranking metode PVR dan BCR.
6.2.
Analisis non-mutually exclusive dengan umur alternatif berbeda
Contoh 6-2: Seorang manager memiliki anggaran sebesar Rp 50 juta untuk dialokasikan pada alternatif investasi berikut ini dengan pemilihan non-mutually exclusive. Tingkat pengembalian minimum yang ditetapkan adalah 10%. Tentukan alternatif mana yang sebaiknya dipilih? -50jt
20jt
20jt
0
1
2
-30jt
10jt
10jt
0
1
2
-20jt
5jt
5jt
0
1
2
L = 50jt
A)
10jt
10jt
10jt
4
5
5jt
5jt
5jt
5jt
5jt
3
4
5
6
7
L = 30jt
B)
3
L = 20jt
C)
Jawab: NPVA
= -50 jt + 20 jt(P/A,10%,2) + 50jt(P/F,10%,2) = -50 jt + 20 jt(1,736) + 50jt(0,826) = 26,033 jt
NPVB
= -30 jt + 10 jt(P/A,10%,5) + 30jt(P/F,10%,5) = -30 jt + 10 jt(3,791) + 30jt(0,621) = 26,535 jt
NPVC = -20 jt + 5 jt(P/A,!0%,5) + 20jt(P/F,10%,7) = -20 jt + 5 jt(4,868) + 20jt(0,513) = 14,605 jt
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 29
Analisis: Total harga mesin B + mesin C = Rp 50 juta, NPVB + NPVC = Rp 41,140 juta. Harga mesin A = Rp 50 jut a, NPVA = R p 26,033 juta. Kesimpulan: lebih menguntungkan membeli mesin B + mesin C.
PVRA
= NPVA /│PW net CF A (- )│
PVRB
= NPVB /│PW net CF B (- )│
PVRC
= NPVC /│PW net CF C (- )│
= 26,033 /│ - 50│ = 0,52 = 26,535 /│ - 30│ = 0,88 = 14,605 /│ - 20│ = 0,73
Berdasarkan PVR diperoleh ranking sebagai berikut: Mesin B (PVR B = 0,88) paling menguntungkan, disusul mesin C (PVRC = 0,73), dan terakhir mesin A (P VRA = 0,52).
BCRA = PVRA + 1
= 0,52 + 1 = 1,52
BCRB
= PVRB+ 1
= 0,88 + 1 = 1,88
BCRC = PVRC + 1
= 0,73 + 1 = 1,73
Berdasarkan BCR dip eroleh ranking sebagai berikut: Mesin B (BCR B = 1,88) paling menguntungkan, disusul mesin C (BCRC = 1,73), dan terakhir mesin A (BCR A = 1,52).
Growth ROR mesin A: -50jt
20jt
20jt
0
1
2
L = 50jt
Initial
Keunt ungan yang diperoleh diinvestasikan lagi ke proyek lain d engan i* = 10%:
Reinv est
20jt
50jt 20jt
-
-
-
-
-
1
2
3
4
5
6
7
F=? 0
Mengha silkan t otal pendapatan di a khir umur proyek sebesar: FA = 20jt(F/P,10%,6) + 70jt(F/P,10%,5) = 20jt(1,772) + 70jt(1,611) = Rp 148,21 juta
Initia l +
-50jt
-
-
-
-
-
-
-
0
1
2
3
4
5
6
7
Reinv est
F= 148,21jt
Growth R OR alternatif A (GROR A)dihitung dengan coba-coba: NPVA @ 15%
= - 50jt + 148,21jt (P/F,15%,7) = - 50jt + 148,21jt (0,376) = Rp 5,73 jt
NPVA @ 20%
= - 50jt + 148,21jt (P/F,20%,7) = - 50jt + 148,21jt (0,279) = Rp -8,65 jt
Selanjut nya dicari nilai interpolasinya:
5,73
(GROR A-15%)/(5,73-0) = (20%-15%)/(5,73-(-8,65)) GROR A = 15% + (20%-15%)((5,73/(5,73+8,65)) = 17%
0 15%
20%
GROR =?
Growth RO R mesin B: Initial
-8,65
-30jt
10jt
10jt
10jt
10jt
10jt
0
1
2
3
4
5
L = 30jt
Keunt ungan yang diperoleh diinvestasikan lagi ke proyek lain d engan i* = 10%: 30jt 10jt 10jt 10jt 10jt 10jt Reinv est 1 3 0 2 4 5
-
-
6
7
F=?
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 30
Mengha silkan t otal pendapatan di a khir umur proyek sebesar: FB = [10jt(F/A,10%,5) + 30jt](F/P ,10%,2) = 10jt(6,105) + 30jt(0,1,21) = Rp 110,17 juta
Initia l + Reinv est
-30jt
-
-
-
-
-
-
-
0
1
2
3
4
5
6
7
F=110,17jt
Growth ROR alternatif B (GRO R B)dihitung dengan coba-coba: NPVB @ 20%
= - 30jt + 110,17jt (P/F,20%,7) = - 30jt + 110,17jt (0,279) = Rp 0,74 jt
NPVB @ 25%
= - 30jt + 110,17jt (P/F,25%,7) = - 30jt + 110,17jt (0,210) = Rp -6,86 jt
Selanjut nya dicari nilai interpolasinya: 0,74
(GROR B- 20%)/(0,74-0) = (25%-20%)/(0,74-(-6,86)) GROR B = 20% + (25%-20%)((0,74/(0,74+6,86)) = 20,4%
0 20%
25%
GROR =?
-6,86
Growth RO R mesin C: -20jt
5jt
5jt
5jt
5jt
5jt
5jt
5jt
0
1
2
3
4
5
6
7
Initial
L = 20jt
Keunt ungan yang diperoleh diinvestasikan lagi ke proyek lain d engan i* = 10%: 5jt
5jt
5jt
5jt
5jt
5jt
20 jt 5jt
1
2
3
4
5
6
7
4
5
6
7
Reinv est
F=? 0
Mengha silkan t otal pendapatan di a khir umur proyek sebesar: FC = 5jt(F/A,10%,7) + 20jt = 5jt(9,487) + 20jt = Rp 67,43 juta
Initia l + Reinv est
-20jt F = 67,43jt 0
1
2
3
Growth R OR alternatif C (GROR C)dihitung dengan coba-coba: NPVC @ 20%
= - 20jt + 67,43jt (P/F,20%,7) = - 20jt + 67,43jt (0,279) = Rp -1,19 jt
NPVC @ 15%
= - 20jt + 67,43jt (P/F,15%,7) = - 20jt + 67,43jt (0,376) = Rp 5,35 jt 5,35
Selanjut nya dicari nilai interpolasinya: (GROR C- 15%)/(5,35-0) = (20%-15%)/(5,35-(-1,19))
0
GROR C = 15% + (20%-15%)((5,35/(5,35+1,19)) = 19,1% 15% Berdasarkan growth ROR diperoleh ranking sebagai berikut:
GROR =?
20% -1,19
Mesin B (GROR B=20,4%) paling menguntungkan, disusul mesin C (GRO R C=19,1%), terakhir mesin A(GROR A=17%). Hasil ini konsisten dengan ranking metode PVR dan BCR.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 31
7.
DEPRESIASI, DEPLESI, AMORTISASI Tujuan:
Memaha mi konsep d epresiasi, deplesi, dan amortisasi.
Ma mpu menghitung depresiasi, deplesi, dan amortisasi dengan metode yang sesuai.
Memaha mi pengaruh depresi, dep lesi, d an amortisasi terhadap pajak.
7.1.
Depresiasi
Depresiasi adalah penurunan dalam nilaifisik properti seiring dengan waktu danpenggunaannya. Dalamkonsep akuntansi, depresiasi adalahpemotongan tahunan terhadappendapatan sebelum pajak sehinggapengaruh wa ktu d an penggunaan atasnilai aset dapat terw akili dalam laporan keuangan suatuperusahaan. Faktor-faktor penyeba b depresiasi:
Keausa n atau penurunan p erforma mesin/alat akibat p emakaian (physical degradation).
Perkembangan teknologi yang menghasilkan mesin/alat yang lebih efisian dan ekonomis (functional depreciation).
Syara t-syarat aset yan g dapat didepresiasi:
Diguna kan dalam usaha untuk menghasilkanpendapatan.
Mempun yai umur manfaattertentu.
Umur aset harus lebih dari satu tahun.
Nilai aset tu run karena pemakaian.
Komponen dalam perhitungan depresiasi:
Nilai awal, yaitu biaya awal untuk mendapatkan aset (harga beli ditambah pajak), termasuk biaya transportasi d an biaya lain sampai aset t ersebut da pat digunakan sesuai fungsinya.
Nilai sisa, adalah perkiraan nilai aset pada akhir umur manfaatnya, merupakan harga jual suatu aset jika tidak lagi digunakan u ntuk proses produksi.
Nilai buku, adalah nilai aset sesuai dengan laporan akuntansi yang mewakili jumlah modal yang masih diinvestasikan pada aset tersebut. Sama dengan nilai awal (termasuk segala penyesuaian) dikurangi dengan pengurangan karena depresiasi.
Tingkat/laju d epresiasi, adalah p rosentase depresiasi per tah un.
Masa
manfaat,
adalah
perkiraan
periode
waktu
pemakaian
aset
(properti)
dalam
kegiatan
produktif/menghasilkan pendapatan.
Tab el 7.1. Masa man faat dan tarif penyusutan harta berwujud menurut UU No. 36 Tahun 2008
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 32
Keterangan: Ayat (1) menggunakan metode depresiasi straigth line, ay at (2) menggunakan metode depresiasi double declining balance.
Metod e perhitungan depresiasiantara lain:
Metod e garis lurus (sraigth line)
Metod e keseimbangan menurun ganda (double declining balance)
Metod e jumlah digit tahun (sum of year digit)
Metod e sinking fund
Metod e unit produksi (production unit)
7.1.1.
Strai gth line (SL) depreciation
Metode ini mengalokasikan depresiasi aset secara konstan setiaptahunnya selama umur manfaatnya.Dengan metode ini nilai buku (BV) pa da a khir umur aset sama dengan nilai sisa (S).
Tingkat/laju depresiasi per tahun:
d = 100% / N
Besarnya depresiasi da ri tahun p ertama sampai tahun ke– t ad alah tetap:
Seda ngkan nilai buku (book v alue) pada akhir tahun ke-t adalah: Dimana: Dt
= depresiasi pada t ahun ke-t (t = 1,2,...,n)
BVt
= book v alue (nilai buku) aset
d
= tingkat/laju depresiasi tahunan
P S
= nilai awa l aset = salv age value (nilai sisa) aset
N
= umur aset (dalam satuan tahun)
t
= akhir tahun depresiasi yang ditinjau
Contoh 7-1: Perusahaan ABC membeli satu unit mesin seharga $ 10,000. Diharapkanmasa pakai mesin tersebut selama 5 tahun.P ada a khir umur ekonomisnya mesin tersebut d iperkirakan memiliki nilai sisa $ 1,000. Hitung nilai depresiasi dengan metode straigth line dan nilai buku pada akhir tahun ke-1 sampai tahun ke-5 dari mesin t ersebut . Jawab: P
= $ 10,000
S
= $ 1,000
N
= 5 tahun
t
= akhir tahun depresiasi yang ditinjau
Tingkat/laju depresiasi per tahun: d = 100%/5 = 20% Nilai depresiasi tiap ta hun: Dt = (P-S)/N = ($ 10,000 – $ 1,000)/5= $ 1,800 Nilai bu kuakhir tahun ke-1 sampai ke-5:
BV1 = $ 10,000
– $ 1,800 = $ 8,200
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 33
– $ 1,800 = $ 6,400 – $ 1,800 = $ 4,600 BV4 = $ 4,600 – $ 1,800 = $ 2,800 BV5 = $ 2,800 – $ 1,800 = $ 1,000 BV2 = $ 8,200 BV3 = $ 6,400
Besarnya depresiasi dan n ilai buku disajikan pada tabel berikut:
7.1.2.
