KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITS
Tugas Makalah Mata Kuliah Ulumul Hadits
Dosen Pengampu : Bapak H. Edi Bahtiar, M.Ag
Disusun oleh :
Kelompok 2
1. FATHUR ROHMAN 1340120002
2. ABDILLAH FAIZ 1340120004
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI / BIMBINGAN KONSELING ISLAM
TAHUN 2013
PETA KONSEP
BAB I
PENDAHULUAN
Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa Hadits Rosul merupakan sumber dan
dasar hukum Islam setelah Al-Qur'an, dan umat Islam diwajibkan mengikuti
Hadits sebagaimana diwajibkan mengikuti Al-Qur'an.
Al-Qur'an dan Hadits merupakan dua sumber hukum syariat Islam yang
tetap, yang orang Islam tidak mungkin memahami syariat Islam secara
mendalam dan lengkap dengan tanpa kembali kepada kedua sumber Islam
tersebut. Seorang mujtahid dan seorang alimpun tidak diperbolehkan hanya
mencukupkan diri dengan salah satu dari keduanya.
Al-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran
dalam Islam, antara satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Al-Qur'an
sebagai sumber pertama dan utama banyak memuat ajaran-ajaran yang bersifat
umum dan global. Oleh karena itu kehadiran Hadits, sebagai sumber ajaran
kedua tampil untuk menjelaskan (Bayan) keumuman isi Al-Qur'an tersebut.
Allah SWT menurunkan Al-Qur'an bagi umat manusia, agar Al-Qur'an ini
dapat dipahami oleh manusia, maka Rosul SAW diperintahkan untuk menjelaskan
kandungan dan cara-cara melaksanakan ajarannya kepada mereka melalui Hadist-
Haditsnya.
Fungsi Hadits sebagai penjelas (Bayan) Al-Qur'an itu bermacam-macam.
Menurut Imam Malik bin Anas menyebutkan lima macam fungsi, yaitu bayan at-
taqrir, bayan at-tafsir, bayan at-tafshil, bayan al-ba'ts, bayan at-
tasyri'. Imam Syafi'i menyebutkan lima fungsi, yaitu bayan at-tafshil,
bayan at-takhshish, bayan at-ta'yin, bayan at-tasyri', dan bayan an-nasakh.
Dalam "Al-Risalah" ia menambahkan dengan bayan al-isyarah. Imam Ahmad bin
Hanbal menyebutkan empat fungsi, yaitu bayan at-ta'kid, bayan at-tafsir,
bayan at-tasyri' dan bayan at-takhshish.
BAB II
PEMBAHASAN
KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITS
A. KEDUDUKAN HADITS SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM
1. Dalil Al-Qur'an
Banyak ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang kewajiban
mempercayai dan menerima segala yang disampaikan oleh Rosul kepada
umatnya untuk dijadikan pedoman hidup. Diantara ayat-ayat dimaksud
adalah:
ما كان الله ليذر المؤمنين على ماأنتم عليه حتى يميز الخبيث من الطيب وما
كان الله ليطلعكم على الغيب ولكن الله يجتبي من رسله من يشآء فآمنوا باالله
ورسله وإن تؤمنوا وتتقوا فلكم أجر عظيم (الى عمران:۱۷۹)
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman
dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk
(munafiq) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan
memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang gaib, akan tetapi Allah
memilih siapa yang dikehendakiNya diantara Rosul-RosulNya. Karena itu
berimanlah kepada Allah dan Rosul-RosulNya; dan jika kamu beriman dan
bertaqwa, maka bagimu pahala yang besar. (QS. Ali Imron: 179).
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
يا أيها الذين آمنوا آمنوا باالله ورسوله والكتاب الذي نزل على رسوله
والكتاب الذي أنزل من قبل ومن يكفر بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر
فقد ضل ضلالا بعيدا (النساء: ١٣٦)
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
RosulNya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada RosulNya, serta
kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Bagi siapa yang kafir kepada
Allah, malaikat-malaikatNya, Rosul-rosulNya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa':
136).
Dari beberapa ayat Al-Qur'an diatas tergambar bahwa setiap ada
perintah taat kepada Allah SWT dalam Al-Qur'an selalu diiringi dengan
perintah taat kepada RosulNya. Demikian pula mengenai peringatan
(ancaman) karena durhaka kepada Allah, sering dijajarkan dengan
ancaman karena durhaka kepada Rosul SAW.
2. Dalil Al-Hadits
Dalam salah satu pesan Rosulallah SAW berkenaan dengan kaharusan
menjadikan Hadits sebagai pedoman hidup, disamping Al-Qur'an sebagai
pedoman hidup utamanya. Beliau bersabda:
تركت فيكم أمرين لن يضلوا ما تضلوا ما تمسكتم بهما كتاب الله وسنة نبيه
(رواه مالك)
Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, yang kalian tidak akan
tersesat selagi kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu berupa
kitab Allah dan Sunnah RosulNya. (HR. Malik).
Dalam Hadits lain Rosul bersabda:
... فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين تمسكوابها وعضوا عليها ...
(رواه ابو داود و ابن ماجه)
"Wajib bagi sekalian berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah
Khulafa ar-Rasyidin (khalifah yang mendapat petunjuk), berpegang
teguhlah kamu sekalian dengannya". (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Hadits diatas menunjukkan bahwa berpegang teguh kepada Hadits dan
menjadikannya sebagai pedoman hidup itu adalah wajib, sebagaimana
wajibnya berpegang teguh kepada Al-Qur'an.
3. Kesepakatan Ulama (Ijtima')
Umat Islam telah sepakat menjadikan Hadits sebagai salah satu dasar
hukum beramal; karena sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Penerimaan mereka terhadap Al-Qur'an, karena keduanya sama-sama
dijadikan sebagai sumber hukum Islam
Kesepakatan umat Muslimin dalam mempercayai, menerima, dan
mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam Hadits ternyata
sejak Rosulallah masih hidup. Sepeninggal beliau, semenjak masa
Khulafa ar-Rasyidin hingga masa-masa selanjutnya, tidak ada yang
mengingkarinya. Banyak di antara mereka yang tidak hanya memahami dan
mengamalkan isi kandungannya, akan tetapi bahkan mereka menghafal,
memelihara dan menyebarluaskan kepada generasi selanjutnya.
Banyak peristiwa menunjukkan adanya kesepakatan menggunakan Hadits
sebagai sumber hukum Islam. Antara lain:
a. Ketika Abu Bakar di baiat menjadi Khalifah, ia pernah berkata,
"Saya tidak meninggalkan sedikitpun sesuatu yang
diamalkan/dilaksanakan oleh Rosulallah, sesungguhnya saya takut
tersesat bila meninggalkan perintahnya".
b. Saat Umar berada di depan Hajar Aswad ia berkata, "Saya tahu bahwa
engkau adalah batu. Seandainya saya tidak melihat Rosulallah
menciummu, saya tidak akan menciummu".
c. Pernah ditanyakan kepada Abdullah bin Umar tentang ketentuan shalat
safar dalam Al-Qur'an. Ibnu Umar menjawab: "Allah SWT telah
mengutus Nabi SAW kepada kita dan kita tidak mengetahui sesuatu.
Maka sesungguhnya kami berbuat sebagaimana duduknya Rosulallah SAW,
saya makan sebagaimana makannya Rosulallah dan saya shalat
sebagaimana shalatnya Rosul".
d. Diceritakan dari Sa'id bin Musayyad bahwa Usman bin Affan berkata,
"Saya duduk sebagaimana duduknya Rosulallah SAW, saya makan
sebagaimana makannya Rosulallah, dan saya shalat sebagaimana
shalatnya Rosul".
Masih banyak lagi contoh yang menunjukkan bahwa apa yang
diperintahkan, dilakukan, diserukan, niscaya diikuti oleh umatnya dan
apa yang dilarang selalu ditinggalkan oleh mereka.
4. Sesuai Dengan Petunjuk Akal
Kerosulan Nabi Muhammad SAW telah diakui dan dibenarkan oleh umat
Islam. Di dalam mengemban misinya itu, kadang-kadang beliau hanya
sekadar menyampaikan apa yang diterima dari Allah SWT. Baik isi
maupun formulasinya dan kadang kala atas inisiatif sendiri dengan
bimbingan ilham dari Tuhan. Namun juga tidak jarang beliau membawakan
hasil ijtihad semata-mata mengenai suatu masalah yang tidak ditunjuk
oleh wahyu dan juga tidak dibimbing oleh ilham. Hasil ijtihad beliau
ini tetap berlaku sampai ada nas yang menasakhnya.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa Hadits merupakan salah
satu sumber hukum dan suber ajaran Islam yang menduduki urutan kedua
setelah Al-Qur'an. Sedangkan bila dilihat dari segi kehujjahannya,
Hadits melahirkan hukum zhanny, kecuali Hadits yang mutawattir.
B. FUNGSI HADITS TERHADAP AL-QUR'AN
1. Bayan at-Taqrir
Bayan at-Taqrir disebut juga dengan bayan at-ta'kid dan bayan al-
itsbat. Yang dimaksud dengan bayan ini adalah menetapkan dan
memperkuat apa yang telah diterangkan didalam Al-Qur'an. Fungsi
Hadits dalam hal ini hanya memperkokoh isi kandungan Al-Qur'an.
فإذا رأيتم الهلال فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا
"Apabila kalian melihat (ru'yah) bulan, maka berpuasalah. Juga
apabila melihat (ru'yah) itu maka berbukalah". (HR. Muslim)
فمن شهد منكم الشهر فليصمه (البقرة: ١٨٥)
"Barang siapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah ia
berpuasa ... (QS. Al-Baqarah: 185).
2. Bayan at-Tafsir
Yang dimaksud dengan bayan at-Tafsir adalah bahwa kehadiran Hadits
berfungsi untuk memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat Al-
Qur'an yang masih bersifat global (mujmal), memberikan persyaratan
atau batasan (taqyid) ayat-ayat Al-Qur'an yang bersifat mutlak dan
mengkhususkan (takhsish) terhadap ayat-ayat Al-Qur'an yang masih
bersifat umum. Diantara contoh tentang ayat-ayat Al-Qur'an yang masih
mujmal adalah perintah mengerjakan shalat, zakat, puasa,
diisyaratkannya jual beli, nikah, qishash, hudud, dan sebagainya.
Ayat-ayat Al-Qur'an tentang masalah ini masih bersifat mujmal, baik
mengenai cara mengerjakan, sebab-sebabnya, syarat-syarat atau
halangan-halangannya. Oleh karena itu, Rosulallah SAW melalui
haditsnya menafsirkan dan menjelaskan masalah-masalah tersebut.
Contoh:
صلوا كما رأيتمونى أصلى (رواه البخارى)
"Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat" (HR. Bukhori)
وأقيموا الصلاة وآتوا الزكاة واركعوا مع الراكعين (البقرة: ٤٣)
"Dan kerjakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku'" (QS. Al Baqarah : 43)
3. Bayan at-Tasyri'
Yang dimaksud dengan bayan at-Tasyri' adalah mewujudkan suatu hukum
atua ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam Al-Qur'an, atau di dalam
Al-Qur'an hanya terdapat pokok-pokoknya saja.
Hadits-hadits Rosul SAW yang termasuk ke dalam kelompok ini
diantaranya Hadits tentang penetapan haramnya mengumpulkan dua wanita
bersaudara (antara istri dan bibinya), hukum syufa'ah, hukum merajam
pezina wanita yang masih perawan, dan hukum tentang hak waris bagi
seorang anak. Contoh:
ان الرسول الله صلى الله عليه وسلم فرض زكاة الفطر من رمضان على الناس صاعا
من تمر أو صاعا من شعير على كل حر أو عبد ذكر أو أنثى من المسلمين (رواه مسلم)
"Bahwasanya Rosul SAW telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam
pada bulan Ramadhan satu sukat (sha') kurma atau gandum untuk setiap
orang, baik merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan muslim". (HR.
Muslim)
Hadits Rosul SAW yang termasuk bayan at-Tasyri' ini, wajib
diamalkan sebagaimana kewajiban mengamalkan Hadits-hadits lainnya.
Ibnu al-Qayyim berkata bahwa Hadits-hadits Rosul SAW yang berupa
tambahan terhadap Al-Qur'an merupakan kewajiban atau aturan yang harus
ditaati, tidak boleh menolak atau mengingkarinya dan ini bukanlah
sikap (Rosul SAW) mendahului Al-Qur'an melainkan semata-mata karena
perintahNya.
4. Bayan an-Nasakh
Ketika bayan yang pertama yang telah disepakati oleh para ulama,
meskipun untuk bayan yang ketiga ada sedikit perbedaan terutama yang
menyangkut definisi (pengertian) nya saja. Untuk bayan yang keempat
ini terjadi perbedaan yang sangat tajam. Ada yang mengakui dan
menerima fungsi hadits sebagai nasikh terhadap sebagian hukum Al-
Qur'an dan ada juga yang menolaknya.
Para ulama mengartikan bayan an-nasakh ini banyak yang melalui
pendekatan bahasa, sehingga diantara mereka terdapat perbedaan
pendapat dalam menta'rifkannya.
Inti dari bayan an-nasakh ketentuan yang datang kemudian tersebut
menghapus ketentuan yang datang terdahulu. Karena yang terakhir
dipandang lebih luas dan lebih cocok dengan nuansanya.
Ketidakberlakuan suatu hukum (naskh wa al mansukh) harus memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan, terutama syarat atau ketentuan adanya
naskh dan mansukh. Pada akhirnya, Hadits sebagai ketentuan yang datang
kemudian daripada Al-Qur'an dapat menghapus ketentuan dan isi
kandungan Al-Qur'an. Demikian menurut pendapat ulama yang menganggap
adanya fungsi bayan an-nasakh. Kelompok yang memperbolehkan adanya
nasakh jenis ini adalah golongan Mu'tazilah, Hanafiyah, dan Mazhab Ibn
Hazm al-Dhahiri. Contoh:
لا وصية لوارث
"Tidak ada wasiat bagi ahli waris"
كتب عليكم إذا حضر أحدكم الموت إن ترك خيرا الوصية للوالدين والأقربين
بالمعروف حقا على المتقين (البقرة: ١٨٠)
"Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang di antara kamu kedatangan
(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat
untuk ibu bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf (ini adalah)
kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah : 180).
Sementara yang menolak naskh jenis ini adalah Imam Syafi'i dan
sebagian besar pengikutnya, meskipun naskh tersebut dengan hadits yang
mutawatir. Kelompok lain yang menolak adalah sebagian besar pengikut
madzhab Zhahiriyyah dan kelompok Khawarij.
BAB III
KESIMPULAN
Hadits atau Sunnah Rosul berkedudukan sebagai sumber hukum Islam yang
kedua setelah yang pertama yakni Al-Qur'an, wajib diikuti oleh seluruh umat
muslim sebagaimana diwajibkan mengikuti Al-Qur'an. Al-Qur'an dan Hadits
adalah sumber hukum Islam yang tetap, karna keduanya menjadi satu bagian
kesatuan yang saling melengkapi, dan tidak diperbolehkan hanya mengikuti
salah satunya saja, wajib kedua-duanya. Selain sebagai sumber hukum juga
sebagai pedoman hidup dan Rosul SAW menjamin seseorang yang berpegang pada
Al-Qur'an dan Hadits takkan tersesat dalam hidupnya.
Al-Qur'an sebagai sumber yang pertama dan utama banyak memuat ajaran-
ajaran yang bersifat umum dan global. Karenanya Hadits sebagai sumber yang
kedua berfungsi untuk menjelaskan (bayan) dari keumuman isi kandungan Al-
Qur'an tersebut. Ada beberapa fungsi yang dijelaskan yakni bayan at-Taqrir
(bayan at-ta'kid atau bayan al-itsbat) berfungsi untuk menetapkan dan
memperkuat apa yang telah diterangkan dalam Al-Qur'an. Bayan at-Tafsir
berfungsi untuk memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat Al-
Qur'an yang masih global (mujmal), memberi persyaratan atau batasan
(taqyid) yang bersifat mutlak, mengkhususkan (takhsish) yang bersifat umum.
Bayan at-Tasyri' yakni mewujudkan suatu hukum yang belum ada di dalam Al-
Qur'an. Bayan an-Nasakh yakni menghapus ketentuan yang datang terlebih
dahulu karna yang terakhir dipandang lebih luas dan lebih cocok dengan
nuansanya.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Munzier Suparta, M.A. Ilmu Hadis. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.
2011.
Team Forum Guru Bina PAI Madrasah Aliyah. Hikmah: Mengkaji Qur'an Hadits.
Sragen. CV. Akik Pusaka. 2007.
-----------------------
Kedudukan Hadits sebagai Sumber Hukum Islam
1. Dalil Al-Qur'an
2. Dalil Al-Hadits
3. Kesepakatan Ulama (Ijma')
4. Sesuai dengan Petunjuk Akal
Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur'an
1. Bayan At-Taqrir
Menetapkan dan memperkuat/memperkokoh apa yang telah diterangkan di dalam
Al-Qur'an.
2. Bayan at-Tafsir
Memberikan rincian/tafsiran ayat Al-Qur'an yang masih bersifat global
(mujmal), memberi persyaratan/batasan (taqyid) ayat Al-Qur'an yang masih
bersifat mutlak, mengkhususkan (takhsish) ayat Al-Qur'an yang masih
bersifat umum.
3. Bayan at-Tasyri'
Mewujudkan suatu hukum yang belum ada dalam Al-Qur'an
4. Bayan an-Nasakh
Menghapus ketentuan yang datang terlebih dahulu karna yang terakhir
dipandang lebih luas dan lebih cocok dengan nuansanya.