BAB II TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001). Appendiktomy merupakan suatu pengangkatan appendiks terinflamasi, dengan menggunakan pendekatan endoskopy. (Marilynn, E. Doengoes, 2000). Appendiks adalah : Organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum tepat dibawah katup ileocecal (Brunner dan Sudarth, 2002 hal 1097). Appendicitis adalah : Peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk 2000 hal 307). Dari
pengertian
diatas
penulis
dapat
menyimpulkan
bahwa
Appendiksitis adalah peradangan pada appendiks (ujung seperti jari-jari kecil sepanjang ± 10 cm, melekat pada sekum tepat di bawah katub ileosekal) yang
disebabkan oleh bakteri, dicetuskan oleh sumbatan lumen seperti fekalit, tumor appendiks dan cacing askaris. Sedangkan Appendiktomy adalah suatu tindakan pembedahan atau pemotongan organ bagian appendiks.
B. ETIOLOGI Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada faktor prediposisi Yaitu : a. Faktor yang tersering adalah obtruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena : 1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak 2) Adanya faekolit dalam lumen appendiks 3) Adanya benda asing seperti biji – bijian 4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus c. Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut. d. Tergantung pada bentuk appendiks 1) Appendik yang terlalu panjang 2) Massa appendiks yang pendek 3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks 4) Kelainan katup di pangkal appendiks
C. PATOFISIOLOGI
1. Proses perjalanan penyakit Appendiksitis merupakan suatu peradangan pada appendiks yang mengenai semua lapisan organ appendiks. Tanda patogenesis primer di duga karena obstruksi
lumen,
biasanya
oleh
fecolith
(mucus)
mengakibatkan
pembengkakan, infeksi peningkatan tekanan intraluminal dapat menyebabkan okulasi pada arteri appendikularis. Bila keadaan ini dibiarkan berlangsung lama biasanya mengakibatkan nekrosis, gangren dan peforasi. 2. Manifestasi klinik Tanda dan gejala appendiksitis adalah nyeri di daerah ambilikus / perlumbilikus berhubungan dengan muntah, nyeri beralih ke kuadron kanan dalam 2 – 12 jam, anoreksia, malaise, demam tidak terlalu tinggi, konstipasi, kadang – kadang diare, mual dan muntah, tungkai kanan saat di tekuk sakit. 3. Komplikasi Komplikasi utama apendiksitis adalah perforasi apendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 105 sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7o C atau lebih tinggi, nyeri tekan abdomen yang kontinue. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi yaitu : a. Perforasi Keterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya perforasi. Perforasi appendix akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruh perut dan perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler di seluruh
perut, peristaltik usus menurun sampai menghilang karena ileus paralitik (Syamsuhidajat, 1997). b. Peritonitis Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis generalisata. Dengan begitu, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus menyebabkan dehidrasi, gangguan sirkulasi, oligouria, dan mungkin syok. Gejala : demam, lekositosis, nyeri abdomen, muntah, Abdomen tegang, kaku, nyeri tekan, dan bunyi usus menghilang (Price dan Wilson, 2006). c. Massa Periapendikuler Hal ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi pendindingan oleh omentum. Umumnya massa apendix terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis generalisata. Massa apendix dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan keadaan umum masih terlihat sakit, suhu masih tinggi, terdapat tanda-tanda peritonitis, lekositosis, dan pergeseran ke kiri. Massa apendix dengan proses meradang telah mereda ditandai dengan keadaan umum telah membaik, suhu tidak tinggi lagi, tidak ada tanda peritonitis, teraba massa berbatas tegas dengan nyeri tekan ringan, lekosit dan netrofil normal (Ahmadsyah dan Kartono, 1995). d. Portofleblitis
Portofleblitis adalah trombofleblitis yang bersifat supuratif pada sistem vena portal. Dernam tinggi, menggigil, ikterus yang samar-samar, dan nantinya dapat ditemukan abses hepar, merupakan pertanda telah tetjadinya komplikasi ini. Pemeriksaan untuk menemukan trombosis dan udara di vena portal yang paling baik adalah CT scan.