Double decli ning bal ance (DDB) depreciation
Metod e ini memakai tingkat/laju depresiasi dua kali (double) da ri metode straigth line terhadap sisa nilai buku.
Tingkat/laju d epresiasi tahunan ad alah:
d = 200%/N
Besarnya depresiasi tahu n ke– t adalah: Seda ngkan nilai buku (book v alue) pada akhir tahun ke-t adalah:
Dimana: Dt = depresiasi pada ta hun ke-t (t = 1,2,...,n) BVt
= book v alue (nilai buku) aset
d
= tingkat/laju depresiasi tahunan
P
= nilai awa l aset
S
= salv age value (nilai sisa) aset
N
= umur aset (dalam satuan tahun)
t
= akhir tahun depresiasi yang ditinjau
Contoh 7-2: Perusahaan ABC membeli satu unit mesin seharga $ 10,000. Diharapkan masa pakai mesin tersebut selama 5 tahun. Pada akhir umur ekonomisnya mesin tersebut diperkirakan memiliki nilai sisa $ 1,000. Hitung nilai depresiasi dengan metode declining balance dan nilai buku pada akhir tahun ke-1 sampai tahun ke5 d ari mesin tersebut . Jawab: P
= $ 10,000
S
= $ 1,000
N
= 5 tahun
Tingkat/laju depresiasi per tahun: d = 200%/5 = 40%
Nilai dep resiasi tah un ke-1 sampai ke-5:
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 34
– $ 0) = $ 4.000 – $ 4.000) = $ 2.400 = 0,4 ($ 10,000 – $ 6.400) = $ 1,440 = 0,4 ($ 10,000 – $ 7.840) = $ 864 = 0,4 ($ 10,000 – $ 8.704) = $ 518,4
D1
= 0,4 ($ 10,000
D2
= 0,4 ($ 10,000
D3 D4 D5
Nilai buku akhir tahu n ke-1 sampai ke-5:
– $ 4.000 = $ 6.000 – $ 2.400 = $ 3.600 BV3 = $ 3.600 – $ 1.440 = $ 2.160 BV4 = $ 2.160 – $ 864 = $ 1.296 BV5 = $ 1.296 – $ 518,4 = $ 777,6 BV1 = $ 10,000 BV2 = $ 6.000
Besarnya depresiasi dan nilai buku disajikan pada tabel berikut:
7.1.3.
Sum of years di gits (SOYD) de preciation
Metode ini mengalokasikan beban depresiasi ast berdasarkan jumlah digit tahun pemakaiannya (SOYD), sehingga alokasi biaya depresiasi tidak konstan. Dengan metode ini alokasi biaya depresiasi dibebankan lebih besar pad a awal-awal periode.
Jumlah digit tahu n adalah:
=
Besarnya depresiasi tahu n ke– t adalah:
(+)
=
−(−)
( )
Seda ngkan nilai buku (book v alue) pada akhir tahun ke-t adalah: Dimana: SOY D
= jumlah digit tahun
Dt
= depresiasi pada ta hun ke-t (t = 1,2,...,n)
BVt
= book v alue (nilai buku) aset
P
= nilai awa l aset
S
= salv age value (nilai sisa) aset
N
= umur aset (dala m satuan tahun)
t
= akhir tahun depresiasi yang ditinjau
Contoh 7-3:
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 35
Perusahaan ABC membeli satu unit mesin seharga $ 10,000. Diharapkan masa pakai mesin tersebut selama 5 tahun. Pada akhir umur ekonomisnya mesin t ersebut diperkirakan memiliki nilai sisa $ 1,000. Hitung nilai depresiasi dengan metode sum of years digits (SOYD) dan nilai buku pada akhir tahun ke-1 sampai tahun ke-5 dari mesin tersebut.
Jawab: P
= $ 10,000
S
= $ 1,000
N
= 5 tahun
Jumlah digit tahun:
SOYD =
n(n1) 5(51) = = 15 2 2
Nilai depresiasi tiap ta hun:
n(t1) SOYD 5(11) D1 = 15 5(21) D2 = 15 5(31) D3 = 15 5(41) D4 = 15 5(51) D5 = 15 Dt =
(P S) 5 (9.000) = 3.000 15 4 ( 10.000 1.000) = (9.000) = 2.400 15 ( 10.000 1.000) = 3 (9.000) = 1.800 15 2 ( 10.000 1.000) = (9.000) = 1.200 15 (10.000 1.000) =
1
( 10.000 1.000) =
(9.000) = 600
15
Nilai bu ku pada akhir tahu n ke-1 sampai ke-5:
– $ 1,800 = $ 8,200 – $ 1,800 = $ 6,400 BV3 = $ 6,400 – $ 1,800 = $ 4,600 BV4 = $ 4,600 – $ 1,800 = $ 2,800 BV5 = $ 2,800 – $ 1,800 = $ 1,000 BV1 = $ 10,000 BV2 = $ 8,200
Besarnya depresiasi dan nilai buku disajikan p ada tabel berikut:
7.1.4.
Sinking fund depreciation
Metode depresiasi sinking fund membebankan depresiasi tahunan secara seragam dengan cara mempertimbangkan faktor suku bunga, sehingga nilai aset yang akan didepresiasi dikalikan dengan equal payment series sinking fund factor.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 36
Besarnya depresiasi tahu n ke– t adalah: Seda ngkan nilai buku (book v alue) pada akhir tahun ke-t adalah: Dimana: Dt
= depresiasi pada ta hun ke-t (t = 1,2,...,n)
BVt
= book v alue (nilai buku) aset
P
= nilai awa l aset
S
= salv age value (nilai sisa) aset
N
= umur aset (dalam satuan tahun)
t
= akhir tahun depresiasi yang ditinjau
Contoh 7-4: Perusahaan ABC membeli satu unit mesin seharga $ 10,000. Diharapkan masa pakai mesin tersebut selama 5 tahun. Pada akhir umur ekonomisnya mesin tersebut diperkirakan memiliki nilai sisa $ 1,000. Hitung nilai depresiasi dengan metode sinking fund da n nilai buku p ada akhir tahun ke-1 sampai tahun ke-5 mesin tersebut, jika i =20%. Jawab: P
= $ 10,000
S
= $ 1,000
N
= 5 tahun
i
= 20%
Nilai depresiasi tiap ta hun:
D1 D2 D3 D4 D5
– $ 1.000)(A/F,20%,5) = $ 9.000 (0,1344) = $ 1.209,6 – $ 1.000)(A/F,20%,5) = $ 9.000 (0,1344) = $ 1.209,6 = ($ 10,000 – $ 1.000)(A/F,20%,5) = $ 9.000 (0,1344) = $ 1.209,6 = ($ 10,000 – $ 1.000)(A/F,20%,5) = $ 9.000 (0,1344) = $ 1.209,6 = ($ 10,000 – $ 1.000)(A/F,20%,5) = $ 9.000 (0,1344) = $ 1.209,6 = ($ 10,000
= ($ 10,000
Nilai buku akhir tahu n ke-1 sampai ke-5:
– $ 1.209,6 = $ 8,790,4 – $ 1.209,6 = $ 7.580,8 BV3 = $ 3.600 – $ 1.209,6 = $ 6.371,2 BV4 = $ 2.160 – $ 1.209,6 = $ 5.161,6 BV5 = $ 1.296 – $ 1.209,6 = $ 3.952,0 BV1 = $ 10,000 BV2 = $ 6.000
Besarnya depresiasi dan nilai buku disajikan pada tabel berikut:
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 37
7.1.5.
Production uni t depreciati on
Metode ini dipakai untuk peralatan yang menghasilkan layanan atau produksi berdasarkan kebutuhan per unit produksi (misalnya, truk, excav ator, mesin pompa air) dan tidak tergant ung pada fungsi wa ktu.
Dt = (Produksi/ Ʃ Produksi) (P-S)
Besarnya depresiasi tahu n ke– t adalah:
Seda ngkan nilai buku (book v alue) pada tahun ke-t a dalah:
BVt = P (t-1) - Dt
Dimana: Dt BVt
= depresiasi pada ta hun ke-t (t = 1,2,...,n) = book v alue (nilai buku) aset
P
= nilai awa l aset
S
= salv age value (nilai sisa) aset
t
= akhir tahun depresiasi yang ditinjau
Contoh 7-5: Perusahaan tambang pasir PT Galunggung membeli satu unit excavator seharga Rp 700 juta. Berdasarkan spesifikasi teknis excavator tersebut mampu menambang pasir sebanyak 50.000 3mdan nilai sisa pada akhir umur ekonomisnya diperkirakan Rp150 juta . Perencanaan produksi pasir perusahaan ABC ada lah seba gai berikut:
Tahun ke-
3) Pr oduksi (m
1
4.000
2
6.000
3
10.000
4
10.000
5
15.000
6
5.000
Ʃ
50.000
Hitung nilai depresiasi tahu nan excavator tersebut dengan metode unit produksi. Jawab: P
= Rp 700 juta
S
= Rp 150 juta
Nilai dep resiasi tahu n ke-1 sampai tahun ke-6: Dt = (Produksi/
Ʃ produksi)(P-S)
D3
– Rp 150 juta) = Rp 44 juta – Rp 150 juta) = Rp 66 juta = (10.000/50.000)(Rp 700 juta – Rp 150 juta) = Rp 110 juta
D4
= (10.000/50.000)(Rp 700 juta
D5
= (15.000/50.000)(Rp 700 juta
D6
= (5.000/50.000)(Rp 700 juta
D1
= (4.000/50.000)(Rp 700 juta
D2
= (6.000/50.000)(Rp 700 juta
– Rp 150 juta) = Rp 110 juta – Rp 150 juta) = Rp 165 juta
– Rp 150 juta) = Rp 55 juta
Nilai bu ku tahu n ke-1 sampai ke-6: BVt = P - D t BV1 = Rp 700 juta BV2 = Rp 656 juta
– Rp 44 juta = R p 656 juta – Rp 66 juta = R p 590 juta
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 38
– Rp 110 juta = Rp 480 juta – Rp 110 juta = Rp 370 juta BV5 = Rp 370 juta – Rp 165 juta = Rp 205 juta BV6 = Rp 205 juta – Rp 55 juta = Rp 150 juta BV3 = Rp 590 juta BV4 = Rp 480 juta
Hasil hitungan depresiasi dan nilai buku disajikan p ada tabel berikut:
Tahun ke-
3) Pr oduksi (m Depresiasi
Nil ai buku
1
4.000
Rp 44 juta
Rp 656 juta
2
6.000
Rp 66 juta
Rp 590 juta
3 4
10.000 10.000
Rp 110 juta Rp 110 juta
Rp 480 juta Rp 370 juta
5
15.000
Rp 165 juta
Rp 205 juta
6
5.000
Rp 55 juta
Rp 150 juta
Ʃ
50.000
7.2. Deplesi Sumber daya alam juga termasuk aktiva tetap. Seperti halnya aktiva tetap lainnya , sumber daya alam setelah dieksploitasi kemudian diolah terus-menerus maka lama kelamaan sumber daya alam akan habis. Oleh karena itu p erlu ada pembebanan biaya yang mirip dengan persediaan. Deplesi adalah suatu bentuk potongan pajak atas berkurangnya sumberdaya alam (cadangan mineral atau kekayaan hutan) yang diberikan selama umur ekonomis cadangan tersebut. Perhitungan deplesi dilakukan setiap tahun .
