21
CA MAMMAE
(Kanker Payudara)
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas Oleh Dosen Pengampu
Ibu Ambarwati.S.Kep.Ns.,M.Si.Med.
Semester III Tahun 2017/2018
Disusun Oleh:
A'ilatul Muna (2016.1195)
Diah Ayu Rekha Y. (2016.1202)
Eka Novitasari (2016.1209)
Fharunisa Fayzun (2016.1216)
Irfan Baihaqi (2016.1223)
KELAS :2A
AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS
Jl. Lingkar Raya Kudus-Pati Km.5 Jepang Kec.Mejobo, Kudus
Telp. (0291) 4248655, 4248656 Fax. (0291) 4248657
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas izin, kuasa dan perlindungan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul "CA MAMMAE (Kanker Payudara)".
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata Kuliah Keperawatan Maternitas yang diberikan kepada kami. Agar kami dapat mengetahui serta memahami cara menyusun makalah dengan benar dan agar dapat mengembangkan ilmu yang telah kami peroleh.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kami mohon saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ini .
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Keperawatan Maternitas yaitu Ibu Ambarwati.S.Kep.Ns.,M.Si.Med. Selaku dosen yang memberikan tugas ini juga yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat makalah ini dan semua bentuk bimbingan serta pengajarannya yang kami terima dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
Kudus,19 November 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Anatomi Telinga 3
B. Definisi 4
C. Patofisiologi 4
D. Pathway 5
E. Etiologi 6
F. Faktor Resiko 6
G. Klasifikasi 6
H. Manifestasi Klinis 8
I. Komplikasi 8
J. Pemeriksaan Penunjang 9
K. Penatalaksanaan Medis 11
L. Diagnosa 12
M. Intervensi 13
BAB III PENUTUP 15
A. Kesimpulan 15
B. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kanker payudara menjadi salah satu penyebab kematian utama di dunia dan di Indonesia. Kanker ini dapat terjadi pada usia kapan saja dan menyerang wanita umur 40-50 tahun, tapi saat ini sudah mulai ditemukan pada usia 18 tahun (American Cancer Society, 2011). Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Dari total 58 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2005, kanker menyumbang 7,6 juta (atau 13%) dari seluruh kematian. Kanker Payudara menyebabkan 502.000 kematian per tahun. Lebih dari 70% dari semua kematian akibat kanker pada tahun 2005 terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kematian akibat kanker terus meningkat, dengan 9 juta orang diperkirakan meninggal karena kanker pada tahun 2015 dan 11,4 juta meninggal pada tahun 2030 (Parkway Cancer Centre, 2011).
Pada tahun 2008 di Indonesia, jumlah kasus kanker payudara sebesar 36,2% atau sebanyak 39.831 kasus, dengan jumlah kematian 18,6 per 100.000 penduduk (ChartBin, 2011). Pada tahun 2010 menurut data WHO terakhir yang dipublikasikan pada bulan April 2011, kematian akibat kanker payudara di Indonesia mencapai 20.052 atau sebesar 1,41%, dengan tingkat kejadian sebesar 20,25 per 100.000 penduduk Indonesia dan menempati urutan 45 di dunia (Indonesia Health Profile, 2011). Jumlah kasus kanker payudara pada tahun 2005 di Provinsi Jawa Tengah, sebanyak 3.884 atau (36,83%) dari 10.546 kasus kanker. Kasus penyakit kanker yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 24.204 kasus lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak 27.125 kasus, terdiri dari Ca. servik 9.113 kasus (37,65%), Ca. mamae 12.281 kasus (50,74%), Ca. hepar 2.026 (8,37%), dan Ca. paru 784 kasus (3,24%). Prevalensi kanker payudara di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 0,037% dan tertinggi di Kota Surakarta sebesar 0,637% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2010).
Jumlah yang diperkirakan 50% penderita kanker payudara di Indonesia datang memeriksakan penyakit kanker yang dideritanya sudah pada stadium lanjut. Deteksi dini kanker payudara merupakan langkah awal yang baik untuk mengetahui adanya penyakit kanker payudara sedini mungkin, yaitu dengan Periksa payudara Sendiri (SADARI). Keterlambatan deteksi dini ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker payudara (Indonesian Cancer Fondation, 2011)
Kurangnya pengetahuan dan fakta tentang kanker payudara karena rendahnya tingkat pendidikan. Wanita tidak tahu cara mengakses informasi yang akurat tentang kanker payudara. Mayoritas perempuan tidak tahu rentang usia saat mamografi sebaiknya dilakukan juga tidak tahu potensinya dalam mendeteksi kanker payudara dini (Aylin dkk, 2005).
