Anal i sis Potens Potensii L ongsoran ongsoran
BAB III ANALISIS POTENSI LONGSORAN
3.1 Dasar-dasar Geologi Struktur
DIPS adalah suatu program rancangan untuk menganalisa orientasi secara interaktif dengan berdasarkan berdasarkan data yang berhubungan berhubungan dengan data struktur geologi. geologi. Program ini adalah suatu alat bantu yang mampu diterapkan pada banyak aplikasi yang berbeda dan dirancang untuk dapat digunakan baik bagi pemula, maupun bagi pengguna yang mengharapkan mengharapkan analisis proyeksi stereografik untuk data-data geologi. Bidang diskontinu perlu untuk dianalisis dengan tujuan untuk mengetahui kinematiknya pada lereng atau batuan yang dilakukan pengamatan. sehingga akan diketahui potensi longsoran apa yang mungkin terjadi pada suatu lereng. Sebelum berbicara lebih jauh tentang Software DIPS, terdapat beberapa istilah-istilah geologi struktur yang harus difahami, diantaranya: Strike (Jurus) merupakan arah garis horizontal yang dubentuk oleh
perpotongan antara bidang yang bersangkutan dengan bidang bantu hirisontal, dimana besarnya jurus atau strike diukur dari arah utar a. (Kemiringan) merupakan besarnya sudut kemiringan terbesar yang D i p
dibentuk oleh bidang miring yang bersangkutan dengan bidang horizontal yang diukur tegak lurus terhadap jurus atau strike. Apparent dip (Kemiringan semu) merupakan sudut kemiringan suatu
bidang yang bersangkutan dengan bidang horizontal dan pengukuran dengan arah tidak tegak lurus jurus Di p Di rection rection (Arah kemiringan) merupakan arah tegak lurus jurus yang
sesuai dengan miringnya bidang yang bersangkutan dan diukur dari arah utaranya. Besarnya adalah arah strike str ike ditambah 900
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan Pertambangan – – UPN UPN “V” Yogyakarta III - 1
Anal i sis Potens Potensii L ongsoran ongsoran
Deklinasi Magnetik adalah sudut yang dibentuk antara arah utara magnetik
bumi terhadap arah utara geografis. Variability Cones (Kerucut variabilitas) area berbentuk lingkaran yang
tersedia pada software dips yang melingkupi pole plot dengan populasi tinggi, yang mewakili beberapa penyimpangan atau standar deviasi dari ketidak pastian orientasi yang tergantung dari besar standar deviasi yang dipilih. Daylight Envelope adalah area berbentuk lingkaran yang tersedia pada
software dips yang berfungsi untuk memperkirakan daerah terjadinya longsoran menuju free menuju free face pada face pada analisis longsoran bidang. Jenis-jenis longsor yang dikenal dalam tambang terbuka adalah (Lihat Gambar 3.1). a. Longsoran Bidang (melingkar). b. Longsoran Baji. c. Longsoran Busur. d. Longsoran Guling (topple ( topple). ). 1).
Longsor bidang Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang
bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa bidang kekar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan batuan. Syarat-syarat terjadinya longsoran bidang : Terdapat bidang lincir bebas (daylight) (daylight) berarti kemiringan bidang lurus lebih kecil daripada kemiringan lereng (Gambar 3.2). Arah bidang perlapisan (bidang lemah) sejajar atau mendekati dengan arah 0
lereng (maksimum berbeda 20 ). Kemiringan bidang luncur atau lebih besar daripada sudut geser dalam batuannya. Terdapat bidang geser (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi longsoran. 2).
Longsoran baji
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan Pertambangan – – UPN UPN “V” Yogyakarta III - 2
Anal i sis Potensi L ongsoran
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih dari sat u bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut lebih besar dari sudut geser dalam batuannya (Gambar 3.3). Bidang lemah ini dapat berupa bidang sesar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan. Cara longsoran baji dapat melalui satu atau beberapa bidang lemahnya maupun melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya. Longsoran baji dapat terjadi dengan syarat geometri sebagai berikut : Permukaan bidang lemah A dan bidang lemah B rata, tetapi kemiringan bidang lemah B lebih besar daripada bidang lemah A. Arah penunjaman garis potong harus lebih kecil daripada sudut kemiringan lereng. Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng, bagian atas lereng dan kedua bidang lemah.