Perbeda an depresiasi da n d eplesi adalah sebagai berikut:
Deplesi merupakan penyusutan terhadap pengurangan kuantitatif yang terjadi dalam sumber daya alam, sedangkan depresiasi merupakan penyusutan terhadap pengurangan service (manfaat ekonomi) yang terjadi dalam aktiva tetap.
Deplesi digunakan untuk aktiva tetap yang tidak dapat diganti langsung dengan aktiva yang sama jika sudah habis, sedangkan depresiasi digunakan untuk aktiva tetap yang pada umumnya dapat diganti jika sudah habis.
Deplesi adalah pengakuan terhadap perubahan langsung dari suatu sumber alam menjadi barang yang dapat dijual, sedangkan depresiasi adalah alokasi harga perolehan ke pendapatan periode yang bersangkutan untuk suatu service yang dihasilkan (kecuali dalam perusahaan di mana depresiasi dihitung berdasar ha sil produksi).
Dalam menghitung besarnya d eplesi perlu memperhatikan faktor-faktor:
Harga perolehan aktiva , Taksiran nilai sisa jika sumb er alam sudah selesai di eksploitasi Taksiran ha sil yang secara ekonomis dapa t d ieksploitasi.
Ada d ua metode perhitu ngan deplesi untuk mineral, minyak, dan gas, yaitu: a.
Cost depletion
b.
Percentage depletion
Seda ngkan untuk menghitung deplesi hasil hut an biasanya menggunakan metode cost depletion.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 39
Prosedur menentukan metode deplesi: % deplesi
Batas % deplesi: 50% untu k mineral 100% untuk minyak dan gas
7.2.1.
Hasil yang lebih kecil merupakan percentage depletion yang diijinkan
Pilih metode deplesi yang menghasilkan pengurangan paja k lebih besar.
Cost d epletion
Cost depletion
Basis p erhitungan cost depletion u ntuk proyek minyak da n p ertambangan ad alah:
Hak p enguasaan.
Bonus penyewaan.
Biaya surv ey geologi/geofisika.
Biaya penaksiran da n legalitas.
Biaya-b iaya sejenis yang diketahui dengan pasti.
Biaya eksplorasi penambangan ataupun biaya pengeboran minyak yang tidak nyata biasanya jarang digunakan sebagai basis perhitungan cost d epletion.
=
Dimana:
Basis penyesuaian = Basis biaya ± Penyesuaian
– Deplesi kumulatif.
Contoh 7-6: Suatu perusahaan mempunyai lahan pertambangan emas dengan cadangan diperkirakan 1.000.000ounces. Biaya untuk mendapatkan IUP yang dikeluarkan pada tahun ke-0 adalah $150.000. Penambanganemas diproyeksikan mulai tahun ke-1 dengan volume tetap sebesar 50.000 ounces/tahun.Hitunglah cos t depletion tahun ke-1 dan tahun ke-2. Jawab: Cost depletion t ahu n ke-1 = ($150.000)(50.000 ounces / 1.000.000 ounces) = $7.500 Cost depletion tahun ke-2 = ($150.000-$7.500)(50.000 ounces / 950.000 ounces) = $7.500
7.2.2.
Percentage depletion
Percentage depletion adalah persentase tertentu dari pendapatan bersih (pendapatan kotor setelah dikurangi royalti) dari p enjualan mineral ata u migas yang diambil dari laha n p ertambangan selama tahun pajak. Persentase deplesi yang diijinkan biasanya tergantung pada jenis bahan tambang dan kapasitas produksi perusahaan.
Contoh 7-7: Suatu perusahaan mempunyai lahan pertambangan emas dengan cadangan diperkirakan 1.000.000 ounces. Biaya untuk mendapatkan IUP yang dikeluarkan pada tahun ke-0 adalah $150.000. Penambanganemas diproyeksikan mulai tahun ke-1 dengan volume tetap sebesar 50.000 ounces/tahun dengan harga jual $29/ounce setelah royalti.Diasumsikan tingkat deplesi untuk emasadalah 15% dari pendapatan bersih.Hitunglah percentage depletion tahun ke-1 dan t ahun ke-2.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 40
Jawab: Percentage depletion t ahun ke-1= 15% (50.000 ounce x $29) = $217.000 Percentage depletion tahun ke-2= 15% (50.000 ounce x $29) = $217.000
7.2.3.
Memil ih metode deplesi
Contoh 7-8: PT Agung Linuwih mempunyai lahan emas dengan biaya hak penguasaan $150.000. Cadangan emas yang ditemukan diperkirakan satu juta ounces. Produksi diproyeksikan dimulai tahun ke-1 sebesar 50.000 ounces/tahun dan dijual dengan harga $29/ouces setelah royalti. Biaya operasi dan overhead tahun ini $180.000, dan depresiasi aset adalah $120.000/tahun. Diasumsikan tingkat produksi, biaya operasi, dan harga jual akan sama pada tahun depan. Tingkat deplesi untuk emas adalah 15% dengan batas persentase deplesi untuk perusahaan tersebut a dalah 100%, p ajak pertambangan $30.000/tahun, dan pa jak penghasilan 40%. Jika perusahaan boleh memilih metode deplesi untuk mengurangi pajaknya, bandingkan besarnya percentage depletion dan cost depletion tahun ke-1 dan tahun ke-2. Jawab: Tahun ke-1 Pend apatan bersih (50.000 ounces x $29)
$1.450.000
- Biaya operasi
-180.000
- Paja k pertambangan
-30.000
- Depresiasi
-120.000
Penghasilan kena pajak sebelum deplesi
$1.120.000
- Batas persentase deplesi (1,0)($1.200.000)
1.120.000
- Persentage depletion(0,15)($1.450.000)
-217.500* )
- Cost depletion
7.500** )
Penghasilan kena pajak
$902.500
- Paja k 40%
-361.000
Penghasilan bersih (keuntungan)
541.500
+ Depresiasi
120.000
+ Deplesi yang diambil
217.500
Cash flow penjualan tahun ke-1
$879.000
Keterangan: * )Karena hasil percentage depletion 15% adalah $217.500 lebih kecil daripada batas 100% percetage depletion, maka diperbolehkan menggunakan metode persentase deplesi. Pada tahun ke-2 jika pendapatan dan pengurangan diasumsikan sama seperti tahun ke-1, maka batas percentage depletion juga sama, sehingga diperbolehkan menggunakan metode p ersentase d eplesi. ** )Cost depletion tahun ke-1 = ($150.000)(50.000 ounces / 1.000.000 ounces) = $7.500, lebih kecil daripada percentage d epletion sehingga perusahaan memilih p ercenta ge depletion untuk p engurangan dep lesinya. Basis biaya untuk perhitungan cost depletion tahun ke-2 harus disesuaikan untuk pengurangan aktual deplesi yang diambil. Cost dep letion ta hun ke-2 = ($150.000-$217.500)(50.000/950.000) < 0. Sehingga pada tahun ke-2 metode cost depletion juga tidak digunakan untuk pengurangan deplesi. Dengan kata la in percentage dep letion digunakan lagi untu k menghitung deplesi pada tahun ke- 2.
7.3.
Amortisasi
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 41
Amortisasi adalah proses penyusutan untuk aset tidak berwujud (intangible) dan digunakan untuk pengurangan pajak. Menurut pajak, harga perolehan aset harus diamortisasi jika aset tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan d an memiliki masa manfaa t lebih d ari satu tahun. Harga aset atau biaya yang bisa diamortisasi misalnya biaya untuk pengembangan (development) tambang, intangible cost p ada pengeboran migas, hak patent, franchaise, dsb. Cara mengitung amortisasi sama seperti perhitungan depresiasi garis lurus ataupun declining balance, hanya saja amortisasi diberikan dengan tingkat (rate) tertentu dan selama periode tertentu, tergantung kebijakan pajak masing-masing negara. Di Indonesia tarif amortisasi ditetapkan dalam pasal 11 A (2) UU Pajak Penghasilan (PPh ) No.36 Th 2008, seperti yang disajikan p ada Tab el 7.1.
Tab el 7.1. Tarif Amortisasi berdasarkan U U No. 36 Tahun 2008 Kelompok harta
Ma sa manfaat
Tarif a mortisasi
(tahun)
Garis lurus
Sa ldo menurun
Kelompok 1
4
25%
50%
Kelompok 2
8
12,5%
25%
Kelompok 3
16
6,25%
12,5%
Kelompok 4
20
5%
10%
Jika biaya pengembangan seluruhnya (100%) digunakan untuk pengurangan pendapatan sebelum pajak, maka tidak ada a mortisasi.
Contoh 7-9: Seorang investor akan mengembangkan suatu pertambangan. Biaya pengembangan sebesar $1 juta yang diadakan pada bulan juli (bulan ke-7) tahun ini (tahun ke-0). Jika amortisasi yang diijinkan adalah 30% dari biaya pengembangan dan p eriode amortisasi di at as 60 bu lan, hitunglah pengurangan pajak yang diijinkan. Jawab: Basis amortisasi = 30% x $1.000.000 = $300.000 Jangka waktu dari bulan ke-7 sampai bulan ke-12 tahun ke-0 adalah 6 bulan, sehingga amortisasi yang diambil pad a ta hun ke-0 adalah 6/60, tahun ke-1 sampai ke-4 ada lah 12/60, dan tahun ke-5 adalah 6/60. Tahun ke-
Pengurangan amortisasi
0
(6/60) ($300.000) = $30.000
1-4
(12/60) ($300.000) = $60.000
5
(6/60) ($300.000) = $30.000
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 42
8.
PENGARU H PAJAK DALAM ANALISIS LIFE CYCLE COSTING Tujuan:
Memaha mi konsep pa jak.
Ma mpu menyusun cash flow setelah pa jak
Ma mpu memahami pengaruh pajak dalam a nalisis life cycle costing
8.1.
Pengertian pajak
Paja k (tax) adalah salah satu sumber keuangan pemerintah ya ng berasal dari rakyat. Kegunaa n pajak ant ara lain:
Membiayai kegiatan mengelola negara (membayar gaji PNS , sub sidi, pembangunan fasilitas u mum, dll).
Pemerataan pendapatan (orang yang memiliki pendapatan lebih besar akan dikenakan pajak lebih banyak dib andingkan orang dengan penghasilan lebih kecil).
Mengurangi pemakaian ba rang yang secara umum tida k bermanfaat (misalnya: miras, rokok).