Dalam jurnal Oxford Annals of Oncology (2010), ketika seseorang dinyatakan menderita kanker, maka akan terjadi beberapa tahapan reaksi emosional dan salah satunya yang sering terjadi adalah depresi. Menyediakan informasi bagi pasien merupakan faktor penentu penting bagi kepuasan pasien dan juga dapat mempengaruhi kualitas kesehatan, tingkat kecemasan dan tingkat depresi penderita kanker. Depresi sering kurang terdiagnosis karena banyak faktor, termasuk kurangnya penyediaan pengetahuan tentang penilaian teknik dan pilihan pengobatan (Schwartz dkk, 2009).
Menurut Miller (2008), sebanyak 16%-25% pasien menderita kanker sekaligus depresi. Setelah pasien terdiagnosa kanker payudara pada tahun pertama, 48% wanita mengalami kecemasan dan depresi. Dampak depresi pada penderita kanker tidak hanya pada penderitanya saja, tetapi juga bisa berakibat pada keluarganya, yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup penderita bila penanganannya tidak adekuat.
Konginan A (2008) menyebutkan, faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya depresi pada pasien kanker diantaranya stadium lanjut, pengendalian nyeri dan keluhan yang tidak baik, riwayat depresi sebelumnya, alkoholik, gangguan endokrin, gangguan neurologik, dan obat-obatan salah satunya kemoterapi. Sedangkan Miller, (2008), mengungkapkan faktor risiko terjadinya depresi diantaranya adalah pernah mengalami depresi atau gangguan pikiran sebelumnya, sulit dalam menerima atau menyesuaikan diri dengan diagnosa kanker, usia masih muda, memiliki masalah dengan alcohol dan narkoba, kanker terjadi ketika sedang mengalami kejadian lain yang menimbulkan stres, tidak mendapatkan dukungan keluarga atau dukungan sosial, sebelumnya pernah mengalami pengalaman buruk ketika anggota keluarga yang lain atau teman dekatnya mengidap kanker, tidak memiliki keyakinan terhadap efektifitas dari perawatan, perubahan fisik atau cacat fisik, perawatan yang bisa menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan
Dari uraian di atas, penulis berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kejadian Ca Mamae atau kanker payudara darimulai pengertian sampai asuhan keperawatan untuk pasien ca mamae.
Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui definisi ca mamae,
Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dan factor resiko ca mamae,
Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis ca mamae.
Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi ca mamae
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan ca mamae
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. (Sofian,2012)
Etiologi
Factor resiko terjadi kanker payudara:
Riwayat pribadi tentang kanker payudara
Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari wanita dengan kanker payudara
Menarke dini
Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama
Menopous pada usia lanjut
Riwayat penyakit payudara jinak
Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun beresiko hamper 2 kali lipat
Obesitas-resiko terendah diantara wanita pascamenopouse
Kontrasepsi oral
Terapi pergantian hormone
Masukan alcohol
Tipe kanker payudara: (Smelzer, 2002)
Karsinoma duktal menginfiltrasi (75%)
karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju puting susu.
Karsinoma lobular menginfiltrasi (5-10%)
karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi setelah menopause
Karsinoma medular (6%)
kanker ini berasal dari kelenjar susu
Kanker musinus (3%)
Karsinoma inflamatori (1-2%)
Penyakit paget payudara (jarang Terjadi)
Manifestasi klinik
Tanda carsinoma Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips, Gejala carsinoma Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase. (Price dan Sylvia, 2006)
Pathway
Interupsi sel sarafInterupsi sel sarafMendesak sel sarafMendesak sel sarafFaktor predisposisi dan resiko tinggi hiperplasi pada sel mamaeFaktor predisposisi dan resiko tinggi hiperplasi pada sel mamae
Interupsi sel saraf
Interupsi sel saraf
Mendesak sel saraf
Mendesak sel saraf
Faktor predisposisi dan resiko tinggi hiperplasi pada sel mamae
Faktor predisposisi dan resiko tinggi hiperplasi pada sel mamae
nyerinyeri
nyeri
nyeri
Mendesak pembuluh darahMendesak pembuluh darahMensuplai nutrisi ke jaringan caMensuplai nutrisi ke jaringan caMendesak jaringan sekitarMendesak jaringan sekitar
Mendesak pembuluh darah
Mendesak pembuluh darah
Mensuplai nutrisi ke jaringan ca
Mensuplai nutrisi ke jaringan ca
Mendesak jaringan sekitar
Mendesak jaringan sekitar
Aliran darah terhambatAliran darah terhambat
Aliran darah terhambat
Aliran darah terhambat
Menekan jaringan pada mammaeMenekan jaringan pada mammaeHipermetabolisme ke jaringanHipermetabolisme ke jaringan
Menekan jaringan pada mammae
Menekan jaringan pada mammae
Hipermetabolisme ke jaringan
Hipermetabolisme ke jaringan
hipoksiahipoksia
hipoksia
hipoksia
Peningkatan konsistensi mammaePeningkatan konsistensi mammae hipermetabolisme jar lain BB turun hipermetabolisme jar lain BB turun
Peningkatan konsistensi mammae
Peningkatan konsistensi mammae
hipermetabolisme jar lain BB turun
hipermetabolisme jar lain BB turun
Necrosis jaringanNecrosis jaringan
Necrosis jaringan
