BENCANA ALAM TANAH LONGSOR
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
" ILMU ALAMIAH DASAR"
Dosen Pengampu :
NINIK ZUROIDAH, M.Si.
Disusun Oleh :
LAILATUL BADRIYAH (9321 114 11)
JURUSAN TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN ) KEDIRI
2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul "TANAH LONGSOR" denan lancar.
Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Ninik Zuroidah, M.Si. selaku dosen
Ilmu Alamiah Dasar sekaligus pembimbing dalam penyusunan makalah ini. Saya
juga mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian penulisan makalah ini sehingga penulis mampu menyusun
dan menyelesaikan penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik penulis maupun
pembaca utamanya untuk menambah pengetahuan kita semua. Akhirnya saya mohon
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah saya
selanjutnya.
Kediri, 15 Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan makalah
BAB II: PEMBAHASAN
A. Pengertian tanah longsor
B. Penyebab tanah longsor
C. Mekanisme perusakan
D. Kajian bahaya
E. Gejala dan peringatan dini
F. Parameter
G. Komponen yang terancam
H. Upaya mitigasi dan pengurangan bencana
1. Tahap awal (preventif)
2. Tahap bencana
3. Tahap pasca bencana
I. Hubungan ilmu pengetahuan dan teknologi
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Dampak terhadap kebutuhan pokok manusia
J. Hubungan tanah longsor dengan ayat al-qur'an
BAB III: PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat
dimana saja dan kapan saja, disamping menimbulkan kerugian material
dan imaterial bagi kehidupan masyarakat. Gerakan tanah adalah salah
satu bencana alam yang sering mengakibatkan kerugian harta benda
maupun korban jiwa dan menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana
lainnya yang membawa dampak social dan ekonomi.
Bencana adalah sesuatu yang tidak kita harapkan, oleh karena itu
pemahaman terhadap proses terjadinya gerakan tanah berikut faktor
penyebabnya menjadi sangat penting bagi pemerintah maupun
masyarakat. Alternatif penanggulangan bencana baik dari aspek
pencegahan (preventif), pengurangan (mitigasi) maupun
penanggulangan (rehabilitasi) perlu dikaji secara mendalam.
Mitigasi adalah segala usaha untuk meminimalisasi akibat terjadinya
suatu bencana pada saat bencana terjadi maupun pasca bencana, yang
dalam hal ini dilakukan baik dalam skala lokal, nasional, maupun
regional. Walaupun demikian korban akibat bencana alam tanah
longsor masih saja terjadi, hal ini menunjukkan bahwa mitigasi
bencana harus ditingkatkan pelaksanaannya.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian tanah longsor ?
2. Apa penyebab terjadinya tanah longsor ?
3. Apa mekanisme perusakan dari tanah longsor ?
4. Bagaimana kajian bahaya dari tanah longsor ?
5. Bagaimana gejala periongatan dini dari tanah longsor
?
6. Apa saja komponen yang terancam akibat tanah longsor
?
7. Bagaimana upaya mitigasi dan pengurangan bencana
tanah longsor ?
8. Apa hubungan bencana alam tanah longsor dengan Ilmu
Alamiah Dasar ?
9. Apa hubungan bencana alam tanah longsor dengan ayat
Al-Qur'an ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tanah Longsor
Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat
dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.
Ada enam jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran
rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, aliran bahan
rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di
Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa
manusia adalah aliran bahan rombakan.
a. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan
pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
b. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada
bidang gelincir berbentuk cekung.
c. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada
bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga
longsoran translasi blok batu.
d. Rutuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material
lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi
pada lereng yang terjal hingga menggantung terutama di daerah
pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan
yang parah.
e. Rayapan Tanah
Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat.
Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah
longsor ini hamper tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang
cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-
tiang telepon, pohon, atau rumah miring kebawah.
f. Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak di
dorong oleh air. Kecepatan aliran terantung pada kemiringan
lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya.
Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai
ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai pada
ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung
api. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
B. Penyebab Tanah Longsor
Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah
atau batuan penyusun lereng. Penyebab longsoran dapat di bedakan menjadi
penyebab yang berupa:
- Factor pengontrol gangguan kestabilan
- Proses pemicu longsoran
Gangguan kestabilan lereng ini dikontrol oleh kondisi morfologi
(terutamakemiringan lereng), kondisi batuan ataupun tanah penyusun lereng
dan kondisi hidrologi atau tata air pada lereng. Meskipun suatu lereng
rentan atau berpotensi untuk longsor, karena kondisi kemiringan lereng
batuan atau tanah dan tata airnya, namun lereng tersebut belum akan
longsor atau terganggu kestabilannya tanpa dipicu oleh proses pemicu.
Factor pengontrol gangguan kestabilan lereng:
- Penggundulan hutan, tanah longsor umumnya banyak terjadi daerah yang
relative gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.
- Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan
campuran antara kerikil, pasir dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan
tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan
umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang
terjal.
- Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat
dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng cukup tinggi
memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama terjadi
hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakantanah
karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
- Ancaman tanah longsor biasanya di mulai pada bulan November karena
meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah
yang besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga
tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan.
- Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng
yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air
laut, dan angin.
- Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan
persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat
tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi
longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena
akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam umumnya
terjadi di daerah longsoran lama.
Proses pemicu longsoran dapat berupa:
- Peningkatan kandungan air dalam lereng, sehingga terjadi akumulasi air
yang merenggangkan ikatan antar butir tanah dan akhirnya mendorong
butir-butir tanah untuk longsor. Peningkatan kandungan air ini sering
disebabkan oleh meresapnya air hujan, air kolam atau air selokan yang
bocor atau aiar sawah ke dalam lereng.
- Getaran pada lereng akibat gempa bumi ataupun ledakan,
penggalian, getaran alat atau kendaraan. Gempa bumi pada tanah
pasir dengan kandungan air sering mengakibatkan liquefaction
(tanah kehilangan kekuatan geser dan daya dukung, yang diiringi
dengan penggenangan tanah oleh air dari bawah tanah).
- Peningkatan beban yang melampau daya dukung tanah atau kuat
geser tanah. Beban yang berlebihan ini dapat berupa beban
bangunan ataupun pohon-pohon yang terlalu rimbun dan rapat yang
ditanam pada lereng lebih curam dari 40 derajat.
- Pemotongan kaki lereng secara sembarangan yang mengakibatkan
lereng kehilangan gaya penyangga.
a. Akibat susutnya muka air yang cepat di danau atau waduk dapat
menurunkan gaya penahan lereng, sehingga mudah terjadi longsoran dan
penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.[1]
Namun secara garis besar penyebab tanah longsor dapat dibedakan
sebagai faktor alam dan manusia:
1. Faktor alam
Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara
lain:
a. Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan
lapisan batu lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi,
stratigrafi dan gunung api.
b. Iklim: curah hujan yang tinggi.
c. Keadaan topografi: lereng yang curam.
d. Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi
massa air, erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
e. Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal tanah kritis.
2. Factor manusia
Ulah manusia yang tidak bersabat dengan alam antara lain:
a. Pemotongan tebing pada penambangan batu dilereng yang terjal.
b. Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
c. Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
d. Penggundulan hutan.
e. Budidaya kolam ikan diatas lereng.
f. Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
g. Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran
masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya
merugikan sendiri.
h. Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.[2]
C. Mekaisme Perusakan
Gerakan tanah atau tanah longsor merusakkan jaan, pipa dan kabel
baik akibat gerakan di bawahnya atau karena penimbunan material hasil
longsoran. Gerakan tanah yang berjalan lambat menyebabkan
penggelembungan (tilting) dan bangunan tidak dapat digunakan. Rekahan
pada tanah menyebabkan fondasi bangunan terpisah dan menghancurkan
utilitas lainnya didalam tanah. Runtuhan lereng yang tiba-tiba dapat
menyeret permukiman turun jauh di bawah lereng.
Runtuhan batu (rockfalls) yang berupa luncuran batuan dapat
menerjang bangunan-bangunan atau permukimanran di bawahnya. Aliran
butiran (debris flow) dalam tanah yang lebih lunak, menyebabkan aliran
lumpur yang dapat mengubur bangunan permukiman, menutup aliran sungai
sehingga menyebabkan banjir, dan menutup jalan. Liquefaction adalah
proses terpisahnya air didalam pori-pori tanah akibat getaran sehingga
tanah kehilangan daya dukung terhadap bangunan yang ada diatasnya
sebagai akibatnya bangunan akan amblas atau terjungkal.