Memproteksi indu stri nasional, industri kecil, industri ramah lingkungan.
Beberapa jenis pa jak yang dikenakan pada perusahaan a ntara lain:
Pajak pendapatan, yaitu pajak yang dipungut dari pendapatan usaha atau perorangan yang besarnya dihitung berdasarkan persentase tertentu dari pendapatan bersih.
Pajak kekayaa n, ya itu pajak atas kepemilikan tanah, ba ngunan, kendaraan, mesin/peralatan, d sb.
Pajak penjualan, yaitu pajak yang dipungut atas penjualan barang atau pemberian pelayanan dan tidak ada kaitannya d engan pendapatan bersih atau keuntungan perusahaan.
Dalam industri pertambangan dikenal adanya pungutan yang pengurang/potongan(deduction) pendapatan sebelum pajak, antara lain:
bisa
digunakan
sebagai
Royalti, yaitu suatu bentuk kompensasi atas diberikannya hak istimewa untuk mengembangkan atau memproduksi mineral atau migas. Kompensasi berupa pembagian keuntungan dari nilai mineral yang diekstraksi.
Severance tax (mining tax), yaitu pajak negara atas pengambilan sumberdaya alam yang perhitungannya berdasarkan nilai/jumlah produksi aktu al.
Property tax (ad valorem tax), yaitu retribusi yang dipungut oleh otoritas perpajakan atas kekayaan baik yang berup a b arang bergerak maupun tidak bergerak.
Di samping itu potongan pajak juga berasal dari penyusutan atau penurunan nilai sebuah aktiva yang memilki umur manfaat. Penyusutan adalah biaya non-kas yang ber pengaruh terhadap pajak pendapatan, karena merupakan potongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaa n atas nilai aset dapat terw akili dalam lap oran keuangan suatu perusahaan. Jenis-jenis penyusut andalam indu stri p ertambangan ya itu: a.
Depresiasi digunakan untuk aktiva teta p.
b.
Amortisasi digunakan untuk aktiva tidak berwujud.
c.
Deplesi diguna kan untuk a ktiva sumber daya Alam.
Dari sudut kepentingan pajak investor, metode tercepat dari pengurangan biaya adalah untuk mengeluarkan atau mengurangi pajak secara penuh pada tahun dikeluarkan. Hal ini disebabkan semakin cepat diperoleh pemotongan pajak, semakin cepat diperoleh keuntungan dari pemotongan tersebut sehingga akan memperbaiki ekonomi proyek. Akan tetap i hukum p ajak seringkali tidak mengijinkan ha l yang d emikian.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 43
8.2.
Cashflow setelah pajak
Contoh 8-1: PT Agung Linuwih bermaksud menguasai dan mengembangkan lahan pertambangan yang diyakini mengandung 500.000 ounces emas. Biaya hak penguasaan tambang tersebut $900.000, biaya pengembangan $1.200.000, biaya pembelian peralatan tambang $1.000.000, dan biaya modal kerja $ 300.000, semuanya dikeluarkan pada awal tahun ke-0. Umur pemakaian peralatan adalah 5 tahun, dan depresiasi peralatan dihitung dengan metode straigth line dengan nilai sisa pad a akhir umur pemakaian p eralatan adalah nol. Produksi emas diproyeksikan dimulai tahun ke-1 sebesar 100.000 ounces/tahun selama 5 tahun.Harga jual emas pada tahun ke-1 adalah $30/ouces, dan diperkirakan mengalami kenaikan 10%/tahun. Biaya operasi tahun ke-1 adalah $1.000.000, dan mengalami kenaikan 8%/tahun.Diasumsikan tingkat produksi, biaya operasi, dan harga jual akan sama pada tahun depan. Royalti yang harus dibayarkan adalah 15% dari pendapatan (revenue). Pajak pertambangan $30.000/tahun, dan pajak penghasilan 30%. Perusahaan boleh memilih metode cost deplesi ataupun persentase deplesi untuk mengurangi pajaknyadengan tingkat deplesi adalah 15% dan batas persentase deplesi untuk perusahaan tersebut adalah 50%. Hitunglah: a.
Cashflow sebelum pajak
b.
Cashflow setelah pajak jika 100% development cost digunakan untuk pengurang pajak dan deplesi dihitung dengan metode cost depletion.
c.
Cashflow setelah pajak jika 100% development cost digunakan untuk pengurang pajak dan deplesi dihitung dengan metode percentage depletion.
d.
Cashlow setelah pajak jika tingkat amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode cost depletion.
e.
Cashlow setelah pajak jika tingkat amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode percentage depletion.
Diasumsikan negatif tax able income sebagai saving (expensed against other income). Jawab:
a.
Tahu n keProduksi (ounces/th)
0 -
1 100.000
Harga jual ($/ounce)
-
30
Biaya produksi ($/th)
-
1.000.000
2 100.000
3 100.000
33
4 100.000
36,30
1.080.000
5 100.000
39,93
1.166.000
43,92
1.260.000
1.360.000
Cashflow sebelum pajak (x$1000): 1
2
3
4
5
Rev enue -Royalti (15%)
Tahun ke-
0 0
3.000 -450
3.300 -495
3.630 -545
3.993 -599
4.392 -659
Net rev enue -Operating cost Net income
0 0 0
2.550 -1.000 1.550
2.805 -1.080 1.725
3.086 -1.166 1.919
3.394 -1.260 2.134
3.733 -1.360 2.373
+Working capital return -Cap ital cost 1) -3.400
0 0
0 0
0 0
300
CASH FL OW
0
-3.400
0 0
1.550
0 0
1.725
1.919
2.134
2.673
Keterangan: 1) Capital cost
= working capital+acquisitionrigths +depreciable equipment+development. = $300 + $900 + $1.000 + $1.200 = $3.400
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 44
b.
Cashflow setelah pajak jika 100% development cost digunakan untuk pengurang pajak dan deplesi dihitung dengan metode cost depletion. Tahun ke-
0
Rev enue -Royalty (15%) Net rev enue -Op erating cost -M ining tax -Dev elopment cost -Depreciation1) -Cost depletion 2) Tax able income -Tax (30%) 3)
1 0 0
2
3.000 -450
3
3.300 -495
4
3.630 -545
5
3.993 -599
4.392 -659
0 2.550 2.805 3.086 3.394 3.733 0 -1.000 -1.080 -1.166 -1.260 -1.360 0 -30 -30 -30 -30 -30 -1.200 0 0 0 0 0 0 -200 -200 -200 -200 -200 0 -180 -180 -180 -180 -180 -1.200 1.140 1.315 1.510 1.724 1.963 360 -342 -394,5 -453 -517,2 -588,9
Net income +Depreciation +Depletion +Working capital return -Cap ital cost 4) -2.200
-840 0 0 0 0
CASH FL OW
798 200 180 0 0
-3.040
920,5 200 180 0 0
1.178
1.057 200 180 0
1.300,5
1.206,8 200 180 0
1.374,1 200 180 300
0
0
1.437
1.586,8
2.054,1
Keterangan: 1) Deprecition
tahun ke-n
= (P-S )/n = (1.000.000 – 0)/5 = $200.000 (tetap selama 5 tahu n)
2)Cost depletion = Basis penyesuaian x
Mineral yang diambil dan dijual selama tahun berjalan Mineral yang ditemukan pada awal tahun
Cost depletion th- 1
= ($900.000)(100.000 ounces / 500.000 ounces) = $180.000
Cost depletion th- 2
= ($900.000-$180.000)(100.000 ounces / 400.000 ounces) = $180.000
Cost depletion th- 3
= ($720.000-$180.000)(100.000 ounces / 300.000 ounces) = $180.000
Cost depletion th- 4
= ($540.000-$180.000)(100.000 ounces / 200.000 ounces) = $180.000
Cost depletion th- 5
= ($360.000-$180.000)(100.000 ounces / 100.000 ounces) = $180.000
4) Tax
(30%), jika tax able income negatif maka dianggap sebagai saving.
5) Capital cost
= working capital+acquisition rigths +depreciable equipment. = $300.000 + $900.000 + $1.000.000 = $2.200.000
c.
Cashflow setelah pajak jika 100% development cost digunakan untuk pengurang pajak dan deplesi dihitung dengan metode percentage depletion. Tahun keRev enue -Royalty (15%)
0 0 0
1 3.000 -450
2 3.300 -495
3 3.630 -545
4 3.993 -599
5 4.392 -659
Net rev enue -Op erating cost -M ining tax -Dev elopment cost
0 0 0 -1.200
2.550 -1.000 -30 0
2.805 -1.080 -30 0
3.086 -1.166 -30 0
3.394 -1.260 -30 0
3.733 -1.360 -30 0
-Depreciation1) 0 -Percentage depletion2) 0
-200 -382
-200 -421
-200 -463
-200 -509
-200 -560
Tax able income -1.200 938 1.074 1.227 1.395 1.583 -Tax (30%) 3) 360 -281,4 -322,2 -368,1 -418,5 -474,9 Net income -840 656,6 751,8 858,9 976,5 1.108,1 +Depreciation 0 200 200 200 200 200 +Depletion 0 382 421 463 509 560 +Working capita l return 0 0 0 0 0 300 -Capital cost 4) -2.200 0 0 0 0 0
CASH FL OW
-3.040
1.238,6
1.372,8
1.521,9
1.685,5
2.168,1
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 45
Keterangan: 1) Deprecition
tah un ke-n
= (P-S )/n = (1.000.000 – 0)/5 = $200.000 (tetap selama 5 tahu n)
2) Percentage depletion diperbolehkan jika n ilainya lebih kecil dari b ata s deplesi maksimal:
Batas d eplesi maksimal = 50% x tax able income before depletion Batas d eplesi th-1 = 50%(2.550.000 - 1.000.000 – 30.000 – 0 – 200.000) = $660 Batas d eplesi th-2 = 50%(2.805.000 - 1.080.000 – 30.000 – 0 – 200.000) = $747,5 Batas d eplesi th-3 = 50%(3.086.000 - 1.166.000 – 30.000 – 0 – 200.000) = $845 Batas d eplesi th-4 = 50%(3.394.000 - 1.260.000 – 30.000 – 0 – 200.000) = $952 Batas d eplesi th-5 = 50%(3.733.000 - 1.360.000 – 30.000 – 0 – 200.000) = $1.071,5 Percentage depletion = 15% x net revenue Percentage depletion th-1 = 15% x 2.550.000 = $382.000 Percentage depletion th-2 = 15% x 2.805.000 = $421.000 Percentage depletion th-3 = 15% x 3.086.000 = $463.000 Percentage depletion th-4 = 15% x 3.394.000 = $509.000 Percentage depletion th-5 = 15% x 3.733.000 = $560.000 3) Tax
(30%), jika tax able income negatif maka dianggap sebagai saving.
4) Capital cost
= working capital+acquisition rigths +depreciable equipment. = $300.000 + $900.000 + $1.000.000 = $2.200.000
d.