Necrosis jaringan
Bakteri patogenBakteri patogenKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Bakteri patogen
Bakteri patogen
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko InfeksiResiko Infeksi
Resiko Infeksi
Resiko Infeksi
Mammae membengkakMammae membengkakUkuran mammae abnormalUkuran mammae abnormal
Mammae membengkak
Mammae membengkak
Ukuran mammae abnormal
Ukuran mammae abnormal
Defisiensi pengetahuan ansietasDefisiensi pengetahuan ansietasMammae asimetrikMammae asimetrikMassa tumor mendesak ke jar luarMassa tumor mendesak ke jar luar
Defisiensi pengetahuan ansietas
Defisiensi pengetahuan ansietas
Mammae asimetrik
Mammae asimetrik
Massa tumor mendesak ke jar luar
Massa tumor mendesak ke jar luar
Gangguan citra tubuhGangguan citra tubuh
Gangguan citra tubuh
Gangguan citra tubuh
Perfusi jaringan tergangguPerfusi jaringan tergangguInfiltrasi pleura perietaleInfiltrasi pleura perietale
Perfusi jaringan terganggu
Perfusi jaringan terganggu
Infiltrasi pleura perietale
Infiltrasi pleura perietale
ulkusulkusKerusakan integritas kulit/ jaringanKerusakan integritas kulit/ jaringanKetidakefektifan pola nafasKetidakefektifan pola nafasEkspansi paru menurunEkspansi paru menurun
ulkus
ulkus
Kerusakan integritas kulit/ jaringan
Kerusakan integritas kulit/ jaringan
Ketidakefektifan pola nafas
Ketidakefektifan pola nafas
Ekspansi paru menurun
Ekspansi paru menurun
Komplikasi
Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan adekuat. Jika nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat, maka sistem kolateral dan aksilaris harus mengambil alih fungsi mereka. Apabila mereka diinstruksikan dengan cermat dan didorong untuk meninggikan, memasase dan melatih lengan yang sakit selama 3-4 bulan. Dengan melakukan hal ini akan membantu mencegah perubahan bentuk tubuh dan mencegah kemungkinan terbukanya pembengkakan yang menyulitkan.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium meliputi:
Morfologi sel darah
Laju endap darah
Tes faal hati
Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma
Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi
Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
Penatalaksanaan Medis
Pembedahan
Mastectomy radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding dada tidak diangkat.
Lumpectomy/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal yang berada di sekitar tumor tersebut.
Wide excision/mastektomy parsial.
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.
Ouadranectomy.
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis mayor.
Radiotherapy
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan.
Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.
Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.
Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.
Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan
Discharge planning
Terapi non bedah: penyinaran, kemoterapi, terapi hormone dan endokrin
Lakukan pemeliharaan kulit/diri dengan benar (menggunakan sabun ringan dengan penggosokan minimal, hindari sabun berparfum atau berdeodoran, gunakan lotion hidrofilik untuk kekeringan, gunakan sabun aveno jika terjadi pruritus, dan hindari pakaian yang ketat, kutang dengan kawat penyangga, dan suhu yang berlebihan atau cahaya ultraviolet.
Hindari mencuci rambut setiap hari dan gunakan sampo ringan untuk mengihindari kerontokan
Biarkan rambutmongeringsecara ajami danjangan menyikatrambut
Konsultasikan dengan dokter untuk pemakaian terapi hormonal
Makan makananyangbergizisihingga dapat meningkatkan kekebaiantubuh
Istirahatcukup dan olahraga secara teratur
Jika menginginkan kehamijan konsultasikan dengan dokter karena kebanyakan diminta menunggu selama 2 tahun
Sadari .Tata cara sadari (periksa payudara sendiri)
Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara, Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriputj lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara. Kemudian bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, & periksa lagi.
Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari- jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada urnumnya ketenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjoian sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna. Rekomendasi American Cancer Sociaty (2001) untuk deteksi dini kanker
Asuhan Keperawatan Ca Mammae
Pengkajian
Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak dan nyeri.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
Pemeriksaan Fisik
Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu berminyak.
Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.
Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d'orange, dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang.
Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.
Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.
Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.
Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan mengandung MSG.
Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.
Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.
Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social.