D. Kajian Bahaya
1. Identifikasi morfologi dan endapan-endapan longsor masa lalu
dengan metode geologi teknik atau geoteknik, untuk
memperhitungkan kemungkinan kejadian longsor kembali yang
mengancam permukiman atau prasarana penting.
2. Identifikasi factor pengontrol yang dominan mengganggu
kestabilan lereng, serta kemungkinan factor pemicu seperti gempa
bumi, badai atau hujan deras, dan sebagainya.
3. Pemetaan topografi untuk mengetahui tingkat kelerengan.
4. Pemetaan geologi untuk mengetahui stratigrafi lereng, mengetahui
jenis tanah dan batuan penyusun lereng dan sifat keteknikannya,
serta mengetahui sebaran tanah atau batuan tersebut.
5. Pemetaan geohidrologi untuk mengetahui kondisi air tanah.
6. Pemetaan tingkat kerentanan gerakan massa tanah atau longsoran
dengan cara mengkombinasikan atau menampilkan hasil penyelidikan
di point 1 dan 2, serta hasil pemetaan di point 3, 4, dan 5.
7. Identifikasi pemanfaatan lahan yang berupa daerah tanah urugan,
timbunan sampah atau tanah.
8. Antisipasi bahaya longsor susulan pada endapan logsoran yang
baru terjadi.
E. Gejala dan Peringatan Dini
- Muncul retakan memanjang atau lengkung pada tanah atau pada
konstruksi bangunan, yang biasa terjadi setelah .
- Terjadi penggembungan pada lereng atau pada tembok penahan.
- Tiba-tiba pintu atau jendela rumah sulit di buka, kemungkinan
akibat deformasi bangunan yang terdorong oleh massa tanah yang
bergerak.
- Tiba-tiba muncul rembesan atau mata air pada lereng.
- Apabila pada lereng sudah terdapat rembesan air atau mata air,
air tersebut tiba-tiba menjadi keruh bercampur lumpur.
- Pohon-pohon atau tiang-tiang miring searah kemiringan lereng.
- Terdengar suara gemuruh ayau suara ledakan dari atas lereng.
- Terjadi runtuhan atau aliran butiran tanah atau kerikil secara
mendadak dari atas lereng.
F. Parameter
- Volume material yang bergerak atau longsoran (m3)
- Luas daerah yang terkubur (m2)
- Kecepatan gerakan (cm/hari, m/jam)
- Ukuran bongkah batuan (diameter, berat, volume)
- Jenis dan intesitas kerusakan (rumah)
- Jumlah korban (jiwa)
G. Komponen yang Terancam
- Permukiman yang dibangun pada lereng yang terjal dan tanah yang
lunak, atau dekat tebing sungai.
- Permukiman yang dibangun dibawah lereng yang terjal.
- Permukiman yang dibangun di mulut sungai yang berasal dari
pegunungan diatasnya (dekat dengan pegunungan atau perbukitan),
rawan terhadap banjir bandang.
- Jalan dan prasarana komunikasi yang melintasi lembah dan
perbukitan.
- Bangunan tembok.
- Bangunan dengan fondasi yang lemah.
- Struktur bangunan degan fondasi yang menyatu.
- Utilitas bawah tanah, pipa air, pipa gas dan pipa kabel.[3]
H. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana
Mitigasi bencana tanah longsor berarti segala usaha untuk
meminimalisasi akibat terjadinya tanah longsor. Langkah-langkah yang
dapat dilakukan untuk menekan bahaya tanah longsor dibagi menjadi 3
yaitu:
1. Tahap awal (preventif)
Langkah pertama dalam upaya meminimalkan kerugian akibat bencana tanah
longsor adalah:
a. Identifikasi daerah rawan dan pemetaan. Dari evaluasi terhadap
lokasi gerakan tanah yang telah terjadi selama ini ternyata lokasi-
lokasi kejadian gerakan tanah merupakan daerah yang telah
teridentifikasi sebagai daerah yang memiliki kerentanan menengah
hingga tinggi.
b. Penyuluhan pencegahan dan penanggulangan bencana alam gerakan tanah
dengan memberikan informasi mengenai bagaimana dan kenapa tanah
longsor, gejala gerakan tanah dan upaya pencegahan serta
penangulangannya.
c. Pemantauan daerah rawan longsor dan dilakukan secara terus menerus
dengan tujuan untuk mengetahui mekanisme gerakan tanah dan faktor
penyebabnya serta mengamati gejala kemungkinan akan terjadinya
longsoran.