Cashflow setelah pajak jika amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode cost depletion. Tahu n keRev enue -Royalty (15%)
0
1 0 0
2
3.000 -450
3.300 -495
3 3.630 -545
4
5
3.993 -599
4.392 -659
Net rev enue 0 2.550 2.805 3.086 3.394 3.733 -Op erating cost 0 -1.000 -1.080 -1.166 -1.260 -1.360 -M ining tax 0 -30 -30 -30 -30 -30 -Dev elopment cost1) -840 0 0 0 0 0 -Amortization2) -72 -72 -72 -72 -72 0 -Depreciation3) 0 -200 -200 -200 -200 -200 -Cost depletion 4) 0 -180 -180 -180 -180 -180 Tax able income -912 1.068 1.243 1.438 1.652 1.963 -Tax (30%) 5) 273,6 -320,4 -372,9 -431,4 -495,6 -588,9 Net income +Amortization +Depreciation +Depletion +Working capital return -Cap ital cost 6) -2.560
CASH FL OW
-638,4 72 0 0 0 0
747,6 72 200 180 0 0
-3.126,4
1. 199,6
870,1 1.006,6 1.156,4 1.374,1 72 72 72 0 200 200 200 200 180 180 180 180 0 0 0 300 0 0 0
1.322,1
1.458,6
1.608,4
2.054,1
Keterangan: 1) Dev elopment cost = 70% 2) Amortisasi
tahu n ke-n
x $1.200 = $840 = 30% (dev . cost)/periode amortisasi = 30% (1.200.000)/5 = $72.000 (tetap sampai ta hun ke-5)
3) Deprecition
tahun ke-n
= (P-S )/n = (1.000.000 – 0)/5 = $200.000 (tetap selama 5 tahu n)
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 46
4)Cost depletion = Basis penyesuaian x
Mineral yang diambil dan dijual selama tahun berjalan Mineral yang ditemukan pada awal tahun
Cost depletion th-1
= ($900.000)(100.000 ounces / 500.000 ounces) = $180.000
Cost depletion th- 2
= ($900.000-$180.000)(100.000 ounces / 400.000 ounces) = $180.000
Cost depletion th- 3
= ($720.000-$180.000)(100.000 ounces / 300.000 ounces) = $180.000
Cost depletion th- 4
= ($540.000-$180.000)(100.000 ounces / 200.000 ounces) = $180.000
Cost depletion th- 5
= ($360.000-$180.000)(100.000 ounces / 100.000 ounces) = $180.000
5) Tax
(30%), jika tax able income negatif maka dianggap sebagai saving.
6) Capital cost
= working capital+acquisition rigth+depreciable equipment+30%development. = $300.000 + $900.000 + $1.000.000 + $360.000 = $2.560.000
e.
Cashflow setelah pajak jika amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode percentage depletion. Tahun ke-
0
Rev enue -Royalty (15%) Net rev enue -Op erating cost -Mining tax -Dev elopment cost -Amortization -Depreciation -Percentage depletion Tax able income -Tax (30%) Net income +Amortization +Depreciation +Depletion +Working capital return -Cap ital cost CASH FLOW
1
2
3
0 0 0 0 0 -840 -72 0 0
3.000 -450 2.550 -1.000 -30 0 -72 -200 -382
3.300 -495 2.805 -1.080 -30 0 -72 -200 -421
3.630 -545 3.086 -1.166 -30 0 -72 -200 -463
3.993 -599 3.394 -1.260 -30 0 -72 -200 -509
4.392 -659 3.733 -1.360 -30 0 0 -200 -560
-912 273,6
866 -259,8
1.002 -300,6
1.155 -346,5
1.323 -396,9
1.583 -474,9
-638,4 72 0 0 0 -2.560 -3.126,4
4
5
606,2 701,4 808,5 926,1 1.108,1 72 72 72 72 0 200 200 200 200 200 382 421 463 509 560 0 0 0 0 300 0 0 0 0 0 1.260,2 1.394,4 1543,5 1.707,1 2.168,1
Keterangan: 1) Dev elopment cost = 70% 2) Amortisasi
tahu n ke-n
x $1.200 = $840 = 30% (dev . cost)/periode amortisasi = 30% (1.200.000)/5 = $72.000 (tetap sa mpai tahun ke-5)
3) Deprecition
tahun ke-n
= (P-S )/n = (1.000.000 – 0)/5 = $200.000 (tetap selama 5 tahu n)
4) Percentage depletion diperbolehkan jika n ilainya lebih kecil dari ba tas
deplesi maksimal:
Batas d eplesi maksimal = 50% x tax able income befofe depletion Batas d eplesi th-1 = 50%(2.550.000 - 1.000.000 - 30.000 - 0 – 72 - 200.000) = $588 Batas d eplesi th-2 = 50%(2.805.000 - 1.080.000 - 30.000 – 0 - 72 - 200.000) = $675,5 Batas d eplesi th-3 = 50%(3.086.000 - 1.166.000 - 30.000 – 0 - 72 - 200.000) = $773 Batas d eplesi th-4 = 50%(3.394.000 - 1.260.000 - 30.000 – 0 - 72 - 200.000) = $880 Batas d eplesi th-5 = 50%(3.733.000 - 1.360.000 - 30.000 – 0 - 72 - 200.000) = $999,5
Percentage depletion = 15% x net rev enue Percentage depletion th-1 = 15% x 2.550.000 = $382.000 Percentage depletion th-2 = 15% x 2.805.000 = $421.000 Percentage depletion th-3 = 15% x 3.086.000 = $463.000
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 47
Percentage depletion th-4 = 15% x 3.394.000 = $509.000 Percentage depletion th-5 = 15% x 3.733.000 = $560.000 5) Tax
(30%), jika tax able income negatif maka dianggap sebagai saving.
6) Capital cost:
= working capital+acquisition rigth+depreciable equipment+30% dev.’t
Capital cost
= $300.000 + $900.000 + $1.000.000 + $360.000 = $2.560.000
Hasil perhitungan kelima cashflow d i atas dapat dirangkum sebagai berikut: Cashflow (x$1000) th ke-
0
1
2
3
4
5
Before tax 100% dev .cost, cost depl.
-3.400 -3.040
1.550 1.178
1.725 1.300,5
1.919 1.437
2.134 1.586,8
2.673 2.054,1
100% dev .cost, 15% depl.
-3.040
1.238,6
1.372,8
1.521,9
1.685,5
2.168,1
30% amortization, cost depl. 30% amortization, 15% depl.
-3.126,4 -3.126,4
1.199,6 1.260,2
1.322,1 1.466,4
1.458,6 1543,5
1.608,4 1.707,1
2.054,1 2.168,1
Untuk mengetahui pengaruh pajak terhadap cashflow dilakukan analisis NPV, ROR, PVR atau BCR, dan PBP pad a discount rate tertentu (misal, i=20%) a.
Cashflow sebelum pajak (x$1000)
= ∑ PW rev enue - ∑ PW cost
NPV NPVA
=1.550(P/F,20%,1)+1.725(P/F,20%,2)+1.919(P/F,20%,3)+2.134(P/F,20%,4) +2.673(P/F,20%,5)- 3.400 = 1.550(0,833) + 1.725(0,694) + 1.919(0,579) + 2.134(0,482 ) + 2.673(0,402) - 3.400 = 2.303,5
ROR ada lah nilai i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba: Untuk i = 20% diperoleh NPVA = $2.303,5 2.303,5
Untuk i = 50%, diperoleh NPVA = - $257,9 Selanjut nya dicari nilai RO R dengan interpolasi:
0
(ROR -20%)/(2.303,5-0) = (50%-20%)/(2.303,5-(-257,9)) 20%
ROR A = 20% + (50%-20%)((2.303,5/(2.303,5+257,9))
ROR=?
50% -257,9
=46,98%
A/│PW net CF A (- )│ = 2.303,5/│- 3.400│ = 0,68
PVRA = NPV
BCRA = PVR
A
+1
= 0,68 + 1 = 1,68
Discounted P BP dengan MARR 20% Terlebih dulu d ihitung aliran kas diskonto da n kumulatifnya: Tahun
CF A
P/F,20%,n
PW CF
A
cum PW CF
A
0
-3.400,0
1,000
-3.400,0
-3.400,0
1
1.550,0
0,833
1.291,7
-2.108,3
2
1.725,0
0,694
1.197,9
-910,4
3
1.919,0
0,579
1.110,5
200,1
4
2.134,0
0,482
1.029,1
1.229,2
5
2.673,0
0,402
1.074,2
2.303,5
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 48
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-2 dan ke-3, sehingga PBP dap at dihitung dengan interpolasi:
PBP = tahun Cum. CF()terakhir │ PBP = 2 │
Cum. CF()terakhir │ CF( )th berikutnya
910,4 │ 1.110,5
= 2 + 0,82 = 2,82 tahun.
b.
Cashflow setelah pajak jika 100% development cost digunakan untuk pengurang pajak dan deplesi dihitung dengan metode cost depletion.
= ∑ PW rev enue - ∑ PW cost
NPV
NPVB =1.178(P/F,20%,1)+1.300,5(P/F,20%,2)+1.437(P/F,20%,3)+1.586,8(P/F,20%,4) +2.054,1(P/F,20%,5)-3.400 = 1.178(0,833) + 1.300,5(0,694) + 1.437(0,579) + 1.586(0,482) + 2.054(0,402) - 3.400 = $907
ROR ada lah nilai i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba: Untuk i = 20% diperoleh NPVA = $907
907
Untuk i = 35%, nilai NPVA = -$294 Selanjut nya dicari nilai ROR dengan interpolasi: (ROR -20%)/(907-0)= (35%-20%)/(907-(-294))
0 20%
ROR B = 20% + (35%-20%)((907/(907+294))
ROR=?
= 31,33%
PVRB = NPV
35% -294
/│PW net CF B (- )│
B
= 907/│-3.400│ = 0,27 BCRB = PVR B + 1 = 0,27 + 1 = 1,27
Discounted P BP dengan MARR 20% Terlebih dulu d ihitung aliran kas diskonto da n kumulatifnya: Tahun
CF B
P/F,20%,n
PW CF
cum PW CF
B
B
0
-3.400,0
1,000
-3.400,0
-3.400,0
1
1.178,0
0,833
981,7
-2.418,3
2
1.300,5
0,694
903,1
-1.515,2
3
1.437,0
0,579
831,6
-683,6
4
1.586,8
0,482
765,2
81,6
5
2.054,1
0,402
825,5
907,1
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-3 dan ke-4, sehingga PBP dap at dihitung dengan interpolasi:
PBP = tahun Cum. CF()terakhir │ PBP = 3 │
Cum. CF()terakhir │ CF( )th berikutnya
683,6 │ 765,2
= 3 + 0,89 = 3,89 tahun.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 49
c.
Cashflow setelah pajak jika 100% development cost digunakan untuk pengurang pajak dan deplesi dihitung dengan metode percentage depletion.
= ∑ PW rev enue - ∑ PW cost
NPV NPVc
=1.238,6(P/F,20%,1)+1.372,8(P/F,20%,2)+1.521,9(P/F,20%,3)+1.685,5(P/F,20%,4)+2.168,1(P/F,20%,5)-3.400 = 1.238,6 (0,833) + 1.372,8 (0,694) + 1.521,9 (0,579) + 1.685,5 (0,482) + 2. 168,1(0,402) - 3.400 = $1.150,4
ROR ada lah nilai i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba: Untuk i = 20% diperoleh NPVC = $1.150,4 1.150,4
Untuk i = 35%, nilai NPVC = -$119,7 Selanjut nya dicari nilai ROR dengan interpolasi:
0
(ROR -20%)/(1.150,4-0) = (35%-20%)/(1.150,4-(-119,7))
20%
35%
ROR=?