D. PENATALAKSANAAN MEDIS Pada appendiksitis akut dapat dilakukan dengan operasi appendiktomi dan konservatif dalam waktu 48 jam. Bila diagnosis sudah pasti, maka penatalaksanaan standar untuk penyakit radang usus buntu (appendicitis) adalah operasi. Pada kondisi dini apabila sudah dapat langsung terdiagnosa kemungkinan pemberian obat antibiotika dapat saja dilakukan, namun demikian tingkat kekambuhannya mencapai 35%. Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi). Setelah dilakukan pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7 – 10 hari. Selanjutnya adalah perawatan luka operasi yang harus terhindar dari kemungkinan infeksi sekunder dari alat yang terkontaminasi dll. a. Perawatan
prabedah
perhatikan
tanda
–
tanda
khas
dari
nyeri
Kuadran kanan bawah abdomen dengan rebound tenderness (nyeri tekan lepas), peninggian laju endap darah, tanda psoas yang positif, nyeri tekan rectal pada sisi kanan. Pasien disuruh istirahat di tempat tidur, tidak diberikan apapun juga per orang. Cairan intravena mulai diberikan, obat – obatan seperti laksatif dan antibiotik harus dihindari jika mungkin. b. Terapi bedah : appendicitis tanpa komplikasi, appendiktomi segera dilakukan setelah keseimbangan cairan dan gangguan sistemik penting.
c. Terapi antibiotik, tetapi anti intravena harus diberikan selama 5 – 7 hari jika appendicitis telah mengalami perforasi.
E. PENGKAJIAN Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi aspek bio, psiko, sosio dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau data tentang klien. Data tersebut berasal dari klien (data primer), dari keluarga (data sekunder), dari data catatan yang ada (data tersier), pengumpulan melalu wawancara, observasi langsung dan melihat catatan medis, adapun data yang di perlukan pada klien dengan masalah appendiksitis adalah sebagai berikut : 1. Identitas klien, digunakan untuk memudahkan mengenal dan membandingkan antara klien yang satu dengan yang lain. Identitas klien meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2. Riwayat Keperawatan a. Riwayat kesehatan saat ini ; keluhan nyeri pada luka post operasi apendektomi, mual muntah, peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit. b. Riwayat kesehatan masa lalu meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat kecelakaan, riwayat dirawat di rumah akit dan riwayat pemakaian obat.
c. Riwayat kesehatan keluarga meliputi anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, asma, jantung, ginjal. d. Riwayat psikososial meliputi, mekanisme koping, yang digunakan klien untuk mengatasi masalah dan bagaimana besarnya motivasi kesembuhan dan cara kien menerima keadaannya. e. Kebiasaan sehari – hari meliputi pola nutrisi, eliminasi, personal hygiene, istirahat tidur, aktivitas dan latihan serta kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan. f. Pemeriksaan fisik 1) Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung. 2) Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan splenomegali. 3) Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang. 4) Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak. 5) Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening. 3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi. b. Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan post Appendiktomy menurut Marilynn, E. Doengoes ( 2000 ) adalah sebagai berikut : 1. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan. 2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi (puasa). 3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah. 4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia, mual. 5. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan post operasi berhubungan dengan kurangnya informasi.