Gambar 3.1 Jenis-jenis longsoran.
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 3
Anal i sis Potensi L ongsoran
Ψf
Ψp Φ
Syarat longsoran ψ f > ψp > Φ Bidang Bebas
Bidang Gelincir
Gambar 3.2 Bentuk longsor bidang. 3).
Longsoran busur Longsoran busur adalah yang paling umum terjadi di alam, terutama pada batuan yang lunak (tanah). Pada batuan yang keras longsoran busur hanya terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan mempunyai bidang-bidang lemah (rekahan) yang sangat rapat dan tidak dapat dikenali lagi kedudukannya. Pada longsoran bidang dan baji, kelongsoran dipengaruhi oleh struktur bidang perlapisan dan kekar yang membagi tubuh batuan kedalam massa diskontinuitas. Pada tanah pola strukturnya tidak menentu dan bidang gelincir bebas mencari posisi yang paling kecil hambatannya. Longsoran busur akan terjadi jika partikel individu pada suatu tanah atau massa batuan sangat kecil dan tidak saling mengikat. Oleh karena itu batuan yang telah lapuk cenderung bersifat seperti tanah. Tanda pertama suatu longsoran busur biasanya berupa suatu rekahan tarik permukaan atas atau muka lereng, kadangkadang disertai dengan menurunnya sebagian permukaan atas lereng yang
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 4
Anal i sis Potensi L ongsoran
berada disamping rekahan. Penurunan ini menandakan adanya gerakan lereng yang pada akhirnya akan terjadi kelongsoran lereng, hanya dapat dilakukan apabila belum terjadi gerakan lereng tersebut (Gambar4.4).
Gambar 3.3 Bentuk longsoran baji.
Pusat lingkaran kritis
Permukaan longsor
Gambar 3.4 Bentuk longsoran busur.
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 5
Anal i sis Potensi L ongsoran
4).
Longsoran toppling (guling) Longsoran guling terjadi pada batuan yang keras dan memiliki lereng terjal dengan bidang-bidang lemah yang tegak atau hampir tegak dan arahnya berlawanan dengan arah kemiringan lereng (Gambar 3.8). Longsoran ini bisa berbentuk blok atau bertingkat. Kondisi untuk menggelincir atau meluncur ditentukan oleh sudut geser dalam dan kemiringan bidang luncurnya, tinggi balok dan lebar balok terletak pada bidang miring.
Balok meluncur
B
H
b/h > tan W s i n
Mengge lincir & mengguling W cos
Hanya meng guling b/h < tan
W
Sudut bida ng da sa r
de rajat)
Gambar 3.5 Bentuk longsoran guling.
Kondisi geometri yang diperlukan untuk terjadinya longsoran guling, antara lain : Balok akan tetap mantap bila
<
Balok akan meluncur bila
dan b/h > tan .
>
dan b/h > tan .
Balok akan tergelincir, kemudian mengguling bila Balok akan langsung mengguling bila
<
>
dan b/h < tan .
dan b/h < tan .
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 6
Anal i sis Potensi L ongsoran
Penentuan Parameter Masukan (Input Data) Adapun parameter yang dibuthkan dalam penentuan jenis longsoran adalah :
Arah umum bidang lemah dan kemiringannya ( Dip/Dipdirection)
Arah umum lereng dan kemiringannya ( Dip/Dipdirection)
Sudut geser dalam batuan (φ)
Diketahui data sbb :
Arah dan kemiringan lereng yang terbentuk (dip/dipdirection) = 450/ N135 0E
Dari uji sifat mekanik batuan diperoleh sudut geser dalam (φ) = 35
Data pengukuran bidang lemah
0
Dalam bab ini akan diuraikan bagaimana untuk melakukan analisis stabilitas terhadap berbagai longsoran seperti longsoran Toppling, Longsoran bidang dan Longsoran Baji. Untuk latihan ini menggunakan File Examppit.dip yang berada dalam folder Example pada folder instalasi dip. Lereng tempat dilakukukan pengambilan data memiliki kedudukan 45 0/ N1350 E (Dip/ Dip Direction). 3.2 Pengenalan Awal Software DIPS
DIPS memungkinkan pemakai untuk meneliti dan memvisualisasikan data struktur geologi baik kekar, sesar perlapisan serta struktur-struktur lainnya dengan mengikuti teknik yang sama digunakan di dalam stereonet manual. Sebagai tambahan, banyak fitur-fitur computasi yang tersedia, seperti statistik kelompok orientasi yang sama ( statistical contouring of orientation clustering ), perhitungan orientasi rata-rata (mean orientation calculation) dan analisa atribut kuantitatif (quantitative feature attribute analysis). Penggunaan aplikasi DIPS antara lain untuk geologi, tambang dan teknik sipil. Pengenalan aplikasi DIPS disini terbatas pada penggunaan DIPS untuk penentuan arah umum diskontinuitas pada struktur-struktur geologi, dan penentuan potensi jenis longsoran yang terbentuk.
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 7
Anal i sis Potensi L ongsoran
3.3 Langkah Kerja Praktikum 3.3.1 Memulai Project
Pertama buka file Examppit.dip.
Pilih: File → Open Arahkan ke folder Contoh di folder instalasi anda, dan buka file E xamppit.dip.
Gambar 3.6 data Examppit.dip. Contoh File Examppit.dip berisi 303 baris, dan kolom berikut: 2 Kolom Orientasi Orientasi Sebuah Kolom Traverse Ekstra 5 Kolom
Job Control
Pilih: Setup → Job Control Job Kontrol informasi untuk file Examppit.dip.
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 8
Anal i sis Potensi L ongsoran
Perhatikan hal berikut: Format Orientasi Global (Global DIRECTION.
Orientation
Format)
adalah
DIP/DIP
deklinasi adalah 7,5 derajat, menunjukkan bahwa 7,5 derajat akan ditambahkan kearah kemiringan data, untuk mengoreksi deklinasi magnetik Kuantitas Kolom TIDAK digunakan dalam file ini, sehingga setiap baris dari filetersebut merupakan pengukuran individu. Traverses
untuk memeriksa informasi travers, pilih tombol Traverse dalam Dialog Control (Dialog Control juga terdapat pada menu Setup). Seperti yang terlihat dalam Dialog informasi Traverse, file ini hanya menggunakan Traverse tunggal. 0 0 Traverse Planar , dengan DIP 45 dan DIPDIRECTION 135
Perhatikan juga bahwa Traverse Orientasi Format adalah sama dengan Global Orientasi Format (DIP/DIPDIRECTION), seperti yang kita harapkan bahwa untuk file ini hanya Traverse tunggal yang didefinisikan. Plot Kutub
Pilih: View → Plot Kutub Fitur analisis ini dapat dilakukan pada Pole Plot dengan memilih ikon Symbolic pole plot . Apa bila data lapangan lengkap sebagaimana terdapat pada contoh file yaitu terdapat tipe diskontinuitas, dapat dibuat Symbolic pole plot berdasarkan jenis bidang Diskontinue (data dalam kolom TYPE). Klik kanan pada Stereonet dan pilih Symbolic pole plot . Pada dialog Symbolic pole plot : Klik kanan pada stereonet klik Symbolic pole plot , ubah Plot Style ke Symbolic pole plot , dan pilih Style dari pull-down nama kolom. Tipe Data untuk kolom ini adalah Qualitative, yang merupakan pilihan Default. Klik OK untuk menghasilkan Symbolic pole plot . Perhatikan secara seksama pada pengelompokan data dan TYPE data. Perhatikan Bedding Features, dan dua data pengelompokan Shears Features. Ini
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 9
Anal i sis Potensi L ongsoran
mungkin akan sangat berbeda dengan orientasi Joint dan Extension Fractures pada umumnya, sehingga harus dipertimbangkan secra terpisah.
Gambar 3.7 Simbolik pole plot dari TYPE diskontinuitas ( Busur lingkaran mewakili kemiringan pit (PIT SLOPE) )
Add Plane
Sebelum Add Plane, Convencion harus diubah terlebih dahulu. Pada DIPS, Orientasi koordinat dapat ditampilkan baik dengan format Pole Vecktor ( Trend/Plunge ) atau format Plane Vector . Saat ini yang digunakan adalah Plane Vecktor Convencion ( Dip/DipDirection ) seperti yang telah dipilih saat penentuan Job Control pada Global Orientation format. Untuk mengubah Convencion, klik kiri pada mouse di bagian kanan bawah pada Status Bar, yang pada saat ini menampilkan Trend/Plunge agar berubah menjadi Dip/DipDirection. Jika convencion telah dirubah, langkah selanjutnya adalah dengan menambahkan bidang yang mewakili lereng.
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 10
Anal i sis Potensi L ongsoran
Pilih: → Pilih Add Plane Pada Pole Plot, letakkan kursor bebas, kemudian klik kiri pada mouse. Kemudian akan muncul dialog Add Plane sebagai berikut :
Gambar 3.8 Add Plane dialog. Isikan kolom Label pada Add Plane dialog dengan ( LERENG ). Jika tidak ingin memunculkan Label pada Pole Plot, hilangkan tanda centang pada ID. Klik OK, Plane akan muncul dalam Pole Plot yang merupakan lereng jenjang keseluruhan. Countur Plot
Pilih: VIEW → Contour Plot
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 11
Anal i sis Potensi L ongsoran
Gambar 3.9 Unweighted Contour Plot data Examppit.dip. Aturan praktis yang berguna adalah bahwa setiap cluster dengan konsentrasi maksimum yang lebih besar dari 6% sangat signifikan. 4-6% merupakan kelompok marginal yang
signifikan. Kurang dari 4% harus dipandang dengan curiga kecuali
jika jumlah keseluruhan data banyak. Mekanika batuan akan memberikan aturan yang lebih ketat untuk analisis statistik data.
Terzaghi Weighting
Pembobotan Terzaghi terhadap data untuk memperhitungkan koreksi bias karena pengumpulan data pada Traverse ( bidang).
Pilih: View → TerzaghiWeighting Perhatikan perubahan konsentrasi ( "Bedding Plane" joint set) .
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 12
Anal i sis Potensi L ongsoran
Gambar 3.10 Weighting Contour Plot data Examppit.dip. Kontur dapat dilakukan overlay pada sebuah pole plot dengan opsi Overlay Countur. Untuk mengoverlay kontur , pertama kita lihat lagi Pole Plot . Pilih: View → Pole Plot
Perhatikan bahwa Symbolic pole plot masih berlaku, dan tidak berubah ketika beralih untuk melihat Plot Type lainnya ( misalnya Contour Plot ke Overlay Countur ).
Pilih : View → Overlay Countur
Kemudian Ubah Countur Mode ke Line, agar semua Pole lebih mudah untuk dilihat.
Pilih : setup, lalu pilih contour option. Pada dialog Contour Options , atur Mode dari Filled ke Lines dan pilih OK.
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 13
Anal i sis Potensi L ongsoran
Gambar 3.11 Overlays Countur pada Pole Plot Perhatikan bahwa titik-titik pole Shears pada contoh ini tidak terwakilkan pada Counturs. Hal ini dikarenakan jumlah Shears yg tergambarkan hanya sedikit. Namun, karena sudut geser dalam yang kecil, Shears atau gaya geser dapat memiliki pengaruh yang mendominasi stabilitas. sehingga akan sangat penting untuk melihat orientasi dan density pada saat menganalisis data struktural.
Add Set Windows
Pilih: Sets → Add Set Window
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 14
Anal i sis Potensi L ongsoran
Gambar 3.12 Pole Plot setelah ditambahkan Add Set Windows. Pada gambar diatas memperlihatkan bidang disembunyikan dengan menggunakan pilihan Show Plane. Show Plane dapat digunakan kapanpun untuk menampakkan atau menyembunyikan bidang pada saat diperlukan. Sekarang kita akan melanjutkan dengan tiga analisis potensi kelongsoran: Longsoran Toppling, Longsoran Bidang, Longsoran Baji. Kondisi Permukaan
Apa bila belum tersedia data Mekanika batuan, maka untuk memperkirakan sudut geser dalam dapat menggunakan perkiraan berdasarkan data kondisi permukaanya, yaitu dengan membuat Chart data dalam kolom Permukaan dalam file Examppit.dip.
Pilih: Pilih → Chart Pada dialog Chart, pilih Surface dari daftar pull-down pada kolom.
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 15
Anal i sis Potensi L ongsoran
Gambar 3.13 Dialog Chart.
Gambar 3.14 Histogram of Surface Set kekar yang digambarkan diatas merupakan sebagian besar kasar ( rough dan 0
0
v.rough). Sehingga sudut geser dalam di estimasikan sebesar 35 – 40 yang akan digunakan.
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 16
Anal i sis Potensi L ongsoran
Sebagai catatan, penggunaan sudut geser dalam berdasarkan data kekasaran batuan adalah jika belum ada data pengujian sudut geser dalam batuan, apa bila telah ada pengujian mekanika batuan, lebih tepat digunakan hasil sudut geser dalam dari pengujian tersebut. Selesai dengan Chart, kembali ke Stereonet. Menambahkan beberapa informasi pada Pole Plot, dengan menamapilkan Variability Cones disekitar Sets Orientation. Jika masih terlihat Overlays Countur pada Pole Plot , matikan ini dengan memilih kembali Overlays Countur.
Pilih: View → Overlay Contours Variability cones (Kerucut Variabilitas) Variability Cones atau Kerucut Variabilitas berfungsi untuk mewakili penyimpangan ketidakpastian orientasi. Viabilitas kerucut ditampilkan melalui dialog Edit Sets. 1. Pilih menu Edit Set 2. Perhatikan hanya Set Weighted yang tertera didalam daftar. Gunakan Informasi set weighted atau set tertimbang dengan memilih set weighted di kotak Type of planes dalam kotak dialog Edit Set.
Gambar 3.15 Dialog Edit Set
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 17
Anal i sis Potensi L ongsoran
3. Pilih kotak centang Variability. 4. Pilih kotak centang One standard deviation dan Two standard deiation. 5. Pilih OK. Sekarang terdapat kerucut variabilitas yang mewakili satu dan dua standar penyimpangan ketidakpastian orientasi yang berpusat pada jumlah titik-titik pole yang berarti. Jika sebelumnya tampilan bidang dalam keadaan tersembunyi dengan pilihan Show Planes pada menu Pilih, maka tampilkan kembali dengan mengeklik kembali Show Planes, karena kita akan melihat bidang yang ditambahkan, yang mewakili Pit Slope. Kemudian sembunyikan semua visibilitas bidang Set: 1. Klik Edit Set. 2. Plih All Planes 3. Hapus kotak centang semua visibilitas (yaitu Pole, Plane ID, dan Lable) . 4. Pilih OK. Sehingga terlihat seperti gambar dibawah.
Gambar 3.16 Kerucut variabilitas ditampilkan dalam Plot kutub ( Pole Plot )
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 18
Anal i sis Potensi L ongsoran
3.3.2 Analisis Longsoran
Analisis longsoran yang digunakan untuk semua jenis longsoran disini berdasarkan dari Goodman 1980. Lihat referensinya di daftar referensi. Contoh data yang telah dikerjakan sebelumnya digunakan untuk dianalisa kemungkinan longsorannya, yaitu analisa longsoran topplig, bidang, dan baji. 1.
Longsoran Topling
Menggunakan variability cones seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dilanjutkan dengan analisis Toppling. Asumsikan sudut geser dalam 35 derajat, berdasarkan kondisi permukaan kekar (lihat gambar 3.10) atau dengan menggunakan sudut geser dalam hasil pengujian mekanika batuan. Bidang tidak akan mengguling jika mereka tidak dapat meluncur dengan baik satu sama lain. Tambahkan bidang kedua dengan menu Add Plane yang mewakili batas gelincir ( slip limit ). Kedudukan slip limit ini dapat ditentukan dengan mengurangkan sudut kemiringan lereng dengan sudut geser dalam hasil pengujian (45 - 35 = 10 ). Sedangkan dip direction sama dengan arah muka lereng (135 ). 1. Klik Add Plane. 2. Posisikan kursor pada stereonet pada kedudukan sekitar 10 / N135 E (Dip/ Dip Direction), kemudian klik kiri mouse. 3. Dalam dialog Add Plane, koordinat grafisnya tidak tepat 10 / N135 E, rubah nilainya ke nilai yang benar didalam kotak DIP da DIP DIRECTION. Goodman menyatakan bahwa agar terjadi gelinciran, perlapisan harus cenderung lebih landai dari sebuh garis miring pada satu sudut, setara dengan sudut geser dalam diatas lereng. Selanjutnya gunakan Add Cone untuk menmpatkan batas kinematiknya di dalam plot. Saat menentukan sudut kerucut, ingat bahwa sudut diukur dari sumbu kerucut. caranya adalah sebagai berikut: 1. Pada Tools pilih Add Cone. 2. Klik kiri mouse dimana saja didalam stereonet. Kemudian akan terlihat kotak dialog Add cone. Kemudian masukan nilai dibawah ini.
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 19
Anal i sis Potensi L ongsoran
3. Klik OK Nilai – nilai tersebut didapatkan dari: Arah Trend sama dengan Arah Dip Direction dimuka lereng ditambah 90 derajat (135 + 90 = 225). Sudut kerucut (Cone Angle) akan menempati kedua batas plus minus 30 derajat kearah muka Dip Direction sebagai mana disarankan oleh Goodman, bahwa bidang harus berada didalam 30 derajat paralel untuk memotong lereng sehingga mengguling. Pada awalnya batas sudut 15 derajat dikatakan oleh Goodman terlalu kecil. Area yang di tunjukkan pada gambar 13 adalah wilayah toppling. Adanya titik-titik pole yang di plotkan didalam wilayah ini mengindikasikan resiko terjadinya longsoran toppling.
Gambar 3.17 Analisis longsoran toppling
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 20
Anal i sis Potensi L ongsoran
Kedua kerucut variabilitas (vriability cones) memberikan perkiraan statistik dari resiko longsoran toppling untuk suatu set kekar. Resiko longsoran toppling diindikasikan oleh jumlah relatif dari titik titik pole didalam set kekar yang berada di wilayah toppling. Perkiraan visual mengindikasikan bahwa 25 – 30% dari populasi teoritis pada set kekar yang berada di daerah longsoran topling berdasarkan 95% variability cone, berada dalam daerah longsoran toppling. Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan mengabaikan variabilitas dalam sudut geser dalam, ada perkiraan resiko longsoran toppling 30%.
2.
Longsoran Bidang
Untuk analisis longsoran bidang, lakukanlah langkah langkah membuat bidang lereng, bidang bidang set serta variability cone seperti dijelaskan diatas. Kemudia tampilkan Daylight Envelope lereng dengan cara: 1. Klik tools Edit Set. 2. Centang Checkbox pada Daylight Envelope.
3. Klik OK.
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 21
Anal i sis Potensi L ongsoran
Daylight Envelope memungkinkan kita untuk menguji kinematika (yaitu masa batuan harus ada tempat untuk menggelincir yaitu ruang bebas). Adanya titik – titik pole yang berada didalam envelope
ini secara kinematik bebas untuk
menggelincir jika gesekannya tidak stabil. Terakhir tempatkan sebuah kerucut gesek kutub ( pole friction cone) pada pusat stereonet. 1. Pada Tools pilih Add Cone. 2. Klik kiri mouse dimana saja didalam stereonet. Kemudian akan terlihat kotak dialog Add cone. Kemudian masukan nilai dibawah ini.
3. Klik OK Ingat bahwa sudut geser dalam diperoleh dari uji mekanika batuan atau didapat dengan perkiraan sudut geser dalam dengan nilai 35 derajat seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Adanya titik – titik kutub yang berada di luar cone ini menyatakan bidang yang dapat longsor jika pergerakan memungkinkan. Zona berbentuk bulan sabit yang dibentuk oleh Daylight Envelope
dan kerucut geser
kutub membentuk wilayah terjadinya longsoranbidang. Adanya titik – titik pole dalamm wilayah ini menunjukkan bidang yang bisa dan dan akan longsor. Lihat gambar 3.14.
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 22
Anal i sis Potensi L ongsoran
Gambar 3.18 Analisis longsoran bidang Sekali lagi kerucut variabilitas memberikan sebuah perkiraan statistik kemungkinan terjadinya longsoran. Area longsoran bidang di tunjukkan oleh daerah berbentuk bulan sabit yang dibentuk oleh lingkaran daylight envelope dan kerucut geser kutub. Hanya sebagian kecil set kekar perlapisan (bedding) yang berada dalam zona ini yaitu sekitar 5% yang merupakan persentase jumlah pole didalam area berbentuk bulan sabit, terhadap jumlah keseluruhan pole didalam kerucut variabilitas yang bersinggungan dengan daylight envelope. Sehingga potensi terjadi longsoran bidang kecil. 3. Longsoran Baji
Banyaknya bidang kekar dapat membentuk baji yang dapat meluncur di sepanjang garis perpotongan antara dua bidang. Untuk analisis longsoran baji ini, gunakan tampilan plot Major Planes sehingga yang terlihat pada stereonet hanya tampilan bidang – bidang yang sebenarnya tanpa titik- titik pole (pole plot). Untuk analisis pada longsoran baji ini juga tidak memerlukan kerucut variabilitas seperti pada analisis longsoran toppling dan bidang. Serta tidak perlu menampilkan Daylight Envelope.
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 23
Anal i sis Potensi L ongsoran
1. Lakukanlah langkah - langkah membuat bidang lereng serta bidang bidang set seperti uraian sebelumnya. 2. Tampilkan hanya plane pada stereonet dengan mengeklik ikon Major Planes Plot atau pilih pada menu View pilih Major Planes Plot. 3. Pilih Menu Set kemudian pilih Edit Set, Pilih semua Set (weighted) dan pilih chexbox untuk Pole, ID dan Label. Kemudian klik OK. 4. Klik Tools, kemudian pilih Add Cone. kemudian akan muncul kotak dialog Add Cone. isikan seperti pada gambar dibawah.
Sudut geser dalam (35 derajat) diambil dari sisi luar stereonet bukan dari tengah seperti sebelumnya pada analisis longsoran bidang. Karena itu sudut yang dimasukan dalam kotak dialog Add Cone adalah 90 – 35 = 55 derajat. 5. Klik OK, Hasil lihat gambar 3.15
Gambar 3.19 Analisis potensi longsoran bidang
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 24
Anal i sis Potensi L ongsoran
Area longsoran busur di tunjukkan oleh area berbentuk bulan sabit, yaitu area di luar lereng tetapi di selimuti oleh kerucut geser (sudut geser dalam) menunjukkan area longsoran. Jika ada bidang set yang berpotongan didalamnya maka akan mengakibatkan ketidak stabilan. Karena tidak ada perpotongan, maka longsoran baji tidak menjadi masalah pada lereng ini.
3.3.3 Penentuan Arah peledakan
Untuk Longsoran Baji, arah umum longsoran berupa struktur garis yang terbentuk dari perpotongan antara bidang bidang mayor dan bidang minor. Dengan demikian Arah peledakan menuju sudut tumpul antara bidang mayor dan minor tersebut atau Arah umum longsoran - 180º. Sedangkan jika terbentuk longsoran Bidang atau pun Toppling, maka arah peledakan yang baik adalah menuju kearah muka lereng dimana longsoran tersebut terbentuk, yaitu pada arah: K+Dip direction -180º 3.4 Hasil Akhir
Dari hasil analisis potensi longsoran pada lereng diatas yang memiliki kedudukan 45 0/ N135 0 didapatkan hasi analisis sebagai berikut: Longsoran Topling
Perkiraan resiko longsoran toppling pada lereng kurang lebih 30% yang diperoleh dari estimasi secara visual, yang mengindikasikan bahwa 25 – 30% dari populasi
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 25
Anal i sis Potensi L ongsoran
teoritis pada set kekar yang berada di daerah longsoran topling berdasarkan 95% variability cone, berada dalam daerah longsoran toppling
Longsoran bidang
Perkiraan resiko longsoran bidang pada lereng kurang lebih 5%, yaitu persentase jumlah pole didalam area berbentuk bulan sabit yang dibentuk oleh lingkaran daylight envelope dan kerucut geser kutub, terhadap jumlah keseluruhan pole didalam kerucut variabilitas yang bersinggungan dengan daylight envelope.
Longsoran Baji
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 26
Anal i sis Potensi L ongsoran
Perkiraan resiko longsoran Baji pada lereng tidak ada (aman). Karena tidak ada cross section atau perpotongan bidang diskontinu didalam area longsoran baji. Sehingga dapat disimpulkan pada lereng tersebut memiliki potensi jenis longsoran Topling paling besar, sehingga jenis longsoran ini harus lebih diperhatikan. Penentuan arah peledakan
karena potensi longsoran yang berpengaruh adalah toppling, maka arah peledakan yang baik adalah menuju kearah muka lereng dimana longsoran tersebut terbentuk, yaitu pada arah: K+Dip direction -180º = ((360º) + N135ºE - 180º) = N315º E.
Laboratorium Simulasi & Komputasi Pertambangan – UPN “V” Yogyakarta III - 27