ROR C = 20% + (35%-20%)((1.150,4/(1.150,4+119,7))
-119,7
= 33,59% PVRC = NPV C/│PW net CF C (- )│ = 1.150,4/│ - 3.400│ = 0,34
BCRC = PVR C + 1 = 0,34 + 1 = 1,34
Discounted P BP dengan MARR 20% Terlebih dulu dihitu ng aliran kas diskonto dan kumulatifnya: Tahun
CF C
P/F,20%,n
PW CF
C
cum PW CF
C
0
-3.400,0
1,000
-3.400,0
-3.400,0
1
1.238,6
0,833
1.032,2
-2.367,8
2
1.372,8
0,694
953,3
-1.414,5
3
1.521,9
0,579
880,7
-533,8
4
1.685,5
0,482
812,8
279,1
5
2.168,1
0,402
871,3
1.150,4
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-3 dan ke-4, sehingga PBP dap at dihitung dengan interpolasi:
PBP = tahun Cum. CF()terakhir │ PBP = 3 │
Cum. CF()terakhir │ CF( )th berikutnya
533,8 │ 812,8
= 3 + 0,66 = 3,66 tahun.
d.
Cashlow setelah pajak jika tingkat amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode cost depletion.
NPV NPVD
= ∑ PW rev enue - ∑ PW cost =1.199,6(P/F,20%,1)+1.322,1(P/F,20%,2)+1.458,6(P/F,20%,3)+1.608,4(P/F,20%,4)+2.054,1(P/F,20%,5) - 3.126,4 = 1.199,6(0,833) + 1.322,1(0,694) + 1.458,6(0,579) + 1.608,4(0,482) + 2.054,1(0, 402) - 3.126,4 = $1.236,6
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 50
ROR ada lah nilai i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba: Untuk i = 20% diperoleh NPVD = $1.236,6 1.236,6
Untuk i = 40%, nilai NPVD = -$78,6 Selanjut nya dicari nilai ROR dengan interpolasi: (ROR -20%)/(1.236,6-0) = (40%-20%)/(1.236,6-(-78,6))
0 20%
ROR D = 20% + (40%-20%)((1.236,6/(1.236,6+78,6))
ROR=?
-78,6
= 38,8%
PVRD = NPV
40%
/│PW net CF D (- )│
D
= 1.236,6/│ -3.126,4│ = 0,4 BCRD = PVR
D
+1
= 0,4 + 1 = 1,4
Discounted P BP dengan MARR 20% Terlebih dulu dihitu ng aliran kas diskonto da n kumulatifnya: Tahun
CF D
P/F,20%,n
PW CF
D
cum PW CF
D
0
-3.126,4
1,000
-3.126,4
-3.126,4
1
1.199,6
0,833
999,7
-2.126,7
2
1.322,1
0,694
918,1
-1.208,6
3
1.458,6
0,579
844,1
-364,5
4
1.608,4
0,482
775,7
411,1
5
2.054,1
0,402
825,5
1.236,6
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-3 dan ke-4, sehingga PBP dap at dihitung dengan interpolasi:
PBP = tahun Cum. CF()terakhir │ PBP = 3 │
Cum. CF()terakhir │ CF( )th berikutnya
364,5 │ 775,7
= 3 + 0,47 = 3,47 tahun.
e.
Cashlow setelah pajak jika tingkat amortisasi 30% selama 5 tahun dan deplesi dihitung dengan metode percentage depletion.
NPV NPVE
= ∑ PW rev enue - ∑ PW cost = 1.260,2(P/F,20%,1)+1.466,4(P/F,20%,2)+1.543,5(P/F,20%,3)+1.707,1(P/F,20%,4)+2.168,1(P/F,20%,5) - 3.126,4 = 1.260,2(0,833) + 1. 466,4(0,694) + 1. 543,5(0,579) + 1. 707,1(0,482) + 2. 168,1(0,402) - 3.126,4 = $1.529,9
ROR ada lah nilai i yang menghasilkan NPV=0, diperoleh dengan cara coba-coba: Untuk i = 20% diperoleh NPVE = $1.529,9 Untuk i = 40%, nilai NPVE = -$329,1
1.529,9
Selanjut nya dicari nilai ROR dengan interpolasi: (ROR -20%)/(1.529,9-0) = (45%-20%)/(1.529,9-(-329,1)) ROR E = 20% + (45%-20%)((1.529,9/(1.529,9+329,1)) = 40,6%
0 20%
ROR=?
45% -329,1
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 51
PVRE = NPV
E
/│PW net CF E (- )│
= 1.529,9/│ - 3.126,4│ = 0,5 BCRE = PVR E + 1 = 0,5 + 1 = 1,5
Discounted P BP dengan MARR 20% Terlebih dulu dihitu ng aliran kas diskonto dan kumulatifnya: Tahun
CF E
P/F,20%,n
PW CF
cum PW CF
E
E
0
-3.126,4
1,000
-3.126,4
-3.126,4
1
1.260,2
0,833
1.050,2
-2.076,2
2
1.466,4
0,694
1.018,3
-1.057,9
3
1.543,5
0,579
893,2
-164,7
4
1.707,1
0,482
823,3
658,6
5
2.168,1
0,402
871,3
1.529,9
Terlihat bahwa periode pengembalian investasi proyek tersebut antara tahun ke-3 dan ke-4, sehingga PBP dap at dihitung dengan interpolasi:
PBP = tahun Cum. CF()terakhir │ PBP = 3 │
Cum. CF()terakhir │ CF( )th berikutnya
164,7 │ 823,3
= 3 + 0,20 = 3,20 tahun.
Hasil ana lisis kelima cashflow d i atas d apat dirangkum sebagai berikut: Cashflow
NPV (X$1.000)
IRR (%)
PVR
BCR
PBP (tahun)
Before tax
2.303,5
46,98
0,68
1,68
2,82
100% dev .cost, cost depl. 100% dev .cost, 15% depl.
907,1 1.150,4
31,33 33,59
0,27 0,34
1,27 1,34
3,89 3,66
30% amortization, cost depl.
1.236,6
38,80
0,40
1,40
3,47
30% amortization, 15% depl.
1.529,9
40,57
0,49
1,49
3,20
Kesimpulan: Investasi yang tidak dikenakan pajak memberikan keuntungan terbesar secara ekonomi.Semakin besar pengurangan pajak di awal tahun, semakin besar pula keuntungan yang bisa diperolehkaitannya dengan ekonomi proyek.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 52
9.
ANALISIS PENGGANTIAN Tujuan:
Memaha mi konsep penggantian (replacement) aset.
Ma mpu menghitung umur ekonomi aset.
Ma mpu menganalisis sewa (leasing) dan b eli (purchasing) suatu aset.
9.1.
Konsep penggantian
Penggantian (replacement) suatu aset dilakukan jika aset tersebut sudah tidak menguntungkan secara ekonomi jika dibandingkan dengan menggunakan aset baru dengan fungsi sama tetapi memberikan layanan yang lebih baik. Alasan penggant ian aset antara lain:
Untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Aset lama suda h rusak at au memerlukan biaya perbaikan ya ng besar.
Aset lama suda h usang sehingga tidak bisa bekerja dengan efisien.
Konsep dasar analisis penggantian adalah membandingkan total nilai tahunan aset petahana (defender) dengan t otal nilai tahunan aset pengganti (challenger).
9.2.
Umu r ekonomis
Pad a u mumnya a set mempunyai komponen biaya sebagai berikut:
Capita l recovery cost, dihitung dari harga beli alat.
Biaya rata -rata operasi dan perawatan
Biaya tota l yang merupakan jumlah dari capital recovery cost d engan rata-rata biaya perawatan.
Gambar 9.1 Hubungan biaya dengan umur aset.
Pada gambar di atas terlihat captal recovery cost mengalami penurunan seiring bertambahnya umur mesin, sementara biaya operasi dan perawatan mengalami kenaikan seiring bertambahnya umur mesin. Pada awalnya total biaya menurun sampai pada umur mesin tertentu kemudian bergerak naik. Titik dimana total biaya ada lah minimum disebut umur economi dari suatu aset.
Contoh 9-1: Sebuah perusahaan bermaksud mengganti peralatan dengan biaya awal $4.000 dengan nilai sisa nol. Berdasarkan pengalaman biaya perawatan selama tahun ke-1 adalah nol dan setelah itu akan naik $200/th. Kap an p eralatan tersebut akan diganti jika i = 12%?
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 53
Jawab: Hasil hitungan disajikan dalam tabel berikut ini:
Biaya aw al (ha rga peralatan) = $4.000. (A) tahun pemakaian alat (B) bia ya perawatan tahun ke-1 = 0, tahun berikutnya naik $200/th. (C) nilai faktor (P/F,12%,n). (D) nilai sekarang da ri biaya perawatan: PWmc = mc(P/F,i,n). (E) jumlahkan b iaya perawatanselama tahun yang diberikan. (F) t ambahkan kumulatif biaya p erawatan dengan biaya awal. (G) nilai faktor (A/P,12%,n). (H) kalikan hasil hitungan kolom (F) dengan kolom (G). Selanjutnya dari hasil biaya total tahunan minimum dilihat berada pada akhir tahun ke berapa, yang merupakan titik dimana suatu aset mencapai umur ekonominya. Pad a contoh ini nilai ekonomi peralatan ad alah 7 tahun.
9.3.
Membandingkan sewa at au beli
Analisis sew a (leasing) at au b eli (purchasing) suatu aset berkaitan dengan:
Penentu an biaya p enggunaan suatu aset yang paling minimum.
Perhitungan cashflow sesudah pajak.
Sewa (leasing) adalah suatu alternatif penggunaan aset selama periode terte ntu tanpa harus memilikinya. Akan tetap i secara analisis sewa b isa berbentuk sebagai berikut: a.
Operating lease (sewa operasi), adalah perjanjian sewa atas penggunaan aset oleh penyewa (lessee/user) selama periode tertentu yang d isepakati (ap likasi sehari-hari seperti menyewa mobil d i rental). Ketentu an dalam operating lease ada lah sebagai b erikut: Pihak p emilik (lessor) menguasai kepemilikan aset secara penuh.
Pihak p emilik menanggung biaya p erawatan dan p erbaikan a set.
Pihak penyew a bisa membatalkan perjanjian karena a lasan tertentu,t etapi ha rus membayar pinalti.
Pembayaran operating lease dapat digunakan seluruhnya untuk pengurang penghasilan pajak pada saat pembayaran tersebut dilakukan.
Karena penyewa tidak punya kepemilikan apapun atas aset yang disewa, maka tidak ada capital cost, d epresiasi, dan nilai sisa aset di pihak penyewa.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 54
b.
Capital lease/financial lease (sewa modal), adalah alternatif untuk memiliki aset dengan cara membayar angsuran pinjaman. Dengan kata lain pengguna aset (lessee) mendapat pinjaman modal dari dealer (lessor) yang menjual aset tersebut, dan karenanya pengguna aset harus membayar angsuran untuk bisa memiliki aset tersebut. Ketentu an dalam capital lease adalah seba gai berikut: Pembayaran sewa tidak bisa seluruhnya digunakan seba gai pengurang pajak pada saatpembayaran
dilakukan.
