II.
2.1
Metode Praktikum
Alat & bahan a.
b.
Alat :
Botol Winkler
Buret
Gelas ukur
Erlenmeyer
Pipet ukur
Corong
Bahan :
Larutan MnSO4
Larutan alkali iodide azida
H2SO4 pekat
Larutan Natrium tiosulfat 0,025N
Larutan Indikator amylum
Sampel air (Sungai Air Banjir Kanal Timur)
2.2
Cara Kerja 2.1 1 Percobaan BOD
100 Dimasukkan ml sampelsampel air dimasukkan air ke dalam ke dalam botol winkler sampai labu Erlenmeyer penuh (atau bercecer)
Ditambahkan 2 ml larutan MnSo4 ke dalam 5 ml larutan buffer pH 10 ditambahkan botol winkler
50 2 ml mglarutan indicator alkali EBT iodida ditambahkan azida ditambahkan ke dalam campuran ke dalam campuran air sampel. ( digoyang larutan bufferlarutan dan air MnSO4 sampel. dan ( digoyang sampai homogen) sampai homogen selama ± 5 menit)
2 ml H2So4 pekat ditambahkan ke dalam botol winkler yang berisi campuran larutan dan digoyang sampai homogen (± 5 menit)
Larutan yang berisi campuran larutan tersebut dituang ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 2 ml indikator amylum
Dititrasi dengan Na-tiosulfat 0,025N sampai terjadi perubahan warna dari orange menjadi tepat tidak berwrrna (jernih)
Dicatat banyaknya Na-tiosulfat yang digunakan
2.1 2 Percobaan BOD5
Dimasukkan sampel air ke dalam botol winkler sampai penuh (atau bercecer)
Diinkubasi selama 5 hari
5 hari kemudian, Ditambahkan 2 ml larutan MnSo4 ke dalam botol winkler
2 ml larutan alkali iodida azida ditambahkan ke dalam campuran larutan MnSO4 dan air sampel. ( digoyang sampai homogen selama ± 5 menit)
2 ml H2So4 pekat ditambahkan ke dalam botol winkler yang berisi campuran larutan dan digoyang sampai homogen (± 5 menit)
Larutan yang berisi campuran larutan tersebut dituang ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 2 ml indikator amylum
Dititrasi dengan Na-tiosulfat 0,025N sampai terjadi perubahan warna dari ungu kehitaman menjadi tepat tidak berwrrna (jernih)
Dicatat banyaknya Na-tiosulfat yang digunakan
Reaksi / rumus
OT(BOD) = 1000
x A1 x N x f x BEO
Vol botol
OT(BOD5) = 1000
x A2 x N x f x BEO
Vol botol
Keterangan : A1
= Volume Natiosulfat untuk percobaan BOD
A2
= Volume Natiosulfat untuk percobaan BOD
N
= Konsentrasi Na-tiosulfat
f
= Faktor ketelitian konsentrasi Na-tiosulfat
BEO
= Berat ekivalen oksigen
III.