G. PERENCANAAN Perencanaan adalah proses penyusunan strategi keperawatan atau intervensi yang di butuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah – masalah klien yang teridentifikasi sebagai hasil analisa atau sintesa, adapun perencanaan untuk diagnosa diatas adalah sebagai berikut :
Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan. Tujuannya adalah meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi. Kriteri hasil tanda-tanda infeksi tidak terjadi (kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa), suhu tubuh normal (36-37OC). Rencana tindakan : mandiri : observasi tanda-tanda vital, rasionalnya adalah demam merupakan salah satu dugaan adanya infeksi, lakukan perawatan luka dengan teknik septik dan antiseptik, rasionalnya adalh menurunkan resiko penyebaran bakteri, observasi insisi dan balutan, rasionalnya adalah memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi. Kolaborasi : berikan antibiotik sesuai indikasi, rasionalnya adalah menurunkan penyebaran dan pertumbuhan organisme. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi (puasa). Tujuannya adalah mempertahankan keseimbangan cairan. Kriteria hasil : keseimbangan cairan terpenuhi, tanda-tanda vital dalam batas normal, turgor kulit baik, intake dan output adekuat. Rencana tindakan : mandiri
:
observasi
tanda-tanda
vital,
rasionalnya
adalah
membantu
mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler, awasi masukan dan keluaran cairan, rsionalnya adalah mengetahui lebih dini terjadinya dehidrasi, auskultasi bising usu, rasionalnya adalah indikator normalnya peristaltik usus kesiapan untuk pemasukan per oral, lihat membran mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapiler, rasionalnya adalah indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler, berikan sejumlah kecil minuman bila pemasukan per oral dimulai dan dilanjutkan diet sesuai toleransi, rasionalnya menurunkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan kehilangan cairran. Kolaborasi : berikan cairan Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pasca operasi
(puasa). Dan elektrolit, rasionalnya adalah untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang, mencegah terjadinya hipovolemia. Gangguan rasa nyaman nyeri berhungan dengan adanya insisi bedah. Tujuannya adalah nyeri hilang atau terkontrol, klien tampak rileks. Kriteria hasil : nyeri hilang atau terkontrol, klien tampak rileks, klien mampu tidur atau istirahat. Rencana tinadakan: mandiri : kaji skala nyeri, rasionalnya adalah berguna dalam pertahankan
pengawasan
istirahat
dengan
keefektifan posisi
obat,
semi
kemajuan
fowler,
penyembuhan,
rasionalnya
adalah
menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang, dorong ambulasi dini, rasionalnya adalah meningkatkan normalisasi fungsi organ contoh merangsang peristaltik dan kelancaran flatus dan menurunkan ketidaknyamanan abdomen, berikan aktivitas hiburan, rasionalnya adalah meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping. Kolaborasi : berikan analgetik sesuai indikasi, rasionalnya adalah menghilangkan nyeri, berikan kantong es pada abdomen, rasionalnya adalah menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui penghilangan rasa ujung saraf. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan post operasi berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuannya adalah menyatakan pemahanan tentang perawatan post operasi. Kriteria hasil : klien mengatakan pemahaman tentang perawatan post operasi. Rencana tindakan : kaji pengetahuan klien tentang perawatan post operasi, rasionalnya adalah mengetahui sejauh mana klien mengetahui tentang perawatan post operasi, beri penkes tentang perawatan post operasi, rasionalnya adalah diharapkan klien memahami tentang perawatan post operasi sehingga meningkatkan kerjasama dalam proses perbaikan, evaluasi
pemahaman klien tentang materi yang diberikan, rasinalnya adalah menilai apakah klien benar-benar memahami tentang perawatan post operasi.
H. IMPLEMENTASI Implementasi
adalah
tindakan
pemberian
keperawatan
yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan, agar tindakan keperawatan terhadap klien berkelanjutan. Prinsip dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien efektif, tehnik komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada klien. Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap, yaitu : independen, dependen dan interdependen. Tindakan keperawatan secara dependen adalah suatu tindakan yang di laksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Interdependen adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter. Sedangkan tindakan dependen adalah tindakan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Keterampilan yang harus dimiliki oleh perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu kognitif, sikap dan psikomotor. Dalam melakukan tindakan keperawatan khususnya klien dengan appendiktomi yang harus diperhatikan adalah penanganan terhadap nyeri dengan melakukan tehnik relaksasi napas dalam dan distraksi, mengobservasi keadaan
cairan, meningkatkan masukan cairan, perawatan luka dengan cara ganti balutan, serta melakukan tindakan dengan tehnik septik dan antiseptik.
I.
EVALUASI Evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai, kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah yang baru. Evaluasi yang dilakukan yauti evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu efektifitas terhadap tindakan, sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.
Adapun
keberhasilan
asuhan
keperawatan
pada
klien
dengan
appendiktomi adalah klien mampu merawat diri sendiri dan tidak ada komplikasi, klien mampu menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, klien mengerti dalam merawat luka operasi di rumah, klien dapat melakukan aktifitas sehari-hari.