BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), di dunia sekitar 15 juta bayi lahir prematur setiap tahunnya. Lebih dari satu juta bayi prematur meninggal sesaat setelah lahir. Indonesia menduduki peringkat ke-5 jumlah bayi prematur terbanyak di dunia dengan jumlah 675.700. 675 .700. Peringkat pertama kelahiran bayi prematur terbesar di India mencapai 3.519.100, diikuti China sebanyak 1.172.300, Nigeria sebanyak 773.600, dan Pakistan sebanyak 748.100. Masalah kelahiran prematur tidak terbatas pada negara berpenghasilan rendah saja. Di negara berpendapatan tinggi, kenaikan jumlah kelahiran prematur terkait dengan usia wanita yang lebih tua saat memiliki bayi, peningkatan penggunaan obat kesuburan dan kehamilan kembar yang dihasilkan. Di beberapa negara maju, induksi medis yang tidak perlu dan kelahiran caesar sebelum waktunya juga meningkatkan kelahiran prematur (Wahyuningsih, 2012). Sedangkan menurut Hull & Johnston (2008), sekitar 7% kelahiran di Inggris merupakan kelahiran dengan berat badan lahir rendah, yang didefinisikan sebagai berat lahir 2500 gram atau kurang. Angka kejadian ini lebih rendah di negaranegara Skandinavia dan lebih tinggi di negara dunia ketiga. Kelompok bayi dengan berat badan lahir rendah meliputi sejumlah bayi dengan masalah. Di
1
2
Inggris, sekitar 60% kasus lahir mati dan 70% kasus bayi meninggal dalam minggu pertama adalah bayi dengan berat lahir rendah. Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi. Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi. Angka kematian bayi di Indonesia tercatat 51,0 per 1000 kelahiran hidup tahun 2003, ini masih terbilang tinggi bila dibandingkan dengan Negara-negara di bagian Association South or East Asian Nations (ASEAN). Penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dan seluruh kematian perinatal sekitar 2-27% disebabkan karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR). Sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Dinkes, 2009). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 tentang kelahiran BBLR di Indonesia, angka kematian neonatal sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Dalam 1 tahun, sekitar 86.000 bayi usia 1 bulan meninggal. Artinya setiap 6 menit ada 1 (satu) neonatus meninggal. Di rumah sakit pusat rujukan sekitar 15-20% (UKK Perinatologi 2003) bayi dilahirkan dengan berat lahir rendah sedangkan jumlah kelahiran BBLR secara nasional adalah 11,5% (Riskesdas, 2007). Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Bayi lahir prematur sebagian besar organ tubuhnya belum dapat berfungsi secara sempurna, karena kelahirannya yang masih dini. Bayi yang sangat prematur dengan gestasi 24-27
3
minggu masih sangat sukar untuk hidup, berbeda dengan bayi prematur sedang berat badan 1500-2500 gram, kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik dan gejala sisa yang dihadapinya dikemudian hari lebih ringan, sedangkan bayi borderline premature dengan berat 2500-3250 gram mempunyai sifat-sifat seperti bayi matur
dan dikelola seperti bayi matur. Gangguan kesehatan yang dialami bayi prematur cukup rentan dan bisa mengancam jiwanya. Ancaman yang paling berbahaya adalah kesulitan bernapas, karena sistem pernapasannya belum dapat bekerja secara sempurna. Pada bayi prematur sering mengalami henti napas saat tidur (sleep apnea) dan melambatnya denyut jantung (bradikardia) (Priyono, 2010; Bobak, Lowdermilk, & Jensen 2004; Mikail, 2012). Lebih dari 50% bayi prematur menderita perdarahan intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita
apnea, asfiksia berat dan sindroma gangguan
pernafasan. Akibatnya bayi menjadi
hipoksia, hipertensi dan hiperkapnia.
Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak akan lebih banyak lagi karena tidak adanya otoregulas, sereblar pada bayi prematur, sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia di lapisan germinal yang terletak di dasar ventrikel lateralis antara nukleus dan ependim (Prawirohardjo, 2006). Pada bayi prematur ini otot polos vaskuler paru belum terbentuk dengan sempurna sehingga proses penurunan tahanan vaskuler paru lebih cepat dibandingkan bayi cukup bulan dan akibatnya gagal jantung timbul lebih awal saat usia neonatus (Roebiono, 2003). Maka perlu dilakukan perawatan
4
khusus untuk membantu bayi prematur dalam merangsang perkembangan fisiologisnya, misalnya dengan diberikan terapi-terapi keperawatan. Pengembangan terapi-terapi keperawatan kini telah banyak digunakan untuk menangani pasien. Berdasarkan hasil penelitian dari Eskandari, Keshavars, Ashayeri, Jahdi, & Hosseini (2012), bacaan Al-Qur’an dapat menjadi perawatan komplementer dan mendukung bagi bayi prematur. Menurut Faradisi (2009), masih banyak yang belum mengetahui terapi pembacaan Al-Qur’an ternyata dapat membantu
proses
penyembuhan.
Terapi
pembacaan
Al-Qur’an
yang
diperdengarkan di rumah sakit ternyata bisa mengurangi kecemasan dan mempercepat penyembuhan. Menurut Asrin, Mulidah, & Triyanto (2007) menyatakan bahwa terdapat efek yang signifikan dalam denyut nadi dan tekanan darah sistolik dan diastolik yang mengindikasikan terdapatnya relaksasi dalam respon fisiologis apabila tindakan musik diberikan. Terapi religi ini telah banyak dimanfaatkan untuk mendukung percepatan pengobatan di rumah sakit di negara-negara maju. Pada hasil penelitian Cassidy (2009), terbukti bahwa bayi prematur yang mendengarkan musik selama 20 menit terdapat perbedaan yang signifikan dalam pertumbuhan kepala bayi prematur dan menurunkan denyut nadi. Pengambilan data pada penelitian Cassidy ini dimulai 4 menit sebelum diperdengarkan musik dan 4 menit setelah diperdengarkan musik. Lebih lanjut, dibuktikan oleh penelitian Eskandari, Keshavars, Ashayeri, Jahdi, & Hosseini (2012) bacaan Al-Qur’an surat Yusuf diperdengarkan pada bayi prematur selama 20 menit melalui headphones dengan kiasaran volume 50-60 db, terjadi
5
pengaruh yang signifikan pada tingkat pernapasan, saturasi oksigen dan denyut jantung. Menurut Upoyo, Ropi & Sitoru (2012) stimulasi murottal Al-Quran mempengaruhi peningkatan nilai GCS pada pasien struke iskemik durasi 30 menit sehari selama 3 hari. Penilaian GCS dilakukan di hari pertama dan ketiga. Sedangkan menurut Nani & Dewi (2012) dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa pengambilan data setelah hari ke-3 lebih berpengaruh dalam penurunan denyut nadi bayi prematur dibandingkan hari ke-6 yang diberikan terapi musik mozart. Pengaruh terapi pembacaan Al-Qur’an meliputi: adanya perubahan sirkulasi darah, perubahan detak jantung, dan kadar darah pada kulit. Selain dapat menenangkan, membaca dan memperdengarkan Al-Qur’an kepada janin dapat menimbulkan rasa cinta kepada Sang Maha Pencipta sehingga akan menjadi bekal bagi mereka di masa depannya sebagai muslim, dunia maupun akhirat. Ketika diperdengarkan Al-Qur’an dengan tepat dan benar, yaitu sesuai dengan tajwid dan makhrajnya, Al-Qur’an mampu merangsang saraf-saraf otak pada anak. Salah satu fungsi neuron untuk mengatur faktor yang menunjang kehidupan dasar seperti detak jantung dan pernapasan (Fathi, 2011). Penelitian Nurhayati menurut Gusmiran (2005) yang dikutip dalam penelitian Hady, Wahyuni, & Purwaningsih (2012), mengemukakan hasil penelitiannya dalam sebuah seminar konseling dan psikoterapi Islam mengenai pengaruh bacaan Al-Qur’an dalam meningkatkan IQ bayi yang baru lahir. Bayi yang baru berusia 48 jam saja akan langsung
6
memperlihatkan reaksi wajah ceria dan sikap yang lebih tenang ketika diperdengarkan ayat Al-Qur’an. Data yang diperoleh berdasarkan survei pendahuluan, kejadian kelahiran bayi prematur di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas tercatat bahwa pada 10 bulan terakhir, yaitu bulan Maret sampai dengan Desember tahun 2012 sebanyak 850 bayi lahir prematur di ruang Perinatologi. Berdasarkan klasifikasi bayi sangat prematur terdapat 66 bayi, prematur sedang sebanyak 293 bayi, serta bayi borderline premature sebanyak 491 bayi. Masalah stressor saat dirawat dalam inkubator dilakukan intervensi terapi murottal untuk merelaksasi terhadap stressor tersebut yang ditunjukan dengan gejala fisiologis denyut nadi dan frekuensi pernapasan pada bayi prematur di RSUD Banyumas.
B. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, muncul pertanyaan penelitian “apakah terapi murottal dapat mempengaruhi denyut nadi dan frekuensi pernapasan pada bayi prematur di RSUD Banyumas?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi murottal terhadap denyut nadi dan frekuensi pernapasan pada bayi prematur di RSUD Banyumas.
7
2. Tujuan khusus a. Menggambarkan karakteristik jenis kelamin, usia gestasi, berat badan lahir dan usia saat responden diteliti di ruang Perinatologi RSUD Banyumas. b. Mengevaluasi perbedaan pengaruh terapi murottal durasi 20 menit terhadap denyut nadi bayi prematur observasi awal dan setelah hari ke-3 pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. c. Mengevaluasi perbedaan pengaruh terapi murottal durasi 20 menit terhadap frekuensi pernapasan bayi prematur observasi awal dan setelah hari ke-3 pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. d. Mengevaluasi perbedaan pengaruh terapi murottal terhadap denyut nadi dan frekuensi pernapasan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat : 1.
Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Sebagai tambahan wawasan di bidang kesehatan, terutama tentang pengaruh terapi murottal terhadap denyut nadi dan frekuensi pernapasan pada bayi prematur.
2.
Bagi Institusi Pendidikan Memberikan
informasi
yang
bermanfaat
untuk
mengembangkan
literatur dalam ilmu keperawatan anak dan untuk kajian lebih mendalam
8
tentang pengaruh terapi murottal terhadap denyut nadi dan frekuensi pernapasan pada bayi prematur. 3.
Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan dan membantu mempercepat proses pemulihan bayi prematur.
4.
Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan tentang ilmu keperawatan khususnya tentang pengaruh terapi murottal terhadap denyut nadi dan frekuensi pernapasan pada bayi prematur.
E. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian berfungsi untuk mengetahui kebaruan dari suatu penelitian (Saryono, 2011). Sepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul “pengaruh terapi murottal terhadap denyut nadi dan frekuensi pernapasan pada bayi prematur di RSUD Banyumas”, belum pernah dilakukan sebelumnya di RSUD Banyumas. Namun terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan pen elitian ini, yaitu: 1. Eskandari, Keshavars, Ashayeri, Jahdi, & Hosseini (2012) dalam penelitiannya berjudul: Quran Recitation: Short-Term Effects and Related Faktors in Preterm Newborn. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bacaan
ayat suci Al-Quran terhadap respon fisiologis bayi baru lahir prematur yang dilakukan di Iran. Penelitian dilakukan pada 120 bayi baru lahir prematur di sebuah rumah sakit secara acak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
9
kontrol dan kelompok eksperimen. Bacaan Al-Quran surat Yusuf ayat 7-23 oleh Shahhat Mohammad Anvar diperdengarkan melalui headphone dengan kisaran volume 50-60 db pada kelompok eksperimen dengan durasi 20 menit. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran sebelum intervensi, 10 menit intervensi, 20 menit intervensi, dan 10 menit setelah intervensi. Hasil penelitian ini bacaan Al Qur’an dapat mempengaruhi saturasi oksigen, pernapasan, dan denyut jantung. Berdasarkan hasil penelitian, bacaan AlQuran dapat dianggap sebagai perawatan komplementer dan mendukung bagi bayi prematur sedangkan jenis kelamin, usia kehamilan dan berat badan neonatus merupakan faktor yang terkait sebagai respon terhadap pembacaan Al-Quran. Persamaan didalam penelitian ini adalah dan respondennya kepada bayi prematur, intervensi durasi 20 menit dan variabel terikatnya. Perbedaanya adalah kelompok lokasi penelitian yg dilakukan di Iran. 2. Nani, D. & Dewi, O.R. (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Denyut Nadi Bayi Prematur Di Ruang Perinatologi RSUD Banyumas”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik Mozart terhadap denyut nadi bayi prematur di ruang
