BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 2.1 Defi Defini nisi si
Pneumo Pneumonia nia adalah adalah proses proses infeksi infeksi akut akut yang yang mengen mengenai ai jaring jaringan an paru-p paru-paru aru (alveoli). Berdasarkan lokasi lesi di paru, pneumonia dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia interstitialis, bronkopneumonia (Price, !"). Pada anak dikarenakan luas permukaan paru tidak seluas orang de#asa maka lebi lebih h rentan rentan terk terken enaa bron bronko kopn pneu eumo moni nia, a, serta serta meni menimb mbul ulka kan n kons konsol olid idas asii jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat, dan menimbulkan angka kesakitan yang tinggi, dengan gejala-gejala batuk, demam, dan sesak nafas ($aulyiah, !"!).
%ecara klinis Pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit, dan lainlain). %ecara anatomi anatomi Pneumonia Pneumonia dapat diklasifikasikan diklasifikasikan sebagai Pneumonia Pneumonia loba lobaris ris,, Pneu Pneumo moni niaa segme segment ntal alis, is, dan dan Pneu Pneumo moni niaa lobu lobula laris ris yang yang dike dikena nall sebagai Bronko pneumonia dan biasanya mengenai paru bagian ba#ah. %elain itu Pneumonia Pneumonia dapat juga dibedakan dibedakan berdasarkan berdasarkan tempat dapatannya dapatannya,, yaitu Pneumonia komunitas dan Pneumonia rumah sakit ($aulyiah, ( $aulyiah, !"!).
&ebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab non infeksi yang kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Penyebab non infeksi ini meliputi aspirasi makanan dan atau asam lambung,
6
benda asing, hidrokarbon, dan hipersensitivitas dan pneumonitis akibat obat atau radiasi (Behrman, !!!).
2.2 2.2 Ep Epid idem emio iolo logi gi
Pneumo Pneumonia nia merupa merupakan kan penyeb penyebab ab utama utama morbid morbidita itass dan mortali mortalitas tas anak anak berusia di ba#ah ' tahun (balita). iperkirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang juta anak balita meninggal setiap tahun akibat pneymonia, sebagian besar terjadi di frika dan sia *enggara. *enggara. +nsiden pneumonia di negara berkembang yaitu 3!-' per "!!! anak di ba#ah usia ' tahun, "- per "!!! anak pada usia '-/ tahun, dan 0-" per "!!! anak pada yang lebih tua (1illiam, !!!2 nggraini, !").
Berd Berdas asar arka kan n
hasi hasill
ise isett
&ese &eseha hata tan n
asa asarr
(is (iske kesd sdas as))
tahu tahun n
!!0 !!0,,
menunjukka menunjukkan n prevalensi 4asional +%P5 +%P5 ',' (" provinsi di atas angka nasional), nasional), angka angka kesakitan kesakitan (morbidita) Pneumonia pada Pneumonia pada Bayi5 , , Balita5 3, angka kematian (mortalitas) pada bayi 3,6, dan Balita "',' (epkes +, !!0). 7nicef memperkirakan bah#a 3 juta anak di dunia meninggal karena penyakit Pneumonia setiap tahun. 8eskipun penyakit ini lebih banyak ditemukan pada daerah berkembang akan tetapi di negara majupun ditemukan kasus, yang cukup signifikan. Berdasarkan umur pneumonia dapat menyerang siapa saja, meskipun lebih banyak ditemukan pada balita. alam penentuan klasifikasi klasifikasi penyakit pneumonia pneumonia pada balita, yaitu kelompok umur bulan 9' tahun dan kelompok umur 9 bulan (epkes +, !!').
7
benda asing, hidrokarbon, dan hipersensitivitas dan pneumonitis akibat obat atau radiasi (Behrman, !!!).
2.2 2.2 Ep Epid idem emio iolo logi gi
Pneumo Pneumonia nia merupa merupakan kan penyeb penyebab ab utama utama morbid morbidita itass dan mortali mortalitas tas anak anak berusia di ba#ah ' tahun (balita). iperkirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang juta anak balita meninggal setiap tahun akibat pneymonia, sebagian besar terjadi di frika dan sia *enggara. *enggara. +nsiden pneumonia di negara berkembang yaitu 3!-' per "!!! anak di ba#ah usia ' tahun, "- per "!!! anak pada usia '-/ tahun, dan 0-" per "!!! anak pada yang lebih tua (1illiam, !!!2 nggraini, !").