Gambar 1. Bagan alir sistem manajemen bencana longsor
d. Pengembangan dan penyempurnaan manajemen mitigasi gerakan tanah
baik dalam skala nasional, regional maupun lokal secara
berkelanjutan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi
dan menggalang kebersamaan segenap lapisan masyarakat (gambar 1).
e. Perencanaan pengembangan sistem peringatan dini di daerah rawan
bencana.
f. Pola pengelolaan lahan untuk budidaya tanaman pertanian,
perkebunan yang sesuai dengan azas pelestarian lingkungan dan
kestabilan lereng.
g. Hindari bermukim atau mendirikan bangunan di tepi lembah sungai
terjal.
h. Hindari melakukan penggalian pada daerah bawah lereng terjal
yang akan mengganggu kestabilan lereng sehingga mudah longsor.
i. Hindari membuat pencetakan sawah baru atau kolam pada lereng
yang terjal karena air yang digunakan akan mempengaruhi sifat
fisik dan keteknikan yaitu tanah menjadi lembek dan gembur
sehingga kehilangan kuat gesernya yang mengakibatkan tanah mudah
bergerak.
j. Penyebarluasan informasi bencana gerakan tanah melalui berbagai
media dan cara sehingga masyarakat, baik secara formal maupun non
formal.
2.Tahap bencana
Hal penting yang harus dilakukan ketika suatu daerah terkena bencan
tanah longsor diantaranya:
a. Menyelamatkan warga yang tertimpa musibah
b. Pembentukan pusat pengendlian (Crisis Center).
c. Evakuasi korban ke tempat yang lebih aman.
d. Pendirian dapur umum, pos-pos kesehatan dan penyediaan air bersih.
e. Pendistribusian air bersih, jalur logistik, tikar dan selimut.
f. Pencegahan berjangkitnya wabah penyakit.
g. Evaluasi, konsultasi dan penyuluhan.
3. Tahap pasca bencana
Berlalunya bencana tanah longsor bukan berarti permasalahan sudah
selesai, masih ada beberapa tahapan yang perlu kita lakukan:
a. Penyusunan dan penyempurnaan peraturan tata ruang dalam upaya
mempertahankan fungsi daerah resapan air.
b. Mengupayakan semaksimal mungkin pengembalian fungsi kawasan hutan
lindung.
c. Mengevaluasi dan memperketat studi AMDAL pada kawasan vital yang
berpotensi menyebabkan bencana.
d. Mengevaluasi kebijakan Instansi/Dinas yang berpengaruh terhadap
terganggunya ekosistem.
e. Penyediaan lahan relokasi penduduk yang bermukim di daerah bencana,
sabuk hijau dan di sepanjang bantaran sungai.
f. Normalisasi areal penyebab bencana, antara lain seperti normalisasi
aliran sungai dan bantaran sungai dengan membuat semacam polder dan
sudetan.
g. Rehabilitasi sarana dan prasarana pendukung kehidupan masyarakat
yang terkena bencana secara permanen (seperti: perbaikan sekolah,
pasar, tempat ibadah, jalan, jembatan, tanggul dll).
h. Menyelenggarakan forum kerjasama antar daerah dalam penanggulangan
bencana.[4]
I. Hubungan Tanah Longsor dengan Ilmu Alamiah Dasar
Hubungan bencana alam tanah longsor dengan Ilmu Alamiah Dasar
yaitu, terdapat pada pembahasan dampak perkembangan IPA dan teknologi
terhadap kehidupan manusia.
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi membawa
pembaharuan dalam bidang kehidupan masyarakat. Perkembangan
teknologi terjadi jikaa seseorang menggunaakan alat dan akalnya
untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Kemajuan
teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam
kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai
dengan ilmu pengetahuan.