Reproduksi dan Seksual
Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat kepuasan.
Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus asaan.
Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan lapang dada.
Diagnosa
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembedahan, mis; anoreksia
Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah jaringan
Ansietas berhubungan dengan diagnosa, pengobatan, dan prognosanya .
Kurang pengetahuan tentang Kanker mammae berhubungan dengan kurang pemajanan informasi
Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan bagian dan fungsi tubuh
Potensial disfungsi seksual berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh, perubahan dalam citra diri
Intervensi
DIAGNOSA KEP.
NOC
NIC
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembedahan, mis; anoreksia
NOC :
v Nutritional Status : food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
v Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
v Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
v Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
v Tidak ada tanda tanda malnutrisi
v Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC :
Nutrition Management
§ Kaji adanya alergi makanan
§ Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
§ Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
§ Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
§ Berikan substansi gula
§ Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
§ Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
§ Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
§ Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
§ Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
§ Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
§ BB pasien dalam batas normal
§ Monitor adanya penurunan berat badan
§ Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
§ Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
§ Monitor lingkungan selama makan
§ Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
§ Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
§ Monitor turgor kulit
§ Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
§ Monitor mual dan muntah
§ Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
§ Monitor makanan kesukaan
§ Monitor pertumbuhan dan perkembangan
§ Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
§ Monitor kalori dan intake nuntrisi
§ Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
§ Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan
NOC :
v Pain Level,
v Pain control,
v Comfort level
Kriteria Hasil :
v Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
v Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
v Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
v Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
v Tanda vital dalam rentang normal
NIC :
Pain Management
§ Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
§ Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
§ Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
§ Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
§ Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
§ Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
§ Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
§ Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
§ Kurangi faktor presipitasi nyeri
§ Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
§ Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
§ Ajarkan tentang teknik non farmakologi
§ Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
§ Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
§ Tingkatkan istirahat
§ Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
§ Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
§ Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
§ Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
§ Cek riwayat alergi
§ Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
§ Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
§ Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
§ Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
§ Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
§ Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
§ Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah jaringan
NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
v Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
v Tidak ada luka/lesi pada kulit
v Perfusi jaringan baik
v Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang
v Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
NIC : Pressure Management
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
Hindari kerutan padaa tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
Monitor kulit akan adanya kemerahan
Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Monitor status nutrisi pasien
Ansietas berhubungan dengan diagnosa, pengobatan, dan prognosanya .
NOC :
v Anxiety control
v Coping
Kriteria Hasil :
v Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
v Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
v Vital sign dalam batas normal
v Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
· Gunakan pendekatan yang menenangkan
· Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
· Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
· Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
· Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
· Dorong keluarga untuk menemani anak
· Lakukan back / neck rub
· Dengarkan dengan penuh perhatian
· Identifikasi tingkat kecemasan
· Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
· Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
· Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
· Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan,pengobatan
kurang paparan terhadap informasi
NOC :
v Kowlwdge : disease process
v Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
v Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
v Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
v Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
Teaching : Dissease Process
- Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit
-Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta penyebabnya
-Sediakan informasi tentang kondisi klien
-Berikan informasi tentang perkembangan klien
-Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit
-Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi
-Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi
-Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakit
-Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada
-Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas kesehatan
Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan bagian dan fungsi tubuh
1) Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.
2) Klien dapat menerima efek pembedahan.
Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya.
Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah
Tinjau ulang efek pembedahan
Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi.
Berikan dukungan emosi klien.
Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.
Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.
Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh telinga tengah, tuba eustachi, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah. Bakteri penyebab otitis media antara lain Staphylococcus aureus, Pneumococcus, Haemophilus influenza, Escherichia coli, Streptococcus anhemolyticus, Streptococcus hemolyticus, Proteus vulgaris, dan Pseudomoas aeruginosa. Terdapat 5 stadium dalam OMA yaitu stadium oklusi, stadium hiperemis, stadium supurasi, stadium perforasi, dan stadium resolusi. OMA biasa terjadi terutama pada bayi atau anak karena anatomi saluran eustachi yang masih relatif pendek, lebar, dan letaknya lebih horizontal.
Saran
Dari kesimpulan di atas penulis dapat sedikit memberi saran kepada beberapa pihak agar kualitas pelayanan kesehatan Indonesia semakin meningkat, diantaranya sebagai berikut:
Keluarga klien
Keluarga klien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota keluarga dengan masalah Ca mammae serta mampu menjaga mulai dari pola makan, sampai pola aktivitas sehingga anggota keluarga lain terhindar dari penyakit ca mammae.
Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep dan memberikan Asuhan Keperawatan pasien dengan ca mammae.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Aziz H, 2007. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika
Bylander, A., dkk. 2007. Journal of Children Microbiology
Djaafar, Z.A., Helmi, Restuti, R.D., 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Revai, R, et al. 2007. Incidence of Acute Otitis Media and Sinusitis Complicating Upper Respiratory Tract Infection. Journal of The American Academy Pediatrics
Rahajoe, N. 2012. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI