Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
1
2
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
Pengarah Ir. Tri Patmasari, M.Si Kontributor Lulus Hidayatno, M.Tech Guridno Bintar Saputro, M.Agr Astrit Rimayan, M.Sc Farid Yuniar, ST, ST, M.Eng M. Eng Gama Hirawan Utomo, ST Fahrul Hidayat, ST Andriyana Laillisaum, ST Seawan Editor: Prof.. Dr Prof D r. Ir I r. Sobar Susna, M.Surv.Sc Desain & Tata Letak Agus Seawan (Coqelat) © PPBW BIG 2016
n a t u b m a s
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
SAMBUTAN DEPUT SAMBUT DEPUTII BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL DASAR Sesuai dengan salah satu agenda Nawa Cita yang berbunyi “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan” kesatuan” maka Badan Informasi Geospasial melalui Pusat Pemetaan Batas Wilayah (PPBW-BIG) segera menindaklanju agenda tersebut dengan menyediakan informasi geospasial di wilayah perbatasan. Tentu, sesuai dengan tupoksinya bahwa informasi geospasial dalam hal ini adalah erat kaitannya dengan garis batas wilayah. Hal ini menjadi penng karena garis batas wilayah menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk menentukan luas wilayah, melaksanakan kegiatan pemerintahan dan merencanakan pembangunan sehingga penegasan batas wilayah menjadi prioritas untuk segera diselesaikan demi terciptanya harmonisasi pembangunan antar daerah. Kontribusi PPBW-BIG dalam upaya percepatan penegasan batas daerah salah satunya diwujudkan dengan melaksanakan kegiatan delineasi batas Provinsi, Kabupaten/Kota dan Desa/Kelurahan secara kartometrik dengan melibatkan unsur pemerintahan setempat. Muncul harapan dari pekerjaan yang mana garis batas kesepakatan yang dhasilkan dapat dijadikan dasar dalam penyusunan produk hukum tentang batas wilayah. Produk hukum tentang batas wilayah inilah yang diperlukan sebagai bentuk kejelasan hukum yang mengatur tentang batas kewenangan antar daerah dalam penyelenggarakan kegiatan pemerintahan. Pada dasarnya garis batas Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/ Kelurahan adalah kerangka dasar NKRI dalam urusan pembagian kewenangan sehingga sudah seharusnya penegasan batas-batasnya harus segera diselesaikan. Selain pekerjaan batas daerah, kontribusi PPBW-BIG dalam menyediakan informasi geospasial di wilayah perbatasan negara juga perlu diapresiasi. Selain melaksanakan fasilitasi perundingan darat dan marim, ada juga pekerjaan survei pemetaan yang di harapkan harapkan dapat menjadi media penyelesaian batas negara darat dan marim. Buku Annual Report Pusat Pemetaan Pemetaan Batas Wilayah Tahun 2015 ini disusun untuk memberikan gambaran tentang kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Pusat Pemetaan Batas Wilayah pada tahun 2015. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Salam,
Dodi Sukmayadi Depu Bidang Informasi Geospasial Dasar Badan Informasi Geospasial
3
4
Badan Informasi Geospasial
kata pengantar Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kemudahan sehingga pada kesempatan ini buku Laporan Tahunan Tahunan Pusat Pemetaan Batas Wilayah 2015 dapat disusun. Buku ini menyajikan hasil-hasil kegiatan yang dilaksanakan oleh Pusat Pemetaan Batas Wilayah – Badan Informasi Geospasial (PPBW BIG) selama kurun waktu Tahun Anggaran 2015. Kegiatan Bidang Pemetaan Batas Negara melipu kegiatan batas marim dan batas darat melalui kegiatan-kegiatan Kajian Delimitasi Batas Marim, Pemetaan Kecamatan di Kawasan Perbatasan RI-Malaysia, Survei Demarkasi Ri-RDTL, Peraw Perawatan atan dan Pemasangan Border Sign Post (BSP) RIRDTL, Pemetaan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Segmen Batas RI-RDTL, Pemetaan UAV UAV Koridor Batas RI-RDTL, Survei Densikasi Pilar Batas RI-PNG serta serangkaian perundingan dengan negara-negara tetangga.
Ir. Tri Patmasari, M.Si
Untuk Kegiatan Bidang Pemetaan Batas Administrasi, pada Tahun Anggaran 2015 sebagai kelanjutan dari kegiatan yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, PPBW melakukan kegiatan Pemetaan Batas Wilayah Administrasi yang terdiri dari kegiatan Delineasi Batas Desa sebanyak 5 paket dengan 3 paket diantaranya termasuk pemasangan pemasan gan pilar batas desa, Delineasi Delinea si Batas Kabupaten, Pemetaan UAV Segmen Bermasalah Prototype Peta di Kalimantan Tengah, Pembuatan Prototype Peta Desa, Pembuatan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Peta Desa, Pemasangan Pilar Batas Kawasan Konservasi Gumuk Pasir di Parangtriss-DIY, Parangtriss-DIY, Pemutakhiran Data Batas Wilayah, Penyusunan Dokumen Kajian Luas Pengelolaan Wilayah Laut dan Grand Design Percepatan Penyelesaian Batas Wilayah Administrasi, serta Pembuatan Materi Digital Penarikan Garis Batas Wilayah Administrasi Desa/Kelurahan Secara Kartometrik.
Cibinong, Januari 2016 Kepala Pusat Pemetaan Batas Wilayah
Ir. Tri Patmasari, M.Si
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
Visi Menjadi integrator penyelenggaraan informasi geospasial sebagai landasan pembangunan Indonesia
Misi 1. Meningkatkan sinergi proakf dalam penyelenggaraan informasi geospasial nasional 2. Mengintegra Mengintegrasikan sikan informasi informasi geospasial agar agar dapat dapat memberikan nilai tambah bagi pembangunan nasional 3. Meningkatkan kapasitas dan kapabilit kapabilitas as penyeleng penyelenggaraan garaan informasi geospasial nasional Adapun untuk Struktur Organisasi di Badan I nform nformasi asi Geospasial pada saat ini dapat dilihat Pada Gambar 1
Gambar 1. Struktur Organisasi Badan Informasi Geospasial
5
6
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
PUSAT PEMETAAN BATAS WILAYAH
B
erdasarkan UU Nomor 4 Tahun 2011 tentang Iinformasi Geospasial (IG). IG terdiri dari dua jenis, yaitu Informasi Geospasial Dasar (IGD) dan Informasi Geospasial Temak Temak (IGT). IGD sebagaimana diatur dalam Pasal 5 melipu Jaring Kontrol Geodesi dan Peta Dasar. Peta dasar menurut pasal 12 terdiri atas garis pantai, hipsogra, perairan, nama rupabumi, batas wilayah, transportasi dan ulitas, bangunan dan fasilitas umum, dan penutup lahan. Adanya informasi garis batas dalam peta dasar merupakan tanggung jawab yang diamanatkan kepada Pusat Pemetaan Batas Wilayah (PPBW).
Tugas Pokok Sesuai dengan Pasal 55 Peraturan Kepala (Perka) Badan Informasi Geospasial (BIG) No.3 Tahun 2012 Pusat Pemetaan Batas Wilayah mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan rencana dan program, perumusan dan pengendalian kebijakan teknis, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan data dan informasi geospasial dasar, serta penyiapan pelaksanaan penelitian dan pengembangan, dan pelaksanaan kerja sama teknis di bidang pemetaan batas wilayah.
Fungsi 1.
Penyusunan rencana dan program di bidang pemetaan batas wilayah;
2.
Penyiapan perumusan dan pengendalian Penyiapan kebijakan teknis di bidang pemetaan batas wilayah;
3.
Penyusunan norma, pedoman, prosedur, standar, dan spesikasi di bidang pemetaan batas wilayah;
4.
Pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan data dan informa informasi si geospasial dasar di bidang pemetaan batas wilayah;
5.
Pemutakhiran data dan informasi geospasial dasar di bidang pemetaan batas wilayah; dan
6.
Pelaksanaan kerja sama teknis dengan badan atau lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat di dalam dan/atau luar negeri di bidang pemetaan batas wilayah.
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
Tugas Pokok Tiap Bidang 1. Bidang Pemetaan Batas Negara Bidang Pemetaan Batas Negara mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program, perumusan dan pengendalian kebijakan teknis, penyusunan norma, pedoman, prosedur, prosedur, standar,, dan spesikasi, standar spesi kasi, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penggunaan, dan pemutakhiran data dan informasi geospasial dasar, serta pelaksanaan kerja sama teknis dengan badan atau lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat di dalam dan/atau luar negeri di bidang pemetaan batas negara.
2. Bidang Pemetaan Batas Wilayah Administrasi Bidang Pemetaan Batas Wilayah Administrasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program, perumusan dan pengendalian kebijakan teknis, penyusunan norma, pedoman, prosedur, standar, dan spesikasi, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penggunaan, dan pemutakhiran data dan informasi geospasial dasar, serta pelaksanaan kerja sama teknis dengan badan atau lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat di dalam dan/atau luar negeri di bidang pemetaan batas wilayah administrasi.
7
8
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
BIDANG PEMETAAN BATAS NEGARA
Badan Informasi Geospasial
N
egara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau-pulau, serta garis pantai yang kedua terpanjang di dunia. Wilayah NKRI memiliki batas darat dan marim (laut serta udara di atasnya) dengan negara-negara negara-negara tetangga.
Wilayah NKRI di darat sesuai prinsip prinsi p hukum internaonal “us “us posides juris”, yakni wilayah Indonesia mewarisi wilayah kedaulatan eks Hindia Belanda yang berbatasan dengan 3 (ga) negara tetangga, yaitu: Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste. Penetapan batas antara RI-Malaysia mengacu pada Traktat tahun 1891, 1915 dan 1925 antara Belanda dan Inggris di Pulau Borneo, antara RI-PNG mengiku Konvensi tahun 1895 antara Belanda dan Inggris di Pulau Nugini Nugi ni (Irian), sedangkan RI-Timor RI-T imor Leste mendasarkan pada Traktat Traktat tahun 1904 dan Permanent Court of Arbitraon (PCA) 1914 antara Belanda dan Portugis di Pulau Timor. Sementara itu Indonesia mempunyai batas marim dengan 10 (sepuluh) negara tetangga, yakni dengan India, Thailand, Malaysia, Singapura, Viet Nam, Filipina, Palau, Papua Nugini, Australia dan Timor Leste. Indonesia sebagai negara pihak terhadap Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1982 (UNCLOS 82) memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan ketentuan-ketentuan dalam UNCLOS 82 termasuk diantaranya ketentuan mengenai negara kepulauan, penetapan batas marim antar negara, serta hal-hal lainnya terkait wilayah perairan. Sebagai Negara kepulauan, kepulauan, Indonesia In donesia memiliki memilik i luas daratan ± 1.890.739 km2 dan luas lautan ± 6.311.013 km2 (Artanto, 2013). Kegiatan yang telah dilaksanakan dil aksanakan oleh PPBW pada tahun 2015 terkait dengan batas negara melipu batas marim dan batas darat. Kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Kegiatan terkait batas marim melipu kegiatan kajian delimitasi batas marim guna mendukung perundingan teknis batas marim
surve i dan pemetaan dalam rangka mendukung perundingan 2. Kegiatan terkait batas darat melipu kegiatan survei teknis batas darat. a. Pemetaan Kecamatan di Kawasan Perbatasan RI-Malaysia b. Pemetaan UAV Segmen Batas RI-RDTL c. Pemetaan UAV Koridor Batas RI-RDTL d. Perawatan Border Sign Post (BSP) RI-RDTL e. Perawatan Pilar Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) RI-RDTL f.
Pemasangan dan Pengukuran Pilar Batas RI-RDTL
g. Survei Densikasi Pilar Batas RI-PNG
Kegiatan-kegiatan tersebut dijabarkan sebagai berikut:
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
1.1 Dokumen Perundingan Teknis Teknis Batas Maritim
BIG sebagai salah satu anggota Tim teknis perunding batas marim selalu melaksanakan kajian (exercise) delimitasi garis batas marim dengan Negara tetangga. Hasil kajian ini digunakan sebagai bahan masukan dan rekomendasi bagi penyusunan “ Posion Paper ” Pemerintah Indonesia untuk Tim Teknis batas marim dalam perundingan dengan negara tetangga yang berbatasan. Dalam perundingan teknis batas marim, BIG sebagai anggota delegasi juga menjadi Ketua Technical Working Group (TWG) atau Ketua Expert Group. Sesuai dengan roadmap Kementerian Luar Negeri, pada tahun 2015 telah dilaksanakan 9 (sembilan) perundingan teknis batas marim dengan 6 (enam) negara yaitu Malaysia, Timor Leste, Viet Nam, Palau, Filipina dan Thailand. Thai land. Perundingan teknis batas marim dengan Timor-Leste merupakan perundingan teknis batas marim yang pertama kali dilaksanakan. Setelah pada tahun 2014 telah disepaka batas laut wilayah wil ayah di segmen Selat Singapura bagian mur antara Indonesia dan Malaysia serta kesepakatan batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) antara Indonesia dan Filipina, Pemerintah Indonesia pada tahun 2015 melanjutkan proses rakasi kedua perjanjian tersebut melalui Undang-Undang. Saat ini i ni proses rakasi berada di tahap Harmonisasi, Pembulatan, dan Pemantapan Pemantapan Konsepsi Rancangan Undang-Undang Pengesahan Perjanjian di Direktorat Jenderal Peraturan PerundangUndangan, Kementerian Hukum dan HAM. Rekapitulasi pelaksanaan Perundingan Teknis Batas Marim beserta hasilnya selama tahun 2015 disajikan dalam Tabel 1. Peta-peta illustrasi batas-batas marim yang dirundingkan seper pada Gambar 1 s.d Gambar 10. Tabel 1. Rekapitulasi Perundingan Teknis Batas Marim 2015 dan Hasil Perundingan
No
1
Perundingan
Pertemuan Konsultasi Informal Penetapan Batas Landas Konnen RI-Filipina
Jakarta 19 Januari 2015
Hasil - Pada pertemuan tersebut, pihak Filipina mengusulkan agar kedua negara menjajaki dimulainya pembahasan trijunction point batas maritim RI-Filipina-Palau. Tim Teknis RI memandang usulan tersebut belum dapat dilakukan mengingat Indonesia saat ini masih merundingkan penetapan batas ZEE dengan Palau. - Tim Teknis RI mengusulkan agar dilakukan penjajakan untuk segera memulai perundingan penetapan batas Landas Konnen.
9
10
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
Diskusi terkait: Laut Sulawesi
- Delegasi Malaysia menyatakan bahwa proposalnya adalah garis ekuidistan, yang mana seap k batas dikonstruksikan sama jarak dari k dasar Malaysia
- Ketua Delegasi Indonesia mengingatkan kembali terkait proposal untuk memformalkan garis Provisional Territorial Sea Boundary (PTSB) di laut Sulawesi. Posisi Indonesia dalam penarikan garis batas selalu bereferensi kepada garis pangkal kepulauan. Laut Tiongkok Selatan
- Kedua ketua delegasi sepakat untuk memberikan
2
27th Technical Meeting on Marime Boundaries Delimitaon Between the Republic of Indonesia and Malaysia
Jakarta, Indonesia, 27-28 Februari 2015
mandat kepada TWG untuk membahas potensial garis batas laut territorial
- TWG masing-masing negara menampilkan konstruksi garis batas laut teritorialnya di Tanjung Datu. Selat Singapura Ketua Delegasi Indonesia menanyakan tentang progress terkait delimitasi negosiasi antara Malaysia dan Singapura di sekitar Pedra Branca dan Middle Rock. Selat Malaka
- Ketua Delegasi Indonesia kembali menyampaikan proposal untuk memformalkan garis PTSB sebagaimana telah diajukan pada pertemuan ke-26.
- Ketua Delegasi Malaysia mempertahankan posisinya bahwa untuk memformalkan PTSB akan diambil setelah semua delimitasi garis laut teritorial di sebelah selatan Selat Malaka telah disepaka.
- Terkait dengan delimitasi garis zona ekonomi eksklusif (ZEE) di selat Malaka, kedua pihak masih mempertahankan posisinya.
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
Laut Sulawesi
- Tim Teknis kedua negara telah menyampaikan usulan proyeksi garis Land Konnen (LK) masingmasing dan sepakat untuk melakukan diskusi pendalaman terkait relevant circumstances dalam mengkonstruksi garis batas LK; - Atas usulan Tim Teknis Indonesia, Tim Teknis Malaysia akan mempertimbangkan untuk memformalisasi garis PTSB di Laut Sulawesi juga akan mempermbangkan midpoint Provisional Common Point (PCP) di Laut Sulawesi Laut Tiongkok Selatan
3
28th Technical Meeting on Marime Boundaries Delimitaon Between Malaysia and the Republic of Indonesia
Kuching, Malaysia, 14-16 Juni 2015
Tim Teknis kedua negara sepakat untuk mendiskusikan transformasi koordinat geogras garis batas LK RI-Malaysia 1969 guna menjadi dasar permbangan perlu daknya dilakukan penyesuaian atas garis tersebut apabila setelah di transformasi, garis LK RI-Malaysia 1969 itu terletak di dalam 12 mil laut kedua negara. Selat Malaka bagian Selatan
- Atas usulan Tim Teknis Indonesia, Tim Teknis Malaysia akan mempertimbangkan untuk memformalisasi garis PTSB di Selat Malaka bagian Selatan (kesepakatan pada TM-26 di Johor Bahru, 2013). - Tim Teknis kedua negara sepakat untuk melanjutkan diskusi teknis. Selat Singapura bagian Timur
Tim Teknis kedua negara sepakat untuk melanjutkan diskusi teknis. Selat Malaka (ZEE) Tim Teknis kedua negara sepakat untuk melanjutkan diskusi teknis.
11
12
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
4
The 6th Technical Meeting on the Delimitaon of the Exclusive Economic Zone Between the Republic of Indonesia and the Socialist Republic of Viet Nam
Jakarta, Indonesia, 10-12 Maret 2015
5
Preparatory Meeng to the Fih Technical Meeting on Maritime Boundaries Delimitation (MBD) between the Republic of Indonesia and the Republic of Palau
Badan Informasi Geospasial
- Kedua negara bertukar pandangan mengenai the Dra of the Consolidated Text of the Proposed Principles and Guidelines, Guidelines, yaitu pada Paragraf 7, 8, dan 10 - Kedua negara saling bertukar daar daar koordinat koordinat geogras Tik Dasar, Garis Pangkal Kepulauan Indonesia dan Garis Pangkal Viet Nam yang relevan serta telah ditetapkan oleh Pemerintah masingmasing
- Tim Teknis Teknis kedua negara menyepaka outstanding issues to be addressed during the 2 nd Preparatory Meeng - Kedua negara masih berbeda posisi terkait metoda delimitasi yang akan digunakan dalam mengkonstruksi garis batas ZEE kedua negara.
Manila, Filipina, 30-31 Juli 2015
- Kedua delegasi bertukar pandangan terkait modali untuk diskusi delimitasi batas marim
6
The Meeng of 1st Consultaon Between the Democrac Republic of Timor Leste and the Republic of Indonesia on Marime Boundaries Delimitaon Dili, 18 September 2015
- Delegasi Indonesia Indonesia juga juga membagikan membagikan pengalaman terkait submisi k dasar ke PBB dan meminta pihak RDTL untuk memberikan informasi terkait k dasar dan garis pangkalnya. - Kedua delegasi sepakat untuk melaksanakan negosiasi delimitasi batas marim berdasarkan prinsip panduan yang sama. - Kedua pihak sepakat untuk mendiskusikan area terkait delimitasi dan mendelimitasi segmen yang mudah.
Badan Informasi Geospasial
7
The Meeng of Second Consultaon Between the Democrac Republic of Timor Leste and the Republic of Indonesia on Marime Boundaries Delimitaon Surabaya, Indonesia , 29-30 Oktober 2015
8
Pertemuan Konsultasi Informal Penetapan Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) RI-Thailand Bangkok, Thailand, 23 April 2015.
9
The 7th Technical Meeting on the Delimitaon of the Exclusive Economic Zone Between the Republic of Indonesia and the Socialist Republic of Viet Nam
Hanoi, Viet Nam, 15-17 Desember 2015
Badan Informasi Geospasial |
pr inci cipl ples es and an d - Kedua Negara menyepakati “ prin guidelines and the idencaon of relevant areas for marime boundaries boundaries delimitaon” dan area delimitasi batas marim yang relevan yaitu area Selat Wetar, Wetar, Selat Ombai bagian mur, Selat Ombai bagian barat, dan Laut Timur. iples and guidelines guidelines tersebut disepaka - Pada princ Pada principles dibentuk technical meeng untuk melaporkan hasil pekerjaan dan mendapatkan arahan dari otoritas yang lebih nggi.
- Kedua Negara mendiskusikan dan menyepaka rencana kerja bersama yang dibagi menjadi ga fase: konsultasi, Inventarisasi data dan pekerjaan exercise, exercise , pertimbangan teknis dan legal, dan penggambaran garis batas marim sementara.
Pada pertemuan ini, kedua delegasi melakukan pertukaran informasi mengenai perkembangan upaya penetapan batas marim yang dilakukan oleh Pemerintah masing-masing negara dengan negara-negara tetangganya dan melakukan overview mengenai kesepakat kesepakatan an garis batas LK RI dan Thailand yang dapat digunakan sebagai referensi dalam upaya penetapan batas ZEE kedua negara, serta bertukar pandangan mengenai penetapan batas ZEE secara umum
- Kedua negara telah menyepaka wording Para 10 (kini berubah menjadi para 9) yang mengatur mengenai pertukaran daar koordinat k-k dasar garis pangkal kedua negara. Daar koordinat telah dilakukan pada Pertemuan Teknis ke-6 di Jakarta - Kedua negara sepakat untuk menggabungkan wording Para 7 dan 8 menjadi Para 7 baru. Namun wording Para 7 baru belum dapat disepakati karena Vietnam masih mempertahankan posisinya untuk menjadikan garis Landas Konnen 2003 sebagai faktor yang perlu dipertimbangkan (relevant circumstances) dalam penarikan garis batas ZEE kedua negara.
13
14
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
Berikut ini adalah peta ilustrasi yang menggamba menggambarkan rkan garis batas marim antara Indonesia dengan 10 (sepuluh) negara tetangga yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Viet Nam, Timor-Leste, Australia, Palau, Filipina, dan Papua Nugini
Gambar 1. Peta 1. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-Thailand
Gambar 2. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-India
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
15
Gambar 3. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-Malaysia
Gambar 4. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-Singapur Indonesia-Singapura a
Gambar 5. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-Viet Nam
Gambar 6. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-Filipina
Gambar 7. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-Palau
16
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
Gambar 9. Peta 9. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-Australia
Gambar 8. Peta 8. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-Papua Nugini
Beberapa illustrasi pelaksanaan perundingan batas
marim yang telah dilaksanakan pada tahun 2015 ini dapat dilihat pada Gambar 11 sampai dengan Gambar 13 berikut.
Gambar 10. Peta 10. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-Timor-Leste
Gambar 11. Suasana Pertemuan Teknis Penetapan Penetapan Batas Marim RI-Palau
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
Gambar 12. Penandatangan ROD Pertemuan Penandatangan Teknis ke-7 Penetapan Batas ZEE RI-Viet Nam
Gambar 13. Delegasi Indonesia dan RDTL Pada Pertemuan Pertama Penetapan Batas Marim Indonesia-RDTL
17
18
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
1.2 Dokumen Perundingan Teknis Batas Darat Seper halnya dengan perundingan teknis batas marim, pada perundingan teknis batas darat BIG cq. PPBW menjadi anggota delegasi serta focal point dalam dalam terselenggaranya perundingan teknis batas darat. Selain itu BIG juga menjadi instansi pendukung teknis dalam forum-forum lainnya. BIG menjadi menjadi Ketua Delegasi pada pertemuan Sub Working Group Joint Border Mapping (JBM) dan Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) serta pada forum Joint Working Working Group (JWG) for CBDRF CBDRF and JBM. JBM. Pelaksanaan kegiatan Dokumen Perundingan Teknis Perbatasan darat sepanjang tahun 2015 ini melipu pertemuan teknis tekni s pada berbagai ngkatan antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah negara tetangga. Rekapitulasi pelaksanaan Perundingan Teknis Batas Darat beserta hasilnya selama tahun 2015 disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Perundingan Teknis Batas Darat 2015 No
Perundingan
Special Discussion for the Joint Border Mapping (JBM) Project between Indonesia and Malaysia 1
Bandung, Indonesia, 25-29 Mei 2015
Special Discussion for the Joint Border Mapping (JBM) Project between Malaysia and Indonesia 2
Hasil - Persiapan Final Hardcopy Proof Lembar Peta No. 17-21 . - Persiapan Field Vericaon Vericaon Plots Lembar Peta No. 22-26. - Pertukaran dan Pengiriman Peta cetak lembar no. 2-13 dan 41-43. - Perganan ketua delegasi JBM untuk Indonesia dari Dr. Ade Komara ke Pak Anas Kencana. - Kesepakatan Final Hardcopy Proof dari dari Nomor Lembar Peta 17-21 dari Nomor - Kesepakatan Field Vericaon Plot dari Lembar Peta 22-26
- Pertukaran Dataset dari dari Nomor Lembar Peta 27-31 Shah Alam, Malaysia, 17-21 Agustus 2015 2014
- Pertukaran Metadata dari Nomor Lembar Peta 14 - 16 dan 36 – 37
Badan Informasi Geospasial
3
Special Discussion of Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) Project between Indonesia and Malaysia Jakarta, Indonesia, 10-12 Maret 2015
Badan Informasi Geospasial |
- Kedua pihak sepakat sepakat untuk untuk segmen segmen DS011-I01 dan V562-U921 menggunakan data dari survey and traverse data from the Demarcaon and Survey Traverse Computaon Sheets Boundary Pillars / Markers DS011-S300/DS 010, S300 - S800, S800 - S900, S 900 - S1200/DS007, DS007 - J001, V562 - GPS7059, GPS7059 - V1200, V1200 - DS 019/U 001, U 001 - U 100, and U100 - U 921 - Pihak Malaysia mengusulkan untuk menunda pelaksanaan Joint Survey GNSS tahun 2015 karena menginginkan seluruh kegiatan kompilasi, komparasi dan analisis adjustment selesai untuk seluruh segmen pada tahun 2016. Pihak Indonesia masih berpandangan bahwa survei dapat dilaksanakan secara pararel dengan kegiatan kompilasi, komparasi dan analisis adjustment. - Perganan ketua delegasi CBDRF untuk Indonesia dari Pak Anas Kencana ke Pak Lulus Hidayatno.
4
Special Discussion of Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) Project between Malaysia and Indonesia Genng, Malaysia, 24-28 Agustus 2015
- Berdasarkan hasil analysis adjustment yang dilakukan oleh kedua negara diperoleh kesepakatan interval jarak untuk segmen DS 011 - I01 dan V562 – U921 adalah 7.5 7.5 km. vey ,, Malaysia - Terkait dengan Joi nt GNS S Sur vey mengajukan proposal interval jarak 1 km antara segmen I 01 – J01. Sementara Sementara Indonesia memiliki pandangan bahwa Joi nt GN GNSS SS Su Surv rvey ey harus disinkronkan dan berkaitan dengan kegiatan kompilasi, komparasi dan analisis adjustment yang telah dilakukan kedua negara.
- Kedua pihak sepakat untuk melaksanakan Joint melaksanakan Joint Reconnaisance pada tahun 2016.
19
20
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
JBM Nomor Lembar Peta - Menyetujui Hardcopy Proof Nomor 17-21
- Menyetujui Field Vericaon Plot Nomor Nomor Lembar Peta 22, 23 dan 24 dan menyepaka penjadwalan ulang penyelesaian Field Vericaon Plot Nomor Nomor Lembar Peta 25 dan 26. - Memerintahkan JBM Sub-working Group untuk mengoreksi kartogra anomali dan nalisasi dari Field Vericaon Plot Nomor Nomor Lembar Peta 25 dan 26 untuk dapat disampaikan pada Pertemuan ke-45 IMT.
5
Twelfth Meeting of the Joint Working Group (JWG) for the Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) and Joint Border Mapping (JBM) between Indonesia and Malaysia
- Menyetujui usulan pengganan judul dari Nomor Lembar Peta 23. - nama negara negara bagian/ provinsi pada judul judul peta dihilangkan sesuai keputusan MIT ke-44 maka lembaran peta, Hardcopy Proof , dan TOR JBM akan disesuaikan dengan keputusan tersebut. CBDRF:
Kuala Terengganu, Indonesia, 21 – 23 Oktober 2015
- Menyepakati jarak maksimal untuk perataan sektor J 01 - DS 001 dan sektor U921 - V 562 dariSektor Sarawak - Kalimantan Barat sepanjang 7.5 km. traverse yang - Format kompilasi data survei traverse yang akan digunakan oleh Co-Project Director dan akan Joint nt Ind Indone onesia sia disampaikan pada Pertemuan ke-45 Joi - Malaysia Boundary Technical Commiee Meeng (IMT) untuk mendapatkan arahan dan persetujuan,
- Menyepaka Menyepaka Daar persiapan persiapan Survei Bersama GNSS, Daar CORS tambahan yang akan digunakan dalam CBDRF Project, dan Meminta Sub-working Group CBDRF untuk mempersiapkan detail pembiayaan Survei GNSS.
6
Eighth Meeting of the Joint Working Group on the Outstanding Boundary Problems on the Joint Demarcaon and Survey of the Internaonal Boundary Between Malaysia (Sabah) and Indonesia (Kalimantan Timur) Shah Alam, Malaysia, 3 – 7 November 2015
- Kedua negara masih berdiskusi terkait 1891 Boundary Convention dan 1915 Boundary Agreement - Kedua pihak menyepakati untuk melakukan pertukaran dokumen-dokumen yang dijadikan referensi dalam membantu menyelesaikan perbedaan interpretasi terhadap perjanjian Inggris-Belanda. - Kedua negara masih berdiskusi terkait OBP di wilayah Sebak - Kedua negara masih berdiskusi terkait OBP di Sungai Sinapad dan Simanpal.
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
Progress ess Report for Sabah - Penyampaian Joint Progr - Kalimantan Utara Sector for the Period dan Sarawak - Kalimantan Barat Sector
- Penyampaian The Joint Progress Report of the Joint Working Group (JWG) for the Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) and Joint Border Mapping (JBM) - Kedua pihak pada pertemuan ini sepakat untuk Joint GNSS Survey tahun 2015. menunda Joint menunda - Pada pertemuan ini dilakukan tukar menukar peta cetak JBM lembar peta no. 14-16 dan lembar peta no. 36-367 secara simbolis.
7
The Forty Fifth Meeting of the Jo J o i nt I n do ne s i a - Ma l ay s i a Boundary Technical Technical Commiee on the Demarcaon and Survey of the Internaonal Boundary between Indonesia and (Kalimantan Timur & Kalimantan Barat) Malaysia (Sabah & Sarawak) Bali, Indonesia, 24-26 November 2015
- Kedua pihak sepakat terkait the Action Plan and Timeline for the Joint Documentation of the Historical Records on the Demarcaon and Survey of the Internaonal Boundary between Indonesia (Kalimantan Utara & Kalimantan Barat) and Malaysia (Sabah & Sarawak) - Memberikan amanat kepada kedua Co-Project Directors dan Sub-Working Group dari Group dari JWG-CBDRF guna melakukan desktop study dan persiapan GNSS Survey pada pada tahun 2016 - Kedua pihak sepakat bahwa bahwa CPD Kalimantan UtaraSabah untuk melaksanakan kajian menyeluruh terkait berbagai aspek dalam penentuan terusan batas internasional di sekitar Pantai Barat Pulau Sebak ke Boundary Marker AA 2 dari Priority Area I ( A - B ) - Kedua pihak telah menyepakati untuk melaksanakan kegiatan IRM bersama pada Prioritas Area I (A-B) yaitu area A 700 - A 800 sepanjang 8.5 km untuk Sektor Sabah - Kalimantan Utara dan Prioritas Area VII (H-I) yaitu yait u area H 100 - H 300 sepanjang 14 km untuk Sektor Sarawak - Kalimantan Barat.
21
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
22
Badan Informasi Geospasial
mempresentasikan asikan rencana Joint rencana Joint - Pihak Indonesia mempresent
8
Informal Meeng for Operaon Planning of the Joint Field Survey 2015 Between the Republic of Indonesia and the Independent State of Papua New Guinea
Field Survey tahun tahun 2015 yaitu terkait densikasi segmen MM1-MM2, MM11.2-MM11.3 dan segmen MM13.0-MM13.1. P
- Pihak PNG mempresentasikan rencana terkait survei CBDRF di MM7, MM 7.1 dan MM 7.2.
- Kedua pihak sepakat untuk saling tukar data pada tanggal 16 September 2015. Pihak Indonesia mengusulkan untuk melanjutkan Join melanjutkan Jointt Fiel Field d Surv Survey ey untuk densikasi di MM13.0-MM13.1 pada tahun 2016
Jayapura, Indonesia, 15-16 Mei 2015
9
Border Liason Meeng (BLM) between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Independent State of Papua New Guinea
Pada pertemuan ini kedua pihak menyepakati beberapa hal terkait dengan :
Jayapura, Indonesia, 15-16 Oktober 2015
- Tukar Informasi terkait beberapa kerjasama
-
Pembangunan infrastruktur di Perbatasan Administrasi dan Pengaturan Batas Pelintas Batas yang berada di Indonesia dan PNG Kasus yang melibatkan warga negara Indonesia dan PNG di Perbatasan bilateral perbatasan
Pada pertemuan ini kedua pihak mendiskusikan beberapa hal terkait dengan :
- Indonesia mengusulkan agenda baru antara lain: •
10
Joint Sub-Commiee on Security Maers (JSC-SM) between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Independent State of Papua New Guinea
Bandung, Indonesia, 18 November 2015
Indonesia pada pertemuan ini mengangkat ga insiden batas utama antara lain:
- WNI yang hilang di sekitar sungai Torasi pada tanggal 6 Februari 2014
- Penurunan bendera Indonesia di Yakyu oleh PNGDF pada tanggal 7 Agustus 2015
- Dugaan exploitasi WNI oleh PNGDF sekitar sungai Torasi pada tanggal 5 September 2015.
- Penggunaan seragam seragam militer resmi dan identas resmi untuk personil yang berpatroli di wilayah perbatasan. perbata san. Hal ini untuk mencegah insiden yang terjadi di wilayah perbatasan kedua negara.
• Sementara PNG mengangkat agenda baru yaitu pembangunan jaringan data sharing ga negara antara Indonesia dan PNG serta Australia terkait dengan isu-isu keamanan di wilayah selatan perbatasan.
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
Beberapa hal yang didiskusikan a.l:
- Kedua pihak menginformasikan progres
11
Thirty-Second (32nd) Joint Border Commiee between the Government of the Independent State of Papua New Guinea and the Government of the Republic of Indonesia
Bandung, Indonesia, 19 November 2015
terkait rakasi Basic Agreement on Border Arrangement 2013. 2013.
- Kedua pihak sepakat untuk saling tukar pandang Verica ricaon on di Sungai Fly terkait ToR untuk Joint Ve untuk mempercepat kompensasi. terkait Joint - Kedua pihak menginformasikan terkait Joint
Inauguraon Skow-Wutung Border Post dan Border Plaque Monument .
- Kedua pihak saling tukar pandangan terkait zona netral di wilayah Skouw-Wutung.
- Kedua pihak sepakat untuk melanjutkan kerjasama di bidang minyak dan gas di wilayah perbatasan.
- Kedua pihak menyepakati hasil dari survei
12
The 28th Technical Sub-Commiee on Border Demarcation and Regulation (TSCBDR) Between the Democratic Republic of Timor-Leste and the Republic of Indonesia
demarkasi tahun 2014
- Kedua pihak sepakat bahwa pekerjaan terkait pemetaan JBM Project telah hampir selesai dan memerlukan sedikit modikasi agar peta dapat lebih jelas dibaca.
- Kedua pihak menyatakan kesiapannya untuk memulai perundingan batas marim
Dili, 10 - 11 Agustus 2015
- TSC-BDR merekomendasikan terkait dengan penyesuaian Standard Operaonal Procedures untuk kegiatan Delineasi
Salah satu program yang menjadi prioritas di PPBW BIG ini adalah pembuatan Peta Joint Border Mapping (JBM) RI-Malaysia dan Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) RI-Malaysia. JBM sendiri merupakan peta bersama antara Indonesia dan Malaysia yang memetakan koridor selebar 5 Km di sepanjang perbatasan Indonesia dan Malaysia di Pulau Kalimantan. Kali mantan. Walaupun pemetaan JBM ini sendiri bersifat teknis, namun untuk mencapai sebuah peta yang disepaka bersama tetap harus melalui mekanisme perundingan bilateral kedua negara. Adapun indeks lokasi, tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam proses pemetaan JBM beserta status hingga tahun 2015 ini dapat dilihat pada Gambar 1 4.
23
24
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
LEVEL DATA JBM
Data Exchange
STA STATUS PELAKSANAAN JOINT BORDER MAPPING RI - MALAYSIA
Field Verifica3on Plot
Final Hardcopy Proof
(FVP)
(FHP)
Map Publica3on
38-40 (2011) dan 44-45 (2010), ditunda karena OBP)
27-31 Status Data Exchange 22-26 Status Field Verification Plot (MICM 12 dan IMT 2015) 17-21 Status Final Hardcopy Proof (MICM 12)
2-13, 14-16, 36-37 dan 41-43 Status Final Hardcopy Proof dan Dipublikasi (Sheet 1 FHP belum dipublkasi)
Gambar 14. Indeks lokasi, Tahapan, dan Status Peta JBM RI-Malaysia
Gambar 14 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2015 lembar peta 17-21 telah memasuki level Final Hardcopy Proof dan untuk lembar peta no. 22-26. Kesepuluh lembar dan Field Vericaon Plot untuk peta tersebut telah ditandatangani oleh kedua ketua delegasi pada pertemuan IMT ke-45 di Bali, Indonesia, 24-26 November 2015 (Gambar 15). Sehingga untuk tahun 2016 adalah melanjutkan untuk lembar peta no. 22-26 dan Field Vericaon Plot kegiatan persiapan Final Hardcopy Proof untuk untuk lembar peta no. 27-31. Contoh Peta JBM Sheet 22 yang sudah ditandatangai dapat dilihat pada Gambar 16.
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
Gambar 15. Suasana pertemuan IMT ke-45
Gambar 16. Contoh Peta JBM Sheet 22 Yang Sudah Ditandatangani
25
26
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
Sampai tahun 2015 ini, dari 45 Nomor Lembar Peta (NLP) JBM RI-Malaysia yang direncanakan, sudah 20 NLP yang dilakukan publikasi yaitu nomor 2-16, 36-37 dan 41-43. Publikasi dalam hal ini adalah sudah dilakukan diseminasi dan sosialisasi kepada pihak-pihak pihak-pihak yang berkepenngan. berkepenngan. Walaupun masih dalam tataran tataran skala 1:50.000, namun Peta JBM ini sudah banyak digunakan oleh TNI dalam rangka kegiatan pengamanan batas RI-Malaysia oleh Satuan Tugas Pengamanan Batas RI-Malaysia (Satgas Pamtas RI-Malaysia) Selain Pemetaan JBM, terdapat pula pekerjaan CBDRF RI-Malaysia yang bertujuan untuk mendapatkan nilai koordinat pilar batas RI-Malaysia dalam common datum atau datum bersama. Seper diketahui bahwa saat ini di sepanjang perbatasan RI-Malaysia sudah terpasang pilar batas 19.328 dan kesemuanya menggunakan menggunakan koordinat Reced Skew Ortomorphic (RSO) dan datum Timbalai yang merupakan sistem pemetaan Malaysia. Dengan program CBDRF ini diharapkan koordinat-koordinat pilar batas RI-Malaysia ini dapat ditransformasikan dalam sistem koordinat global, sehingga dapat digunakan secara luas. Program CBDRF ini dalam pekerjaannya dibagi-bagi dalam beberapa segmen dan sudah dimulai sejak tahun 2010. Adapun segmentasi dan waktu pelaksanaannya dapat dilihat pada Gambar 17 berikut.
Gambar 17. Segmen dalam kegiatan kompilasi kompilasi data t raverse raverse CBDRF
Kegiatan survei demarkasi dan pemetaan batas negara darat yang dilakukan oleh PPBW tentunya dilaksanakan dalam rangka dak hanya untuk memenuhi pengadaan data serta informasi geospasial terkait batas namun daripada itu untuk dapat mendukung perundingan teknis batas negara negara darat. darat.
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
1.3 Pemetaan Kecamatan di Kawasan Perbatasan RI-Malaysia Merujuk kepada UU No. 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara, kegiatan terkait dengan batas negara darat melipu kegiatan survei dan pemetaan Kecamatan-Kecamatan di Kawasan Perbatasan RIMalaysia. Pembuatan Peta Kecamatan di Kawasan Perbatasan RI-Malaysia ini melanjutkan kegiatan yang dikerjakan pada tahun 2011. Peta Kecamatan ini mempunyai skala 1:50.000 dan terdiri dari dua jenis, yaitu berupa lembaran sesuai indeks (skala 1:50.000) sebanyak 70 Nomor Lembar Peta (NLP) dan lembaran sesuai area kecamatan dengan skala menyesuaiakan sebanyak se banyak 13 NLP. NLP. Lokasi untuk kegiatan ini i ni melipu dua kabupaten yaitu Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara. Peta Kecamatan ini menggunakan data dasar RBI dan Peta Joint Border Mapping (JBM) RI-Malaysia dan dilengkapi juga dengan informasi Pilar Batas RI-Malaysia. Tujuan dari kegiatan Pemetaan Kecamatan di Kawasan Perbatasan RI-Malaysia adalah untuk menyediakan data maupun informasi yang berbasis spasial dalam rangka mendukung perumusan kebijakan pemerintah untuk pembangunan kawasan perbatasan RI-Malaysia. Dengan demikian, sampai dengan tahun 2015 ini, seluruh kecamatan di wilayah perbatasan darat RI-Malaysia sudah tersedia peta kecamatannya. Adapun indeks peta Kecamatan di Kawasan Perbatasan RI-Malaysia tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 18 dan lokasi kegiatannya pada Tabel 3 berikut.
Gambar 18. Indeks Peta Kecamatan Kawasan Perbatasan RI-Malaysia
27
28
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
Tabel 3. Lokasi Pemetaan Kecamatan Kawasan Perbatasan RI-Malaysia
No.
Kecamatan
Kabupaten
1.
Kayan Selatan
Malinau
2.
Kayan Hulu
3.
Kayan Hilir
4.
Pujungan
5.
Bahau Hulu
6.
Krayan Selatan
7.
Krayan
8.
Lumbis
9.
Tulinonsoi
10.
Sei Menggaris
11.
Nunukan
12.
Nunukan Selatan
13.
Sebak (Pulau)
Nunukan
Hasil dari kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 19 (indekswise) dan Gambar 20 ( areawise)
Gambar 19. Contoh Peta Kecamatan (indekswise)
Badan Informasi Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
a i s y a l a M I R
Gambar 20. Contoh Peta Kecamatan ( areawise)
Hasil dari kegiatan diseminasi dan sosialisasi Peta JBM RI-Malaysia di Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat pada Oktober 2015, selain Peta JBM masyakarat masyakarat juga membutuhkan peta dengan cakupan area yang lebih luas. Dengan adanya peta kecamatan di kawasan perbatasan ini, dapat menjadi media dalam kegiatan pembangunan di kawasan perbatasan baik oleh pemerintah daerah daerah ataupn pemerintah pusat.
29
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
31
1.4 Pemetaan UAV Segmen Batas dan Koridor Batas RI-RDTL
a) Pemetaan Segmen Batas
Persetujuan sementara antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Demokrak Timor Leste mengenai Perbatasan Darat dituangkan dalam Provisional Agreement yang yang disepaka di Dili tanggal 8 April 2005. Pada Provisional Agreement tahun tahun 2005 terdapat 3 Unresolved segmen antara Indonesia dan Timur Leste yang belum disepaka, yaitu Dilumil-Memo, Noel Besi-Citrana dan Bijael Sunan-Oben. Segment DilumilMemo telah diselesaikan melalui addendum Provisional Agreement pada pada tahun 2013. Hingga saat ini masih tersisa 2 wilayah Unresolved Segment , yaitu segmen Noel Besi-Citrana dan Bijael Sunan-Oben. Belum jelasnya jelas nya garis batas negara pada wilayah Unresolved segmen membuat masyarakat kedua negara negara sering terlibat te rlibat konik batas. Salah satu penyebab utama terjadinya konik adalah perebutan kewenangan di wilayah Unresolved segmen. Aktas pembangunan sik berupa bangunan kayu atau beton serta pembuatan sawah atau ladang di wilayah unresolved segment berpotensi memicu terjadinya konik antar masyarakat kedua negara. Kegiatan pemotretan udara menggunakan wahana UAV dilakukan dalam rangka menyediakan foto udara resolusi nggi yang akan digunakan untuk melakukan analisa perkembangan penggunaan lahan di wilayah Unresolved Segment. Hasil pemotretan udara juga akan digunak digunakan an untuk untuk mengan menganalisa alisa tur tur alam di wilayah Unresolved Segment yang berpotensi menjadi solusi penentuan garis batas negara yang belum disepaka. Kegiatan pemotretan udara dilakukan pada 2 tempat yang berbeda, yaitu pada Segmen Noelbesi-Citrana dan Manusasi-Oben. Luas wilayah Pemotretan udara udara pada segmen Noelbesi-Citrana Noelbesi-Ci trana sekitar 50 Km 2 sedangkan luas wilayah pemotretan udara pada segmen Manusasi-Oben sekitar se kitar 30 Km 2. Pekerjaan pemotretan udara udara menghasilkan peta garis dan peta foto dengan skala 1 : 3.000 dengan jumlah masing masing 20 NLP. Pada pekerjaan ini juga dilakukan survey toponimi sederhana untuk memperoleh informasi terbaru mengenai wilayah unresolved segment . Indeks pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 21. Hasil pekerjaan ini berupa Peta Foto dan Peta Garis. Untuk contoh Peta Foto dapat dilihat pada gambar 22 dan Peta garis pada Gambar 23.
32
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
Gambar 21. Indeks Lokasi Pemetaan UAV Segmen Batas RI-RDTL
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
Gambar 22. Contoh Peta Foto Hasil Pemetaan UAV Segmen Batas RI-RDTL
33
34
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
Gambar 23. Contoh Peta GarisHasil Pemetaan UAV Segmen Batas RI-RDTL
Segments RI-RDTL Ke-3 di Dili Berdasarkan hasil pada pertemuan Special Working Group (SWG) on Unresolved Segments RI-RDTL Unresolved Segmen Segments ts (JFS Unresolved) 2015, kedua negara sepakat untuk melaksanakan Joint Field Survey on Unresolved di segmen Noel Besi/Citrana Besi/Cit rana pada tahun 2016. BIG dalam hal ini Pusat Pemetaan Batas Wilayah sebagai salah satu anggota m teknis SWG Unresolved turut berkontribusi dalam pelaksanaan JFS Unresolved tersebut dengan menyediakan Peta Foto dan Peta Garis skala besar hasil pemotretan UAV ini. Peta foto dan peta garis ini yang akan digunakan sebagai peta kerja dalam pelaksanaan JFS Unresolved 2016 ini. Harapan dengan dukungan data ini akan mempermudah pelaksanaan JFS Unresolved dan meningkatkan posisi tawar Indonesia. b) Pemetaan Koridor Batas
Serupa dengan kegiatan Pemetaan UAV Segmen Batas RI-RDTL. Pemetaan UAV Koridor Batas RI-RDTL ini dimaksudkan untuk menyediakan informasi geospasial dengan skala besar di wilayah koridor sepanjang batas antara RI-RDTL. Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan 8 NLP Peta garis dan peta foto skala 1:7.000 dan 32 NLP Peta garis dan peta foto skala 1:3.500, pekerjaan ini baru mencakup sekitar 18% dari panjang garis batas RI-RDTL atau setara 50 Km dari total panjang batas RI-RDTL 268.8 Km. Indeks pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 24. Hasil dari pekerjaan ini yang berupa Peta Foto dan Peta Garis untuk skala 1:3.500 dapat dilihat pada Gambar 25, sedangkan Peta Peta Foto dan Peta Garis untuk skala 1:7.000 dapat dilihat pada Gambar 26.
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
Gambar 24. Indeks Pemetaan UAV Koridor Batas RI-RDTL
35
36
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
Gambar 25. Contoh Peta Foto dan Peta Garis Skala 1:3.500
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
Gambar 26. Contoh Peta Foto dan Peta Garis Skala 1:7.000
Hasil dari pekerjaan ini akan digunakan sebagai salah satu pendukung untuk monitoring dana perawatan peraw atan garis batas RI-RDTL. Seper diketahui bahwa karakterisk karakterisk sungai di kawa kawasan san ini seringkali berubahubah, sedangkan garis batas adalah berupa median sungai. Dengan adanya peta foto maupun peta garis ini, diharapkan dapat menjadi referensi keka permasalahan batas muncul yang di sebabkan adanya perubahan alur sungai.
37
38
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
1.5 Perawatan Border Sign Post (BSR) RI-RDTL
Perawatan tan BSP Gambar 27. Lokasi Perawa
Kegiatan lainnya yang terkait dengan batas negara darat khususnya di batas darat RI-RDTL adalah kegiatan Perawatan Border Sign Post (BSP). Perawatan yang dilaksanakan adalah sebanyak 80 buah BSP dengan lokasi pemasangan BSP mulai dari Motaain sampai dengan Laktutus. BSP yang dilakukan perawatan untuk tahun 2015 merupakan BSP yang dipasang antara tahun 2006-2012. Sa mpai tahun 2015 total ada 530 BSP yang tersebar di sektor mur ( main border ) dan sektor barat ( Oecussi ). ). Indeks lokasi pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 27 dan hasilnya pada Gambar 28.
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
39
1.4 Pemetaan UAV Segmen Batas dan Koridor Batas RI-RDTL
Gambar 28. BSP Setelah Dilakukan Perawatan
Semangan awal dari pemasangan BSP adalah untuk meminimalisir kemungkinan warga yang ditangkap karena melewa garis batas. Sehingga dengan adanya BSP ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat untuk lebih berha-ha keka beraktas di wilayah sekitar perbatasan. Tentu, Tentu, hal ini hanya dapat berfungsi dengan baik keka kondisi sik BSP itu sendiri juga baik dan dapat dipahami dengan jelas oleh masyarakat.
40
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
1.6 Perawatan Pilar Common Border Datum Reference Frame (CB DRF) RI-RDTL
Pada dasarnya seap negara negara memiliki refrensi pemetaan masing masing, begitupula dengan Indonesia dan Timor Leste. Jika batas negara diukur menggunakan refrensi pemetaan masing masing negara maka dapat menimbulkan kedaksamaan hasil pengukuran. Dalam pengukuran batas negara diperlukan sebuah refrensi bersama yang disetujui oleh ol eh kedua negara yang berbatasan. Berdasarkan hal tersebut maka pada tahun 2002 dan tahun 2003 dibuatlah Pilar CBDRF (Common ( Common Border Datum Refrence Frame) Frame) yang mempunyai refrensi ITRF 2000 (Internaonal (Internaonal Terrestrial Refrence Frame) Frame) sebagaimana telah disepaka oleh kedua negara. Pilar CBDRF digunakan sebagai k ikat terhadap pengukuran pilar batas negara, delineas i garis batas negara dan pengukuran GCP (Ground ( Ground Control Point ) pada kegiatan pemotretan udara atau orthorekkasi citra satelit di wilayah perbatasan RI-RDTL. Mengingat penngnya keberadaan pilar CBDRF maka perlu dilakukan survey pemantauan kondisi pilar CBDRF untuk menentukan kelayakan kondisi pilar CBDRF dalam peng ukuran batas negara.
Pilar CBDRF Sektor Barat
Pilar CBDRF Sektor Barat
Kondisi pilar CBDRF dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya adalah aspek keberadaan, sik dan posisi. Aspek keberadaan menerangkan tentang masih ada atau daknya pilar CBDRF mengingat pilar tersebut dibangun pada tahun 2002 dan 2003 serta dak pernah dil akukan pemantauan hingga tahun 2015.
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
Aspek sik menerangkan tentang kondisi sik pilar pi lar CBDRF, ada indikasi bahwa pilar CBDRF telah retak, pecah atau bahkan hancur. Aspek posisi menerangkan tentang posisi pilar CBDRF yang telah bergeser, dipindah atau masih berada pada posisi aslinya. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pengukuran GNSS pada pilar CBDRF untuk dibandingkan dengan data koordinat hasil pengukuran pada tahun 2002 dan 2003.
CBDRF Henes
CBDRF Lakmars
CBDRF Motamasin
Pemantauan pilar CBDRF dilakukan di perbatasan RI-RDTL sektor mur dan sektor barat. Sebanyak 46 pilar CBDRF telah dilakukan perawatan dengan hasil yang beragam. Hanya sebagian kecil Pilar CBDRF yang Kondisi Fisiknya masih baik. Beberapa pilar CBDRF mengalami kerusakan kecil, kerusakan parah atau bahkan hilang. Beberapa pilar CBDRF terletak di dekat bangunan permanen seper pos pamtas, menara dan jalan beton. beton. Kondisi Kondisi tersebut tersebut dapat menggang menggangu u pengukuran pengukuran pilar pilar CBDRF sehingga sehingga harus harus segera segera ditangani. ditangani. Setelah dilakukan perbandingan nilai koordinat hasil pengukuran pilar CBDRF tahun 2015 dengan hasil pengukuran tahun 2002 dan 2003 terdapat sediki sedikitt perbedaan. Rata rata perbedaanya adalah sebesar 0.141244 meter (Horisontal). Digambarkan dalam grak pada Gambar 29 berikut :
Gambar 29. Grak Perbedaan posisi CBDRF (Orde-2)
Pilar-pilar CBDRF ini penng kaitannya dengan pelaksanaan survei pemetaan di wilayah perbatasan. Kegiatan survei demarkasi, ataupun pengamatan k GCP untuk kegiatan foto udara direkomendasikan untuk menggunakan pilar-pilar CBDRF ini sebagai k kontrolnya.
41
42
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
1.7 Pembuatan dan Pemasangan Pilar Batas RI-RDTL
Melanjutkan program kerja tahun-tahun sebelumnya dan merujuk kepada kesepakatan TSC-BDR 28, pada tahun 2015 dilakukan pemasangan dan pengukuran 80 pilar batas RI-RDTL. Pembuatan dan pemasangan pilar batas RI-RDTL dilakukan berdasarkan garis batas yang telah disepaka pada provisional agreement 2005. 2005. Pilar batas negara RI-RDTL terbagi menjadi 2 jenis, yaitu pilar batas negara biasa dan pilar batas negara Auxiliary negara Auxiliary . Pilar Batas Negara Biasa Digunakan apabila garis batas negara berada di darat, misalnya di puncak gunung atau di perbukitan. Pemasangan pilar batas dilakukan dengan metode staking out menggunakan menggunakan alat Total Staon. Sebelum melakuka melakukan n staking out perlu perlu dibuat 2 buah pilar bantu yang
( Common diukur dengan menggunakan GNSS secara dierensial , terikat dengan minimal 2 buah pilar CBDRF (Common Border Datum Refrence Frame). Frame). Kedua pilar bantu tersebut dijadikan dasar untuk melakukan Staking out menggunakan alat Total Staon. Auxilliary adalah pilar yang dipasang jika garis batas negara terdapat di area sungai. Pilar batas batas Auxilliary
Hal tersebut dikarenakan pilar batas negara dak bisa dipasang di dalam area sungai. Pilar yang dipasang di tengah sungai akan hancur atau terseret derasnya arus sungai. Untuk itu pilar tersebut dipasang di pinggir sungai secara berpasangan atau disebut Pilar batas Auxilliary batas Auxilliary . Pilar batas Auxiliarry batas Auxiliarry dipasang dipasang secara berpasangan, berpasang an, 1 pilar pi lar dipasang di wilaya wilayah h Indonesia dan 1 pilar dipasang di wilayah Timor Leste. Meskipun begitu batas negara yang sebenarnya bukan pilar pilar tersebut melainkan garis khayal yang melintang di
tengah sungai. Pilar batas negara yang dipasang di pinggir sungai hanya dimaksudkan sebagai tanda pas di dak lapangan, menandakan bahwa wilayah tersebut merupakan wilayah perbatasan. Pilar batas Auxiliarry batas Auxiliarry dak memrepresentasikan lokasi garis batas secara tepat, hanya digunakan sebagai tanda pas di lapangan untuk mempertegas lokasi garis batas negara.
Pemasangan pilar batas negara pada tahun 2015 dilakukan di lakukan di sektor mur (main border) tepatnya di wilayah Asumanu, Mahen dan Laktutus. Pilar batas yang dipasang pada segmen tersebut ber pe Auxilliary karena garis batas membentang diatas sungai. sampai dengan tahun 2015 ini sudah terpasang pilar batas sebanyak 703 pilar. Adapun indeks lokasi pemasangan dapat dilihat pada Gambar 30 dan Gambar 31 serta contoh pilarnya pada Gambar 32
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
Gambar 30. Indeks Lokasi Pemasangan Pilar Batas RI-RDTL
Gambar 32. Contoh Pilar Batas RI-RDTL
Gambar 31. 31 . Contoh Plot Pemasangan Pilar Batas RI-RDTL
Walaupun pilar batas ini dak ditempatkan tepat pada garis batas RI-RDTL, namun melihat karakterisk batas RI-RDTL yang berupa median sungai memang dak memungkinkan untuk dipasang pil ar batas tepat di garis batas. Dengan dipasang pilar batas ini, perselisihan atau permasalahan mengenai batas RI-RDTL dapat diminimalisir.
43
44
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
1.8 Survei Densifkasi Pilar Batas RI-PNG Commiee (JBC) (JBC) Indonesia – PNG ke 31 pada tanggal 15 Sesuai dengan hasil pertemuan Joint Border Commiee Agustus 2014 di Port Moresby telah disepaka Terms of Reference (TOR) dan Standard Operaon Procedure (SOP) untuk kegiatan perawatan, monitoring dan densikasi batas negara antar Indonesia-PNG. Dengan adanya TOR densikasi tersebut maka pada tahun 2015 ini dilakukan kegiatan Densikasi dan Pengukuran Pilar Batas RI-PNG. untuk densikasi pilar batas RI-PNG karena baru pertama kali Kegiatan ini merupakan pilot project untuk dilakukan. Pelaksanaan pekerjaan pekerjaan ini dilakukan dil akukan diantar MM 13.0 sampai dengan MM 13.1 dengan memasang 10 pilar densikasi. Dari 10 pilar tersebut, 1 pilar merupakan pe A dan 9 pilar pe B. Selain pekerjaan densikasi pilar batas, dilakukan juga pengukuran CBDRF untuk pilar MM 11.1. Dengan tambahan pengukuran 1 pilar ini, maka sampai tahun 2015 ini sudah berhasil diukur CBDRF sebanyak 49 pilar MM dari total 52 pilar MM. Untuk lokasi pelaksanaan densikasi pilar batas dan pengukuran CBDRF dapat dilihat pada Gambar 33 berikut.
Gambar 33. Lokasi Densikasi Pilar Batas RI-PNG dan Pengukuran CBDRF
Proses pelaksanaan pemasangan pilar densifikasi ini dilakukan dengan penentuan koordinat rencana pemasangan pilar. Hal ini perlu dilakukan karena garis batas RI-PNG sudah diketahui, sehingga pemasangan pilar harus tepat pada garis batas tersebut. Pada pelaksanaan di lapangan, penentuan lokasi tepatnya menggunakan metode staking out , baru setelah itu dipasang pilar permanen. Ilustrasi mengenai pengukuran dan pemasangan pilar densikasi RI-PNG ini dapat dilihat pada Gambar 34 dan Gambar 35
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
Gambar 34. Pengukuran Pilar Densikasi B-499
Gambar 35. Pemasangan Pilar Bantu TM 1 B-505
Pilar-pilar densikasi yang telah di pasang dan di plot pada Peta JBM RI-PNG RI -PNG nampak pada Gambar 36 berikut ini
Gambar 36. Hasil Plot Pilar Densikasi Pada Peta JBM RI-PNG
Melihat kondisi perbatasan RI-PNG dimana saat ini baru terdapat 52 pilar batas (MM) di sepanjang 820 Km, memang penng untuk segera dilakukan pemasangan pilar-pilar batas perapatan. Dengan semakin berkembangnya kehidupan masyarakat di wilayah Papua, khusunya di sekitar batas dengan PNG, adanya petunjuk tentang batas memang mutlak diperlukan untuk menghindari hal-hal yang dak diharapkan.
45
46
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
BIDANG PEMETAAN BATAS WILAYAH ADMINISTRASI
B
erdasarkan Peraturan Kepala BIG No. 3 Tahun 2012 tentang organisasi dan tata kerja Badan Informasi Geospasial, Pusat Pemetaan Batas Wilayah mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan rencana program, program, perumusan dan pengendalian kebijakan teknis, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan penggunaan data dan informasi geospasial dasar (IGD), serta penyiapan pelaksanaan penelitian, penyembangan penyembangan dan pelaksanaan kerjasama teknis di bidang pemetaan batas wilayah. Dalam RPJMN 2015-2019 disebutkan bahwa Badan Informasi Geospasial melaksanakan program pemetaan batas wilayah. Salah satu sasaran program tersebut adalah terselenggaranya pemetaan batas wilayah dalam mendukung prioritas pembangunan nasional, diantaranya batas wilayah kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Di era otonomi daerah, batas wilayah berperan penting dalam perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU), perijinan pertambangan dan bagi hasil lifting migas. Oleh karena itu, belum ditegaskannya batas daerah dapat menyebabkan konik baik di ngkat masyarakat, pengusaha, ataupun antar pemerintah daerah
Badan Informasi Geospasial
yang berbatasan. Terkait dengan batas wilayah administrasi, Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan: •
•
Daerah Otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepenngan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI, Pemekaran daerah harus melalui tahap pembentukan daerah persiapan dengan persyaratan dasar kewilayahan salah satunya yaitu menyajikan batas wilayah dalam koord koordinat inat diatas peta dasar.
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
Selanjutnya pedoman penegasan batas daerah diatur dalam Permendagri nomor 1 tahun 2006 yang kemudian diganti dengan permendagri nomor 76 tahun 2012 sebagai upaya untuk mempercepat penyelesaian permasalahan batas daerah dengan dimungkinkannya metode kartometrik. Dalam rangka mendukung visi dan misi pemerintahan Kabinet Kerja, Pusat Pemetaan Batas Wilayah (PPBW) – Badan Informasi Geospasial (BIG) melakukan percepatan penataan batas daerah khususnya adalah penataan batas wilayah kelurahan/desa melalui kegiatan ajudikasi 1 batas. Mengawali tujuan di atas maka diperlukan adanya penataan dan penetapan batas wilayah administrasi kelurahan/desa, untuk dapat mengetahui dengan jelas mengenai gkat kesulitan geogras dan luas wilayah seap kelurahan/desa, dalam rangka mendukung implementasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa. Pada Tahun Anggaran 2015 terdapat 13 pekerjaan di PPBW yang berada dalam koordinasi Bidang Pemetaan Batas Wilayah Administrasi yaitu: 1)
Ajudikasi, Pemasangan Pilar dan Pembuatan Peta Wilayah Kelurahan/Desa (Kab. Temanggung dan Kab. Boyolali, Jawa Tengah) – Paket 1
1 Islah
ajudikasi di sini adalah merujuk kepada kegiatan “delineasi” batas wilayah di atas peta yang dikonrmasikan oleh para pihak terkait yang berwenang dengan tujuan untuk meningkatkan status batas indikaf menjadi batas kesepakatan
47
48
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
2)
Ajudi kasi, Pemasangan Pilar dan Pembuatan Peta Wilayah Kelurahan/ Desa (Kab. Blitar, Kota Blitar, Kota Batu, Kab. Malang dan Kab. Tulungagung, Jawa Timur) – Paket 2
3)
Ajudi kasi, Pemasangan Pilar dan Pembuatan Peta Wilayah Kelurahan/ Desa (Kab. Klaten, Jawa Tengah) Tengah) - Paket 3
4)
Pelacakan Batas Kelurahan/Desa (Kab. Karawang, Jawa Barat) – Paket 4
5)
Pelaca kan Batas Kelurah an/Des a (Kab. Sragen dan Kota Surakarta, Jawa Tengah) – Paket 5
6)
Ajudikasi dan Pembuatan Peta Koridor Batas Kabupaten/Kota
7)
Pembuatan Peta Koridor Batas Provinsi dengan Wahana UAV
8)
Pembuatan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Peta Desa
9)
Prototype Peta Desa Pembuatan Prototype Peta
10) Pemasangan Pilar Batas Kawasan Konservasi Gumuk Pasir Parangtris 11) Pemutakhiran Data Batas Wilayah 12) Dokumen Kajian Luas Pengelolaan Wilayah Laut (LPL) Dan Grand Design Percepatan Penyelesaian Batas Wilayah Administrasi 13) Pembuatan Materi Digital Penarikan Garis Batas Wilayah Administrasi Desa/ Kelurahan Secara Kartometrik Secara lebih jelas, kegiatan-kegiatan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
49
2.1 Ajudikasi, Pemasangan Pilar dan Pembuata Pembuatan n Peta Peta Wilayah Kelurahan/Desa Kelurahan/De sa (Paket (Paket 1, 2, 3) dan Pelaca elacakan kan Batas Kelurahan/Desa (Paket 4, 5) Sampai dengan Desember 2014, dari 979 segmen batas kabupaten/kota, baru 370 yang denif. Untuk mendapatkan batas denif maka perlu dilakukan proses Penetapan dan Penegasan batas. Penetapan batas desa diwujudkan melalui tahapan penelian dokumen, penentuan peta yang akan dipakai, dan delineasi garis batas secara kartometrik. Delineasi garis batas ini dilaksanakan melalui proses ajudikasi batas yaitu meneli dan mencari kebenaran formal buk berupa data teknis dan data yuridis. Permasalahan tersebut diatas mendapatkan perhaan khusus dari Pemerintahan Kabinet Kerja yang memiliki sembilan program prioritas yang dikenal dengan islah “ Nawa Cita” yang salah satu program adalah membangun indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah melalui desa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan program kerja kementerian/ lembaga (K/L) harus langsung terasakan kepada masyarakat. Guna mendukung program pemerintah tersebut, pada tahun anggaran 2015 PPBW sesuai kapasitasnya melaksanakan kegiatan Ajudikasi, Pemasangan Pilar dan Pembuatan Peta Wilayah Kelurahan/Desa sebanyak 3 paket, dan Kegiatan Pelacakan Batas Kelurahan/Des a sebanyak 2 paket. Adapun dalam pelaksanaanya, kelima paket tersebut diatas menikberatkan kepada proses delineasi garis batas secara kartometrik, dengan melibatkan parsipasi unsur pemerintahan desa setempat dan masyarakat. Secara visual, indeks lokasi dan spesikasi pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 37 berikut.
Gambar 37. Indeks Lokasi Kegiatan Delineasi Batas Wilayah Kelurahan/Desa
50
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
Lokasi kegiatan delineasi batas desa yang dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2015 dipilih berdasarkan ketersediaan data citra/image yang telah ditegakkan. Beberapa paket dilakukan menyeluruh satu kabuapaten/ kota namun sebagian paket yang lain hanya dilakukan di beberapa kecamatan karena ketersediaan data citra/image terbatas pada beberapa kecamatan. Data citra/image yang digunakan berbeda-beda untuk masing-masing paket yaitu Ortofoto (hasil pemotretan udara), Worldview, dan Quickbird. Sumbernya juga berbeda-beda yaitu ada yang diperoleh dari daerah dimana menjadi data untuk pembuatan peta Rencana Detail Tata Tata Ruang RDTR, dari dari Badan Informasi Informasi Geospasial. Namun, data-data tersebut telah memenuhi persyaratan ketelian berdasarkan ketentuan yang ada.
Secara umum, garis besar metode pelaksanaan kegiatan Delineasi Batas Kelurahan/Desa secara kartometrik dibagi atas 3 (ga) tahap yaitu: persiapan, pelaksanaan dan pengolahan. Persiapan terdiri dari Penyiapan Data dan Pembuatan Dra Peta Kerja, Pelaksanaan terdiri dari Temu Kerja dan Delineasi Batas secara Kartometrik, serta Pengolahan terdiri dari Pengolahan dan Penyajian seper terli hat pada Gambar 38 dan Gambar 39. Adapun yang menjadi perbedaan adalah pada Paket 1, Paket 2 dan Paket 3 dilakukan juga pemasangan pilar batas desa sesuai se suai dengan hasil yang disepaka di sepaka sedangkan untuk Paket 4 dan Paket 5 dak.
Gambar 38. Diagram Alir Proses Delineasi Batas Kelurahan/Desa secara Kartometrik
Gambar 39. Contoh Proses Delineasi Batas Kelurahan/Desa secara Kartometrik
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
Pelaksanaan delineasi diawali dengan proses penyiapan data, yaitu pengumpulan/kompilasi pengumpulan/kompilasi seluruh data dan informasi seper peta dasar, image/ citra, citra, data batas wilayah administrasi, dan informasi obyek penng (misal nama jalan). Setelah semua data terkumpul dan siap, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan dra peta kerja menggunakan seluruh data tersebut di atas. Pembuatan dra peta kerja tersebut menggunakan acuan tata letak peta yang diperoleh dari pemberi pekerjaan. Dra peta kerja disaji kan dalam format cetak dan digital. Pada innya, dra peta kerja tersebut akan menjadi alat bantu utama dalam proses delineasi secara kartometrik. Setelah dra peta kerja dipersiapkan semua, proses selanjut nya adalah pelaksanaan temu kerja. Kegiatan temu kerja untuk menyampaikan rencana kegiatan dan dihadiri oleh perwakilan dari Setda, beberapa SKPD (anggota Tim Penegasan Batas Desa di Daerah atau dinas teknis terkait), camat, dan lurah/kades. Temu Temu kerja dilaksanakan pada satu tempat di kabupaten/kota dengan mengumpulkan seluruh peserta tersebut di atas. Pada temu kerja dilakukan pembagian dra peta kerja agar pihak kelurahan/desa dapat mempelajari sebelum dilakukan delineasi di masing-masing kecamatan. Proses delineasi dilakuka dil akukan n terhadap seluruh segmen batas kelurahan/desa kelurahan/desa dan kecamatan yang menjadi lokasi pekerjaan. Delineasi dilakukan secara kartometrik namun dak menutup kemungkinan jika pihak kelurahan/desa sepakat untuk melakukan pelacakan di lapangan jika terdapat kesulitan melakukan idenkasi di atas dra peta kerja. Masing-masing pihak kelurahan/desa diberikan kesempatan untuk berdiskusi terkait lokasi batasnya dan diberikan ruang untuk melengkapi nama-nama obyek penng yang belum ada pada toponim Peta Rupabumi Indonesia guna upaya pendenisian garis batas kelurahan/desa. Delineasi secara kartometrik menghasilkan tarikan garis batas dan penentuan k kartometrik sesuai hasil klarikasi kepada pihak kelurahan/desa mengetahui camat dan Tim Penegasan Batas Desa di Daerah. Akhir proses delineasi ditandai dengan penandatanganan dan cap terhadap dra peta kerja dan berita acara kesepakatan. Salah satu kegiatan temu kerja dan penarikan garis batas secara kartometrik dapat dilihat sesuai pada Gambar 40, yaitu kegiatan temu kerja di Kab. Karawang, Jawa Barat
Gambar 40. Kegiatan Temu Temu Kerja dan Penarikan Garis Batas Secara Kartometrik di Kab. Karawang
51
52
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
Hasil delineasi secara secara kartometrik kartometrik tersebut kemudian diolah dengan output berupa basis data spasial yang didalamnya melipu garis dan k kartometrik. Segmen batas hasil delineasi tersebut dilengkapi dengan atribut sesuai dengan spesikasi yang termasuk pula deskripsi masing-masing sub segmen. Pada basis data spasial tersebut juga berisi beris i data yang digunakan sebagai masukan dalam pembuatan dra peta kerja. Setelah semua hasil tersusun rapai pada basis data maka langkah selanjutnya adalah penyajian peta kerja dimana garis batas yang ditampilkan merupakan garis batas hasil delineasi secara kartometrik. Adapun untuk contoh perbedaan garis batas indikaf dan hasil penarikan secara kartometris dapat dilihat pada Gambar 41 . Sedangkan untuk contoh hasil kerja dapat dilihat pada Gambar 42 sampai dengan Gambar 50 dan contoh contoh pilarnya pada Gambar 51.
Gambar 41. Contoh kompilasi perbedaan segmen hasil delineasi dengan segmen indikaf batas Kota Blitar – Kab. Blitar
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
Gambar 42. Contoh kompilasi perbedaan segmen hasil delineasi dengan segmen indikaf batas Kab. Malang
Gambar 43. Peta Kerja Desa Butuh Kecamatan Mojosongo, Kab. Boyolali
53
54
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
Gambar 44. Peta Kerja Desa Gowak Kecamatan Pringsurat, Kab. Temanggung
Gambar 45. Peta Kerja Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji Kidul, Kab. Malang
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
Kampungdale m Kecamatan Tulungagung, Kab. Tulungagung Tulungagung Gambar 46. Peta Kerja Kelurahan Kampungdalem
Gambar 47. Peta Kerja Desa Banaran Kecamatan Delanggu, Kab. Klaten
55
56
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
Gambar 48. Peta Kerja Desa Bandungan Kecamatan Janom, Kab. Klaten
Gambar 49. Peta Kerja Desa Bayur Kidu Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
Gambar 50. Peta Kerja Kelurahan Banyanyar Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta
Gambar 51. Contoh Prototype Pilar Batas Desa Tlogomulyo-Desa Tanjungsari Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung
57
58
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
Walaupun belum bersifat denif, dengan adanya adanya adanya pekerjaan delineasi batas secara kartometrik dengan melibatkan unsur-unsur pemerintahan setempat, diharapkan proses penyusunan Peraturan Bupa (perbup) untuk meningkatkan status garis batas segemen-segmen di atas menjadi deinif menjadi lebih mudah. Karena garis batas yang tergambar dalam peta ini merupakan garis batas kesepakatan yang disepaka bersama antara daerah-daerah yang berbatasan. Selain itu dengan adanya PP 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa, dimana salah satu pasal menyebutkan bahwa alokasi dana desa salah satu parameternya adalah luas desa, maka kegiatan ini dapat menjadi pemicu pemerintah daerah dalam hal ini desa untuk sesegera mungkin menyelesaikan batas-batas desa nya.
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
2.2 Ajudikasi dan Pembuatan Pembuatan Peta Koridor Batas Kabupaten / Kota
Pekerjaan Ajudikasi Dan Pembuatan Peta Koridor Batas Kabupaten/ Kota adalah untuk melakukan peningkatan status batas indikaf menjadi batas yang disepaka melalui ajudikasi secara kartometris. Tujuan kegiatan tersebut di atas adalah diperolehnya data geospasial garis batas yang disepaka melalui ajudikasi secara kartometrik yang dilengkapi dengan deskripsi seap segmen batas. Volume kegiatan ini sebanyak 16 segmen batas kabupaten di Provinsi Jawa Timur, dan lokasinya dapat dilihat pada Gambar 52 berikut ini
Timur. Gambar 52. Peta Lokasi 16 segmen batas kabupaten di Provinsi Jawa Timur.
Pelaksanaan pekerjaan ini relaf sama dengan kegiatan ajudikasi kecamatan. Tahapan pertama yang dilakukan adalah penyiapan data-data dukung termasuk peta kerja yang nannya akan dikonrmasi dengan aparat yang berwenang, terutama untuk garis batasnya. Lebih jelas contoh peta kerja dapat dilihat pada Gambar 53.
59
60
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
Gambar 53. Contoh Peta Kerja Koridor Batas Jember – Banyuwangi
Tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan temu kerja. Dalam temu kerja ini, pihak-pihak yang berwenang antara kabupaten satu dengan kabupaten yang berbatasan akan dipertemukan dalam s uatu temu kerja, yang kemudian melakukan penarikan garis batas diatas peta kerja yang sudah disiapkan. Tik-k kesepakatan ini kemudian dikonstruksikan menjadi garis batas kesepakatan. Ilustrasi pelaksanaan kegiatan temu kerja dapat dilihat pada Gambar 54
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
Gambar 54. Pelaksanaan Kegiatan Temuy Kerja
Adapaun contoh peta koridor batas hasil kesepakatan dapat dilihat pada Gambar 55
Gambar 55. Peta Koridor Garis Batas Hasil Kesepakatan
Walaupun belum bersifat denif, dengan adanya adanya peta koridor batas ini, diharapkan proses penyusunan permendagri untuk meningkatkan status garis batas segemen-segmen di atas menjadi deinif menjadi lebih mudah. Karena garis batas yang tergambar dalam peta ini merupakan garis batas kesepakatan yang disepaka bersama antara daerah-daerah yang berbatasan.
61
62
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
2.3 Pembuatan Peta Koridor Batas Provinsi dengan Wahana UAV Sebagai anggota Tim Penegasan Batas Daerah (TPBD) di Pusat, PPBW mempunyai peranan penng dalam menyelesaikan permasalahan batas daerah. Guna membantu melakukan kajian permaslahan batas daerah dari aspek teknis survei pemetaan untuk memberikan alternaf - alternaf penyelesaian permasalahan batas untuk dapat melakukan kajian secara komprehensif, diperlukan berbagai data spasial dengan skala yang cukup memadai. Dalam hal ini, upaya yang dilakukan adalah menyusun terobosan baru untuk menyiapkan data geospasial skala besar yang memadahi guna mempercepat penyelesaian batas daerah. Data geospasial skala besar yang dimaksud harus dapat menggambarkan bentuk 3 dimensi dan menampilkan objek-objek permukaan bumi. Dikarenakan lokasi yang harus dilengkapi data geospasialnya dak begitu luas maka alternaf yang diambil adalah dengan membuat peta koridor koridor batas daerah dengan foto udara small format menggunakan wahana UAV UAV Salah satu permasalahan batas yang memerlukan kajian teknis PPBW-BIG adalah permasalahan batas antara Provinsi Kalimantan Tengah Tengah dan Provinsi Kalimantan Timur Ti mur pada sub-segmen Kabupaten Barito Bari to Utara dan Kabupaten Kutai Barat sub-segmen dari pilar TB-I-A sampai pi lar TB.X. Pada sub-segmen tersebut PPBWBIG masih memerlukan data berupa foto udara, model 3 dimensi dan peta garis skala besar untuk mendukung proses kajian yang dilakukan. Secara visual, indeks lokasi pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 56.
Gambar 56. Indeks Lokasi Pekerjaan Pembuatan Peta Koridor Batas Provinsi Pelaksanaan kegiatan ini sempat mengalami kendala di lapangan yaitu adanya kebarakaran hutan yang mengakibatkan tahapan pemotretan dak bisa dilaksanakan karena tertutup asap. RAW data hasil pemotretan pemotret an ini dapat dilihat pada Gambar 57.
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
63
Gambar 57. RAW Data Small Format UAV
Setelah melalui prose prosess koreksi, foto-foto udara tersebut dilakukan interpretasi unsur rupabuminya, sebelum kemudian dilakukan layout l ayout petanya. Hasil interpretasi rupabumi, layout peta foto maupun peta garis dapat dilihat pada Gambar 58 dan Gambar 59.
Gambar 58.
Layout Kartograf Peta Foto
64
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Gambar 59.
Badan Informasi Geospasial
Layout Kartograf Peta Garis
Dengan adanya peta foto maupun peta garis garis skala besar yang dihasilkan dihasi lkan dari pekerjaan ini, permasalahan batas antara Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Timur pada subsegmen Kabupaten Barito Utara dan Kabupaten Kutai Barat sub-segmen dari pilar TB-I-A sampai pilar TB.X yang selama ini terkendala karena minimnya data spasial skala besar di wilayah tersebut dapat diatasi.
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
2.4 Pembuatan Norma, Standar, Prosedur dan kriteria (NSPK) Peta Desa Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Peta Desa diperlukan untuk memberikan pedoman pembuatan peta dasar mulai dari perolehan data, sumber data yang dapat dipakai untuk pembuatan peta desa, unsur peta desa, metode pemetaan, dan penyajian peta desa; sehingga aparat desa dapat menyusun peta desa sesuai dengan prinsip-prinsip pemetaan. Pembuatan NSPK Peta Desa disusun untuk memberikan pedoman penyusunan peta desa skala 1:5.000. NSPK Peta Desa ini melipu metode pemetaan untuk pembuatan peta desa, yaitu sumber data yang digunakan dan pemetaan batas administrasi desa; spesikasi unsur peta desa; dan spesikasi penyajian layout peta desa. Hasil dari pekerjaan ini berupa Dokumen NSPK Peta Desa, dan dapat dilihat contohn contohnya ya pada Gambar 60
Gambar 60. NSPK Peta Desa
Dengan adanya NSPK Peta Desa ini, diharapkan dapat meningkatkan parsipasi desa untuk memetakan wilayahnya secara mandiri, dengan kualitas dan standar yang sudah ditentukan sesuai dengan NSPK ini. Dengan semakin banyaknya desa yang telah dipetakan, informasi geospasial skala besar untuk seluruh Indonesia dapat segera terealisasi. terealisasi.
65
66
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
2.5 Pembuatan Prototype Peta Desa Prototype Peta Sejalan dengan pembuatan NSPK Peta Desa, dilaksanakan pekerjaan Penyusunan Prototype Peta Desa. Hasil pekerjaan ini adalah didapatkannya Prototype peta desa serta spesikasi teknis peta desa berikut bahan penghitungan kapasitas penyusunan peta desa serta bahan penghitungan kebutuhan anggaran dan personil penyusunan peta desa. Penyusunan Prototype Peta Desa dilaksanakan di Desa Parangtrs, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Ismewa Yogyakarta. Desa Parangtris dipilih sebagai lokasi kegiatan Penyusunan Prototype Peta Desa karena Desa Parangtris Parangtris memiliki memili ki informasi yang kompleks kompleks pada tatanan sebuah desa. Unsur-unsur transportasi, perairan, bangunan dan tutupan lahan lah an yang komplek dirasa cukup mewakili untuk percontohan Prototype Peta Desa pemetaan pada skala desa. Desa Parangtris juga dipilih sebagai lokasi Penyusunan Prototype Peta untuk mendukung program Parangtris Geomarime Science Park yang berada di bawah koordinasi BIG. Pemetaan detail Desa Pangtris juga dapat mendukung kegiatan edu-restorasi geoheritage gumuk pasir Parangtris. Pembuatan Prototype Peta Desa ini dimulai dari tahap akuis isi data, dalam hal ini i ni menggunakan wahana UAV, UAV, pembuatan peta kerja, survei kelengkapan lapangan, l apangan, temu kerja dengan aparat desa setempat hingga penyajian hasil pemetaannya. Secara visual, tahapan ta hapan dari pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 61
1
2
Gambar 61. Rangkaian Tahapan Pembuatan Prototype Peta Desa
3
4
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
Hasil rangkaian tahapan yang telah dilakukan kemudian dikompilasi menjadi suatu bentuk peta, yang diharapkan menjadi bentuk ideal peta desa. Hasil akhir pekerjaan pembuatan Prototype Peta Desa dapat dilihat pada Gambar 62.
Gambar 62. Hasil Pekerjaan Pembuatan Prototype Peta Desa
Sejalan dengan NSPK Peta Desa ini, Prototype Peta Desa ini dapat dijadikan acuan desa yang akan melakukan pemetaan wilayahnya secara mandiri. Dengan mengacu kepada NSPK dan Prototype Peta Desa ini, nannya peta-peta desa yang dikerjakan secara mandiri oleh daerah akan mempunyai standar yang sama, kualitas yang sama dan bentuk yang sama.
67
68
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
2.6 Pemasangan Pilar Batas Kawasan Konservasi Gumuk Pasir Parangtritis Gumuk pasir Parangtris merupakan bagian dari rangkaian proses alam terintegrasi dalam tatanan yang sangat harmonis. Proses pembentukan gumuk pasir ini sebagai sarana untuk memahami kompleksitas cara kerja alam mulai dari sumber material pasir vulkanik gunung berapi, diangkut melalui proses uvial dalam sistem aliran sungai, dihempaskan melalui proses gelombang laut, dan diangkat serta diendapkan melalui tenaga angin sehingga membentuk fenomena alam sangat unik berupa gumuk pasir di Parangtris yang merupakan warisan bengtangalam satu-satunya di wilayah tropis. Menindaklanju peresmian Parangtris Geomarime Science Park oleh Menteri Ristek Dik dan Pemasangan Simbolisasi Patok Batas Zona In Kagungan Dalem Gumuk Pasir Barkhan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tanggal 11 September 2015, Parangtris Parangtris Geomarime Science Park Badan Informasi Geospasial, Fakultas Geogra UGM, Pemerintah Daerah Ismewa I smewa Yogyakarta, Yogyakarta, Pemerintah Kabupaten Bantul serta Forum Keismewaan untuk Kesejahteraan (FKK) DIY melaksanakan program pemasangan patok zona in Kagungan Dalem Gumuk Pasir Barkhan di Desa Parangtris. Pemasangan Pilar Batas Kawasan Konservasi Gumuk Pasir Parangtris adalah di sisi Barat dan sisi Timur Zona In Kawasan Konservasi Gumuk Pasir Parangtris. Kawasan Konservasi tersebut berada di Desa Parangtris Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul. Lokasi Pemasangan Pilar Batas Kawasan Konservasi Gumuk Pasir Parangtris seper pada Gambar 63 berikut.
Gambar 63. Lokasi Pemasangan Pilar Batas Gumuk Pasir
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
69
Pembuatan Pilar Batas didahului dengan pembuatan kerangka beton badan utama pilar. Setalah proses pembuatan beton pilar, pilar batas tersebut dicat dengan warna sesuai dengan spesikasi. Tahap kedua proses pembuatan pilar batas adalah pembuatan brasstablet yang berisi data k koordinat dan kenggian serta symbol pilar batas. Brasstablet dibuat dari d ari bahan kuningan dengan ketebalan 4 milimeter mil imeter.. Setelah beton pilar batas selesai dibuat dan dikeringkan, maka dipasang brasstablet. brasstablet. Brastablet dipasang di kanan dan kiri muka samping pilar batas dan bagian atas pilar batas. Informasi pada brastablet adalah k koordinat dan kenggian. Setelah semua pilar batas selesai dibuat, selanjutnya pilar batas diangkut untuk dipasang.
1
2
Gambar 64. Proses Pembuatan Pilar Batas Gumuk Pasir
70
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
Pemasangan pilar batas dilakukan bertahap pada seap pilar batas yang telah s iap pasang. Sebelum pemasangan pilar batas, m lainnya menyiapkan bis dan lubang galian untuk pilar pada seap k pilar. Di lapangan k pilar batas yang harus dipasang sudah disiapkan oleh Parangtris Geomarime Science Park dengan memasang pilar batas sementara dari bambu yang dicat biru. Secara visual tahapan pembuatan pilar batas gumuk pasir ini dapat dilihat seper pada Gambar 64 Tahapan awal pemasangan pilar batas di lapangan adalah pemasangan bis di seap k pil ar batas. Bis sedalam 80 cenmeter digali untuk mempermudah pemasangan. Pilar yang sudah dipasang dapat dilihat pada Gambar 65 berikut
Gambar 65. Pilar Batas Gumuk Pasir Yang Sudah Dipasang
Program Pemasangan Pilar Batas Zona In ini diharapkan dapat memberikan tanda kepada masyarakat dan stakeholder pengelolan gumuk pasir Parangtris bahwa ada perlindungunga terhadap kawasan konservasi gumuk pasir.
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
71
2.1 Dokumen Kajian Luas Pengelolaan Wilayah Wilayah Laut (LPL) Dan Grand Design Percepatan Penyelesaian Penyelesaian Batas Wilayah Administrasi Upaya percepatan penegasan batas oleh PPBW BIG sebagai instansi yang diberikan amanat untuk memenuhi kebutuhan data luas laut dearah bagi Kementerian Keuangan, telah dibuat Peta Pengelolaan Laut Provinsi dan Bagi Hasil Kelautan Kabupaten/Kota. Dari pembuatan Peta Pengelolaan Laut Provinsi dan Bagi Hasil Kelautan Kabupaten/Kota, disusun Kajian Luas Pengelolaan Wilayah Laut (LPL) Dan Grand Design Percepatan Penyelesaian Batas Wilayah Administrasi Penghitungan luas wilayah kewenangan pengelolaan laut daerah mengacu pada ketentuan UU No.23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagai revisi dari UU No.32 tahun 2004. Perubahan yang paling signikan terkait penghitungan luas wilayah ada pada kewenangan Kabupaten/Kota. Menurut UU No 32/2004, Provinsi memiliki kewenangan atas laut sejauh 12 mil dari garis pantainya, sedangkan Kabupaten/ Kota memiliki kewenangan 1/3 dari luas provinsi (pasal 18). Sedangkan UU No.23/2014 menyatakan bahwa kewenangan provinsi atas laut sejauh 12 mil, dan kewenangan Kabupaten/Kota sejauh 4 mil dari garis pantainya (pasal 14 dan 27).
Dalam penghitungan luas kewenangan pengelolan laut Provinsi, garis batas kewenangan pengelolaan laut ditarik sejauh 12 mil laut dari garis pantai, jika terdapat tumpang ndih klaim kewenangan antar antar provinsi yang berbatasan dengan jarak kurang dari 24 mil laut, maka diperlukan adanya penarikan garis sama jarak untuk membagi area yang tumpang ndih tersebut. Sedangkan bagi Kabupaten/Kota, penarikan garis batas bagi hasil di wilayah laut berdasarkan garis pantai sejauh 4 mil laut. Seper halnya pada Provinsi, di wilayah Kabupaten/Kota juga dilakukan penarikan garis sama jarak pada wilayah yang berbatasan kurang dari 8 mil laut. Selain pengaruh perubahan metode penghitungan luas karena adanya pembaruan Undang Undang Pemerintahan Daerah, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi perubahan luas wilayah laut, yaitu : 1.
Perubahan kongurasi garis pantai
2.
Perubahan status kepemilikan pulau
3.
Adanya perubahan batas administrasi di darat, yang memengaruhi ujung k batas sekutu sebagai dasar penarikan batas laut untuk daerah otonom yang bersebelahan.
Adapun hasil dari pekerjaan ini berupa dokumen Kajian Luas Pengelolaan Laut dan dapat dilihat seper pada Gambar 66 berikut
Gambar 66. Dokumen Kajian LPL
Penyusunan Grand Design sebagai upaya untuk memberikan strategi berupa arah kebijakan bagi berbagai instansi pemerintah dan lembaga yang terkait dengan batas wilayah untuk mendukung tercapainya penyelesaian penegasan batas.
72
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
2.8 Pemutakhiran Data batas Wilayah Pekerjaan ini adalah untuk melakukan pemutakhiran pemutakhiran data spasial batas wilayah, wilayah, melipu data batas wilayah administrasi dan data batas negara. Hal ini dilaksanakan karena banyak dokumen-dokumen maupun peta kesepakatan maupun lampiran undang-undang yang masih berupa cetak, atupun dibuat bukan menggunakan perangkat lunak pemetaan. Hasil pekerjaan ini adalah untuk data spasial batas wilayah yang uptodate dan berbasig berbasi g SIG SI G dan siap dibagi pakai dengan dengan berbagai kementrian kementrian / lembaga yang membutuhkan. membutuhkan. SIG dirancang untuk pengumpulan, penyimpanan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geogra merupakan karakterisk yang penng atau yang memili ki empat kemampuan yaitu masukan, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), analisis dan manipulasi data dan keluaran. Adapun data yang dilakukan pemutakhiran dapat dilihat pada Tabel 4 berikut: Tabel 4. Data Yang Dilakukan Pemutakhiran
No
Data
Jenis Data
1
Peta Lampiran Permendagri Hasil Penegasan Batas Daerah (Hanya Scan)
Peta Cetak
82
2
Peta Lampiran Permendagri Hasil Penegasan Penegasan Batas Daerah
Peta Cetak
97
3
Peta Pulau Kecil Terluar
Freehand & CAD
84
4
Peta PA RI - RDTL
Raster
17
5
Peta Adendum PA
Freehand
13
6
Peta JBM RI - Malaysia
Freehand
13
7
Data Kode dan Wilayah Permendagri No. 39 tahun 2015
PDF
1
Jumlah
Data lebih detail mengenai masing-masing item yang dilakukan pemutakhiran disampaikan pada Tabel 5 sampai dengan Tabel 9 berikut ini. Scan) Tabel 5. Peta Lampiran Permendagri Hasil Penegasan Batas Daerah ( Scan)
Lampiran Permendagri No. 1
Surat Keputusan Permendagri No. 36 Tahun 2006
Tentang Batas Daerah Kab. Buleleng Dengan Kab. Karangasem Di Provinsi Bali
Se gmen Batas Kab. Buleleng – Kab. Karangasem
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
2
Permendagri No. 37 Tahun 2006
Batas Daerah Kab. Sumenep Dengan Kab. Pamekasan Di Provinsi Madura
Kab. Sumenep – Kab. Pamekasan
3
Permendagri No. 14 Tahun 2007
Batas Daerah Kab. Cilacap Dengan Kab. Banyumas Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Cilacap - Kab. Banyumas
4
Permendagri No. 29 Tahun 2007
Batas Daerah Kab. Deli Serdang Dengan Kab. Serdang Serdang Bedagai Di Provinsi Sumatra Utara
Kab. Deli Serdang - Kab. Serdang Bedagai
5
Permendagri No. 48 Tahun 2007
Batas Daerah Kab. Semarang Dengan Kab. Kendal Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Semarang - Kab. Kendal
6
Permendagri No. 55 Tahun 2007
Batas Daerah Kab. Batang Dengan Kota Pekalongan Pekalongan Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Batang - Kota Pekalongan
7
Permendagri No. 75 Tahun 2007
Batas Daerah Kab. Hst Dengan Kab. Balangan Di Provinsi Kaliamntan Selatan
Kab. HST – Kab. Balangan
8
Permendagri No. 14 Tahun 2008
Batas Daerah Kab. Karangasem Dengan Kab. Bangli Di Provinsi Bali
Kab. Karangasem- Kab. Bangli
9
Permendagri No. 16 Tahun 2008
Batas Daerah Kab. Belitung Dengan Kab. Belitung Timur Di Provinsi Belitung
Kab. Belitung – Kab. Belitung Timur
10
Permendagri No. 13 Tahun 2008
Batas Daerah Kab. Sumedang Provinsi Jawa Barat
Kab. Sumedang Provinsi Jawa Barat
11
Permendagri No. 41 Tahun 2008
Batas Daerah Kab. Semarang Dengan Kab. Magelang Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Semarang – Kab. Magelang
12
Permendagri No. 42 Tahun 2008
Batas Daerah Kab. Boyolali Dengan Kab. Magelang Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Boyolali – Kab. Magelang
13
Permendagri No. 43 Tahun 2008
Batas Daerah Kab. Karanganyar Karanganyar Dengan Kab. Wonogiri Wonogiri Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Karanganyar – Kab. Wonogiri
14
Permendagri No. 48 Tahun 2008
Batas Daerah Kab. Bangka Dengan Kab. Bangka Tengah Tengah Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kab. Bangka – Kab. Bangka Tengah
15
Permendagri No. 56 Tahun 2008
Batas Daerah Kab. Sidoarjo Dengan Kab. Gresik Gresik Di Provinsi Provinsi Jawa Timur
Kab. Sidoarjo – Kab. Gresik
16
Permendagri No. 57 Tahun 2008
Batas Daerah Kota Mojokerto Dengan Kab. Mojokerto Mojokerto Di Provinsi Jawa Timur
Kota Mojokerto – Kab. Mojokerto
73
74
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
17
Permendagri No. 58 Tahun 2008
Batas Daerah Kab. Karangasem Dengan Kab. Klungkung Klungkung Di Provinsi Bali
Kab. Karangasem – Kab. Klungkung
18
Permendagri No. 3 Tahun 2009
Batas Daerah Kab. Sumedang Di Provinsi Jawa Barat
Kab. Bangka Barat – Kab. Bangka
19
Permendagri No. 4 Tahun 2009
Batas Daerah Kab. Gunungkidul Dengan Kab. Sleman Di Provinsi Daerah Ismewa Yogyakarta
Kab. Gunungkidul – Kab. Sleman
20
Permendagri No. 5 Tahun 2009
Batas Daerah Kab. Semarang Dengan Kab. Grobogan Grobogan Di Provinsi Jawa Tengah
21
Permendagri No. 58 Tahun 2009
Batas Daerah Kab. Mojokerto Dengan Kab. Lamongan Lamongan Di Provinsi Jawa Timur
Kab. Mojokerto - Kab. Lamongan
22
Permendagri No. 59 Tahun 2009
Batas Daerah Kab. Mojokerto Dengan Kab. Gresik Di Provinsi Jawa Timur
Kab. Mojokerto - Kab. Gresik
23
Permendagri No. 60 Tahun 2009
Batas Daerah Kab. Mojokerto Dengan Kota Batu Di Provinsi Jawa Timur
Kab. Mojokerto - Kota Batu
24
Permendagri No. 61Tahun 2009
Batas Daerah Kab. Sleman Dengan Kab. Kulonprogo Kulonprogo Di Provinsi Daerah Ismewa Yogyakrta
Kab. Sleman - Kab. Kulonprogo
25
Permendagri No. 62Tahun 2009
Batas Daerah Kab. Probolinggo Dengan Kota Probolinggo Di Provinsi Jawa Timur
Kab. Probolinggo - Kota Probolinggo
26
Permendagri No. 63Tahun 2009
Batas Daerah Kab. Gresik Dengan Kab. Lamongan Lamongan Di Provinsi Jawa Timur
Kab. Gresik - Kab. Lamongan
27
Permendagri No. 64Tahun 2009
Batas Daerah Kab. Pekalongan Dengan Kota Pekalongan Pekalongan Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Pekalongan - Kota Pekalongan
28
Permendagri No. 65 Tahun 2009
Batas Daerah Kab. Pemalang Dengan Kab. Purbalingga Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Pemalang - Kab. Purbalingga
29
Permendagri No. 66 Tahun 2009
Batas Daerah Kab. Pemalang Dengan Kab. Tegal Tegal Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Pemalang - Kab. Tegal
30
Permendagri No. 67 Tahun 2009
Batas Daerah Kab. Semarang Dengan Kab. Demak Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Semarang - Kab. Demak
31
Permendagri No. 75 Tahun 2009
Batas Daerah Kab. Banjarnegara Dengan Kab. Pekalongan Pekalongan Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Banjarnegara - Kab. Pekalongan
Kab. Semarang – Kab. Grobogan
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
32
Permendagri No. 76 Tahun 2009
Batas Daerah Kab. Banjarnegara Dengan Kab. Banyumas Banyumas Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Banjarnegara - Kab. Banyumas
33
Permendagri No. 77 Tahun 2009
Batas Daerah Kab. Banjarnegara Dengan Kab. Batang Di Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Banjarnegara - Kab. Batang
34
Permendagri No. 78 Tahun 2009
Batas Daerah Kab. Banjarnegara Dengan Kab. Purbalingga Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Banjarnegara - Kab. Purbalingga
35
Permendagri No. 5 Tahun 2010
Batas Daerah Kab. Temanggung Dengan Kab. Semarang Semarang Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Temanggung - Kab. Semarang
36
Permendagri No. 6 Tahun 2010
Batas Daerah Kab. Temanggung Dengan Kab. Magelang Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Temanggung - Kab. Magelang
37
Permendagri No. 8 Tahun 2010
Batas Daerah Kab. Grobogan Dengan Kab. Sragen Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Grobogan - Kab. Sragen
38
Permendagri No. 9 Tahun 2010
Batas Daerah Kab. Grobogan Dengan Kab. Kudus Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Grobogan - Kab. Kudus
39
Permendagri No. 10 Tahun 2010
Batas Daerah Kab. Grobogan Dengan Kab. Boyolali Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Grobogan - Kab. Boyolali
40
Permendagri No. 14 Tahun 2010
Batas Daerah Kab. Banjar Dengan Kab. Tanah Tanah Bumbu Di Provinsi Kalimantan Selatan
Kab. Banjar - Kab. Tanah Bumbu
41
Permendagri No. 29 Tahun 2010
Batas Daerah Kab. Seram Bagiam Barat Dengan Kab. Maluku Tengah Di Provinsi Maluku
Kab. Seram Bagiam Barat - Kab. Maluku Tengah
42
Permendagri No. 58 Tahun 2011
Batas Daerah Kab. Tasikmalaya Dengan Kab. Ciamis Di Provinsi Jawa Barat
Kab. Tasikmalaya - Kab. Ciamis
43
Permendagri No. 59 Tahun 2011
Batas Daerah Kota Banjar Dengan Kab. Ciamis Di Provinsi Jawa Barat
Kota Banjar - Kab. Ciamis
44
Permendagri No. 60 Tahun 2011
Batas Daerah Kab. Minahasa Selatan Dengan Kab. Minahasa Tenggara Di Provinsi Sulawesi Utara
Kab. Minahasa Selatan - Kab. Minahasa Tenggara
45
Permendagri No. 63 Tahun 2011
Batas Daerah Kab. Balangan Dengan Kab. Huli Sungai Sungai Utara Di Provinsi Kalimantan Selatan
Kab. Balangan - Kab. Huli Sungai Utara
75
76
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
46
Permendagri No. 65 Tahun 2011
Batas Daerah Kab. Grobogan Dengan Kab. Demak Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Grobogan - Kab. Demak
47
Permendagri No. 3 Tahun 2012
Batas Daerah Kab. Gianyar Dengan Kab. Klungkung Klungkung Di Provinsi Bali
Kab. Gianyar - Kab. Klungkung
48
Permendagri No. 4 Tahun 2012
Batas Daerah Kab. Badung Dengan Kab. Bangli Di Di Provinsi Bali
Kab. Badung - Kab. Bangli
49
Permendagri No. 5 Tahun Tahun 2012
Batas Daerah Kab. Tangerang Tangerang Dengan Kota Tangerang Selatan Di Provinsi Banten
Kab. Tangerang - Kota Tangerang Selatan
50
Permendagri No. 6 Tahun 2012
Batas Daerah Kab. Mojokerto Dengan Kab. Jombang Jombang Di Provinsi Jawa Timur
Kab. Mojokerto - Kab. Jombang
51
Permendagri No. 7 Tahun 2012
Batas Daerah Kab. Wonosobo Dengan Kab. Purworejo Purworejo Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Wonosobo - Kab. Purworejo
52
Permendagri No. 8 Tahun 2012
Batas Daerah Kab. Pa Dengan Kab. Rembang Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Pa - Kab. Rembang
53
Permendagri No. 9 Tahun 2012
Batas Daerah Kab. Wonosobo Dengan Kab. Kebumen Kebumen Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Wonosobo - Kab. Kebumen
54
Permendagri No. 11 Tahun 2012
Batas Daerah Kota Tangerang Tangerang Selatan Dengan Kota Tangerang Di Provinsi Banten
Kota Tangerang Selatan - Kota Tangerang
55
Permendagri No. 15 Tahun 2012
Batas Daerah Kota Yogyakarta Yogyakarta Dengan Kab. Bantul Di Provinsi Daerah Ismewa Yogyakrta
Kota Yogyakarta - Kab. Bantul
56
Permendagri No. 16 Tahun 2012
Batas Daerah Kab. Malang Dengan Kota Batu Di Provinsi Jawa Timur
Kab. Malang - Kota Batu
57
Permendargri No. No. 17 Tahun 2012
Batas Daerah Kab Malang Dengan Kota Malang Di Provinsi Jawa Timur
Kab Malang - Kota Malang
58
Permendagri No. 23 Tahun 2012
Batas Daerah Kab. Kendal Dengan Kab. Batang Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Kendal - Kab. Batang
59
Permendagri No. 24 Tahun 2012
Batas Daerah Kab. Semarang Dengan Kab. Salaga Di Di Provinsi Jawa Tengah
60
Permendagri No. 25 Tahun 2012
Batas Daerah Daerah Kab. Kudus Kudus Dengan Kab. Jepara Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Semarang - Kab. Salaga
Kab. Kudus - Kab. Jepara
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
61
Permendagri No. 22 Tahun 2012
Batas Daerah Kab. Kudus Dengan Kab. Jepara Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Kudus - Kab. Pa
62
Permendagri Permendagri N o . 31 Tahun Tahun 2012
Batas Daerah Kab. Kudus Dengan Kab. Pa Di Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Tanah Tanah Laut - Kab. Tanah Tanah Bumbu
63
Permendagri Permendagri N o . 42 Tahun Tahun 2012
Batas Daerah Kab. Kab. Tanah Tanah Laut Dengan Kab. Tanah Tanah Bumbu Di Provinsi Kalimantan Selatan
Kab. Buton - Kab. Bombana
64
Permendagri Permendagri N o . 43 Tahun Tahun 2012
Batas Daerah Kab. Buton Dengan Kab. Bombana Bombana Di Provinsi Sulawesi Tenggara
Kab. Serang - Kab. Lebak
65
Permendagri Permendagri N o . 44 Tahun Tahun 2012
Batas Daerah Kab. Serang Dengan Kab. Lebak Di Provinsi Banten
Kab. Banjarnegara – Kebumen
66
Permendagri Permendagri N o . 45 Tahun Tahun 2012
Batas Daerah Kab. Banjarnegara Dengan Kebumen Di Provinsi Jawa Tengah
Kab. Lumajang - Kab. Probolinggo
67
Permendagri Permendagri N o . 46 Tahun Tahun 2012
Batas Daerah Kab. Lumajang Dengan Kab. Probolinggo Probolinggo Di Provinsi Jawa Timur
Kab. Lumajang - Kab. Jember
68
Permendagri 48 Tahun 2012
Batas Daerah Kab. Lumajang Dengan Kab. Jember Di Provinsi Jawa Timur
Kota Balikpapan - Kab. PPU
69
Permendagri 54 Tahun 2012
Batas Daerah Kota Balikpapan Dengan Kab. Ppu Di Provinsi Alimantan Timur
Kab. Majalengka - Kab. Ciamis
70
Permendagri 56 Tahun 2012
Batas Daerah Kab. Majalengka Dengan Kab. Ciamis Di Provinsi Jawa Barat
Kota Tasikmalaya - Kab. Ciamis
71
Permendagri 58 Tahun 2012
Batas Daerah Kota Tasikmalaya Dengan Kab. Ciamis Di Provinsi Jawa Barat
Kota Tasikmalaya - Kab. Tasikmalaya
Permendagri 5 Tahun 2013
Batas Daerah Kota Tasikmalaya Dengan Kab. Tasikmalaya Tasikmalaya Di Provinsi Jawa Barat
Kabupaten Kabupaten Boyolal Boyolalii - Kabupaten Kabupaten Karanganyar
Permendagri 6 Tahun 2013
Batas Daerah Kabupaten Boyolali Dengan Kabupaten Karanganyar Karanganyar Di Provinsi Jawa Tengah
Kabupaten Kabupaten Boyolal Boyolalii - Kota Kota Surakarta
Permendagri 7 Tahun 2013
Batas Daerah Kabupaten Boyolali Dengan Kota Surakarta Di Provinsi Jawa Tengah
Kabupaten Karanganyar Kabupaten Sragen
72
73
74
77
78
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
Permendagri 8 Tahun 2013
Batas Daerah Kabupaten Karanganyar Dengan Kabupaten Sragen Di Provinsi Jawa Tengah
Kabupaten Kabupaten Magelang Magela ng Kabupaten Wonosobo
Permendagri 9 Tahun 2013
Batas Daerah Kabupaten Magelang Dengan Kabupaten Wonosobo Di Provinsi Jawa Tengah
Kabupaten Kabupaten Boyolali Boyolali - Kabupaten Kabupaten Klaten
Permendagri 10 Tahun 2013
Batas Daerah Kabupaten Boyolali Dengan Kabupaten Klaten Di Provinsi Jawa Tengah
Kabupaten Kabupaten Blora - Kabupaten Kabupaten Rembang
78
Permendagri 11 Tahun 2013
Batas Daerah Kabupaten Blora Dengan Kabupaten Rembang Di Provinsi Jawa Tengah
Kabupaten Kabupaten Boyolali Boyolali - Kabupaten Kabupaten Sragen
79
Permendagri 12 Tahun 2013
Batas Daerah Kabupaten Boyolali Dengan Kabupaten Sragen Di Provinsi Jawa Tengah
Kabupaten Jepara - Kabupaten Pa
Permendagri 13 Tahun 2013
Batas Daerah Kabupaten Jepara Dengan Kabupaten Pa Di Provinsi Jawa Tengah
Kabupaten Kabupaten Karanganyar Karanganyar - Kota Kota Surakarta
Permendagri 14 Tahun 2013
Batas Daerah Kabupaten Karanganyar Dengan Kota Surakarta Di Provinsi Jawa Tengah
Kabupaten Jepara - Kabupaten Demak
Permendagri 15 Tahun 2013
Batas Daerah Kabupaten Jepara Dengan Kabupaten Demak Di Provinsi Jawa Tengah
Kabupaten Kabupaten Magelang Kabupaten Purworejo
75
76
77
80
81
82
Tabel 6. Peta Lampiran Permendagri Hasil Penegasan Batas Daerah (Cetak)
Lampiran Permendagri No.
Surat Keputusan
Segmen Batas Kab. Cilacap – Kab. Kebumen
1
Permendagri Perm endagri No. 7 Tahun 2005
2
Permendagri No. 18 Tahun 2006
Kab. Cilacap – Kab. Brebes
3
Permendagri No. 70 Tahun 2007
Kab. Bantul – Kab. Kulonprogo
4
Permendagri No. 71 Tahun 2007
Kab. Gunungkidul Gunungkidul – Kab. Bantul ntul
5
Permendagri No. 72 Tahun 2007
Kota Yogyakar Yogyakarta ta – Kab. Sleman
6
Permen Permenda dagri gri N o . 29 Tahun ahun 2013
ia nyar Kab. Badung - Kab. Gianyar
7
Permen Permenda dagri gri N o . 30 Tahun ahun 2013
Kab. Bangli - Kab. Gianyar
8
Permen Permenda dagri gri N o . 31 Tahun ahun 2013
ia nyar Kota Denpasar - Kab. Gianyar
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
9
Permen Permenda dagri gri N o . 32 Tahu Tahun n 2013
Kab. Bangli - Kab. Klungkung
10
Permen Permenda dagri gri N o . 36 Tahu Tahun n 2013
Kab. Solok - Kab. Padang Paria Pariaman man
11
Permen Permenda dagri gri N o . 37 Tahu Tahun n 2013
Kab. Solok - Kab. Pesisir Selatan
12
Permen Permenda dagri gri N o . 38 Tahu Tahun n 2013
la tan Kab. Solok - Kab. Solok Se latan
13
Permen Permenda dagri gri N o . 39 Tahu Tahun n 2013
Kab. Solok - Kota Sawahlunto
14
Permen Permenda dagri gri N o . 40 Tahu Tahun n 2013
Kab. Solok - Kota. Padang
15
Permen Permenda dagri gri N o . 41 Tahu Tahun n 2013
Kota Solok - Kab. Solok
16
Permendagr i No 47 Tahun Tahun 2013
Kota Bengkulu - Kab. Bengkulu Tengah
17
Permendagri Perme ndagri No 48 Tahun Tahun 2013
Kab. Sambas - Kota Singkawang
18
Permendagri Perme ndagri No 49 Tahun Tahun 2013
Kab. Seluma - Kab. Bengkulu Tengah
19
Permendagri Perme ndagri No 50 Tahun Tahun 2013
Kab. Bengkulu Utara - Kab. Bengkulu Tengah
20
Permendagri Perme ndagri No 51 Tahun Tahun 2013
Kab. Kepahiang - Kab. Bengkulu Tengah
21
Permendagri Perme ndagri No 52 Tahun Tahun 2013
Kota Bengkulu - Kab. Seluma
22
Permendagri Perme ndagri No 53 Tahun Tahun 2013
Kab. Minahasa - Kab. Minahasa Utara
23
Permendagri Perme ndagri No 54 Tahun Tahun 2013
Kab. Lombok Tengah - Kab. Lombok Utara
24
Permendagri Perme ndagri No 55 Tahun Tahun 2013
Kota Mataram - Kab. Lombok Barat
25
Permendagri Perme ndagri No 56 Tahun Tahun 2013
Kab. Lombok Timur - Kab. Lombok Utara
26
Permendagri Perme ndagri No 58 Tahun Tahun 2013
Kab. Banyumas - Kab. Kebumen
27
Permendagri Perme ndagri No 59 Tahun Tahun 2013
Kab. Brebes - Kab. Tegal Tegal
28
Permendagri Perme ndagri No 62 Tahun Tahun 2013
Kab. Rejang Lebong - Kab. Lebong
29
Permendagri Perme ndagri No 63 Tahun Tahun 2013
Kab. Bengkulu Utara - Kab. Mukomuko
30
Permendagri Perme ndagri No 65 Tahun Tahun 2013
Kab. Hulu Sungai Utara - Kab. Tabalong
31
Permendagri Perme ndagri No 66 Tahun Tahun 2013
Kab. Lima Puluh Kota - Kab. Agam
32
Permendagri Perme ndagri No 73 Tahun Tahun 2013
Kota Kota Palangk Pala ngkaraya araya - Kab. Kab. Kangan
33
Permendagri Perme ndagri No 74 Tahun Tahun 2013
Kota Kota Palangk Pala ngkaraya araya - Kab. Kab. Pulang Pisau
34
Permendagri Perme ndagri No 75 Tahun Tahun 2013
Kota Pala Pala ngkaraya - Kab. Gunung Gunung Mas
35
Permendagri Perme ndagri No 76 Tahun Tahun 2013
Kab. Kapuas - Kab. Gunung Mas
36
Permendagri Perme ndagri No 77 Tahun Tahun 2013
Kab. Kapuas - Kab. Pulang Pisau
37
Permendagri Perme ndagri No 79 Tahun Tahun 2013
Kab. Banjarnegara Banjarnegar a - Kab. Wonosobo
38
Permendagri Perme ndagri No 80 Tahun Tahun 2013
Kab. Temanggung - Kab. Wonosobo
79
80
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
39
Permendagri Perm endagri No 81 Tahun Tahun 2013
Kab. Kebumen - Kab. Purwore j Purwore jo o
40
Permendagri Perm endagri No 82 Tahun Tahun 2013
Kab. Tabanan - Kab. Badung
41
Permendagri Perm endagri No 84 Tahun Tahun 2013
Kab. Malang - Kab. Jombang
42
Permendagri Perm endagri No 85 Tahun Tahun 2013
Kab. Sampang - Kab. Pamekasan
43
Permendagri Perm endagri No 86 Tahun Tahun 2013
Kab. Malang - Kab. Lumajang
44
Permendagri Perm endagri No 87 Tahun Tahun 2013
Kab. Sampang - Kab. Bangkalan
45
Permendagri Perme ndagri No 4 Tahun Tahun 2014
Kab. Bireuen - Kab. Pidie Jaya
46
Permendagri Perme ndagri No 5 Tahun Tahun 2014
Kab. Aceh Selatan - Kab. Aceh Singkil
47
Permendagri Perme ndagri No 6 Tahun Tahun 2014
Kab. Aceh Selatan - Kota Subulussalam
48
Permendagri Perm endagri No 13 Tahun Tahun 2014
Kab. Musi Rawas - Kab. Musi Banyuasin
49
Permendagri Perm endagri No 18 Tahun Tahun 2014
Kab. Subang – Kab. Bandung Barat Kab. Subang – Kab. Bandung
50
Permendagri Perm endagri No 19 Tahun Tahun 2014
Kab. Wonogiri - Kab. Sukoharjo
51
Permendagri Perm endagri No 21 Tahun Tahun 2014
Kota Semarang - Kab. Kendal
52
Permendagri Perm endagri No 22 Tahun Tahun 2014
Kab. Purwakarta - Kab. Subang
53
Permendagri Perm endagri No 23 Tahun Tahun 2014
Kab. Karawang - Kab. Subang
54
Permendagri Perm endagri No 24 Tahun Tahun 2014
Kab. Indramayu - Kab. Subang
55
Permendagri Perm endagri No 25 Tahun Tahun 2014
Kab. Karawang - Kab. Bekasi
56
Permendagri Perm endagri No 29 Tahun Tahun 2014
Kab. Malang - Kab. Mojokerto
57
Permendagri Perm endagri No 30 Tahun Tahun 2014
Kab. Cianjur - Kab. Garut
58
Permendagri Perm endagri No 32 Tahun Tahun 2014
Kab. Malang - Kab. Probolinggo
59
Permendagri Perm endagri No 33 Tahun Tahun 2014
Kab. Cianjur - Kab. Sukabumi
60
Permendagri Perm endagri No 42 Tahun Tahun 2014
Kab. Asahan - Kab. Labuhanbatu Utara
61
Permendagri Perm endagri No 43 Tahun Tahun 2014
Kab. Pinrang (Sulsel) – Kab. Polewali Mandar (Sulbar)
62
Permendagri Perm endagri No 44 Tahun Tahun 2014
Kab. Asahan - Kab. Toba Samosir
63
Permendagri Perm endagri No 45 Tahun Tahun 2014
Kab. Asahan - Kab. Batu Bara
64
Permendagri Perm endagri No 48 Tahun Tahun 2014
Kab. Lima Puluh Kota - Kab. Pasaman
65
Permendagri Perm endagri No 49 Tahun Tahun 2014
Kab. Langkat - Kab. Deli Serdang
66
Permendagri Perm endagri No 57 Tahun Tahun 2014
Kab. Bolaa Bolaang ng Mongondow Mongondow S elatan - Kab. Kab. Bolaang Mongondow Utara
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
67
Permendagri Perme ndagri No 59 Tahun Tahun 2014
Kota Manado - Kab. Minahasa
68
Permendagri Perme ndagri No 60 Tahun Tahun 2014
Kab. Bolaang Mongondow – Kab. Bolaang Mongondow Timur
69
Permendagri Perme ndagri No 62 Tahun Tahun 2014
Kab. Tanjung Jabung Barat - Kab. Tebo
70
Permendagri Perme ndagri No 63 Tahun Tahun 2014
Kab. Banjar - Kab. Barito Kuala
71
Permendagri Perme ndagri No 64 Tahun Tahun 2014
Kab. Hulu Sungai Selatan – Kab. Banjar Kab. Hulu Sungai Selatan – Kab. Kotabaru Kab. Hulu Sungai Selatan – Kab. Barito Kuala
72
Permendagri Perme ndagri No 65 Tahun Tahun 2014 Kab. Hulu Sungai Selatan – Kab. Tapin
Kab. Tabalong - Kab. Balangan
73
Permendagri Perme ndagri No 66 Tahun Tahun 2014
74
Permendagri Perme ndagri No 3 Tahun 2015
Kab. Buol - Kab. Parigi Moutong
75
Permendagri Perme ndagri No 4 Tahun 2015
Kota Palu - Kabupaten Parigi Moutong
76
Permendagri Perme ndagri No 5 Tahun 2015
Kab. Poso - Kab. Parigi Moutong
77
Permendagri Perme ndagri No 6 Tahun 2015
Kab. Donggala - Kab. Tolitoli
78
Permendagri Perme ndagri No 7 Tahun 2015
Kab. Donggala - Kab. Sigi
79
Permendagri Perme ndagri No 8 Tahun 2015
Kab. Tolitoli - Kab. Parigi Moutong
80
Permendagri Perme ndagri No 9 Tahun 2015
Kab.Tojo Kab.Tojo Una-Una - Kab. Morowali Morowa li Utara
81
Permendagri No 11 Tahun 2015
Kab. Minahasa - Kab. Kab. Minahasa Tenggara
82
Permendagri No 12 Tahun 2015
Kota Kotamobagu - Kab. Bolaang Mongondow Timur
83
Permendagri No 15 Tahun 2015
Kab. Konawe - Kab. Konawe Selatan
84
Permendagri No 16 Tahun 2015
Kab. Berau (Kaltim) – Kab. Malinau (Kaltara)
85
Permendagri No 17 Tahun 2015
Kab. Kutai Timur (Kaltim) - Kab. Malinau (Kaltara)
86
Permendagri No 18 Tahun 2015
Kab. Kampar - Kota Pekanbaru
87
Permendagri No 19 Tahun 2015
Kab. Indragiri Hulu - Kab. Indragiri Hilir
88
Permendagri No 21 Tahun 2015
Kab. Hulu Sungai Tengah - Kab. Hulu Sungai Utara
89
Permendagri No 22 Tahun 2015
Kab. Kotabaru - Kab. Balangan
90
Permendagri No 23 Tahun 2015
Kab. Asahan – Kab. Simalungun
91
Permendagri No 24 Tahun 2015
92
Permendagri No 26 Tahun 2015
Kab. Ende - Kab. Sikka
93
Permendagri No 27 Tahun 2015
Kab. Kupang - Kab. Timor Tengah Utara
Kab. Kolaka Utara – Kab.Kolaka
Kab.Kolut – Kab. Kolm
81
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
82
Badan Informasi Geospasial
94
Permendagri No 28 Tahun 2015
Kab. Timor Tengah Selatan - Kab. Kupang
95
Permendagri No 29 Tahun 2015
Kab. Sumba Timur - Kab. Sumba Tengah Kota Adm. Jakarta Timur (DKI)-Kota Depok (Jabar)
96
Kota Adm. Jakarta Selatan (DKI)- Kota Depok (Jabar)
Permendagri No 35 Tahun 2015
Kota Adm. Jakarta Utara (DKI)-Kab. Bekasi (Jabar) 97
Permendagri No 36 Tahun 2015
Kota Adm. Jakarta Timur (DKI)- Kab. Bekasi (Jabar)
Tabel 7. Peta Pulau Kecil Terluar
Peta Pulau Kecil Terluar Format Freehand
Format CAD
1
Ararkul a
Kramat
41
1
Bangki t
21
Monte rawe
2
Asutubun
Kultubai Selatan
42
2
Bol i ogut
22
Pasi ge 1
3
Batarkusu
Kultubai Utara
43
3
Bras
23
Pasi ge 2
4
Batugoyang
Laag
44
4
Damar
24
Sal ando 1
5
Batumandi
Lai mpangi
45
5
Dol ongan
25
Sal ando 2
6
Be nggal a
Larat
46
6
Enggano
26
Sal ando 3
7
Be pondi
Li ki
47
7
Fani
27
Sambi t
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
8
Be rhal a
Li ngi an
9
Budd
Mangudu
10
Bunyu
Mase l a
11
Enu
9
Fani l do
28
Kawal usu
29
Se be tul
Kawi o
30
Se katung
Ke pal a
31
Se mi un
Li ngi an 1
32 32
Se nua
Li ngi an 2
33
Subi Ke ci l
13
Makal e hi
34
Tg. Sadi ng
35
10 11
12
Me g 12
8
13
Intata
Panambul ai
14
Jiew
Raya
15
Kabaruang
Rondo
14
Mangkai
16
Kakarutan
Rusa
15
Marampi t
36
17
Karang
Salaut
16
Maratua
37
18
Karawe i ra
Sari ki l masa
17
Marore
19
Ke pal a
Se l aru
18
Mi angas
20
Konan
Si barubaru
Besar
19
Tokong Belayar Tokong Boro Tokong Nanas
Mi osu
20
Tabel 8. Peta Provisional Agreement RI-RDTL
RI - RDTL Peta PA RI - RDTL
Peta Adendum PA
Nama Sheet
No.
Nama Sheet
1
O e pu l i
1
Haume ni ana
2
Tal oi
2
Napan
3
Tal i
3
Boe nana
4
Oe l f u s
4
Wi ni
5
Haume ni ana
5
Motaai n
6
N apan
6
Atambua
7
Boe nana
7
Hae ke sak
8
Wi ni
8
Di l umi l
9
Motaai n
9
He ne s
10
Atambua
10
Re ne k
Se bati k
83
84
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial
11
Hae ke sak
11
N e nuk
12
Di l umi l
12
Kotabot
13
He ne s
13
Me tamauk
14
Re ne k
15
N e nuk
16
Kotabot
17
Meta etamauk
Tabel 9. Peta JBM RI-Malaysia
Peta JBM RI - Malaysia No.
Nama Sheet
1
Tanjung Datu
2
Kaliau / Gunung Pueh
3
Gunung Rasau
4
Jagoibabang / Kampung Serikin
5
Siding / Kampung Gumbang
6
Guntembawang / Kampung Sapit
7
Entikong / Tebedu
8
Segumon / Kampung Mongkos
9
Gunung Gaharu / Kampung Keranji
10
Gunung Selantek / Kampung Sungai Tengang
11
Bukit Kelingkang / Sungai Po-Ai
12
Sungaihantu / Batu Lintang
13
Nangabadau / Lubok Antu
Berkembangnya teknologi spasial digital memang memberikan kemudahan dalam melakukan analisis-analisis spasial. Namun hal ini perlu didukung dengan data-data spasial yang sudah bersifat digital. Pemutakhiran ini adalah salah satu cara untuk menjaga arsip-arsip maupun dokumen dan peta batas baik dalam bentuk cetak maupun digitalnya digitalnya..
Badan Informasi Geospasial
Badan Informasi Geospasial |
85
2.1 Pembuatan Materi Digital Penarikan Penarikan Garis Batas Wilayah Administrasi Desa/Kelurahan Desa/Kelurahan Secara Sec ara Kartometrik
Pembuatan Materi Digital Penarikan Garis Batas Wilayah Administrasi Desa/Kelurahan Secara Kartometrik ini dimaksudkan untuk memberikan informasi secara lengkap dari awal hingga akhir mengenai
delineasi garis batas wilayah Desa/Kelurahan. Materi ini di susun dalam bentuk visual dan semenarik mungkin tanpa mengurangi substansi teknisnya. Dengan adanya materi digital ini, pe nyebarluasan informasi mengenai
penarikan garis batas desa/keluarahan menjadi lebih mudah dan efekf
Personil Pusat Pemetaan Batas Wilayah
Ir. Tri Patmasari, M.Si Kepala Pusat Pemetaan Batas Wilayah
Agus Makmuryanto, ST, M.Si
Suminto
Prijadi Sulistyo
Seawan
Lulus Lulus Hidayatno, Hidayatno, M.Tech M.Tech
Guridno Bintar Saputro, M.Agr
Kabid. Kabid.Pemetaan PemetaanBatas BatasNegara Negara
Kabid. Pemetaan Batas Administrasi
Farid Yuniar, ST, M.Eng
Iyoh Rohana
Astrit Rimayan, M.Sc
Muhammad Nurman, ST, MT
Tin Kurnianingsih
Prof. Dr. Ir. Sobar Susna, M.Surv.Sc
Dahlia Rosmawar
Puji Sulistyowa
Ir. Eko Artanto
Teguh Pramuji, ST
Ronald David Michael
Dadi Sundhardi, ST
Iwan Ridwan
Badan Informasi Geospasial
Eka Sea Wibawa
Gama Hirawan Utomo, ST
Boyke Martanto
Suharyanto
Andriyana Laillisaum, ST
Badan Informasi Geospasial |
Elvira Hardiana, ST
Wiwit Sisnawan Siswoyo, S.Kom
Afriyanto
Mustopa
Najib Khoerul Amin, ST
Satria Hu Hudaya, S. S.Kom, M. M.TI
Suryanto, ST
Rachmad Susanto
Diiyah Novita Kurnian, ST D
Fahrul Hidayat, ST
Dede Am Amrillah, S. S.Kom
Suhendi
Budi Prayitno
Ardiawan Ja, ST
Dwi Purnasari
87
88
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Nur Rahman Haris Alan, ST
Badan Informasi Geospasial
Yogyrema Setyanto Putra
Tia Rizka Nuzula Rachma, ST
Yulia Indri Astu
Eko Praseyo, ST
Denny Hariyadi, ST
Dewanto Prasetyo Aji, ST
Yusuf
Ade Wirawan
Rifqiya Luthyani, ST
Renita Purwan, ST
Nurdin
Jejen
90
| Laporan Tahunan Pusat PBW 2015
Badan Informasi Geospasial