Perkembangan teknologi memang sangat diperlukan, setiap
inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi
kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan serta sebagai
cara baru dalam mlakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang
teknologi masyarakat juga sudah menikmati banyak manfaat yang
dibawa oleh inovasi-inivasi yang telah dihasilkan dalam decade
trakhir ini. Namun manusia tidak mampu menipu diri sendiri akan
kenyataan bahwa teknologi mendatangkan berbagai efek negative
bagi manusia.
2. Dampak Terhadap Kebutuhan Pokok Manusia
a. Pangan (makanan)
Dampak positif
Ditemukannya bibit unggul yang dalam waktu singkat
dapat diproduksi berlipat ganda.
Diterapkannya cara pemupukan yang tepat serta
digunakannya bakteri yang sanggup memperkuat akar
tanaman dengan mengambil zat hara dengan lebih baik
sehingga hasilnya bertambah banyak.
Dampak negative
Pemakaian pestisida ternyata tidak hanya dapat
memberantas hama tanaman, tetapi juga dapat membunuh
hewan ternak, dapat meracuni hasil panen, dan bahkan
manusia sendiri.
b. Sandang (pakaian)
Dampak positif
Adanya mesin tekstil yang mempercepat proses pembuatan
pakaian.
Dampak negative
Bahan-bahan yang berupa polimer sintesis kalau menjadi
sampah tidak dapat dihancurkan oleh bakteri-bakteri
pembusuk.
Sampah plastic kalau dibakar akn menyebakan menipisnya
lapisan ozon.
c. Papan (tempat tinggal)
Dampak positif
Dengan menerapkan teknologi maju, manusia mampu
membangun rumah dan gedung-gedung pecakar langit.
Dampak negative
Dengan peralatan modern orang dengat sangat mudah
membabat hutan unuk pembangunan rumah, gedung, dan lain-
lain yang akhirnya terjadi banjir, erosi, tanah longsor,
pendangkalan sungai, kematian sumber air, kemerosotan
kesuburan tanah dan lain sebagainya.[5]
Disini untuk dampak terhadap kebutuhan pokok manusia di
bidang papan (tempat tinggal) sangat berhubungan erat dengan
sumber daya alam yaitu, tanah.
1) Pengertian tanaah
Tanah adalah sebuah sumber daya alam.jika
dibandingkan dengan sumber daya alam lainnya, kedudukan
tanah adalah istimewa. Keistimewaan ini terletak pada
kenyataan bahwa tanah bisa dipandang sebagai:
a) "Hasil", jika dilihat dari sudut barang tanbang.
b) "Penghasil", jika dilihat dari sudut tumbuhan dan
tanaman, tanah lah yang menhasilkan sumer daya hutan.
c) "Tempat", dimana semua makhluk melaksanakan
kehidupan.[6]
Tanah merupakan lapisan atas atau luar kulit bumi yang
terdiri dari bahan padat, air, udara, dan jasad hidup yang
secara bersama-sama dapat menjadi tempat pertumbuhan tanaman.
Tanah mempunyai nilai yang amat penting bagi kehidupan
manusia. Dalam upaya untuk memenuhi kebutuhannnya
manusia telah memanfaatkan tanah sebagai sumber daya,
misalnya dijadikan sebagai lahan pertanian, perkebunan,
dan sebagai bahan dasar industry.
Tanah merupakan lapisan atas kulit bumi yang terbentuk dari
hasih pelapukan batuan atau bahan-bahan organic. Pelapukan
merupakan proses hancurnya batuan atau bahan organic lain karena
pengaruh unsur-unsur alam, seperti cuaca, iklim, dan makhluk
hidup, baik tumbuhan, hewan, maupun manusia.[7]
Tanah terdiri atas:
Lapisan padat
Air dan
Jasad- jasad hidup antara lain: bakteri dan jamur
Jasad hidup tersebut berfunfsi untuk membusukkan tumbuhan
dan hewan, serta kotoran-kotoran dan sisa tumbuhan
lainnya yang ada pada permukaan tanah. Sisa-sisa tumbuhan
dan hewan tersebut setelah membusuk, berubah menjadi
bahan organic yang disebut humus. Hunus merupakan unsure
tanah yang amat penting, karena merupakan sumber makanan
bagi tanaman dan membuat tanah dapat menyerap air lebih
baik.