Berd Berdas asar arka kan n
hasi hasill
ise isett
&ese &eseha hata tan n
asa asarr
(is (iske kesd sdas as))
tahu tahun n
!!0 !!0,,
menunjukka menunjukkan n prevalensi 4asional +%P5 +%P5 ',' (" provinsi di atas angka nasional), nasional), angka angka kesakitan kesakitan (morbidita) Pneumonia pada Pneumonia pada Bayi5 , , Balita5 3, angka kematian (mortalitas) pada bayi 3,6, dan Balita "',' (epkes +, !!0). 7nicef memperkirakan bah#a 3 juta anak di dunia meninggal karena penyakit Pneumonia setiap tahun. 8eskipun penyakit ini lebih banyak ditemukan pada daerah berkembang akan tetapi di negara majupun ditemukan kasus, yang cukup signifikan. Berdasarkan umur pneumonia dapat menyerang siapa saja, meskipun lebih banyak ditemukan pada balita. alam penentuan klasifikasi klasifikasi penyakit pneumonia pneumonia pada balita, yaitu kelompok umur bulan 9' tahun dan kelompok umur 9 bulan (epkes +, !!').
7
i negara yang sedang berkembang hampir 3! pada anak-anak di ba#ah umur ' tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di merika pneumonia merupakan penyebab kematian nomor di +ndonesia, nomor / di Brunei, nomor 0 di 8alaysia, nomor 3 di %ingapura, nomor di *hailand dan nomor 3 di :ietnam. ;aporan 1<= "/// menyebutkan bah#a penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk bronkopneumonia dan influen>a (dministered by the lbert 8edical ssociation, !!2 ?adhila, !"3).
Pneumonia Pneumonia merupakan salah satu penyakit yang menjadi menjadi masalah kesehatan masyarakat masyarakat utama yang berkontrib berkontribusi usi terhadap terhadap tingginya tingginya angka kematian kematian balita di +ndonesia. Berdasarkan survei demografi kesehatan +ndonesia prevalensi pneumonia balita di +ndonesia meningkat dari 0, pada tahun !! menjadi "", pada tahun !!0 (&emenkes +, !"!2 %aputri, !"3).
3.3 Etiologi
Pneumo Pneumonia nia dapat dapat diseba disebabka bkan n oleh oleh mikroo mikroorg rgani anisme, sme, namun namun di +ndonesia pneumonia pada balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya dahak biasanya sukar untuk diperoleh, sedangkan dengan memeriksa imunologi belum memberikan hasil yang memuasakan untuk menentukan adanya bakteri sebagai penyebab pneumonia, hanya biakan dari aspirat paru, serta pemeriksaan serta pemeriksaan specimen darah yang yang dapat dapat dianda diandalka lkan n untuk untuk memban membantu tu penetapan etiologi pneumonia. 8enurut 8enurut
8
pneumonia merupakan pathogen paling paling banyak sebagai penyebab pneumonia pada semua kelompok umur (epkes +, !!').
Penyebab utama virus pneumonia pada anak adalah espiratory %yncytial :irus (%:) yang mencakup "'-! kasus diikuti virus inflamasi dan B, parainfluen>a, human metapneumovirus dan adenovirus (Behrman, !!!). @stimasi insiden global pneumonia %: anak-balita adalah 33.6 juta episode baru di seluruh dunia dengan 3. juta episode pneumonia berat yang perlu ra#at-inap. iperkiran pada tahun !!' terjadi kematian .!!!-"//.!!! anak balita karena pneumonia %:, // diantaranya terjadi di negara berkembang. ata di atas mempertegas kembali peran %: sebagai etiologi potensial dan signifikan pada pneumonia anak-balita baik sebagai penyebab tunggal maupun bersama dengan infeksi lain.