Perinatologi
RSUD Banyumas. Penelitian ini menggunakan desain
quasy experiment dengan pendekatan multiple time series design. Pengambilan
sampel menggunakan teknik consecutive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini 14 bayi prematur yang terdiri dari 7 responden kelompok perlakuan durasi 15 menit dan 7 responden kelompok perlakuan durasi 30
10
menit. Setiap responden diberikan terapi selama 6 hari. Pengambilan data dalam penelitian ini sebelum, setelah hari ke-3 dan hari ke-6 intervensi. Analisis data yang digunakan adalah uji statistik reapeted Anova dan uji t independent . Ada perbedaan yang signifikan pada kelompok durasi 15 menit
yaitu pada hari ke 6 setelah diberikan terapi dengan p value = 0,024. Pada kelompok perlakuan durasi 30 menit terdapat perbedaan setelah hari ke 3 diberikan terapi dengan p
value = 0,006. Diantara 2 kelompok tidak ada
perbedaan signifikan denyut nadi sebelum (p value = 0,119), setelah hari ke 3 ( p value = 0,585) dan hari ke 6 ( p value = 1,00). Orizaelia menyimpulkan terdapat pengaruh yang lebih signifikan pada pengambilan data denyut nadi setelah 3 hari intervensi dibandingkan setelah 6 hari intervensi. Ada pengaruh pada kelompok perlakuan durasi 15 menit dan durasi 30 menit, dan tidak ada perbedaan diantara kelompok perlakuan durasi 15 menit dengan 30 menit. Penelitian ini mempunyai persamaan menggunakan responden bayi prematur dan menggunakan desain quasy experiment. Sedangkan perbedaannya adalah pada variabel bebasnya terapi musik Mozart, durasi intervensi dan variabel terikat. 3. Upoyo, Ropi & Sitoru (2012) berjudul stimulasi murotal Al Qur’an terhadap nilai Glasgow Coma Scale pada pasien stroke iskemik. Desain penelitian ini menggunakan pre and post tes control group design. Sampel 38 pasien stroke ISKEMIK diambil secara random. Kelompok intervensi mendapatkan stimulasi murotal Al Quran 30 menit sehari selama 3 hari. Penilaian GCS
11
dilakukan di hari pertama dan ketiga. Data dianalisis dengan Wilxocon dan Mann Whitney test. Hasil yang didapatkan adalah terdapat perbedaan nilai
GCS yang bermakna sebelum dan setelah intervensi ( p = 0,034). Terdapat perbedaan peningkatan nilai GCS yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol ( p = 0.013). Stimulasi dengan memperdengarkan murotal Al Quran mempunyai pengaruh positif dalam meningkatkan kesadaran pasien stroke ISKEMIK. Persamaan dalam penelitian ini adalah variabel bebasnya terapi murotal, desain penelitian, dan lama intervensi 3 hari. Perbedaannya dalam penelitian ini yaitu variabel terikatnya dan durasi intervensi selama 30 menit pada orang dewasa. 4. Siswantinah (2011) berjudul pengaruh terapi murottal terhadap kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang dilakukan tindakan hemodialisa di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. Desain penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan rancangan tanpa randomisasi. Sampel penelitian adalah
pasien gagal ginjal kronik. Pengambilan sampel menggunakan total sampling sebanyak 30 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisa data dengan uji Wilcoxon. Hasil uji Wilcoxon diperoleh ρ value sebesar 0,001 berarti ada pengaruh yang signifikan terapi murrotal terhadap kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang dilakukan tindakan hemodialisa di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. Persamaan dalam penelitian ini adalah menggunakan variabel terapi murottal dan desain penelitian. Perbedaan dalam penelitian ini adalah analisa data, dan variabel terikatnya.