Tanah berasal dari pelapukan batuan yang yeng dapat di
permukaan bumi. Batuan induk tanah tersusun atas mineral-
mineral, yaitu bahan yang dibuat oleh alam yang mempunyai
susunan kimia tertentu. Oleh pengaruh suhu udara, angin, dan air
hujan, batuan tersebut lama-kelamaan menjadi lapuk atau hancur,
maka mineral-mineralnya terlepasdan membentuk bahan, yang
kemudian berubah menjadi tanah.[8]
2) Komposisi tanah
Sesuai dengan batasan tanah yang telah kita tarangkan
diatas, maka komposisi tanah tersebut terdiri dari bahan
mineral, bahan organic, air, dan udara.
Bahan mineral dan bahan organic merupakan komponen
padat, sedangkan udara dan air merupakan pengisi pori-pori
atau rongga yang terdapat dalam komponen padat. Komposisi
tanah pada umumnya adalah sebagai berikut:
a) 90% terdiri dari bahan mineral (anorganik)
b) 1% - 15% terdiri dari bahan organic
c) 5% - 9% terdiri dari udara dan air
Komposisi tanah yang subur dan cocok untuk usaha
pertanian pada umumnya terdiri dari 50% persen
komponen padat (terdiri dari 45% bahan anorganik dan
5% bahan organic) dan 50% pori-pori (terdiri dari 25%
udara dan 25% air).[9]
3) Macam-macam Tanah
Berdasarkan induk dan prses perubahan yang disebabkan
oleh tenaga eksogen, tanah dapat dibedakan sebagai berikut:
a) Tanah abu vulkanis: yaitu tanah yang berasal
dari hasil pelapukan bahan padat (efflata) dan
bahan cair (batuan effuse), dengan bentuk yang
menyerupai abu vulkanis. Sifatnya mudah
melayang jika kena angin dan mudah menutup
rapat di bagian atas jika kena hujan.
b) Tanah podzolik: terjadi dari hasil pelapukan
yang mengandung kwarsa, pengaruh suhu rendah,
dan curah hujan tinggi. Tanah ini banyak
mengandung humus, sifatnya mudah basah jika
kena air dan subur untuk di tanami brbagai
jenis tanaman.
c) Tanah laterit: tanah ini terjadi karena
pengaruh tenaga alam, yaitu suhu tinggi dan
curah hujan tinggi. Tanah ini juga bias
terbentuk akibat pengaturan tanaman yang kurang
tepat. Sifatnya tidak subur, dan warnanya
kekuning-kuningan sampai merah.
d) Tanah mergel (margalit): tediri dari campuran
batuan kapur, pasir dan tanah liat, serta
pengaruh hujan yang tidak merata sepanjang
tahun. Sifatnya subur, terdapat di daerah
lereng-lereng pegunungan, dan dataran rendah.
e) Tanah pasir: terjadi dari hasil batuan beku dan
sediment. Tanah ini tidak berstruktur, dalam
keadaan berpasir dan berkerikil. Sifatnya
kurang baik untuk pertanian, sebab hanya
sedikit mengandung bahan organic.
f) Tanah gambut (tanah rawa): bahan induknya
berasal dari bahan organic (hutan dan rumput-
rumputan rawa). Terbentuk karena selalu
tergenang air sehingga peredaran udara di
dalamnya sangat jelek. Proses kehancuran di
dalam nya tidak sempurna maka tanah ini
kekurangan unsur hara dan kurang baik untuk
pertanian.
g) Tanah endapan (alluvial): tanah ini terjadi
akibat proses pengendapan dari batuan induk
yang telah mengalami proses pelarutan. Tanah
ini dibedakan atas beberapa jenis, antara lain:
tanah endapan laterit, dan pasir vulkanis. Pada
umumnya tanah endapan merupakan tanah yang
subur.
h) Tanah kapur: tanah ini terdiri dari bahan induk
kapur, batuan endapan, dan telah
mengalamilaterisasi lemah. Hasil dari pelapukan
batuan kapur banyak terdapat di dasar dolina-
dolina dan mrupakan tanah pertanian yang
relative subur di daerah batu kapur, disebut
tanah terru rosa.
i) Tanah humus (bunga tanah): bahan induknya dari
bahan organic (tumbuh-tumbuhan). Proses
pelapukannya dibantu oleh serangga.
j) Tanah padas: tanah ini amat padat karena
mineral-mineral di dalamnya dikeluarkan oleh
air yang terdapat di lapisan tanah sebelah
atasnya.
Tanah dinyatakan subur apabila:
a) Struktur baik, yaitu jika butir-butir tanah
tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
b) Garam-garaman (zat makanan) dalam jumlah
banyak, sebagai bahan makanan tumbuh-tumbuhan.
c) Air dalam jumlah banyak yang berfungsi untuk
melarutkan garam tersebut.
Menurut kesuburan, tanah dibedakan sebagai berikut:
a) Tanah muda: tanah yang banyak mengandung zat
makanan warnanya abu.
b) Tanah tua: tanah yang cukup mengandung zat
makanan, warnanya coklat keabu-abuan.
c) Tanah mati: tanah yang tidak mengandung zat
makanan, warnanya merah atau merah muda.
Strktur tanah ialah pengaturan dan pengelolaan fisis
dari partikel-partikel tanah. Struktur tersebut
berkembang hingga batas yang cukup lanjut, hamper
bagi semua tanah, kecuali pada tanah-tanah yang
berpasir mudah tidaknya gerak air dalam tanah.
Pengerjaan atau pengolahan lebih baik, sehingga dapat
memperbaiki keadaan drainase, sirkulasi udara didalam
tanah, dan persediaan bahan makanan bagi tumbuh-
tumbuhan. Struktur tanah bagi bawah keadaanya lebih
baik dari pada yang lembut cenderung untuk bermigrasi
kebagian bawah bersama-sama dengan basa dan unsur
pengikat lain yang umumnya terdapat di bagian
tersebut.[10]
J. Hubungan Tanah Longsor dengan Ayat Al-Qur'an
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bencana alam tanah longsor masih tetap berpotensi terjadi di tahun-
tahun mendatang, mengingat kondisi alam (morfologi dan geologi) di
beberapa wilayah di Indonesia berbakat untuk longsor terutama di musim
hujan. Dari makalah diatas yang berjudul "Bencana Alam Tanah Longsor"
dapat di tarik kesimpulan, diantaranya: Tanah longsor adalah
perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,
tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar
lereng.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng ( tanah longsor) juga
tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur
geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada
lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai
factor alami dan manusia.
Terjadinya bencana alam tanah longsor ini dapat diminimalkan dengan
memberdayakan masyarakat untuk mengenali tipologi lereng yang rawan
longsor, gejala awal longsor, serta upaya antisipasi dini yang harus
dilakukan, sehingga pengembangan dan penyempurnaan manajemen mitigasi
gerakan tanah baik dalam skala nasional, regional maupun lokal secara
berkelanjutan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan
menggalang kebersamaan segenap lapisan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Hardaji, Prih. Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya.
Jakarta: Direktorat Mitigasi. 2007.
Kamaludin, Mustafa. Ekologi dan Sumber Daya Alam, Bandung: Angkasa, 2001.
Aly, Abdullah dan Rahma, Eny. Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara,
2000.
Ginting, P. Geografi, Jakarta: Erlangga, 2003.
-----------------------
[1] Prih Hardaji dkk, Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya
Mitigasinya Di Indonesia (Jakarta: Direktorat Mitigasi, 2007), 26-29.
[2] Anwar dkk, Aplikasi Citra Satelit Dalam Penentuan Daerah Rawan Bencana
Longsor (Bandung: Pusat Penelitian Geoteknologi, 2001), 17.
[3] Prih Hardaji dkk, Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya
Mitigasinya Di Indonesia (Jakarta: Direktorat Mitigasi, 2007), 29-31.
[4]Anwar dkk, Aplikasi Citra Satelit Dalam Penentuan Daerah Rawan Bencana
Longsor (Bandung: Pusat Penelitian Geoteknologi, 2001), 22-24.
[5] Abdullah Aly dan Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar (Jakarta: Bumi Aksara,
2000), 112-114.
[6] Mustafa Kamaludin, Ekologi dan Sumber Daya Alam (Bandung: Angkasa,
2001), 21.
[7] P. Ginting, Geografi (Jakarta: Erlangga, 2003), 11-12.
[8] Mustafa, Ekoloi dan Sumber Daya Alam, 28.
[9] P. Ginting, Geografi, 12.
[10] Mustafa, Ekoloi dan Sumber Daya Alam, 21-22.