aftar etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan usia yang bersumber dari data di negara maju dapat dilihat di tabel ba#ah berikut ini2 Tabel 1. Etologi pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara maju
Usia
;ahir-! hari
Etiologi yang
Etiologi yang
seing Ba"tei Escherichia coli Streptococcus
!aang Ba"tei Bakteri anaerob Streptococcus
grup B Listeria
grup D Haemophilus
monocytogenes
influenza Streptococcus pneumonie
9
reaplasma
3 8inggu-3 Bulan
Ba"tei !hlamydia
urealyticum #i$s !"# H"# Ba"tei Bordetella
trachomatis Streptococcus
pertusis Haemophilus
pneumoniae #irus
influenza tipe B "ora$ella
%denovirus
catharalis Staphylococcus
&nfluenza
aureus reaplasma
Parainfluenza '
urealyticum #i$s
* +espiratory
!"#
Syncytial virus Ba"tei !hlamydia
Ba"tei Haemophilus
trachomatis "ycoplasma
influenza tipe B "ora$ella
pneumoniae Streptococcus
catharalis Staphylococcus
pneumoniae #i$s
aureus ,eisseria
bulan-' tahun
' tahun-remaja
%denovirus +inovirus &nfluenza Parainfluenza Ba"tei
meningitides #i$s #arisela zoster
Ba"tei
10
!hlamydia
Haemophilus
pneumoniae "ycoplasma
influenza Legionella sp
pneumoniae Streptococcus
Staphylococcus
pneumoniae
aureus #i$s %denovirus Epstein-Bar virus +inovirus #aricella zoster
2.3 Klasifi"asi Pne$monia
8enurut epartemen &esehatan tahun !!/ klasifikasi pneumonia berdasarkan
adanya
batuk
dan
atau
kesukaran
bernapas
disertai
peningkatan fre.uensi napas seuai kelompok umur yakni5 a. &elompok umur bulan - A ' *ahun ") &lasifikasi Pneumonia berat selain batuk dan atau sukar bernapas, tanda penyerta lain yaitu tarikan dinding dada bagian ba#ah kedalama (chest indra/ing), ) &lasifikasi Pneumonia selain ditandai dengan batuk dan atau sukar bernapas, tanda penyerta lainnya yaitu napas cepat sesuai golongan umur. 7mur Bulan - 9 " *ahun irama napas sama dengan '! kali atau lebihmenit sedangkan untuk umur " - 9' *ahun irama napasnya ! kali atau lebihmenit. 3) &lasifikasi bukan Pneumonia hanya ditandai dengan batuk dan atau sukar bernapas tidak ada tanda penyerta lain yakni tidak ada napas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian ba#ah kedalam. b. &elompok umur 9 Bulan ") &lasifikasi pneumonia berat untuk umur 9 Bulan ditandai dengan napas cepat C ! kali atau lebihmenit atau ada tarikan kuat dinding
11
dada bagian ba#ah kedalam serta dibarengi dengan batuk dan atau sukar bernapas. ) &lasifikasi bukan pneumonia untuk kelompok umur 9 Bulan hanya ditandai dengan batuk dan atau sukar bernapas serta tidak ada napas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian ba#ah ke dalam (epkes5 !!/)
2.% Patogenesis
alam
keadaan
sehat
pada
paru
tidak
akan
terjadi
pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru.
*erdapatnya
bakteri
atau
virus
di
dalam
paru
merupakan
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit. 8asuknya mikroorganisme ke dalam saluran napas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain5 ". . 3. .
+nhalasi langsung dari udara. spirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain. Penyebaran secara hematogen.
8ekanisme daya tahan traktus respiratorius sangat efisien untuk mencegah infeksi yang terdiri dari5 ". %usunan anatomis rongga hidung. . Daringan limfoid di nasofaring. 3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret lain yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
12
. efleks batuk. '. efleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi. . rainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional. 0. ?agositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari +g . 6. %ekresi en>im-en>im dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja sebagai antimikroba yang nonspesifik (Price, !")
7mumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran respiratori. 8ula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi sebukan sel P84, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. %tadium ini disebut stadium hepatisasi merah. %elanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit P84 di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. %tadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. %elanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. %tadium ini disebut stadium resolusi. %istem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal (Earna, !!').
Pneumonia viral biasanya berassal dari penyebaran infeksi di sepanjang jalan napas atas yang diikuti oleh kerusakan epitel respiratorius, menyebabkan obstruksi jalan napas akibat bengkakm sekresi abnormal, dan debris seluler, diameter jalan napas yang kecil pada bayi menyebabkan bayi rentan terhadao
13
infeksi berat. telektasis, edema interstisial, dan ventilation-perfusion mismatch menyebabkan hipoksemia yang sering disertai obstruksi jalan napas. +nfeksi viral pada traktus respiratorius juga dapat meningkatkan resiko terhadap infeksi bakteri sekunder dengan mengganggu mekanisme pertahanan normal pejamu, mengubah sekresi normal, dan memodifikasi flora bakterial (Earna, !!').