3.1
Hasil dan Pembahasan
Hasil Pengamatan 3.1.1 Percobaan BOD 1. Tiga buah botol winkler diisi sampel air air banjir kanal timur sampai penuh, kemudian dimasukkan 2 ml larutan MnSO4, ditambahkan 2 ml larutan alkali iodide azida. Kemudian dikocok selama ± 5 menit. 2. Setelah dikocok selama ± 5 menit, ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat (tidak boleh ada kontaminasi udara dari luar yang akan mempengaruhi proses dan perhitungan), kemudian langsung ditutup kembali dan dikocok selama ± 5 menit sampai homogen. 3. Kemudian, tiga botol winkler tersebut dituang ke dalam Erlenmeyer dan ditambah 2 ml indicator amylum ( terdapat perubahan warna yang terjadi dari tidak berwarna menjadi warna orange). 4. Ketiga Erlenmeyer tersebut dititrasi dengan larutan Na-tiosulfat 0,025N secara bergantian, terjadi perubahan warna dari orange menjadi tidak berwarna sebagai berikut; a. Sampel pertama terjadi perubahan warna sebanyak 12,3 ml. b. Sampel kedua terjadi perubahan warna sebanyak 10,9 ml
c. Sampel ketiga terjadi perubahan warna sebanyak 11,1 ml 3.1.2 Percobaan BOD5 1. Tiga buah botol winkler diisi sampel air air banjir kanal timur sampai penuh (yang sebelumnya diinkubasi selama 5 hari), kemudian dimasukkan 2 ml larutan MnSO4, ditambahkan 2 ml larutan alkali iodide azida. Kemudian dikocok selama ± 5 menit. 2. Setelah dikocok selama ± 5 menit, ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat (tidak boleh ada kontaminasi udara dari luar yang akan mempengaruhi proses dan perhitungan), kemudian langsung ditutup kembali dan dikocok selama ± 5 menit sampai homogen. 3. Kemudian, tiga botol winkler tersebut dituang ke dalam Erlenmeyer dan ditambah 2 ml indicator amylum ( terdapat perubahan warna yang terjadi dari tidak berwarna menjadi warna ungu kehitaman). 4. Ketiga Erlenmeyer tersebut dititrasi dengan larutan Na-tiosulfat 0,025N secara bergantian, terjadi perubahan warna dari orange menjadi tidak berwarna sebagai berikut; a. Sampel pertama terjadi perubahan warna sebanyak 2,4 ml. b. Sampel kedua terjadi perubahan warna sebanyak 3 ml c. Sampel ketiga terjadi perubahan warna sebanyak 2,5 ml
3.1.3 Perhitungan
1. Percobaan BOD OT1 = 1000 x 12,3 x 0,025 x 1 x 8
OT2 = 1000 x 10,9 x 0,025 x 1 x 8
250
250
= 10,04 mg/L
= 8,72 mg/L
OT3 = 1000 x 11,1 x 0,025 x 1 x 8 250 = 8,88 mg/L
OT rata-rata 1 = OT1 + OT2 + OT3 3 = 10,04+8,72+8,88
= 9,21 mg/L
3 2. Percobaan BOD5
OT1 = 1000 x 2,4 x 0,025 x 1 x 8 250 = 1,92 mg/L
OT3 = 1000 x 2,5 x 0,025 x 1 x 8 250 = 2 mg/L
OT2 = 1000 x 3 x 0,025 x 1 x 8 250 = 2,4 mg/L
OT rata-rata 2 = OT1 + OT2 + OT3 3 = 1,92+2,4+2
= 2,11 mg/L
3 BOD5 = OT rata-rata 1 – OT rata-rata 2 = 9,21 – 2,11 = 7,1 mg/L
3.2
Pembahasan Pada praktikum ini, sampel yang digunakan adalah sampel air Sungai Kaligarang. Air sampel Sungai Garang yang dimasukkan ke dalam 3 buah botol Winkler volume 250 ml kemudian ditambahkan MnSO4 sebanyak 2 ml dan alkali iodide azida sebanyak 2ml ke masingmasing botol, lalu botol ditutup dan dikocok dengan membalik-balikkan botol beberapa kali dan biarkan selama ±5 menit hingga warna air berubah menjadi coklat agak kekuningan. Setelah dikocok kemudian ditambahkan H 2SO4 pekat sebanyak 2 ml, tutup kembali botol dan kocok dengan cara membalik-balikkan botol hingga larutan homogeny dan warnanya berubah menjadi coklat keruh. Kemudian air tersebut dituang ke dalam erlenmeyer volume 500 ml dan tambahkan 2 ml indikator amylum ke dalam masing-masing erlenmeyer. Untuk menghitung DO 0 hari maka air sampel langsung dititrasi dengan Na-tiosulfat 0,025 N sampai larutan sampel tidak berwarna. Volume Natiosulfat untuk masing-masing botol berbeda-beda. Pada botol sampel I sebanyak 17 ml, botol II sebanyak 30 ml, dan botol II sebanyak 11,5 ml. Sedangkan untuk menghitung DO 5 hari, air sampel harus didiamkan selama 5 hari baru diberi perlakuan seperti perhitungan DO 0 hari. Volume Na-tiosulfat yang diperlukan juga berbeda-beda yaitu pada botol I sebanyak 10,6 ml, botol II sebanyak 15,3 ml dan botol III sebanyak 16,4