Komponen b unga yang b erhubungan dengan pembayaran sewa bisa dijadikan pengurang pajak.
Nilai sekarang d ari pemba yaran capital lease bisa didepresiasi selama umur perolehan.
Terdapat nilai sisa pada akhir periode layanan, karena penyewa akan memiliki aset tersebut di akhir periode capital lease.
c.
Lev erage lease, yaitu alternatif pemilikan aset ya ng dibiayai pihak ketiga (bukan dealer penjual aset). Ketentu an leverage lease bisa merujuk pada operating lease at au capital lease.
Contoh 9-2: Analisislah alternatif pengadaan aset berikut ini untuk waktu dua tahun dengan asumsi MARR = 15%, income tax rate = 40%, d epresiasi straigth line dengan u mur aset 2 ta hun, d an kondisi expense against other income. A)
Pembelian tunai C=350
-
B)
Operat ing lease LP=60
LP=60
1
2
Capita l lease
L=150
LP=100
LP=200
LP=100
1
0 D)
2
LP=120
0 C)
L=150
1
0
2
Pembelian dengan 80% d ana berasal dari pinjaman, bunga pinjaman = 9%/th C=350 B=280
MP=159
L=150 MP=159
1
2
0 Keterangan:
Semua nilai dikali $1.000, C = capital cost (biaya modal), L = salvage value (nilai sisa), LP = lease payment (pembayaran sewa), B = borrowed money (uang yang dipinjam), MP = mortgage payment (pembayaran angsuran). Jawab: Semua hitu ngan dalam ribuan dollar. A)
Analisis cashflow p embelian tunai Tahun ke-
1
2
0 0 0 0
0 -100 -100 40
150 -100 -100 40
Net income +Depreciation -Cap ital cost
0 0 -350
-60 100 0
-60 100 0
Cashflow
-350
40
40
Salv age -Depreciation* Tax able income -Tax 40% * *
PW cost A
0
= -350 + 40(P/F,15%,1) + 40(P/F,15%,2)
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 55
= -350 + 40(0,8696) + 40(0,7561)= -$217 Keterangan: Karena aset tersebut sepenuhnya milik pembeli, maka ada capital cost, ada depresiasi, dan ada salvage value.
* Depresiasi straigth line: D = (C-L)/n = (350-150)/2 = 100 (sama untuk tahu n ke-1 dan ke-2) * * Jika t axable income ha silnya negatif maka pa jak merupakan sav ing (positif).
B)
Analisis ca shflow operating lease Tahun keSalv age -Lease payments
0
0 -60
1
2
0 -120
0 -60
Tax able income -Tax 40% *
-60 24
-120 48
-60 24
Net income -Cap ital cost Cashflow
-36 0 -36
-72 0 -72
-36 0 -36
PW cost B
= -36-72(P/F,15%,1) -36(P/F,15%,2) = -36 -72(0,8696) -36(0,7561)= -$126
Keterangan: Karena penyewa tidak punya kepemilikan atas aset tersebut, maka tidak ada capital cost, tidak ada depresiasi, dan t idak ada salvage va lue. * Jika t axable income hasilnya negatif maka pajak merupa kan saving (positif).
C)
Analisis cashflow cap ital lease Tahun ke-
0
1
Salv age -Interest 1) 0 -Depreciation2) 0
0 -24 -109
Tax able income -Tax 40% 3) 0 Net income +Depreciation -Cap ital cost 4) -100
0 53 0 0 -176
Cashflow PW cost C
-100
2 0 -8 -109 -133 -13 -80 109
150
33 20 109 -92
-147
37
= -100 -147(P/F,15%,1) +37(P/F,15%,2) = - 100 -147(0,8696) +37(0,7561)= -$200
Keterangan: Karena aset tersebut menjadi milik pembeli setelah pembayaran angsuran lunas, maka ada capital cost, ada depresiasi, dan ad a salvage value. Seluruh pembayaran angsuran dibawa ke nilai sekarang (PW of capital lease payment) dengan diskon sesuai bunga pinjaman (dalam kasus ini i = 9%) PW cap. lease payment
= 100 + 200(P/F,9%,1) + 100(P/F,9%,2) = 100 + 200(0,9174) + 100(0,8417)= $368
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 56
1)Interest dihitu ng dengan cara sebagai berikut: Principal
Payment
Int erest
Principal reducing
A
B
C = 9% x A
D =C B–
Balance
Th-0
368
100
0
100
268
Th-1
268
200
24
176
92
Th-2
92
100
8
92
0
E=A
–D
Pada th-0 seluruh pembayaran angsuran (payment) digunakan untuk mengurangi pinjaman (principal), sehingga interest sama d engan nol. 2) Ba sis unt uk perhitungan depresiasi adalah PW cost of capital lease p ayment (P). Depresiasi straigth line: D = (P -L)/n = (368-150)/2 = 109 (sama untu k tahun ke-1 dan ke-2) 3)Jika tax able income hasilnya negatif maka pa jak merupakan saving (positif). 4)Capita l cost = pa yment - interest
D)
Analisis cashflow pembelian dengan p injaman 80%. Tahu n keSalv age -Interest 1) -Depreciation2)
0 0 0
Tax able income -Tax 40% 3) 0 Net income +Depreciation +Loan amount 80% -Principal payment4) 0
0 50 0 0 280 -134
-Cap ital cost Cashflow PW cost A
1 0 -25 -100
-350 -70
2 0 -13 -100
150
-125 -15 -75 100 0 -146
37
0 -109
22 100 0
0 -24
= -70 -109(P/F,15%,1) -24(P/F,15%,2) = -70 -109(0,8696) -24(0,7561) = -$183
Keterangan: Karena aset tersebut menjadi milik pembeli setelah pembayaran angsuran lunas, maka ada capital cost, ada depresiasi, dan ad a salvage value. Seluruh pembayaran angsuran dibawa ke nilai sekarang (PW of capital lease payment) dengan diskon sesuai bunga pinjaman (dalam kasus ini i = 9%) PW cap. lease payment
= 100 + 200(P/F,9%,1) + 100(P/F,9%,2) = 100 + 200(0,9174) + 100(0,8417) = $368
1)Interest dihitu ng dengan cara sebagai berikut: Principal
Payment
Int erest
Principal reducing
A
B
C = 9% x A
D =C B–
Balance
Th-0 Th-1
280 280
0 159
0 25
0 134
280 146
Th-2
146
159
13
146
0
E=A
–D
Pada th-0 seluruh pembayaran angsuran (payment) digunakan untuk mengurangi pinjaman (principal), sehingga interest sama d engan nol. 2)Basis un tuk perhitun gan depresiasi adalah capital cost. Depresiasi straigth line: D = (C-L)/n = (350-150)/2 = 100 (sama untuk tahu n ke-1 dan ke-2)
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 57
3)Jika tax able income hasilnya negatif maka pa jak merupakan saving (positif). 4)Principal payment = pa yment - int erest
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 58
10.
ANALISIS RE SIKO DAN KETIDAKPASTIAN
Tujuan:
Memaha mi pengaruh resiko dan ketidakpastian dalam investasi.
Mampu menganalisis sensitivitas perubahan parameter-parameter yang berpengaruh terhadap keuntungan suatu investasi.
Ma mpu melakukan pengambilan kepu tusan d engan pohon keputusan.
Pada umumnya investasi dalam proyek berlaku untuk jangka waktu yang panjang. Selama jangka waktu tersebut mungkin terdapat perubahan dari iklim usaha yang sulit diramalkan, karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi baik faktor internal maupun faktor eksternal dari proyek atau perusahaan. Adanya unsurunsur ketidakpastian dalam jangka waktu tertentu harus diperhitungkan dalam analisis ekonomi agar diperoleh hasil yang lebih akurat.
Ma najemen resiko an tara lainmeliputi:
Analisis sensitiv itas dari parameter-parameter ya ng mempengaruhi keuntungan.
Pengambilan keputusan d engan pohon keputusan (d ecision trees)
Simulasi dengan menggunakan b ilangan acak (random numbers)
Presentasi ha sil analisis di at as, un tuk memudahkan p ihak manajemen d alam pengambilan keputusan.
10.1. Ana lisis sensitivitas Analisis sensitiv itas adalah evaluasi terhadap pengaruh perubahan parameter-parameter yang mempengaruhi keuntungan.Parameter-parameter yang dianalisis sensitivitasnya antara lain:
Inv estasi awal (initial investment) Harga jua l (selling p rice)
Biaya operasi (operating cost)
Umur proyek (project life)
Nilai sisa (salv age value)
Tingkat pengembalian minimum (MARR)
Kelebihan a nalisis sensitivitas ant ara lain:
Membantu mengidentifikasi parameter-parameter yang sangat mempengaruhi keuntungan berdasarkan tingkat p erubahan keuntungan yang d iakibatkannya.
Mu dah dilakukan dengan komputer.
Kelemahan analisis sensitivitas antara lain:
Tidak memberikan indikasi kemungkinan (likehood) sesuatu yang diandaikan terjadi. Misal, berapa kemungkinan ha rga turun 20%?
Tidak memperlihatkan ketergantungan antar parameter-parameter yang mempengaruhi keuntungan.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 59
10.1.1. Analisis sensitivitas variabel tunggal Contoh 10-1: Suatu proyek memerlukan investasi awal pada tahun ke-0 sebesar $150.000. Proyek tersebut akan menghasilkan manfaat $100.000 /tahun dengan biaya operasi $50.000 mulai tahun ke-1 sampai tahun ke-5. Nilai sisa dari aset yang didepresiasi $70.000 pada akhir tahun ke-5. Tingkat pengembalian yang diharapkan adalah 20%. Evaluasi sensitiv itas NPV proyek dengan rentang -20%, -40%, +20% da n +40% terhadap: a.
Inv estasi awal (C)
b.
Nilai manfaa t tahunan (B)
c.
Biaya operasi tahunan (OC)
d. e.
Nilai sisa (S) Umur proyek (n)
f.
Tingkat pengembalian minimum (MARR)
Jawab: Cashflow d ari proyek tersebut a dalah sebagai berikut:
Tahun keInv estasi Manfaat
0
1
2
3
4
5
-$150.000 0
0 $100.000
0 $100.000
0 $100.000
0 $100.000
0 $100.000
Biaya operasi
0
-$50.000
-$50.000
-$50.000
-$50.000
-$50.000
Nilai sisa
0
0
0
0
0
$70.000
Untu k MARR = 20%, dan umur invest asi 5 tahun: NPV = - Inv estasi awal + Manfaat/th (P/A,20%,5) – Biaya/th (P/ A,20%,5) + Nilai sisa (P/F,20%,5) NPV = -150.000 + 100.000(P/A,20%,5) -50.000(P/A,20%,5)+ 70.000(P/F,20%,5) NPV = -150.000 + 100.000(2,9906) - 50.000(2,9906) + 70.000(0,4019) = $27.663
a.
Analisis sensitiv itas terhadap inv estasi awal (C).
Inv estasi awal ($)
Perubahan prediksi (%)
NPV ($)
Perubahan thd NPV (%)
-40 -20
87.663 57.663
217 108
150.000
0
27.663
0
180.000 210.000
+20 +40
-2.337 -32.337
-108 -217
90.000 120.000
b.
Analisis sensitiv itas terha dap manfaat tahunan (B).
Manfaat/th($)
Perubahan prediksi (%)
NPV ($)
Perubahan thd NPV (%)
-40 -20
-91.961 -32.149
-432 -216
60.000 80.000
c.
100.000
0
27.663
0
120.000 140.000
+20 +40
87.475 147.287
216 432
Analisis sensitiv itas terha dap biaya operasi tahunan (OC).
Biaya operasi/th($)
Perubahan prediksi (%)
NPV ($)
Perubahan thd NPV (%)
-40 -20
87.475 57.569
216 108
50.000
0
27.663
0
60.000 70.000
+20 +40
-2.243 -32.149
-108 -216
30.000 40.000
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 60
d.
Analisis sensitiv itas tehadap nilai sisa (S).
Nilai sisa($) 42.000
e.
Perubahan prediksi (%) -40
NPV ($) 16.410
Perubahan thd NPV (%) -41
56.000
-20
22.036
-20
70.000 84.000
0 +20
27.663 33.290
0 20
98.000
+40
38.916
41
Analisis sensitiv itas tehadap umur proyek.
Umur proyek (n)
Perubahan prediksi (%)
NPV ($)
Perubahan thd NPV (%)
3 4
-40 -20
-4.166 13.196
-115 -52
5 6
0 +20
27.663 39.718
0 44
7
+40
49.767
80
f.
Analisis sensitiv itas t ehadap tingkat pengembalian minimum (MARR).
MARR (%) 12
Perubahan prediksi (%) -40
NPV ($) 69.958
Perubahan thd NPV (%) 153
16
-20
47.042
70
20 24
0 +20
27.663 11.147
0 -60
28
+40
-3.030
-111
Dari hasil analisis di atas terlihat bahwa pengaruh terhadap NPV akibat perubahan dari investasi awal, manfaat tahunan, dan biaya operasi tahunan lebih signifikan daripada akibat perubahan nilai sisa. Dengan kata lain pengaruh perubahan parameter-parameter yang dekat dengan tahun ke-0 lebih signifikan daripada pengaruh akibat perubahan parameter yang t erletak b eberapa tahun berikutnya dari tahun ke -0. Sedangkan perubahan umur proyek dan tingkat pengembalian minimum benar-benar menyebabkan peruba han dalam keseluruhan cashflow.
Hasil analisis dapa t digambarkan dalam grafik Strau ss berikut ini: 500 Investasi awal
400 300
Manfaat/th
200 Biaya operasi/th
100 0 -40% -100 -200
-20%
0
+20%
+40%
Nilai sisa Umur proyek
-300 -400
MARR
-500
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 61
10.1.2. Anali sis sensitivitas dengan pendekatan rentang Pendekatan rentang berkaitan dengan perkiraan nilai yang paling optimis (yang terbaik) dan nilai yang paling pesimis (yang terbu ruk) untuk masing-masing faktor di samping perkiraan nilai ya ng paling diharapkan.
Pend ekatan ini memudahkan pembuatan keputusan investasi untuk kasus dimana: a.
Sua tu p royek terlihat menarik, meskipun saa t nilai p esimis digunakan, sehingga harus d iambil.
b.
Sua tu p royek terlihat t idak menarik, meskipun saat nilai optimis digunakan, sehingga harus ditolak.
Ketika suatu proyek terlihat baik dengan nilai optimis tetapi terlihat buruk dengan nilai pesimis, maka kajian lebih lanjut terhadap ketidakpastian d an resiko proyek tersebut harus dilakukan. Contoh 10-2: Cashflow da ri suatu p royek adalah sebagai berikut:
Tahun keInv estasi
0 $150.000
1
2
3
4
5
0
0
0
0
0
Manfaat
0
$100.000
$100.000
$100.000
$100.000
$100.000
Biaya operasi Nilai sisa
0 0
$50.000 0
$50.000 0
$50.000 0
$50.000 0
$50.000 $70.000
Cashflo w
$150.000
$50.000
$50.000
$50.000
$50.000
$120.000
Jika rentang perubahan -20% dan +20% terjadi pada investasi awal, manfaat tahunan, biaya operasi, dan nilai sisa, lakukan analisis sensitivitas untuk kondisi terbaik dan kondisi teburuk dengan umur proyek masing-masing 5 tahun dan MARR 20%.
Jawab: Kondisi terbaik
kondisi yang diharapkan
Kondisi terburuk
Inv estasi
$120.000
$150.000
$180.000
Ma nfaat Biaya operasi
$120.000 $40.000
$100.000 $50.000
$80.000 $60.000
$84.000
$70.000
$56.000
5 th $153.048
5 th $27.690
5 th -$97.668
Nilai sisa Umur proyek NPV
Hasil analisis memperlihatkan bahwa proyek memuaskan (layak) pada kondisi terbaik dan pada kondisi yang diharap kan, tetapi tidak memuaskan pada kondisi terburuk.
10.2. Analisis probabilitas 10.2.1. Teori probabili tas Teori probabilitas digunakan untuk meramalkan kejadian-kejadian yang akan timbul di masa datang dengan resiko (derajat kepercayaan) tertentu. Keputusan yang diambil berdasarkan teori probabilitas digolongkan sebagai proses pengambilan keputusan berdasarkan resiko tertentu dan diharapkan dapat mendekati situasi yang sebenarnya di masa datang. Komponen teori probabilitas yang banyak digunakan dalam pengambilan keputusan adalah nilai ekspektasi (rata hitung) dan v arian. Untuk suatu v ariabel random x: a.
Nilai ekspektasi : Dimana :
P(x) = fungsi probab ilitas masa dari x E(x) = fungsi pa da probabilitas dari x
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 62
b.
Nilai v arian:
Contoh 10-3: Andaikan dua mata uang yang seimbang dilempar, berapa nilai ekspektasi dan varian dari jumlah tampak muka yang akan terjadi? Jawab: Misalnya: M1 = uang logam pertama menun jukkan tampak muka B1 = u ang logam pertama menunjukkan tampak belakang M2 = uang logam kedua menunjukkan t ampak muka B2 = ua ng logam kedua menunjukkan belakang
Rua ng eksperimen dari pelemparan dua ua ng logam tersebut adalah: S = {(M1 M2), (M1 B2), (B1 M 2), (B1 B2)}
Jika x merupa kan v ariabel acak yang menunjukkan banyaknya tampak muka yang muncul, akan d iperoleh:
P(x =0) = P(B1 B2) = P (B1) P(B2) = (0,5) (0,5) = 0,25 P(x=1) = P(M1 B2) = P(B1 B2
B1 M2) = P(M 1) P(B2) + P(B1) P(M2)
= (0,5) (0,5) + (0,5) (0,5) = 0,50 P(x =2) = P(B1 B2) = P(b 1) P(B2) = (0,5) (0,5) = 0,25
Tab el distribusi probabilitasnya:
Contoh 10-4: Dari contoh 10-3 and aikan diadakan aturan permainan sebagai berikut: Jika tidak ada yang muncul maka kalah Rp 100,00 Jika tampa k muka 1 yang muncul maka menang Rp 40,00 Jika tampa k muka 2 yang muncul maka menang Rp 80,00 Maka nilai kemenangan atau keuntungan yang diharapkan (nilai ekspektasi) dari permainan tersebut jika permainan berlangsung lama a dalah: E(keuntungan) = - Rp 100 (0,25) + Rp 40 (0,50) + Rp 80 (0,25) = R p 15,00
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 63
10.2.2. Pohon keputusan Pohon keputusan a dalah skema rangkaian keadaan dan kemungkinan (p robabilitas) hasilnya. Pohon keputusan digunakan dalam pengambilan keputusan d engan kondisi an tara lain:
Terdapa t banyak alternatif yang harus dipilih
Terdapa t banyak kemungkinan kondisi/keadaan yang da pat t erjadi (baik, seda ng, bu ruk)
Pengambilan keputusan memerlukan p roses bertahap/bersyarat (b ayesian a pproach).
Aturan-at uran dalam pohon keput usan adalah:
Pohon keputu san dibaca dari kiri ke kan an. Ujung cabang d isebut t erminal. Nilai kondisi (condition value) diberikan di setiap titik terminal. Nilai ini biasanya merupakan nilai sekarang bersih (net present v alue).
Titik keput usan (decision node) disimbolkan dengan kotak.
Titik kemungkinan d isimbolkan d engan lingkaran.
Kemungkinan terda pat d ua atau lebih titik kemungkinan yang berurutan.
Probabilitas harus diberikan di setiap cabang dari titik kemungkinan (chance node) dimana jumlah probab ilitas di sekitar titik tersebut a dalah satu.
Tidak ad a skala unt uk menggambar pohon keputusan.
Cara menyelesaikan p ohon keputusan:
Mulai dari titik terminal dan bekerja mundur ke awal keputusan. Jika titik kemungkinan dicapai, hitung nilai harap an (expected monetary value/EMV) unt uk semua nilai kondisional dan tu lis di atas t itik kemungkinan.
dan
EMV = ∑p,f
∑p =1
Keterangan: EMV = nilai harap an
p
= probabilitas
f
= nilai kondisional
i
= nomor caban g
n
= jumlah cabang
Jika sampai pada titik keputusan EMV yang terbesar, coret pilihan lain dan letakkan EMV di atas ttitik keputusan. Selanjutnya mundur sampai titik keputusan awal dicapai. Pilih jalur dengan EMV terbesar untuk memilih keunt ungan dan EMV terkecil untuk memilih biaya.
Contoh 10-5: Sebuah perusahaan dihadapkan pada dua keputusan apakah akan melakukan pemboran atau tidak terhadap lahan pertambangan minyak yang dimilikinya. Jika dilakukan pemboran akan menelan biaya $1 juta dengan kemungkinan gagal adalah 0,8 dan kemungkinan berhasil adalah0,2,sedangkan perolehan discounted NPV a dala h $5 juta. Tent ukan keputusan yang akan diambil dengan menggunakan pohon keputusan. Jawab: EMV membor
Kering NPV = -$1 juta Probabi litas = 0,8
= (0,8 x -$1 juta ) + (0,2 x $5 juta) = $0,2 juta
EMV tidak megebor = 0 Kepu tusan: mengebor
membor Produksi NPV = $5 juta Probabi litas = 0,2 tidak membor NPV = 0
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 64
REFERENSI 1. Grant, E.L., Ireson, W.G., and Leavenworth, R.S., 1982,Principles of Engineering Economy 7th edition , John Wiley and Sons, Singapore. 2. Mangitung, D.M., 2013,Ekonomi Rekayasa, Disertai Cara Penyelesaian Dengan Speadsheet , Penerbit Andi, Yogyakarta. 3. Pan neerselvam, R., 2012, Engineering E conomics, PHI Learning Private Limited, New Delhi. 4. Partow idagdo, W., 2001, Risk Analysis & Project Risk Management, Institut Teknologi Bandung. 7. Stermole, F.J., Stermole J.M., 1996,Economic Evaluation and Investment Decision Methods 9th edition , Inv estment Evaluations Corporation, Colorado.
Yuli Kus umawati, Catatan Kuliah Ekonomi Mineral - 65