&etika infeksi bakteri terjadi pada parenkim paru, proses patologik bervariasi tergantung organisme yang menginvasi. "0 Pneumoniae
menempel pada
epitel respiratorius, menghambat kerja silier, dan menyebabkan destruksi seluluer dan memicu respon inflamasi di submukosa. &etika infeksi berlanjut, debris seluler yang terlepas, sel-sel inflamasi, dan mukus menyebabkan obstruksi jalan napas, dengan penyebaran infeksi terjadi di sepanjang cabangcabang bronkial, seperti pada pneumonia viral. S0 Pneumoniae menyebabkan edema lokal yang membantu proliferasi mikroorganisme dan penyebarannya ke bagian paru lain, biasanya menghasilkan karakteristik sebagai bercak bercak konsolidasi merata di seluruh lapangan paru (
im. ;esi terdiri atas nekrosis mukosa trakeobronkial dengan pembentukan ulkus yang compang camping dan sejumlah besar eksudat, edema, dan perdarahan terlokalisasi. Proses ini dapat meluas ke sekat interalveolar dan melibatkan fasa limfatika. Pneumonia yang disebabkan S0aureus adalah berat dan infeksi dengan cepat menjelek yang disertai dengan morbiditas yang lama dan
14
mortalitas yang tinggi, kecuali bila diobati lebih a#al. Staphylococcus menyebabkann penggabungan bronkopneumoni yang sering unilateral atau lebih mencolok pada satu sisi ditandai adanya daerah nekrosis perdarahan yang luas dan kaverna tidak teratur (Behrman, !!!).
2.& Diagnosis 2.&.1 'anifestasi Klinis
Pada pneumonia gejala klinisnya adalah sebagai berikut5 Eejala infeksi saluran nafas 5 ". Batuk, malaise, febris, dapat #hee>ing, sesak, nyeri kepala, nyeri otot, anoreksia, kesulitan menelan,nyeri dada, pleuritis, bisa timbul sianosis. . ?ebris5 -
apat akut, tinggi sampai 3/-! oF, meningkat cepat
-
?luktuatif
-
*urun secara lisis
-
%ering terjadi relaps oleh karena terjadi daerah konsolidasi yang
baru,
berlangsung 3- minggu -
Pada anak yang lemah kadang-kadang 5 subfebris
3. &ardiorespirasi 5 - 4adi relatif lebih cepat dari lobar pneumonia -
%esak
-
espirasi cepat dan dangkal dapat sampai "!! Gmenit
-
%ering dengan grunting (seperti mendengkur)
-
Pernafasan cuping hidung
1
-
%ianosis sekitar mulut dan hidung
-
Batuk variable, pada a#alnya kering, kemudian produktif
. ;ain-lain5 -
Eelisah dan cemas
-
8untah dan diare
-
*ampak sakit berat, gangguan respirasi lebih nyata dari lobar pneumonia, sayu, pucat, lidah kering
-
anoreksia
'. ?isik 5 -
*ergantung dari luasnya infiltrat
-
%ering negatif pada a#al, bila menyatu 5 dullness redup
-
%uara respirasi mengeras kasar, terutama dekat basal paru-paru
-
onki basah, nyaring, halus sampai sedang pada daerah konsolidasi
-
etraksi ringan pada +F% terutama pada anak diba#ah tahun, karena dinding thorak lemah
-
Perkusi5
variable,
normal,
hipersonor
(karena
empisema
kompansantoir). -
%putum kuning kehijauan kemudian berubuah menjadi kemerahan atau berkarat
-
asar kuku kebiruan
-
*horaG photo menunjukkan infiltrasi lebar
-
;eukositosis (ahajoe, !"!).
16
Berdasarkan beberapa manifestasi klinis tanda yang terlihat pada pneumonia anak, maka klasifikasi beratnya pneumonia pada anak di ba#ah lima tahun (balita) ditentukan berdasarkan usia adalah sebagai berikut2
*abel . &lasifikasi beratnya pneumonia pada anak di ba#ah lima tahun (balita) ditentukan berdasarkan usia &lasifikasi nak usia 9 nak usia
Pneumonia sangat
bulan
berat
minum &ejang 1hee>ing %tridor %ianosis *arikan dinding
dada tampak jelas *akipnea
Pneumonia berat
Pneumonia
Bukan pneumonia
2.&.2
*akipnea *arikan dinding
bulan-' tahun &esadaran turun *idak mau minum &ejang %tridor %ianosis sentral Ei>i buruk
*arikan
dinding
dada dalam apat minumm %ianosis (-) *akipnea *arikan dinding
dada minimal dada dalam (-) *arikan dinding dada dalam (-), takipnea (-)
Pemei"saan (isi"
Pemeriksaan fisik ditandai dengan adanya retraksi dinding dada dan atau respiratory rate () C '!G menit pada bayi adalah nilai prediktif positif pneumonia dari ' bayi yang kemudian terbukti terdapat konsolidasi pada rontgen thoraksnya. Pemeriksaan fisik biasanya menunjukan tanda klinis berupa pekak perkusi, suara napas melemah, dan adanya ronki basah halus (Brithis *horacic %ociety, !"").
17
Pada pemeriksaan fisik penderita pneumonia dapat juga ditemukan hal-hal sebagai berikut5 ". Penilaian keadaan umum anak, frekuensi napas, dan nadi harus dilakukan pada saat a#al pemeriksaan sebelum pemeriksaan lain yang dapat menyebabkan anak gelisah atau re#el. Penilaian keadaan umum antara lain meliputi kesadaran dan kemampuan makan minum. . Eejala distres pernapasan seperti takipnea, retraksi subkostal, batuk, krepitasi, ernapasan cuping hidung dan penurunan suara paru 3. emam dan sianosis . nak di ba#ah ' tahun mungkin tidak menunjukkan gejala pneumonia yang klasik. Pada anak yang demam dan sakit akut, terdapat gejala nyeri yang diproyeksikan ke abdomen. Pada bayi muda, terdapat gejala pernapasan tak teratur dan hipopnea. '. Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris. &onsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolaps paru atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang. . Pada perkusi tidak terdapat kelainan tertentu. 0. Pada auskultasi ditemukan crac.els sedang nyaring. !rac.les adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan berulang dengan spektrum frekuensi antara !!-!!! <>. Bisa bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi rendahnya frekuensi yang mendominasi), keras atau lemah (tergantung amplitudo osilasi), jarang atau banyak ( tergantung jumlah crac.les individual ), halus dan kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya). !rac.les dihasilkan oleh
18
gelembung-gelembung udara yang melalui sekret jalan napas jalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka.
2.&.3 Pemei"saan Pen$n!ang
Beberapa macam pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakan diagnosis pneumonia adalah ". Pemeriksaan ;aboratorium o Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit perlu
o
dilakukan untuk membantu menentukan pemberian antibiotik Pemeriksaan kultur dan pe#arnaan Eram sputum dengan kualitas yang baik direkomendasikan dalam tata laksana anak dengan
o
pneumonia yang berat &ultur darah tidak direkomendasikan secara rutin pada pasien ra#at jalan, tetapi direkomendasikan pada pasien ra#at inap dengan kondisi berat dan pada setiap anak yang dicurigai
o
menderita pneumonia bakterial Pada anak kurang dari "6 bulan, dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi antigen virus dengan atau tanpa kultur virus jika
o
fasilitas tersedia Dika ada efusi pleura, dilakukan pungsi cairan pleura dan dilakukan pemeriksaan mikroskopis, kultur, serta deteksi antigen bakteri (jika fasilitas tersedia) untuk penegakkan diagnosis dan menentukan
o
mulainya pemberian antibiotik Pemeriksaan !-reactive protein (FP), ;@, dan pemeriksaan fase akut lain tidak dapat membedakan infeksi viral dan bakterial dan tidak direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin
19
o
Pemeriksaan uji tuberkulin selalu dipertimbangkan pada anak dengan ri#ayat kontak dengan penderita *BF de#asa (Behrman,
o
!!!). Pemeriksaan adiologi Pemeriksaan foto dada tidak direkomendasikan secara rutin pada anak
o
dengan infeksi saluran napas ba#ah akut ringan tanpa komplikasi Pemeriksaan foto dada direkomendasikan pada penderita pneumonia yang
o
dira#at inap atau bila tanda klinis yang ditemukan membingungkan Pemeriksaan foto dada follo/ up hanya dilakukan bila didapatkan adanya
2.
kolaps lobus, kecurigaan terjadinya komplikasi, pneumonia berat, gejala
o
yang menetap atau memburuk, atau tidak respons terhadap antibiotik Pemeriksaan foto dada tidak dapat mengidentifikasi agen penyebab.
%ecara umum gambaran foto thoraks terdiri dari2 -
-
+nfiltrat
interstisial,
ditandai
dengan
peningkatan
corakan
bronkovaskular, peribronchial cuffing , dan hiperaerasi. +nfiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram. &onsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut dengan pneumonia lobaris atau terlihat sebagai lesi tungga yang biasanya cukup besar, berbentuk sfeeris, berbatas yang tidak terlalu tegas dan menyerupai lesi
tumor paru, disebut sebagai round pneumonia. - Bronkopneumonia ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.
Eambaran
foto
rontgen
thoraks
dapat
membantu
mengarahkan
kecenderungan etiologi. Penebalan peribronkial, infiltrat interstitial merata
20
dan hiperinflasi cenderung terlihat pada pneumonia virus (
2.) Diagnosis Banding
Bronkiolitis merupakan diagnosis banding pada kasus ini. Bronkiolitis sering menyerang anak usia - bulan dengan puncak insidensi pada bayi laki-laki usia -6 bulan yang tidak mendapatkan air susu ibu (%+) dan hidup dilingkungan padat penduduk. Eejala pada bronkiolitis yang mirip dengan pneumonia adalah didahului dengan +%P, seperti pilek ringan, batuk, dan demam, disusul dengan batuk disertai sesak napas, merintih, napas berbunyi, re#el, dan penurunan nafsu makan. Pada bronkiolitis ditemukan /heezing di mana pada pneumonia bronkopneumonia tidak selalu ditemukan adanya /heezing (ahajoe, !"!). Eambaran foto rontgen pada bronkiolitis juga terdapat hiperinflasi, penebalan peribronkial, dan sering terdapat atelektasis subsegmental (Peltjo et al ., !").
Bronkiolitis memiliki gejala batuk yang pada mulanya kering dan keras yang kemudian berkembang menjadi batuk produktif, serta dapat pula ditemukan ronkhi kering pada auskultasi paru. Bronkiolitis umunya tidak disertai dengan demam dan jarang yang menimbulkan gejala
sesak napas sampai
21
mengakibatkan retraksi dan napas cuping hidung, serta dapat ditemukan /heezing pada auskultasi paru (ahajoe, !"!).
2.* Penatala"sanaan Pne$monia Kiteia +a,at Inap
Bayi5 o
%aturasi oksigen 9/, sianosis
o
?rekuensi napas C! Gmenit
o
istres pernapasan, apnea intermiten, atau grunting
o
*idak mau minummenetek
o
&eluarga tidak bisa mera#at di rumah nak5
o
%aturasi oksigen 9/, sianosis
o
?rekuensi napas C'! Gmenit
o
istres pernapasan
o
1runting
o
*erdapat tanda dehidrasi
o
&eluarga tidak bisa mera#at di rumah
Tata la"sana $m$m o
Pasien dengan saturasi oksigen 9/ pada saat Hbernapas dengan udara kamar harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head bo$, atau sungkup untuk mempertahankan saturasi oksigen C/
22
o
Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan intravena dan dilakukan balans cairan ketat
o
?isioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan untuk anak dengan pneumonia
o
ntipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan pasien dan mengontrol batuk
o
4ebulisasi dengan I agonis danatau 4aFl dapat diberikan untuk memperbaiki mucocilliary clearance
o
Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya setiap jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen
Pem-eian Anti-ioti" o
moksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotik oral pada anak 9' tahun karena efektif mela#an sebagian besar patogen yang menyebabkan pneumonia pada anak, ditoleransi dengan baik, dan murah. lternatifnya adalah co-amo$iclav, ceflacor , eritromisin, claritromisin, dan a>itromisin
o
"0 pneumoniae lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua maka antibiotik golongan makrolid diberikan sebagai pilihan pertama secara empiris pada anak C' tahun
o
8akrolid diberikan jika "0 pneumoniae atau !0 pneumonia dicurigai sebagai penyebab
23
o
moksisilin diberikan sebagai pilihan pertama jika S0 pneumoniae sangat mungkin sebagai penyebab.
o
Dika S0 aureus dicurigai sebagai penyebab, diberikan makrolid atau kombinasi flucloGacillin dengan amoksisilin
o
ntibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat menerima obat per oral (misal karena muntah) atau termasuk dalam derajat pneumonia berat.
o
ntibiotik intravena yang danjurkan adalah5 ampisilin dan kloramfenikol, co-amo$iclav, ceftria$one, cefuro$ime, dan cefota$ime
o
Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat perbaikan setelah mendapat antibiotik intravena. (ahajoe, !"!)
+e"omendasi UKK +espiologi
ntibiotik untuk community ac2uired pneumonia5 o
4eonatus - bulan5 mpisilin H gentamisin
o
bulan5
-
;ini pertama mpisilin bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat ditambahkan kloramfenikol
-
;ini kedua %eftriakson
Bila klinis perbaikan antibiotik intravena dapat diganti preparat oral dengan antibiotik golongan yang sama dengan antibiotik intravena sebelumnya.
N$tisi
24
o
Pada anak dengan distres pernapasan berat, pemberian makanan per oral harus dihindari. 8akanan dapat diberikan le#at nasogastric tube (4E*) atau intravena. *etapi harus diingat bah#a pemasangan 4E* dapat menekan pernapasan, khususnya pada bayianak dengan ukuran lubang hidung kecil. Dika memang dibutuhkan, sebaiknya menggunakan ukuran yang terkecil.
o
Perlu dilakukan pemantauan balans cairan ketat agar anak tidak mengalami overhidrasi karena pada pneumonia berat terjadi peningkatan sekresi hormon antidiuretik.
Kiteia p$lang o
Eejala dan tanda pneumonia menghilang
o
supan per oral adekuat
o
Pemberian antibiotik dapat diteruskan di rumah (per oral)
o
&eluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
o
&ondisi rumah memungkinkan untuk pera#atan lanjutan di r umah
2. Definisi P$s"esmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis inas &esehatan &abupaten&ota yang bertanggung ja#ab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu #ilayah kerja. *ujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran,kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tingal di #ilayah kerja puskesmas
2
agar ter#ujud derajat kesehatanyang setinggi-tingginya dalam rangka me#ujudkan +ndonesia %ehat (&emenkes +, !"). Berdasarkan buku pedoman kerja puskesmas yang terbaru ada ! usaha pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas, itu pun sangat tergantung kepada faktor tenaga, sarana, dan prasarana serta biaya yang tersedia berikut kemampuan manajemen dari tiap-tiap puskesmas. ua puluh kegiatan pokok puskesmas adalah 5 ". 7paya kesehatan ibu dan anak . 7paya keluarga berencana 3. 7paya peningkatan gi>i . 7paya kesehatan lingkungan '. 7paya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular . 7paya pengobatan 0. 7paya penyuluhan 6. 7paya kesehatan sekolah /. 7paya kesehatan olahraga "!. 7paya pera#atan kesehatan masyarakat "". 7paya peningkatan kesehatan kerja ". 7paya kesehatan gigi dan mulut "3. 7paya kesehatan ji#a ". 7paya kesehatan mata "'. ;aboratorium kesehatan ". 7paya pencatatan dan pelaporan "0. 7paya pembinaan peran serta masyarakat
26
"6. 7paya pembinaan pengobatan tradisional "/. 7paya kesehatan remaja !. ana sehat (Permenkes + 4o.0', !").
2..1
Pogam Pen/ega0an dan Pem-eantasan Penya"it 'en$la 1. T$!$an
Program ini bertujuan menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular. a. Penyakit menular yang diprioritaskan dalam program ini adalah 5
8alaria,emam Berdarah engue, *uberkulosis, <+:+%, iare, Polio, ?ilaria, &usta, Pneumonia, dan Penyakit-Penyakit Jang apat icegah engan +munisasi (P3+), termasuk penyakit karantina dan risiko masalah kesehatanmasyarakat yang memperoleh
perhatian
dunia
internasional
(Public
menular yang diutamakan adalah5 penyakit
Dantung, &anker,iabetes 8ellitus dan penyakit metabolik, penyakit kronis dan degeneratif,serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera.
2. Sasaan
a. Persentase desa yang mencapai niversal !hild &mmunization (7F+) sebesar "!!.
27
b. ngka penemuan kasus penderita *B (!ase Detection +ate) penyakit *bsebesar 0! dan angka keberhasilan pengobatan (%ucces ate) *B di atas 6'. c. ngka cute ?laccid Paralysis (?P) diharapkan K "!!.!!! anak usiankurang dari "' tahun. d. Penderita emam Berdarah engue (B) yang ditangani sebesar 6!. e. Penderita 8alaria yang diobati sebesar "!!. f. F? iare pada saat &;B adalah 9 ", g. =< (=rang engan <+: +%) mendapat pengobatan * sebanyak "!!. h. *ersedianya dan tersosialisasikannya kebijakan dan pedoman, serta hukum kesehatan penunjang program yang terdistribusi hingga ke desa. 3.
Teselenggaanya sistem s$eilans dan "e,aspadaan dini seta penangg$langan Ke!adian $a Biasa KB45,a-a0 se/aa -e!en!ang 0ingga "e desa .
%. Kegiatan Po"o"
". Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko . Peningkatan imunisasi 3. Penemuan dan tatalaksana penderita . Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan #abah '. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (&+@) pencegahan dan pemberantasan penyakit.
28
. Pencegahan dan penanggulangan ?lu Burungpenyakit lainnnya &.
ing"$p Kegiatan Pen/ega0an Penya"it
". Penyakit 8enular ;angsung o
*BF
o
<+:+% L Penyakit 8enular %eksual
o
+%P
o
iare, &ecacingan L Penyakit %aluran Pencernaan
o
&usta L ?rambusia
. Penyakit Bersumber Binatang o
8alaria
o
rbovirosis
o
Moonosis (abies)
o
?ilariasis L %chistosomiasis
3. %urveilans @pidemiologi L &esehatan 8atra o
+munisasi
o
%urveilans @pidemiologi
o
&arantina &esehatan L Public
o
&esehatan 8atra
o
&esehatan
. Penyakit *idak 8enular o
Penyakit Dantung L Pembuluh arah
o
&anker
29
o
iabetes 8ellitus L Penyakit 8etabolis
o
Penyakit &ronis L egeneratif ;ainnya
o
Eangguan kibat &ecelakaan L Federa
). Ke-i!a"an Pela"sanaan6
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mendorong peran,
membangun
komitmen,
dan
menjadi
bagian
integral
pembangunan kesehatan dalam me#ujudkan manusia +ndonesia yang sehat dan produktif terutama bagi masyarakat rentan dan miskin hingga ke desa. b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diselenggarakan melalui penatalaksanaan kasus secara cepat dan tepat, imunisasi, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, serta pengendalian faktor risiko baik di perkotaan dan di perdesaan. c.
Pencegahan
dan
pemberantasan
penyakit
diarahkan
untuk
mengembangkan dan memperkuat jejaring surveilans epidemiologi dengan fokus pemantauan #ilayah setempat dan ke#aspadaan dini, guna mengantisipasi ancaman penyebaran penyakit antar daerah maupun antar negara yang melibatkan masyarakat hingga ke desa. d.
Pencegahan
mengembangkan penanggulangan
dan
pemberantasan
sentra
rujukan
penyakit,
sentra
penyakit penyakit,
regional
diarahkan sentra
untuk
untuk
pelatihan
kesiapsiagaan
penanggulangan &;B #abah dan bencana maupun kesehatan matra, serta kemampuan untuk melakukan rapid assessement dan rapid respons0
30
e.
Pencegahan
dan
pemberantasan
penyakit
diarahkan
untuk
memantapkan jejaring lintas program, lintas sektor, serta kemitraan dengan masyarakat termasuk s#asta untuk percepatan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular melalui pertukaran informasi,
pelatihan,
pemanfaatan
teknologi
tepat
guna,
dan
pemanfaatan sumberdaya lainnya. f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk dilakukan melalui penyusunan, revie/, sosialisasi, dan advokasi produk hukum penyelenggaraan program pencegahan dan pemberantasan penyakit di tingkat pusat hingga desa. g.
Pencegahan
meningkatkan pencegahan
dan
pemberantasan
profesionalisme dan
menggerakkan
penyakit
sumberdaya
manusia
pemberantasan
penyakit
meningkatkan
partisipasi
dan
diarahkan di
sehingga
untuk bidang mampu
masyarakat
secara
diarahkan
untuk
berjenjang hingga ke desa. h.
Pencegahan
dan
pemberantasan
penyakit
menyiapkan, mengadakan, dan mendistribusikan bahan-bahan yang esensial untuk mendukung penyelenggaraan program pencegahan dan pemberantasan penyakit hingga ke desa i.
Pencegahan
meningkatkan
dan
pemberantasan
cakupan,
jangkauan,
penyakit dan
diarahkan
pemerataan
untuk
pelayanan
penatalaksanaan kasus penyakit secara berkualitas hingga ke desa.
*. Kegiatan $paya pen/ega0an penya"it
31
. Kegiatan $paya pem-eantasan penya"it
32
7saha 7ntuk mencegah pneumonia ada yaitu5 o
Pencegahan 4on spesifik, yaitu5 ". 8eningkatkan derajat sosio-ekonomi
&emiskinan N
33
*ingkat pendidikan O
&urang gi>i N
erajat kesehatan O
8orbiditas dan mortalitas N
. ;ingkungan yang bersih, bebas polusi o
Pencegahan %pesifik ". Fegah BB; . Pemberian makanan yang baikgi>i seimbang 3. Berikan imunisasi
2.7 Keang"a Teoi
Penanganan
akupan bali'a dengan
pneumonia
pneumonia )ang di'angani
!enanganan "#$
Penemuan dan penatalaksanaan pneumonia dengan
!enanganan %&u'e
program MTBS yaitu
(la&id !aral)sis
diagnosis penyakit, status gizi, status imunisasi,
!engendalian T$
pemberian vitamin A, dan menentukan ndakan
!en&ega*an dan Penemuan dan
pengobatan
!engendalian diare
Penanganan Penyakit
!en&ega*an dan pemberan'asan dbd !engendalian ,-%/
!emberan'asan "us'a
8am-a 2. &erangka *eori !enanganan +alaria
!enganan neksi +enular eksual
34