ml. Setelah itu kita menghitung jumlah oksigen terlarut dalam sampel air tersebut. Jumlah oksigen terlarut dalam air sungai Kaligarang dapat diperoleh dari rata-rata DO 0 hari dikurangi rata-rata DO 5 hari, yaitu 15,6 dikurangi 12,28 yang diperoleh hasil sebesar 3,32 mg/L. Kadar BOD Sungai Kaligarang melebihi NAB yang ditetapkan karena menurut PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, untuk air kelas I, batas maksimun BOD yang diperbolehkan yaitu 2 mg/l, sedangkan batas maksimum DO yang diperbolehkan yaitu 6 mg/l. Berikut ini adalah tabel nilai DO untuk tingkat pencemaran perairan. Tabel 3. Tingkat pencemaran perairan berdasarkan nilai DO Tingkat Pencemaran
Parameter DO (ppm)
Rendah
>5
Sedang
0-5
Tinggi
0
Sumber : (Wirosarjono,1974) Faktor yang mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air alamiah adalah (1) pengolahan di permukaan air, (2) luasnya daerah
permukaan air yang terbuka bagi atmosfer, (3) tekanan atmosfer, dan (4) persentase oksigen di udara sekelilingnya. Kenaikan temperatur pada perairan dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran BOD adalah jumlah senyawa organik yang akan diuraikan, adanya mikroorganisme aerob yang mampu menguraikan senyawa organik tersebut dan tersedianya sejumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses penguraian itu. Kandungan oksigen terlarut minimum 2 mg/l oksigen sudah cukup mendukung
kehidupan
organism
perairan
secara
normal.
Waktu
pengambilan sampel, titik pengambilan sampel, dan waktu pengamatan juga mempengaruhi kadar BOD dalam air. a. Waktu pengambilan sampel Perubahan kualitas air yang terus menerus perlu dipertimbangkan dalam penentuan waktu pengambilan sampel pada sumber air. Sampel perlu diambil pada waktu tertentu dan periode yang tetap. Sampel sebaiknya diambil pada pagi hari. b. Titik pengambilan sampel Lokasi pengambilan sampel pada aliran sungai perlu ditetapkan karena untuk mengetahui perubahan kualitas air akibat aktivitas lingkungan sekitarnya. Pada lokasi di hulu sungai kualitas air masih
alamiah karena belum mengalami perubahan oleh kegiatan manusia, sedangkan di bagian hilir terjadi perubahan kualitas air. c. Waktu pengamatan Pengamatan yang kurang tepat saat dilakukannya titrasi akan mempengaruhi perhitungan oksigen terlarut dalam air, sehingga juga akan mempengaruhi nilai BOD.
IV.
Penutup
1.1 Kesimpulan
1. Pada percobaan ini penetapan kadar magnesium digunakan prinsip titrasi langsung.
2. Fungsi dari larutan buffer adalah untuk mencegah terjadinya perubahan pH akibat oleh terbentuknya ion H+.
3. Indikator EBT dapat digunakan dalam penetapan kadar magnesium dan kalsium.
4. Dari hasil perhitungan pada sampel air sumur di daerah sekitar tembalang didapatkan angka 75,0675 mg/l pada kesadahan total (Ca dan Mg). Jika dilihat dari PerMenkes nomor 492/menkes/IV/2010 tentang kualitas air minum, angka tersebut jauh berada dibawah standar baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 500 mg/l. 1.2 Saran Pada percobaan ini ialah sebaiknya menggunakan beberapa sampel terutama pada air yang digunakan tiap hari agar dapat diketahui kandungan logam yang terkandung di dalamnya.
V.
Lampiran
Daftar Gambar
Skema Kesadahan Total ( Ca dan Mg ) ……………………………….4 Skema Kesadahan Kalsium ( Ca )
………………………………..4